66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah PT Bank Pundi Indonesia Tbk PT Bank Pundi Indonesia Tbk lahir dengan nama PT Bank Eksekutif Internasional yang berdiri pada tahun 1992 di Jakarta berdasarkan akta yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan No. C2-9246-HT.01.01 tahun 1992 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 26 Desember 1992, tambahan No. 6651. Pergantian nama tersebut telah mendapatkan pengesahan dari
Bank
Indonesia
melalui
keputusan
Gubernur
Bank
Indonesia
No.
12/58/KEP.GBI/2010 tentang Perubahan Penggunaan Izin Usaha PT Bank Eksekutif Internasional Tbk menjadi PT Bank Pundi Indonesia Tbk pada tanggal 23 September 2010. Sejalan dengan perubahan itu, PT Bank Pundi Indonesia Tbk juga melakukan perubahan strategi bisnis. Jika sebelumnya, lebih fokus pada sektor korporasi, kini PT Bank Pundi Indonesia Tbk mengembangkan pembiayaan di sektor Usaha Mikro serta Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Guna mendukung fokus pembiayaan tersebut, struktur pendanaannya pun diarahkan pada dana-dana ritel (retail funding). Pada tahun 2008-2011, PT Bank Pundi Indonesia Tbk dihadapkan pada kerugian seperti yang tercermin pada laporan keuangan yang dipublikasikan, kerugian ini terjadi akibat meningkatnya kredit bermasalah dan masalah permodalan yang menyulitkan perusahaan mengelola keuangan dan menjalankan kegiatan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
operasionalnya. Akhirnya pada tahun 2009, bank ini masuk dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Untuk menyelesaikan masalah ini, Bank melakukan peningkatan modal melalui Penawaran Umum Terbatas I (“PUT I”). Pada tanggal 30 Juni 2010, pemegang saham bank menyepakati masuknya PT Recapital Securities sebagai pembeli siaga, dimana PT Recapital Securities mendapat alokasi 61,02% saham, sedangkan IF Services Netherlands BV mendapatkan alokasi 24% saham Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) . Kemudian pada tanggal 26 Juli 2010 secara resmi dalam surat No. 12/84/GBI/DPIP/Rahasia tertanggal 29 Juni 2010, PT Recapital Securities sebagai menjadi pemegang saham pengendali PT Bank Pundi Indonesia Tbk sekaligus mendapatkan suntikan modal sebesar Rp 512,25 miliar. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) meningkat di atas standar yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 8% berarti adanya peningkatan modal setelah akuisisi. Dengan menguatnya permodalan tersebut, PT Bank Pundi Indonesia Tbk diharapkan dapat melakukan pencadangan penuh terhadap aset kredit macet, sehingga rasio Non Performing Loan (NPL) berhasil ditekan hingga dibawah ketentuan maksimum Bank Indonesia yakni sebesar 5%. Sampai akhir 2010 Bank Pundi memiliki 19 kantor yang meliputi 1 Kantor Pusat Operasional dan 18 kantor cabang di 12 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Lampung, Palembang, Medan, Makassar, dan Manado. Untuk mendukung operasional perusahaan, sampai 31 Desember 2010, Bank Pundi memiliki karyawan sebanyak 1500 orang (termasuk Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
Direksi). Sejalan dengan bisnis baru yang tengah dikembangkan, PT Bank Pundi Indonesia Tbk telah membuka 39 kantor cabang baru sampai kuartal pertama tahun 2011 di 14 kota, termasuk Jambi dan Yogyakarta serta didukung oleh lebih dari 3000 karyawan.
4.1.2 Visi dan Misi PT Bank Pundi Indonesia Tbk 1. Visi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Berdasarkan Azas profesionalisme, Visi PT Bank Pundi Indonesia Tbk memiliki visi yakni “Mewujudkan masa depan gemilang menuju sinergi kemitraan yang menjembatani keragaman dinamika masyarakat Indonesia”. 2. Misi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Sesuai dengan misinya, PT Bank Pundi Indonesia Tbk ingin menjadi bank ritel terdepan dan mitra terpercaya bagi masyarakat Indonesia melalui: a. Kemitraaan Menjalin berbagai bentuk kemitraan berkelanjutan yang didasari oleh kepedulian, pengabdian yang tulus, dan membangun. Mengupayakan sinergi yang berorientasi kepada keterjangkauan, kenyamananan, dan kemajuan sehingga menjadikan pundi sebagai bank pilihan untuk usaha mikro, UKM, dan individu.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
b. Keragaman Menyediakan berbagai layanan produk serta layanan finansial yang menjawab kebutuhan masyarakat dengan segala dinamika dan keragamannya. Mengembangkan kompetensi dan keunggulan infastruktur yang senantiasa menunjang keterjangkauan masyarakat (nasabah). c. Kemakmuran Mempertajam potensi, mengupayakan peningkatan kualitas hidup individu yang berorientasi kepada kemakmuran. Mengupayakan
kemakmuran
dengan
membangun
landasan
kesejahteraan yang mendukung berkembangnya usaha mikro, UKM, dan juga rakyat Indonesia sebagai individu.
4.1.3 Produk dan Jasa PT Bank Pundi Indonesia Tbk Sesuai dengan namanya, PT Bank Pundi Indonesia Tbk berarti pengumpul. Jadi, UMKM bisa berkembang kalau ada pengumpulnya. Berikut produk produk PT Bank Pundi Indonesia Tbk. 1. Produk Simpanan a. Tabungan PT Bank Pundi Indonesia Tbk memberikan bunga yang menarik dengan setoran awal sebesar Rp. 100.000,-. Nasabah dapat melakukan penarikan dana
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
setiap saat di jaringan ATM Bank Pundi, ATM bersama, dan ATM Prima yang jumlahnya mencapai 40 ribu yang tersebar di Seluruh Indonesia. b. Giro Giro pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk untuk nama perusahaan atau perorangan dengan pemberian bunga menarik yang diberikan setiap bulan dengan setoran awal minimum Rp. 1.500.000,- untuk perusahaan dan Rp. 1.000.000,untuk perorangan. c. Deposito Setoran minimum deposito yakni sebesar Rp. 8.000.000,- dengan bunga yang menarik dan memberikan pilihan jangka waktu disesuaikan dengan kebutuhan nasabah yaitu 1, 3, 6, dan 12 bulan yang penarikannnya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh temp sesuai kesepakatan antara deposan dengan pihak bank. 2. Produk Kredit a.
Pundi Pundi Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja
usaha dan investasi dengan plafond kredit antara Rp 5 juta - Rp 50 juta dan jangka waktu antara 6-36 bulan untuk modal kerja dan 12–60 bulan untuk investasi. b.
Pundi Emas Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja
usaha dan investasi dengan plafond kredit mulai Rp 201 juta - Rp 500 juta dan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
jangka waktu antara 6-36 bulan untuk modal kerja dan 12–60 bulan untuk investasi. c.
Pundi Perak Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja
usaha dan investasi dengan plafond kredit mulai Rp 101 juta - Rp 200 juta dan jangka waktu antara 6-36 bulan untuk modal kerja dan 12–60 bulan untuk investasi. d.
Pundi Perunggu Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja
usaha dan investasi dengan plafond kredit mulai Rp 5 juta - Rp 100 juta dan jangka waktu antara 6-36 bulan untuk modal kerja dan 12–60 bulan untuk investasi. e.
Pundi KRK Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja
usaha dan investasi dengan plafond kredit mulai Rp 25 juta - Rp 100 juta dan jangka waktu maksimal 12 bulan.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
4.1.3 Struktur Organisasi
Risk Oversight Commitee General Meeting of Shareholders
Board of Commissioners
Remuneration & Nomination Commitee
President Director Audit Commitee
Risk Management Commitee ALCO
SKAI
Credit Policy Commitee IT Steering Commitee
Compliance Director
Business Director
Operations Director
Funding group Head
Human Capital Management Head
Human Capital Development Head
Business Group Head
Corporate Secretary Head
Compliance Head Risk Management Head
Finance Director
Operations Head
Legal Head
Informati ons & Technolo gy Head
Special Asset Management Head
General Affairs Head
Investor Realtions Head
Business Planning & Support Head
Credit policy & Support Head
Regional Funding Head
Business Development Head
Regional Head
Regional Head
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Eva Utami,2013
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Finance Head
Corporate Planning & Budget Control Head
73
Dari gambar 4.1 mengenai struktur organisasi PT Bank Pundi Indonesia Tbk dapat diuraikan berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut: a. Rapat Umum Pemegang Saham (General Meeting of Shareholders) merupakan elemen tertinggi dalam struktur pengelolaan perusahaan. RUPS membahas dan menghasilkan keputusan penting atas masalah-masalah yang sedang atau akan dihadapi. Dalam RUPS tersebut juga dibahas dan diputuskan beberapa hal, diantaranya
adalah
pertanggungjawaban
menerima Dewan
dengan
baik
atau
menolak
Komisaris
atau
Direksi,
laporan
memilih
dan
memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta mengevaluasi kinerja dari masing-masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi. RUPS diselenggarakan setidaknya sekali dalam setahun. Selain RUPS, atas permintaan pemegang saham, Bank dapat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). b. Direktur utama (Presiden Director) adalah jabatan yang ditunjuk dan memberi laporan kepada Dewan Direksi. Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif
Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata-tertib; keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara tepat; menyesuaikan alokasi waktu per item masalah; menentukan urutan agenda;
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
mengarahkan diskusi ke arah konsensus; menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan.
Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan dunia luar.
Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan oleh BOD atau pada situasi tertentu yang dianggap perlu, yang diputuskan, dalam meeting-meeting BOD.
Menjalankan tanggung jawab dari direktur perusahaan sesuai dengan standar etika dan hukum
c. Dewan Komisaris (Board of Commissioners) merupakan bagian dari pengelola Bank yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
Melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara independen.
Mengawasi terselenggaranya pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) di Bank Pundi, antara lain mereview Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi triwulanan pada surat kabar.
Mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi melalui rapat-rapat rutin dengan Direksi terkait pelaksanaan kebijakan strategis
Menyampaikan pertanggung-jawaban atas tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku
kepada Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
Memastikan bahwa Direksi selalu menindaklanjuti temuan SKAI, KAP dan hasil pengawasan Bank Indonesia.
Menyempurnakan Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris
d. Komite Pemantau Risiko (Risk Oversight Committee) mempunyai tugas dan tanggung Jawab sebagai berikut:
Membantu Dewan Komisaris dalam melakukan oversight terhadap kesesuaian kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut dan melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.
Melakukan review atas Perubahan Anggaran Dasar terkait wewenang Direksi
e. Komite Remunerasi dan Nominasi (Remuneration & Nomination Committee) mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi meliputi:
Menyusun prosedur Tata Cara Pengangkatan / Pemilihan Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi
Menyampaikan rekomendasi calon Komisaris dan Direksi Bank Pundi.
Melaksanakan prosedur pengangkatan atas Komisaris dan Direksi baru Bank Pundi.
Merekomendasikan pihak independen sebagai anggota Komite Audit Bank Pundi.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
Melakukan rapat secara berkala dengan Dewan Komisaris untuk membahas kinerja dan rencana strategis Bank Pundi.
f. Komite Audit (Audit Committee) mempunyai tugas membantu Dewan Komisaris antara lain meliputi :
Memantau dan mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan audit internal.
Melakukan review atas laporan hasil audit, Annual Audit Plan pada tahun yang akan datang, me-review Kantor Akuntan Publik yang akan melakukan kaji ulang 3 tahunan terhadap kegiatan SKAI, draft Audit Report.
Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris atas: Penunjukkan Kantor Akuntan Publik yang memeriksa Laporan Keuangan. Penyelesaian hasil audit tahun bersangkutan. Sosialisasi kelengkapan job description kepada seluruh karyawan Penunjukan vendor dilakukan melalui tender (tidak boleh langsung) Melanjutkan pembukaan Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu
Meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) melalui penyaluran kredit UKM
Perubahan Struktur Organisasi dengan menambah Divisi/Fungsi Finance, Business Head, Investor Relation, serta Penghapusan Taskforce.
Penentuan Direktur pengganti bila ada yang berhalangan/cuti
Perubahan Anggaran Dasar tentang wewenang memutus kredit sampai Dewan Komisaris.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
Melakukan rapat secara berkala dengan Dewan Komisaris untuk membahas kinerja dan rencana strategis Bank Pundi.
g. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) melakukan fungsi Audit Internal Bank Pundi selain itu SKAI berperan aktif dalam meningkatkan efektifitas sistem pengendalian intern pada setiap tingkatan manajemen termasuk selalu menindaklanjuti hasil temuan audit intern dan juga melaporkan seluruh temuan hasil pemeriksaan secara berkala kepada Direktur Utama dengan tembusan ke Dewan Komisaris dan Direktur Kepatuhan serta Bank Indonesia atas pokokpokok pelaksanaan audit intern (setiap semester). h. ALCO mempunyai tugas pokok yang diemban adalah mengkaji, menganalisa dan menetapkan kebijakan-kebijakan strategis dalam hal penghimpunan dan penggunaan dana, penetapan harga dan pengendalian risiko sehingga pengelolaan aset dan liabilitas dapat lebih terarah dan optimal. Sehingga tugas pokok ALCO adalah menetapkan kebijakan yang terkait dengan manajemen likuiditas (Liquidity Management), Gapping Management , dan manajemen investasi. i. Komite Kebijakan Kredit (Credit Policy Comitee) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
Merumuskan penyusunan, pengkajian dan penyempurnaan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang terkait dengan penerapan prinsip kehati-hatian.
Merumuskan arah, strategi, penetapan dan perbaikan target market kredit.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
Merekomendasikan kewenangan memutus kredit serta menetapkan kriteria anggota Komite Kredit.
Memantau dan mengevaluasi perkembangan, proses dan kualitas portofolio kredit.
Memantau kecukupan pemenuhan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
Memantau dan mengevaluasi penyelesaian kredit bermasalah.
j. Komite Pengarah Teknologi Informasi (IT Steering Comitee) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
Merencanakan sistem aplikasi yang diperlukan untuk jangka pendek dan panjang agar kinerja pengembangan Teknologi Sistem Informasi dapat lebih ditingkatkan kepada para nasabah dan Stakeholder.
Memberikan masukan untuk kebutuhan pengembangan Teknologi Sistem Informasi.
Bekerjasama dengan pihak intern dan ekstern dalam melakukan penelitian terhadap masalah atau hambatan dalam Teknologi Sistem Informasi serta melaporkan hasil tersebut kepada manajemen untuk pengambilan keputusan.
Melakukan koordinasi dalam lingkungan Teknologi Sistem Informasi maupun dengan bagian-bagian lain dilingkungan Bank Pundi.
Perumusan kebijakan dan prosedur TI , pengamanan TI dan manajemen risiko terkait TI.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Kinerja Keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Akuisisi 4.2.1.1 CAR (Capital Adequacy Ratio) Sebelum Akuisisi CAR merupakan alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja faktor permodalan. Dengan mengukur CAR maka dapat diketahui apakah modal yang dimiliki bank sudah mencukupi untuk melakukan kegiatan operasinya atau belum yakni dengan cara membandingkan rasio yang dihitung dengan standar rasio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 8%. CAR dapat dihitung dengan cara membandingkan modal bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap dengan total ATMR. Berikut ini disajikan perhitungan modal sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi periode 2006-2009. Tabel 4.1 Perhitungan Modal Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 TAHUN Modal Inti Modal Pelengkap Total Modal 2006 86.733.000.000 31.241.000.000 117.974.000.000 2007 101.143.000.000 31.241.000.000 132.384.000.000 2008 87.089.000.000 19.649.000.000 106.738.000.000 2009 80.787.000.000 5.835.000.000 86.622.000.000 Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk (Data Diolah) Setelah melakukan perhitungan modal PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan ATMR. ATMR terdiri dari ATMR untuk risiko kredit, ATMR untuk risiko pasar dan ATMR untuk risiko operasional. Ketentuan mengenai tata cara perhitungan ATMR dapat dilihat pada
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
lampiran. Setelah menghitung masing-masing ATMR tersebut, selanjutnya dijumlahkan. Berikut ini disajikan perhitungan ATMR sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk yang tertera pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Perhitungan ATMR Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 ATMR untuk TAHUN Total ATMR Risiko Pasar 2006 745.859.000.000 513.202.000.000 1.259.061.000.000 2007 713.512.000.000 406.848.000.000 1.120.360.000.000 2008 832.517.000.000 310.288.000.000 1.142.805.000.000 2009 774.585.000.000 305.490.000.000 1.080.075.000.000 Sumber: Laporan keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk (Data Diolah) ATMR untuk Risiko Kredit
ATMR untuk Risiko Operasional
Langkah terakhir untuk menghitung CAR adalah dengan membandingkan total modal yang ada pada tabel 4.1 dan total ATMR yang sudah dihitung pada tabel 4.2. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Perhitungan CAR Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Kenaikan/ (penurunan) (%) 1.259.061.000.000 2006 117.974.000.000 9,37% 2,45% 1.120.360.000.000 11,82% 2007 132.384.000.000 (2,48%) 1.142.805.000.000 2008 106.738.000.000 9,34% (1,32%) 1.080.075.000.000 2009 86.622.000.000 8,02% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah)
TAHUN
Total Modal
Total ATMR
CAR
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa CAR yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2006 adalah 9,37%, tahun 2007 meningkat sebesar 2,45% atau menjadi 11,82%. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan modal sebesar Rp. 14.410.000.000,- dari tahun sebelumnya yakni tahun 2006. Peningkatan modal terjadi karena besarnya modal inti yang berasal dari modal disetor dan cadangan tambahan modal yakni sebesar Rp. 101.143.000.000,-, seiring adanya penambahan modal pelengkap yang berasal dari revaluasi aktiva tetap. Selain itu, pada tahun 2007 PT Bank Pundi Indonesia Tbk berhasil menekan ATMR baik ATMR untuk risiko kredit sebesar Rp. 32.347.000.000,- dan ATMR untuk risiko operasional sebesar Rp. 106.354.000.000,- dari tahun 2006. Dengan adanya peningkatan modal dan penurunan ATMR menyebabkan PT Bank Pundi Indonesia Tbk berhasil membukukan laba. Dasar logisnya yakni dengan tercukupinya permodalan bank, maka bank tersebut dapat menjalankan operasinya dengan efisien, sehingga dapat disimpulkan bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang bagus dan berpotensi untuk meminimalisir kerugian yang diderita. Sementara itu penurunan terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dimana CAR yang diperoleh menjadi sebesar 9,34% dan 8,02%. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya modal yang dimiliki sebesar Rp. 25.646.000.000,- dan Rp. 20.116.000.000,- dari tahun sebelumnya ditambah lagi dengan peningkatan ATMR karena semakin besar kredit yang disalurkan oleh bank. Semakin besar kredit yang disalurkan oleh bank maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan. Besarnya ATMR untuk risiko kredit disebabkan oleh aktiva yang dimiliki belum mampu menekan tingginya kredit bermasalah karena debitur Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
82
tidak dapat melunasi pinjaman yang diberikan oleh bank dalam waktu yang telah ditentukan. Ini menunjukkan buruknya kinerja PT Bank Pundi Indonesia Tbk dalam mengelola modal yang dimiliki untuk menutupi aktiva tertimbang yang mengandung risiko sehingga mengakibatkan kerugian yang terjadi pada tahun 2008 dan 2009. Inilah yang menjadi salah satu alasan PT Bank Pundi Indonesia Tbk berada dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Jika ditinjau dari SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2006, 2007, dan tahun 2008 mendapat peringkat 2 (sehat) karena CAR yang diperoleh ≥ 9% - < 12% yakni sebesar 9,37%, 11,82%, dan 9,34%. Sedangkan pada tahun 2008 berada pada peringkat 3 (cukup sehat) karena CAR yang dihasilkan hanya sebesar 8,02%. Untuk lebih jelas mengenai perkembangan CAR sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk dapat digambarkan sebagai berikut.
14,00% 12,00% 11,82%
10,00% 8,00%
9,37%
9,34% 8,02%
6,00% 4,00%
CAR Sebelum Akuisisi
2,00% 0,00% 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan CAR Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
83
4.2.1.2 NPL (Non Performing Loan) Sebelum Akuisisi Kegiatan utama bank selain menghimpun dana juga menyalurkan kredit kepada masyarakat. Dalam melakukan pemberian kredit, bank dihadapkan pada risiko ketidaklancaran pembayaran atau bahkan debitur tidak mampu membayarnya karena berbagai hal sehingga menimbulkan kredit bermasalah. Rasio yang dijadikan indikator dalam kinerja faktor kualitas asset adalah NPL (Non Performing Loan). Menurut Peraturan BI, NPL dapat dihitung dengan cara membandingkan total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Kredit bermasalah terdiri dari kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Sedangkan total kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Tabel 4.4 Perhitungan NPL Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Kenaikan/ Penurunan (%) 2006 67.900.976.243 860.314.669.009 7,89% 7,40% 2007 135.837.797.707 888.620.672.013 15,29% 2,86% 2008 145.517.056.244 802.058.440.999 18,15% 10,30% 2009 289.118.983.485 1.016.115.941.965 28,45% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah)
TAHUN
Total Kredit Bermasalah
Total Kredit yang diberikan
NPL
Tabel 4.4 menyajikan perhitungan NPL PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi yakni tahun 2006-2009 (Perhitungan lengkapnya tercantum pada
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
84
lampiran). Untuk lebih jelas mengenai perkembangannya dapat dilihat pada gambar berikut ini 30,00% 28,45%
25,00% 20,00% 18,15%
15,00% 15,29%
10,00% 5,00%
NPL Sebelum Akuisisi
7,89%
0,00% 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan NPL Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Gambar 4.3 menunjukkan perkembangan NPL sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2009. NPL PT Bank Pundi Indonesia Tbk terus menerus mengalami peningkatan yang berarti kondisi bank dalam keadaan tidak sehat karena selama kurun waktu empat tahun mencatat hasil NPL yang sangat buruk. Pada tahun 2006, NPL yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebesar 7,89%. Ini terjadi karena besarnya kredit bermasalah yakni sebesar Rp. 67.900.976.243,yang berasal dari kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan NPL menjadi sebesar 15,29% atau meningkat sebesar 7,40% dari tahun sebelumnya yakni tahun 2006. Naiknya NPL pada tahun ini disebabkan karena adanya ketidaksesuaian pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang menyebabkan terjadinya penurunan kolektibilitas kredit misalnya kurang berhati-hati dalam
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
85
pengawasan kebijakan penelaahan atas kualitas kredit, pengajuan dan persetujuan proposal kredit sehingga menyebabkan bertambahnya kredit macet menjadi sebesar Rp. 55.792.004.748. Pada tahun 2008 PT Bank Pundi Indonesia Tbk tingkat NPL yang diperoleh sebesar 18,15%, ini disebabkan karena tingginya kredit bermasalah yang terjadi pada tahun ini yakni sebesar Rp.145.517.056.244,-. Selain itu, kurang kondusifnya perekonomian negara yang mengakibatkan ketidaklancaran pembayaran kredit oleh debitur berdasarkan waktu yang telah disepakati. Pada tahun 2009 NPL yang diperoleh sebesar 28,45%, angka ini merupakan NPL tertinggi yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk selama kurun waktu empat tahun yakni tahun 20062009. Meskipun pada tahun ini jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp. 1.016.115.941.965 artinya meningkat sebesar Rp. 214.057.500.966,- dari tahun 2008 tidak menyebabkan rasio NPL mengalami penurunan karena tingginya kredit macet yang berasal dari kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi dengan jumlah sebesar Rp. 289.118.983.485,-. Melihat kondisi NPL yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2006- 2009 dan jauh melampaui standar ketentuan BI yakni minimal 5%, ini menunjukkan buruknya kinerja bank dalam mengelola kredit bermasalah. Tingginya rasio NPL dapat menyebabkan menurunnya pendapatan bunga yang berasal dari kredit yang diberikan kepada debitur, turunnya pendapatan akan menyebabkan laba yang diperoleh kurang maksimal atau bahkan mengalami kerugian. Ini terlihat pada laporan keuangan publikasi PT Bank Pundi Indonesia Tbk bahwa tahun 2006, 2008, dan 2009 mengalami kerugian. Bank harus memperbaiki kinerjanya secepat mungkin agar kepercayaan masyarakat meningkat. Akibat dari peningkatan kredit bermasalah Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
86
yang membelenggu pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk ini maka mendapat pengawasan khusus dari Bank Indonesia.
4.2.1.3 ROA (Return on Asset) Sebelum Akuisisi ROA merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja faktor rentabilitas selain ROE dan BOPO. ROA dapat dirumuskan dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Data laba sebelum pajak diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan data total aktiva diperoleh dari neraca. Berikut disajikan cara perhitungan ROA PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi yang tertera pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Perhitungan ROA Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Kenaikan/ Penurunan (%) 2006 -19.039.395.136 1.339.267.231.761 -1,42 % 1,55% 2007 1.717.115.851 1.349.719.517.678 0,13 % (2,01%) 2008 -28.018.102.809 1.492.166.052.606 -1,88 % (6,02%) 2009 -112.690.649.332 1.425.575.821.141 -7,90 % Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk (Data Diolah)
TAHUN
Laba Sebelum Pajak
Total Aktiva
ROA
Tabel 4.5 menyajikan cara perhitungan ROA dengan membandingkan laba sebelum pajak dan total aktiva selama periode 2006-2009. Dalam periode tersebut, laba sebelum pajak PT Bank Pundi Indonesia Tbk mengalami penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2006 mengalami kerugian sebesar Rp.-19.039.395.136,-, tahun
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
87
2007 mengalami kenaikan laba sebelum pajak sebesar Rp.1.717.115.851,-. Namun, kenaikan pada tahun 2007 tidak dapat dipertahankan dengan baik, tebukti pada tahun 2008 dan tahun 2009 PT Bank Pundi Indonesia Tbk secara berturut-turut kembali mencatat kerugian yakni sebesar Rp.-28.018.102.809,-, Rp.-112.690.649.332,-. Hal ini disebabkan karena penurunan laba operasional yang cukup signifikan sehingga mempengaruhi laba sebelum pajak. Secara umum, baik peningkatan maupun penurunan laba sebelum pajak dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi yang kurang kondusif dan kinerja manajemen dalam pengelolaan aktiva yang dimiliki kurang baik. Selanjutnya adalah gambaran mengenai total aktiva yang dimiliki PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Pada tahun 2006-2009 total aktiva terus mengalami kenaikan, kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp. 1.425.575.821.141,-. Total aktiva terendah diperoleh tahun 2006 tercatat sebesar Rp. 1.339.267.231.761,- sedangkan total aktiva tertinggi diperoleh tahun 2011 yakni sebesar Rp. 5.993.639.000.000,-. Peningkatan total aktiva disebabkan karena bertambahnya kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. Perkembangan laba sebelum pajak akan berpengaruh pada tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba. Salah satu indikator untuk mengukur kinerja dalam kemampuannya untuk menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki yakni ROA. Berikut ini disajikan gambaran perkembangan ROA (Return on Asset) pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2009 yang tertera pada gambar berikut ini. Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
88
1,00% 0,00% -1,00% -2,00% -3,00% -4,00% -5,00% -6,00% -7,00% -8,00% -9,00%
-1,42% 0,13% 2006 2007 -1,88% 2008
2009
ROA Sebelum Akuisisi
-7,90%
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan ROA Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Berdasarkan gambar 4.4 mengenai perkembangan ROA sebelum akuisisi PT Bank Pundi Indonesia periode 2006-2009 menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan karena ROA PT Bank Pundi Indonesia Tbk mengalami penurunan ke arah negatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 ROA yang diperoleh sebesar -1,42%. Kondisi seperti ini menunjukkan kinerja yang buruk akibat besaran ROA berada dibawah standar ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 1,5% untuk menjadi kategori bank yang sangat sehat. Peningkatan terjadi pada tahun 2007 dengan rasio ROA sebesar 0,13%, ini merupakan ROA tertinggi yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia pada tahun 2006-2011. Namun sayangnya, masih belum cukup memenuhi standar ketentuan Bank Indonesia. Penurunan ROA kembali terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar -1,88%, padahal pada tahun ini terjadi kenaikan aktiva dari tahun 2007 yakni Rp. 1.492.166.052.606,-, namun karena kerugian yang diderita pada tahun yang sama mencapai Rp. -28.018.102.809,-. Pada tahun 2009 PT Bank Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
89
Pundi Indonesia Tbk kembali mengalami penurunan ROA dari tahun 2008 menjadi 7,90%. Hal ini disebabkan karena laba sebelum pajak yang dihasilkan sebesar 112.690 milyar. Angka yang negatif ini menunjukkan bank mengalami kerugian karena tidak mampu mengelola aktiva yang dimilikinya. Aktiva yang dimaksud adalah aktiva produktif yang mampu menghasilkan keuntungan atau sering disebut earning asset. Aktiva produktif terdiri atas kredit, surat berharga, penempatan dan penyertaan. Jika bank mampu mengelola aktiva dengan baik maka akan meningkatkan nilai ROA bank tersebut. Jika ditinjau dari peringkat komposit ROA menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 bahwa pada tahun 2006, 2008, dan 2009 mendapat peringkat 5 (tidak sehat) karena ROA yang diperoleh negatif mencerminkan kondisi bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Sedangkan pada tahun 2005 mendapat peringkat 4 (Kurang Sehat). Melihat kondisi ini maka bank dtuntut untuk memperbaiki kinerja dengan cara mengelola aktiva secara efektif.
4.2.1.4 ROE (Return on Equity) Sebelum Akuisisi ROE dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan modal sendiri. Data laba bersih diperoleh dari laporan laba rugi sedangkan data modal sendiri diperoleh dari modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, laba ditahan yang datanya dapat diperoleh dari neraca bagian pasiva. Semakin besar rasio ROE menunjukkan kinerja bank baik, namun sebaliknya jika semakin kecil rasio ROE atau Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
90
bahkan hasilnya negatif menunjukkan kinerja bank buruk. Berikut disajikan perhitungan ROE sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum akuisisi periode 2006-2009. Tabel 4.6 Perhitungan ROE Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Kenaikan/ TAHUN Laba Bersih Modal Sendiri ROE Penurunan (%) 2006 -13.626.027.985 115.474.924.097 -11,80 % 12,41% 2007 713.431.649 116.188.355.746 0,61 % (36,92%) 2008 -32.012.458.087 88.175.897.659 -36,31 % 7,48% 2009 -13.487.005.059.675 46.694.162.016 -28,83 % Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa laba bersih yang dihasilkan PT Bank Pundi Indonesia Tbk selama tahun 2006-2009 berada dalam kondisi yang buruk akibat kerugian yang diderita selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2006 mengalami kerugian sebesar Rp. -13.626.027.985,-. Pada tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan karena mendapatkan laba bersih sebesar Rp.713.431.649. Prestasi yang diraih pada tahun 2007 tidak dapat dipertahankan dengan baik karena pada tahun 2008 sampai tahun 2009 kembali mengalami kerugian yakni sebesar Rp. 32.012.458.087,- dan Rp. -13.487.005.059.675,-. Sedangkan modal PT Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2006-2009 cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 modal yang dimiliki sebesar Rp. 115.474.924.097,- pada tahun 2007 meningkat sebesar Rp. 713.431.649,- atau menjadi Rp. 116.188.355.746,- namun Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
91
pada tahun 2008 dan tahun 2009 mengalami penurunan kembali menjadi Rp. 88.175.897.659 dan Rp. 46.694.162.016,-. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambaran perkembangan ROE (Return on Equity) pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2009 yang tampak pada gambar 4.5. 10,00% 0,61%
0,00% -10,00% -20,00%
-11,80% 2006
2007
2008 -36,31%
2009 -28,83%
ROE Sebelum Akuisisi
-30,00% -40,00%
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan ROE Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat perkembangan ROE PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2009. Selama periode tersebut ROE yang dihasilkan menunjukkan kecenderungan menurun, karena hampir semua ROE yang dihasilkan negatif. Pada tahun 2006 ROE yang diperoleh sebesar -11,8%. Peningkatan terjadi pada tahun 2007 dengan rasio ROE sebesar 0,16%, ini merupakan ROE tertinggi yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk selama periode sebelum akuisisi. Namun nilai ROE ini masih belum cukup memenuhi standar ketentuan Bank Indonesia antara > 5% - ≤ 12,5%. Penurunan ROE kembali terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar -36,31% dan merupakan ROE terkecil yang dihasilkan oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk pada periode 2006-2009. Hal ini disebabkan karena adanya Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
92
penurunan modal sebesar Rp. 28.012.458.087,- dari tahun lalu yakni tahun 2007 sebesar Rp. 116.188.355.746,- dan besarnya kerugian yang diderita pada tahun yang sama. Kemudian pada tahun 2009 PT Bank Pundi Indonesia Tbk mengalami kenaikan ROE menjadi -28,83% dari tahun sebelumnya. Kenaikan ROE ini disebabkan oleh adanya penurunan rugi bersih sebesar Rp. 18.525 milyar dari tahun sebelumnya. Namun ROE yang dihasilkan masih dibawah standar ketentuan BI karena ROE yang dihasilkan negatif. Jika ditinjau dari peringkat komposit ROE menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2006. 2008, dan 2009 mendapat peringkat 5 karena ROE yang dihasilkan ≤ 0% artinya bank dalam keadaan tidak sehat. Sedangkan pada tahun 2007 mendapat peringkat 4 (bank dalam keadaan kurang sehat) artinya bank sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. Sehingga dengsn kondisi tersebut, bank harus melakukan tindakan berupa perbaikan untuk menghindari kesulitan yang akan mengakibatkan investor enggan menanamkan investasinya di perusahaan.
4.2.1.5 BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) Sebelum Akuisisi Perhitungan
BOPO
dilakukan
dengan
membandingkan
total
beban
operasional yang dikeluarkan dengan total pendapatan operasional yang dihasilkan perusahaan. Informasi mengenai beban operasional didapat dari laporan laba rugi yang dipublikasikan pada bank yang bersangkutan, sementara pendapatan operasional dapat dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bunga dan pendapatan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
93
operasional lainnya kemudian dikurangkan dengan beban bunga. Berikut ini disajikan perhitungan BOPO sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2009. Tabel 4.7 Perhitungan BOPO Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Total Beban Total Pendapatan Tahun Operasional Operasional BOPO 2006 72.895.265.214 46.326.592.144 157,35 % 2007 71.676.372.078 83.283.491.207 86,06 % 2008 91.309.758.603 82.065.046.316 111,27 % 2009 100.524.777.691 93.054.382.426 108,03 % Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Pada tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa pada tahun total beban operasional yang dikeluarkan PT Bank Pundi Indonesia Tbk selama 4 tahun yakni tahun 2006-2009 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 beban operasional yang dikeluarkan sebesar Rp. 72.895.265.214,- pada tahun 2007 mengalami
penurunan
sebesar
Rp.
1.218.893.136,-
atau
menjadi
Rp.
71.676.372.078,- kemudian pada tahun 2008 dan 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 91.309.758.603,- dan Rp. 100.524.777.691,-. Peningkatan beban operasional ini disebabkan karena meningkatnya beban umum dan administrasi serta beban tenaga kerja dan tunjangan. Kemudian dalam untuk total pendapatan yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2006 sebesar Rp. 46.326.592.144,- , pada tahun 2007 meningkat menjadi sebesar Rp. 83.283.491.207,- pada tahun 2008 menurun tipis sebesar Rp. 1.218.444.891,- atau menjadi Rp. 82.065.046.316. Hal ini Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
94
disebabkan karena meningkatnya beban bunga sebesar Rp. 2.922.864.598,-atau menjadi Rp. 100.940.538.031,- dan pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi sebesar Rp. 93.054.382.426,-. Hal ini disebabkan karena bertambahnya pendapatan bunga dan pendapatan operasional serta menurunnya beban bunga sebesar Rp. 454.856.390,- dari tahun lalu atau menjadi Rp. 100.505. 681.641,-. Jika dibuat dalam bentuk grafik BOPO sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk akan tampak seperti berikut. 200,00% 150,00% 100,00% 50,00%
157,35% 86,06%111,27%108,03%
BOPO Sebelum Akuisisi
0,00% 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan BOPO Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Dari grafik BOPO sebelum akuisisi di atas menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan karena semakin besar rasio BOPO yang diperoleh. Semakin besar rasio yang diperoleh menggambarkan buruknya kinerja bank dalam melakukan efisiensi terhadap beban-beban yang dikeluarkan perusahaan. Standar ketentuan yang ditetapkan BI adalah ≤ 96%. Pada tahun 2006 BOPO yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebesar 157,35%, pada tahun 2007 menurun sebesar 71,29% atau menjadi 86,06%. Menurunnya rasio ini karena meningkatnya pendapatan operasional
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
95
sebesar Rp. 35.956.899.063,- dari tahun sebelumnya yang berasal dari pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya, seiring dengan menurunnya beban operasional pada tahun ini sebesar Rp. 1.218.893.136,- dari tahun sebelumnya yang terdiri dari beban umum dan administrasi serta beban tunjangan dan tenaga kerja. Pada tahun 2008 mengalami peningkatan kembali BOPO menjadi 111,27% yang disebabkan karena meningkatnya beban umum dan adminsitrasi menjadi sebesar Rp. 62.519.504.422,- serta beban tenaga kerja dan tunjangan menjadi sebesar Rp. 22.790.254.181,-. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2009 dengan rasio BOPO sebesar 108,03% menurun tipis sebesar 3,24% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena naiknya pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya sehingga menyebabkan total pendapatan operasional meningkat. Jika ditinjau dari peringkat komposit BOPO menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2006, 2008, 2009 mendapat peringkat 5 artinya tidak sehat karena BOPO > 97% artinya bank tidak efisien dalam hal beban yang dikeluarkan sehingga pendapatan yang diperoleh tidak maksimal. Sedangkan pada tahun 2007 mendapat peringkat 1 atau sangat sehat karena BOPO yang diperoleh ≤ 94% yakni sebesar 86,06%. Ini menunjukkan bahwa adanya efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya yakni berhasil menekan besarnya beban-beban yang dikeluarkan perusahaan.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
96
4.2.1.6 LDR (Loan on Deposit Ratio) Sebelum Akuisisi LDR merupakan indikator untuk menilai kinerja faktor likuiditas. LDR dapat dihitung dengan membandingkan total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Total kredit yang diberikan merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain), sedangkan total dana pihak ketiga mencakup giro,tabungan, dan deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank). Data total kredit yang diberikan dan total dana pihak ketiga lebih lengkapnya terdapat pada catatan atas laporan keuangan. Berikut disajikan perhitungan LDR PT bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi periode 2006-2009. Tabel 4.8 Perhitungan LDR Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Kenaikan/ (Penurunan) (%) 2006 860.314.669.009 1.150.742.921.111 74,76 % 2,70% 2007 888.620.672.013 1.147.176.808.384 77,46 % 16,82% 2008 802.058.440.999 1.322.717.899.143 60,64 % 17,04% 2009 1.016.115.941.965 1.308.017.281.603 77,68 % Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah)
TAHUN
Total Kredit yang diberikan
Total Dana Pihak Ketiga
LDR
Dari tabel 4.8 di atas dapat dideskripsikan bahwa total kredit yang diberikan PT Bank Pundi Indonesia Tbk terdiri dari kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi. Berikut penjelasannya: a. Kredit konsumsi terdiri dari kredit kendaraan bermotor, kredit pemilikan rumah dan kredit perorangan lainnya.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
97
b. Kredit modal kerja terdiri dari kredit berjangka, kredit rekening koran, kredit akseptasi dan cerukan yang diberikan kepada debitur untuk keperluan modal kerja. c. Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk pembelian barang modal. Ketiga jenis kredit tersebut perhitungannya dapat dilihat pada lampiran. Pada tahun 2006 total kredit yang diberikan sebesar Rp. 860.314.669.009,- , tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 888.620.672.013,- dan terjadi penurunan pada tahun 2008 sebesar Rp. 86.562.231.014,- atau menjadi sebesar Rp. 802.058.440.999,-. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya kredit modal kerja menjadi Rp. 126.786.098.090,dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 278.216.484.591,-. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2009 dengan total kredit yang diberikan menjadi Rp. 1.016.115.941.965,hal ini disebabkan karena meningkatnya kredit modal kerja sebesar Rp. 239.628.880.982,- dari tahun sebelumnya atau menjadi Rp. 366.414.979.072,-. Kemudian untuk total dana pihak ketiga PT Bank Pundi Indonesia Tbk terdiri dari giro, tabungan, dan deposito yang masing-masing perhitungan lengkapnya tersedia dalam lampiran. Pada tahun 2006 total dana pihak ketiga diperoleh sebesar Rp. 1.150.742.921.111,- pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar Rp. 3.566.112.727,atau menjadi Rp. 1.147.176.808.384,- yang disebabkan oleh turunnya deposito yang dihimpun. kemudian pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi Rp. 1.322.717.899.143,- yang disebabkan karena meningkatnya jumlah deposito menjadi sebesar Rp. 1.071.542.471.126,- atau meningkat sebesar Rp. 190.368.650.724,- dari Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
98
tahun sebelumnya. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2009 dengan total dana pihak ketiga sebesar Rp. 1.308.017.281.603,-. Setelah dideskripsikan mengenai total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga yang hasil perbandingan tersebut dinamakan LDR, untuk lebih jelas mengenai perkembangannya dapat dilihat pada gambar 4.7. 100,00% 80,00% 60,00% 40,00%
74,76% 77,46%
20,00%
60,64%
77,68%
LDR Sebelum Akuisisi
0,00% 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan LDR Sebelum Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 Jika dilihat pada grafik di atas rasio LDR PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2006 rasio LDR yang diperoleh sebesar 74,75%, pada tahun 2007 sebesar 77,45% atau meningkat sebesar 2,7% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya total kredit yang diberikan bank dalam bentuk kredit modal kerja dan kredit investasi. Pada tahun 2008 rasio LDR menurun menjadi sebesar 60,64% yang disebabkan karena meningkatnya total dana pihak ketiga terutama dalam bentuk deposito berjangka dan menurunnya total kredit yang diberikan sebesar Rp. 86.562.231.014,- dari tahun sebelumnya. Peningkatan kembali terjadi pada tahun
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
99
2009 dengan rasio LDR sebesar 77,68% artinya meningkat sebesar 17,04% dari tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh peningkatan total kredit yang diberikan menjadi sebesar Rp. 1.016.115.941.965,- seiring turunnya total dana pihak ketiga yang terdiri dari tabungan, giro, dan deposito yakni Rp. 1.308.017.281.603,-. Jika ditinjau berdasarkan peringkat komposit LDR menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2006 dan 2008 mendapat peringkat 1 artinya sangat sehat karena LDR yang diperoleh ≤ 75% yakni sebesar 74,76% dan 60,64%. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2009 mendapat peringkat 2 artinya sehat karena LDR yang diperoleh > 75% - ≤ 85% yakni sebesar 77,46% dan 77,68%. Secara keseluruhan LDR yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi yakni tahun 2006-2009 berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini mengindisikan bahwa kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya sangat baik.
4.2.2 Kinerja Keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk Sesudah Akuisisi 4.2.2.1 CAR (Capital Adequacy Ratio) Sesudah Akuisisi CAR dapat dihitung dengan cara membandingkan modal bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap dengan ATMR yang terdiri dari ATMR untuk risiko kredit, ATMR untuk risiko pasar dan ATMR untuk risiko operasional. Untuk mengetahui kinerja keuangan sesudah akuisisi dari sisi permodalan yang diukur dengan rasio CAR, dapat dijabarkan sebagai berikut. Langkah pertama adalah Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
100
menghitung modal sesudah akuisisi yang disajikan dalam tabel 4.9, namun perhitungan lebih lengkapnya tersedia pada lampiran. Tabel 4.9 Perhitungan Modal Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 TAHUN Modal Inti Modal Pelengkap Total Modal 2010 276.665.000.000 16.569.000.000 293.234.000.000 2011 386.120.000.000 45.780.000.000 431.900.000.000 Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Setelah melakukan perhitungan modal PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah akuisisi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan ATMR yang terdiri dari ATMR risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar seperti yang tercantum pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Perhitungan ATMR Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 ATMR ATMR untuk untuk TAHUN Total ATMR Risiko Kredit Risiko Pasar 2010 597.715.000.000 538.481.000.000 1.136.196.000.000 2011 3.444.052.000.000 345.351.000.000 3.789.403.000.000 Sumber: Laporan keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk (Data Diolah) ATMR untuk Risiko Operasional
Langkah terakhir untuk menghitung CAR yakni dengan membandingkan total modal dan total ATMR yang sudah dihitung. Berikut perhitungan CAR PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah akuisisi yang disajikan pada tabel 4.11.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
101
Tabel 4.11 Perhitungan CAR Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2009 TAHUN
Total Modal
Total ATMR
CAR
2010 293.234.000.000 1.136.196.000.000 25,80% 2011 431.900.000.000 3.789.403.000.000 11,39% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa CAR yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2010 adalah 25,80% yang meningkat pesat dibanding tahun sebelum akuisisi, angka ini merupakan angka CAR tertinggi yang diperoleh selama kurun waktu 6 tahun yakni tahun 2006-2011. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya penambahan modal dari proses akuisisi yang dilakukan dengan PT Recapital Securities. Selain itu adanya peningkatan modal pelengkap berupa revaluasi aktiva tetap menjadi sebesar Rp. 14.058.000.000,-. Pada tahun 2011 rasio CAR mengalami penurunan menjadi sebesar 11,39%. Meskipun total modal yang dimiliki baik yang berasal dari modal inti dan pelengkap mengalami peningkatan, namun karena besarnya ATMR untuk risiko kredit yang mencapai Rp. 3.444.052.000.000,- akibat pembayaran atau pelunasan kredit yang tidak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan menjadikan nilai CAR mengalami penurunan. Jika ditinjau dari SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 pada tahun 2010 dan tahun 2011 mendapat peringkat 1 karena CAR yang diperoleh ≥ 12% yakni sebesar 25,80% pada tahun 2010 dan 11,39% pada tahun 2011 artinya bahwa modal yang dimiliki PT Bank Pundi Indonesia Tbk mencukupi untuk menunjang aktiva-aktiva Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
102
yang mengandung risiko. Untuk lebih jelas mengenai perkembangan CAR sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk dapat dilihat pada gambar 4.8.
30,00% 20,00%
25,80%
10,00%
11,39%
CAR Sesudah Akuisisi
0,00% 2010
2011
Gambar 4.8 Grafik Perkembangan CAR Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011
4.2.2.2 NPL (Non Performing Loan) Sesudah Akuisisi Peningkatan kredit bermasalah pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk selama kurun waktu empat tahun yakni tahun 2006-2009 sehingga mengakibatkan bank ini masuk ke dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Kemudian pada tahun 2010 melakukan akuisisi dengan PT Recapital Securities. Tabel 4.12 Perhitungan NPL sesudah akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 Total Kredit Total Kredit NPL Bermasalah yang diberikan 2010 312.232.000.000 612.751.000.000 50,96% 2011 324.099.000.000 3.554.336.000.000 9,12% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk (Data Diolah) TAHUN
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
103
Tabel 4.12 menyajikan perhitungan NPL PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah akuisisi yakni tahun 2006-2009 (Perhitungan lengkapnya tercantum pada lampiran). Untuk lebih jelas mengenai perkembangannya dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut.
60,00% 40,00%
50,96% NPL Sesudah Akuisisi
20,00% 0,00% 2010
9,12% 2011
Gambar 4.9 Grafik Perkembangan NPL sesudah akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 Berdasarkan gambar 4.9 menunjukkan perkembangan NPL sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2010-2011. NPL yang diperoleh pada tahun 2010 sebsar 50,96% dan ini merupakan NPL tertinggi yang diperoleh selama kurun waktu enam tahun yakni tahun 2006-2011. Sehingga pada bulan Juli 2010 bank ini disarankan melakukan akuisisi. Jika ditinjau berdasarkan ketentuan Bank Indonesia maka dapat dikategorikan sangat tidak sehat karena jauh melampaui standar BI yakni sebesar 5%. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan bunga bersih. Kini PT Bank Pundi Indonesia Tbk lebih fokus pada pembiayaan mikro dengan cara melakukan penghentian pencairan kredit selama bulan Maret sampai
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
104
September. Sedangkan kredit yang diberikan pada tahun lalu, PT Bank Pundi Indonesia akan melakukan penagihan tanpa adanya perpanjangan. Pada tahun 2011 NPL yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia sebesar 9,12%. Mengalami penurunan sebesar 41,84% dari tahun sebelumnya yakni tahun 2010 sebesar 50,96%. Penurunan NPL ini mengindisikan bahwa PT Bank Pundi Indonesia Tbk dapat mengelola kredit bermasalah, walaupun angka ini masih di atas ketentuan Bank Indonesia yakni minimal sebesar 5%.
4.2.2.3 ROA (Return on Asset) Sesudah Akuisisi Perhitungan ROA sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk tercantum pada tabel dibawah ini. Tabel 4.13 Perhitungan ROA Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 TAHUN Laba Sebelum Pajak Total Aktiva ROA 2010 -166.312.000.000 1.561.622.000.000 -10,65% 2011 -171.575.000.000 5.993.639.000.000 -2,86% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dideskripsikan bahwa laba sebelum pajak pasca akuisisi yakni tahun 2010-2011 menunjukkan hasil negatif yang berarti bank mengalami kerugian. Rugi sebelum pajak yang diperoleh pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun 2009. Hal ini disebabkan karena PT Bank Pundi Indonesia Tbk mampu menekan rugi operasional sebesar Rp. 14.239 milyar dari rugi operasional
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
105
tahun 2009 sebesar Rp. 170.562 milyar. Namun, pada tahun 2011 rugi sebelum pajak mengalami kenaikan sebesar RP. -171.575.000.000, ini disebabkan karena naiknya rugi operasional yang mencapai Rp. 169.612 milyar artinya meningkat sebesar Rp. 13.289 milyar seiring meningkatnya beban operasional sebesar Rp. 401.213 milyar dari tahun 2010. Gambaran mengenai total aktiva sesudah akuisisi terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 total aktiva yang dimiliki sebesar Rp. 1.561.622.000.000 meningkat sebesar Rp. 136.047 milyar dari tahun 2009, kemudian pada tahun 2011 total aktiva diperoleh sebesar Rp. 5.993.639.000.000,- dan ini merupakan total aktiva terbesar yang dimiliki PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2011. Berikut ini disajikan gambaran perkembangan ROA (Return on Asset) pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2010-2011:
0,00% -2,00%
2010
-2,86% 2011
-4,00% ROA Sesudah Akuisisi
-6,00% -8,00% -10,00%
-10,65%
-12,00%
Gambar 4.10 Grafik Perkembangan ROA Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 Pada tahun 2010 ROA mengalami penurunan drastis yakni sebesar -10,65% dan merupakan ROA terendah yang terjadi dalam kurun waktu enam tahun dari tahun Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
106
2006-2011. Meskipun pada tahun 2011 mengalami kenaikan total aktiva tetapi tidak menjadikan ROA yang dihasilkan diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 1,5% karena pada tahun 2011 masih mengalami kerugian sehingga ROA yang dihasilkan negatif. Jika ditinjau dari SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 pada tahun 2010 dan tahun 2011 mendapat peringkat 5 (tidak sehat) karena ROA yang diperoleh negatif. Ini menandakan ketidakefektifan bank dalam mengelola aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba secara keseluruhan. hal ini menunjukan bahwa
tidak
terwujudnya
keinginan
ekonomis
untuk
memperbaiki
faktor
profitabilitas pasca akuisisi.
4.2.2.4 ROE (Return on Equity) Sesudah Akuisisi Perhitungan ROE sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.14 Perhitungan ROE Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 TAHUN Laba Bersih Modal Sendiri ROE 2010 -88.646.000.000 256.563.000.000 -34,55 % 2011 -147.253.000.000 463.241.000.000 -31,79 % Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.11 mengenai perkembangan ROE sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
107
-30,00% 2010 -31,00% -32,00%
2011 -31,79%
-34,55%
ROE Sesudah Akuisisi
-33,00% -34,00% -35,00%
Gambar 4.11 Grafik Perkembangan ROE Sesudah akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011 Pada tabel 4.11 dapat dilihat mengenai perhitungan ROE yang terdiri dari laba bersih dan modal sendiri. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan modal sendiri menjadi Rp. 256.563.000.000,- artinya meningkat sebesar Rp. 210.378.000.000,dari tahun lalu dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar Rp. 463.241.000.000,- Peningkatan modal sendiri pada tahun 2010 dan tahun 2011 tidak sejalan dengan meningkatnya laba bersih pada tahun yang sama dan justru mengalami kerugian sehingga ROE yang dihasilkan negatif yakni sebesar -34,55% dan -31,79%. Jika ditinjau dari peringkat komposit ROE menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 mendapat peringkat 5 yang berarti bank berada dalam kondisi tidak sehat. Kondisi ini harus diperbaiki segera untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi sehingga dapat menarik para investor untuk menanamkan saham di perusahaan.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
108
4.2.2.5 BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) Sesudah Akuisisi. Perhitungan BOPO sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia tercantum pada tabel 4.15. Tabel 4.15 Perhitungan BOPO Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 Tahun Beban Operasional Pendapatan Operasional BOPO 2010 118.792.000.000 66.679.000.000 178,15% 2011 520.005.000.000 320.022.000.000 162,50% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Pada tabel 4.15 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 mengalami peningkatan beban operasional menjadi Rp. 118.792.000.000,- dan pada tahun 2011 meningkat sebesar Rp. 401.213.000.000,- atau menjadi Rp.520.005 milyar. Peningkatan beban operasional ini disebabkan karena meningkatnya beban umum dan administrasi sebesar Rp. 86.481.000.000,- atau menjadi sebesar Rp. 161.703.000.000,- dari tahun 2010 yakni Rp. 75.222.000.000,- dan meningkatnya beban tenaga kerja dan tunjangan
menjadi
Rp.
358.302.000.000,-
atau
meningkat
sebesar
Rp.
314.732.000.000,- dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 43.570.000.000,-. Selanjutnya mengenai pendapatan operasional PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Pada tahun 2010 pendapatan operasional mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp. 66.679.000.000,- dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 320.002.000.000,- artinya meningkat sebesar Rp. 253.343.000.000,- dari tahun 2010. Hal ini disebabkan karena meningkatnya pendapatan bunga menjadi Rp.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
109
515.943.000.000,- dan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp. 77.530.000.000,pada tahun ini. Setelah dijelaskan mengenai perhitungan BOPO setelah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia. Untuk lebih jelas mengenai perkembangan BOPO sesudah akuisisi digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini.
180,00% 175,00% 170,00% 165,00%
178,15%
BOPO Sesudah Akuisisi
160,00% 162,50%
155,00% 150,00% 2010
2011
Gambar 4.12 Grafik Perkembangan BOPO Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 Dari gambar 4.12 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 rasio BOPO yang diperoleh pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebesar 178,15% artinya meningkat sebesar 70,12% dari tahun 2009 yakni sebelum akuisisi. Besarnya angka ini disebabkan karena beban operasional yang meningkat menjadi Rp. 118.792 milyar. Pada tahun 2011 terjadi penurunan rasio BOPO sebesar 15,65% atau menjadi 162,50%. Hal ini disebabkan karena bank meningkatkan pinjaman yang diberikan kepada debitur sehingga adanya pertumbuhan pendapatan bunga sebesar Rp.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
110
400.199.000.000,- dari tahun sebelumnya yakni tahun 2010 yang hanya mampu meraih sebesar Rp.115.744.000.000,-. Jika ditinjau berdasarkan peringkat komposit BOPO menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2010 dan tahun 2011 mendapat peringkat 5 artinya tidak sehat karena BOPO yang diperoleh > 97% yakni sebesar 178,15% dan 162,50%. Hal ini mengindisikan bahwa kemampuan bank dalam melakukan efisiensi terhadap beban yang dikeluarkan tidak dapat dikelola dengan baik sehingga pendapatan yang diterima bank baik pendapatan bunga maupun pendapatan operasional lainnya kurang maksimal atau bahkan menurun. Kondisi ini harus ditanggapi serius oleh pihak manajemen bank untuk menghindari terjadinya kerugiankerugian yang akan menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat atau investor terhadap bank yang bersangkutan sehingga berpengaruh pada eksistensi dan kelangsungan hidup perusahaan.
4.2.2.6 LDR (Liquidity on Deposit Ratio) Sesudah Akuisisi Tabel 4.16 Perhitungan LDR Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 Total Kredit Total Simpanan LDR yang diberikan Pihak Ketiga 2010 612.751.000.000 1.159.818.000.000 52,83 % 2011 3.554.336.000.000 5.322.511.000.000 66,78 % Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk (Data Diolah) TAHUN
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
111
Pada tabel 4.16 dapat dilihat informasi mengenai total kredit yang diberikan dan total dana pihak ketiga PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah akuisisi. Pada tahun 2010 total kredit yang diberikan menurun sebesar Rp. 448.364 milyar dari tahun akuisisi yakni tahun 2009. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan kredit dalam bentuk konsumsi, modal kerja, dan investasi. Peningkatan terjadi pada tahun 2011
sebesar
Rp.
3.554.336.000.000,-
atau
meningkat
sebesar
Rp.
2.941.585.000.000,- dari tahun 2009 yang disebabkan meningkatnya kredit konsumsi dan investasi dengan total sebesar Rp. 3.393.482.000.000,- Kemudian total dana pihak ketiga yang diperoleh pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.159.818.000.000,menurun dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 148.199 milyar yang disebabkan karena penurunan jumlah dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, dan deposito. Perbandingan total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga dinamakan LDR. Berikut disajikan grafik mengenai perkembangan LDR sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2010-2011. 80,00% 60,00% 40,00% 20,00%
52,83%
66,78%
LDR Sesudah Akuisisi
0,00% 2010
2011
Gambar 4.13 Grafik Perkembangan LDR Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2010-2011 Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
112
Dari grafik yang tertera pada gambar 4.13 dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 PT Bank Pundi Indonesia Tbk memperoleh LDR sebesar 52,83%, menurun sebesar 24,85% dari tahun 2009 yakni sebelum akuisisi. Penurunan rasio ini disebabkan karena menurunnya total kredit yang diberikan dari tahun lalu dan meningkatnya total dana pihak ketiga dengan jumlah Rp. 1.159.818.000,- pada tahun ini. Peningkatan kembali pada tahun 2011 menjadi sebesar 66,78% atau meningkat sebesar 13,95% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya total kredit yang diberikan sebesar Rp. 2.941.585.000,- dari tahun sebelumnya. Selain itu, adanya peningkatan total dana pihak ketiga menjadi sebesar Rp. 5.322.511.000,- atau meningkat sebesar Rp. 4.162.693.000,- dari tahun sebelumnya yakni tahun 2010. Jika ditinjau berdasarkan peringkat komposit LDR menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2010 dan 2011 mendapat peringkat 1 artinya sangat sehat karena LDR yang diperoleh ≤ 75% yakni sebesar 52,83% dan 66,78%. Hal ini mengindisikan bahwa kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya sangat baik.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Perbandingan Kinerja CAR Sebelum dan Sesudah Akuisisi Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan apakah lebih baik atau tidak yakni dengan membandingkan rata-rata rasio keuangan antara sebelum dan sesudah akuisisi. Kinerja keuangan faktor permodalan ini diwakili rasio Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
113
CAR (Capital Adequacy Ratio). Perbandingan CAR pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah akuisisi diuraikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.17 Perbandingan Kinerja CAR Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011 Sebelum Akuisisi CAR Sesudah Akuisisi CAR 2006 9,37 % 2010 25,80 % 2007 11,92 % 2011 11,39 % 2008 9,34 % 2009 8,02 % Jumlah 38,65 % Jumlah 37,19 % Rata-rata 9,67 % Rata-rata 18,59 % Kesimpulan: CAR sesudah akuisisi lebih baik daripada sebelum akuisisi karena mengalami kenaikan rata-rata positif sebesar 8,92%.
Jika dibuat dalam bentuk grafik, rata-rata perbandingan kinerja CAR antara sebelum dan sesudah akuisisi akan tampak pada gambar 4.14 berikut ini. Perbandingan Rata-rata Kinerja CAR Sebelum dan Sesudah Akuisisi
20,00% 15,00%
18,59%
10,00% 5,00%
9,67%
0,00% Sebelum Akuisisi
Sesudah Akuisisi
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Rata-rata Kinerja CAR Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
114
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa CAR tertinggi diperoleh pada tahun 2010 sebesar 25,80% dan CAR terendah sebesar 8,02% yang diperoleh tahun 2009. Sedangkan dilihat dari gambar 4.14 menunjukkan rata-rata kinerja CAR sebelum akuisisi yaitu sebesar 9,67% dan rata-rata CAR sesudah akuisisi diperoleh sebesar 18,59%. Dalam kinerja CAR ini terdapat perbedaan nilai mean yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata CAR sesudah akuisisi dikurangi dengan rata-rata CAR sebelum akuisisi yaitu 18,59% - 9,67% = 8,92%. Perbedaan sebesar 8,92% ini menunjukkan tingginya rasio CAR sesudah akuisisi karena rata-rata CAR sesudah akuisisi lebih besar daripada rata-rata CAR sebelum akuisisi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan CAR antara sebelum dan sesudah akuisisi yang berarti meningkatnya kemampuan bank dalam mencukupi modal yang dibutuhkan untuk menutupi aktiva-aktiva yang mengandung risiko. Perbedaan ini membuktikan bahwa PT Bank Pundi Indonesia Tbk mampu meningkatkan permodalannya melalui akuisisi sehingga dapat menutupi aktiva yang mengandung risiko, hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya rasio CAR sesudah akuisisi melebihi standar CAR minimal 8% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Adanya perbedaan kinerja CAR antara sebelum dan sesudah akuisisi karena PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebagai bank yang mempunyai keinginan terus berkembang dalam meningkatkan kebutuhan permodalannya. Permodalan yang kuat merupakan salah satu hal yang wajib dipenuhi oleh perbankan dalam melakukan kegiatan operasinya agar terus bertahan dan berkembang dalam persaingan yang semakin ketat. Dalam kaitannya dengan bank ini, bahwa pada tanggal 26 Juli 2010 investor menyetorkan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
115
dananya senilai Rp 512,25 miliar. Masuknya modal baru itu menjadikan PT Recapital Securities sebagai pemegang saham pengendali PT Bank Pundi Indonesia Tbk dan mampu meningkatkan Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Pundi yang melonjak hingga 25,80%, jauh diatas batas mimimum ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%. Dengan kondisi tersebut, PT Bank Pundi Indonesia Tbk mampu melakukan pencadangan penuh terhadap aset kredit macet dan berhasil memperkuat modalnya melalui Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) pada bulan Oktober 2011 yang telah menjadikan struktur modal Bank Pundi bertambah sebesar Rp. 328,23 miliar, ini digunakan guna menambah jaringan operasional bank melalui pembukaan kantor baru serta untuk menambah modal kerja guna meningkatkan penyaluran kredit usaha kecil dan menengah. Berkat adanya penambahan modal ini PT Bank Pundi Indonesia Tbk akhirnya keluar dari pengawasan khusus Bank Indonesia akibat berbagai masalah yang menimpanya pada saat sebelum akuisisi. Selain adanya suntikan dana dari pihak pengakuisisi yakni adanya penambahan revaluasi aktiva tetap dan adanya cadangan umum asset produktif. Sebagai upaya dalam meningkatkan rasio CAR yang sempat menurun kembali pada tahun 2011 dari tahun 2010 yang mencatat prestasi yang cukup menggembirakan adalah dengan cara dengan mengkonversi utang pihak berelasi menjadi dana setoran modal.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
116
4.3.2 Perbandingan Kinerja NPL Sebelum dan Sesudah Akuisisi Kinerja keuangan dalam faktor kualitas asset dalam penelitian ini diwakili oleh rasio NPL (Non Performing Loan). Kinerja NPL pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah akuisisi diuraikan dalam tabel 4.18. Tabel 4.18 Perbandingan Kinerja NPL Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Periode 2006-2011 Sebelum Akuisisi NPL Sesudah Akuisisi NPL 2006 7,89 % 2010 50,96% 2007 15,29% 2011 9,12% 2008 18,15% 2009 28,45% 69,78% 60,08% Jumlah Jumlah Rata-rata 17,45% Rata-rata 30,04% Kesimpulan: NPL sesudah akuisisi lebih buruk dari pada sebelum akuisisi karena rata-rata NPL meningkat sebesar 12,59%, angka ini jauh di atas standar NPL yang ditetapkan BI yakni minimal 5 %.
Jika dibuat dalam bentuk grafik, rata-rata perbandingan kinerja NPL antara sebelum dan sesudah akuisisi akan tampak pada gambar 4.15.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
117
Perbandingan Rata-rata Kinerja NPL Sebelum dan Sesudah Akuisisi
40,00% 30,04%
20,00% 0,00%
17,45% Sebelum Akuisisi
Sesudah Akuisisi
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Rata-rata Kinerja NPL Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011 Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa NPL tertinggi yakni pada tahun 2010 sebesar 50,96% dan NPL terendah sebesar 7,89% yang diperoleh tahun 2006. Dan pada gambar 4.15 dapat dilihat bahwa rata-rata kinerja NPL sebelum akuisisi yang diperoleh sebesar 17,45% dan rata-rata NPL sesudah akuisisi diperoleh sebesar 30,04%. Dalam kinerja NPL ini terdapat perbedaan nilai mean yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata NPL sesudah akuisisi dikurangi dengan rata-rata NPL sebelum akuisisi yaitu 30,04%-17,45%= 12,59%. Perbedaan sebesar 12,59% ini menunjukkan tingginya rasio NPL sesudah akuisisi karena rata-rata NPL sesudah akuisisi lebih besar daripada rata-rata NPL sebelum akuisisi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan NPL antara sebelum dan sesudah akuisisi yang berarti rendahnya kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah. Semakin tinggi rasio NPL mengindisikan bahwa kinerja bank tidak sehat karena rasio yang diperoleh melebihi 5%. Tidak adanya perbedaan kinerja NPL antara sebelum dan sesudah akuisisi ini disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal dan eksternal. Jika dilihat
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
118
dari faktor internal, faktor penyebabnya adalah karena pada tahun 2010 PT Bank Pundi Indonesia Tbk melakukan penggabungan usaha dan merupakan proses transisi menuju transformasi bisnis yang berbeda dengan masa sebelum akuisisi, seiring dengan adanya perubahan orientasi pemberian Kredit ke sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang baru dimulai Oktober 2010. Sebagai bagian dari proses penggabungan usaha, pencairan kredit di tahun 2010 mengalami perlambatan. Hal ini disebabkan, manajemen ingin melakukan analisa dan pemeriksaan secara tuntas mengenai kualitas dan profil risiko setiap debitur untuk menghindari tidak tertagihnya piutang debitur. Sehingga pada tahun 2011 dapat menyalurkan kembali kredit kepada debitur dengan prinsip kehati-hatian. Selain itu, bertambahnya kredit kolektibilitas ke lima (macet) pada tahun 2010 dan masih terdapat peninggalan kredit macet pada masa sebelumnya yakni sebelum akuisisi yang belum tertagih. Jika ditinjau dari faktor ekternal yakni karena kurang kondusifnya kondisi ekonomi makro menyebabkan debitur gagal beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sehingga aktivitas usaha debitur terhambat, hal ini menyebabkan debitur tidak dapat membayar jumlah kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan waktu yang telah disepakati. Sementara dari sudut bank terhadap transaksi perkreditan yakni karena analisa kredit yang kurang tajam terutama penilaian terhadap kelayakan usaha dan pemberian kebijakan kredit yang terlalu longgar. Upaya yang dilakukan oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk saat ini adalah lebih fokus untuk penagihan dan tidak akan dilakukan perpanjangan ataupun dilakukan penambahan, penjualan agunan secara sukarela, eksekusi hak tanggungan dan mulai melakukan penyempurnaan dalam proses -proses Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
119
persetujuan kredit, antara lain pengajuan proposal kredit dilakukan dengan metode presentasi oleh Account Officer dihadapan komite kredit terkait, yang tujuannya untuk meningkatkan suatu proses yang baik dan membangun sistem peringatan dini (Early Warning System) yakni sistem yang digunakan untuk mendeteksi gejala dini yang dapat mempengaruhi perkembangan kebijakan finansial perusahaan guna menjaga kualitas kredit yang baik. Mengingat pemberian kredit ini merupakan bagian dari transformasi bisnis PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Seluruh pencairan baru disalurkan ke segmen usaha mikro, sedangkan kredit komersial yang ada saat ini akan diselesaikan dan tidak ada pencairan baru untuk kredit komersial agar PT Bank Pundi Indonesia Tbk dapat fokus pada pembiayaan UMKM. Disamping itu, manajemen bank termasuk Direksi, harus senantiasa memelihara hubungan yang baik dengan debitur, baik dengan pemilik maupun dengan pihak manajemen, antara lain dengan melakukan kunjungan secara berkala, sehingga dapat diperoleh informasi secara jelas mengenai usaha debitur. Kemudian upaya untuk menyelamatkan kredit bermasalah yang telah terjadi yakni dengan cara rescheduling, reconditioning, atau restructuring.
4.3.3 Perbandingan ROA Sebelum dan Sesudah Akuisisi Kinerja keuangan berdasarkan rasio ROA (Return on Asset). Kinerja ROA pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah akuisisi diuraikan dalam tabel 4.19.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
120
Tabel 4.19 Perbandingan Kinerja ROA Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011 Sebelum Akuisisi ROA Sesudah Akuisisi ROA 2006 -1,42% 2010 -10,65% 2007 0,13% 2011 -2,86% 2008 -1,88% 2009 -7,90% -11,07% -13,51% Jumlah Jumlah Rata-rata -2,77% Rata-rata -6,76% Kesimpulan: ROA sesudah akuisisi lebih buruk dari pada sebelum akuisisi karena mengalami kenaikan rata-rata ROA yang negatif sebesar 3.99%, angka ini jauh di bawah standar ROA yang ditetapkan BI yakni 1,5%. Jika dibuat dalam bentuk grafik, rata-rata perbandingan kinerja ROA antara sebelum dan sesudah akuisisi akan tampak pada gambar 4.16. Perbandingan Rata-rata Kinerja ROA Sebelum dan Sesudah Akuisisi
0,00% -2,00%
Sebelum Akuisisi -2,77%
Sesudah Akuisisi
-4,00% -6,00%
-6,76%
-8,00%
Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Rata-rata Kinerja ROA Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011 Berdasarkan tabel 4.19 diketahui ROA tertinggi yakni pada tahun 2007 sebesar 0,13% dan ROA terendah sebesar -10,65% yang diperoleh tahun 2010.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
121
Sedangkan pada gambar 4.16 dapat dilihat rata-rata kinerja ROA sebelum akuisisi yang diperoleh yaitu sebesar -2,77% dan rata-rata ROA sesudah akuisisi diperoleh sebesar -6,76%. Dalam kinerja ROA ini terdapat perbedaan nilai mean yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata ROA sesudah akuisisi dikurangi dengan rata-rata ROA sebelum akuisisi yaitu (-6,76)% - (-2,77)%= -3,99%. Perbedaan sebesar 3,99% ini menunjukkan bahwa rendahnya rasio ROA yang dihasilkan oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk pasca akuisisi karena perbedaan nilai meannya negatif. Rata-rata ROA sesudah akuisisi lebih kecil dibandingkan dengan ROA sebelum akuisisi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan ROA antara sebelum dan sesudah akuisisi yang berarti rendahnya kemampuan bank dalam mengelola aset yang dimiliki untuk memperoleh laba. Tidak adanya perbedaan kinerja ROA antara sebelum dan sesudah akuisisi ini disebabkan oleh besarnya kerugian yakni rugi sebelum pajak yang diderita oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk pada tahun 2010 akibat meningkatnya beban tenaga kerja dan tunjangan seiring dengan adanya penggabungan usaha melalui akuisisi sebesar Rp. 22.364.000.000,- , angka ini naik hampir dua kali lipat dari beban tenaga kerja dan tunjangan dari tahun 2009 yakni sebelum akuisisi, selain itu pada tahun 2011 beban tenaga kerja dan tunjangan melambung tinggi mencapai Rp. 352.382.000.000,- yang tidak diiringi dengan jumlah pendapatan yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian rata-rata ROA yang dihasilkan sesudah akuisisi lebih kecil daripada rata-rata ROA sebelum akuisisi karena besarnya kerugian yang diderita meskipun sesudah akuisisi total aset yang diperoleh terus mengalami peningkatan hingga tahun 2011. Peningkatan aset Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
122
disebabkan oleh peningkatan aset keuangan berupa penempatan pada Bank Indonesia, surat berharga atau efek-efek, dan kredit yang diberikan, seiring dengan masuknya modal tambahan pada Penawaran Umum Terbatas (PUT) II sebesar Rp. 328.000.000.000,- di bulan Oktober 2011.
4.3.4 Perbandingan ROE Sebelum dan Sesudah Akuisisi Kinerja keuangan ROE (Return on Equity) juga merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perbankan dari segi rentabilitas. Perbandingan ini dapat dilihat apakah ada perbedaan antara ROE sebelum akuisisi dengan sesudah akuisisi sebagai acuan dalam mengambil keputusan, sehingga dapat menarik investor dan masyarakat. Berikut ini disajikan tabel mengenai perbandingan kinerja ROE sebelum dan sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Tabel 4.20 Perbandingan Kinerja ROE Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Periode 2006-2011 Sebelum Akuisisi ROE Sesudah Akuisisi ROE 2006 -11,8% 2010 -34,55% 2007 0,61% 2011 -31,79% 2008 -36,31% 2009 -28,83% Jumlah -76,33% Jumlah -66,34% Rata-rata -19,08% Rata-rata -33,17% Kesimpulan: ROE sesudah akuisisi lebih buruk dari pada sebelum akuisisi karena mengalami kenaikan rata-rata ROE yang negatif sebesar -14,09%, angka ini jauh di bawah standar ROE yang ditetapkan BI yakni lebih dari 12,5%.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
123
Jika dibuat dalam bentuk grafik, rata-rata perbandingan kinerja ROE antara sebelum dan sesudah akuisisi akan tampak pada gambar 4.17 berikut ini.
Perbandingan Rata-rata Kinerja ROE Sebelum dan Sesudah Akuisisi
0,00% -10,00%
Sebelum Akuisisi -19,80%
Sesudah Akuisisi
-20,00% -30,00%
-33,70%
-40,00%
Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Rata-rata Kinerja ROE Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011
Berdasarkan tabel 4.20 diketahui ROE tertinggi yakni pada tahun 2007 sebesar 0,16% dan ROE terendah sebesar -36,31% yang diperoleh tahun 2008. Sedangkan pada gambar 4.16 dapat dilihat bahwa rata-rata kinerja ROE sebelum akuisisi yang diperoleh yaitu sebesar -19,08% dan rata-rata ROE sesudah akuisisi diperoleh sebesar -33,17%. Dalam kinerja ROE ini terdapat perbedaan nilai mean yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata ROE sesudah akuisisi dikurangi dengan rata-rata ROE sebelum akuisisi yaitu (-33,17)% - (-19,08)%= -14,09%. Perbedaan sebesar -14,09 % ini menunjukkan bahwa rendahnya rasio ROE yang dihasilkan oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk pasca akuisisi karena perbedaan nilai meannya negatif. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa rara-rata ROE sesudah akuisisi lebih
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
124
kecil dibandingkan dengan ROE sebelum akuisisi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan ROE antara sebelum akuisisi dengan sesudah akuisisi yang berarti rendahnya kemampuan bank dalam mengelola modal sendiri yang dimiliki bank yang berupa modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, laba ditahan yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan. Tidak adanya perbedaan kinerja ROE antara sebelum dan sesudah akuisisi disebabkan karena pada tahun 2010 Bank Pundi masih melakukan penyesuaian-penyesuaian dari proses akuisisi yang dilakukan dengan PT Recapital securities. Tahun 2011 juga melakukan investasi berupa pembangunan dan perbaikan perbaikan infrastruktur seperti pembangunan 168 kantor yang menjadikan jumlah kantor Bank Pundi sebanyak 187 di akhir tahun 2011 yang tersebar di seluruh Indonesia dari sebelumnya sebanyak 19 kantor dan hanya berada di beberapa kota besar. Selain itu, penambahan sumber daya manusia dan perbaikan sistem remunerasi, penyempurnaan sistem teknologi dan informasi juga menjadi beban investasi pada tahun 2011. Sedangkan dari sisi modal sendiri yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk berupa modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, laba ditahan pasca akuisisi terus mengalami peningkatan akibat dari adanya proses akuisisi. Peningkatan modal pasca akuisisi tidak menjadikan ROE yang dihasilkan baik karena besarnya kerugian yang diderita pasca akuisisi.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
125
4.3.5 Perbandingan BOPO Sebelum dan Sesudah Akuisisi Kinerja keuangan berdasarkan rasio BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah akuisisi diuraikan dalam tabel 4.21. Tabel 4.21 Perbandingan Kinerja BOPO Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011 Sesudah Akuisisi Sebelum Akuisisi BOPO BOPO 2006 2010 157,35% 178,15% 2007 2011 86,06% 162,5% 2008 111,27% 2009 108,03% Jumlah 462,71% Jumlah 340,65% Rata-rata 115,68% Rata-rata 170,33% Kesimpulan: BOPO sesudah akuisisi lebih buruk dari pada sebelum akuisisi karena rata-rata BOPO meningkat sebesar 54,65%, angka JBOPO sesudah akuisisi berada di atas standar BOPO yang ditetapkan BI yakni kurang dari 95%. I Jika dibuat dalam bentuk grafik, rata-rata perbandingan kinerja BOPO antara sebelum dan sesudah akuisisi akan tampak pada gambar 4.18 berikut ini.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
126
Perbandingan Rata-rata Kinerja BOPO Sebelum dan Sesudah Akuisisi
200,00% 150,00% 100,00% 50,00% 0,00%
170,33% 115,68%
Sebelum Akuisisi
Sesudah Akuisisi
Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Rata-rata Kinerja BOPO Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011 Berdasarkan tabel 4.21 diketahui BOPO tertinggi diperoleh pada tahun 2010 sebesar 178,15% dan BOPO terendah sebesar 86,06% yang diperoleh tahun 2007. Sedangkan pada gambar 4.18 dapat dilihat rata-rata kinerja BOPO sebelum akuisisi yang diperoleh yaitu sebesar 115,68% dan rata-rata BOPO sesudah akuisisi diperoleh sebesar 170,33%. Dalam kinerja BOPO ini terdapat perbedaan nilai mean yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata BOPO sesudah akuisisi dikurangi dengan ratarata BOPO sebelum akuisisi yaitu 170,33% - 115,68%= 54,65%. Perbedaan sebesar 54,65% ini menunjukkan bahwa besarnya angka BOPO yang dihasilkan oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk pasca akuisisi mengindisikan rendahnya kemampuan bank dalam melakukan efisiensi kegiatan operasionalnya. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa rara-rata BOPO sesudah akuisisi lebih besar dibandingkan dengan BOPO sebelum akuisisi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan BOPO antara sebelum akuisisi dan sesudah akuisisi karena angka BOPO melebihi standar ketentuan yang ditetapkan BI sebesar > 95% dan ≤ 96%. Tidak Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
127
adanya perbedaan kinerja BOPO antara sebelum dan sesudah akuisisi disebabkan besarnya beban operasional lainnya yang dikeluarkan pasca akuisisi. Beban operasional lainnya terdiri dari beban tenaga kerja dan tunjangannnya maupun beban umum dan administrasi. Pasca akuisisi beban tenaga kerja dan tunjangannya meningkat akibat adanya perekrutan pegawai baru. Penambahan tenaga kerja yang sangat signifikan ini seiring dengan pengembangan jaringan kantor yang dibangun di berbagai wilayah di Indonesia selama tahun 2011. Kemudian, beban umum dan administrasi yang meningkat karena kenaikan biaya sewa, penyusutan asset tetap dan outsourcing tenaga kerja seiring dengan pengembangan jaringan kantor Bank Pundi, dengan tambahan 168 kantor baru pada tahun 2011 dan peningkatan beban bunga yang disebabkan oleh meningkatnya dana pihak ketiga khususnya deposito pasca akuisisi. Sementara itu pendapatan bunga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum akuisisi yang disebabkan meningkatnya pemberian kredit, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain serta surat berharga/efek-efek serta meningkatnya pendapatan operasional lainnya. Kenaikan tersebut terutama diperoleh dari keuntungan penjualan efek-efek dan pendapatan administrasi. Namun, dengan meningkatnya pendapatan yang diperoleh pasca akuisisi tidak menjadikan nilai BOPO semakin baik karena besarnya beban operasional berupa beban umum dan administrasi maupun beban tenaga kerja dan tunjangannya. Rasio BOPO haruslah menjadi perhatian khusus agar perusahaan selalu berada pada tingkat efisiensi sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan perbankan. Bagi pihak regulator yakni Bank Indonesia diharapkan selalu memperhatikan perkembangan rasio BOPO bankEva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
128
bank yang berada dalam pengawasannya agar kinerja keuangan yang dicapai bankbank tersebut akan selalu meningkat. Kemudian bagi investor, rasio ini perlu diperhatikan sebagai salah satu bahan pertimbangannya dalam menentukan strategi investasinya. Sebagai upaya untuk menekan besarnya nilai BOPO adalah menerapkan GCG (Good Corporate Governance) karena dengan adanya tata kelola yang baik dari manajemen bank akan mampu meningkatkan efisiensi perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
4.3.6 Perbandingan LDR Sebelum dan Sesudah Akuisisi Kinerja keuangan berdasarkan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah akuisisi diuraikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.22 Perbandingan Kinerja LDR Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Periode 2006-2011 Sebelum Akuisisi LDR Sesudah Akuisisi LDR 2006 74,76% 2010 52,83% 2007 77,46% 2011 66,78% 2008 60,64% 2009 77,68% Jumlah 290,54% Jumlah 119,61% Rata-rata 72,64% Rata-rata 59,81% Kesimpulan: LDR sesudah akuisisi lebih baik dari pada sebelum akuisisi karena mengalami penurunan rata-rata LDR sebesar 12,83% dari sebelum akuisisi.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
129
Jika dibuat dalam bentuk grafik, rata-rata perbandingan kinerja LDR antara sebelum dan sesudah akuisisi akan tampak pada gambar 4.19. Perbandingan Rata-rata Kinerja LDR Sebelum dan Sesudah Akuisisi
80,00% 60,00%
72,64%
40,00%
59,81%
20,00% 0,00% Sebelum Akuisisi
Sesudah Akuisisi
Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Rata-rata Kinerja LDR Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011
Berdasarkan tabel 4.22 diketahui LDR tertinggi diperoleh pada tahun 2009 sebesar 77,68% dan LDR terendah sebesar 52,83% yang diperoleh tahun 2007. Sedangkan berdasarkan gambar 4.19 dapat dilihat bahwa rata-rata kinerja LDR sebelum akuisisi yang diperoleh yaitu sebesar 72,64% dan rata-rata LDR sesudah akuisisi diperoleh sebesar 59,81%. Dalam kinerja LDR ini terdapat perbedaan nilai mean yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata LDR sesudah akuisisi dikurangi dengan rata-rata LDR sebelum akuisisi yaitu 59,81% - 72,64%= -12,83%. Perbedaan sebesar 12,83% ini menunjukkan bahwa kecilnya LDR yang dihasilkan oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk pasca akuisisi yang berarti kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya sangat baik artinya tingginya kemampuan Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
130
likuiditas bank. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa rara-rata LDR sesudah akuisisi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata LDR sebelum akuisisi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan LDR antara sebelum dan sesudah akuisisi. Adanya perbedaan kinerja LDR antara sebelum dan sesudah akuisisi disebabkan meningkatnya total kredit yang diberikan PT Bank Pundi Indonesia Tbk pasca akuisisi. Pada akhir tahun 2011, total kredit mencapai Rp. 3,55 triliun. Peningkatan ini terjadi karena penyaluran kredit mikro yang mulai dijalankan seiring dengan pembangunan jaringan kantor PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Dari total kredit tersebut, sebesar Rp. 3,13 triliun merupakan kredit baru yang 100% disalurkan untuk segmen mikro. Sisanya adalah kredit komersial yang merupakan portofolio yang sudah ada sebelumnya. Jumlah kredit komersial ini akan diselesaikan dan terus berkurang agar PT Bank Pundi Indonesia Tbk dapat lebih fokus pada pembiayaan UMKM. Sementara untuk penghimpunan dana pihak ketiga yang berupa giro, tabungan dan deposito mencapai Rp. 1,15 triliun pada tahun 2010 dan Rp. 5,32 triliun pada tahun 2011. Hal ini mencerminkan kembalinya kepercayaan masyarakat terhadap PT Bank Pundi Indonesia Tbk pasca pengalihan kepemilikan saham pada bulan Juli 2010 dan perubahan orientasi bisnis PT Bank Pundi Indonesia Tbk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Struktur dana pihak ketiga didominasi oleh deposito, karena PT Bank Pundi Indonesia Tbk masih dalam tahap pengembangan usaha mikro, sehingga masih fokus pada produk deposito untuk menghimpun dana pihak ketiga.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
131
4.3.7 Hasil Uji Variabel Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pengujian variabel kinerja keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum dan sesudah akuisisi yakni menggunakan uji rata-rata seperti yang terlihat pada tabel 4.23 berikut ini. Tabel 4.23 Hasil Uji Variabel Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011 Rasio Keuangan CAR NPL ROA ROE BOPO LDR
Rata-rata Sebelum Akuisisi 9,67% 17,45% -2,77% 19,08% 115,68% 72,64%
Rata-rata Sesudah Akuisisi 18,59% 30,04% -6,76% -33,17% 170,33% 59,81%
Kesimpulan Terdapat perbedaan Tidak terdapat perbedaan Tidak terdapat perbedaan Tidak terdapat perbedaan Tidak terdapat perbedaan Terdapat perbedaan
Dari tabel 4.23 di atas dapat diketahui bahwa untuk rasio CAR dan LDR menunjukkan adanya perbedaan lebih baik setelah PT Bank Pundi Indonesia Tbk melakukan akuisisi dengan PT Recapital Securities pada tahun 2010, sedangkan untuk rasio NPL, ROA, ROE, dan BOPO menunjukkan tidak adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah akuisisi karena rasio yang dihasilkan lebih buruk daripada rasio yang dihasilkan pada saat sebelum akuisisi. Secara umum tujuan akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk belum terwujud di tahun pertama pasca akuisisi karena dari enam variabel kinerja keuangan yang penulis teliti hanya dua rasio yang menunjukkan adanya perbedaan lebih baik yakni rasio CAR dan LDR.
Eva Utami,2013
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Pt Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu