BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan berturut-turut (1) hasil penelitian yang meliputi (a) hasil pengujian analisis deskriptif data penelitian untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik skor dari subjek penelitian dari setiap variabel yang telah diteliti, (b) hasil pengujian persyaratan analisis, (c) hasil pengujian hipotesis penelitian, (2) pembahasan, dan (3) keterbatasan penelitian.
4.1 Hasil Penelitian 1. Deskriptif Data Penelitian Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini terdiri dari: hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika (Y) dan gaya kognitif siswa (X). skor masing-masing data ini dideskripsikan dalam bentuk rata-rata atau mean (M), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (SD), distribusi frekuensi, dan histogram. Rekapitulasi data hasil penelitian disajikan pada tabel 4.1 dan hasil perhitungan disajikan pada lampiran 12. Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Data Hasil Penelitian
Variabel Y X
Skor Min 4 60
Skor Max 15 172
Range 11 112
Data Mean Median
Modus
SD
10,2 110,16
10,39 98,5
2,33 28,262
8,25 91,23
Keterangan: Y= Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika X= Gaya kognitif siswa Uraian deskripsi data hasil penelitian secara lengkap disajikan sebagai berikut. a. Data Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika
Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika diambil melalui tes objektif. Apabila jawabannya salah bernilai nol dan jika benar nilainya 1. Skor minimum yang dicapai adalah 0 dan skor maksimum adalah 16. Berdasarkan rentangan skor 0 sampai 16, diperoleh rerata teoritik adalah 102,2. Berdasarkan data dari 30 orang siswa di SMP Negeri 1 Tilong Kabila, diperoleh skor minimum 4, maksimum15, rerata (M) sebesar 10, 2; median (Me) sebesar 8, 25; modus (Mo) sebesar 10, 39; dan standar deviasi (SD) sebesar 2, 33. Dari skor maksimum dan minimum tersebut, diperoleh rentangan skor 11, panjang kelas interval 2 dan banyaknya kelas interval 6. (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 4). Sebaran data-data tersebut disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Interval Kelas 4-5
6-7 8-9 10-11 12-13 14-15
Frekuensi absolut 1 7 4 8 3 7 30
Frekuensi relatif
3,33% 23,33% 13,33% 26,67% 10,00% 23,33%
Berdasarkan Tabel 4.2 nampak bahwa ada 8 orang siswa atau 26,67% memperoleh skor hasil belajar matematika sekitar rata-rata, ada 10 orang siswa atau 33,33% memperoleh skor di atas rata-rata, dan 12 orang siswa atau 40, 00% memperoleh skor di bawah rata-rata. Lebih jelasnya sebaran data berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 4.2 di atas disajikan dalam bentuk histogram seperti tampak pada gambar 4.1.
8 7
4.1: Hasil b. Data Gaya
6 5 4 3 2 1 0
Gambar Histogram Belajar Siswa Kognitif Siswa
Data siswa
gaya
diambil
kognitif melalui
kuesioner yang tersebar ke dalam 38 butir pernyataan. Berdasarkan hasil kuesioner gaya kognitif siswa yang diambil dari 30 orang siswa diperoleh skor maksimum 172 dan skor minimum 60, rerata (M) sebesar 110,6; median (Me) sebesar 91, 23; Modus (Mo) sebesar 98, 5; dan standar deviasi (SD) sebesar 28, 262 Dari skor maksimum dan minimum tersebut, diperoleh rentangan skor 112, panjang kelas interval 19 dan banyaknya kelas interval 6. (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 4). Sebaran data-data tersebut disajikan dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Gaya Kognitif Siswa Interval kelas 60-78 79-97 98-116 117-135 136-154 155-173 Jumlah
fi 5 6 6 6 6 1 30
Frekuensi relatif 16,67% 20,00% 20,00% 20,00% 20,00% 3,33%
Berdasarkan Tabel 4.3 nampak bahwa ada 6 orang siswa atau 20,00% memperoleh skor gaya kognitif sekitar rata-rata, ada 13 orang siswa atau 43,33% memperoleh skor di atas ratarata, dan 11 orang siswa atau36,67% memperoleh skor di bawah rata-rata. Lebih jelasnya sebaran data berdasarkan distribusi frekuensi pada Tabel 4.3 di atas disajikan dalam bentuk histogram seperti tampak pada gambar 4.2.
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Gambar 4.2: Histogram Frekuensi Gaya Kognitif Siswa
2. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis Data
Pengujian persyaratan analisis data yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengujian normalitas galat regresi Hasil Belajar (Y) atas Gaya Kognitif
(X). Pengujian
normalitas data menggunakan uji galat taksiran (Y- Yˆ ) dengan menggunakan uji Lilliefors (L0)Hipotesis statistik yang diuji dinyatakan sebagai berikut: H0 H1
: Populasi galat taksiran berdistribusi normal : Populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah H0 jika L0 Ltabel dan tolak H0 jika L0 Ltabel pada taraf nyata α yang dipilih. Dalam penelitian ini dipilih α = 0,05, sehingga untuk n = 30 maka nilai
Ltabel = 0,16176 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program Excel For Windows 2007 diperoleh L0= 0,08320. (Hasil perhitungan disajikan pada lampiran 5). Karena nilai L0 = 0,08320 < Ltabel = 0,16176 maka di simpulkan bahwa galat regresi Y atas X berdistribusi normal. Dalam hal ini data berasal dari populasi berdistribusi normal, yang berarti persyaratan normalitas data untuk regresi linear sederhana Y atas X dipenuhi. Rangkuman hasil pengujian normalitas galat regresi Y atas X di sajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Galat Regresi Hasil belajar Matematika (Y) atas Gaya Kognitif Siswa (X) Galat taksiran
L0
(Y - Yˆ )
0.08320
Lt α = 0,05 0,16176
Kesimpulan Normal
3. Hasil Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa persyaratan analisis korelasi dan regresi sederhana yakni pengujian normalitas data penelitian telah dipenuhi. Dengan demikian,
data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini layak menggunakan Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana.
Dari hasil analisis regresi sederhana data variabel cara belajar dengan hasil
belajar matematika siswa menghasilkan arah regresi b sebesar 0,07 dan konstanta a sebesar 2,30. Dengan demikian bentuk hubungan dari kedua variabel tersebut digambarkan oleh persamaan regresi 𝑌 = 2,30 + 0,07(𝑋). Sebelum digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat linearitas dan signifikansi regresi. Untuk mengetahui kelinearan dan derajat signifikansi (keberartian regresi) digunakan uji F. Dengan menggunakan bantuan program program Excel For Windows 2007 diperoleh nilai F seperti tampak pada Tabel 4.5. Perhitungan disajikan pada lampiran 5. Tabel 4.5 ANAVA Untuk Uji Signifikansi dan Linearitas Dari Hasil Belajar Matematika atas Gaya Kognitif Siswa Sumber Variansi
Derajat Kebebasan (dk)
Jumlah Kuadrat (JK)
Rata-rata Jumlah kuadrat (RJK)
Total
30
3426
Regresi(a) Regresi b|a Residu
1 1 30
3121,2 124,757 180, 043
3121, 2 124, 757 6.430092641
Tuna cocok
28
177, 54
6.828561305
Kesalahan (eror)
2
2, 50
1.25
Keterangan: dk : Derajat kebebasan JK : Jumlah Kuadrat RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat
F Hitung
Signifikan = 19, 40
F Tabel
4,20
Linier = 5, 46 19,45 Keterangan : perbandingn F hitung dengan F tabel signifikan dan linieritas ternyata 19, 40 > 4, 20 Signifikan 5, 46 < 19, 45 Pola linier
Dari tabel ANAVA di atas diperoleh 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 5,46 untuk taraf nyata α = 0,05 dk pembilang = 26 dan dk penyebut = 2 diperoleh 𝐹 0,95
(22,2)
= 19,45. Dengan kriteria pengujian
Jika Fhitung Ftabel maka model regresi berbentuk linear, dalam hal lain jika Fhitung Ftabel , maka model regresi tidak berbentuk linear pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang = k - 2 dan dk penyebut = n - k. Karena 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 5,46 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 19,45 berarti persamaan regresi 𝑌 = 2,30 + 0,07 𝑋 berbentuk linear. Dari persamaan 𝑌 = 2,30 + 0,07(𝑋). Diperoleh konstanta sebesar 2,30 yang menyatakan bahwa jika tidak ada nilai dari variabel gaya kognitif siswa (X), maka nilai hasil belajar siswa (Y) adalah 2,30. Koefisien regresi sebesar 0,07 menyatakan bahwa setiap penambahan satu skor nilai gaya kognitif siswa akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,07 pada hasil belajar matematika siswa (Y). Kemudian untuk pengujian signifikansi persamaan regresi diperoleh 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 19,40 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut = 28 diperoleh 𝐹 0,95
(1,28)
= 4,20. Dengan kriteria pengujian jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang 1 dan dk penyebut = n-2 maka regresi signifikan, dalam hal lain tidak signifikan. Karena 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 19,40 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 4,20, berarti persamaan regresi 𝑌 = 2,30 + 0,07(𝑋)sangat signifikan. Untuk uji korelasi sederhana skor gaya kognitif siswa (X) dengan skor hasil belajar siswa (Y) diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,6397. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan) setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji–t pada α = 0,05. Ini berarti bahwa koefisien korelasi gaya kognitif siswa (X) dengan hasil belajar siswa (Y) adalah sangat signifikan (analisis uji signifikansi koefisien korelasi disajikan pada lampiran 5). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara gaya kognitif siswa (X) dengan hasil belajar siswa (Y), yaitu
semakin tinggi gaya kognitif siswa, akan semakin tinggi pula hasil yang diperoleh pada mata pelajaran matematika siswa teruji kebenarannya. Pengaruh positif antara gaya kognitif dengan hasil belajar siswa didukung oleh koefisien determinasi (r2) sebesar 0,4093. Hal ini berarti bahwa 40,93% variasi yang terjadi pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dijelaskan oleh variasi cara belajar matematika (X) melalui persamaan regresi 𝑌 = 2,30 + 0,07(𝑋). Rangkuman hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi antara gaya kognitif siswa dengan hasil belajar matematika dan kontribusinya disajikan pada tabel 4.6, serta perhitungannya disajikan pada lampiran 15. Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Gaya kognitif Siswa (X) dengan Hasil Belajar Matematika (Y) n
dk
𝑟𝑥𝑦
𝑟2
30
28
0,6397
0,4093
Kontribusi (%) 40,93
𝑡ℎ𝑖𝑡 4,40478**
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 α = 0,05 2,048
Keterangan: n = Jumlah Responden 𝑟𝑥𝑦 = Koefisien Korelasi antara Gaya Kognitif Siswa dengan Hasil Belajar matematika 𝑟 2 = Koefisien Determinasi antara Gaya kognitif Siswa dengan Hasil Belajar Matematika ** = Koesifien Korelasi sangat Signifikan (𝑡ℎ𝑖𝑡 = 4,40478> 𝑡𝑡𝑎𝑏 = 2,048 pada α = 0,05) 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian mengacu pada hasil pengujian hipotesis penelitian yaitu hubungan antara gaya kognitif siswa dengan hasil belajar siswa. Dari analisis diperoleh persamaan regresi 𝑌 = 2,30 + 0,07(𝑋). Model regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor gaya kognitif akan diikuti oleh peningkatan skor hasil belajar siswa sebesar 0,07 unit pada konstanta 2,30. Dengan kata lain makin tinggi tingkat gaya kognitif siswa, makin tinggi
pula hasil belajar siswa yang akan diperoleh pada mata pelajaran matematika. Hal ini pula ditunjukkan oleh pendapat para responden dalam mengisi angket dan tes hasil belajar seperti pada responden no.3 memiliki skor hasil belajar 4 (lampiran 3) dan skor gaya kognitif 141 (lampiran 3). Hal mengidentifikasikan bahwa siswa tersebut memiliki gaya belajar field dependent. Selanjutnya pada responden no. 29 memiliki skor hasil belajar 15 (lampiran 3) dan skor gaya kognitif 149 (lampiran 3). Hal ini mengartikan bahwa siswa tersebut memiliki gaya kognitif field independent. Makna “tinggi” pada gaya kognitif ini mencerminkan kemampuan khas peserta didik dalam mempelajari materi matematika secara lebih mendetail sampai kebagian-bagian tertentu dan ulet menyelesaikan soal atau memecahkan masalah matematika. Gaya kognitif yang bercirikan seperti ini adalah gaya kognitif field independent. Gaya kognitif ini sangat diperlukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal atau memecahkan masalah matematika sebab karakteristik materi matematika yang abstrak dan berkenaan dengan masalah memerlukan pemecahan dan penyelesaian secara mendetail untuk mendapatkan hasil yang benar. Dengan demikian yang dimaksud dengan kata “makin tinggi” gaya kognitif siswa dalam temuan penelitian adalah makin banyak siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dalam suatu kelas maka makin tinggi capaian hasil belajar belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Nilai koefisien korelasi antara gaya kognitif dengan hasil belajar siswa 𝑟𝑥𝑦
sebesar
0,6397. Nilai ini mengindikasikan bahwa hubungan antara gaya kognitif siswa dengan hasil belajar siswa adalah hubungan positif dalam taraf sedang. Hubungan gaya kognitif siswa dengan hasil belajar siswa, ditunjukkan pula oleh harga koefisien determinasi 𝑟 2
sebesar 0,4093
dengan kontribusi 40,93%. Artinya ada sebesar 49, 93 % kontribusi gaya kognitif terhadap hasil
belajar siswa sedangkan 59, 07 % ditentukan oleh factor lain, misaplnya motivasi belajar, lingkungan keluarga, sarana dan prasarana belajar, serta ketrampilan dan keahlian guru dalam mengajar. Dengan kata lain, hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa ditentukan pula oleh cara belajarnya. 4.3 Keterbatasan Penelitian Walaupun dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat beberapa keterbatasan, khususnya pada instrumen penelitian. Keterbatasan ini bukan hal yang disengajakan tetapi semata-mata karena kemampuan peneliti dan pengaruh pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat ataupun dilibatkan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara lain di sebabkan oleh: 1.
Keterbatasan instrumen penelitian, disadari peneliti karena terbatasnya sumber yang berhasil diperoleh peneliti dalam penyusunan teori. Keterbatasan teori secara langsung menyebabkan keterbatasan instrumen, terutama dalam hal indikator-indikator dari gaya kognitif siswa Artinya, bila diperoleh sumber-sumber rujukan teori yang lebih banyak, akan lebih dapat mengungkap variabel-variabel penelitian dengan baik.
2.
Data gaya kognitif diperoleh melalui kuesioner dengan menggunakan skala penilaian berbentuk skala lima. Instrumen ini bukan merupakan satu-satunya instrumen yang mampu mengungkap keseluruhan aspek yang diteliti meskipun telah diuji melalui uji coba lapangan dan menghasilkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Salah satu hal yang tidak dapat dikontrol peneliti adalah kemauan siswa untuk mengungkap keadaan diri mereka yang sebenarnya meskipun peneliti telah memberitahukan bahwa informasi yang diberikan siswa
dalam kuesioner itu akan bermanfaat bagi guru dalam merencanakan, mengembangkan, dan melaksanakan pembelajaran. 3.
Bentuk instrumen tes hasil belajar yang objektif memungkinkan terjadi spekulasi siswa dalam menjawab soal-soal.