23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kelayakan Usaha Rumput Laut Gracilaria di Kabupaten Serang 1. Aspek Pasar dan Pemasaran a. Produk Gracilaria
Sp
merupakan
jenis
rumput
laut
yang dapat
dibudidayakan di muara sungai atau tambak, meskipun habitat awalnya berawal dari laut. Hal ini terjadi karena tingkat toleransi hidup yang tinggi sampai pada salinitas 15 per mil. Jenis rumput laut ini dapat ditanam secara polikultur dengan bandeng dan/atau udang, karena ketiganya memerlukan kondisi perairan yang sama untuk kelangsungan hidupnya. Seperti halnya pada budidaya Eucheuma, persyaratan penting untuk budidaya Gracilaria sebagai berikut : 1) Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan untuk budidaya 2) Penyediaan bibit yang baik dan sehat 3) Metode budidaya yang tepat 4) Pemeliharaan tanaman 5) Pembinaan dan pendampingan secara kontinu kepada petani atau petambak Sebagai bahan pangan, rumput laut telah dimanfaatkan bangsa Jepang dan Cina semenjak ribuan tahun yang lalu. Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, dimana masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan seaweed. Tanaman ini adalah ganggang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Jika diamati jenis rumput laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti ranting dahan bercabang– cabang. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada
24
umumnya, rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Warna inilah yang menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang merah (rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae). Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena ternyata rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10–20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat.
Gambar 3. Rumput Laut Gracilaria Banyak penelitian yang membuktikan bahwa rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat, yaitu : 1) Anti kanker. Penelitian Harvard School of Public Health di Amerika mengungkap, wanita premenopause di Jepang berpeluang tiga (3) kali lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan wanita Amerika. Hal ini disebabkan pola makan wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput laut di dalam menunya. 2) Anti oksidan. Klorofil pada gangang laut hijau dapat berfungsi sebagai anti oksidan. Zat ini membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.
25
3) Mencegah Kardiovaskular. Para Ilmuwan Jepang mengungkap, ekstrak rumput laut dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut sangat dianjurkan, karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh. 4) Makanan Diet. Kandungan serat (dietary fiber) pada rumput laut sangat tinggi. Serat ini bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolism, tubuh sehingga sangat baik dikonsumsi penderita obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna, sehingga Anda akan merasa kenyang lebih lama tanpa takut kegemukan. 5) Secara tradisional, rumput laut dipercaya dapat mengobati batuk, asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, influenza dan artritis.
Rumput laut Gracilaria sp, Penghasil agar (Agorofit) merupakan komoditas unggulan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Masyarakat dan menyerap tenaga kerja serta meningkatkan devisa Negara, maka produksi olahannya baik dalam bentuk bahan dasar maupun dalam bentuk formulasi. Dari bahan dasar tersebut
peluang
pasar pengembangan rumput laut sangat menjanjikan. Dengan tingginya permintaan pasar Rumput laut dan olahannya, baik di dalam maupun di luar Negeri, dikarenakan bahan dasar tersebut berasal dari tumbuhan yang tidak mengandung efek samping terhadap kesehatan bila di kosumsi dalam bentuk makanan atau obat–obatan. Gracilaria sp pada umumnya Agar digunakan oleh industri makanan dalam bentuk Jelly, Ice Cream makanan kaleng Roti manisan dan sebagainya, manfaat lain adalah untuk menyatukan bahan bahan untuk membuat sosis, dapat mereduksi lemak dan Kolesterol. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Serang tahun 2010 menunjukkan bahwa kapasitas produksi rumput laut kering dalam satu tahun terakhir 3.500 ton dengan harga di tingkat petani Rp. 5.500,-/kg yang dilakukan oleh pembudidaya sejumlah 405 orang petani budidaya dan mencapai pendapatan Rp. 19,25 milyar pada tahun 2010.
26
Faktor mutu, transparansi pihak pabrikan, pedagang pengumpul, kelembagaan pembinaan/pendamping sangat mempengaruhi aspek pemasaran rumput laut disebagian besar daerah pengembangan. Saat ini di Kabupaten Serang, faktor mutu belum mengalami kendala yang berarti justru banyaknya permintaan rumput laut Gracilaria telah membuat para pelaku usaha budidaya rumput laut Gracilaria kewalahan. b. Potensi dan Target Pasar Besarnya permintaan produksi atas rumput laut, baik di pasar domestik maupun pasar mancanegara menunjukkan pangsa pasar Rumput laut di manca Negara semakin cerah, seperti Hongkong, Korea Selatan, Perancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Jepang serta di beberapa negara industri maju lainnya, telah menjadikan
negara
produsen terbesar, yakni Filipina dan Indonesia dapat menjadikan Komoditas tersebut sebagai komoditas andalan penghasil devisa Negara pada tahun 2003. Volume Rumput laut Indonesia dalam bentuk Kering mencapai 40.162 ton atau setara US$ 20.511.027, yang apabila dibandingkan dengan volume ekspor tahun 1999 sebesar 25.084 ton, maka Expor rumput laut selama dekade 1999–2003 mencapai perkembangan 13,97% per tahun (Ditjen Perikanan Budidaya, 2005) peningkatan permintaan pasar Rumput laut, khususnya memicu akan berkembangnya budidaya rumput laut di Indonesia. Data yang diterima dari Pemerintah Kabupaten Serang tahun 2010 menunjukkan 500 Ha lahan yang dimanfaatkan sebagai tambak budidaya rumput laut Gracilaria dengan kapasitas produksi 3.500 ton dan masih memiliki 4.500 Ha lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga terabaikan potensi belum tergali 31.500 ton. Jika diasumsikan harga di tingkat petani Rp. 5.500,-/kg, maka potensi pendapatan yang dapat dicapai Rp. 1,7325 triliun pada tahun 2010. Saat ini kapasitas produksi di Kabupaten Serang baru dapat mencukupi kebutuhan pasar domestik, sehingga peluang untuk meraih pasar internasional masih terbuka luas, karena masih banyaknya lahan yang belum dimanfaatkan sebagai tambak budidaya Gracilaria.
27
c. Saluran Distribusi Adanya model kemitraan inti plasma dapat mendorong kinerja produksi rumput laut Gracilaria. Model kemitraan inti plasma adalah hubungan kemitraan antara perorangan, kelompok dan badan usaha dengan usaha menengah dan besar. Usaha menengah atau besar bertindak sebagai inti dan usaha perorangan, kelompok dan badan usaha selaku plasma. Model inti plasma berupa kemitraan langsung dimana usaha perorangan, kelompok dan badan usaha sebagai plasma memproduksi atau menyediakan bahan baku bagi perusahaan inti. d. Risiko Usaha Budidaya Gracilaria Beberapa risiko yang dihadapi oleh petani budidaya rumput laut Gracilaria saat ini adalah : 1.
Kondisi cuaca yang ekstrim akibat perubahan iklim global berpengaruh terhadap suhu, pH air, pasang surut dan sirkulasi air hingga timbulnya penyakit tanaman rumput laut, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya usaha produksi rumput laut jenis Gracilaria.
2.
Risiko gagalnya pengembalian kredit usaha tani budidaya rumput laut akibat gagal panen, sehingga mengganggu sistem permodalan usaha budidaya rumput laut.
3.
Turunnya permintaaan atas rumput laut Gracilaria, sehingga berdampak kepada penurunan harga yang menurunkan mutu produksi.
4.
Target pasar yang tidak sesuai.
5.
Saluran distribusi tidak berfungsi maksimal.
6.
Pihak ketiga dalam pemasaran skala ekspor tidak maksimal.
2. Aspek Teknik Teknik produksi masih menggunakan cara tradisional dengan tambak didaerah pesisir pantai Kabupaten Serang. Sistem tanam yang dilakukan oleh para petani di daerah Kabupaten Serang menggunakan sistem tebar.
28
Proses produksi agar dapat dibagi ke dalam tiga (3) cara produksi, yaitu tradisional, sederhana dan moderen. Proses produksi agar secara tradisional dengan menggunakan teknik dan peralatan yang sangat sederhana serta menghasilkan produk berupa agar kertas, batang dan dodol agar. Produksi agar secara sederhana menggunakan peralatan antara lain bak pencuci rumput laut, tangki pemasak, alat penyaring (filter press), alat tekan dengan beban (gel press), loyang atau paralon (PVC) sebagai tempat pembekuan agar, ruang pendingin, alat cetak untuk agar batang, mesin penepung dan alat pengemas, sedangkan produk agar secara sederhana berupa agar kertas, batang maupun tepung. Produksi agar secara moderen menggunakan dua (2) metode, yaitu metode pembekuan-pencairan (freezing-thawing method) dan metode tekan (pressing method)
3. Aspek Finansial Analisis keuangan usaha budidaya rumput laut jenis Gracilaria dalam tambak asumsi per hektar per tahun : No
Uraian
1.
Modal tetap - Sewa tambak - Obat-obatan (paket) - Pembelian bibit rumput laut (kg) - Pupuk dan kapur (paket) - Perbaikan tambak (paket) - Peralatan jemur (unit) - Peralatan panen (unit) Modal kerja - Perawatan tanaman - Biaya tanam - Biaya panen - Biaya pengepakan - Biaya pengeluaran lain-lain Total Pengeluaran Pendapatan - Produksi 1 Ha/tahun (kering) (7X panen @ 1.000 kg/panen)
2.
3.
Keuntungan
Jumlah (Unit)
Satuan (Rp.)
Total (Rp.)
1 1
2,400,000 200,000
2,400,000 200,000
1000 1 1 1 1
2,000 1,000,000 2,000,000 600,000 400,000
2,000,000 1,000,000 2,000,000 600,000 400,000
7
700,000 140,000 280,000 175,000 1,000,000
4,900,000 140,000 1,960,000 1,225,000 7,000,000 23,825,000
5500
38,500,000
7 7 7
7000
14,675,000
29
Berdasarkan data yang terima dari Pemerintah Kabupaten Serang seperti terlihat pada tabel di atas, dapat dianalisis berikut : Analisis Break Even Point (BEP) Biaya–biaya/modal yang dikeluarkan (Modal Tetap+Modal Kerja)
= Rp. 23.825.000,-
Harga Jual Gracilaria
= Rp.
5.500,-/kg
BEP = Rp. 23.825.000,- = 4.331 kg Rp. 5.500,-/kg Jadi usaha budidaya ini akan imbal balik, apabila berhasil menjual sebanyak 4.331 kg rumpul laut Gracilaria kering di tingkat harga Rp. 5.500,-/kg untuk lahan seluas 1 hektar.
Payback Period (PBP) Teknik perbandingan antara waktu pengembalian jumlah dana untuk investasi dengan umur ekonomi proyek. Investasi dianggap layak, bila umur PBP lebih kecil dari umur ekonomis proyek itu sendiri. Initial investment = Rp 23.825.000,Laba tahun pertama = Rp. 14.675.000,Jadi PBP dicapai dalam waktu 1 tahun 7 bulan (kurang dari 2 tahun).
Net Present Value (NPV) Teknik perbandingan dengan mengurangkan Nilai saat ini (Present Value atau PV) antara arus kas bersih operasional, terminal cashflow, dan initial investment selama umur ekonomis. Investasi dianggap layak bila NPV positif. Untuk menentukan PV didasarkan pada Cost of Capital sebagai cut off rate atau discount factor. Dengan asumsi tingkat bunga bank 6%, maka : NPV =
At (1+i)n
= Rp. 14.675.000,- = Rp. 13.844.340,(1,06)
30
Return On Investment (ROI) ROI
= _laba bersih x 100% Investasi total
= _Rp. 14.675.000,-_ Rp. 23.825.000,= 61,59% Profitability Index (PI) PI = PV kas masuk PV kas keluar NPV = PV kas masuk – PV kas keluar 13.844.340 = PV kas masuk - 23.825.000 PV kas masuk = 37.669.340 PI = 37.669.340 23.825.000 = 1,58 Karena nilai PI > 1, maka rencana pengembangan usaha budidaya Gracilaria dapat dilanjutkan.
Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) B/C Ratio = PV benefit PV Cost = 13.844.340 8.600.000 = 1,60 Karena nilai B/C Ratio > 1, maka usaha budidaya Gracilaria layak dikembangkan. Dari hasil perhitungan secara keuangan diperolah hasil ROI 61,59%, dengan waktu balik modal 1 tahun 7 bulan, serta dengan nilai PI dan B/C ratio > 1, maka diindikasikan rencana bisnis ini layak untuk dijalankan dan memberikan keuntungan finansial nyata bagi para investor.
31
4. Aspek Politik dan Sosial Ekonomi Saat ini kondisi politik dan sosial ekonomi di Kabupaten Serang sangat kondusif untuk mengembangkan budidaya rumput laut jenis Gracilaria guna mendukung sektor ekonomi riil yang berbasis ekonomi kerakyatan. Selain itu saat ini Pemerintah telah melakukan usaha pengembangan melalui program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP), sehingga melalui usaha ini diharapkan dapat mendorong tingkat produksi petani rumput laut dan mengembangkan usaha budidaya rumput laut yang lebih baik lagi. Pelaksanaan PUMP Budidaya Rumput Laut akan memberikan peluang usaha bagi para petani/nelayan kecil yang berminat memanfaatkan lahan perairan tawar/laut untuk berusaha tani rumput laut. Pola budidaya rumput laut yang dirumuskan dalam PUMP) ini didesain agar petani/nelayan tersebut mampu menggantungkan sebagian besar dari sumber pendapatan keluarga semata-mata dari hasil panen dan penjualan hasil rumput lautnya.
a. Penciptaan dan Pemeliharaan Lapangan Kerja Melalui dukungan PUMP ini akan diciptakan lapangan kerja bagi para petani/nelayan dan penduduk pedesaan yang berada di sepanjang pantai, dan memberi kesempatan bagi para tenaga kerja terampil, tenaga kerja ahli dan tenaga kerja tetap (tenaga kerja kasar), baik yang terkait dengan semua aspek di sisi hulu sub sektor produksi rumput laut yang dirumuskan dalam PUMP ini (disektor penyediaan saprodi, bibit, peralatan dan lain–lain), operasional proyek dan pada subsektor ekonomi yang berada di sisi hilir subsektor budidaya rumput laut.
b. Peningkatan Ekspor Non Migas Pengembangan dan perluasan budidaya rumput laut dengan keberhasilan peningkatan produksi rumput laut dalam negeri sebagai salah satu sasaran PUMP akan mendorong peningkatan ekspor dan membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan perolehan devisa dari sub sektor perikanan.
32
c. Menumbuhkan Industri Hilir Pada
tahapan
di
mana
rumput
laut
dapat
disediakan
secara
berkesinambungan dan pada lokasi pertanaman yang relatif menyebar, akan mendorong pula kemungkinan tumbuhnya industri olah lanjut yang menggunakan bahan baku rumput laut yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan juga lapangan kerja. d. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dengan kemampuan untuk direplikasi relatif besar dapat memberikan peluang bagi daerah lokasi pengembangan guna menyumbangkan PAD melalui pajak yang berasal/ditarik disetiap subsektor ekonomi yang terkait di hulu dan hilir dari kegiatan usaha budidaya rumput laut. e. Penataan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Keberhasilan pengembangan rumput laut di lokasi-lokasi yang cocok untuk
tanaman
ini
akan
membantu
pemerintah
dalam
rangka
pengalokasian dan penetapan manfaat sumber daya lahan bagi kepentingan ekonomi setempat. Pelestarian pengembangan mata dagangan tertentu, termasuk rumput laut, yang mampu memberi kesempatan luas bagi para pengusaha untuk bergerak dalam subsektor budidaya maupun dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat. f. Rangsangan untuk Memperkuat Teknologi Melalui pelaksanaan PUMP ini akan dapat meningkatkan pendapatan para petani rumput laut, menciptakan dan memelihara lapangan kerja yang selanjutnya akan menjadi ransangan bagi para peneliti untuk secara berkesinambungan
terus
mengadakan
penelitian
dan
menciptakan
teknologi budidaya dan pemanfaatan rumput laut yang unggul, serta mengadakan pewilayahan produksi yang cocok di Indonesia untuk pembudidayaan rumput laut dengan produktivitas tinggi.
5.
Aspek Lingkungan Kondisi lingkungan pesisir pantai yang masih bagus dan terhindar dari polusi, serta kontaminasi limbah Industri sangat mendukung sekali program pengembangan budidaya rumput laut.
33
a. Dampak Terhadap Komponen Lingkungan Fisik Dampak pembudidayaan rumput laut baik skala kecil maupun dalam skala besar mempunyai pengaruh positif terhadap lingkungan perairan pantai. Lokasi pembudidayaan rumput laut berfungsi pula sebagai penahan dari abrasi pantai akibat terpaan ombak. Lokasi pengembangan budidaya rumput laut dapat berfungsi sebagai obyek wisata pantai. Walaupun di beberapa daerah, seperti Bali pengembangan
budidaya
rumput
laut
tergeser,
karena
adanya
pengembangan kawasan wisata pantai. b. Dampak Terhadap Komponen Fauna Dampak kegiatan budidaya rumput laut tidak akan mempengaruhi kehidupan hewan laut, seperti ikan, udang, kepiting dan lainnya. Bahkan tanaman rumput laut menjadi makanan bagi predator seperti ikan–ikan, herbivora, bulu babi dan penyu. Berdasarkan skala usaha 250 rakit perkelompok usaha perikanan, maka pengembangan budidaya rumput laut tidak perlu mensyaratkan Analisa Dampak Lingkungan Amdal (AMDAL).
6.
Aspek SDM Perkembangan usaha budidaya rumput laut di Indonesia sangat dipengaruhi oleh mutu dan kuantitas SDM. SDM dari segi kuantitas dan mutu dalam bidang usaha budidaya rumput laut di Indonesia masih tergolong rendah, terutama SDM dari segi mutu masih sangat rendah, maka diperlukan sosialisasi prospek usaha budidaya rumput laut dan pembinaan terhadap pembudidaya rumput laut yang telah ada. Peningkatan mutu dan kuantitas SDM budidaya rumput laut telah dirintis oleh pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar–seminar nasional usaha rumput laut, temu usaha rumput laut dan pelatihan teknis budidaya rumput laut. Jumlah rumah tangga produksi rumput laut meningkat sejak adanya program Ditjen Perikanan Budidaya (program INBUDKAN atau Intensifikasi Budidaya Perikanan) yang salah satu komoditas unggulannya adalah
34
budidaya rumput laut yang telah dilaksanakan sejak tahun 2002. Diharapkan juga pembangunan sekolah menengah khusus budidaya rumput laut akan mengembangkan dan meningkatkan SDM bidang usaha budidaya rumput laut, khususnya Gracilaria.
7.
Aspek Legalitas Budidaya rumput laut memiliki karakteristik yaitu ketergantungan terhadap alam yang masih sangat besar (tingkat campur tangan manusia dalam peningkatan produktivitas dan kontinuitas produksi relatif kecil), padat karya, produk (rumput laut basah/segar), relatif murah dan voluminous, sehingga perlu areal yang luas dan spesifik lokasi. Dengan karakter demikian, maka syarat umum pendirian industri budidaya adalah (a) lokasi yang sangat sesuai (teknis, ekonomis dan sosiologis), (b) adanya keberadaan masyarakat atau dekat dengan pemukiman penduduk dan (c) kawasan yang luas. Untuk ketiga (3) hal tersebut Kabupaten Serang telah menyediakan lokasi, keberadaan masyarakat dan kawasan luas yang memadai untuk pembuatan tambak produksi budidaya Gracilaria. Informasi detail dan akurat mengenai lokasi yang sesuai, baik secara teknis, ekonomis dan legalitas masih jauh dari cukup. Tata ruang pemanfaatan perairan laut untuk keperluan budidaya laut dan khususnya bagi budidaya rumput laut belum dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Serang. Budidaya rumput laut umumnya diusahakan oleh masyarakat (RTP atau rumah tangga perikanan) dan perusahaan. Dalam kenyataannnya di lapangan, perusahaan budidaya rumput laut umumnya bermitra dengan masyarakat. Dari aspek legal, pendirian perusahaan industri rumput laut terkait dengan Peraturan Pemerintah (PP) 54 tahun 2002 tentang Usaha Perikanan. Peraturan tersebut tampaknya tidak mengatur izin usaha budidaya yang dilakukan oleh masyarakat
(industri
rakyat).
Pembudidaya
rumput
laut
umumnya
mengindahkan aturan yang berlaku secara lokal (adat istiadat atau hukum lokal) ketika akan membuka usaha budidaya rumput laut. Beberapa aturan lokal
diantaranya
adalah
adanya
pengakuan
kepemilikan
kepada
pembudidaya rumput laut yang pertama kali membuka usaha di areal tertentu.
35
Ketika pembudidaya tersebut tidak memanfaatkan lagi areal tersebut maka pembudidaya yang akan memanfaatkan diwajibkan membayar sejumlah uang sebagai pengakuan kepemilikan. Secara nasional, pengembangan usaha budidaya rumput laut mulai mendapat dukungan legal yang kuat dari Pemerintah Pusat melalui Departemen Kelautan dan Perikanan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.09/MEN/2002 tentang INBUDKAN. Di dalam surat ini mencakup komoditas unggulan, diantaranya rumput laut, menjadi sasaran pengembangan secara ekstensif. Secara umum kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Serang masih dalam batas kewajaran dalam aspek legalitas, karena masih mengikuti aturan yang berkaitan usaha marikultur serta relatif lebih aman dan tidak mengganggu alur pelayaran yang utama.
B. Evaluasi kinerja usaha budidaya Gracilaria yang dilakukan oleh Kelompok “Budidaya Rumput Laut Serang Utara” (KBRLSU) 1. Gambaran Umum KBRLSU (KBRLSU) a. Sejarah, Visi dan Misi KBRLSU Pada awalnya, di lokasi studi terdapat beberapa petani yang melaksanakan usaha budidaya ikan Bandeng. Disamping budidaya ikan Bandeng, dengan pengetahuan yang minimal para petani tersebut juga melaksanakan usaha budidaya rumput laut. Seiring berjalannya waktu, permintaan terhadap komoditas ikan Bandeng menurun, sedangkan permintaan rumput laut yang awalnya merupakan komoditas sampingan semakin meningkat. Dengan keadaan demikian para petani lebih condong meninggalkan usaha budidaya ikan Bandeng dan berpaling melaksanakan usaha budidaya rumput laut. Jenis rumput laut yang dibudidayakan oleh para petani di lokasi studi adalah Glacilaria sp. Untuk meningkatkan usaha pembudidayaan rumput laut dalam rangka meningkatkan daya tawar petani dengan pihak luar dalam, yaitu industri pengolahan rumput laut dan dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha, maka 19 petani bersepakat membentuk kelompok usaha budidaya
36
rumput laut. Kelompok usaha budidaya rumput laut di lokasi studi didirikan pada 22 April 2002 yang diketuai oleh Halili. Kelompok budidaya rumput laut di lokasi studi dipimpin oleh Bapak Halili dari awal didirikannya kelompok budidaya tersebut sampai sekarang (tahun 2011). Dalam perkembangannya, KBRLSU menjadi kelompok budidaya rumput laut yang diperhitungkan di Banten, dengan kemampuan dan keahlian yang meningkat untuk meningkatkan hasil rumput laut dan serta terus menerus berupaya meningkatkan kepuasan pelanggan. Disamping itu telah disusun Visi dan Misi yang berlaku dalam kelompok budidaya rumput laut di Serang Utara, yaitu “Visi dan Misi”. KBRLSU sebagai suatu kelompok usaha yang secara terus menerus melaksanakan upaya peningkatan hasil produksi rumput laut, mensejahterakan anggota kelompok, serta meningkatkan kepuasan pelanggan, tentu harus memiliki visi, misi, nilai-nilai yang menjadi landasan gerak dan perjuangannya. b. Visi Menjadi kelompok usaha budidaya rumput laut terdepan dalam mensejahterakan anggota kelompok. c. Misi 1) Mensejahterakan anggota melalui layanan prima dalam usaha budidaya rumput laut dengan manajemen yang berkomitmen. 2) Meningkatkan kapasitas produksi rumput laut melalui pelatihan, pemberdayaan SDM dan kemitraan strategik. d. Nilai–nilai Inovatif, Dinamis, Keterbukaan, Keadilan dan Mandiri. Dengan melihat visi dan misi yang dikembangkan kelompok budidaya rumput laut, maka timbul optimisme bahwa kelompok budidaya rumput laut di Serang Utara akan berkembang maju ke depan.
2.
Struktur Organisasi KBRLSU Struktur organisasi kelompok budidaya rumput laut ini merupakan suatu mekanisme formal dalam rangka mengelola kelompok untuk mencapai
37
tujuannya. Struktur organisasi kelompok secara umum terdiri atas musyawarah kelompok, pengurus dan anggota. Musyawarah
kelompok
dilaksanakan
setahun
sekali.
Dalam
musyawarah, pimpinan musyawarah adalah ketua kelompok. Terdapat beberapa agenda rutin yang dibahas dalam musyawarah kelompok yaitu laporan pertanggungjawaban bendahara mengenai keuangan kelompok pada setahun terakhir, laporan pertanggungjawaban Ketua kelompok mengenai seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada setahun terakhir, perencanaan kegiatan kelompok pada tahun berikutnya, serta pengangkatan pengurus kelompok pada periode selanjutnya. Pengurus kelompok diangkat pada saat musyawarah kelompok yang dilaksanakan satu tahun sekali. Pengurus tersebut juga merupakan petani budidaya rumput laut. Sejak didirikan KBRLSU pada April 2002 sampai sekarang, pengurus KBRLSU adalah : Ketua
: Halili
Sekretaris
: Muhyi
Bendahara
: Mustari
Tugas pengurus kelompok adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keahlian anggota dalam membudidayakan rumput laut, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Antara lain mengadakan pelatihan, menyediakan alat yang diperlukan saat di tambak dan memilih bibit unggul. Selain itu tugas pengurus yang tidak kalah penting adalah menjaga hubungan dengan mitra strategik yang baik. Anggota kelompok saat ini terdiri atas para petani sebanyak 25 orang yang memiliki tambak dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan tambak. Rataan setiap anggota memiliki 2–5 karyawan untuk menjalankan kegiatan budidaya rumput laut dari saat penebaran bibit hingga pemanenan.
3.
Pengukuran Kinerja di KBRLSU Kegiatan musyawarah kelompok merupakan hajatan tahunan yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja pengurus pada periode setahun terakhir serta perencanaan kegiatan kelompok pada periode berikutnya.
38
Dalam kelompok ini, musyawarah dilaksanakan secara terbuka informal, jadi seluruh anggota bisa mengeluarkan pendapatnya dalam memajukan usaha budidaya rumput laut pada periode kedepannya. Usaha dan Keuangan Secara ringkas kondisi usaha KBRLSU dari tahun 2006–2008 disajikan pada Tabel 4. Dari Tabel tersebut selama 3 (tiga) tahun dapat terlihat bahwa jumlah karyawan naik 42,57% pertahun, produksi rumput laut setiap bulannya juga naik 40,91% per tahun, dan pendapatan kelompok usaha juga naik 35,29% per tahun Tabel 4. Perbandingan usaha KBRLSU Tahun 2006–2008 Uraian Karyawan Produksi Rumput Laut (Ton/Bulan) Pendapatan (Rp/thn)
38
47
63
Kenaikan (%) 42,57
35
56
63
40,91
120.935.754 132.734.900 138.320.100
35,29
2006
2007
2008
Tabel 5. Ringkasan kinerja keuangan KBRLSU dari tahun 2006–2008 Kinerja Keuangan Tingkat likuiditas Current ratio Cash ratio Turn over asset Receivable turn over Total asset turn over Tingkat Solvabilitas Ratio profitabilitas Net Profit Margin
2006
2007
2008
Rataan
0,60 0,20
0,53 0,13
0,34 0,09
0,49 0,14
27,98 3,87 130,18
0,18 0,04 0,58
0,14 0,03 0,86
0,20 0,03 0,91
0,89
1,03
0,83
0,92
Dari tabel tersebut terlihat bahwa Tingkat likuiditas yang menunjukkan perbandingan antara Aktiva lancar dengan hutang lancar, rataan mencapai 0,49. Sementara nilai solvabilitas yang merupakan perbandingan antara total kekayaan dengan total hutang rataan mencapai 0,91. Sementara itu nilai ratio profitabilitas hanya mencapai 0,92, yang berarti uang yang diinvestasikan Rp. 1 milayar hanya menghasilkan keuntungan Rp. 9,2 juta.
39
4.
Peta Strategi Peta strategi merupakan penjabaran dari visi, misi, tujuan dan startegi perusahaan sehingga manajemen dapat melihat strategi secara utuh, sistematik dan terpadu. Dalam penyusunan BSC peta strategi sangat penting dalam rangka melihat hubungan sebab akibat antara berbagai unsur atau aset, baik yang berwujud maupun tak berwujud guna memaksimalkan pencapaian tujuan, visi dan misi perusahaan. KBRLSU memiliki visi “Menjadi kelompok usaha budidaya rumput laut terdepan dalam mensejahterakan anggota kelompok”. Visi tersebut dupayakan melalui penerapan misi : (1) Mensejahterakan anggota melalui layanan prima dalam usaha budidaya rumput laut dengan manajemen berkomitmen; (2) Meningkatkan kapasitas produksi rumput laut melaui pelatihan, pemberdayaan SDM dan kemitraan strategik. Kesejahteraan Anggota
Perspektif Keanggotaan
Perspektif Keuangan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Kepuasan Pelayanan Anggota
Menguatnya Neraca Keuangan
Peningkatan Produktivitas
Profesionalitas dan kompetensi
Pertumbuhan Pendapatan Kelompok
Pemanfaatan Teknologi
Kepuasan Karyawan
Penjualan Rumput Laut ke Pelanggan
Pemberdayaan Anggota
Dinamika Pembelajaran, pemberdayaan karyawan, dan penerapan teknologi. Gambar 4. Peta strategik peningkatan Kinerja KBRLSU
40
Sebagai dasar dalam mewujudkan Visi dan Misi KBRLSU telah dirumuskan nilai-nilai KBRLSU, yaitu Inovatif, Dinamis, Keterbukaan, Keadilan dan Mandiri. Oleh karenanya tujuan akhir dari proses peningkatan kinerja KBRLSU adalah kesejahteraan anggota. Dalam pengukuran kinerja dengan BSC, maka peta strategi obyektif ini digolongkan kepada empat (4) perspektif BSC : a. Perspektif Pelanggan Keberadaan KBRLSU sudah selayaknya memberikan manfaat bagi pelanggan pembeli rumput laut, yaitu para pelaku industri rumput laut. Wujud dari perhatian KBRLSU terhadap kepentingan pelaku industri rumput laut adalah adanya upaya peningkatan produksi rumput laut dalam memenuhi permintaan industri terhadap komoditas rumput laut yang meningkat. Dengan adanya upaya peningkatan produksi rumput laut dapat mempermudah industri untuk memperoleh bahan baku dan dapat menumbuhkan industri-industri baru yang bergerak pada bidang rumput laut. Keberhasilan KBRLSU dalam mengelola usaha budidaya rumput laut telah menjadi daya tarik bagi masyarakat yang semula bukan petani rumput laut ingin menjadi petani rumput laut. Alasannya melihat kesejahteraan para petani rumput laut yang masuk dalam KBRLSU lebih meningkat daripada sebelumnya. Syarat menjadi anggota KBRLSU adalah harus memiliki komitmen dalam mengembangkan budidaya rumput laut, meskipun tidak memiliki tambak sebagai lahan penanaman rumput laut, calon anggota bisa menyewa lahan tambak yang ada di Serang Utara. Sehubungan kepuasan dan kesejahteraan anggota menjadi fokus KBRLSU, maka yang menjadi alat ukur dalam perspektif kepuasan pelanggan adalah tingkat kepuasan anggota dan kepuasan pelanggan, dalam hal ini pelaku industri rumput laut yang membeli bahan baku (rumput laut) di KBRLSU. Dari gambar peta strategi pada Gambar 4, terlihat adanya keterkaitan antara unsur satu dengan lainnya, yang ikut memengaruhi tingkat kepuasan anggota adalah kondisi pertumbuhan pendapatan kelompok.
41
b. Perspektif Keuangan Yang menjadi fokus dalam perspektif keuangan adalah rasio keuangan
dan
pertumbuhan
pendapatan
KBRLSU.
Peningkatan
pendapatan sangat dipengaruhi oleh jumlah rumput laut yang diperoleh, perbaikan teknologi pengelolaan rumput laut dan peningkatan produksi sesuai sumber daya yang ada. Tingkat produktivitas yang tinggi akan memberi efisiensi terhadap keuangan, sehingga dapat meningkatkan secara langsung rasio keuangan dan pertumbuhan pendapatan kelompok. Pemanfaatan teknologi dan peningkatan penjualan rumput laut akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh kelompok. Teknologi pengelolaan rumput laut yang lebih efisien dan produktif akan mengurangi biaya yang disebabkan oleh pengelolaan rumput laut selama penebaran bibit sampai panen, sehingga semakin meningkat teknologi yang digunakan dapat membuat biaya pengelolaan menurun dan pendapatan akan semakin meningkat. Dengan adanya upaya peningkatan produksi rumput laut, maka jumlah penjualan rumput laut akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan kelompok. c. Perspektif Proses Bisnis Internal Tema strategik dalam proses bisnis internal adalah aspek peningkatan produktivitas, pemanfaatan teknologi dan penjualan rumput laut ke pelanggan. Produktivitas kerja yang merupakan perbandingan output dengan jumlah input akan bernilai tinggi, jika proses produksi dilaksanakan dengan menerapkan efisiensi manajemen yang baik. Tingkat efisiensi produksi diperoleh dari keprofesionalan karyawan dalam melaksanakan pengelolaan tambak rumput laut. Pemanfaatan teknologi dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme yang tinggi dari karyawan, kepuasan karyawan, serta pemberdayaan anggota. Sedangkan penjualan rumput laut akan dipengaruhi oleh kepuasan karyawan dan pemberdayaan anggota. d. Pembelajaran dan Pertumbuhan Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang menjadi fokus adalah dinamika pembelajaran, pemberdayaan karyawan dan
42
penerapan teknologi. Pembelajaran dilaksanakan dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan pengelolaan rumput laut dari penebaran bibit hingga pengeringan. Pelatihan ditujukan kepada para anggota, sehingga mengerti cara budidaya rumput laut yang baik dan benar, sehingga mampu meningkatkan produktifitas rumput laut di tambaknya. Selain pelatihan, juga terdapat penyuluhan-penyuluhan terpadu yang secara khusus ditujukan kepada karyawan yang terjun secara langsung di lapangan. Anggota KBRLSU juga akan menularkan ilmu yang didapatkan dari pelatihan kepada karyawannya, agar tambak yang diolah dapat meningkat produktifitasnya.
5.
Pengembangan Alat Ukur Kinerja KBRLSU dengan BSC Pengembangan alat ukur kinerja KBRLSU mengacu kepada visi, misi, serta strategi yang akan dikembangkan pada KBRLSU pada masa mendatang. Dalam menentukan ukuran kinerja KBRLSU pada setiap perspektif didekati sebagaimana metodologi sebelumnya. Disamping itu dilakukan kegiatan Diskusi Kelompok Terarah atau FKD, untuk menentukan ukuran strategik yang direkomendasi, penetapan target dan pembobotan. a. Perspektif Pelanggan dan keanggotaan Pengukuran kinerja dengan menggunakan BSC pada KBRLSU dalam perspektif keanggotaan, didekati dengan ukuran strategik berikut : 1) Kepuasan pelanggan (pelaku industri rumput laut) 2) Tingkat kepuasan anggota
1) Kepuasan Pelanggan Rumput laut yang telah dipanen dan dijemur, selanjutnya oleh KBRLSU dijual ke pelanggan-pelanggan yang telah lama membeli rumput laut dari kelompok tersebut. Sebagian besar pelanggan adalah para pelaku usaha di bidang pengolahan rumput laut seperti agar–agar. Pelanggan–pelanggan tersebut bukan hanya berasal dari daerah Banten, tetapi juga berasal dari Surabaya, Bogor, Pengalengan, dan lainnya.
43
Untuk mengetahui tingkat kepuasan dari segmen pelanggan ini telah dilakukan survei terhadap 10 pelanggan dengan memberi pertanyaan berupa kuesioner sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 3. Tingkat kepuasan atas pelayanan yang diberikan oleh KBRLSU terhadap pelanggan yang memerlukan rumput laut sebagai bahan baku usahanya dapat dilihat pada Tabel 6. Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat kepuasan pelanggan tidak puas dengan skor 0 (0%), kurang puas dengan skor 3 (3,3%), cukup puas dengan skor 23 (26%), puas dengan skor 24 (27%) dan sangat puas dengan skor 40 (44%). Dengan demikian secara keseluruhan pelanggan yang menilai puas dan sangat puas terhadap pelayan KBRLSU mencapai 71%.
Tabel 6. Tingkat kepuasan pelanggan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut Mutu Kepuasan Pelanggan Kedekatan pelanggan dengan petani Mutu rumput laut yang sudah kering Usaha promosi rumput laut Kemampuan pengurus KBRLSU menarik pelanggan Kecepatan pelayanan saat membeli rumput laut Kemudahan dalam melakukan pembayaran Kecepatan pengiriman rumput laut Harga jual rumput laut terhadap kualitas Keramahan para petani dan pengurus Jumlah frekuensi Persentase (%)
1
Tingkat Kepuasan 2 3 4 5
Rataan
0
1
7
2
0
3,1
0
0
2
3
5
4,3
0
0
1
2
7
4,6
0
0
0
3
7
4,7
0
2
5
3
0
3,1
0
0
2
5
3
4,1
0
0
2
1
7
4,5
0
0
1
3
6
4,5
0
0
3
2
5
4,2
0 0
3 3,3
23 26
24 27
40 44
4,24
2) Kepuasan Anggota KBRLSU Untuk mengukur tingkat kepuasan anggota dan mengukur tingkat kepentingan indikator mutu pelayanan digunakan kuesioner kepuasan anggota seperti pada Lampiran 1 dan untuk mengukur kepuasan
44
pelanggan digunakan kuesioner pada Lampiran 2. Dalam melakukan pengukuran terhadap kepuasan anggota, dari 14 atribut kepuasan, sebagaimana pada Lampiran 1. Dengan menggunakan Impotance Performance Analysis (IPA) diketahui status dari atribut kepuasan yang ditanyakan kepada anggota sebagai berikut : Dari hasil kuesioner kepada responden anggota KBRLSU diperoleh bahwa secara umum tingkat kepuasan anggota kepada kelompok budidaya rumput laut sebagaimana terangkum pada Tabel 7. i.
Untuk atribut yang bersifat Tangibel dari empat (4) atribut tersebut penilaian anggota adalah tidak puas dengan skor 0 (0%), kurang puas dengan skor 9 (11,25%), cukup puas dengan skor 14 (17,5%), puas dengan skor 23 (28,75%), dan sangat puas dengan skor 34 (42,5%). Nilai skor rataan dari keempat atribut adalah 4,025.
ii. Untuk atribut yang bersifat Reliability dari empat (4) atribut tersebut penilaian anggota adalah tidak puas dengan skor 0 (0%), kurang puas dengan skor 4 (5%), cukup puas dengan skor 36 (45%), puas dengan skor 22 (27,5%) dan sangat puas dengan skor 18 (22,5%). Nilai skor rataan dari keempat atribut adalah 3,675. iii.
Untuk atribut yang bersifat Responsiveness dari empat (4) atribut tersebut penilaian anggota adalah tidak puas dengan skor 0 (0%), kurang puas dengan skor 5 (6,25%), cukup puas dengan skor 17 (21,25%), puas dengan skor 24 (30%), dan sangat puas dengan skor 34 (42,5%). Nilai skor rataan dari keempat (4) atribut adalah 4,0375.
iv.
Untuk atribut yang bersifat Empaty dari dua (2) atribut tersebut penilaian anggota adalah tidak puas dengan skor 0 (0%), kurang puas dengan skor 2 (5%), cukup puas dengan skor 11 (27,5%), puas dengan skor 11 (27,5%), dan sangat puas dengan skor 16 (40%). Nilai skor rataan dari keempat atribut adalah 4,025.
45
Tabel 7. Tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan KBRLSU No
Atribut Mutu Kepuasan Anggota
A Tangibility 1 2 3 4 B
Peralatan penebaran bibit dan pengeringan rumput laut Kedekatan petani dengan warga KBRLSU Kedekatan petani dengan tambak Kedekatan antar petani budidaya rumput laut KBRLSU Reliability
5 6 7 8 C
Layanan menyediakan bibit unggul Layanan penanganan masalah petani Layanan penyediaan pelanggan yang loyal Layanan promosi rumput laut ke pelanggan Responsiveness
9 10 11 12 D
Kecepatan menyediakan bibit unggul Kecepatan penanganan masalah petani Kecepatan layanan administrasi dan keuangan Kecepatan membayar dana penjualan rumput laut ke petani Empaty
13 Kemudahan berkomunikasi antara anggota dengan pengurus KBRLSU 14 Perhatian secara serius dari pengurus terhadap masalah yang dialami petani
1 0 0% 0 0 0 0 0 0% 0 0 0 0 0 0% 0 0 0 0 0 0%
Tingkat Kepuasan 2 3 4 5 9 14 23 34 11,25% 17,50% 28,75% 42,50% 7 8 5 0 1 3 7 9 1 2 4 13 0 1 7 12 4 36 22 18 5% 45% 27,50% 22,50% 1 8 3 8 1 12 2 5 1 7 9 3 1 9 8 2 5 17 24 34 6,25% 21,25% 30% 42,50% 1 3 7 9 3 2 6 9 0 8 5 7 1 4 6 9 2 11 11 16 5% 27,50% 27,50% 40%
Rataan 4,025 2,9 4,2 4,45 4,55 3,675 3,9 3,55 3,7 3,55 4,0375
0
2
3
9
6
3,95
0
0
8
2
10
4,1
Secara keseluruhan tingkat kepuasan anggota kepada kelompok adalah tidak puas 0%, kurang puas 6,88%, cukup puas 27,81%, puas 28,44 %, dan sangat puas 36,88% denagan nilai rataan 3,941. Dengan kata lain tingkat kepuasan dengan kondisi puas dan sangat puas mencapai 65,32%. 3) Capaian dan target Perspektif Pelanggan dan Kepuasan Anggota Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, aspek yang diperhitungkan dalam perspektif pelanggan dan keanggotaan adalah : i. Kepuasan pelanggan ii. Kepuasan anggota
Pada Tabel 8 disajikan mengenai capaian dan target dalam perspektif
keanggotaan.
Nilai
4 4,05 3,95 4,15 4,025
pencapaian
pembandingan antara capaian dengan target.
diperoleh
dari
46
Tabel 8. Capaian dan target dalam perspektif pelanggan dan keanggotaan No
Ukuran utama
1 2
Kepuasan anggota Kepuasan pelanggan
Capaian (%)
Target (%)
Pencapaian (%)
80 80
81,65 88,75
65,32 71
b. Perspektif Keuangan Perspektif yang biasanya menjadi alat ukur kinerja jalannya perusahaan adalah perspektif keuangan. Dalam mengukur kinerja menurut perspektif keuangan, terdapat dua (2) tujuan strategik yang ingin dilihat adalah meningkatnya neraca keuangan dan pertumbuhan pendapatan kelompok usaha. Ukuran hasil utama meliputi : i.
Rasio likuiditas
ii. Rasio solvabilitas iii. Rasio rentabilitas iv. Persentase pertumbuhan pendapatan kelompok usaha Analisa perkembangan dari parameter yang menjadi ukuran perspektif keuangan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis perkembangan ukuran perspektif keuangan No 1 2 3 4
Ukuran utama Rasio likuiditas Rasio solvabilitas Rasio rentabilitas (%) Pertumbuhan pendapatan kelompok usaha Persentase peningkatan pendapatan (%)
2006 60,82
2007 53,25
2008 34,04
89 24.983.400
103 29.000.321
83 35.343.500
6,22
4,57
Capaian dari ukuran perspektif keuangan yang mendasarkan pada capaian tahun 2008 serta target yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Capaian dan target ukuran perspektif keuangan No 1 2 3 4
Ukuran utama Rasio likuiditas Rasio solvabilitas Rasio rentabilitas (%) Pertumbuhan pendapatan kelompok usaha
Capaian (%)
Target (%)
Pencapaian (%)
34,04 86,35 0,83 4,57
80 120 10 9
42,55 71,96 8,3 50,78
47
c.
Perspektif Bisnis Internal Sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam kajian ini terkait dengan pengukuran kinerja perspektif bisnis internal, terdapat tiga (3) tujuan strategik, yaitu : i. Peningkatan produktivitas ii. Pemanfaatan teknologi iii. Peningkatan penjualan rumput laut ke pelanggan Pengukuran produktivitas bidang produksi rumput laut dihitung dengan membagi jumlah produksi rumput laut dengan jumlah karyawan dalam perawatan dan pemanenan rumput laut. Terkait dengan pemanfaatan teknologi
produksi
dalam
proses
bisnis
internal,
aspek
yang
diperhitungkan sebagai ukuran hasil utama adalah peningkatan bibit rumput laut yang baik
dan peningkatan produksi rataan per anggota.
Sedangkan mengenai peningkatan penjualan rumput laut ke pelanggan merupakan hasil utama pada tujuan strategik peningkatan penjualan rumput laut ke pelanggan. Perkembangan capaian ukuran perspektif dalam proses bisnis internal KBRLSU disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Capaian perkembangan ukuran perspektif proses bisnis internal No Tujuan strategik perspektif proses bisnis internal 1 Peningkatan produktivitas karyawan Produksi rumput laut per bulan Jumlah karyawan Produktivitas bidang produksi rumput laut 2 Penerapan teknologi Pengadaan bibit unggul Peningkatan bibit unggul Produksi rumput laut per anggota Peningkatan produksi rumput laut per anggota 3 Penjualan ke pelanggan Penjualan rumput laut ke pelanggan Peningkatan penjualan rumput laut
Satuan Ton/bulan Org ton/bln
2006
Tahun 2007
35 56 38 47 0,92105 1,19149
Ton % Ton/org-bln %
5
Ton/tahun %
450
3
2008 63 63 1
7,23 44,6 3,24 8
9,12 26,14 3,45 6,48
530 17,78
724 36,6
Capaian
1,03751
35,37 7,24
27,19
Secara ringkas ukuran utama pengukuran kinerja perspektif proses bisnis internal (Tabel 12) adalah :
48
i.
produktivitas bidang produksi rumput laut mempunyai capaian 1,037 ton/bln dan target 3, maka pencapaiannya 34,6 ton/bln.
ii. Peningkatan bibit unggul mempunyai capaian 35,37% dan target 60, maka pencapaiannya 59%. iii. Peningkatan produksi rumput laut per anggota mempunyai capaian 7,24% dan target 12, maka pencapaiannya 60,6 %. iv. Peningkatan penjualan rumput laut mempunyai capaian 27,19% dan target 40, maka pencapaiannya 68%. Tabel 12. Capaian dan target ukuran perspektif bisnis internal No 1 2 3 4
Tujuan strategik perspektif proses bisnis internal Produktivitas bidang produksi rumput laut Peningkatan bibit unggul Peningkatan produksi rumput laut per anggota Peningkatan penjualan rumput laut
Satuan
Capaian
Target
Pencapaian
ton/bln
1,037
3
34,6
% %
35,37 7,24
60 12
59 60,6
%
27,19
40
68
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Aspek penilaian kinerja yang berhubungan dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang menjadi bagian penilaian adalah tujuan strategik berikut : i.
Profesionalitas dan kompetensi karyawan
ii. Tingkat kepuasan karyawan iii. Peningkatan anggota iv. Dinamika pembelajaran, pemberdayaan dan penerapan teknologi. Nilai kompetensi karyawan KBRLSU dalam pelaksanaan usaha budidaya rumput laut merupakan hasil penilaiana yang dilakukan oleh pengurus KBRLSU terhadap kinerja karyawan yang terlibat. Untuk memepermudah penilaian, maka digunakan kuesioner yang terdapat 10 pertanyaan ditujukan kepada 20 responden, atau 20 anggota KBRLSU. Hasil kuesioner kompetensi karyawan disajikan pada Tabel 13.
49
Tabel 13. Tingkat kompetensi karyawan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unsur pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang harus dimiliki Mampu menebar bibit dengan baik Mampu merawat rumput laut Mampu mengendalikan serangan hama Mampu menggunakan alat dengan baik Mampu merawat alat pengeringan Mampu bekerja sama antar karyawan Manajemen waktu Mampu mengeringkan rumput laut dengan baik Mampu membuat administrasi seluruh kegiatan Pertanggungjawaban kepada pemilik tambak (Anggota) Jumlah frekuaensi Persentase (%)
1 0
Tingkat kompetensi 2 3 4 5 0 4 7 9
Rataan 4,25
0 0
0 1
10 7
5 8
5 4
3,75 3,75
0
1
9
9
1
3,5
0
1
8
3
8
3,9
0
1
12
2
5
3,55
0 0
1 1
7 9
9 8
3 2
3,7 3,55
0
0
5
7
8
4,15
0
1
5
5
9
4,1
0 0
7 3,5
76 38
63 31,5
54 27
3,82
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat aspek yang tidak kompeten dengan skor 0 (0%), kurang kompeten dengan skor 7 (3,5%), cukup kompeten dengan skor 76 (38%), kompeten dengan skor 63 (31,5%), dan sangat kompeten dengan skor 54 (27%), sehingga diperoleh nilai kompeten dan sangat kompeten sebesar 58,5%. Tingkat kepuasan karyawan diukur dengan mengajukan kuesioner kepada karyawan KBRLSU dengan jumlah responden 20 orang. Tingkat kepuasan karyawan dapat dilihat pada Tabel 14 dimana 54,76% karyawan menyatakan cukup puas dengan aspek yang ada.
50
Tabel 14. Tingkat kepuasan karyawan No 1
2
3 4 5
6
7
8
9
10
11
12 13
14
Tingkat kepuasan
Indikator
Rataan
1 0
2 6
3 17
4 7
5 0
3,03
1
4
14
11
0
3,17
0
5
16
8
1
3,17
2
2
15
11
0
3,17
0
6
18
5
1
3,03
0
4
19
7
0
3,1
2
6
15
6
1
2,93
0
9
18
3
0
2,8
0
0
23
5
2
3,3
0
3
13
14
0
3,37
0
3
19
7
1
3,2
0
5
9
14
2
3,43
0
4
18
6
2
3,2
2
4
16
8
0
3
Jumlah frekuensi
7
61
230
112
10
3,14
Persentase (%)
1,67
14,52
54,76
26,67
2,38
Kesempatan bekerja sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan Kesempatan menjadi bagian penting dalam kelompok kerja Cara pemimpin anda menangani bawahan Kemampuan atasan anda dalam membuat keputusan Penerapan kebijakan organisasi dalam kegiatan sehari-hari Kesempatan melakukan sesuatu yang baru dari waktu ke waktu Jaminan kerja yang diberikan organisasi kepada karyawan Imbalan kerja dikaitkan dengan beban kerja yang anda lakukan Kesempatan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rekan anda Kesempatan melakukan pekerjaan dengan menggunakan kemampuan yang anda miliki Kesempatan untuk memeberitahukan rekan anda apa yang seharusnya dilakukan Keharmonisan kerja sama rekan kerja anda Kesempatan untuk anda dapat berkembang pada pekerjaan anda saat ini Kebebasan untuk menggunakan penilaian anda sendiri
Sebagaimana dijelaskan diawal, anggota KBRLSU adalah para petani yang memiliki tambak lahan garapan penanaman rumput laut.
51
Petani-petani tersebut memiliki karyawan yang ditugaskan menggarap tambak. Namun tak jarang juga petani tersebut ikut serta mengerjakan penggarapan rumput laut ditambaknya. Sejak awal didirikan KBRLSU, jumlah anggota mengalami pasang surut. Jumlah kelompok berdasarkan data 2006–2008 adalah pada tahun 2006 sebanyak 17 orang, pada tahun 2007 sebanyak 20 orang dan pada tahun 2008-sekarang 25, artinya terjadi kenaikan anggota dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 25%, namun seiring dengan meningkatnya kesejahteraan para petani diyakini mampu mendorong masyarakat sekitar untuk turut serta menjadi anggota KBRLSU. Kapasitas pendidikan yang diberikan kepada karyawan dan anggota mengenai penanaman rumput laut yang baik dan benar tidak menjamin meningkatnya produktivitas dari kelompok usaha tersebut tanpa adanya budaya organisasi yang mendukung semua pihak untuk mencurahkan dan mengembangkan
kapasitas
terbaik
kepada
perusahaan.
Gaya
kepemimpinan yang tidak memberikan ruang kepada karyawan untuk berinovasi, maupun gaya kepemimpinan yang tidak memberi reward and punishment yang sesuai kepada karyawan dipastikan organisasi tidak dapat berkembang menghasilkan layanan terbaik kepada pelanggan. Menurut Nasution (2005), karyawan paling dominan dalam organisasi, maka pemasok internal sangat berperan dalam menghasilkan suatu barang atau jasa bermutu. Akan tetapi dalam kenyataannya, masih banyak perusahaan yang mengeksploitasi karyawannya dan tidak memberikan peluang kepada karyawan untuk berkembang dan berprestasi secara optimal. Pemberdayaan merupakan kunci utama dalam motivasi dan produktivitas. Seorang karyawan merasa dirinya dihargai dan memiliki kontribusi akan berkembang secara pribadi dan profesional, sehingga kontribusinya bagi organisasi dapat dimaksimalkan. Atas dasar itulah, dinamika pembelajaran, pemberdayaan karyawan dan aspek penerapan teknologi menjadi aspek yang perlu mendapat perhatian dalam rangka mengukur kinerja dengan metode BSC. Hasil dari kuesioner kepada 30 karyawan KRLSU diberikan pada Tabel 15.
52
Tabel 15. Nilai dinamika belajar, pemberdayaan dan penerapan teknologi No
Indikator
1
Menjalankan komunikasi efektif antara pemimpin dengan karyawan Meningkatkan pengetahuan di bidang tugas anda saat ini sebagai prioritas utama Karyawan mampu berpikir dan bertindak menggunakan pendekatan sistem yang menyeluruh Karyawan diberikan kebebasan untuk memperluas wawasan pengetahuan Pimpinan mendukung pelatihan dan mengawasi hasil yang dipelajari Aktif berbagi pengetahuan kepada sesama karyawan berupa ide untuk mengembangkan pengetahuan bertanam Karyawan dibekali keterampilan berpikir kreatif untuk inovasi pelayanan kepada anggota Pimpinan mendorong pembelajaran yang tepat dan berteknologi tinggi Jumlah frekuensi Persentase (%)
2
3
4
5
6
7
8
1 2
Tingkat kepuasan 2 3 4 3 15 9
5 1
0
6
14
10
0
3,13
0
8
18
4
0
2,87
0
8
12
9
1
3,1
2
2
17
9
0
3,1
0
2
22
6
0
3,13
0
1
25
4
0
3,1
0
7
17
6
0
2,97
4 1,67
37 15,4
2 0,83
3,066
140 57 58,33 23,75
Rataan 3,13
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa terdapat aspek yang tidak puas dengan skor 4 (1,67%), kurang puas dengan skor 37 (15,4%), cukup puas dengan skor 140 (58,33%), puas dengan skor 57 (23,75%), dan sangat puas dengan skor 2 (0,83%), sehingga diperoleh nilai puas dan sangat puas 24,58%. Secara ringkas nilai dari ukuran utama perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 16.
53
Tabel 16. Nilai ukuran perspektif pembelajaran
6.
No
Ukuran utama
1 2 3 4
Kompetensi karyawan Kepuasan karyawan Kenaikan anggota Nialai dinamika pembelajaran, pemberdayaan, dan penerapan teknologi
Capaian (%) 58,5 54,76 25 58,33
Target (%) 85 80 30 85
Pencapaian (%) 68,82 68,45 83,33 68,62
Penetapan Kinerja dengan BSC Setelah mengkaji berbagai aspek yang menjadi sasaran strategik, serta penetapan ukuran utama dari masing-masing perspektif, nilai dan satuan masing-masing, maka untuk mengukur tingkat kinerja dari masing-masing perspektif atau pengukuran kinerja secara keseluruhan, diperlukan penetapan angka target dan penetapan pembobot. Penetapan pembobot dibuat untuk masing-masing perspektif, serta pembobot antara masing-masing aspek yang menjadi ukuran utama di dalam satu perspektif. Penetapan pembobot untuk masing-masing perspektif dapat dilihat pada Lampiran 6. Selanjutnya secara rinci, nilai pencapaian kinerja masing-masing perspektif dan masing-masing alat ukur utama setelah dikalikan nilai pembobot dapat disajikan pada Lampiran 7. Selanjutnya setelah mengetahui bobot masing-masing dan besaran target untuk masing-masing ukuran utama, maka penetapan kinerja KBRLSU dapat disajikan pada Tabel 17. Dari tabel tersebut, nilai capaian pelanggan dan keanggotaan 83,42% atau setelah dikalikan dengan pembobot (29,17%) memiliki nilai akhir 24,33%. Perspektif keuangan mencapaian 39,23% atau setelah dikalikan dengan pembobot (25%) memiliki nilai kontribusi 9,81%. Perspektif proses bisnis internal mencapaian 55,8% atau setelah dikalikan dengan pembobot (20,83%) memiliki nilai kontribusi 11,62%. Perspektif Pembelajaran dan pemberdayaan mencapaian 71,83% atau setelah dikalikan dengan pembobot (25%) memiliki nilai kontribusi 17,96%. Setelah dijumlahkan kontribusi nilai masing-masing perspektif maka capaian kinerja KBRLSU 63,72%.
54
Tabel 17. Nilai kinerja masing-masing perspektif KBRLSU No 1 2 3 4
Perspektif Pelanggan dan Keanggotaan Keuangan Proses bisnis internal Pembelajaran dan pemberdayaan Nilai akhir
Nilai capaian (%) 83,42 39,23 55,8 71,83
Pembobot (%) 29,17 25 20,83 25
Nilai akhir (%) 24,33 9,81 11,62 17,96 63,72
C. Implikasi Manajerial Studi tentang budidaya rumput laut saat ini baru dilakukan oleh beberapa tim penelitian yang baru menunjukkan pada tahap kelayakan usaha budidaya pada daerah–daerah tertentu yang belum melihat pada hubungan masalah teknis pembudidayaan dengan implikasinya terhadap strategi pengembangan usaha masing–masing kelompok usaha budidaya rumput laut baik jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tim BPPT dan DKP Banyuwangi pada tahun 2009 hanya mengkaji masalah Kelayakan Usaha Budidaya Rumput Laut melalui Pencitraan Wilayah dengan menggunakan bantuan Satelit. Semakin banyaknya permintaan pasar baik dari domestik maupun manca negara sangat membutuhkan kajian bukan hanya di level manajerial kebijakan namun juga sangat dibutuhkan di level manajerial teknis dalam hal strategi pengembangan usaha budidaya rumput laut. Salah satu ukuran keberhasilan strategi pengembangan usaha atau bisnis adalah melalui penilaian kinerja suatu organisasi atau perusahaan. Selain itu melalui penilaian kinerja ini dapat diprediksi kemampuan usaha budidaya rumput laut dalam memenuhi permintaan pasar serta dapat digunakan berkaitan dengan strategi pendistribusian guna pemenuhan permintaan pasar domestik maupun manca negara. Data dari pemerintah Kabupaten Serang pada tahun 2010 menunjukkan bahwa masyarakat pembudidaya rumput laut Gracilaria kehilangan potensi pendapatan hingga 5 kali lipat. Hal ini sangat perlu mendapat perhatian yang
55
serius dimana saat ini baru 500 hektar lahan yang baru bisa dimanfaatkan sedangkan sisanya 4.500 lahan masih belum termanfaatkan. Pentingnya kinerja masing–masing kelompok pembudidaya sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas serta pemenuhan permintaan pasar rumput laut Gracilaria yang setiap tahun terus bertambah. Hasil kajian baru menunjukkan bahwa kelompok “Budidaya Rumput Laut Serang Utara” memberikan kinerja belum mencapai 80% dari yang ditargetkan. Kurangnya dukungan, baik dari masyarakat maupun pemerintah dalam upaya pengembangan usaha budidaya merupakan salah satu faktor yang mendukung pengembangan usaha budidaya rumput laut, dimana setelah dikaji dari masing–masing persepektif masih dibawah target harapan sebesar 80% dari penilaian keseluruhan kinerja kelompok tersebut. Pentingnya
perbaikan
kinerja
akan
berdampak
pada
peningkatan
produktivitas usaha budidaya yang implikasinya akan dapat meningkatkan kepercayaan dan kepuasan atas pemenuhan permintaan pasar domestik maupun mancanegara yang semakin meningkat.