BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2011 – 2013. Definisi Perusahaan Manufaktur adalah perusahaan yang menjalankan proses pembuatan produk. Sebuah perusahaan bisa dikatakan perusahaan manufaktur apabila ada tahapan input-proses-output yang akhirnya menghasilkan suatu produk. Karakteristik utama kegiatan industry manufaktur adalah mengelola sumber daya menjadi barang jadi melalui suatu proses pabrikasi. Aktivitas perusahaan yang tergolong dalam kelompok industry manufaktur mempunyai tiga kegiatan utama yaitu (Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik, 2002): 1. Kegiatan utama untuk memperoleh atau menyimpan input atau bahan baku 2. Kegiatan pengolahan atau pabrikasi atau perakitan atas bahan baku menjadi barang jadi 3. Kegiatan menyimpan atau memasarkan barang jadi B. Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran atau deskripsi data dalam penelitian ini, maka dilakukan analisis deskriptif statistik terhadap masing-masing variabel yang dapat terlihat berikut ini dengan menggunakan SPSS 17.0.
45
46
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSR
99
.3333
1.0000
.806397
.1929998
PEMERINTAH
99
0
1
.18
.388
ASING
99
0
1
.88
.328
ROA
99
.0027
.6591
.175378
.1338462
LEVERAGE
99
.1082
2.4926
.733722
.5362292
SIZE
99
11.4929
19.1815
15.151507
1.6111709
Valid N (listwise)
99
Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.1 diatas menggambarkan deskripsi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Minimum adalah nilai terkecil dari suatu rangkaian pengamatan, maksimum adalah nilai terbesar dari suatu rangkaian pengamatan, mean (rata-rata) adalah hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi dengan banyaknya data, sementara standar deviasi adalah akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata-rata dibagi dengan banyaknya data. Jumlah responden (N) dari penelitian ini ada 99. Dari 99 responden ini nilai variabel pengungkapan CSR yang terkecil adalah 0,33. Hal ini menunjukan jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial hanya ada dua dari enam pengungkapan. Sedangkan nilai yang terbesar adalah 1,00. Hal ini menunjukan perusahaan mengungkapkan semua pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara keseluruhan nilai rata-rata pengungkapan tanggung jawab sosial adalah sebesar 0,80 dengan nilai deviasi standar sebesar 0,19. Jika dibandingkan untuk besarnya pengungkapan CSR untuk setiap
47
tahunnya, berdasarkan total indeks CSR setiap tahun maka dapat diperoleh sebagai berikut:
Corporate Social Responsibility 30.0 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0
Indeks CSR
2011
2012
2013
Gambar 4.1 - Pengungkapan CSR Perusahaan tahun 2011-2013 Berdasarkan total indeks pengungkapan CSR di setiap periode gambar 4.1 diatas, menunjukkan bahwa selama tahun 2011 hingga 2013, ada kecenderungan terjadi peningkatan jumlah pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Pada variabel PEMERINTAH, nilai terkecil adalah 0 dan nilai yang terbesar adalah 1. Variabel dengan nilai 1 menunjukan bahwa adanya kepemilikan saham pemerintah di perusahaan dengan jumlah diatas 5%, sedangkan variabel dengan nilai 0 menunjukan bahwa jumlah kepemilikan saham pemerintah di perusahaan dibawah 5% dengan nilai rata-rata sebesar 0,18 dan nilai deviasi standar sebesar 0,38. Pada variabel ASING, nilai terkecil adalah 0 dan nilai yang terbesar adalah 1. Variabel dengan nilai 0 menunjukan bahwa jumlah kepemilikan saham asing di perusahaan dibawah 5%, sedangkan variabel dengan nilai 1 menunjukan bahwa adanya
48
kepemilikan saham asing di perusahaan dengan jumlah diatas 5% dengan nilai rata-rata sebesar 0,88 dan nilai deviasi standar sebesar 0,33. Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan rata-rata sebesar 0,18. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata mampu menghasilkan laba bersih hingga 0,18 atau 18% dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai profitabilitas terbesar adalah sebesar 0,66. Hal ini berarti perusahaan dapat menghasilkan laba bersih hingga 66% dari total aset yang dimiliki perusahaan, yaitu yang diraih oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2012. Sedangkan nilai profitabilitas terkecil diperoleh sebesar 0,0027 atau laba bersih terkecil sebesar 0,27% dari total nilai aset perusahaan, yaitu ROA yang diperoleh dari perusahaan Sierad Produce Tbk pada tahun 2013. Sehingga nilai deviasi standar dari variabel ini sebesar 0,13. Variabel LEVERAGE yaitu perbandingan antara total kewajiban dibanding dengan total ekuitas yang diukur dengan DER diperoleh rata-rata sebesar 0,73. Hal ini menunjukan bahwa secara statistik, perusahaan sampel selama tahun 2011-2013 rata-rata memiliki hutang sebesar 73% dari seluruh modal sendiri perusahaan dengan deviasi standar sebesar 0,54%. Nilai LEVERAGE terkecil diperoleh sebesar 0,11 yang dimiliki oleh perusahaan Mandom Indonesia Tbk pada tahun 2011. Sedangkan nilai LEVERAGE terbesar adalah 2,49 yang dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2011.
49
Variabel ukuran perusahaan atau SIZE yang diukur dengan logaritma natural dari total aset perusahaan menunjukan rata-rata sebesar 15.15 dengan deviasi standar sebesar 1.61. Nilai terkecil menunjukan sebesar 11.49 yang dimiliki oleh perusahaan Lionmesh Prima Tbk pada tahun 2011 dan nilai terbesar menunjukan sebesar 19,18 yang dimiliki oleh perusahaan Astra International Tbk pada tahun 2013. Aset yang semakin besar menunjukkan lebih banyaknya sumber-sumber aset yang dimiliki perusahaan, sehingga dimungkinkan akan menambah sumber-sumber pengungkapan CSR yang dapat diberikan perusahaan. C. Uji Asumsi Klasik Agar model regresi yang dipakai dalam penelitian ini secara teoritis menghasilkan nilai parametrik yang sesuai dengan asumsi Ordinary Least Squares (OLS), terlebih dahulu data harus memenuhi uji asumsi klasik. sebagai berikut : 1. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah dimana datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Distribusi normal dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan analisis grafik histogram dan normal probability plot, dan analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal.
50
Uji normalitas data pada sampel perusahaan manufaktur dapat dilihat pada gambar 4.2, 4.3 dan Tabel 4.2 dibawah ini:
Gambar 4.2 Histogram
Gambar 4.3 Normal P-P Plot
51
Berdasarkan Gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini didukung dengan tampilan Gambar 4.2 atau grafik histogram yang menunjukkan pola distribusi normal. Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
99
Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .11655457
Absolute
.134
Positive
.072
Negative
-.134
Kolmogorov-Smirnov Z
1.330
Asymp. Sig. (2-tailed)
.058
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Pada hasil uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.330 dan tidak signifikan pada 0,05 (karena p = 0,06 > 0,05), maka dapat dinyatakan model regresi sudah memiliki distribusi normal. 2. Hasil Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah uji ekonometrik yang digunakan untuk menguji apakah terjadi hubungan linier antara variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model. Sehingga sulit untuk memisahkan variabel-variabel tersebut
52
secara individu terhadap variabel terikat. Multikolinearitas tidak akan terjadi jika hasil perhitungan VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih besar dari 10 dan nilai Toleransi (tolerance) lebih kecil dari 0,10. Hasil pengujian multikolinearitas pada model regresi dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
1 (Constant)
Std. Error
-.019
.118
PEMERINTAH
.283
.055
ASING
.385
ROA LEVERAGE SIZE
a
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.161
.873
.511
5.128
.000
.395
2.529
.060
.671
6.390
.000
.356
2.809
.513
.110
.356
4.654
.000
.670
1.492
-.032
.024
-.090
-1.344
.182
.872
1.147
.030
.008
.248
3.815
.000
.932
1.073
a. Dependent Variable: CSR
Hasil perhitungan PEMERINTAH, ASING, ROA, LEVERAGE dan SIZE pada tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model regresi penelitian ini adalah terbebas dari multikolinearitas atau obyektif. 3. Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
53
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Regresi yang bebas dari autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson test jika memenuhi syarat du < d < 4 – du. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary Model 1
R .797
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Durbin-Watson
Square
Estimate
(DW)
.635
.616
.1196467
2.215
a. Predictors: (Constant), LnSIZE, LEVERAGE, ROA, ASING, PEMERINTAH b. Dependent Variable: CSR
Nilai DW di tabel 4.4 diatas sebesar 2.215 dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson dengan nilai signifikasi 5%, jumlah sampel 100 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin-Watson akan didapat nilai batas bawah (dL) sebesar 1,571 dan nilai batas atas (du) sebesar 1,780. Hasil perbandingan menunjukkan nilai DW 2.215 lebih besar dari batas atas (du) 1.780 dan kurang dari 4 – 1,780 (4 – du) atau berada diantara nilai du dan (4-du). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
54
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
yang
homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan cara dengan pengujian statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Park. Heteroskedastisitas terjadi apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi Logaritma dari kuadrat residual (LnU2i) signifikan secara statistik dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data model tidak dapat ditolak. Berdasarkan Tabel 4.5 koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan, maka
dapat
disimpulkan
bahwa
model
regresi
tidak
terdapat
heteroskedastisitas. Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error .006
3.138
PEMERINTAH
-.013
.009
ASING
-.012
ROA
Coefficients Beta
t
Sig. .002
.999
-.169
-1.407
.163
.008
-.180
-1.489
.140
-.012
.027
-.045
-.428
.670
LEVERAGE
-.003
.029
-.009
-.110
.913
SIZE
-.134
.107
-.142
-1.251
.214
a. Dependent Variable: LnU2i
55
D. Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji Regresi Berganda Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda untuk mendapatkan koefisien regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak. Atas dasar hasil regresi dengan menggunakan sebesar tingkat signifikansi sebesar 5% diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error -.019
.118
PEMERINTAH
.283
.055
ASING
.385
ROA LEVERAGE SIZE
Coefficients Beta
t
Sig. -.161
.873
.511
5.128
.000
.060
.671
6.390
.000
.513
.110
.356
4.654
.000
-.032
.024
-.090
-1.344
.182
.030
.008
.248
3.815
.000
a. Dependent Variable: CSR
Dengan melihat Tabel 4.6 diatas, dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y (CSR) = -0,19 + 0,283 PEMERINTAH + 0,385 ASING + 0,030 SIZE + 0,513 ROA – 0,32 LEVERAGE + e Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien regresi dari variabel kepemilikan saham pemerintah (PEMERINTAH),
56
kepemilikan saham asing (ASING), ukuran perusahaan (SIZE) dan rasio probabilitas (ROA) bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa variabelvariabel tersebut berhubungan positif dengan luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan hasil uji regresi terlihat juga bahwa variabel kepemilikan saham pemerintah (PEMERINTAH), pemilikan saham asing (ASING), ukuran perusahaan (SIZE) dan rasio probabilitas (ROA) menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap variabel dependennya (CSR). Hal ini dapat dilihat dari semua nilai probabilitas signifikannya sebesar 0,000 atau (sig. <0,01). Sementara untuk variabel LEVERAGE menunjukkan hubungan yang tidak signifikan terhadap variabel CSR. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas signifikan untuk LEVERAGE sebesar 0,182 (sig. >0,05).
2. Hasil Uji Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted RSquare dari model regresi digunakan untuk mengetahui besarnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya atau variabel independen.
57
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
Model 1
R
R Square .797
a
.635
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .616
.1196467
a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, PEMERINTAH, LEVERAGE, ASING
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat dilihat besar nilai adjusted RSquare sebesar 0,616 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 61.6%. Hal ini berarti 61.6% pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dipengaruhi variabel–variabel independen dalam model dan sisanya 38.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standar Error of estimate (SEE) menunjukkan nilai 0,11965, hal ini menunjukkan nilai yang kecil sehingga dapat disimpulkan model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Sementara itu, nilai R sebesar 0,797 menunjukkan hubungan antara variabel dependen yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan variabel independen yaitu kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, ukuran perusahaan, rasio probabilitas, dan leverage. 3. Hasil Uji Regresi Simultan (Uji F) Pengujian regresi simultan digunakan apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil pengujian dengan nilai F diperoleh sebagai berikut:
58
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Simultan b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2.319
5
.464
Residual
1.331
93
.014
Total
3.650
98
F 32.400
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, PEMERINTAH, LEVERAGE, ASING b. Dependent Variable: CSR
Berdasarkan hasil uji Anova atau uji F pada Tabel 4.8 diatas dapat terlihat bahwa nilai F sebesar 32,400 dan nilai sig sebesar 0,000. Dengan menggunakan tingkat α (alfa) 0,05 atau 5%, maka H0 berhasil ditolak dan H1 gagal ditotak. Penolakan H0 dibuktikan dengan hasil perhitungan bahwa nilai sig (0,000) < dari α (alfa) = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, ukuran perusahaan, rasio probabilitas, dan leverage secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 4. Hasil Uji Regresi Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk mendeteksi lebih lanjut manakah diantara kelima variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan Tabel 4.6 dari kelima variabel independen yang dimasukkan dalam model dengan signifikansi 5% dan
59
1% dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, ukuran perusahaan, dan rasio probabilitas berpengaruh signifikan terhadap variabel CSR. Sedangkan variabel leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel CSR. 5. Pengujian Hipotesis pertama (H1) Variabel kepemilikan saham pemerintah (PEMERINTAH) pada Tabel 4.6 memiliki nilai t sebesar 5,128 dan nilai sig sebesar 0,000. Nilai sig (0,000) < (0.01), ini berarti variabel kepemilikan saham pemerintah signifikan pada level 1% dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan saham pemerintah secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 6. Pengujian Hipotesis Kedua (H2) Variabel kepemilikan saham asing (ASING) pada Tabel 4.6 memiliki nilai t sebesar 6,390 dan nilai sig sebesar 0,000. Nilai sig (0,000) < (0.01), ini berarti variabel kepemilikan saham asing signifikan pada level 1% dan H2 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan saham asing secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 7. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) Variabel ukuran perusahaan (SIZE) pada Tabel 4.6 memiliki nilai t sebesar 3,815 dan nilai sig sebesar 0,000. Nilai sig (0,000) < (0.01), ini berarti variabel ukuran perusahaan signifikan pada level 1% dan H3
60
diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 8. Pengujian Hipotesis Keempat (H4) Variabel profitabilitas (ROA) pada Tabel 4.6 memiliki nilai t sebesar 4,654 dan nilai sig. 0,000. Nilai sig (0,000) < (0,01), ini berarti bahwa variabel profitabilitas signifikan pada level 1% dan H4 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 9. Pengujian Hipotesis Kelima (H5) Variabel Leverage pada Tabel 4.6 memiliki nilai t sebesar -1,344 dan nilai sig 0,182. Nilai sig (0,182) > (0,05), ini berarti variabel Leverage tidak signifikan pada level 5% dan H5 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel Leverage secara statistik berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
E. Pembahasan Gambaran tentang pengungkapan sosial perusahaan manufaktur terdaftar di BEI selama periode tahun 2011-2013 seperti tampak dalam Gambar 4.1, dapat dilihat terjadi peningkatan pengungkapan sosial perusahaan secara berkelanjutan. Adapun rata-rata perusahaan manufaktur tersebut melakukan pengungkapan sosial dalam laporan tahunannya sebesar 0,80 atau 80%.
61
Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan yaitu
kepemilikan
saham asing,
kepemilikan saham pemerintah, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage. Penjelasan masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Kepemilikan Saham Pemerintah Terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel kepemilikan saham pemerintah (PEMERINTAH) terhadap pengungkapan CSR (CSR), dapat diketahui bahwa variabel kepemilikan saham pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima. Adanya hubungan antara kepemilikan saham pemerintah dengan pengungkapan CSR mengandung arti bahwa kepemilikan saham oleh pemerintah
pada
perusahaan,
maka
akan
memperluas
tingkat
pengungkapan CSR. Keadaan ini terjadi karena dengan adanya kepemilikan saham oleh pemerintah, maka keberadaan perusahaan tersebut akan lebih disorot oleh stakeholder-nya termasuk pemerintah. Perhatian dan tekanan pemerintah yang besar membuat perusahaan harus lebih transparan dalam pengelolaannya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amran dan Devi (2008) di Malaysia. 2. Pengaruh Kepemilikan Saham Asing Terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil dari pengujian variabel kepemilikan saham asing (ASING) terhadap pengungkapan CSR (CSR), dapat diketahui bahwa
62
variabel kepemilikan saham asing berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua (H2) berhasil diterima. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amran dan Devi (2008) di Malaysia, dikarenakan kondisi perusahaan manufaktur di Indonesia banyak dimiliki oleh saham asing yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Tanimoto dan Suzuki (2005) dalam Machmud dan Chaerul (2006). Hasil penelitian ini mendukung teori keagenan yang menunjukkan bahwa kepemilikan asing dalam perusahaan mampu menjadikan proses monitoring menjadi lebih baik sehingga informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen dapat diberikan secara menyeluruh kepada stakeholders perusahaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum kepemilikan asing di Indonesia turut peduli terhadap isu- isu sosial misalnya hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan ingkungan sebagai isu kritis yang secara ekstensif harus diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel ukuran perusahaan (SIZE) terhadap pengungkapan CSR (CSR), dapat diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga (H3) diterima.
63
Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai hubungan pengaruh antara ukuran perusahaan dan pengungkapan CSR. Seperti yang dilakukan oleh Amran dan Devi (2008), Sembiring (2005), Hackston dan Milne (1996) dalam Anggraini (2006), Machmud dan Djakman (2008), dan Belkaoui dan Karpik (1989). Semua penelitian ini, secara umum menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat juga cenderung semakin luas. Adanya hubungan signifikan antara variabel ukuran perusahaan dan pengungkapan sosial mengandung arti bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka akan cenderung melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas. Perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disorot, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. 4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel rasio profitabilitas (ROA) terhadap pengungkapan CSR (CSR), dapat diketahui bahwa rasio profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa hipotesis keempat (H4) berhasil diterima. Secara teoritis, menurut Kokubu et. al (2001) terdapat hubungan positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi dengan premis bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat
64
perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Bowman dan Haire (1976) dan Preston (1978) Hackston dan Milne (1996) dalam Anggraini (2006) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Belkaoui dan Karpik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. 5. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel rasio Leverage terhadap pengungkapan CSR (CSR), dapat diketahui bahwa rasio Leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa hipotesis kelima (H5) ditolak. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan CSR yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Sejalan dengan hasil penelitian ini mendukung teori agensi yang menyatakan hubungan negatif perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi dengan pengungkapan CSR. Hubungan yang sudah terjalin baik dengan debtholders dan kinerja perusahaan yang baik bisa membuat debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverage perusahaan, sehingga menjadikan hubungan leverage dengan pengungkapan CSR menjadi tidak
65
signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sembiring (2005) dan Anggraini (2006) yang tidak menemukan hasil terdapat hubungan antara tingkat leverage perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Dari hasil pembahasan yang dilakukan maka diperoleh ikhtisar penelitian sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5
Tabel 4.9 Ikhtisar Penelitian Variabel Terikat Variabel Bebas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR) Kepemilikan Pemerintah √ Kepemilikan Asing √ Ukuran Perusahaan √ Profitabilitas √ Leverage X
Keterangan: √ = Variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau hipotesis diterima X = Variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau hipotesis ditolak