14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman bayam dilakukan 5 kali (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengamatan saat umur 4 MST, 5 MST dan 6 MST yang berpengaruh nyata akibat interval waktu pemberian air. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata terhadap interval waktu pemberian air terdapat pada umur 2 MST dan 3 MST (Lampiran 1). Hasil Uji BNT terlihat pada Tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman bayam.
Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bayam melalui Interval Waktu Pemberian Air Perlakuan S1 S2 S3 S4 BNT 5% KK (%)
2 MST 2,91 tn 3,21 3,37 3,06 14,33
Rataan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST 4 MST 5 MST tn 3,46 5,48 a 10,66 a 3,92 6,82 a 15,41 a 4,15 8,57 ab 21,30 ab 3,69 6,78 a 16,83 a 2,10 5,03 14,96 33,57 34,70
6 MST 19,21 a 31,60 b 35,73 b 30,59 b 5,79 21,89
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa, interval waktu pemberian air tidak berpengaruh nyata pada saat umur tanaman bayam 2 MST dan 3 MST. Saat umur 4 MST, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah perlakuan S3
15
(8,57cm) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Saat umur 5 MST, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah S3 (21,30 cm) tidak berbeda dengan perlakuan S4, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada pengamatan 6 MST perlakuan S1 berbeda nyata dengan S2, S3 dan S4. Tetapi perlakuan S2, S3 dan S4 tidak berbeda nyata. Perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut : 40
Tinggi Tanaman (cm)
35 30 25
S1
20
S2
15
S3 S4
10 5 0 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Gambar 1. Rataan Tinggi Tanaman Bayam
Dari gambar tersebut di atas, terlihat pada pengamatan 2 MST dan 3 MST pertambahan tinggi tanaman untuk ke semua perlakuan sama atau tidak berbeda nyata. Perbedaan mulai terlihat pada 4 MST, lebih nyata lagi pada 5 MST dan selanjutnya perbedaan pada minggu ke 6 MST, adanya perbedaan perlakuan S 1 (penyiraman setiap hari) dengan 3 perlakuan lainnya (S2, S3, dan S4).
16
b. Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun bayam dilakukan 5 kali (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengamatan saat umur 4 MST, 5 MST dan 6 MST yang berpengaruh nyata akibat interval waktu pemberian air. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata terhadap interval waktu pemberian air terdapat pada umur 2 MST dan 3 MST (Lampiran 1). Hasil Uji BNT terlihat pada Tabel 1. Rataan pertumbuhan jumlah daun bayam.
Tabel 2. Rataan Pertumbuhan Jumlah Daun Bayam melalui Interval Waktu Pemberian Air Perlakuan S1 S2 S3 S4 BNT 5% KK (%)
2 MST 2,00 tn 2,20 2,40 2,10 16,97
Rataan Jumlah Daun (helai) 3 MST 4 MST 5 MST 3,10 tn 4,50 a 7,10 a 3,20 5,20 a 10,40 a 3,60 5,70 ab 13,00 ab 3,30 4,90 a 10,80 a 0,81 3,52 13,33 17,72 37,85
6 MST 14,00 a 24,60 b 27,40 b 26,10 b 5,24 25,18
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa, interval waktu pemberian air tidak berpengaruh nyata pada saat umur tanaman bayam 2 MST dan 3 MST. Saat umur 4 MST, perlakuan yang memiliki jumlah daun tertinggi adalah perlakuan S3 (5,70 helai) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Saat umur 5 MST, perlakuan yang memiliki jumlah daun tertinggi adalah S3 (13,00 helai) tidak berbeda nyata dengan perlakuan S4, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S1. Pada pengamatan 6 MST perlakuan S2 tidak berbeda nyata dengan S3 dan S4, tetapi berbeda nyata dengan S1.
17
Perbedaan dan persamaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
30.00
Jumlah Daun (Helai)
25.00 20.00 S1 15.00
S2 S3
10.00
S4
5.00 0.00 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Gambar 2. Rataan Jumlah Daun Bayam
Dari gambar tersebut di atas, terlihat pada pengamatan 2 MST dan 3 MST pertambahan tinggi tanaman untuk ke semua perlakuan sama atau tidak berbeda nyata, perbedaan mulai terlihat pada 4 MST, lebih nyata lagi pada 5 MST dan selanjutnya perbedaan pada minggu ke 6 MST, adanya perbedaan perlakuan S 1 (penyiraman setiap hari) dengan 3 perlakuan lainnya (S2, S3 dan S4). Perlakuan S2, S3, dan S4 memberikan hasil jumlah daun yang tidak berbeda nyata.
c. Berat Basah Tanaman Berat basah tanaman ditimbang pada saat panen, yaitu tanaman sudah mencapai umur 6 MST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan interval waktu pemberian air berpengaruh nyata pada produksi tanaman bayam (Lampiran 1). Selanjutnya hasil Uji BNT dilakukan untuk melihat perbedaan dari masing-masing perlakuan yang paling memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman bayam di sajikan pada Tabel 3. Rataan berat basah tanaman bayam.
18
Tabel 3. Rataan Berat Basah Tanaman Bayam melalui Interval Waktu Pemberian Air Rataan Berat Basah Tanaman (g) 7,20 a 17,40 b 24,80 c 24,00 b 6,80 40,98
Perlakuan S1 S2 S3 S4 BNT 5% KK (%)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa, dari hasil Uji BNT menghasilkan perlakuan S3 (penyiraman 3 hari sekali) yang memiliki berat basah tertinggi yaitu 24,80 gram dan perlakuan yang memiliki berat basah terendah adalah perlakuan S 1 (penyiraman setiap hari) dengan berat 7,20 gram. Perbedaan dan persamaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut : 30
Berat Basah (gram)
25 20 15 Series1 10 5 0 Perlakuan
S1
S2
S3
S4
Gambar 3. Rataan Berat Basah Tanaman Bayam
d. Berat Kering Tanaman Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan interval waktu pemberian air berpengaruh nyata pada produksi tanaman bayam (Lampiran 1). Selanjutnya hasil
19
Uji BNT dilakukan untuk melihat perbedaan dari masing-masing perlakuan yang paling memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman bayam. Berikut dapat dilihat pada Tabel 4. Rataan berat kering tanaman bayam. Tabel 4. Rataan Berat Kering Tanaman Bayam melalui Interval Waktu Pemberian Air Rataan Berat Kering Tanaman (g) 1,09 a 2,68 b 4,43 c 4,08 c 1,35 48,53
Perlakuan S1 S2 S3 S3 BNT 5% KK (%)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa, dari hasil Uji BNT menghasilkan perlakuan S3 (penyiraman 3 hari sekali) yang memiliki berat kering tertinggi yaitu 4,43 gram walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan S4, dan perlakuan yang memiliki berat kering terendah adalah perlakuan S1 (penyiraman setiap hari) dengan berat 1,09 gram.
Berat Kering (gram)
Perbedaan dan persamaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Series1
Perlakuan
S1
S2
S3
S4
Gambar 4. Rataan Berat Kering Tanaman Bayam
20
B. Pembahasan Penyebab utama variasi hasil tanaman dari tahun ke tahun atau dari musim ke musim, terutama di daerah tropik seperti Indonesia adalah ketersediaan air, yang sangat di tentukan oleh keadaan curah hujan. Ketidakstabilan curah hujan ini menyebabkan ketidaktentuan pada keadaan air tanah dan suplai hara bagi tanaman. Berdasarkan pertumbuhan dan produksi tanaman bayam di uraikan sebagai berikut:
a. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interval waktu pemberian air pada pertumbuhan tinggi tanaman bayam berpengaruh nyata pada taraf α = 5%. Berdasarkan rataan pertumbuhan tinggi tanaman pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian air pada saat pengamatan 2 MST dan 3 MST tidak berpengaruh nyata. Sedangkan yang berpengaruh nyata adalah pengamatan 4, 5 dan 6 MST. Hasil ini menjelaskan bahwa, perlakuan interval waktu pemberian air yang berpengaruh nyata adalah perlakuan S3 (siram 3 hari sekali), dan
tidak berpengaruh nyata
perlakuan S1 (siram setiap hari). Jenis tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis tanah vertisol di mana kapasitas menyimpan airnya tinggi (mampu mengikat air lebih baik). Perlakuan S1 yang tidak nyata, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi tanah pada penyiraman setiap hari (dengan jenis tanah vertisol) menyebabkan air berlebihan sehingga dinding sel menjadi pecah dan berakibat pada tanaman dengan jumlah sel yang berkurang. Sebaliknya pada perlakuan S3 (siram 3 hari sekali) pertambahan tinggi tanaman lebih baik, air tidak terlalu tergenang dan kemungkinan kebutuhan air pada kondisi tersebut optimal, hingga berpengaruh terhadap pembelahan sel-sel tanaman dan transport hara dari tanah ke tanaman. Semakin baik tanah dalam melakukan transport hara, kebutuhan akan hara juga akan semakin tercukupi, sehingga tanaman mampu memberikan rata-rata tinggi tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1994), bahwa air adalah komponen utama dalam tanaman , merupakan salah satu unsur utama yang dibutuhkan untuk
21
pertumbuhan, karena air berfungsi sebagai penyusun utama jaringan tanaman, pereaksi dalam proses fotosintesis dan berbagai proses hidrolisis, serta untuk menjaga turgiditas tanaman di antaranya dalam pembesaran sel. Tanaman bayam mempunyai ciri berbatang lunak sehingga tidak dapat disiram setiap hari, karena dapat menyebabkan akar dan batang menjadi busuk. Air yang berlebihan dalam tanah dapat merugikan tanaman, sama halnya dengan kekurangan air. Aspek yang banyak merugikan akibat sedikit suplai oksigen. Tanaman basah akan menghambat nitrifikasi yang menyebabkan tanaman menjadi kuning dan tampak kurang sehat (Jumin, 1992). Selanjutnya (Prawirantara dkk, 1982) meningkatnya tekanan kelebihan air akibat genangan, menyebabkan laju fotosintesis menurun. Oleh karena kelebihan air tersebut menyebabkan terjadinya perubahan warna daun mudah menjadi kuning, terjadi klorosis daun, dan akhirnya akan mengering sehingga daun tidak aktif lagi sebagaimana mestinya, pemanjangan batang berkurang, tanaman tumbuhnya tidak normal dan akhirnya menyebabkan kegagalan. Menurut Jumin (2005) dalam Laode Asrul (2011), pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya penambahan air baik dari air hujan ataupun irigasi. Hal ini penting dalam kaitannya dengan peranan air dalam tubuh tanaman. Interval pemberian air 3 hari sekali memberikan hasil yang baik karena pemenuhan kebutuhan air untuk digunakan dalam pertumbuhan berada dalam keadaan optimum, sehingga terjadi kesinambungan penggunaan dan pengeluaran air yang selanjutnya merangsang aktivitas metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang dan akar lebih panjang, dan daun lebih lebar. Menurut konsep klasik, air yang tersedia bagi tanaman berada dalam kisaran kapasitas lapang sampai pada titik layu permanen. Semakin rendah potensial matrik air tanah maka semakin sedikit air yang tersedia bagi tanaman Siagian et al., (1994) dalam Nurlaili (2009). Sebaliknya, pertumbuhan tanaman yang terhambat akibat kekurangan air sering dihubungkan dengan penurunan laju fotosintesis sebagai akibat dari pembukaan
22
stomata yang berkurang untuk mengurangi transpirasi agar kehilangan air berkurang. Menurunnya aktifitas fotosintesis akan menghambat pertumbuhan yang pada akhirnya pertumbuhan tanaman akan menurun. Tanaman yang kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, sehingga menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan bagian tanaman berbentuk kecil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Islami dan Utomo (1995) dalam Evita (2010), menyatakan bahwa tanaman yang menderita kekurangan air mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal.
b. Jumlah Daun Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interval waktu pemberian air pada jumlah daun tanaman bayam berpengaruh nyata pada taraf α = 5%. Berdasarkan rataan jumlah daun tanaman pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian air pada saat pengamatan 2 MST dan 3 MST tidak berpengaruh nyata. Selanjutnya yang berpengaruh nyata adalah pada pengamatan 4, 5 dan 6 MST. Hasil ini menjelaskan bahwa, perlakuan interval waktu pemberian air yang berpengaruh nyata adalah perlakuan S3 (siram 3 hari sekali), dan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan S1 (siram setiap hari). Keadaan ini mengindikasikan bahwa, pertambahan jumlah daun sudah dapat optimal dengan perlakuan interval penyiraman 3 hari sekali. Hal ini sesuai dengan pendapat Jumin (2005) dalam Laode Asrul (2011), bahwa pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya penambahan air baik dari air hujan ataupun irigasi. Hal ini penting dalam kaitannya dengan peranan air dalam tubuh tanaman. Interval pemberian air 3 hari sekali memberikan hasil yang baik karena pemenuhan kebutuhan air untuk digunakan dalam pertumbuhan berada dalam keadaan optimum, sehingga terjadi kesinambungan penggunaan dan pengeluaran air yang selanjutnya merangsang aktifitas metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang dan akar lebih panjang, dan daun lebih lebar.
23
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurlaili (2009), tentang “Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) dalam Polybag”, menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun juga dipengaruhi oleh periode pemberian air 2 hari sekali (jumlah helai daun rata-rata 20,67 helai) dan 4 hari sekali (rata-rata18,56 helai) mempunyai nilai yang berbeda tidak nyata., tetapi pada pemberian interval penyiraman 6 hari sekali (A3) mempunyai hasil yang bebeda yaitu hanya 11,89 helai. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian air 6 hari sekali dapat menekan laju pertumbuhan tanaman termasuk pertambahan jumlah daun. Hal ini didukung pula oleh Amypalupy (1988) dalam Nurlaili (2009) bahwa semakin diperjarang periode pemberian air terhadap tanaman, maka air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Kelebihan air akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam tanaman yang berakibat proses-proses fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus, maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan sebagainya. Kramer (1969) dalam Toto Suharjanto (2010).
c. Berat Basah Tanaman Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan pemberian air pada berat basah tanaman bayam berpengaruh nyata pada taraf α = 5%. Dari rataan berat basah tanaman pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa perlakuan interval waktu pemberian air yang berpengaruh nyata adalah perlakuan S 3 (penyiraman 3 hari sekali) yang memiliki berat basah tertinggi yaitu 24,80 gram dan perlakuan yang memiliki berat basah terendah adalah perlakuan S1 (penyiraman setiap hari) dengan berat 7,20 gram. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhartono (2008), tentang “Pengaruh Interval Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis Tanah” menunjukkan bahwa rata-rata berat basah tanaman terendah terdapat pada perlakuan interval pemberian air 1 liter / 4 hari (A4), dan berat basah tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan interval pemberian
24
air 1 liter / 2 hari (A2). Pengaruh perlakuan interval pemberian air dan berbagai jenis tanah terhadap berat basah tanaman kedelai, mempunyai relevansi atau menunjukkan pengaruh yang sama terhadap berat kering tanaman. Kelebihan air akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam tanaman yang berakibat proses-proses fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus, maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan sebagainya. Kramer (1969) dalam Toto Suharjanto (2010).
d. Berat Kering Tanaman Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan pemberian air pada berat kering tanaman bayam berpengaruh nyata pada taraf α = 5%. Dari rataan berat kering tanaman pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa perlakuan interval waktu pemberian air yang berpengaruh nyata adalah perlakuan S3 (penyiraman 3 hari sekali) yang memiliki berat kering tertinggi yaitu 4,43 gram dan perlakuan yang memiliki berat kering terendah adalah perlakuan S1 (penyiraman setiap hari) dengan berat 1,09 gram. Hal ini ada hubungannya dengan pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah daun) pada perlakuan S1 (penyiraman setiap hari) yang memberikan hasil lebih rendah dari perlakuan selang sehari penyiraman maupun perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhartono (2008), tentang “Pengaruh Interval Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max (L) Merril). Berat kering sebagai hasil representasi dari berat basah tanaman, merupakan kondisi tanaman yang menyatakan besarnya akumulasi bahan organik yang terkandung dalam tanaman tanpa kadar air.