BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini akan memberikan informasi mengenai variabel-variabel yang digunakan, seperti Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility. Data yang telah diolah dilihat dari nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata atau mean dan standar deviasi dari masing masing variabel. Pada pengujian statistik deskriptif yang dapat dilihat pada tabel 4.1 memberikan deskripsi variabel-variabel secara statistik di penelitian ini. Minimum adalah nilai terkecil suatu rangkaian pengamatan, maksimum adalah nilai terbesar dalam suatu rangkaian pengamatan. Sedangkan mean adalah nilai rata-rata pada rangkaian pengamatan atau merupakan pembagian nilai seluruh data dengan jumlah data yang diamati. Standar deviasi merupakan akar dari jumlah kuadrat dari nilai selisih data dengan nilai rata-rata dibagi dengan banyaknya data. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROE
72
6,26
81,79
15,6726
9,83765
KM
72
,00
68,76
6,1223
16,15081
KI
72
1,06
100,00
69,5994
34,50098
CSRD
72
,39
,67
,5109
,06883
Valid N (listwise)
72
Sumber : Data yang telah diolah
58
59
Pada Tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif variabel penelitian dengan jumlah data setiap variabel yang valid sebanyak 72 adalah sebagai berikut : 1. ROE memiliki nilai maksimum 81,79 yaitu pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk di tahun 2013 dan nilai minimum 6,26 yaitu pada Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk di tahun 2013. Mean ROE adalah 15,6726 dengan standar deviasi 9,83765. 2. Kepemilikan Manjerial memiliki nilai maksimum 68,76 yaitu pada Bank Windu Kentjana International Tbk di tahun 2011 dan nilai minimum 0,00 yang menunjukan bahwa pada beberapa perusahaan perbankan tidak memiliki presentase kepemilikan manajerial. Mean CSR adalah 6,1223 dengan standar deviasi 16,15081. 3. Kepemilikan
Institusional
memiliki
nilai
maksimum
100,00
yang
menunjukan pada beberapa perusahaan perbankan seluruh presentase kepemilikan di miliki oleh pihak institusi dan nilai minimum 1,06 yaitu pada Bank Ekonomi Raharja Tbk di tahun 2011-2013. Mean ROE adalah 69,5994 dengan standar deviasi 34,50098. 4. CSRD memiliki nilai maksimum 0,67 yaitu pada Bank Central Asia Tbk di tahun 2013 dan nilai minimum 0,39 yaitu pada Bank Ekonomi Raharja di tahun 2011. Mean CSRD adalah 0,5109 dengan standar deviasi 0,06883.
B. Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi yang dibutuhkan dalam analisa regresi linier sudah terpenuhi. Dalam penelitian ini uji
60
asumsi klasik meliputi uji normalitas data statistik, uji heterokedastisitas, uji multikolonearitas dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi penelitian, baik variabel dependen dan variabel lainnya mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Pada sebuah model regresi yang baik adalah memiliki data yang terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Uji Normalitas ini menggunakan analisa grafik dan dengan normal probability plot.
Gambar 4.1 Grafik Histogram
61
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot
Hasil uji normalitas dengan grafik diatas menunjukkan pola distribusi normal, dapat terlihat dari grafik titik-titik menyebar mendekati garis diagonal. Sehingga model regresi ini layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil ini diperkuat dengan melakukan Uji one sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil Uji one sample Kolmogorov-smirnov pada tabel 4.2 dibawah menunjukkan
nilai
Kolmogorov-Smirnov
sebesar
0,773
dan
tingkat
probabilitas signifikan 0,589. Karena nilai p (Asymp. Sig) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual pada model regresi ini terdistribusi secara normal. Dengan kata lain model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.
62
Tabel 4.2 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
Sumber : data yang telah diolah
2. Uji Multikolonearitas Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas yang digunakan. Jika terdapat korelasi, maka terdapat multikolonearitas. Dalam mendeteksi adanya multikolonearitas adalah dengan menganalisa matriks korelasi antar variabel bebas. Jika korelasi pada variabel bebas yang cukup tinggi (umumnya lebih dari 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas (Ghozali, 2011). Hal lainnya yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya multikolonearitas adalah dengan melihat nilai VIF. Jika nilai toleransi diatas 0.10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dinyatakan bebas multikolonearitas. (Wien, 2010).
63
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonearitas
Sumber : data yang telah diolah Hasil uji multikolonearitas yang disajikan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai toleransi diatas 0,10 dan dengan nilai VIF dibawah 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonearitas antar variabel bebas dalam model regresi ini.
3. Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.3 dibawah ini merupakan grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED menunjukkan pola penyebaran data. Terlihat bahwa titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas pada data yang digunakan dalam penelitian ini.
64
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
4. Uji Autokorelasi Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam model penelitian yang digunakan, dapat melihat dari nilai uji Durbin Watson. Hasil pengujian Durbin Watson adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson
Sumber : Data yang telah diolah Dari hasil analisa regresi diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 0,955. Karena nilai DW yang didapatkan berada diantara nilai 0 < d < dl (0 < 0,859 < 1,4339), maka menunjukan bahwa model regresi tersebut bebas dari autokorelasi positif.
65
C. Analisa Regresi Berganda Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan diketahui bahwa data pada model penelitian ini sudah terdistribusi dengan normal, dan tidak terdapat heterokedastisitas ataupun autokorelasi. Oleh karena itu data yang tersedia memenuhi syarat untuk menggunakan model regresi sederhana dan berganda. Analisa regresi digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi yang akan digunakan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil pengujiannya bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Koefisien Regresi
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui persamaan regresi atas model penelitian adalah sebagai berikut: CSRD = α + β 1 + β 2 + β 3 CSRD = α + ROE + KM + KI CSRD = 0,443 + 0,003 ROE + 0,00 KM + 0,00 KI Nilai konstanta sebesar 0,443 menyatakan bahwa tanpa ada variabel ROE, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional maka kemungkinan besarnya Corporate Social Responsibility adalah sebesar 0,443. Koefisien regresi untuk variabel ROE bernilai positif sebesar 0,003 menyatakan bahwa setiap
66
kenaikan 1 poin pada ROE dan dengan variabel lain konstan, maka Tanggung Jawab Sosial Perusahaan akan meningkat sebesar 0,003 persen. Pada Variabel Kepemilikan Manajerial yang menunjukkan koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,000, maka setiap kenaikan Kepemilikan Manajerial sebesar 1 poin dan variabel lain berada dalam posisi konstan tidak mengalami perubahan pada pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Demikian
juga
dengan
variable
Kepemilikan
Institusional
yang
menunjukan koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,000 , maka setiap kenaikan Kepemilikan Institusional sebesar 1 poin dan variabel lain berada dalam posisi konstan tidak mengalami perubahan pada pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
D. Pengujian Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi (goodness of fit test/R-square) Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted RSquare. Dari model regresi yang telah digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menerangkan dependen. Dari hasil pengujian pada model persamaan pada tabel dibawah ini diketahui bahwa nilai adjusted R-square sebesar 0,242 yang berarti bahwa 24,2% pada pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bisa dijelaskan oleh variabel independennya yaitu ROE, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional. Sedangkan sisanya sebesar 75,8% diijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan.
67
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber : Data yang telah diolah
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang bisa diterima dengan layak atau tidak. Pada tabel 4.8 dapat dilihat hasil uji F yang telah dilakukan. Tabel 4.7 Hasil Uji F
Sumber : data yang telah diolah Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai F-tabel sebesar 2,74 ,Fhitung 8,538 dan probabilitas sebesar 0,000. Dengan angka F-hitung lebih besar daripada F-tabel (8,538>2,74) dan dengan angka probabilitas tersebut masih lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 ( 0,000<0,05), maka dapat dapat diambil keputusan bahwa model pengujian CSR terhadap Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsbility.
68
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Pengujian Signifikansi Parameter Individual atau Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh secara individu terhadap variabel dependen. Untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak adalah dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dan nilai signifikansinya dalam penelitian ini menggunakan 0,05. Setelah hasil perhitungan didapatkan nilai t tabel adalah sebesar 1,99547.
Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial
Sumber : data yang telah diolah Berdasarkan hasil pengamatan regresi diatas, Profitabilitas memiliki nilai t hitung sebesar 4,561 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (4,561>1,99547) dengan probabilitas signifikan lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (0,00<0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa profitbilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hal ini dapat disimpulkan hipotesis 1 diterima. Dari tabel 4.9 diketahui bahwa Kepemilikan Manajerial t hitung nya sebesar 0,704 hal ini menunjukan bahwa t hitung lebih kecil daripada t table
69
(0,704<2,00665) dengan probabilitas signifikan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 (0,484>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsbility. Hal ini dapat disimpulkan hipotesis 2 ditolak. Dari tabel 4.9 ini juga diketahui bahwa Kepemilikan Institusional t hitung nya sebesar 0,786 hal ini menunjukan bahwa t hitung lebih kecil daripada t table (0,786<2,00665) dengan probabilitas signifikan lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 (0,435>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsbility. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak.
E. Pembahasan Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah variabel Profitabilitas berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar 4,561 dengan probabilitas signifikan adalah 0,000 berada lebih rendah dari tingkat signifikasi sebesar 0,05. Dapat disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Dan dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 diterima dengan kata lain bahwa variabel profitabilitas mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsbility secara signifikan artinya bahwa apabila suatu perusahaan memiliki laba yang besar maka akan memicu peningkatan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam
70
laporan tahunan perusahaan sehingga hubungan pengaruhnya menjadi positif antara variabel tersebut. Hal ini mendukung juga hasil penelitian Dewi Sancahya Nistantya
(2010)
yang menyatakan bahwa
Profitabilitas
mempengaruhi
pengungkapan Corporate Social Repsonsibilty secara signifikan. Peneliti Tsoutsoura (2004) juga
mengatakan bahwa profitabilitas akan berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR karena dengan penerapan CSR dalam perusahaan juga akan meningkatkan image perusahaan di mata masyarakat sekitar lingkungan eksternal perusahaan dan juga karyawan, sebagai bagian dari lingkungan internal perusahaan. Namun hasil penelitian
ini bertentangan dengan penelitian
Lindrawati dkk (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifika terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan. Berdasarkan hasil diatas, hipotesis 1 terbukti dalam penelitian ini, dimana semakin tinggi Profitabilitas maka akan berpengaruh terhadap semakin tingginya Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hipotesis 2 (H2) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,704 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,484 berada lebih tinggi dari tingkat signifikasi sebesar 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak mempengaruhi pengungkapan CSR secara signifikan. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil Penelitian Febrina dan Suaryana (2011) yang menyatakan bahwa Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan pada pengungkapan corporate social responsibility, artinya ada atau tidaknya kepemilikan manajerial tidak akan mempengaruhi
71
kebijakan pengungkapan corporate social responsibiliy. Namun Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Rizky Eriandani (2013) yang menyatakan bahwa persentase kepemilikan manajerial pada perusahaan di Indonesia mempengaruhi luas pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur tahun 2010-2011. Arah positif disini diartikan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan dalam melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibilities Hipotesis 3 (H3) dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,786 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,435 berada lebih tinggi dari tingkat signifikasi sebesar 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Institusional tidak mempengaruhi pengungkapan CSR secara signifikan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Rizky Eriandani (2013) yang menyatakan bahwa persentase
kepemilikan
institusi
pada
perusahaan
di
Indonesia
tidak
mempengaruhi luas pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur tahun 2010-2011. Hasil penelitian Rizky Eriandani (2013) mencerminkan
bahwa
investor
institusi
di
Indonesia
belum
terlalu
mempertimbangkan aktivitas CSR atau tanggung jawab sosial sebagai salah satu kriteria untuk melakukan investasi, sehingga para investor institusi ini juga cenderung
kurang mendorong perusahaan
untuk
melakukan
CSR
dan
mengungkapkan-nya secara detail (menggunakan indikator GRI) dalam laporan tahunan perusahaan. juga cenderung kurang mendorong perusahaan untuk
72
melakukan CSR. Namun Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Soliman et al. (2012) yang mengatakan bahwa investor institusi lebih memilih berinvestasi pada perusahaan yang melakukan CSR, sehingga mereka juga akan mendorong untuk mengungkapkan CSR. Penelitan susanti dan riharjo (2013), dengan mengambil sampel perusahaan cosmetic dan household tahun 2009-2011, menemukan hal yang sama dimana kepemilikan institusional mempengaruhi aktivitas CSR. Penelitian tersebut menunjukkan tingkat kepemilikan institusional yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini, hipotesis 2 dan 3 tidak terbukti dalam penelitian ini, dimana semakin tinggi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, tidak berpengaruh terhadap semakin tingginya pengungkapan corporate social responsibilty. Dan dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah bahwa hanya variabel profitabilitas yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Sedangkan variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.