BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan mengulas mengenai kondisi e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan yang ada saat ini untuk kemudian dibandingkan dengan hasil analisis layer-layer yang ada pada dokumen standar Learning Technology System Architecture (IEEE P1484.1). Dengan cara ini akan dapat dilihat sejauh mana komponen-komponen yang ada pada standar tersebut sudah terpenuhi oleh e-learning diklat tersebut. Dengan melihat komponen-komponen yang sudah dan belum terpenuhi, maka akan dibuat desain e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan yang sesuai dengan standar IEEE P1484.1 tentang LTSA.
4.1
Hasil Observasi Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan Secara Klasikal di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI. Observasi
terhadap
penyelenggaraan
Diklat
Teknis
Pengelolaan
Perpustakaan secara klasikal di Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI dilakukan dengan melihat berbagai aspek; yaitu 1) tujuan diklat, 2) mata ajar (kurikulum), 3) bentuk bahan ajar, 4) metode pembelajaran, 5) pengajar/instruktur, 6) peserta, 7) evaluasi, 8) waktu dan tempat pelaksanaan, 9) sarana dan prasarana, 10) anggaran. 1) Tujuan Diklat Tujuan diklat yaitu membekali peserta dengan kemampuan dalam mengelola perpustakaan, sehingga lulusan dapat menyelenggarakan tata kerja rutin perpustakaan, mulai dari pengadaan, pengolahan, perawatan koleksi dan pelayanan perpustakaan. 2) Mata Ajar (kurikulum) Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan terdiri dari 150 jam pelatihan (jamlat) dengan alokasi waktu satu jamlat berdurasi 45 menit. Kurikulum ini diselesaikan selama 17 hari, dengan waktu belajar mulai dari Senin sampai Sabtu pukul 08.00 - 17.45 WIB. Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan dapat dilihat pada Tabel 1. Adapun silabus dari setiap mata ajar dapat dilihat pada Lampiran 1 s.d. 13.
25
Tabel 1 Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan Durasi (Jam Pelatihan)
No.
Mata Ajar
1.
KELOMPOK DASAR a. Kebijakan Institusional dalam Pengembangan Perpustakaan b. Pengantar Ilmu Perpustakaan
10
KELOMPOK INTI a. Pengembangan Koleksi b. Katalogisasi c. Klasifikasi dan Tajuk Subyek d. Layanan Perpustakaan e. Perawatan Bahan Pustaka f. Pengantar Teknologi Informasi g. Promosi Perpustakaan h. Praktik Kerja Perpustakaan
12 24 24 20 8 8 8 16
KELOMPOK PENUNJANG a. Studi Banding b. Diskusi c. Evaluasi
8 6 4
2.
3.
Jumlah
2
150
3) Bentuk bahan ajar Bahan ajar yang diberikan kepada peserta diklat adalah berupa modul yang tercetak untuk setiap mata ajar sedangkan instruktur menyampaikan materinya dalam bentuk file presentasi. Pengarang, tahun terbit, judul, dan penerbit untuk setiap modul dapat dilihat pada Lampiran 14. 4) Metode pembelajaran Pendidikan dan pelatihan dilakukan secara klasikal atau tatap muka langsung di dalam kelas antara peserta diklat dengan instruktur. Metode pembelajaran yang dipakai berupa pemberian ceramah/kuliah yang diselingi dengan tanya jawab antara peserta dengan instruktur dan praktik. Selain itu juga dilakukan diskusi kelompok, praktik kerja perpustakaan, studi banding, dan seminar/diskusi hasil studi banding. Praktik kerja perpustakaan berupa kegiatan praktik langsung mengenai teknis operasional pengelolaan perpustakaan di perpustakaan yang dianggap
26
memadai dalam pengelolaannya. Praktik kerja meliputi kegiatan pengelolaan perpustakaan secara keseluruhan, terutama kegiatan substantif perpustakaan (pengadaan, pengolahan, pelayanan, dan perawatan bahan pustaka), serta belajar pemecahan masalah pengelolaan. Tujuan praktik kerja perpustakaan adalah agar peserta memperoleh pengetahuan dan pengalaman praktis tentang penyelenggaraan perpustakaan dengan berbagai aspeknya, mengaplikasikan dan membandingkan antara teori yang telah dipelajari dengan praktik di lapangan, sehingga dapat menambah pemahaman dan pengalaman peserta dalam penyelenggaraan perpustakaan. Peserta diklat biasanya dibagi menjadi enam kelompok yang masing-masing melakukan praktik kerja selama dua hari. Beberapa tempat yang biasa menjadi lokasi praktik kerja perpustakaan adalah: a)
Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Raya No. 28A Jakarta Pusat
b) Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) LIPI, Jln. Gatot Subroto No. 10 Jakarta Pusat c)
Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta, Jln. Rawamangun Muka Jakarta Timur
d) Perpustakaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jln. M.H. Thamrin Jakarta Pusat e)
Perpustakaan Umum Daerah Kodya Jakarta Pusat, Jln. Tanah Abang II, Kebon Jahe Jakarta Pusat
f)
Perpustakaan Umum Daerah Kodya Jakarta Timur, Komplek Rawabunga Jakarta Timur
g) Pusat Dokumentasi dan Informasi Manggala Wanabakti, Jln. Gatot Subroto, Senayan Jakarta Pusat h) SMA Al-Azhar, Jln. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta Selatan i)
SMA Santa Theresia, Jln. K.H. Agus Salim 75 Menteng Jakarta Pusat Metode pembelajaran studi banding berupa kegiatan pengamatan/observasi
langsung mengenai manajemen dan teknis operasional kegiatan perpustakaan dengan
mengunjungi
perpustakaan
yang
dianggap
memadai
dalam
pengelolaannya. Pengamatan meliputi kondisi perpustakaan, sarana prasarana, organisasi,
manajemen
perpustakaan,
kegiatan
substantif
perpustakaan
27
(pengadaan, pengolahan, pelayanan, dan perawatan bahan pustaka) serta pemecahan berbagai masalah di perpustakaan. Tujuan studi banding adalah agar peserta memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang penyelenggaraan perpustakaan dengan berbagai aspeknya, membandingkan antara teori yang telah dipelajari dengan praktik di lapangan, sehingga dapat menambah pemahaman peserta dalam penyelenggaraan perpustakaan. Setiap Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan diselenggarakan, peserta melakukan Studi Banding ke dua lokasi. Beberapa lokasi yang biasa menjadi tempat studi banding adalah: a)
Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Raya No. 28A Jakarta Pusat
b) Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) LIPI, Jln. Gatot Subroto No. 10 Jakarta Pusat c)
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta, Jln. Cikini Raya No. 73 Jakarta Pusat
d) Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, Gedung Nyi Ageng Serang Lantai VIII Kav. 22 C Jl. H.R. Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan. e)
UPT Perpustakaan Universitas Indonesia, Kampus Baru UI – Depok.
5) Pengajar/Instruktur Instruktur berasal dari Perpustakaan Nasional RI yang menguasai bidangnya dan berpendidikan minimal S1 Perpustakaan atau S1 non Perpustakaan yang telah mengikuti Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli (CPTA) dan Diklat TOT (Training of Trainers).
Tabel 2 menyajikan daftar instruktur Diklat Teknis
Pengelolaan Perpustakaan pada tahun 2011 beserta mata ajar yang diberikan.
Tabel 2 Daftar instruktur dan mata ajar Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan No. 1.
Mata Ajar KELOMPOK DASAR a. Kebijakan Institusional dalam Pengembangan SDM Perpustakaan b. Pengantar Ilmu Perpustakaan
Jumlah Jamlat (Jam)
Pengajar/Instruktur
2
Kapusdiklat
10
Drs. Sugiyanto
28
No. 2.
3.
Mata Ajar
Jumlah Jamlat (Jam)
Pengajar/Instruktur
KELOMPOK INTI a. Pengembangan Koleksi b. Katalogisasi
12 24
c. Klasifikasi dan Tajuk Subyek
24
d. Layanan Perpustakaan
20
e. Perawatan Bahan Pustaka f. Pengantar Teknologi Informasi g. Promosi Perpustakaan h. Praktik Kerja Perpustakaan
8 8 8 16
Drs. Sudiro, SS 1. Noor Musifawati, S.Sos 2. Karyani, SH, MH 1. Helen Manurung, S.Sos 2. Dra. Tatat Kurniawati 1. Liya Dachliyani, S.Sos 2. Tri Luki Cahya Dini, SS Ellis Sekar Ayu, S.Pd Drs. Sudarto, M.Si Dra. Nani Suryani, M.Si Panitia
KELOMPOK PENUNJANG a. Studi Banding b. Diskusi c. Evaluasi
8 6 4
Panitia Panitia Panitia
Jumlah Jamlat
150
6) Peserta Peserta berasal dari perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah yang ada di seluruh Indonesia. Jumlah peserta dibatasi hanya 30 orang untuk setiap tahun anggaran. Persyaratan pendidikan peserta minimal adalah SLTA.
Tabel 3 menyajikan daerah asal
peserta Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan dari tahun 2009 sampai 2011. Tabel 3 Daerah asal peserta diklat Tahun 2009 - 2011 No. 1
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
2009
2010
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
-
4
Bengkulu
-
5
Riau
6
Kep. Riau
2
7
Jambi
1
1
8
Sumatera Selatan
1
1
9
Lampung
10
Kep. Bangka Belitung
1
1
1
3
11
DKI Jakarta
10
11
9
30
12
Jawa Barat
3
1
2
6
1
2011
Jumlah
1
1
3
4
1
1 2 1
3 2 -
29
No.
Provinsi
2009
2010
2011
Jumlah
13
Banten
14
Jateng
4
15
DI Yogyakarta
1
16
Jawa Timur
2
6
2
10
17
Kalimantan Barat
3
2
1
6
18
Kalimantan Tengah
1
1
2
19
Kalimantan Selatan
1
1
3
20
Kalimantan Timur
-
21
Bali
-
22
Nusa Tenggara Barat
-
23
Nusa Tenggara Timur
24
Sulawesi Barat
25
Sulawesi Utara
26
Sulawesi Tengah
-
27
Sulawesi Selatan
-
28
Sulawesi Tenggara
29
Gorontalo
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua Barat
1
1
33
Papua
1
1
30
90
Jumlah peserta
2
2
1
2
6 1
1
1 -
2
1
1
3
1 -
1
1 -
30
30
Grafik daerah asal peserta disajikan dalam Gambar 8 berikut ini:
Gambar 7 Daerah asal peserta diklat Tahun 2009 – 2011. Berdasarkan grafik daerah asal peserta diklat pada tahun 2009 – 2011 terlihat bahwa peserta terbanyak berasal dari DKI Jakarta sedangkan ada 11 provinsi yang tidak pernah mengikuti atau mengirimkan peserta untuk mengikuti
30
Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan selama tiga tahun terakhir. Alasan 11 provinsi ini belum atau tidak pernah mengirimkan peserta untuk mengikuti Diklat Teknis Pengelolaaan Perpustakaan perlu ditinjau oleh Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI. 7) Evaluasi Setiap pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dilakukan pengamatan dan pemantauan kepada peserta, instruktur dan penyelenggara serta pada akhir pelatihan akan diadakan evaluasi. Peserta yang berhasil mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan tata tertib akan diberikan sertifikat yang menyatakan peserta telah lulus mengikuti diklat tersebut. Sertifikat ini tidak menyatakan gelar apapun. Evaluasi terhadap peserta diklat dilakukan oleh instruktur maupun penyelenggara. Evaluasi dilaksanakan pada tiga tahap kegiatan belajar mengajar, yaitu pada awal diklat (pre-test), selama proses diklat (formative-test) dan akhir diklat (post-test). Evaluasi terhadap peserta selama proses diklat berlangsung dilakukan melalui pengamatan dan penilaian yang meliputi dua aspek, yaitu aspek sikap dan perilaku dengan bobot nilai sebesar 10% yang terdiri atas kedisiplinan, kerja sama dan prakarsa, sedangkan aspek penguasaan materi dan praktek memiliki bobot nilai sebesar 90%. Apabila peserta mendapat nilai akhir dibawah nilai 60,00 maka peserta dinyatakan tidak lulus dan harus mengikuti program pengayaan materi/remedial untuk mencapai nilai standar kelulusan. (Perpusnas, 2010). Evaluasi terhadap instruktur dan penyelenggara dilakukan oleh peserta dengan cara mengisi format evaluasi instruktur dan penyelenggara. Format evaluasi terhadap peserta, pengajar/instruktur, dan penyelenggara dapat dilihat pada Lampiran 15 s.d. 19. 8) Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan dilaksanakan di Gedung Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI selama 17 hari dengan waktu belajar dari Senin s.d. Sabtu pukul 08.00 – 17.45 WIB. Selama pendidikan berlangsung, peserta ditempatkan di asrama Pusdiklat yang terletak di Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta Pusat.
31
9) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana bagi penyelenggaraan Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan diantaranya adalah kelas/ruang tatap muka, laboratorium komputer, perpustakaan, asrama, rumah ibadah, dan poliklinik.
Kondisi sarana dan
prasarana dapat dilihat pada Lampiran 20. 10) Anggaran Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan diselenggarakan dengan biaya APBN. Pada setiap tahun anggaran hanya ada satu angkatan yang dibiayai oleh APBN dengan jumlah peserta untuk setiap angkatan adalah 30 orang.
Adapun
biaya yang diperlukan untuk setiap peserta diklat adalah sebesar kurang lebih empat juta rupiah.
4.2
Hasil Observasi Kondisi Saat Ini Mengenai Penyelenggaraan E-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan Saat
ini
penyelenggaraan
e-learning
Diklat
Teknis
Pengelolaan
Perpustakaan belum berjalan namun masih berada pada tahap perencanaan. Observasi kondisi saat ini dilakukan untuk melihat kesiapan penyelenggaraan e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan yang meliputi: 1) calon peserta diklat, 2) sarana dan prasarana, 3) SDM pengelola, 4) kurikulum dan bahan ajar, 5) pengajar/instruktur, 6) konten e-learning, 7) learning management system, 8) website Pusat Pendidikan dan Pelatihan, dan 9) kebijakan pengembangan e-learning. 1) Calon peserta diklat E-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan masih dalam tahap perencanaan, oleh karena itu calon peserta Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan direncanakan diambil dari: Tiga puluh orang guru sekolah di DKI Jakarta yang merupakan alumni peserta Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan. Kemampuan alumni peserta Diklat tersebut akan ditingkatkan dengan diikutsertakan dalam uji coba penyelenggaraan e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan;
32
Para pegawai Perpustakaan Nasional yang belum mengenal atau belum pernah mengikuti Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan atau baru mengikuti diklat setingkat dibawahnya; Tiga titik di daerah, yaitu dari berbagai jenis Perpustakaan di: - Jakarta (untuk Wilayah Indonesia Bagian Barat) - Banjarmasin (untuk Wilayah Indonesia Bagian Tengah) - Makassar (untuk Wilayah Indonesia Bagian Timur) Jumlah peserta e-learning tidak dibatasi hanya 30 orang saja. Baik peserta yang berasal dari Perpustakaan Nasional maupun dari tiga titik di daerah dapat lebih dari tiga puluh orang. Khusus untuk peserta yang berasal dari alumni Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan, jumlah peserta hanya tiga puluh orang saja karena merupakan jumlah lulusan dari diklat yang diselenggarakan secara klasikal. Persyaratan peserta yang dapat mengikuti e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan adalah: - berpendidikan minimal SLTA/sederajat; - mampu menggunakan komputer dan internet; - bekerja di bidang perpusdokinfo; - mendapat ijin dari pimpinannya; - bersedia mengikuti tata tertib yang dikeluarkan oleh Pusdiklat. Sebelum mengikuti e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan ini, calon peserta diharuskan menyerahkan surat pernyataan yang ditandatangani oleh calon peserta dan pimpinannya yang menyatakan bahwa ia telah memenuhi semua persyaratan tersebut. 2) Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI untuk penyelenggaraan e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan antara lain: - Ruang administrator e-learning. Sarana ruang administrator e-learning dapat dilihat pada Tabel 4.
33
Tabel 4 Daftar sarana di ruang administrator e-learning Pusdiklat No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Barang/Jenis CPU Monitor UPS AC Split Switch Hub LAN Wireless LAN Access Point Printer Laser Color Scanner A4 Server
- Laboratorium komputer.
Jumlah Unit 6 6 6 1 1 1 1 1 1
Spesifikasi Non Build Up LCD Monitor 23” ViewSonic Toshiba 3Comm 8 port AirLive WL-5470AP HP 2025n HP G4010 IBM System x3200 M2
Sarana laboratorium komputer dapat dilihat pada
Tabel 5. Tabel 5 Daftar sarana di laboratorium komputer Pusdiklat No.
Nama Barang/Jenis
1. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
CPU Monitor LCD Monitor LCD Monitor LCD Projector Screen LCD Projector Wireless Sound System Speaker Aktif Kabel Gulung Hub 3Com 24 port Scanner Printer Multifunction Server Headset VGA Splitter Pengharum Ruangan Otomatis Pointer Presenter Penyedot Debu
Jumlah Unit 35 32 1 2 1 1 1 3 1 3 4 1 1 20 1 1 1 1
Spesifikasi HP Compaq HP L1710 17 “ BenQ FP71G 17” LG Flatron L1753S 17” Sony VPL-CX155 TOA ZW-3200
Epson Perfection V200 Photo Canon DR-5010C IBM Sennheiser HD437 ATEN VS-94A
3) SDM pengelola SDM pengelola e-learning saat ini terdiri atas enam orang, yaitu: - satu orang Master di bidang Teknologi Informasi yang bertugas sebagai koordinator e-learning; - satu orang Sarjana Teknologi Pendidikan
yang bertugas sebagai
penyelenggara (administrator); - satu orang Sarjana Komputer yang bertugas menangani teknis jaringan dan portal e-learning; - satu orang Sarjana Statistik yang bertugas memantau evaluasi;
34
- satu orang Master dibidang Ilmu Perpustakaan dan satu orang Sarjana Pendidikan yang bertugas menangani kurikulum dan bahan ajar. Keenam SDM pengelola tersebut saat ini sudah tersedia di Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI. 4) Kurikulum dan Bahan Ajar Kurikulum dan bahan ajar e-learning saat ini masih mengacu kepada kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan secara klasikal. Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan sebagaimana tertuang dalam buku Kurikulum dan Garis-Garis Besar Program Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Teknis Pengelolaan Perpustakaan (Perpusnas, 2004) ditetapkan oleh Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 39 Tahun 2004.
Dengan
demikian kurikulum yang terdapat dalam buku ini dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan
Diklat
Teknis
Pengelolaan
Perpustakaan.
Selanjutnya
peninjauan mengenai kurikulum ini akan dilakukan lima tahun sejak berlakunya keputusan sebagaimana tercantum pada pasal 2 ayat 1. Saat ini seluruh bahan ajar e-learning masih mengacu pada kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan yang dilakukan secara klasikal dan sudah dialihmediakan seluruhnya kedalam bentuk teks (pdf), presentasi (flash), power point, audio (MP3), dan video (flv). Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) terutama dalam hal metode pembelajaran disesuaikan untuk e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. 5) Pengajar/Instruktur Persyaratan instruktur e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan adalah: - Menguasai bidangnya - Mampu menggunakan sarana TI - Mampu mendesain bahan ajar - Mampu melaksanakan proses pengajaran sesuai metodologi pengajaran - Mampu membimbing forum diskusi dan tanya jawab - Mampu memberi rujukan materi untuk pendalaman Instruktur yang menguasai TI dan menguasai salah satu mata ajar dalam kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan menjadi prioritas dalam
35
pemilihan instruktur untuk e-learning Diklat ini.
Jika suatu mata ajar tidak
memiliki instruktur yang menguasai TI, maka instruktur tersebut akan diberikan pelatihan menjadi instruktur untuk sebuah e-learning. 6) Konten e-learning Konten e-learning yang merupakan mata ajar Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan saat ini sudah dialihmediakan seluruhnya menjadi bentuk multimedia, yaitu: teks dengan format PDF, video dengan format flv, presentasi dengan format flash player, audio dengan format MP3, dan presentasi instruktur dengan MS power point. Daftar konten e-learning berupa mata ajar yang telah dialihmediakan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Daftar mata ajar dalam format multimedia No.
Mata Ajar
1.
Pengantar Ilmu Perpustakaan
2.
Pengembangan Koleksi
3.
Katalogisasi
4.
Klasifikasi dan Tajuk Subyek
5.
Layanan Perpustakaan
6.
Perawatan Bahan Pustaka
7.
Pengantar Teknologi Informasi
8.
Promosi Perpustakaan
9.
Praktik Kerja Perpustakaan
10.
Studi Banding
11.
Panduan Diskusi
12.
Panduan Evaluasi
Format Multimedia Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3), Video (flv) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3), Video (flv) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3), Video (flv) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3), Video.flv Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3), Video (flv) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3), Video (flv) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3) Teks (pdf), Presentasi (flash), powerpoint, Audio (MP3)
7) Learning Management System Learning management system (LMS) untuk e-learning di Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI menggunakan Moodle. LMS ini dibuat oleh pihak ketiga dan sampai sekarang belum dimanfaatkan karena dianggap belum memenuhi syarat untuk menjadi wadah bagi sebuah e-learning. Penilaian
36
mengenai LMS ini dilakukan oleh para pejabat struktural di lingkungan Pusdiklat Perpustakaan
Nasional
RI.
Dalam
hal
ini,
LMS
masih
memerlukan
penyempurnaan baik dari modul-modulnya maupun desainnya. 8) Website Pusat Pendidikan dan Pelatihan Website Pusdiklat memberi informasi mengenai profil, jadwal diklat, dan berita kegiatan yang diadakan oleh Pusdiklat.
Selain itu, website Pusdiklat
menjadi wadah untuk mengakses learning management system (LMS) untuk elearning. Website Pusdiklat dapat diakses pada alamat http://pusdiklat.pnri.go.id. Pemutakhiran konten website dilakukan setiap ada kegiatan yang dilakukan di lingkungan Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI.
Mekanisme pemutakhiran
konten website Pusdiklat yang baku belum ada. 9) Kebijakan pengembangan e-learning Sampai
saat
ini
Pusdiklat
didalam
penyelenggaraan
e-learning
menggunakan beberapa pedoman diantaranya pedoman yang diberlakukan di Universitas Indonesia (UI) sesuai dengan rekomendasi dari tim asistensi dari UI yang membantu Pusdiklat dalam membuat grand design e-learning.
Isi buku
pedoman penjaminan mutu e-learning yang direkomendasikan oleh UI dapat dilihat pada Lampiran 21. 4.3
Analisis e-learning berdasar standar LTSA Analisis e-learning berdasar standar LTSA (IEEE P1484.1) dilakukan
dengan melihat kondisi yang ada pada saat ini dalam hal kesiapan penyelenggaraan e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana komponen-komponen yang ada pada standar tersebut sudah terpenuhi oleh e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan tersebut. Tujuannya adalah mendapatkan hasil analisis yang akan dijadikan acuan untuk membuat desain e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan berdasar standar LTSA (Gambar 2, hal. 11). Layer pertama adalah interaksi learner dengan lingkungannya (learner-environment interaction), layer kedua adalah desain fitur-fitur yang berfokus pada siswa (learner related design features), layer ketiga adalah komponen sistem LTSA, layer keempat adalah perspektif/prioritas pemangku kepentingan (stakeholder perspective/priorities)
37
dan layer kelima adalah codings, APIS & protocols. Dari kelima layer yang tersedia, hanya layer 1 sampai 4 yang akan dianalisa, yaitu: 4.3.1 Analisis layer 1: Interaksi learner dengan lingkungannya Pada layer 1 pada standar LTSA (Gambar 4, hal. 13), yang dimaksud dengan “lingkungan (environment)” dalam lingkup e-learning adalah unsur-unsur yang ada dalam sistem e-learning yang melakukan interaksi dengan learner (selanjutnya dalam pembahasan akan disebut dengan siswa).
Dalam hal ini
lingkungan didefinisikan sebagai lingkungan pelatihan yang terdiri dari: administrator, instruktur, materi pelatihan, internet, komputer, institusi, dan siswa lain. Administrator adalah orang yang mengelola e-learning. Instruktur adalah orang yang menjadi narasumber atau mengampu pelatihan.
Materi pelatihan
adalah bahan ajar yang dibuat oleh instruktur untuk diberikan kepada siswa sesuai dengan topik pelatihan. Internet adalah web browser dan situs e-learning yang akan diakses siswa. Komputer yang dimaksud disini adalah komputer yang memiliki perangkat multimedia dan memiliki akses ke internet. Institusi adalah lembaga tempat siswa bekerja atau orang yang mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan bagi siswa tersebut. Siswa lain adalah peserta pelatihan yang bekerja sama dalam pelatihan dengan menggunakan fasilitas chatting, forum diskusi, dan e-mail atau mailing list. Cara pandang learner terhadap lingkungan belajar (Gambar 3, hal. 12) menunjukkan bahwa learner atau siswa dikelilingi oleh suatu lingkungan (environment) yang terdiri atas: guru, orang tua, instruktur, mentor, atasan, rekan sejawat, siswa lain, internet/web, laboratorium, buku-buku, perpustakaan, televisi, multimedia, surat kabar, televisi, komputer, sekolah, dan kolaborasinya dengan siswa lain. Seperti halnya dalam teknologi informasi, ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya maka siswa akan mendapatkan pengetahuan atau pengalaman belajar yang baru. Dalam teknologi informasi, diagram ini adalah salah satu subsistem (yaitu lingkungan) yang mentransfer informasi ke subsistem (yaitu learner), yang disebut suatu interaksi. Diagram learner-environment interaction tidak dimaksudkan untuk mewakili teori belajar yang ada atau proses pembelajaran. Ini merupakan isu yang ada dalam teknologi informasi pada sistem
38
teknologi pembelajaran dan berguna untuk analisis dan teknik desain rekayasa perangkat lunak secara umum dan mudah dipahami. Untuk keperluan standar ini, fokus utama adalah teknologi informasi. Hasil analisis abstraksi pola interaksi pada e-learning dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 8. Siswa memandang lingkungan pelatihan sebagai sebuah sistem.
Ketika siswa mendaftar sebagai peserta e-learning, maka dimulailah
interaksi antara siswa dengan lingkungan pelatihan yang terdiri dari administrator yang mengelola e-learning, instruktur yang memberikan materi dan mengasuh sebuah kelas pelatihan, dan materi pelatihan yang dapat diunduh. Selain itu siswa dapat melakukan kerja sama dengan siswa lainnya dengan melakukan diskusi dan kerja kelompok. Melalui interaksinya dengan lingkungan pelatihan,
siswa
mendapat tambahan pengetahuan. siswa
administrator
e-mail off line
e-mail, milist, chatting, forum diskusi
antar muka berbasis web
instruktur
siswa
Gambar 8 Model pola interaksi antara siswa dengan lingkungan pelatihan 4.3.2 Layer 2: Desain fitur-fitur yang berfokus pada siswa Layer ini memperhatikan pengaruh siswa terhadap desain sistem teknologi pembelajaran. Desain layer dibawahnya dipengaruhi oleh kebutuhan siswa, khususnya sifat manusia (yang berbeda dengan mesin). Rincian dari pengaruh siswa pada desain sistem berada di luar lingkup dari standar ini. Sesuai penjelasan layer 2 pada standar LTSA, maka kebutuhan siswa harus diidentifikasi dalam keterkaitannya dengan interaksinya di dalam learning technology system agar dapat ditemukan desain sistem yang sesuai. Kebutuhan calon siswa yang akan mengikuti e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan diidentifikasi sebagai berikut: - pelatihan yang dapat diakses dari mana saja karena calon siswa berasal dari berbagai lokasi di seluruh Indonesia
39
- penguasaan atas penggunaan komputer dan internet - materi pelatihan yang mudah dimengerti karena dengan e-learning siswa harus belajar atas inisiatifnya sendiri - akses terhadap internet - perangkat komputer dan koneksi internet - informasi yang jelas mengenai tata cara menjadi peserta e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan mulai dari registrasi hingga lulus dan mendapatkan sertifikat - informasi yang jelas mengenai cara menggunakan learning management system yang menjadi wadah bagi e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan - informasi yang mutakhir mengenai jadwal registrasi peserta e-learning - antar muka (interface) yang mudah dipahami terutama untuk peserta yang baru mengenal komputer dan internet 4.3.3 Layer 3: Komponen-komponen Sistem Layer ini menerapkan perbaikan lapisan diatasnya sebagai kumpulan dari komponen sistem. Layer ini menggambarkan proses, penyimpanan data (store) dan aliran data (flow) dari Learning Technology System Architecture (LTSA). Proses
digambarkan
dengan
(fungsionalitas), dan output.
istilah
boundary
(batas),
input,
proses
Store digambarkan dengan tipe informasi yang
disimpan, serta metode pencarian, temu kembali dan pemutakhiran informasi tersebut. Flow (aliran data) digambarkan dengan istilah konektivitas (satu arah, dua arah, koneksi statis, dan koneksi dinamis) dan tipe informasi sepanjang aliran data (flow). Komponen-komponen sistem LTSA (Gambar 5, hal. 16) mengidentifikasi interoperability interface pada level tingkat tinggi dan abstrak untuk sistem teknologi pembelajaran. LTSA tidak mengidentifikasi seluruh interoperability interface untuk sistem teknologi pembelajaran khusus (contohnya interoperability interface untuk suatu aplikasi khusus atau platform operasi).
LTSA tidak
mengidentifikasi interoperability interface untuk sistem-sistem yang terkait, seperti pengembangan konten atau sistem administrasi.
40
Komponen LTSA dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu: 1)
Proses (Process) Proses dideskripsikan dengan batas, input, proses (fungsionalitas) dan output. Ada empat komponen proses yaitu: entitas siswa (learner entity), evaluasi (evaluation), instruktur (coach) dan pengiriman (delivery). Proses digambarkan dengan simbol elips.
2)
Penyimpanan Data (Store) Penyimpanan data dideskripsikan dengan tipe dari informasi yang disimpan serta metode pencarian, temu kembali dan pemutakhiran informasi tersebut. Ada dua penyimpanan data terdiri dari data siswa (learner record) dan sumber belajar (learning resources). Penyimpanan data digambarkan dengan simbol persegi panjang.
3)
Aliran data (Flow) Aliran data dideskripsikan dengan konektivitas dan tipe dari informasi yang dialirkan. Ada 13 (tiga belas) aliran data yang terdiri dari perilaku (behavior), penilaian (assessment), informasi siswa (learner information) sebanyak tiga kali, kueri (query), info katalog (catalog info), locator sebanyak dua kali, materi pembelajaran (learning content), multimedia (multimedia), konteks interaksi (interaction context) dan parameter belajar (learning parameters). Berdasarkan layer 3 pada standar LTSA maka ilustrasi dari keseluruhan
operasional sistem e-learning dari layer 3 (komponen-komponen sistem) LTSA yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a. Gaya, strategi dan metode belajar dinegosiasikan/didiskusikan antara siswa (learner) dengan pihak-pihak terkait (stakeholder) untuk kemudian dinyatakan sebagai parameter (patokan) belajar.
Dalam kaitannya dengan e-learning
Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, maka siswa yang akan mengikuti e-learning diberikan persyaratan dan aturan dalam mengikuti e-learning (pengarahan program) yang nantinya dapat didiskusikan dengan panitia penyelenggara (diwakili oleh administrator e-learning). b. Siswa (learner) diamati dan dievaluasi lewat interaksinya dengan multimedia; Interaksi siswa e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan direkam
41
untuk kemudian dievaluasi oleh administrator atau bagian evaluasi dan disimpan didalam data siswa (learner records).
Hasilnya akan dilaporkan
kepada instruktur. c. Evaluasi menghasilkan penilaian dan/atau informasi mengenai siswa (learner); Penilaian ini mencakup perilaku siswa e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan dan interaksinya dengan materi belajar yang berupa file multimedia. d. Informasi mengenai siswa disimpan di dalam database history siswa. Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, harus disediakan tempat penyimpanan data khusus (learner records) yang menyimpan semua rekaman data siswa termasuk perilaku dan interaksinya dengan materi belajar, dengan siswa lain dan dengan instruktur. e. Instruktur meninjau (review) nilai dan informasi mengenai siswa seperti: kesukaan/kebiasaannya, kinerjanya (nilai hasil belajar) yang telah lalu dan sasaran (target) belajarnya di masa datang. Hasil tinjauan (review) instruktur mengenai nilai dan informasi siswa akan disimpan di learner records. f. Instruktur mencari materi pembelajaran yang tepat/sesuai di learning resources (sumber belajar) melalui query dan info katalog,. Materi belajar disesuaikan dengan kurikulum e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. g. Instruktur memilah locator dari info katalog yang ada dan mengirimnya ke delivery process, contohnya rencana belajar. Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan instruktur menyimpan materi belajar kedalam learning resources. Setelah itu, dengan menggunakan locator yang didapat dari info katalog mengirimkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan topik pelatihan yang akan diasuhnya. h. Delivery process memilah materi belajar dari learning resources (sumber belajar) atas informasi dari locator dan mengubahnya menjadi presentasi multimedia. Rencana pembelajaran yang dikirimkan oleh instruktur melalui locator menjadi dasar pemilahan materi belajar dari learning resources. Analisis komponen-komponen sistem LTSA (layer 3) akan dibahas secara keseluruhan pada sub-sub-bab 4.3.3.1 s.d. 4.3.3.19. Analisis dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai mekanisme abstraksi tiga kelompok komponen
42
sistem LTSA baik yang berupa proses, store maupun flow. Mekanisme abstraksi komponen-komponen sistem LTSA ini membahas mekanisme yang terjadi sesuai dengan standar LTSA dan implementasi yang mungkin terjadi pada e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan.
Dengan cara ini, diharapkan dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai mekanisme abstraksi yang terjadi pada komponen-komponen sistem LTSA dan contoh implementasi yang mungkin dilakukan pada e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. Selanjutnya setelah dianalisis, dilakukan pemetaan dari komponen-komponen sistem LTSA kepada kondisi terkini e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. 4.3.3.1 Learner Entity (Entitas Siswa)
Gambar 9 Abstraksi proses entitas siswa Proses entitas siswa sebagai suatu abstraksi dari manusia yang sedang belajar dalam suatu lingkungan pelatihan (e-learning) disajikan pada Gambar 9. Entitas siswa dapat melambangkan seorang siswa, sekelompok siswa yang belajar secara individual, sekelompok siswa yang belajar bersama, dan sekelompok siswa yang belajar dalam berbagai peran yang berbeda. Proses yang terjadi melibatkan input multimedia data flow dari proses delivery, output behavior ke proses evaluation, serta input dan output learning parameters data flow dari dan ke proses coach. Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut 1: • Input: (LTSA): Entitas siswa menerima presentasi multimedia melalui multimedia data flow. 1
LTSA: merepresentasikan mekanisme abstraksi sesuai Learning Technology System Architecture (LTSA). E-learning: merepresentasikan implementasi LTSA untuk e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan (selanjutnya disebut e-learning Diklat)
43
(E-learning Diklat): Siswa dapat mengakses presentasi multimedia sesuai mata ajar e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. • Output: (LTSA): Perilaku siswa diamati dan dilaporkan melalui behavior data flow. (E-learning Diklat): Perilaku siswa ketika mengakses e-learning seperti frekuensi lama waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan satu materi diamati oleh administrator, direkam, dan diproses oleh proses evaluasi. • Input dan output: (LTSA): Parameter belajar didiskusikan/dinegosiasikan secara dua arah dengan instruktur melalui learning parameters data flow. (E-learning
Diklat):
Siswa
e-learning
Diklat
Teknis
Pengelolaan
Perpustakaan berdiskusi dengan instruktur untuk menentukan strategi belajar yang akan dilakukan. Dalam hal ini terlebih dahulu siswa diberikan persyaratan dan aturan yang harus ditaati ketika mengikuti e-learning. Halhal yang menjadi keberatan siswa dapat didiskusikan atau dinegosiasikan dengan instruktur. Pada tingkat abstraksi ini presentasi multimedia dan perilaku yang diamati digambarkan secara terpisah. Pada implementasinya, fitur ini dapat digabungkan dalam satu atau lebih modul human interface (contohnya sistem windows), modul session presentation (seperti web browser), tutoring tools (seperti beberapa aplikasi khusus), serta laboratorium eksperimen dan penemuan. 4.3.3.2 Multimedia Multimedia adalah aliran data satu arah yang menyajikan presentasi beruntun dari beberapa tipe multimedia seperti video, audio, teks, dan grafik dari proses delivery ke proses entitas siswa (Gambar 10). Tipe informasinya berupa file dan arus multimedia.
44
Gambar 10 Abstraksi data flow multimedia Didalam sistem teknologi pembelajaran, implementasi aliran data multimedia sangat erat kaitannya dengan implementasi aliran data behavior untuk memperbaiki respon sistem teknologi pembelajaran. Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, aliran data multimedia mengirimkan presentasi multimedia berbentuk video, audio dan grafik dari proses delivery ke siswa e-learning. 4.3.3.3 Learning Parameters (Parameter Belajar) Parameter belajar didefinisikan sebagai pertukaran aliran data (yaitu negosiasi) antara siswa dengan instruktur (Gambar 11). Selain itu, orang tua, mentor, atasan, dan/atau institusi dapat berpartisipasi untuk menentukan parameter belajar. Seluruh pihak yang terkait berkontribusi dalam membentuk parameter belajar ini. Tipe informasi yang dihasilkan contohnya adalah parameter adaptasi budaya, parameter persyaratan yang dapat diterima untuk orang-orang dengan keterbatasan fisik (seperti buta, tuli) dan keterbatasan kognitif.
Gambar 11 Abstraksi data flow parameter belajar
45
Pada e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, terlebih dahulu siswa diberikan persyaratan dan aturan yang harus ditaati ketika mengikuti e-learning. Persyaratan dan aturan mengikuti e-learning dibuat dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak seperti instruktur, institusi penyelenggara e-learning dan institusi lain yang terkait. Hal-hal yang menjadi keberatan siswa dapat didiskusikan atau dinegosiasikan dengan instruktur. 4.3.3.4 Behavior (Perilaku)
Gambar 12 Abstraksi data flow perilaku Behavior atau perilaku didefinisikan sebagai aliran data dari proses entitas siswa menuju proses evaluasi yang membawa informasi mengenai aktivitas dan perilaku siswa yang nantinya akan dinilai oleh proses evaluasi (Gambar 12). Didalam aliran data perilaku terjadi proses pengkodean dan pemecahan kode dari perilaku entitas siswa.
Tipe informasi aliran data behavior ini dapat berupa
berapa banyak penggunaan keyboard dan mouse ketika mengakses sistem e-learning, termasuk juga respon berupa suara dan tulisan. Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan perilaku siswa diamati untuk kemudian dinilai oleh proses evaluasi. Perilaku siswa yang diamati antara lain frekuensi dan lama waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan satu materi, penggunaan keyboard dan mouse, interaksinya dengan siswa lain dan instruktur. 4.3.3.5 Evaluation (Evaluasi) Evaluasi didefinisikan sebagai proses abstraksi yang menghasilkan ukuran/penilaian atas entitas siswa (Gambar 13). Pemrosesan informasi perilaku siswa dilakukan untuk menghasilkan penilaian dan informasi siswa. Proses yang terjadi melibatkan input behavior dari proses entitas siswa, input interaction
46
context data flow dari proses delivery, output assesment data flow ke proses coach serta input dan output dari dan ke learner records.
Gambar 13 Abstraksi proses evaluasi Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut: • Input: (LTSA): Perilaku siswa yang telah diamati disampaikan melalui behavior data flow. (E-learning Diklat): Perilaku siswa e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan diamati dan disampaikan melalui behavior data flow. • Input: (LTSA): Interaction context data flow dapat memberikan konteks/hubungan atas perilaku siswa untuk menentukan evaluasi yang sesuai bagi siswa tersebut. (E-learning Diklat): Ketika siswa mengakses materi belajar e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, maka perilakunya akan diamati melalui interaction context data flow. Hasilnya untuk menentukan evaluasi yang sesuai bagi siswa tersebut. • Output: (LTSA): Informasi penilaian dikirimkan kepada instruktur melalui assessment data flow (E-learning Diklat): Setelah perilaku dan interaksi siswa e-learning dengan materi belajar dinilai maka informasi penilaian dikirimkan kepada instruktur melalui assessment data flow.
47
• Input/output (LTSA): Informasi siswa dapat ditelusuri dan disimpan (melalui learner information data flow) selama proses evaluasi di dalam penyimpanan data learner records. (E-learning Diklat): Apabila instruktur maupun administrator ingin mengetahui informasi siswa e-learning maka dapat mencarinya di tempat penyimpanan data siswa (learner records). Selama proses evaluasi data siswa e-learning disimpan melalui learner information data flow di tempat penyimpanan data learner records. Contoh dari proses evaluasi ini yaitu seorang siswa ingin memilih jawaban dari soal pilihan ganda dan jawaban yang benar adalah nomor 2. Proses evaluasi harus mengetahui konteks interaksi pembelajaran untuk menentukan yang mana dari tombol “2”, “#2”, dan/atau “dua” yang merupakan jawaban benar. Konteks interaksi dapat digunakan untuk menghubungkan perilaku yang sesuai dengan interaksi pembelajaran. 4.3.3.6 Learner information stored/retrieved by evaluation (Informasi siswa yang disimpan/ditelusur oleh proses Evaluasi) Learner information stored/retrieved by evaluation didefinisikan sebagai aliran data dua arah antara proses evaluasi dengan penyimpanan data learner records yang mewakili penyimpanan dan penelusuran informasi siswa (Gambar 14). Output dari proses evaluasi akan disimpan sebagai catatan informasi entitas siswa yang telah lalu (learner entity history information) di dalam learner records. Data yang mewakili informasi siswa yang telah lalu, saat ini dan akan datang contohnya adalah aktivitas, nilai, logs, dan target. Granularitas tidak spesifik
dalam
informasi
siswa
ini
karena
proses
evaluasi
dapat
menyimpan/menelusur informasi siswa sebanyak setiap klik mouse-nya ataupun sesedikit mungkin seperti data setiap semester. Contohnya: “pertanyaan no. 17, dijawab dengan benar, memakan waktu 25 detik”. Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, aliran data dua arah learner information akan mengirimkan data siswa e-learning dari proses evaluasi untuk kemudian disimpan dan dapat ditelusur kembali di learner records.
48
Gambar 14 Abstraksi data flow informasi siswa Dengan cara ini maka jika siswa ingin mengetahui kemajuan belajarnya, ia dapat mengaksesnya di penyimpanan data learner records dan sistem mendapatkan rekam jejak seluruh perilaku siswa ketika mengakses e-learning Diklat yang dapat disimpan dan ditelusur kembali. 4.3.3.7 Learner Records (Data Siswa) Penyimpanan data learner records didefinisikan sebagai penyimpanan dan penelusuran informasi siswa yang telah lalu (misal history), masa kini (misal assessment (penilaian) saat ini), dan masa depan (misal tujuan/target belajar) (Gambar 15).
Data siswa dapat menyimpan informasi (yang akan ditelusur
kembali) mengenai masa lalu (misal data historis siswa), dapat juga menyimpan informasi masa kini (misal penilaian mengenai penundaan atau penyelesaian suatu sesi) dan masa depan (misal pedagogi, target/tujuan siswa atau pegawai). Proses yang terjadi melibatkan input dan output learner information data flow dari dan ke proses evaluasi, input learner information data flow (informasi terkini) dari proses coach, dan output learner information data flow (history/objective) ke proses coach. Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut: • Store (penyimpanan): (LTSA): Proses evaluasi dapat menyimpan informasi siswa (contoh nilai suatu pelajaran) melalui aliran data informasi siswa (learner information data flow).
49
(E-learning Diklat): Informasi perilaku, interaksi dan nilai siswa e-learning yang telah diolah di proses evaluasi akan diteruskan oleh learner information data flow dan disimpan di learner records.
Gambar 15 Abstraksi data store data siswa (learner records) • Retrieve (penelusuran): (LTSA): Proses evaluasi dapat menelusur informasi siswa (contoh nilai suatu pelajaran) melalui aliran data informasi siswa. (E-learning Diklat): Informasi lama dan terkini dari siswa e-learning dapat ditelusur oleh administrator, instruktur maupun pihak yang memiliki otoritas melalui aliran data informasi siswa. • Store (penyimpanan): (LTSA): Proses instruktur dapat menyimpan informasi siswa (contoh kinerja, kesukaan, dan tipe lain informasi siswa) melalui aliran data informasi siswa. (E-learning Diklat): Instruktur e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan dapat menyimpan informasi siswa melalui learner information data flow. • Retrieve (penelusuran): (LTSA): Proses Instruktur dapat menelusur informasi siswa (kinerja, kesukaan, dan tipe lain dari informasi siswa) melalui aliran data informasi siswa. (E-learning Diklat): Instruktur e-learning dapat menelusur informasi siswa melalui learner information data flow.
50
Beberapa contoh dari abstraksi penyimpanan data learner records yaitu: instruktur dapat menyimpan informasi kinerja, seperti informasi penilaian dan sertifikasi yang ada dalam learner records; instruktur dapat menyimpan informasi yang ditunda (bookmark) seperti informasi kinerja untuk menyimpan sesi siswa yang terakhir dan kelanjutannya di masa yang akan datang. 4.3.3.8 Learner information received by system coach (Informasi siswa yang diterima oleh sistem Instruktur)
Gambar 16 Abstraksi data flow informasi siswa yang diterima oleh sistem instruktur Learner information received by system coach adalah aliran data satu arah dari penyimpanan data learner records ke proses instruktur yang menyajikan permintaan instruktur akan informasi dari learner records (Gambar 16). Instruktur menelusur learner records, selanjutnya hasil penelusuran disebut informasi siswa. Tipe informasinya berupa kinerja, kesukaan dan informasi siswa lainnya. Biasanya informasi historis dan kesukaan ditelusur namun informasi terkini (misalnya “ditunda” untuk sesi selanjutnya) dan informasi masa depan (contoh target akademik dimasa datang) dapat ditelusur juga. Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, instruktur dapat menelusur data mengenai informasi siswa baik yang lama, baru maupun yang akan datang. 4.3.3.9 Learner information stored by system coach (Informasi siswa yang disimpan oleh sistem instruktur) Learner information stored by system coach adalah aliran data dari proses instruktur ke penyimpanan data learner records yang menyajikan permintaan instruktur untuk menyimpan informasi siswa (Gambar 17).
51
Gambar 17 Abstraksi data flow informasi siswa yang disimpan oleh sistem instruktur Instruktur menyimpan penilaian dan sertifikasi dalam learner records. Tipe informasinya berupa kinerja, minat dan informasi siswa lainnya. Beberapa contoh dari abstraksi ini yaitu: instruktur dapat menyimpan informasi kinerja, seperti informasi penilaian dan sertifikasi dalam penyimpanan data learner records; instruktur dapat menyimpan data “ditunda” (bookmarks) sebagai informasi kinerja untuk mengumpulkan sesi entitas siswa dan kelanjutannya di masa akan datang; instruktur dapat menyimpan minat siswa dalam penyimpanan data learner records.
Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan
Perpustakaan, instruktur dapat menyimpan seluruh data informasi siswa seperti hasil penilaian, perilaku, minat dan keaktifan siswa di learner records. 4.3.3.10 Assessment information (Informasi penilaian) Assessment information adalah suatu aliran data dari proses evaluasi ke proses instruktur yang menyajikan informasi mengenai kondisi terkini siswa yang dapat digunakan oleh instruktur untuk menentukan pengalaman belajar yang optimal (Gambar 18). Output dari proses evaluasi menyajikan kondisi terkini entitas siswa. Tipe informasinya berupa informasi kinerja dan informasi siswa lainnya. Perbedaan antara aliran data informasi penilaian dan aliran data dari learner records adalah aliran data informasi penilaian tujuan utamanya adalah untuk menyatakan informasi mengenai “sampai sejauh mana siswa berada saat ini” dan dimulai oleh proses evaluasi, sedangkan aliran data dari/ke penyimpanan data learner records menyajikan aliran informasi yang telah dimulai oleh
52
instruktur (dari/ke penyimpanan data learner records).
Implementasi dapat
menggunakan semua, sebagian atau tidak sama sekali aliran-aliran data ini.
Gambar 18 Abstraksi data store informasi penilaian Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, instruktur memperoleh informasi mengenai perilaku, kinerja dan prestasi siswa dari proses evaluasi melalui aliran data informasi penilaian (assessment information). 4.3.3.11 Coach (Instruktur) Coach adalah proses abstraksi yang dapat menggabungkan informasi dari beberapa sumber, seperti entitas siswa (parameter belajar), proses evaluasi (informasi penilaian), penyimpanan data learner records (kinerja, kesukaan, dan informasi siswa lainnya), dan penyimpanan data learning resources (aliran kontrol kueri dan aliran data informasi katalog), dan dapat menggunakan informasi ini untuk mencari (kueri) dan memilih (baik aliran data locator maupun aliran kontrol locator) penyimpanan data materi belajar (melalui proses delivery dan aliran data multimedia) sebagai pengalaman belajar. didefinisikan dalam 5 langkah.
Proses instruktur
Langkah-langkah tersebut yaitu: langkah 1.
negosiasi/pertukaran parameter belajar untuk mendapatkan pengalaman belajar yang optimal; langkah 2 dan 3. menerima informasi penilaian terbaru dari proses evaluasi. Pencarian dan penelusuran informasi siswa relevan dengan pengalaman belajar terkini; langkah 4. mencari di sumber belajar (learning resources) melalui kueri untuk mendapatkan materi belajar yang sesuai.
Sumber belajar
mengembalikan info katalog (disebut juga sebagai metadata objek belajar) yang telah dikirimkan instruktur yang cocok dengan kueri; langkah 5. mengekstrak
53
locator (yaitu URL) dari info katalog yang telah ditemukan (metadata objek belajar) dan mengirimkan locator ke delivery process untuk menunjukkan pengalaman belajar. Langkah-langkah ini dapat dilakukan dengan urutan apapun.
Gambar 19 Abstraksi proses instruktur (langkah 1) Abstraksi proses instruktur pada langkah pertama ini merupakan negosiasi atau pertukaran parameter belajar untuk mendapatkan pengalaman belajar yang optimal (Gambar 19). Proses yang terjadi melibatkan input dan output aliran data learning parameters dari dan ke proses entitas siswa. Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut: • Input/output: (LTSA):
Parameter belajar (aliran
data parameter belajar) dapat
dinegosiasikan/dipertukarkan dengan entitas siswa. (E-learning Diklat): Calon siswa e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan berdiskusi dengan instruktur untuk menentukan strategi belajar yang akan dilakukan terkait dengan budaya dan keterbatasan fisik siswa yang bersangkutan. Dalam hal ini terlebih dahulu siswa diberikan persyaratan dan aturan yang harus ditaati ketika mengikuti e-learning. Halhal yang menjadi keberatan siswa dapat didiskusikan atau dinegosiasikan dengan instruktur. Gaya belajar dan strategi belajar dapat dipilih baik oleh entitas siswa (negosiasi satu arah), instruktur (negosiasi satu arah), baik entitas siswa maupun proses instruktur (negosiasi dua arah), atau yang berwenang dari pihak eksternal (seperti orang tua, guru, institusi atau pengembang materi).
54
Gambar 20 Abstraksi proses instruktur (langkah 2 dan 3) Abstraksi proses instruktur pada langkah kedua dan ketiga ini adalah menerima informasi penilaian terbaru dari proses evaluasi (Gambar 20). Pencarian dan penelusuran informasi siswa relevan dengan pengalaman belajar terkini. Proses yang terjadi pada langkah kedua melibatkan input aliran data assessment dari proses evaluasi dan input dari aliran data learner information (history/objective) pada langkah ketiga. Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut: • Input: (LTSA): Informasi penilaian terkini (aliran data informasi penilaian) dari proses evaluasi. (E-learning Diklat): Instruktur memperoleh informasi mengenai perilaku, kinerja dan prestasi siswa dari proses evaluasi melalui aliran data informasi penilaian (assessment information). • Input: (LTSA): Informasi siswa (aliran data informasi siswa) dari penyimpanan data learner records. (E-learning Diklat): Instruktur mendapat data mengenai informasi siswa baik yang lama, baru maupun yang akan datang dari learner records. Abstraksi proses instruktur pada langkah keempat adalah mencari di sumber belajar (learning resources) melalui kueri untuk mendapatkan materi belajar yang sesuai (Gambar 21). Sumber belajar mengembalikan info katalog (disebut juga sebagai metadata objek belajar) yang telah dikirimkan instruktur yang cocok dengan kueri. Proses yang terjadi melibatkan output aliran kontrol kueri (query
55
control flow) ke penyimpanan data learning resources dan input aliran data informasi katalog dari penyimpanan data learning resources
Gambar 21 Abstraksi proses instruktur (langkah 4) Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut: • Output: (LTSA): Kueri, yaitu suatu aliran kontrol, dapat dikirimkan ke penyimpanan data learning resources untuk mencari materi belajar (yang sesuai) (E-learning Diklat): Instruktur e-learning mengirimkan permintaan materi belajar (kueri) ke learning resources. • Input: (LTSA): Penyimpanan data learning resources dapat mengembalikan informasi katalog (aliran data informasi katalog), yaitu daftar locator yang cocok dengan kueri pencarian. (E-learning Diklat): Instruktur e-learning mendapatkan informasi materi belajar yang sesuai dengan kueri melalui aliran data informasi katalog. Abstraksi proses instruktur pada langkah kelima ini ialah mengekstrak locator (yaitu URL) dari info katalog yang telah ditemukan (metadata objek belajar) kemudian mengirimkan locator ke proses delivery untuk menunjukkan pengalaman belajar (Gambar 22). Proses yang terjadi melibatkan output aliran data locator ke proses delivery.
56
Gambar 22 Abstraksi proses instruktur, langkah 5 Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut: • Output: (LTSA): Locator (seperti rencana belajar, penunjuk untuk materi belajar) dapat dikirimkan melalui aliran data locator ke proses delivery. (E-learning Diklat): Instruktur mengirimkan rencana pembelajaran melalui aliran data locator ke proses delivery untuk menentukan materi yang sesuai dengan topik pelatihan. 4.3.3.12 Query (kueri) Query adalah aliran kontrol satu arah dari proses instruktur ke sumber belajar yang menyajikan permintaan pencarian untuk materi belajar (Gambar 23). Aliran ini (permintaan pencarian) adalah sebuah aliran kontrol dan bukan sebuah aliran data karena aliran (kueri LTSA) tidak menyajikan input atau data yang disimpan di dalam tempat penyimpanan data. Aliran kontrol kueri melakukan permintaan pencarian ketika mencari materi belajar yang sesuai di dalam sumber belajar. Tipe informasi sebuah kueri (melalui control flow) adalah satu set kriteria pencarian. Kueri dapat menspesifikasikan kriteria pencarian berdasarkan, antara lain, parameter belajar, informasi penilaian, dan informasi siswa. Secara khusus, kueri adalah pencarian untuk materi belajar yang sesuai untuk seorang entitas siswa.
57
Gambar 23 Abstraksi control flow kueri Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, instruktur mengirimkan permintaan pencarian materi belajar yang sesuai untuk siswa berdasarkan topik pelatihan yang diikutinya. Permintaan pencarian ini dikirimkan melalui aliran kontrol kueri kepada learning resources. 4.3.3.13 Learning resources (sumber belajar)
Gambar 24 Abstraksi data store sumber belajar Learning resources adalah suatu penyimpanan data yang dapat menyertakan representasi ilmu pengetahuan, presentasi, tutorial, tutor, peralatan, eksperimen, laboratorium, dan materi belajar lainnya (Gambar 24). Ia merupakan suatu database yang menyajikan “knowledge”, informasi, dan sumber lainnya yang digunakan dalam belajar. Learning resources dapat disajikan dalam bentuk presentasi, tutorial, dan pelajaran. Proses yang terjadi melibatkan input aliran kontrol kueri dari proses coach, output aliran data catalog info ke proses coach, input aliran kontrol locator
58
dari proses delivery dan output aliran data learning content ke proses delivery. Uraian selengkapnya ialah sebagai berikut: • Retrieve: (LTSA): Dapat dicari oleh kueri (melalui aliran kontrol). (E-learning Diklat): Penelusuran dilakukan oleh instruktur e-learning melalui kueri. • Retrieve: (LTSA): Informasi yang cocok dikembalikan melalui aliran data info katalog, contohnya satu set tags yang secara konsep sama seperti entri ”kartu katalog” (juga dikenal sebagai “metadata objek belajar”). Locator (secara konseptual, “nomor panggil” di punggung buku dari “koleksi buku di sebuah perpustakaan digital”, contohnya URL) dapat diekstraksi dari informasi katalog. (E-learning Diklat): Informasi mengenai materi belajar yang dibutuhkan oleh instruktur yang telah diterjemahkan dalam bentuk kueri dikembalikan oleh aliran data info katalog. • Retrieve: (LTSA): Locator dapat dipakai oleh proses delivery untuk menelusur materi belajar. (E-learning Diklat): Instruktur yang telah mendapatkan informasi materi belajar yang sesuai dapat meneruskan pencarian melalui locator di dalam proses delivery. • Retrieve: (LTSA): Materi belajar yang telah ditelusur dikembalikan melalui aliran data materi belajar. (E-learning Diklat): Materi belajar yang telah ditelusur oleh instruktur e-learning dikembalikan melalui aliran data materi belajar (learning content data flow). 4.3.3.14 Catalog information (Informasi katalog) Catalog information adalah aliran data satu arah dari sumber belajar kepada proses Instruktur yang menyajikan hasil pencarian penyimpanan data learning resources, sebagaimana diarahkan oleh aliran kontrol kueri (Gambar 25).
59
Gambar 25 Abstraksi data flow informasi katalog Aliran data ini menyajikan “card catalog”, yaitu informasi mengenai materi belajar di dalam learning resources. Tipe informasinya adalah informasi yang menggambarkan sumber belajar. Informasi katalog juga dikenal sebagai “metadata objek belajar”. Informasi katalog sama dengan entri kartu katalog di dalam sebuah perpustakaan. Sebagai respon terhadap kueri, ada kemungkinan untuk mengembalikan materi belajar keseluruhan yang telah tertanam dalam informasi katalog (melalui aliran data info katalog). Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, instruktur mendapatkan informasi materi belajar dari learning resources melalui aliran data informasi katalog. 4.3.3.15 Locator sent by coach (Locator yang dikirim oleh instruktur) Locator sent by coach adalah aliran data satu arah dari proses instruktur ke proses delivery yang mengidentifikasikan atau menunjukkan materi belajar (Gambar 26). Aliran data ini menyajikan “nomor panggil” materi belajar di dalam learning resources. Sistem yang berbasis web biasanya menggunakan URL untuk locator. Tipe informasinya adalah identifier atau penunjuk.
Menggunakan
analogi dalam perpustakaan, locator sama dengan “nomor panggil” pada sistem kartu katalog. Aliran data locator ini (dari proses instruktur ke proses delivery) sama dengan tipe informasi aliran kontrol locator dari proses delivery ke learning resources.
60
Gambar 26 Abstraksi data flow locator yang dikirim oleh instruktur Contohnya adalah URL, URN, pathname. Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, instruktur mengirimkan locator ke proses delivery untuk memberikan petunjuk mengenai materi belajar yang dibutuhkan. 4.3.3.16 Locator sent by delivery (Locator yang dikirim oleh delivery)
Gambar 27 Abstraksi control flow locator yang dikirim oleh proses delivery Locator sent by delivery adalah aliran kontrol satu arah dari proses delivery ke penyimpanan data learning resources, yaitu suatu aliran kontrol yang berisi identifikasi locator atau penunjuk ke learning resources (Gambar 27). Aliran ini (locator yang mengidentifikasi materi belajar untuk ditelusur) adalah suatu aliran kontrol dan bukan aliran data karena aliran ini (aliran locator) tidak mewakili input atau data yang disimpan didalam penyimpanan data. Dalam subklausa sebelumnya, locator adalah suatu aliran data didalam konteks instruktur ke delivery. Konsep aliran data vs. aliran kontrol bersifat kontekstual.
Tipe
Informasinya identifier atau penunjuk. Contohnya adalah suatu web URL.
61
Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, locator ini adalah aliran kontrol satu arah dari proses delivery ke learning resources. 4.3.3.17 Learning content (materi belajar)
Gambar 28 Abstraksi data flow learning content Learning content adalah aliran data satu arah yang diidentifikasikan atau direferensikan oleh aliran kontrol locator, yang ditelusur oleh penyimpanan data learning resources, dan diubah oleh proses delivery menjadi suatu pengalaman belajar dengan multimedia interaktif (contoh: dikirimkan melalui aliran data multimedia, aliran data konteks interaksi, dan aliran data perilaku siswa) (Gambar 28). Dengan kata lain, terjadi pengkodean materi yang berasal dari learning resources. Materi belajar dapat berupa pelajaran, presentasi, tutorial, tutor, dan eksperimen.
Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan
Perpustakaan, aliran data materi belajar (learning content) membawa informasi mengenai materi belajar yang sesuai dengan topik pelatihan kepada proses delivery untuk diubah kedalam format multimedia. 4.3.3.18 Delivery (penyampaian atau pengiriman) Delivery adalah suatu abstraksi proses yang mengubah informasi yang diperoleh melalui materi belajar menjadi suatu presentasi, yang dapat dikirimkan ke entitas siswa melalui aliran data multimedia (Gambar 29). Proses delivery menelusur materi belajar dari learning resources berdasarkan locator dan mengubah bentuk materi belajar menjadi presentasi multimedia. Presentasi yang dihasilkan bisa statis, interaktif, kolaboratif, melibatkan eksperimen dan penemuan.
62
Gambar 29 Abstraksi proses delivery Proses yang terjadi melibatkan input aliran data locator dari proses coach, input aliran data learning content ke proses delivery, output control flow locator ke learning resources, output aliran data multimedia ke proses entitas siswa, dan output aliran data interaction context ke proses evaluasi.
Uraian
selengkapnya ialah sebagai berikut: • Input: (LTSA): dapat menerima locator (melalui aliran data locator) dari proses instruktur. (E-learning Diklat): proses delivery menerima masukan dari instruktur mengenai materi belajar yang sesuai dengan pelatihan. • Input: (LTSA): dapat menerima materi belajar yang telah ditelusur (melalui aliran data materi belajar) dan dapat mengubah materi belajar menjadi presentasi multimedia untuk entitas siswa. (E-learning Diklat): proses delivery mengubah materi belajar yang telah dipilihkan oleh instruktur menjadi presentasi multimedia. • Output: (LTSA): dapat menggunakan locator (melalui aliran kontrol) untuk menelusur materi belajar dari penyimpanan data learning resources. (E-learning Diklat): instruktur menelusur materi belajar dari sumber belajar (learning resources).
63
• Output: (LTSA): dapat mengirimkan multimedia (melalui aliran data multimedia) ke entitas siswa. (E-learning Diklat): proses delivery mengirimkan multimedia ke siswa e-learning. • Output: (LTSA): dapat mengirimkan konteks interaksi (melalui aliran data konteks interaksi) ke proses evaluasi. (E-learning Diklat): proses delivery mengirimkan konteks interaksi antara siswa e-learning dengan multimedia kepada proses evaluasi. Dalam sistem implementasi aktual, proses delivery dapat dikombinasikan dengan proses evaluasi untuk mendapatkan kesamaan yang erat agar mendapatkan pengalaman belajar yang responsif dan interaktif. Metode implementasi proses delivery dapat sangat bervariasi, contohnya presentasi dan pertanyaan, intelligent tutoring system, konferensi melalui video, dengan tutor manusia, dan mengubah suatu ontologi (suatu model konseptual untuk subjek yang direpresentasikan sebagai materi belajar yang bersifat generik) menjadi suatu presentasi, diantara banyak kemungkinan.
Metode tranformasi materi belajar menjadi bentuk
multimedia, tidak ditentukan. 4.3.3.19 Interaction context (konteks interaksi) Interaction context adalah aliran data satu arah dari proses delivery ke proses evaluasi yang dapat menyediakan informasi (contohnya suatu kerangka kerja) yang penting untuk proses evaluasi menerjemahkan informasi yang disuplai oleh aliran data behavior (Gambar 30). Konteks materi belajar dikirimkan ke proses evaluasi untuk menghubungkan presentasi multimedia dengan respon perilaku entitas siswa. Tipe informasinya adalah informasi kontekstual, seperti nama dan pola respon. Ketika proses delivery mengirimkan multimedia interaktif kepada entitas siswa, proses evaluasi mengharapkan adanya respon perilaku terhadap multimedia tersebut. Proses evaluasi mungkin tidak dapat menginterpretasikan perilaku tanpa konteks, sehingga proses delivery mengirimkan informasi kontekstual (contoh
64
yang mungkin, materi belajar itu sendiri) kepada proses evaluasi sehingga interaksi dari konteks entitas siswa dapat dipahami.
Gambar 30 Abstraksi data flow konteks interaksi Didalam e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, respon siswa e-learning setelah mengakses presentasi multimedia dikirimkan ke proses evaluasi melalui interaction context data flow. Aliran data konteks interaksi ini untuk menginterpretasikan interaksi siswa dengan materi belajar (multimedia) dalam suatu konteks sehingga perilaku siswa dapat dipahami. Berdasarkan analisis pada komponen-komponen sistem LTSA (layer 3) seperti telah diuraikan pada sub-sub-bab 4.3.3.1 s.d. 4.3.3.19 maka dilakukan pemetaan terhadap kondisi terkini e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. Pemetaan tersebut mendapatkan hasil bahwa dari 16 (enam belas) komponen yang ada dalam standar LTSA hanya 5 (lima) komponen yang terpenuhi oleh e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan.
Kelima
komponen tersebut yaitu leaner entity, coach, evaluation, multimedia, dan learning content.
Tabel 7 menunjukkan pemetaan komponen sistem LTSA
terhadap e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. Berdasarkan tabel 7 mengenai pemetaan komponen LTSA terhadap e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan, maka komponen LTSA yang ada pada e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan adalah learner entity, coach, evaluation, multimedia dan learning content, sedangkan komponen yang tidak ada yaitu delivery, learning resources, learner records, interaction context, behavior, learning parameters, assessment, learner information, locator, catalog information dan query.
65
Tabel 7 Pemetaan komponen LTSA terhadap e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan
1.
Learner entity
proses
Kondisi terkini e-learning Diklat √
2.
Coach
proses
√
3.
Delivery
proses
-
4.
Evaluation
proses
√
5.
Learning resources
data store
-
6.
Learner records
data store
-
7.
Multimedia
data flow
√
8.
Interaction context
data flow
-
9.
Behavior
data flow
-
10.
Learning parameters
data flow
-
11.
Assessment
data flow
-
12.
Learner information
data flow
-
13.
Locator
data flow
-
14.
Learning content
data flow
√
15.
Catalog information
data flow
-
16.
Query
control flow
-
No.
Komponen-komponen LTSA (Layer 3)
Tipe
4.3.4 Layer 4: Stakeholder perspective and priorities (Perspektif dan prioritas pemangku kepentingan) Setiap stakeholder memiliki perspektif yang penting dan memiliki legitimasi. Namun, masing-masing stakeholder memiliki persepsi yang berbeda mengenai sistem teknologi pembelajaran. Perspektif dan prioritas stakeholder digambarkan menggunakan notasi yang spesifik di dalam LTSA. Komponen sistem LTSA adalah abstraksi yang diimplementasikan ke dalam berbagai perspektif stakeholder (Gambar 31). Perspektif stakeholder (layer 4) adalah bagian dari komponen sistem LTSA yang mewakili implementasi dari layer 3 LTSA. Identifikasi perspektif dan prioritas stakeholder membutuhkan metode analisis. Hasil dari analisis dapat mengidentifikasi: • Komponen sistem LTSA yang menarik minat stakeholder. • Sejauh mana “kepentingan relatif” komponen sistem LTSA.
66
• Interoperability interface yang penting bagi stakeholder.
Gambar 31 Abstraksi komponen sistem LTSA diimplementasikan ke dalam berbagai perspektif stakeholder (layer 4) Berdasarkan kondisi yang ada saat ini dalam pengembangan e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan di Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI, maka komponen yang telah ada adalah calon peserta, SDM Pengelola, instruktur, konten e-learning, learning management system, dan website Pusdiklat.
Dari
komponen yang telah ada ini dapat dianalisis perspektif dan prioritas stakeholder di Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI. Komponen-komponen yang telah ada tersebut dapat dipetakan ke beberapa komponen sistem LTSA (layer 3) yaitu: a) calon peserta diklat dipetakan ke entity learner; b) SDM pengelola dipetakan ke Evaluation; c) instruktur dipetakan ke coach; d) konten e-learning dipetakan ke learning content dan multimedia. E-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan telah memiliki learning management system yang diletakkan di website Pusdiklat, sehingga komponenkomponen yang telah ada ini dapat dipetakan kepada salah satu contoh ilustrasi implementasi komponen-komponen sistem yang ada dalam standar LTSA yaitu web browser 2. Web browser merupakan salah satu contoh integrasi yang sangat erat (tight component integration) terhadap seluruh komponen-komponen sistem yang ada pada standar LTSA sehingga dapat dijadikan acuan untuk membuat 2
Web browser adalah istilah dalam LTSA yang mengacu pada LMS berbasis web.
67
desain e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan yang sesuai dengan standar LTSA. 4.3.5 Pembuatan desain e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan Pembuatan desain e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan dilakukan setelah mendapatkan hasil dari analisis terhadap layer 1 s.d. 4 dari LTSA dibandingkan dengan kondisi yang ada pada e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. Berdasarkan analisis tersebut didapatkan hasil bahwa web browser merupakan contoh yang tepat untuk dijadikan acuan dalam pembuatan desain e-learning Diklat ini karena dapat memetakan seluruh komponen sistem LTSA.
Gambar 32 Pemetaan web browser terhadap komponen sistem LTSA (IEEE, 2002). Gambar 32 menyajikan ilustrasi pemetaan web browser terhadap komponen sistem LTSA. Komponen “human” dalam web browser dipetakan kepada learner entity dalam komponen sistem LTSA. behavior dan multimedia.
“Human interface” dipetakan kepada
Presentation tool (browser) dipetakan kepada
evaluation, assessment, coach, locator, dan delivery. “Courseware database” dipetakan kepada learning resources. “Student records” (database) dipetakan kepada learner records. Tabel 8 memperlihatkan pemetaan web browser terhadap komponen sistem LTSA.
68
Tabel 8 Pemetaan Web Browser Terhadap Komponen Sistem LTSA No. 1.
Human
Web Browser
Komponen Sistem LTSA Learner Entity
2.
Human interface
Behavior dan multimedia
3.
Presentation tool (web browser)
4.
Courseware database
Evaluation, assessment, coach, locator, dan delivery Learning resources
5.
Student records
Learner records
Gambar 33 berikut ini adalah pemetaan sekaligus desain e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan dengan mengacu pada pemetaan web browser terhadap komponen sistem LTSA:
Gambar 33 Desain e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan mengacu pada pemetaan web browser terhadap komponen sistem LTSA 1) Human Human atau manusia di dalam komponen sistem LTSA diwakili oleh learner entity atau entitas siswa.
Dalam desain e-learning Diklat Teknis
Pengelolaan Perpustakaan ini maka entitas siswa dipetakan ke peserta pelatihan (siswa).
Ketika siswa mendaftar untuk mengikuti e-learning Diklat Teknis
Pengelolaan Perpustakaan maka ia berada dalam suatu lingkungan pelatihan dan akan berinteraksi dengan administrator, instruktur, materi pelatihan, dan siswa lainnya.
Beberapa ketentuan yang terkait dengan siswa e-learning yaitu:
69
a) Siswa harus memiliki atau dapat mengakses komputer yang menggunakan Sistem Operasi Windows yang dilengkapi dengan aplikasi web browser. b) Sebelum mengikuti e-learning, siswa diharuskan mendaftar dan bila telah mendapatkan persetujuan dari administrator (admin) akan mendapatkan password melalui e-mail. c) Siswa menerima materi pelatihan melalui presentasi multimedia yang berasal dari proses delivery melalui multimedia data flow. d) Siswa diharuskan mengikuti pre-test sebelum mengikuti materi pelatihan dan mengikuti post-test setelah mengikuti materi pelatihan. e) Perilaku siswa akan diamati dan dilaporkan melalui behavior data flow ke proses evaluasi. f) Respon siswa e-learning setelah mengakses presentasi multimedia dikirimkan ke proses evaluasi melalui interaction context data flow. Aliran data konteks interaksi ini untuk menginterpretasikan interaksi siswa dengan materi belajar (multimedia) dalam suatu konteks sehingga perilaku siswa dapat dipahami. g) Siswa dapat berdiskusi dengan instruktur mengenai parameter belajarnya melalui learning parameters data flow 2) Human Interface atau Antarmuka Pengguna Interaksi yang terjadi antara siswa dengan sistem e-learning memerlukan human interface (antarmuka pengguna). Dalam hal ini yang menjadi interface adalah sistem operasi Windows, yang memungkinkan siswa mengakses materi pelatihan yang berbentuk multimedia dan memungkinkan sistem mencatat perilaku siswa (behavior) selama berinteraksi dengan sistem. Behavior atau perilaku siswa dalam standar LTSA adalah aliran data dari proses entitas siswa menuju proses evaluasi yang membawa informasi mengenai aktivitas dan perilaku siswa yang akan dinilai oleh proses evaluasi. Jadi ketika siswa sudah berhasil mengakses materi e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan melalui aliran data multimedia yang menyajikan presentasi berupa video, audio, teks, dan grafik dari proses delivery ke entitas siswa, maka perilakunya diamati termasuk berapa kali mengakses materi pelatihan, mengikuti ujian dan kuis, melakukan diskusi dengan instruktur dan siswa lain, serta respon siswa berupa suara, tulisan dan penggunaan keyboard dan mouse.
70
Di dalam sistem teknologi pembelajaran seperti e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan ini, implementasi aliran data multimedia sangat erat kaitannya dengan implementasi aliran data behavior untuk memperbaiki respon siswa terhadap sistem teknologi pembelajaran. 3) Presentation Tool (browser) Presentation Tool menyajikan lingkungan pelatihan e-learning yang berupa web browser yang dapat diakses oleh siswa. Presentation tool (browser) terdiri atas beberapa komponen sistem LTSA: a. Evaluation Evaluation atau proses evaluasi adalah proses yang menghasilkan ukuran/penilaian atas entitas siswa.
Desain evaluasi untuk e-learning Diklat
Teknis Pengelolaan Perpustakaan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: Soal evaluasi dibuat oleh instruktur Evaluasi dilakukan secara online yang terdiri dari pre-test, formative-test dan post-test Waktu menjawab sebuah tes evaluasi ditentukan Setiap tes evaluasi untuk sebuah materi terdiri atas beberapa set soal untuk menghindari siswa mengerjakan set soal sama lebih dari 1 kali Jawaban siswa akan disimpan di dalam penyimpanan data Data Siswa b. Assessment Assessment adalah aliran data dari proses evaluasi ke proses instruktur yang menyajikan informasi mengenai kondisi terkini perilaku siswa seperti waktu yang dibutuhkan untuk menjawab soal, jumlah jawaban yang benar, materi apa yang telah diambil, nilai total dsb. Informasi ini akan dikirimkan oleh admin kepada instruktur. Instruktur akan mengolah informasi tersebut dan melakukan analisa seperti apakah perlu dilakukan perubahan parameter belajar, materi atau rujukan tambahan yang perlu diberikan kepada siswa untuk memperbaiki kinerja siswa selanjutnya. Informasi ini selain dikirimkan oleh admin, instruktur dapat melihatnya sendiri di penyimpanan data siswa (learner records). c. Coach Coach atau instruktur adalah suatu proses dalam komponen sistem LTSA tempat mengalirnya beberapa aliran data dan aliran kontrol sehingga menjadi
71
tempat bergabungnya informasi dari berbagai sumber seperti entitas siswa (parameter belajar), proses evaluasi (assessment), dan penyimpanan data sumber belajar (aliran kontrol kueri dan aliran data informasi katalog). Proses coach (instruktur) dapat menggunakan informasi ini untuk mencari (kueri) dan memilih (baik aliran data locator maupun aliran kontrol locator) materi pelatihan di learning resources (melalui proses delivery dan aliran data multimedia) dan menjadikannya sebagai satu set pengalaman belajar. Instruktur berperan seperti halnya guru di dalam kelas konvensional. Ia bertanggung jawab atas pembuatan maupun perubahan materi pelatihan, pembuatan soal, melakukan analisa terhadap prestasi siswa dan menyediakan waktu untuk membimbing siswa memahami materi pelatihan dengan cara menjawab pertanyaan siswa, menjadi fasilitator dalam forum diskusi, memberi informasi tentang bahan rujukan tambahan. Dalam
kaitannya
dengan
e-learning
Diklat
Teknis
Pengelolaan
Perpustakaan, instruktur harus berlatar belakang salah satu ilmu yang diajarkan dalam kurikulum e-learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan. Ia juga menguasai bidang yang akan diajarnya serta mempunyai kemampuan teknis dalam pembuatan materi pelatihan dan menggunakan perangkat teknologi informasi yang dapat menunjang tugasnya. d. Locator Instruktur mengirimkan aliran data locator ke proses delivery untuk mendapat petunjuk mengenai kode materi pelatihan. Selain Locator yang berupa aliran data, ada locator yang berupa aliran kontrol, yaitu yang dikirimkan oleh proses delivery ke learning resources. Hasilnya adalah identifikasi materi belajar untuk ditelusur di dalam learning resources. e. Delivery Delivery adalah suatu abstraksi proses yang mengubah informasi yang diperoleh melalui materi pelatihan menjadi suatu presentasi, yang dapat dikirimkan ke entitas siswa melalui aliran data multimedia.
Materi yang
dikirimkan bisa berbentuk teks, grafik, power point, audio maupun video, yang kesemuanya harus menggunakan format penyampaian berbasis web.
72
Proses delivery dapat dikombinasikan dengan proses evaluasi melalui aliran data interaction context untuk mendapatkan kesamaan yang erat agar mendapatkan pengalaman belajar yang responsif dan interaktif. Metode implementasi proses delivery dapat sangat bervariasi, contohnya presentasi dan pertanyaan, konferensi melalui video, dengan tutor manusia, dan mengubah suatu ontologi menjadi suatu presentasi, dan sebagainya. 4). Courseware database (web servers) atau database pelatihan Courseware database atau database pelatihan dipetakan ke learning resources atau database sumber belajar. Learning resources adalah suatu tempat penyimpanan data sumber belajar. Didalamnya tersimpan materi pelatihan, link ke jurnal elektronik, presentasi, tutorial, tutor, peralatan, eksperimen, laboratorium dan materi belajar lainnya. Learning resources tersimpan dalam database server. 5) Student records (database) atau data siswa Student records (database) dipetakan ke learner records atau database siswa dalam komponen sistem LTSA. Seluruh data siswa akan tersimpan dalam database siswa ini seperti profil, kinerja, dan preferences. Database siswa akan disimpan di dalam database server. Pemutakhiran data siswa menjadi hak dari administrator sedangkan instruktur hanya boleh membaca informasi yang terkandung didalamnya saja. Siswa juga boleh membaca biodata rekan-rekannya sesama siswa pelatihan dan memutakhirkan data dirinya.