45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kecamatan Grogol Petamburan 1. Sejarah Singkat Kecamatan Grogol Petamburan Kecamatan Grogol Petamburan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.126, 66 Ha yang terdiri dari 7 Kelurahan, 73 Rukun Warga, 683 Rukun Tetangga, dan kurang lebih 66.557 jumlah Kepala Keluarga. Kecamatan Grogol Petambulan memiliki Jumlah Penduduk kurang lebih 226.683 jiwa dengan kepadatan penduduk kurang lebih 201 jiwa/Ha. Kecamatan Grogol Petamburan terletak di Jalan Tanjung Duren Raya No.2 Telp 5604330 Kelurahan Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat (kode pos 11470) .Kecamatan Grogol Petamburan memiliki batas wilayah utara sampai kali banjir kanal kelurahan Jelambar Baru, Sebelah timur sampai kali banjir kanal barat kelurahan grogol dan tomang, Sebelah selatan sampai kali grogol dan kali sekrtaris kelurahan tanjung duren utara, Sebelah barat sampai kali angke Jl. TB.Angke kelurahan wijaya kusuma.
46
Gambar 4.1 Peta wilayah cangkupan Kecamatan Grogol Petamburan
Sumber : www.kec-gropet.com Kecamatan Grogol Petamburan memiliki tujuan yaitu peningkatan kualitas dan kepuasan pelayanan, Kecamatan Grogol Petamburan juga memiliki motto yaitu Sopan, Efektif, Normatif, Yang dilayani terpuaskan, Ucapkan Kata-kata yang baik, Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin, yang disingkat menjadi SENYUM. 2. Visi dan Misi Kecamatan Grogol Petamburan a. Visi Kecamatan Grogol Petamburan Terciptanya Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan yang Partisipatif, Kooperatif, Nyaman dan Sejahtera.
47
b. Misi Kecamatan Grogol Petamburan Mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan dan berkepribadian, Meningkatkan kualitas kehidupan dan kerukunan warga, Melaksanakan tata kelola Pemerintahan yang baik. 3. Keadaan Monografi Kecamatan Grogol Petamburan memiliki 7 kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Grogol, Kelurahan Jelambar, Kelurahan Tomang, Kelurahan Tanjung Duren Utara, Kelurahan Jelambar Baru, Kelurahan Wijaya Kusuma, dan Kelurahan Tanjung Duren Selatan. a. Kelurahan Grogol Kelurahan Grogol adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat dengan kode pos 11450. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebesar 22.012 jiwa dan luas wilayah 1,22 km2 yang terbagi dalam 4,118 Keluarga (KK), 114 RT, dan 10 RW. Batas
wilayah
Kelurahan
Grogol yaitu
Sebelah
barat
berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Duren, Sebelah timur
48
berbatasan dengan Kelurahan Tambora, Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Jelambar dan Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tomang. b. Kelurahan Jelambar Kelurahan Jelambar adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat dengan kode pos 11460. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebesar 35.836 jiwa dan luas wilayah 1,44 km2 yang terbagi dalam 7,253 Keluarga (KK), 143 RT, dan 11 RW. Batas wilayah
Kelurahan Jelambar ialah Sebelah barat
berbatasan dengan Kelurahan Wijaya Kusuma, Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Grogol, Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Jelambar Baru dan Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Duren Utara. c. Kelurahan Tomang Kelurahan Tomang adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat dengan kode pos 1140. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebesar 34.194 jiwa dan luas wilayah 1,88 km2 yang terbagi dalam 8,841 Keluarga (KK), 173 RT, dan 16 RW.
49
Batas wilayah Kelurahan Tomang yaitu Sebelah barat Jalan Letjen S.Parman,Sebelah timur Kali Banjir Kanal Barat, Sebelah utara Jalan Kyai Tapa , Sebelah selatan Jalan Tomang Raya. d. Kelurahan Tanjung Duren Utara Kelurahan Tanjung Duren Utara adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat dengan kode pos 11470. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebesar 20.879 jiwa dan luas wilayah 1,11 km2 yang terbagi dalam 5,115 Keluarga (KK), 90 RT, dan 7 RW. Batas wilayah Kelurahan Tanjung Duren Utaraialah Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Duri Kepa, Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tomang, Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Jelambar dan Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Duren. e. Kelurahan Jelambar Baru Kelurahan Jelambar Baru adalah salah satu kelurahan yang terletak
di
wilayah Kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta
Barat dengan kode pos 11460. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebesar 38.781 jiwa dan luas wilayah 1,44 km2 yang terbagi dalam 8,642 Keluarga (KK), 132 RT, dan 12 RW.
50
Batas wilayah Kelurahan Jelambar Baru adalah Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Jelambar, Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Grogol, Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Jelambar Baru dan Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Duren Utara. f. Kelurahan Wijaya Kusuma Kelurahan Wijaya Kusuma adalah salah satu kelurahan yang terletak
di
wilayah Kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta
Barat dengan kode pos 11460. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebesar 41.604 jiwa dan luas wilayah 2,61 km2 yang terbagi dalam 6,244 Keluarga (KK), 124 RT, dan 10 RW. Batas wilayah Kelurahan Wijaya Kusuma yaitu Sebelah barat Kali Cisadane Kelurahan Kedaung Kali Angke , Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Jelambar dan Kelurahan Jelambar Baru , Sebelah utara Jalan Tubagus Angke Kelurahan Penjagalan , Sebelah selatan Jalan Daan Mogot. g. Tanjung Duren Selatan Kelurahan Tanjung Duren Selatan adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat dengan kode pos 11470. Kelurahan ini memiliki jumlah
51
penduduk sebesar 29.032 jiwa dan luas wilayah 1,76 km2 yang terbagi dalam 4.010 Keluarga (KK), 83 RT, dan 6 RW. Batas wilayah Kelurahan Tanjung Duren ren Selatan yaitu Sebelah Kepa Sebelah timur barat berbatasan dengan Kelurahan Duri Kepa, berbatasan dengan Kelurahan Tomang, Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Duren Utara dan Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kemanggisan. Kemanggisan 4. Struktur Organisasi Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kecamatan GrogolPetamburan
Sumber :www.kec-gropet.com
52
B. Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data. Dalam penelitian Pengaruh Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Statistik Deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan. Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskrpitif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
1516000.0
14095000.0
5050857.143
253116.2121
3280761.0740
8875000.0
1911714.286
151991.5508
1970035.6577
5340012002.0 725643833.101 72049674.6167
933870517.19
NJOP_BUMI
168
NJOP_Bangunan
168
823000.0
168
56789000.0
Penerimaan_PBB Valid N (listwise)
Mean Statistic
Std. Deviation Std. Error
Statistic
06 168
Sumber data sekunder diolah 2014 Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa : 1. Nilai Jual Objek Pajak Bumi memiliki nilai minimum sebesar Rp. 1.516.000 dan maksimum sebesar Rp. 14.095.000 dengan rata-rata (mean) sebesar Rp. 5.050.857,143dengan sampel penelitian 168 . Dilihat dari nilai jual objek pajak minimum sebesar Rp. 1.516.000 terdapat pada Kelurahan Jelambar
53
Baru. Sedangkan Nilai Jual Objek Pajak Bumi maksimal Rp. 14.095.000 terdapat pada Kelurahan Wijaya Kusuma. 2. Nilai Jual Objek Pajak Bangunan memiliki nilai minimum sebesar Rp. 823.000 dan maksimum sebesar Rp. 8.875.000 dengan rata-rata (mean) sebesar Rp. 1.911.714,286dengan sampel penelitian 168 . Dilihat dari nilai jual objek pajak minimum sebesar Rp. 823.000 terdapat pada Kelurahan Tomang. Sedangkan Nilai Jual Objek Pajak Bangunan maksimal Rp. 8.875.000 terdapat pada Kelurahan Jelambar Baru. 3. Penerimaan PBB memiliki nilai minimum sebesar Rp. 56.789.000.0dan maksimum
sebesar
Rp.
5.340.012.002
dengan
rata-rata(mean)
Rp.
725.643.833,101. Dengan sample penelitian 168.Dilihat dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan minimum sebesar Rp. 56.789.000.0 terdapat pada Kelurahan Grogol. Sedangkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan maksimal Rp. 5.340.012.002 terdapat pada Kelurahan Tomang. C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Suatu modal regresi yang baik adalah dimana datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Distribusi normal dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan analisis grafik histogram dan normal probability plot dan analisis statistik non-parametrik
54
Kolmogrov-Smirnov (K-S). Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Hasil pengujian normalitas tampak dalam tabel masing-masing tampilan grafik histogram dan normal probability plot yang ditunjukkan dalam Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Gambar 4.3 Grafik Histogram
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014
55
Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014 Tabel 4.2 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
168 a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
.0000000 1.18184689
Absolute
.076
Positive
.076
Negative
-.065
Kolmogorov-Smirnov Z
.989
Asymp. Sig. (2-tailed)
.282
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014
56
Pada hasil uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.989 dan tidak signifikan pada 0,05 (karena p = 0,.282> 0,05), maka dapat dinyatakan bahwa residual berdistribusi normal. 2. Uji Multikonearitas Uji Multikonearitas digunakan untuk menguji apakah didalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dengan membandingkan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Multikolineritas terjadi jika nilai Tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
B
T
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Toleranc
VIF
e (Constant) 1
NJOP_BUMI NJOP_BANGUN
17.631
3.452
.320
.153
-.197
.167
AN a. Dependent Variable: PENERIMAAN_PBB
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014
5.107
.000
.160
2.091
.038
.995
1.005
-.090
-1.179
.240
.995
1.005
57
Hasil perhitungan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Nilai Jual Objek Pajak Bangunan pada tabel 4.3 menunjukkan nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model regresi penelitian ini adalah terbebas dari multikolinearitas atau dapat dipercaya dan objektif. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas atau homoskedasitas. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas, yaitu melalui grafik Plot. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedasitas grafik Plot:
58
Gambar 4.5 Grafik Plot Uji Heteroskedasitas
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan masukan variabel independen Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Nilai Jual Objek Pajak Bangunan.
59
Tabel 4.4 Hasil Uji Park
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
1
Std. Error
(Constant)
3.247
5.956
LNNJOPBumi
-.275
.264
.021
.288
LNNJOPBangunan
Beta .545
.586
-.081
-1.043
.298
.006
.074
.941
a. Dependent Variable: LNPenerimaanPBB
Hasil uji heteroskedastisitas diatas menunjukan bahwa tingkat nilai signifikan dari Nilai Jual Objek pajak Bumi dan Nilai Jual Objek Pajak Bangunan berada diatas 0,050 atau diatas dari 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut terbebas dari gejala heteroskastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Regresi yang bebas dari autokorelasi dengan menggunakan tabel Durbin-Watson.
60
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
1
R Square
R
.190
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.036
.024
1.18899
Durbin-Watson
.951
a. Predictors: (Constant), NJOP_BANGUNAN, NJOP_BUMI b. Dependent Variable: PENERIMAAN_PBB
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014 Dari Hasil pengolahan data table 4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda terbebas dari gejala autokorelasi, karena angka yang dihasilkan dalam kolom Durbin-Watson menunjukkan angka 0.951 yang terletak diantara -2 sampai +2 D. Uji Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan indeks pengungkapan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
sebagai variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel independen. Berikut ini adalah tampilan hasil koefisien determinasi (R2) :
61
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary Model
1
R Square
R
.190
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.036
.024
Durbin-Watson
1.18899
.951
a. Predictors: (Constant), NJOP_BANGUNAN, NJOP_BUMI b. Dependent Variable: PENERIMAAN_PBB
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat besaran adjusted R2 sebesar 0.024 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 2,4%. Hal ini berarti 2,4% keragaman penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ditentukan oleh Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Nilai Jual Objek Pajak Bangunan. Sedangkan sisanya 97.6% ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini contohnya jumlah penduduk dan jumlah bangunan. 2. Uji Signifikan Simultan (Uji F) Berdasarkan hasil Uji Anova atau Uji F pada tabel 4.7 terlihat bahwa niai sebesar 3.075 dengan nilai signifikasi 0.049. Dengan menggunakan tingkat α (alfa) 0.05 atau 5%, maka H0 berhasil ditolak dengan H1 gagal ditolak. Penolakan H0 dibuktikan dengan hasil perhitungan bahwa nilai sig (0.049) < dari α (alfa) = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Nilai Jual Objek Pajak Bangunan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
62
Tabel 4.7 Hasil Uji F a
ANOVA Sum of Squares
Model Regression 1
Mean Square
Df
F
8.694
2
4.347
Residual
233.259
165
1.414
Total
241.954
167
Sig.
3.075
.049
b
a. Dependent Variable: PENERIMAAN_PBB b. Predictors: (Constant), NJOP_BANGUNAN, NJOP_BUMI
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014 3. Uji Regresi Parsial (Uji Statistik T) Untuk menguji keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka digunakan Uji T Statistik. Uji Statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel indpenden secara individual dalam penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Berikut ini adalah tampilan hasil Uji Statistik T : Tabel 4.8 Hasil Uji T a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) 1
NJOP_BUMI NJOP_BANGUN
Std. Error
17.631
3.452
.320
.153
-.197
.167
AN a. Dependent Variable: PENERIMAAN_PBB
t
Sig.
Beta 5.107
.000
.160
2.091
.038
-.090
-1.179
.240
63
Sumber data sekunder yang telah diolah di 2014 Berdasarkan hasil uji statistik diatas, maka pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
Pengaruh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi terhadap Penerimaan PBB.Hasil pengujian terhadap variabel Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumimemiliki rata rata t sebesar 2.091dan tingkat signifikan sebesar.038. Hal ini menunjukkan bahwa Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan berarti hipotesis pertama (H1) diterima.
Pengaruh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan terhadap penerimaan PBB.Hasil pengujian terhadap variabel Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan memiliki rata-rata t sebesar -1.179dan tingkat signifikan sebesar 0.240. Hal ini menunjukkan bahwa Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunanberpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan berarti hipotesis kedua (H2) ditolak.
E. Analisis Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Dengan demikian, persamaan regresi berganda
64
adalah Y = a+b1X1+b2X2 +e. Maka persamaan regresi dapat disusun sebagai berikut: Y = 17.631 + 0.320NJOP Bumi – 0.197NJOP Bangunan + e Persamaan regresi diatas dapat diartikan sebagai berikut :
Konstanta (a) sebesar 17.631 yang artinya jika Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi (X1), Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan(X2), mempunyai nilai 0, maka indeks penerimaan PBBadalah 17.631.
Koefisien regresi variabel Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi (X1) sebesar 0.320 rupiah yang artinya jika Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi mengalami kenaikan 1 rupiah maka penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (Y) akan mengalami kenaikan 0.320 rupiah . Koefisien bernilai positif antara Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dengan indeks penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang menyatakan bahwa semakin bertambah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi maka semakin meningkat indeks penerimaan PBB.
Koefisien regresi variabel Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan (X2) sebesar – 0.197 rupiah yang artinya jika Nilai Jual Objek Pajak Bangunan naik 1 rupiah maka Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) akan mengalami penurunan – 0.197 rupiah. Koefisien bernilai
65
negatif antara Nilai Jual Objek Pajak Bangunan dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
66
F. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Nilai Jual Objek Pajak Bumi terhadap penerimaan Penerimaan Bumi dan Bangunan. Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Hal ini disebabkan karena nilai bumi yang tidak pernah mengalami penyusutan dan juga nilai bumi yang semakin lama semakin meningkat. Meningkatnya nilai bumi dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk di daerah tersebut yang selalu bertambah, selain itu perubahan suatu daerah seperti meningkatnya sarana dan prasarana umum menjadi lebih baik dan mudah didapat juga mempengaruhi meningkatnya nilai bumi, keadaan ekonomi politik juga mempengaruhi nilai tanah tersebut, jika pertumbuhan ekonomi dan politik positif akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam negeri dan luar negeriuntuk berinvestasi, sehingga membawa dampak positif kepada pembangunan secara otomatis mengakibatkan permintaan akan tanah yang membawa pengaruh terhadap nilai tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan teori penilaian, yaitu tanah tidak mengalami penyusutan tetapi nilainya tetap sama atau bahkan cenderung naik dengan cepat untuk daerahdaerah tertentu yang strategis atau memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.
67
2. Pengaruh Nilai Jual Objek Pajak Bangunan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Hal ini disebabkan nilai bangunan yang tidak stabil atau berubahubah sesuai dengan kondisi bangunan tersebut, dapat juga dikatakan bangunan mengalami penyusutan. Ketidak stabilan nilai bangunan terjadi karena bangunan tersebut sudah tidak layak digunakan atau mengalami kerusakan, selain itu juga keadaan lingkungan sekitar yang mungkin sarana dan prasarananya kurang memadai, mungkin saja karena daerah bangunan tersebut berada sering mengalami kebanjiran sehingga dapat merusak dan menurunkan nilai bangunan tersebut. Bangunan termasuk dalam aktiva tetap yang disusutkan sesuai dengan kelompoknya, kelompok bangunan yang pertama yaitu bangunan permanen, bangunan permanen yaitu bangunan yang ditinjau dari segi konstruksinya dan umur bangunan dapat bertahan lebih lama, yang masa manfaatnya 20 (dua puluh) tahun. Sedangkan bangunan tidak permanen yaitu bangunan yang bersifat sementara dan bangunan yang terbuat dari bahan yang tidak tahan lama, yang masa manfaatnya 10 (sepuluh) tahun, sesuai dengan pasal 11 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Hal ini sesuai dengan Karakteristik bangunan yang cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Adanya kerusakan pada fisik bangunan yang sering ditemukan dapat menurunkan nilai bangunan tersebut.