BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Borneo Mandiri Investment adalah perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang pabrikan dan pengembangan Electric Submersible Pump System (ESPS) dan Horizontal Pumping System (HPS). Peralatan tersebut banyak dipergunakan dalam industri pertambangan minyak dan gas bumi baik di Indonesia ataupun di mancanegara. PT. Borneo Mandiri Investment, di dirikan pada tahun 2005 sebagai perusahaan produsen dan penyedia layanan yang berbasis di Jakarta dan pemasok keberbagai pihak ke tiga. Untuk sektor energy, kelautan dan bangunan dan dimana pada awalnya perusahaan kami menitikberatkan hanya pada penyediaan suku cadang, bahan baku dan aksesoris Electric Submersible Pump System (ESPS) serta memberikan pelayanan, jasa perbaikan, perawatan dan field service bagi pelanggan. Saat ini PT. BMI telah menjadi satu pabrikan Electric Submersible Pump System (ESPS) yang memiliki fasilitas penelitian dan pengembangan, didukung dengan peralatan yang lengkap serta kami memiliki Tenaga Ahli Nasional yang berpengalaman di bidang Electric Submersible Pump System (ESPS) dan Horizontal Pumping System (HPS) untuk memproduksi suku cadang di dalam negeri, untuk memenuhi ketentuan pemerintah Indonesia. 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Kami sangat menyadari pentingnya mutu dan pelayanan produk/jasa kepada pelanggan dan pihak-pihak yang menggunakan ESPS dan HPS dengan standar aturan yang berlaku secara Nasional maupun Internasional, maka kami menerapkan System Management Mutu dengan standar ISO Edisi 9001:2008. PT. Borneo Mandiri Investment memiliki dua fasilitas workshop dan pabrik yang lengkap yang terletak di Jakarta
4.1.2 Lokasi Perusahan Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian di PT. Borneo Mandiri Investement yang berlokasi di Jakarta Barat yang terletak di Rukan Puri Mansion, Blok C No. 7, Jl. Lingkar Luar Barat, Kembangan Selatan dan penelitian ini berlangsung selama tiga bulan 4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan Visi : “ Membangun industri Oilwell Electric Submersible Pumping System (ESPS), Horizontal Pumping System (HPS) berikut suku cadang dengan menggunakan sumber daya dan teknologi dalam negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan perusahaan perminyakan Indonesia dalam menggunakan Electric Submersible Pump System (ESPS) pada produk import”
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Misi : “Menjadi perusahaan pelopor di Indonesia yang mampu memproduksi ESPS dan HPS berikut suku cadang serta aksesoris yang berkualitas tinggi dan mampu bersaing dengan produk luar negeri, menjadi Perusahaan yang menerapkan standar operasi yang berskala internasional dan
Mensukseskan program pemerintah untuk menghemat
devisa negara serta menciptakan lapangan kerja dalam negeri dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia serta teknologi.
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan Setiap personel yang berada dalam struktur organisasi mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain dalam hal : a. Standar mutu ISO 19001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 serta kinerja pada departemen masing-masing, b. Inisiatif untuk melakukan tindakan perbaikan standar mutu ISO 19001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005, c. Melakukan identifikasi dan mencatat masalah mutu yang terjadi, sehingga tidak terjadi lagi di kemudian hari, d. Mengusulkan dan mencari jalan keluar yang terbaik untuk tindakan perbaikan, e. Malakukan pengawasan dan peberapan tindakan perbaikan sehingga masalah perbaikan mutu dapat terlaksana dengan baik dan tepat guna Strukur organisasi merepakan bagian yang menggambarkan hubungan segala aktivitas orang-orang menurut masing-masing fungsi dan tanggung jawabnya dalam sebuah organisasi. Melalui struktur organisasi akan memudahkan dalam ketertiban 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
kerja dan sistem manajemen serta pengawasan sehingga kedisiplinan dalam perusahaan dapat terjamin. PT. Borneo Mandiri Investment termasuk dalam salah satu perusahaan berskala besar sehingga bentuk organisasi yang digunkan adalah organisasi garis dan staff, melihat skala perusahaan yang besar dan daerah usahanya luas serta struktur organisasi yang kompleks. Adapun struktur organisasi PT. Borneo Mandiri Investment Pimpinan tertinggi adalah seorang General Mananger (GM) Indonesia, Executive Manager (EM), Safety Officer (SO). Pimpinan PT. Borneo Mandiri Investment harus memastikan bahwa tugas wewenang dan tanggung jawab yang berhubungan dengan kualitas mutu serta kepuasan konsumen yang telah ditetapkan di komunikasikan dengan baik dalam organisasi perusahaan dan pada pihak lain yang berkepentingan. Job description dan porsedur kerja sepesifik dibuat sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing dari jabatab pekerjaan disusun sesuai garis besar. Semua wewenang dan tanggung jawab General Manager Indonesia yang berkaitan dengan mutu didelegasikan ke masing-masing General Manager Unit termasuk pengorganisasian dan dokumentasinya. Tugas wewenang dan tanggung jawab yang berkaitan dengan mutu masing-masing personel dapat dijelaskan sebagai berikut : Vice President Vice president mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin penerapan secara berkesinambungan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan Sistem Keamanan Pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP) di Unit PT. Borneo Mandiri Investment Jakarta. 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Vice President menjamin bahwa karyawan dan organisasi dapat menerima mengerti kebijakan mutu yang telah ditetapkan serta dapat menerapkannya dalam pekerjaan sehari- hari menurut tingkat tanggung jawab dan wewenag yang ada. Secara sepesifik yang etrmasuk dalam tanggung jawab mutu ISO 9001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP) adalah : 1. Bertanggung
jawab
terhadap
Quality
Policy
Manual
Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP), 2. Melaksanakan Management Review Meeting, 3. Menjamin effektifitas hubungan/ komunikasi dalam organisasi yang mempunyai dampak terhadap mutu dan keamanan pangan, 4. Menjamin tersedianya Sumber Daya Manusia yang memadai, 5. Menjamin tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. a. Management Representatif (MR) MR mempunyai tanggung dan jawab dan wewenang sebagai wakil dari management yang meliputi : 1. Memastikan proses yang diperlukan untuk Sistem Management Mutu dan Sistem keamanan pangan HACCP ditetapkan, diimplementasikan dan dipelihara sesuai dengan standar Internasional ISO 9001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP). 2. Menyusun dan menetapkan prosedur umum unjtuk semua unit,
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3. Melaporkan kepada pimpinan puncak tentang kinerja sistem manajemen mutu serta kebutuhan unjtuk peninjauan ulan, sebagai dasar perbaikan, 4. Memastikan promosi kesadaran tentang persyaratan pelanggan di seluruh organisasi, 5. Sebagai penghubung dengan pihak luar perusahaan dalam hal yang berkaitan deng sistem manajemen ISO 9001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP). b. Hygiene and Quality Assurance Management (HQA) Hygiene and Quality Assurance Management bertanggung jawab kepaada General Maneger Unit dan berwenang : 1. Melakukan koordinasi serta memelihara sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP)agar dapat terlaksana dengan baik, 2. Membuat laporan secara berkala kepada Generla Manager Unit dan Manajemen Representatif berkaitan dengan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP). c. Departement Head Department Head bertanggung jawab dan berwenang untul memastikan dan menjamin agar semua sistem Manjemen Mutu sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP)
dilaksanakan
dan
dipelihara
departemennya masing-masing. 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
dengan
baik
pada
d. General Manager General Manager bertanggung jawab dan berwenang unjtuk semua kegiatan operaasional di unitnya, meliputi ; 1. Menjamin Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan keamanan pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP) dilaksanakan dan dipelihara dengan baik, 2. Bertanggung jawab terhadap prosedur terpisah yang ada di unitnya, Berperan dan merupakan bagian dari kegiatan rapat tinjauan Manajemen (Management Riview Meeting). 4.1.5 Ketenagakerjaan Tenaga kerja PT. Borneo Mandiri Investment Jakarta yang ada dapat diklasifkasikan menjadi beberapa golongan yaitu: a. Karyawan Tetap, b. Karyawan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) Jumlah karyawan tetap PT. Borneo Mandiri Investment 150 orang yang sebagian besar terdiri dari karyawan tetap dan karyawan kontrak atau karyawan perjanjian kerja waktu tertentu dapat dlihat pada Tabel 5. Status karyawan yang bekerja di PT. Borneo Mandiri Investment dibagi menjadi 2 ketegori, yaitu pegawai tetap dan pegawai kontrak. Karyawan kontrak biasanya adalah karyawan yang dipekerjakan pada dengan janka waktu tertentu. Karyawan tetap adalah karyawan yang dibayar per bulan dan mendapat semua tunjangan kesejahteraan karyawan.
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Tabel 1. Tingkat Pendidikan Pegawai PT.BMI
Tingkat Pendidikan
Jumlah
SMK
5
STM
66
SMA
53
D1
4
D3
5
S1
17
Jumlah
150
Sumber : PT. Borneo Mandiri Investment 2010 Sistem rekrutmen pegawai baru di PT. Borneo Mandiri Investment masih menganut sistem senioritas dan junior office. Junior office merupakan sistem rekrutmen yang melalui prosedur psikotest dan wawancara. Posisi yang ditawarkan pun harus sesuai dengan keahlian pelamar. Tabel.2 Jumlah Karyawan berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Pria
131
Wanita
19
Jumlah
150
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Perusahaan juga mengadakan pelatihan – pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang telah terjadwal secara tahunan dan berkelanjutan. Training dilakanakan di dalam dan di luar perusahaan. Pelatihan – pelatihan yang diadakan seperti training karyawan, pelatihan hygiene dan sanitasi (HCCP), pelatihan ISO, kursus bahasa inggris dan komputer. Jabatan Supervisor keatas diadakan pelatihan manajemen dan Excellent Service Training.
4.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja Upaya pencegahan terhadap kecelakaan kerja dalam perusahaan tidak semudah seperti dalam teori yang ada, dalam prakteknya suatu manajemen perlu berbagai cara pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. PT. Borneo Mandiri Investment memiliki beberapa pendekatan yang telah dicantumkan dalam manual handbook yaitu dengan memelihara peralatan yang menunjang dalam pelaksanaan operasional perusahaan. Beberapa pendekatan tersebut diantaranya adalah ditinjau dari aspek peralatan, administrasi dan manusia. 4.2.1 Aspek Peralatan Dari
aspek peralatan,
pencegahan
kecelakaan harus
terlebih dahulu
dipersiapkan dengan menyusun rencana perawtan dan pemeliharaan secara kontinyu. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap mata. Dalam setiap kejadian, empat faktor yang bergerak dalam atu kesatuan berantai, yakni faktor lingkungan, faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan, dan faktor manusia. Bahaya dan tempat akan turut bereaksi jika terjadi interaksi yang tidak selamat antara manusia dan peralatan. Faktor manusia dan peralatan telah memiliki bahasan 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
tersendiri dan dari aspek pencegahan kecelakaan kerja, disamping manusia harus bertidak selamat, semua peralatan harus dicegah dari kecelakaan. Perawatan seluruh alat-alat yang digunakan di PT. BMI ditangani oleh departemen engineering mulai dari peralatan di kantor sampai di area produksi. Dalam pelaksanaannya melakukan inspeksi, departemen dibantu oleh departemen safety officer (SO) apabila terdapat kerusakan alat yang dapat menimblkan bahaya departemen SO memberikan form/lembar checklist peralatan yang mengalami kerusakan, setelah itu SO memberikan laporan pada GM dan terus melakukan pemantauan terhadap alat yang mengalami kerusakan sampai telah mengalami perbaikan (Lampiran 3). Pemeliharaan intensif dilakukan pada peralatan yang terletak pada high risk area. Alat-alat yang terletak di area tersebut biasanya berupa alat pemadam kebakaran , mesin diesel utama, dan lain-lain. Peningkatan kesadaran terhadap pencegahan kecelakaan salah satunya dilakukan dengan memberikan pengarahan tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib digunakan oleh para karyawan yang sesuai dengan job descriptionnya dan memeberikan sanksi terhadap para pelanggarnya. Pendekatan-pendekatan lain yang dapat dilakukan misalnya pada pakaian kerja. Pakaian kerja termasuk sepatu sering kali tidak memadai untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang sering bekerja dengan pakaian yang sudah usang. PT. BMI selalu mengadakan penggantian pada APD khususnya safety shoes setiap 3 bulan sekali.
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4.3.1.1 Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari atau mewaspadai akan faktorfaktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan, beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan
kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan
penempatan yang baik atas peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik dari segi kesiapan untuk digunakan maupun dari segi kemudahan untuk mengaksesnya. Kebakaran dapat dicegah dengan aneka upaya yang ditujukan kepada pengamanan bangunan dan proses produksi di perusahaan. Namun peranan tenaga kerja dalam pencegahan dan penanggulangannya sama pentingnya. Perlindungan dari bahaya kebakaran penting bagi seluruh karyawan, kerugian yang akan dialami adalah kehilangan nyawa dan kerugian finansial. Sistem pencgahan bahaya kebakaran terdiri dari sistem isyarat bahaya kebakaran dan sistem pemadaman. PT. BMI telah memiliki beberapa alat pemadam kebakaran yang terletak dalam satu tindakan pencegahan kebakaran melalui sistem penanggulangan kebakaran yang dapat. Sistem
isyarat
bahaya
kebakaran
merupakan
sistem
yang
mamapu
menggantikan tenaga manusia untuk mengawasi bahaya kebakaran dalam suatu bangunan gedung, gardu listrik, gudang dan lain sebagaiya.
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Komponen-komponen isyarat bahaya kebakaran
panel pengawas
detektor : detektor panas (thermal detector) detektor kepul asap (smoke detector) manual break glass call point
isyarat : bel alarm, horn
instalasi pengendali untuk menghubungi berbagai komponen yang menjadi satu sistem
1. Sistem pemadam kebakaran Menurut standar australian association (SAA) kebakaran terbagi 4 kelas, yaitu A. kelas A, merupakan kebakaran pada benda padat yang mudah terbakar yang menimbulkan arang atau karbon, seperti kayu, kertas, plastik, karton, kain dan sebagainya. B. Kelas B, merupakan kebakaran pada benda cair mudah terbakar atau menyala, seperti: bahan bakar, tiner, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah C. Kelas C, merupakan kebakara yang diakibatkan karena litrik D. Kelas D, merupakan kebakaran pada logam mudah terbakar, seperti bahan sodium, lithium atau radium. Alat pemadam kebakaran merupakan alat pencegah/pemadam pertama bila terjadi kebakaran. Berikut adalah alat-alat yang digunakan di tempat kerja/gudanggudang dalam antisipasi bahaya kebakaran:
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
A. APAR/Fire Extinguishers/racun api Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat ang multi guna karena dapat digunakan untuk penanggulangan jenis kebakaran A,B dan C. Perlatan ini mempunyai berbagai ukuran berat, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar kecilnya risiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut. PT. BMI memiliki jumlah APAR sebanyak 34 unit dengan kapasitas yang berbeda-beda yang diletakkan sesuai dengan tingkat kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran. Peletakan APAR diletakkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau saat keadaan darurat. APAR biasanya diletakkan di tempat yang mudah diambil, seperti di dekat pintu atau tangga darurat, berada di lokasi yang dilindungi seperti dapur, garasi,HLT (High Lift Truck), selain mudah dijangkau APAR juga diletakkan di tempat yang mudah dilihat serta diberi warna yang menyolok sesuai dengan Depnakertrans No.4/Men/1980, tempat peletakan APAR diusahakan tidak diletakkan pada kondisi sekitar yang tidak merusak yaitu suhu yang berkisar anatara 4-49 derajat celcius (menurut pemilihan dan penempatan APAR, Petrokimia Gresik, 1998), peletakan APAR di lokasi yang luas telah diletakkan merata serta APAR dipasang pada dinding. B. Hydran Terdapat tiga jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman,dan hydran kota. Hydran setiap 3 bulan sekali dilakukan inspeksi oleh DEPNAKER guna memastikan apakah hydran yang digunakan dalam kondisi baik atau tidak. Peletakan hydran paling banyak ditemui di lantai produksi karena lantai produksi dinilai berpotansi lebih besar terhadap potensi kebakaran. Hydran berbeda dengan APAR, 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
bedanya terletak pada peredam apinya. Pada APAR alat pemadam api biasanya terbuat dari bahan-bahan kimia kering, foam/busa dan CO2, sedangkan untuk hydran pemadam api yang digunakan adalah air. Dari jenis pemakaiannya kapasitas apar pun lebih besar dibandingkan APAR. C. Detektor Terdapat beberapa jenis detektor yaitu detektor manual, detektor panas, detektor asap, detektor ion dan detektor nyala api. Detektor-detektor api terlihat disetiap sudut ruangan baik di area kantor dan sudut area produksi. Departemen safety officer biasanya melakukan inspeksi setiap hari guna memastikan komponen tersebut dalam kondisi baik atau tidak. PT. BMI menggunakan detektor asap manual yang sistem kerjanya menggunakan tenaga manusia. Alat tersebut berups kotak tertutup berisi skalar atau tuas handel untuk membunyikan alarm atau sering disebut pull station. Setiap orang yang melihat kebakaran di suatu ruang diharapkan untuk memecah kotak dan menarik handel tersebut. Yang kedua PT. BMI menggunakan detektor kepul asap, peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah. Sistem kerja alat ini akan berbunyi, detektor ini memang dignakan untuk di dalam gedung. D. Alarm kebakaran Peralatan ini digunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat. Penempatan alarm kebakaran terletak hampir di setiap sudut ruangan di PT. BMI
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
E. Sprinkler Alat yang digunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suhu tertentu yaitu sebesar 57˚C, 68˚C dan 93˚C pada daerah mana ada sprinkler. PT. BMI menempatkan alat pemadam kebakaran jenis ini. Sprinkler diletakan tepat di atas kompor pemasak, dengan tujuan ketika sprinkler mendeteksi panas yang terlalu berlebih, maka panas tersebut langsug diserap dan sprinkler menyemburkan air guna mencegah kebakaran meluas. Selain itu dalam manual Handbook tentang keselamatan kerja PT. BMI memiliki sarana evakuasi jalan keluar, tim penanggulangan kebakaran internal, menyelenggarakan pelatihan/simulasi kebakaran secara berkala, PT. Borneo Mandiri Investment secara kontnyu dan konsisten terhadap pendidikan dan pelatihan dalam upaya pencegahan ataupun simulasi terhadap bahaya kebakaran, hal ini dibuktikan dengan diadaknnya pelatihan simulasi kebakaran oleh seluruh karyawan PT. BMI setiap 6 bulan skali. Selain dengan adanya pelatihan/simulasi manajer SO bekerja sama dengan seluruh manajemen perusahaan selalu mengadakan inspeksi terhadap segala peralatan pemadam kebakaran. Inspeksi dilakukan tiap 3 bulan sekali untuk memastikan bahwa perlengkapan pemadam kebakaran masih layak untuk digunakan atau tidak, penggunaan alat pemadam yang hampir kadaluarsa biasanya saat akan dilaksanakannya simulasi atau pelatihan kebakaran.
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4.3.1.2 Sistem Tanda Kebakaran Dalam Perusahaan Terdapat dua jenis sistem tanda kebakaran dalam perusahaan: 1. Sistem tidak otomatis yang memungkinkan seseorang menyatakan tandatanda bahaya dengan segera secara memijit atau menekan tombol dengan tangan 2. Sistem otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara sendiri tanpa dikendalikan oleh manusia. Kedua sistem tersebut digunakan pada penerapan penanggulangan kebakaran di PT. BMI. kedua sistem tersebut sangat berguna sebagai bagian-bagian dari cara pencegahan terhadap kebakaran dalam perusahaan.sistem tidak otomatis biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Sistem ini sangat berguna memberikan tanda-tanda adanya dan tempat terjadinya bahaya kebakaran. Sedangkan sistem otomatis banyak digunakan untuk tempat-tempat kerja yang berisi alat, bahan, dan lain-lain yang mudah rusak oleh asap atau air. Sistim ini telah diterapkan oleh PT. BMI. Tanda bahaya perlu diberikan sebelum alat percikan air bekerja atau dipasang di daerah-daerah yang tidak dilakukan secara lengkap pengamatan kebakaran. Tujun dari pemasangan alat-alat pengaman kebakaran ini adalah untuk mempercepat bekerjanya sisitim pemadam kebakaran, mengehntikan kipas dan uang penyekat api. 4.3.1.3 Jalan Untuk Menyelamatkan Diri Secara ideal, setiap bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya dua jalan penyelamat diri pada dua arah yang berlawanan terhadap setiap kebakaran yang terjadi. PT. BMI telah menyediakan jalan darurat berupa tangga yang akan membawa karyawan ke tempat berkumpul ketika terjadi kebakaran di bagian belakang gedung 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
dan bagian samping gedung perusahaan. SO (safety officer) melakukan perawatan terhadap jalan evakuasi dengan memberi rambu-rambu arah evakuasi berupa tanda kuning dan hitam dan berupa panah berwarna hijau.
4.3.2 Pendekatan terhadap Manusia Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh manusia dengan tindakan yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan dilakukan berbagai upaya pembinaan unsur manusia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga kesadaran akan keselamatan kerja meningkat (Soehatman, 2009). PT. BMI melakukan pengetahuan dan keterampilan keselamatan kerja dengan beberapa cara antara lain: 4.3.3.1 Pembinaan dan Pelatihan Organisasi harus mengembangkan standar pelatihan bagi seluruh individu di lingkungannya. Pemahaman terhadap K3 yang tidak dapat datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk melalui pelatihan dan pembinaan (Soehatman, 2009). Sebagai contoh, untuk mengemudi HLT (High Lift Truck) tidak bisa sekedar otodidak namun untuk lebih efektif PT. BMI melakukan pendidikan melalui pendidikan mengemudi (Safe Driving). Program keselamatan kerja akan lebih efektif apabila selalu mempertahankan suatu tingkat keselamatan yang tinggi dari seluruh individu. PT. Borneo Mandiri Investment menyadari bahwa pelaksanaan keselamatan yang sering dan singkat diantara kelompok pekerja yang kecil dan erat merupakan cara terbaik untuk
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
membangun dan mempertahankan kesadaran akan keselamatan kerja dalam perusahaan. Kebutuhan mendasar untuk menciptakan kondisi karyawan yang dapat bekerja dengan baik, benar dan benar dan aman untuk dirinya maupun orang lain adalah dengan melakukan pelatihan safety orientasi (HSE). Tujuan dari pelatihan HSE PT.BMI adalah untuk meningkatkan kesadaran karyawan tentang budaya K3 sesuai dengan standar dan prosedur serta menumbuhkan sikap positif karyawan yang akan mendorong karyawan untuk bekerja dengan selamat. Ada beberapa pelatihan HSE yang harus diikuti oleh seluruh karyawan PT.BMI adalah : a. Dasar-dasar Pencegahan dan Penaggulangan Kebakaran, dokumentasi dapat dilihat pada lampiran b. Dasar-dasar Pencegahan Kecelakaan c. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan d. Personal Protective Equipment e. Orientasi lapang f. Personal and Food Hygiene Beberapa pelatiahan HSE lainnya yang perlu diikuti oleh karyawan adalah:
Handling dan lifting
Health, hygiene and sanitation
Water survival
Safety Training Observation Program
Road Safety/safety driving
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
PT. Borneo Mandiri Investment rutin mengadakan pelatihan dan simulasi terhadap bahaya kebakaran dan sosialisasi mengenai keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup terhadap seluruh karyawan. Simulasi dilakukan setiap 6 bulan sekali sedangkan pelatihan terhadap kebakaran dilakukan setiap 1 tahun sekali. Sosialisasi atau yang sering disebut refreshing training biasanya dilakukan ketika telah terjadi kecelakaan kerja dan jika tidak terjadi keclakaan sosialisasi tersebut dilakukan setiap 6 bulan. Sosialisasi tersebut menunjukkan hasil yang baik, dibuktikan dengan tercapainya zero accident pada tahun 2009 dan karyawan jauh lebih peduli terhadap keselamatan pribadi.
4.3.3.2 Inspeksi Keselamatan Kerja Tujuan dari inspeksi dan audit adalah untuk memastikan bahwa kondisi tempat kerja dan karyawan yang bekerja benar-benar aman dan sesuai dengan persyaratan K3 yang telah ditetapkan. Inspeksi yang dilakukan oleh departemen SO PT. BMI ada dua jenis, yaitu inspeksi pada peralatan operasional dan inspeksi terhadap pekerja dalam penggunaan APD. Inspeksi menurtut Soehatman (2009) merupakan persyaratan dalam sistem manajemen K3. Inspeksi tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi pelaksanaan K3 dalam organisasi, berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. Inspeksi peralatan operasional pada PT. BMI biasanya dilakukan setiap minggu, meliputi inspeksi terhadap peralatan pencegahan kebakaran (Apar, hydran, alarm kebakaran serta perlengkapan lainnya), gardu-gardu listrik, pembuangan limbah sisa memasak, chiler serta masih banyak lainnya. Inspeksi dilakukan oleh 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
kepala SO, jika terjadi kerusakan SO memberikan form isian hasil inspeksi (Lampiran 3) pada departemen engineering dan general manager melalui email untuk ditindaklanjuti. Jika dalam jangka waktu yang telah ditentukan peralatan tersebut belum dilakukan perbaikan SO melaporkan kembali pada departemen yang bertanggung jawab yaitu engineering serta melaporkan pada GM dan disampaikan pada rapat managemen setiap hari rabu serta safety meeting. Inspeksi juga dilakukan pada karyawan. Pemantauan dilakukan lebih spesifik terhadap penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), misalnya sepatu karyawan yang terlihat tidak menggunakan safety shoes di area produksi mendapatkan peringatan berupa teguran secara lisan, jika ditemukan beberapa kali dan banyak karyawan yang tidak menggunakan safety shoes, SO mengeluarkan surat peringatan yang diberikan melalui departemen HQA (Higien Quality Assurance) pada departemen yang bersangkutan yang menyatakan bahwa pada area tersebut pekerja melanggar peraturan terhadap penggunaan APD, sehingga nantinya dilakukan perbaikan.
4.3.3.3 Pertemuan Keselamatan Kerja Program keselamatan kerja akan efektif apabila selalu mempertahankan suatu tingkat kesadaran keselamatan yang tinggi dari seluruh individu. PT.BMI menyadari bahwa pelaksanaan keselamatan yang sering dan singkat diantara kelompok pekerja yang kecil dan erat merupakan cara terbaik untuk membangun dan mempertahankan kesadaran keselamatan kerja. Tujuan utama dari rapat keselamatan kerja adalah : 1. Untuk mencari cara-cara guna meniadakan kebiasaan-kebiasaan tidak aman 2. Untuk menyampaikan informasi keselamatan kepada seluruh karyawan 49
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3. Untuk memperleh partisipasi dan komitmen terhadap program keselamatan 4. Untuk mendorong komunikasi dan diskusi tentang masalah-masalah HSE 5. Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pekerjaan setiap hari. PT. BMI telah melakukan program evaluasi secara berkala dengan beberapa cara sebagai berikut : 1. Safety Meeting bulanan Rapat keselamatan diselenggarakan di tiap-tiap lokasi/fasilitas yang dipimpin oleh pengawas/supervisor setempat dan notulen rapat dan akan dicatat pada lembar laporan safety meeting. Pengawas bertanggung jawab bahwa para karyawan yang dipimpinnya telah mengikuti safety meeting minimum satu bulan sekali. Pelaporan hasil safety meeting akan di record dan tembusannya sdikirimkan ke kantor pusat Jakarta. 2. Safety Briefing Sebelum memulai suatu pekerjaan dimulai (misalnya saat membongkar dan muat barang), maka suatu pertemuan membahas penanganan keselamatan kerja yang perlu dilakukan. Dalam safety briefing diharapkan agar pembicaraan berfokus pada bahaya-bahaya yang berkaitan dengan pekerjaan yang sedang berlangsung dan harus ulang prosedur-prosedur, resiko dan keselamatan dimana kegiatan operasi berlangsung.
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4.3.3.4 Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pelaksanaan audit terbagi dua jenis yaitu audit internal dan audit eksternal. Pelaksanaan audit eksternal dilakukan oleh DEPNAKER setiap satu tahun sekali, kecuali untuk audit hydran dilakukan oleh DEPNAKER bersama dengan departemen safety officer PT.BMI setiap tiga bulan sekali. Dalam pelakasanaan audit yang dilaksanakan auditor menyiapkan pertanyaan pada unit kerja yang akan diinspeksi dan melakukan checklist keseluruhan area kerja dan perilaku karyawan yang bekerja. Jika dalam inspeksi menemukan sesuatu yang tidak aman maka inspektor atau auditor akan memberikan rekomendasi atau catatan dalam formulir inspeksi guna dilakukan perbaikan, setelah melakukan inspeksi biasanya auditor (safaety officer) melakukan pertemuan untuk menginformasikan hasil dari inspksi dan audit pada unit kerja tersebut. Setelah selesai dilakukan perbaikan auditor akan memberikan tanda pada formulir inspeksi bahwa telah dilakukan perbaikan. Dalam
pelaksanaan
audit
internal,
PT.BMI
Jakarta
memiliki
penanggungjawab/pengawas untuk melakukan penyelidikan suatu kecelakaan yang berada di bawah wilayah tanggung jawabnya. Karyawan yang mengalami kecelakaan tersebut memiliki tanggung jawab membantu supervisor menentukan penyebab kecelakaan secara pasti. Hasil investigasi dapat membantu prusahaan mencegah terulangnya kecelakaan yang sama. Tim investigasi biasanya terdiri dari SO, HQA dan HRD. Tujuan dari dilakukannya audi internal adalah untuk memastika sistem manajemen K3 berjalan sesuai prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan peusahaan dan standar yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan serta memastikan sistem K3 tersebut telah berjalan sebagaimana 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
mestinya di seluruh jajaran sesuai dengan lingkup pelaksanaannya ( Soehatman, 2009). Kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya hari kerja (Lost Work Days) dan yang memerlukan penanganan medis, manajemen perusahaan memebentuk tim investigasi yang terdiri dari pengawas/supervisor dan safety dapat membantu dalam mencari penyebab terjadinya kecelakaan tersebut sehingga dapat menjadi evaluasi bagi manajemen perusahaan. Laporan hasil kecelakaan diserahkan langsung pada general manager dan didistribusikan pada seluruh unit agar diketahui penyebab kejadian secara benar dan langkah pencegahannya. Seluruh kecelakaan sekecil apapun selalu dilaporkan kepada pengawas di unit yang bersangkutan dalam waktu 24 jam yang selanjutnya ditindak lanjuti dan disampaikan ke kantor pusat di Jakarta.
4.3.3.5 Dokumentasi Dokumentasi sangat penting dalam sistem manajemen seperti ISO 9000 dan ISO 14.000. sistem dokumntasi yang baik memeberikan manfaat dalam memudahkan dalam mencari dokumen jika perusahaan membutuhkan, memberikan kesan yang baik terhadap seluruh pemangku kebutuhan (Soehatman, 2009). PT. Aero wisata Catering Service telah melakukan tindakan tersebut dalam setiap kegiatan inspeksi dan investigasinya. Hal tersebut sesuai dengan OHSAS 18001 yang mensyaratkan untuk mendokumentasikan seluruh elemen-elemen penting dalam SMK3 (Sistem Manajemen K3). Banyak aspek yang dapat didokumentasikan seperti proses dan prosedur pengembangan manajemen K3.
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Dokumentasi K3 banyak yang bersifat jangka panjang, misalnya data-data tentang insiden atau kcelakaan. Mengingat pentingnya dokumentasi dalam SMK3 maka PT. BMI menyimpan dokumen tersebut dengan baik, karena diperlukan untuk membuat analisa kecelakaan atau menyusun program pencegahan kecelakaan dan pelatihan-pelatihan jika dirasa perlu. Suatu saat dokumen kecelakaan, inspeksi suatu peralatan diperlukan ketika melakukan penyelidikan kecelakaan atau modifikasi peralatan dan sistem sebagai upaya pengembangan terhadap sistem yang telah berlaku dalam perusahaan. Dokumentasi yang disimpan oleh PT. BMI berupa dokumentasi gambar (kejadian kecelakaan maupun hasil inspeksi dan audit) serta dokumentasi tertulis.
4.4 Upaya Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan modal utama suatu industri baik penghasil barang ataupun jasa. Dalam menghadapi paersaingan pasar bebas salah satu faktor utama yang mulai menjadi issu global adalah tentang pemeliharaan terhadap K3 terutama bagi perusahaan yang telah memiliki sertifikasi mutu. PT. Borneo Mandiri Investment telah melakukan beberapa upaya meningkatkan Kesadaran pekerja terhadap budaya K3 melalui beberapa media diantaranya adalah buku pintar keselamatn kerja (manual handbook) dan penggunaan APD yang telah disediakan perusahaan.
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4.4.1 Manual Handbook Suatu tindakan lain dalam keselamatan kerja di perusahaan adalah dikeluarkannya pedoman dan petunjuk tentang keselamatan kerja yang berhubungan dengan seluruh aktivitas perusahaan baik di area produksi ataupun di kantor. Petunjuk tidak dapat menggantikan alat-alat perlindungan, tetapi berguna sebagai penunjang penggunaan alat-alat pengaman tersebut atau sangat berguna manakala alat pengaman tidak dapat digunakan (Suma’mur, 1988). Tujuan dari manual handbook yaitu agar setiap karyawan mengikuti intruksi yang telah ada sehingga dapat menghilangkan/memperkecil bahaya yang serius bahkan berakibat fatal. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja, perusahaan mendukung secara aktif program-program yang meliputi pendidikan dan pelatihan serta mengikuti perundang-undangan dan peraturan tentang keselamatan serta kesehatan kerja. Selain dalam manual handbook perusahaan juga memiliki tanggung jawab penuh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup. Manajemen PT. Borneo Mandiri Investment berkewajiban memberikan kondisi tempat kerja yang aman dan sehat. Menyediakan alat pelindung diri (APD) pada karyawan yang berada di lingkungan kerja perusahaan. Memberikan orientasi dan training keselamatan dan kesehatan kerja kepada karyawan baru maupun lama secara rutin. Perusahaan juga memiliki tanggung jawab secara penuh mengevaluasi dan memantau laporan pelaksanaan keselamata dan kesehatan kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan yang mengkibatkan timbulnya kerugian, baik manusia, lingkungan maupun asset.
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4.4.2 Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan Pasal 14 huruf c UU No..1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengusaha atau pengurus perusahaan wajib menyediakan APD secara CumaCuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki wilayah atau tempat kerja. Apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi maka terjadi pelanggaran Undangundang. Berdasarkan Pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan menggunakan APD yang telah disediakan. Dalam pekerjaan adakalanya pekerja /karyawan menangani bahan-bahan berbahaya dan kemungkinan terpapar oleh peralatan panas, minyak panas, kebisingan kejatuhan benda dan lain-lain. Bila demikian maka dapat dipastikan bahwa karyawan diharuskan mengenakan pakaian pelindung atau menggunakan peralatan keselamatan kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh karyawan PT. BMI dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) ( manual handbook ACS) : a. menggunakan pakaian dan perlengkapan pelindung yang disediakan dan mengikuti petunjuk penggunaannya b. meyakinkan
bahwa
pakaian
dan
perlengkapan
pelindung
tersebut
memberikan perlindungan yang memadai untuk para pekerja/karyawan c. tidak menggunakan perlengkapan yang rusak d. jika terdapat alat yang rusak jangan dikembalikan ke gudang tanpa melaporkan terlebih dahulu e. merawat pakaian dan perlengkapan tersebut dengan baik-baik dan melaporkan kepada atasan ketika terdapat kelainan 55
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
f. setiap karyawan harus mengetahui tempat perlengkapa darurat, seperti selimut
api
atau
fire
blanket
dan
karyawan
telah
dilatih
cara
menggunakannya. Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib dikenakan oleh seluruh karyawan yang berada di daerah yang ditetapkan oleh perusahaan. 1. Alat Pelindung Kepala ( Helmet) Terdapat berbagai jenis alat pelindung untuk kepala antara lain adalah topi pengaman, tutup kepala dan hats/caps.Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet) berfungsi Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik. Tutup Kepala berfungsi melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,panas/dingin sedangkan hats/cap digunakan untuk melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesin berputar Karyawan di PT. BMI diharuskan memakai topi pengaman untuk melindungi kepala dari kejatuhan benda yang dapat mencederai kepala dari tempat ketinggian misal: perancah, platform, atap, di atas tumpukan barang (biasanya di gudang dan tempat tinggi lainnya). Penggunaan topi pengaman yang memenuhi standar K3 sangat efektif sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari cedera di bagian kepala. Intruksi yag diberikan oleh manajemen perusahaan bagi para karyawan: a. mengenakan selalu pelindung kepala di daerah operasi b. mengenakan selalu helm pada saat bongkar muat barang terutama dengan menggunakan peralatan crane maupun forklit
56
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
c. tidak mengecat helm, bahan pelarut dan perekat akan memperlemah topi pelindung d. tidak mengubah struktur topi pelindung yang dibuat oleh pabrik e. tidak menggunakan topi yang terbuat dari alumunium di daerah yang bertegangan listrik Sebagian besar karyawan PT. BMI yang menggunakan alat pelindung kepala adalah karyawan yang bekerja di bagian out door seperti marshal dan petugas store. Karyawan yang bekerja di bidang tersebut memiliki kecenderungan untuk mengalami kejatuhan barang karena barang biasanya diletakkan pada rak yang cukup tinggi dan terkadang barang yang disusun cukup tinggi pada daerah apron biasanya karyawan bekerja dengan ketinggian maksimal, sehingga diwajibkan mengenakan helm pengaman. Jenis pengaman kepala lainnya misalnya tutup kepala digunakan bagi setiap karyawan atau tamu yang berda atau melintas di area produksi, kecuali muslimah yang menggunakan kerudung. Tutup kepala yang digunakan menunjukkan konsistensi perusahaan terhadap pelaksanaan ISO 22000 untuk keselamatan makanan (food safety management system). Penggunaan hat dalam departemen engineering dan departemen store masih jarang, para pekerja hanya menggunakan topi. 2. Alat Pelindung Kaki (Safety Shoes) Pemakaian pelindung kaki diharuskan ketika karyawan masuk di daerah/area kerja, proses dapur, gudang maupun ruangan pendingin maupun ruangan pendingin atau daerah lain yang dapat menyebabkan bahaya luka, tertimpa barang, tertusuk alas kaki, tergelincir atau terpapar bahaya listrik. Yang perlu karyawan perhatikan dalam 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
penggunaan safety shoes adalah : Karyawan dilarang memakai sepatu keselamatan yang sudah robek bagian penutup besinya di area operasi karena dapat menimbulkan nearmiss adalah suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera terhadap personil atau kerusakan harta benda, proses atau lingkungan. Pemilihan sepatu pengaman tidak boleh dilakukan sembarangan karena justru dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pemilihan alat pelindung tersebut biasanya didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 12-0111-1987 yang berkaitan tentang alat pelindung / pengaman kaki mulai dari definisi, model, bagian-bagian dan syarat mutu bahan pembuatan sepatu pengaman. Syarat-syarat dalam yang harus dipenuhi dalam pemilihan safety shoes adalah sepatu kerja yang tahan terhadap pukulan, minyak, asam alkali dan tahan selip. Sepatu pengaman yang digunakan oleh seluruh karyawan PT. BMI adalah jenis sepatu setengah boat dengan tali. Penerapan penggunaan sepatu pengaman telah berjalan baik, hal ini dibuktikan dengan pengamatan yang telah dilakukan hampir seluruh karyawan yang berada di area produksi mengenakan sepatu pengaman. Perusahaan juga melakukan perawatan terhadap setiap APD yang dimiliki misalnya untuk sepatu pengaman setiap 6 bulan dilakukan pemeriksaan kelayakan jika terdapat sepatu yang rusak, robek dan sebagainya akan dilakukan penggantian 3. Alat Pelindung Pendengaran (Ear Plug) Karyawan yang diwajibkan menggunakan ear plug biasanya karyawan yang bekerja di daerah yang bising, seperti yang melebihi NAB yaitu 85 dB, hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya kerusakan permanen pada alat pendengaran. Alat pendengaran ini harus dapat mengurangi kebisingan sampai 20-30 dB. 58
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Karyawan yang diwajibkan mengenakan pelindung pendengaran adalah karyawan yang bertugas di bandara. Alat penutup telinga yang digunakan memiliki syarat yang telah disesuaikan dengan Permanakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir 1 tentang perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja. Alat sumbat telinga terbuat dari karet, plastik keras, plastik yang lunak, lilin dan kapas. Alat pelindung tersebut menurut salah seorang karyawan penggunaannya belum maksimal, karena biasanya karyawan kurang menyadari betapa pentingnya alat pelindung telinga tersebut. Padahal karyawan yang diharuskan menggunakan ear plug adalah karyawan yang bekerja di bagian-bagian yang memiliki intensitas suara keras seprti bandara, departemen engineering yang bisanya menangani mesin-mesin dan diesel. Kurangnya sosialisasi tentang penggunaan alat pelindung telinga dirasa menjadi penyebab utama kurangnya kesadaran karyawan dalam kedisiplinan penggunaannya. 4. Alat Pelindung Mata (Safety Glass) Mata sangat rawan terhadap bahaya di tempat kerja dan merupakan kerusakan yang tidak dapat diganti. Kehilangan penglihatan hanya terjadi sekali, sehingga penting sekali menjaga mata setiap pekerja. Banyak ditemui karyawan yang bertugas di bagian engineering,driver HLT truck dan bagian pengelasan, sebab ketiga pekerjaan tersebut memiliki resiko besar terhadap penglihatan pekerja sehingga para karyawan PT.BMI yang bekerja di tempat-tempat yang berintensitas cahaya tinggi, berdebu dan lain-lain yang membahayakan mata diwajibkan mengenakan alat
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
pelindung mata. Prosedur yang seharusnya dilakukan oleh para pekerja dalam penggunaan safety glass adalah : a. memeriksa mata bila tidak yakin akan penglihatannya b. mengenakan kacamata pelindung yang disediakan untuk melindungi mata dari debu, cahaya panas, asap, partikel yang berterbangan, bekerja dengan bahan kimia dan pekerjaan yang dapat membahayakan mata lainnya. Alat pelindung mata yang digunakan adalah berupa kacamata yang banyak digunakan oleh karyawan engineering dan driver yang akan mengemudikan HLT. Alat pelindung berupa kacamata sangat cocok digunakan karena PT. BMI memiliki resiko yang kecil dan menengah. Kacamata yang digunakan sebagai standar adalah kacamata yang terbuat dari plastik, kaca biasa dan gelas harus tahan jika terkena panas dan tidak menimbulkan pecahan-pecahan tajam jika terjadi pecah sehingga tidak membahayakan bagi karyawan yang menggunakannya. Selain beberapa syarat tersebut diatas alat pelindung mata yang terintegrasi baik adalah jika dilengkapi alat pelindung kepala lainnya misalnya seperti penutup muka, penutup telinga, respirator dan laian-lain (manual handnook ACS, 2008). 5. Masker (mask) Masker digunakan oleh para pekerja yang bekerja di tempat yang dapat menimbulkan bahaya terhadap pernafasan. Agar dalam penggunaan alat pelindung dini ini tidak membahayakan penggunanya, terdapat prosedur yang harus dipatuhi yaitu karyawa diharuskan menggunakan masker di daerah-daerah yang berdebu, dan jika berada di area dalam produksi, karyawan diharuskan memakai masker ketika berada di area proses makanan dan penyajian makanan. 60
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Penggunaan masker juga berfungsi ketika ada karyawan yang sedang sakit, hal ini dimaksudkan agar virus tidak berpindah ke makanan atau karyawan yang lain. Penggunaan masker pernah digunakan secara serempak oleh seluruh karyawan PT.ACS ketika terjadi pandemik flu burung dan flu babi. Hal tersebut dimungkinkan para pekerja membawa virus ataupun terkena virus saat berada di suhu dingin. 6. Sarung Tangan (Hand Gloves) Pemakaian pelindung tangan sangat diharuskan apabila bekerja dengan bendabenda yang berbahaya : melakukan pengelasan, mengangkat barang, menangani bahan chemical dan menangani bahan yang panas. Jika di dalam area proses hand gloves/sarung tangan sangat diharuskan, selain untuk menjaga keamanan bagi para pekerja ketika terkena panas bahan, pekerja yang menggunakan sarung tangan dapat menghindarkan makanan yang disajikan dari kemungkinan terjadinya foreign object (benda asing yang tidak diinginkan). Oleh karena itu pekerja harus memenuhi langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan dalam penggunaan hand gloves yaitu : mengenakan sarung tangan yang sesuai pada saat melakukan pengelasan, bongkar muat barang, menangani benda-benda panas, memotong daging, menangani bahan kimia dan lain-lain. Penggunaan hand gloves memiliki peran dalam menjaga kebersihan dan keamanan pangan sebagai wujud pemeliharaan dan konsistensi terhadap manajemen keamanan pangan yang diwujudkan dalam sertifikasi ISO. Sebagai tindakan pencegahan, departemen melakukan inspeksi atau lebih tepatnya pemeriksaan terhadap kebersihan tangan pekerja terutama karyawan yang berada di area produksi. Pemeriksaan tersebut ditujukan untuk mengetahui jumlah bakteri E.coli yang melekat 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
pada tangan pekerja, oleh karena itu dalam melakukan pekerjaannya pekerja diwajibkan menggunakan sarung tangan. Sarung tangan yang digunakan terbuat dari plastik, frekuensi penggunaannya termasuk dispossible ( sekali pakai ).
4.5 Keselamatan dalam Perusahaan Integrasi keselamatan kerja dalam organisasi perusahaan tidak hanya pada area produksi saja. Sistem manajemen harus sejalan dengan visi dan misi organisasi serta mampu mendukung proses bisnis mulai dari masukan-proses dan keluaranjasa/produk. Berdasarkan aliran proses bisnis tersebut terlihat bahwa aspek K3 harus diimplementasikan dan terintegrasi dengan seluruh proses yang ada dalam organisasi. Aspek K3 ada dalam fungsi enginering, pemasaran, administrasi kantor, SDM, teknik, logistik dan sebagainya.
4.5.1 Keselamatan Kerja Di Kantor Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan akibat kerja. Kecelakaan di area perkantoran relatif kecil namun potensi kecelakaan tetap ada. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan celaka (Gempur, 2004). Aspek yang menyebabkan kecelakaan banyak sekali, salah satunya adalah yang berhubungan dengan ergonomi. Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari kesesuaian tata letak/tata ruang kerja, peralatan kerja dan pekerjaannya. Aspeknya 62
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
banyak sekali mulai dari pencahayaan, lay out kantor, cara mengangkat barang, desain rak penyimpanan file dan sebagainya. PT. BMI dalam manual handbook mengatur tentang upaya-upaya pencegahan kecelakaan dan tata ruang yang baik di dalam kantor. Seperti mengatur penggunaan rak buku supaya tidak terlalu penuh, tinggi meja sejajar dengan lengan karyawan dan sebagainya yang berhubungan dengan kenyamanan pekerja saat bekerja. PT BMI juga telah melakukan program 5 R ( Rapi, Rajin, Resik, Ringkas, Rawat), program tersebut secara tidak langsung membantu keselamatan kerja di kantor karena dengan terciptanya lingkungan kerja yang rapi kemungkinan kecelakaan kerja juga semakin kecil (manual handbook ACS, 2008)
4.5.2 Keselamatan Kerja Di Workshop Kecelakaan di area workshop seringkali terjadi mungkin dari alat kerja maupun kondisi area tersebut. Kondisi yang kurang aman tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang dapat berakibat terhentinya kegiatan produksi. PT. BMI merupakan perusahaan penyedia jasa catering yang sebagian kegiatannya terfokus pada produksi makanan. Perawatan terhadap peralatan produksi dan perwatan terhadap APD di area produksi menjadi prioritas utama. Dalam manual handbook telah dijelaskan bahwa PT. BMI memiliki prosedur keselamatan kerja. Karyawan memiliki tugas dan fungsi yang erat dalam menjalanakan operasional produksi. Memproduksi makanan untuk karyawan dan airlines merupakan kewajiban, dalam penyajian pekerja diharapakan bekerja dengan selamat. Pada saat proses penyajian setiap pekerja harus menggunakan hand gloves, hal tersebut dimaksudkan agar tangan 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
pekerja tidak terkena panas secara langsung yang dapat menimbulkan lecet atau luka. Selain penggunaan hand gloves, dalam penyajian pekerja dilarang membawa baki bertumpuk, hal tersebut bertujuan agar pekerja tidak terpeleset karena membawa beban yang berlebihan.
4.5.3 Keselamatan Kerja Departemen Engineering Departemen engineering merupakan bagian kerja yang menangani masalah teknis operasional perusahaan. Ada beberapa daerah yang tidak boleh dimasuki oleh karyawan lain atau yang sering disebut High Risk area, jika memasuki area tersebut pekerja yang berkepentingan harus menggunakan APD lengkap (Lampiran 8). Fungsi enginering bertanggung jawab menjamin bahwa aspek K3 telah dipertimbangkan dalam rancang bangun atau proses produksi yang bersifat teknis (Soehatman, 2009). Departemen engineering adalah termasuk salah satu departemen yang juga berpotensi terhadap bahaya kecelakaan kerja. Departmen engineering menangani pengelasan, perbaikan instalasi listrik dan sebagainya yang berhubungan dengan mesin dan peralatan yang digunakan dalam perusahaan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan karyawan yang berada di departemen yang bersangkutan sebagian besar telah melakukan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan kerja, salah satu contohnya adalah saat pengelasan mesin yang rusak. Karyawan menggunakan kacamata dan sarung tangan yang telah disediakan perusahaan. Selain penggunaan APD berupa kacamata dan sarung tangan yang diwajibkan oleh perusahaan, guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam manual handbook mengatur prosedur keselamatan kerja mengenai pengelasan. Dalam 64
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
prosedur pelaksanaan pengelasan dijelaskan bahwa ketika akan mengelas atau memotong pipa besi, terkadang perlu sertifikat dalam melakukan hal tersebut, dicantumkan pula tentang cara-cara pengelasan misalnya cara meletakkan tabung gas, pemasangan tirai pelindung agar tidak terjadi penyalaan yang tidak sengaja dari bahan-bahan yang mudah terbakar dan sebagainya. Ada dua bahaya utama dari kegiatan pengelasan yaitu : 1. Bahaya yang nyata adalah bahaya kebakaran 2. Bahaya yang dpat ditimbulkan oleh asap atau sinar ultra violet dalam pengelasan busur listrik Penyebab utama sebagian besar cedera karena perkakas tangan adalah karena perkakas tangan tidak sesuai dengan pekerjaan.
4.5.4 Keselamatan Kerja Departemen Store Departemen store merupakan departemen yang menangani keluar masuknya barang dalam perusahaan yang digunakan untuk proses produksi. Karyawan departemen store biasanya turut serta ketika barang dari supplier datang di departemen ricieving. Setelah mengalami pengontrolan kualitas bahan baku, karyawan departemen store mengangkut barang yang akan disimpan di gudang. Penanganan material sangat berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan, 25% kecelakaan di departemen store diakibatkan oleh penanganan material yang salah. Beberapa keluhan diantaranya adalah hernia, keseleo, ketegangan dan luka-luka yang diakibatkan cara mengangkat suatu beban dan membawa yang kurang benar (Bannet, 1995). 65
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
PT. Borneo Mandiri Investment telah menetapkan standar cara menangani dan mengangkat benda dengan aman di dalam manual handbook yang berisi tentang alat bantu pengangkut seperti trolley, hand pallet dan sebagainya. Selain itu dijelaskan pula tentang langkah-langkah dalam penanganannya. Karyawan yang bekerja di gudang diwajibkan menggunakan sarung tangan dalam mengepak barang dan jaket pelindung bila memasuki ruangan freezer.
4.5.6 Keselamatan Kerja Departemen Operation Operation Manager menyusun rencana dan program kerja tahunan di bidang operation, mengkoordinir seluruh kegiatan pelayanan pembekalan penggunaan APD juga diwajibkan bagi karyawan opertation yang bertugas di luar untuk menggunakan gogle (kacamata), sabuk pengaman, rompi serta ear plug saat berada di produksi. 4.6 Penilaian Safety Performance Safety performance merupakan penghargaan bagi suatu perusahaan atas prestasinya dalam memelihara keselamatan dan kesehatan kerja sehingga zero accident terwujud. Penilaian zero accident didasarkan pada audit internal atau penilaian internal yaitu berdasarkan pengukuran tingkat keceakaan kerja yang telah terjadi selama kurun waktu yang ditentukan oleh perusahaan.PT. BMI melakukan audit internal bertujuan secara umum adalah mengetahui apakah manajemen keselamatan kerja dalam sebuah perusahaan berjalan semestinya sesuai dengan kebutuhan dan efektif atau tidak. Selain penilaian internal yang dinilai oleh manager representatif perusahaan, audit eksternal yaitu dari pihak DEPNAKER menjadi penilaian penting. Penilaian didasarkan pada kesesuaian manajemen K3 yan telah 66
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
berlaku dengan peraturan pemerintah, Undang-undang dan OHSAS 18000 untuk implementasi manajemen K3 dalam organisasi. Keberhasilan manajemen K3 dapat dilihat salah satunya dengan safety performance yang ada di dalam perusahaan. Tahun 2009 PT. Borneo Mandiri Investment berhasil mencapai predikat zero accident,hal ini dibuktikan dengan data yang dapat dilihat pada safety performance tahun 2009. Perhitungan safety performnce dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja yang dimiliki oleh PT. Borneo Mandiri Investment dikalikan dengan 1.000.000 merupakan standar perhitungan jam kerja aman. Dalam sistem pencatatan angka kecelakaan menurut ILO (International Labour Organization) terdapat beberapa angka yang telah disepakati sebagai berikut : 1. Angka kekerapan / AK (frequency Rate), untuk AK digunakan perkalian 50 minggu (setahun) dikalikan 40 jam (sehari) untuk setiap 500 orang tenaga kerja atau 1.000.000 jam kerja orang 2. Angka kejadian (Incident Rate) / AN, untuk AN dan AP (Angka Keparahan) digunakan dasar perkalian 1.000 hari kerja orang.
67
http://digilib.mercubuana.ac.id/z