perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Pengukuran Emisi Pencemaran Udara PT. Arkananta Apta Pratista telah melakukan pengukuran sesuai perintah PT. Adimitra Baratama Nusantara untuk mendukung pelaksanaan PROPER. Sumber pencemaran udara pada perusahaan berasal dari Generator. Pengukuran kualitas udara emisi pada Generator di perusahaan dilakukan 6 bulan sekali oleh Balai Riset Standarisasi Samarinda yang berada dibawah naungan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Berikut hasil pengukuran terakhir yang telah dilakukan tersaji pada tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengukuran Emisi Genset No.
Parameter
Satuan
Genset Workshop PT. ARKA
Metode Uji
1.
Sulfur Dioksida (SO2) Nitrogen Dioksida (NO2) Opasitas Partikulat
mg/Nm3 mg/Nm3 % mg/M3
TTD 446 4,6 30,5
SNI 19-7117.3.1-2005 SNI 19-7117.5-2005 SNI 19-7117.11-2005 SNI 19-7117.12-2005
2. 3. 4.
Sumber : PT. Adimitra Baratama Nusantara, 2012. 2. Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang Dihasilkan a.
Identifikasi Limbah B3 Limbah B3 yang dihasilkan akibat kegiatan produksi di perusahaan antara lain adalah jenis limbah B3 padat dan limbah B3 commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
cair. Untuk jenis limbah B3 apa saja yang dihasilkan oleh perusahaan, dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Jenis Limbah B3 yang dihasilkan No. Jenis Limbah Bentuk Fisik
Karakteristik
1.
Pelumas Bekas
Cair
Beracun
2.
Majun Bekas
Padat
Beracun
3.
Hose Bekas
Padat
Beracun
4.
Filter Bekas
Padat
Beracun
5.
Accu Bekas
Padat
Korosif
6.
Limbah Medis
Padat
Infeksius
Sumber: PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga – ABN, 2013 b.
Pencatatan Jenis dan Volume Limbah yang disimpan Sebelum dimasukkan kedalam area TPS PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga – ABN, penanggung jawab limbah terlebih dahulu harus menghubungi penanggung jawab TPS untuk proses serah terima limbah. Setelah itu penanggung jawab limbah akan mengisi logbook atau papan statistik limbah yang ada di TPS. Tujuan dari persyaratan administratif limbah yang dilakukan oleh PT. Arkananta Apta Pratista adalah untuk mempermudah saat dilakukannya proses reporting atau pelaporan limbah B3.
c.
Reporting atau Pelaporan Limbah B3 PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga – ABN proses reporting atau pelaporan data limbah B3 yang disimpan di TPS dilakukan oleh Departemen Logistik, sebagai departemen yang berwenang dalam kegiatan pengolahan limbah B3. Alur proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
pelaporan data limbah yang dilakukan meliputi pelaporan ke pihak internal perusahaan dan juga kepada pihak eksternal perusahaan. Pelaporan ke pihak internal perusahaan disini adalah pelaporan ke departemen SHE yang kemudian oleh departemen SHE data reporting limbah B3 akan ditinjau kembali dan dikirim ke pihak eksternal perusahaan/pihak owner, yang untuk selanjutnya oleh owner data tersebut akan direkapitulasi tiap bulannya dan dikirimkan kepada instansi yang berwenang, dalam hal ini rekapitulasi limbah dilaporkan kepada Bupati Kutai Kartanegara setiap 3 bulan sekali. 3. Perizinan Pengelolaan Limbah B3 PT. Arkananta Apta Pratista proses pengelolaan B3 dan limbah B3 dilakukan oleh Departemen Logistik, untuk setiap pengelola limbah yang bertugas menangani limbah di perusahaan telah dibekali training mengenai pengelolaan B3 dan limbah B3 yang dilakukan secara bertahap dari pihak management. Sistem pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai penghasil dan penyimpan limbah di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) saja. Dalam proses pengelolaan limbah, PT. Arkananta Apta Pratista telah memiliki standar tentang pengemasan, penyimpanan dan pembuangan limbah serta prosedur mengenai penanganan limbah, pengelola dan pengendalian B3 yang sudah dianalisa berdasarkan peraturan yang berlaku, didokumentasikan dan diterapkan pada seluruh site.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan meliputi kegiatan penyimpanan limbah B3 yang berasal dari departemen internal perusahaan ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS). Penyimpanan sementara limbah B3 perusahaan ditempatkan di Tempat Penyimpanan Sementara / TPS berukuran 12 x 8 meter, yang sudah terdaftar dan mempunyai izin resmi dari Bupati Kutai Kartanegara berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Kutai Kartanegara No. 660.1/SK-67/B.I.2/BLHD/II/2012, tentang Izin Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT. Adimitra Baratama Nusantara. Izin penyimpanan sementara limbah B3 berdasarkan Keputusan Kutai Kartanegara terlampir dalam lampiran 1. Bagian luar TPS diberikan penandaan atau simbol, sebagai keterangan bahwa tempat tersebut sebagai tempat penyimpanan limbah sementara di PT. Arkananta Apta Pratista. Tata cara penyimpanan limbah B3 di PT. Arkananta Apta Pratista antara lain adalah sebagai berikut: a.
Untuk limbah berupa pelumas bekas, limbah tersebut disimpan dalam drum metal kapasitas 200 liter atau pada oil storage kapasitas 10.000 dan dipasang simbol label sesuai karakteristik limbah B3 (simbol bahan beracun).
b.
Limbah yang berupa accu bekas disimpan dalam tempat sendiri, dan dipasang simbol label yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 (simbol limbah korosif). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
c.
Limbah berasal dari sisa grease disimpan dalam drum dengan kapasitas 200 liter. Serta dipasang simbol dan label yang seusai dengan karakteristik limbah B3 (simbol bahan beracun).
d.
Majun dan tanah yang sudah terkontaminasi bahan hidrokarbon, digolongkan sebagai limbah hidrokarbon. Untuk penempatannya, diletakkan pada drum-drum tersendiri untuk menghindari kontaminasi limbah dan mempermudah dalam proses housekeeping.
e.
Limbah sisa pengelasan dimasukkan kedalam drum tersendiri yang tempatnya dipisahkan dari penyimpanan limbah B3 cair, untuk menghindari terjadinya proses kontaminasi limbah dan diberi (simbol limbah beracun).
f.
Untuk limbah lampu neon dan cardtridge printer bekas juga dipisahkan pada tempat-tempat tersendiri (tempat penampungan Limbah B3 padat) serta diberi simbol limbah beracun.
4. Pengelolaan Limbah B3 oleh Pihak Ke-3 Proses pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh pengangkut limbah B3 ke pihak pengumpul atau penyimpan atau pemanfaat limbah B3 yaitu yang sudah memiliki izin resmi yang masih berlaku dari pemerintah. Untuk proses pengangkutan dan pengolahan limbah B3 yang berasal dari PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga – ABN diserahkan kepadaa perusahaan yang telah memperoleh izin dari Menteri Lingkungan Hidup yaitu CV. Sumber Agung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Pengelolaan limbah medis kategori infeksius perusahaan sudah memenuhi kriteria pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga karena menggunakan jasa Rumah Sakit Islam Samarinda sebagai pengolah dan atau pemusnah limbah medis kategori infeksius. Untuk mengetahui dan mengawasi siklus perjalanan limbah B3 yang diangkut oleh pengangkut limbah B3 sampai ke pengolah dan atau ke penimbun akhir limbah B3, perusahaan menggunakan manifest limbah lembar ketiga dan ketujuh yang diberikan oleh pengangkut limbah setiap melakukan pengangkutan. 5. Evaluasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 a.
Kualitas Bangunan Penyimpanan Bangunan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 di PT. Arkananta Apta Pratista, memiliki rancangan bangunan dengan dinding yang terbuat dari pagar besi yang ditutupi fiber, yang telah disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang telah disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang disimpan. Bangunan dilengkapi dengan atap yang dapat melindungi dari hujan, tanpa plafon sehingga mempunyai sistem ventilasi udara yang memadai untuk mencegah akumulasi gas-gas di dalam ruang penyimpanan, pagar TPS dibuat semi tertutup untuk mencegah masuknya tampiasan air hujan ke dalam TPS. Lantai bangunan penyimpanan terbuat dari bahan yang kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam TPS LB3 perusahaan dibuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
melandai ke arah bak penampungan dengan kemiringan ±1%. Pada bagian luar bagian TPS sengaja dibuat pondasi lebih tinggi dengan kemiringan lanti menjorok keluar sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan penyimpanan. Bangunan memiliki sistem penerangan alami dari sinar matahari dan buatan dengan menggunakan lampu neon dan panel lampu diletakkan diluar lokasi TPS, karena kegiatan pengumpulan limbah B3 dilakukan pada siang dan malam hari. Sistem penerangan yang ada sudah memadai dan sesuai untuk kegiatan operasional penggudangan dan inspeksi rutin area TPS. b.
Penataan dan Penyimpanan PT. Arkananta Apta
Pratista telah melakukan proses
pemisahan limbah sejak dari asalnya, yaitu dengan cara membuat standar kode warna tempat sampah untuk membedakan jenis sampah B3 dan non B3 sehingga mempermudah dalam proses pengumpulan limbah sebelum diangkut dan disimpan di TPS limbah B3. Untuk penjelasan kode warna tempat sampah terlampir pada lampiran 2. Proses pemisahan limbah juga meliputi kegiatan memisahkan limbah
berdasarkan
sifat
dan
karakteristik
limbah,
hal
ini
dimaksudkan agar masing-masing limbah yang berbeda menurut sifat dan karkateristiknya tidak saling mengkontaminasi satu sama lain. Untuk area TPS perusahaan, kegiatan pemisahan limbah diperlukan untuk limbah B3 sifat padat dan cair yang disimpan di area TPS, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
penempatan limbah yang berbeda sifat tersebut dipisahkan dengan tembok pembatas dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi apabila terjadi tumpahan. Pengemasan limbah B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan menyegelnya. Bentuk, ukuran, bahan dan simbol, serta label kemasan limbah yang ada sudah disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang disimpan. Kemasan-kemasan limbah yang ada di TPS dijaga dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas karat, tidak bocor dan diperiksa secara rutin untuk memastikan kondisi kemasan. Limbah B3 yang karakteristiknya berbeda tidak disimpan dalam satu kemasan, jumlah pengisian limbah dalam kemasan sengaja tidak diisi penuh karena mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan. Penempatan kemasan drum limbah di TPS diletakkan diatas palet, dimana setiap palet digunakan untuk menampung 4 drum. Kemasan limbah di TPS ditempatkan dengan baik dan benar sehingga menghindarkan dari kemungkinan terguling atau tumpah, jika ada ceceran/tumpahan limbah di area TPS, maka limbah tersebut akan mengalir dan masuk ke dalam bak penampungan dalam area TPS. Setelah proses pengemasan limbah, selanjutnya dilakukan proses pemasangan simbol dan label limbah. Simbol yang digunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
antara lain adalah simbol untuk limbah korosif, beracun dan cairan mudah terbakar. Pemasangan simbol dan label limbah dilakukan oleh pihak pengelola limbah atau dilakukan oleh Departemen Logistik yang dibantu oleh Departemen SHE sebelum disimpan di TPS Limbah B3. Bangunan bagian dalam TPS dibuat sisa jarak yang memadai antara tempat penyimpanan dengan pintu TPS tujuannya untuk memudahkan orang atau alat kerja untuk beroperasi, perusahaan juga menggunakan mesin dan metode untuk mempermudah proses pengangkutan limbah yakni menggunakan alat angkat berupa crane dan alat pengungkit yang fungsinya untuk memindahkan drum limbah B3 ke dalam TPS. c.
Kelengkapan yang dipersyaratkan Bagian dalam bangunan TPS LB3 PT. Arkananta Apta Pratista Jobsite Sangasanga – ABN terdapat logbook dan papan statistik limbah B3 yang digunakan untuk memantau aktivitas pengelolaan limbah B3 dalam TPS. Pada area tempat penyimpanan sementara limbah PT. Arkananta Apta Pratista dilengkapi dengan Kotak P3K, APAR dan eye wash yang digunakan sebagai upaya pengendalian apabila terjadi keadaan darurat pada TPS.
d.
Housekeeping PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga – ABN telah menerapkan prinsip Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin (5R) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
dalam pelaksanaan housekeeping di setiap area kerjanya, hanya saja belum dibuat checklist untuk pelaksanaannya. Kemudian untuk housekeeping area TPS limbah B3 terkadang kurang terawat, hal ini disebabkan keterbatasan man power dan tidak adanya jadwal rutin pembersihan area TPS limbah B3.
B. Pembahasan Pengelolaan limbah B3 dan pengendalian pencemaran udara yang dilakukan oleh PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga – ABN bertujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan dan untuk implementasi PROPER. PROPER adalah program penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dalam mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup (Permen LH No. 7 Tahun 2008). Untuk kriteria pengawasan dan pemantauan yang dilakukan pada saat penilaian PROPER, antara lain terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran Udara, Pengelolaan Limbah Padat/Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Penilaian Kerusakan Lingkungan. Pengendalian pencemaran udara dan proses pengelolaan Limbah B3 berdasarkan perundang-undangan dan kriteria PROPER pada tahun 2011, berikut ini adalah hasil evaluasi sementara PROPER mengenai pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dilakukan oleh PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga – ABN, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
dapat dilihat pada lampiran 3, untuk hasil evaluasi tentang fasilitas tempat penyimpanan sementara limbah B3 setelah dilakukan kegiatan PROPER juga dapat dilihat pada lampiran 3, dan untuk penilaian sementara tentang keseluruhan hasil PROPER yang telah dilakukan pada tanggal 15 Maret 2013 dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut ini merupakan hasil pembahasan pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga – ABN berdasarkan kriteria penilaian PROPER pada Lampiran I Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2011, antara lain sebagai berikut : 1. Pengukuran Emisi Pencemaran Udara PT. Arkananta Apta Pratista telah melakukan pengukuran emisi pencemaran udara yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan telah memenuhi Keputusan Kepala Bapedal No. 205 tahun 1996 Lampiran I tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak yaitu dengan melakukan pemantauan kualitas udara emisi periode 6 bulan untuk peralatan manual dan dilaporkan kepada Gubernur/Pemerintah Daerah setempat dengan tembusan kepada Bapedal. Hasil pengukuran emisi pencemaran udara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa emisi yang dihasilkan dari genset perusahaan telah memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995 Lampiran III-A. Hasil pengukuran dan Lampiran III-A terlampir pada lampiran 4. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
2. Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang Dihasilkan a. Identifikasi Limbah B3 Adapun limbah B3 yang dihasilkan di perusahaan antara lain adalah sisa pelumas bekas, tempat filter bekas, accu bekas, hose bekas, majun bekas dan limbah medis. Dari limbah B3 yang dihasilkan tersebut
telah
dilakukan
identifikasi
berdasarkan
sumber,
uji
karaktertistik dan uji toksikologi, sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 jo PP No. 85 tahun 1999 pasal 6 yang berbunyi bahwa “Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi”. Proses identifikasi limbah yang dilakukan perusahaan ini telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 18 jo PP No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3. b. Pencatatan Jenis dan Volume Limbah yang Disimpan Perusahaan telah melakukan pencatatan limbah B3 yang keluar dan masuk kedalam TPS perusahaan sesuai dengan volume dan jenisnya, seperti yang diatur dalam Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No. 660.1 tahun 2012 diktum ketiga poin 4, yaitu: “melakukan pencatatan limbah B3, serta memantau perjalanan limbah B3
tersebut
sesuai
Keputusan
Badan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan Nomor : KEP-02/BAPEDAL/09/1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”. Sebelum limbah B3 disimpan kedalam TPS, penanggung jawab limbah terlebih dahulu harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
melakukan proses administratif yaitu harus menghubungi penanggung jawab TPS untuk proses serah terima limbah, setelah itu mengisi logbook atau papan statistik limbah yang ada di TPS. Oleh karena itu perusahaan telah memenuhi Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No. 660.1 tahun 2012. c. Reporting atau Pelaporan Limbah B3 Reporting data limbah B3 dilakukan oleh departemen Logistik sebagai departemen yang berwenang dalam kegiatan pengelolaan limbah B3 yang kemudian oleh departemen SHE data reporting limbah B3 akan dikirim ke pihak owner yang untuk selanjutnya oleh owner, data tersebut akan direkapitulasi tiap bulannya dan dikirimkan kepada Bupati Kutai Kartanegara sekurang-kurangnya sekali dalam 3 bulan sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 225 tahun 1996
tentang
Tata
Cara
dan
Persyaratan
Penyimpanan
dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas berisi, “Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3 sekurang-kurangnya sekali dalam 3 bulan kepada instansi yang terkait yaitu Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan”. Reporting atau data neraca limbah B3 yang dilakukan berisi antara lain sebagai berikut: 1) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3. 2) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
3) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Berdasarkan analisa data diatas diperoleh hasil
bahwa
pelaksanaan rekapitulasi data limbah B3 di perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 11 ayat (1) tentang Pengelolaan Limbah B3 yaitu, dan ayat (2) yang berisi, “Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang : 1) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3. 2) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3. 3) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Fungsi dari dilakukannya pencatatan limbah B3 adalah untuk inventarisasi jumlah limbah yang dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan dalam pengelolaan limbah B3, kegiatan penyerahan limbah B3 oleh perusahaan kepada pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah dan atau pengangkut telah disertai dengan dokumen limbah B3, setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Oleh karena itu perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 dan Keputusan Kepala commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Bapedal No. 225 tahun 1996. Selain itu jasa pengangkutan limbah B3 yang digunakan oleh perusahaan juga telah memiliki izin operasi resmi dari Menteri Perhubungan seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 18 jo PP No. 85 tahun 1999 pasal 40 ayat (1) yaitu, “Setiap badan usaha
yang melakukan kegiatan penyimpanan,
pengumpulan, pemanfaatan pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab”. 3. Perizinan Pengelolaan Limbah B3 Pengelolaan atau penanganan limbah B3 di perusahaan meliputi penyimpanan sementara limbah B3 serta oli bekas di oil storage. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 belum dapat diolah dengan segera, kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindari. Perusahaan memiliki wewenang untuk mengelola limbah B3 dengan melakukan kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 di Tempat Penyimpanan Sementara yang telah memiliki izin dari bupati wilayah setempat, yaitu berdasarkan Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Kalimantan Timur No. 660.1 tahun 2012, hal ini berarti perusahaan telah memenuhi Undang-undang No. 32 tahun 2009 Pasal 59 ayat (1) yang berbunyi, “Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Perusahaan juga telah memenuhi izin penyimpanan sesuai dengan perizinan dan rekomendasi yang diberikan oleh bupati daerah setempat dengan ketentuan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 pasal 10 yaitu, “Penyimpanan sementara limbah B3 kurang dari 90 hari atau maksimal penyimpanan limbah tidak lebih dari 90 hari”. 4. Pengelolaan Limbah B3 Oleh Pihak Ketiga Proses pengolahan limbah B3 di perusahaan menyerahkan pengolahan limbah kepada pihak ketiga, atau pengolah limbah yang sudah memiliki izin operasi. Oleh karena itu perusahaan telah memenuhi ketentuan seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 9 ayat (4) yaitu : “Pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkannya itu kepada pengolah dan/atau penimbun limbah B3”. Jasa pengangkut limbah B3 yang digunakan oleh perushaan juga telah memiliki izin operasi resmi dari Menteri Perhubungan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 40 ayat (1) yaitu, “Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan pengolahan dan atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab”. Meskipun perusahaan tidak melakukan pengolahan limbah namun untuk pelaku pengelola limbah seharusnya juga wajib dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus secara berkala untuk memantau derajat kesehatan karyawan serta mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, seperti yang tertulis pada Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 pasal 23 ayat (1) tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang isinya, “Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dan pengawas B3 wajib dilakukan uji kesehatan secara berkala”. Kegiatan penyerahan limbah B3 oleh PT. Arkananta Apta Pratista kepada pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah kepada pengangkut telah disertai dengan dokumen limbah B3, penggunaan dokumen manifest yang sah seperti yang tertulis pada kriteria PROPER, mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal No. 2 tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Berbahaya dan Beracun. Perusahaan sudah memenuhi peraturan yang berlaku karena sudah menyimpan lembar ketiga dan ketujuh dari dokumen manifest limbah, fungsi dari penyimpanan manifest limbah adalah agar penghasil limbah dapat mengetahui dan mengawasi siklus perjalanan limbah B3 sejak diangkut oleh pengangkut limbah B3 sampai dengan pengolahan dan penimbunan akhir oleh pengolah limbah. Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan, berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan. Namun untuk bukti dokumentasi lembar ketujuh dari dokumen manifest limbah belum lengkap, karena terkendala dari pihak pengangkut limbah. Hal ini belum memenuhi lampiran Kep. Ka. Bapedal No. 2 tahun 1995 yang isinya bahwa, “ penghasil limbah B3 akan menerima kembali dokumen limbah B3 dari pengumpul/pengolah selambat-lambatnya 120 hari sejak limbah diangkut”. 5. Evaluasi Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 a. Kualitas Bangunan Penyimpanan Berdasarkan hasil pengamatan bangunan penyimpanan limbah B3 perusahaan telah memenuhi persyaratan bangunan yang mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 mengenai persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar, yaitu berisi antara lain sebagai berikut : 1) Bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar sekurangkurangnya berjarak 20 meter dari bangunan penyimpanan limbah karakteristik lain atau dari bangunan-bangunan lain dari fasilitas pengumpulan; 2) Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api; 3) Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Atap tanpa plafon, terbuat dari bahan yang ringan dan mudah hancur jika terbakar, sehingga apabila terjadi kebakaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
dalam tempat pengumpulan, asap dan panas menjadi mudah untuk keluar; 4) Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas didalam ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lain kedalam ruang pengumpulan. 5) Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk operasional pergudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasa minimal 1 meter diatas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang disisi luar bangunan; 6) Lantai
bangunan
penyimpanan
harus
kedap
air,
tidak
bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir menuju arah menjauhi bangunan penyimpanan; 7) Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 mudah terbakar, sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku. Namun dari segi tata letak bangunan TPS limbah B3 perusahaan belum memenuhi sebagaimana dijelaskan dalam lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun1995 yang menyebutkan bahwa jarak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
minimum antara bangunan dengan TPS limbah B3 adalah 20 meter, sedangkan pada kenyataannya jarak antara bangunan dengan TPS ±5 meter. b. Penataan dan Penyimpanan Berdasarkan hasil pengamatan, perusahaan telah memenuhi ketentuan dalam pengemasan limbah B3 dengan diperolehnya hasil bahwa kondisi kemasan dalam kondisi baik, tidak rusak dan bebas dari perkaratan dan kebocoran. Bentuk dan ukuran kemasan sesuai dengan sifat dan karakteristik limbah B3 seperti yang diatur dalam lampiran Keputusan Kepala bapedal No. 01 tahun 1995 yang isinya antara lain tentang persyaratan umum kemasan, prinsip pengemasan limbah B3, dan tata cara pewadahan limbah B3. Selain itu pemisahan kemasan yang tidak saling cocok dengan menggunakan palet, kemasan ditempatkan dengan baik dan benar sehingga tidak ada kemungkinan terguling atau tumpah akan tercampur atau masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain, kemasan disimpan di tempat terpisah dan tidak dalam satu blok. Dari hasil pengamatan maka penyimpanan kemasan limbah B3 perusahaan telah memenuhi Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995, tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Sebelum disimpan di TPS Limbah B3, limbah B3 yang dikemas dalam kemasan drum diberi label dan simbol yang sesuai dengan karakteristik limbahnya. Simbol yang terdapat di perusahaan antara lain limbah korosif, beracun dan cairan mudah terbakar, reaktif dan campuran. Pemasangan simbol dan label di perusahaan telah memenuhi Keputusan Bapedal No. 5 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Limbah B3 pasal 4 yang isisnya, “Setiap kemasan atau tempat/wadah untuk penyimpanan, pengolahan, pengumpulan, pemanfaatan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3”. c. Kelengkapan yang Dipersyaratkan Proses pengelolaan limbah perusahaan menggunakan mesin dan metode kerja tersendiri untuk mempermudah proses pengelolaan limbah antara lain dengan menggunakan alat angkat berupa crane dan alat pengungkit yang digunakan untuk memindahkan drum limbah B3 ke dalam TPS. Area tempat penyimpanan sementara limbah B3 dilengkapi dengan perlengkapan untuk menanggulangi terjadinya keadaan darurat yakni APAR dan eyewash, hal ini sudah memenuhi sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995, tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan
Limbah
Bahan
Berbahaya
Dan
Beracun
yang
menyebutkan bahwa pada tempat penyimpanan sementara harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
disediakan peralatan dan sistem pemadam kebakaran serta fasilitas pertolongan pertama. d. Housekeeping Pelaksanaan housekeeping area TPS limbah B3 kurang maksimal namun secara garis besar perusahaan sudah memenuhi sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555 tahun 1995 pasal 110 tentang pemeliharaan tempat kerja. Adapun yang belum maksimal antara lain seperti : penataan drum yang terkadang masih kurang rapih, terdapat lumpur pada saluran air serta kain majun bekas yang masih beserakan.
commit to user