BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1.
Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana
Salilama bagian selatan berdiri menjadi satu desa yang dinamakan desa Kramat. Desa Kramat ini memiliki tiga dusun dengan jumlah penduduk 1360 yang terbagi atas laki-laki 692 orang dan perempuan 668 orang dimana jumlah
kepala
keluarga laki-laki sebanyak 302 orang dan kepala keluarga perempuan sebanyak 49 orang yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Desa Kramat dapat ditempuh dengan jarak 2 km sampai ke kecamatan Mananggu, 30 km sampai ke kabupaten dan 135 km sampai ke ibukota Provinsi Gorontalo dengan akses jalan (Aspal) yang mudah dijangkau baik dengan jalan kaki sampai ke kecamatan dan kendaraan bermotor sampai ke kabupaten dan ibukota Provinsi Gorontalo. 2.
Letak Geografis Desa Kramat Letak geografis suatu daerah sangat diperlukan,dimana untuk di jadikan
suatu acuan atau petunjuk agar mempermudah dalam mencari daerah tersebut. Adapun letak atau batas suatu wilayah adalah sebagai berikut: -
Sebelah Utara
: Desa Salilama/Kaaruyan
-
Sebelah Selatan
: Teluk Tomini
-
Sebelah Barat
: Desa Tabulo/Tabulo Selatan
-
Sebelah Timur
: Desa Pontolo
Desa ini merupakan desa yang mudah dijangkau, karena tepat berada di Jalan Trans Sulawesi, dengan luas wilayah 2.833,1 ha. 3.
Kondisi Iklim Wilayah Penelitian Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan topografi dan perputaran arus angin. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah hujan di desa kramat Tahun 2011 berkisar 60mm, dengan jumlah bulan hujan adalah 3 bulan.
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2011 suhu udara rata-rata 20°C. Kelembapan udara di Desa Kramat pada tahun 2011 adalah 32,5 dengan tinggi permukaan laut 8,15 mdl. 4.
Pola Penggunaan Lahan Aktivitas pertanian merupakan segala kegiatan yang termasuk didalamnya
yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Desa Kramat mempunyai luas penggunaan lahan pertanian dengan luas 133 ha sedangkan lahan luas perkebunan adalah 350 ha. Luas lahan Kakao yang ada di Desa Kramat ini yaitu 33 ha dengan jumlah petani 45 orang yang terdiri dari tiga Gapoktan. B. Identitas Petani Responden Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi atau sebagian seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan termasuk penangkapan ikan dan pemungutan hasil laut.Pengenalan identitas responden dirasakan perlu karena responden
yang
ditunjuk
tersebut
telah
dianggap
mewakili
keadaan
tersebut.dimana petani mengusahakan satu cabang usahatani. Secara rinci identitas petani-petani responden yang meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan lama berusahatani adalah sebagai berikut: 1.
Umur Responden Umur petani diperkirakan akan mempengaruhi luasnya lahan yang
diusahakan. Semakin tua umur petani, kekuatan fisiknya semakin berkurang, sehingga produktifitas dalam bekerja akan mengalami penurunan. Penurunan produktifitas yang dialami petani tua terlihat dari semakin (1) berkurangnya luas sawah yang diusahakan; (2) semakin sedikitnya curahan waktu berusahatani; (3) penyerahan pengusahaan oleh petani lain melalui mekanisme sewa, sakap dan gadai. Dengan demikian, umur petani diduga akan memiliki hubungan yang terbalik dengan penguasaan lahan. Jika semakin tua umur petani, maka semakin kecil penguasaan lahan petani.
Berdasarkan kriteria umur, umur kurang dari 15 tahun dikategorikan umur belum produktif, 16 – 60 tahun dikategorikan umur produktif dan umur lebih dari 60 tahun dikategorikan umur tidak produktif lagi. Tabel 1.Keadaan Umur Petani Responden di Desa Kramat Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Umur (Tahun) 0-15 16-60 61-80
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2013
Jumlah (Jiwa) 0 33 12
Keterangan Belum Produktif Produktif Tidak Produktif
Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat bahwa petani-petani responden yang memiliki usia belum produktif (antara 0-15) tidak ada, untuk usia produktif (antara 16 – 60 tahun) berjumlah 33 jiwa, yang berarti mempunyai kemampuan fisik dan bekerja yang baik, sedangkan yang memiliki usia tidak produktif ( > dari 60 tahun ) berjumlah 12 jiwa, yang artinya kemampuan fisiknya dalam mengolah usahatani berkurang, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usia responden didominasi oleh usia 16-60 tahun. Ii
2. Tingkat Pendidikan Responden Pendidikan yang diterima petani diperkirakan akan mempengaruhi luas
lahan yang diusahakan. Pendidikan yang diterima petani diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal terlihat dari kelulusan petani dalam menempuh jenjang pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pendidikan non formal yang dimiliki petani dapat diperolah dari belajar terhadap orang tua atau masyarakat sekitarnya, belajar dari pengalaman, dan berbagai macam pelatihan yang pernah diikuti petani baik sendiri maupun melalui
organisasi
(kelompok
tani).
Pendidikan
yang
berhasil
akan
mempengaruhipola pikir dan prilaku petani yang tercermin dari ketekunan bekerja dan produktifitas petani. Dengan demikian, pendidikan diduga akan memiliki hubungan yang searah dengan penguasaan lahan. Semakin lama petani mampu mengenyam pendidikan, maka semakin luas penguasaan lahan petani.
Tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
15% SD SMP
18%
SMA 67%
Gambar 2. Keadaan Pendidikan Petani Responden di Desa Kramat Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Pada Gambar 2. Diketahui bahwa, petani-petani responden yang ada dilokasi penelitian masih tergolong rendah, yaitu sebanyak 30 jiwa atau 67% memiliki pendidikan SD (Sekolah Dasar) hal ini disebabkan oleh kemauan dan tingkat ekonomi yang rendah. Selanjutnya pendidikan tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebanyak 8 jiwa atau 18%, dan SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 7 jiwa atau 15%. 3.
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga diperkirakan akan mempengaruhi terhadap
luas lahan sawah yang diusahakan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga petani, maka semakin banyak pengeluaran rumah tangga petani yang harus ditutupi. Pada kondisi demikian, petani akan berusaha untuk mengoptimalkan pendapatan rumah tangga melalui; (1) peningkatan pendapatan dari hasil pertanian; (2) meningkatkan pendapatan dari luar pertanian. Bagi petani padi, salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatannya adalah dengan cara meningkatkan luas pengusahaan lahan sawahnya. Jika hal ini sulit dilakukan maka petani akan berupaya untuk mengoptimalkan perolehan pendapatan dari luar usahatani. Dengan demikian, mengingat ketersediaan lahan 4elative terbatas, jumlah tanggungan keluarga diduga memiliki hubungan yang terbalik dengan
penguasaan lahan.Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga petani, maka semakin kecil penguasaan lahan petani.Jumlah tanggungan keluarga petani responden disajikan pada Gambar 3 di bawah ini. 1
13%
2
3
4
18%
29% 40%
Gambar 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Kramat Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Gambar 3.Menunjukkan bahwapetani responden yang ada dilokasi penelitian paling banyak memiliki 2 tanggungan keluarga yaitu berjumlah 18 jiwa atau 40% ,kemudian disusul oleh yang memiliki 3 tanggungan keluarga 13 jiwa atau 29%, selanjutnya yang memiliki 1 tanggungan keluarga hanya 18% atau 8 jiwa petani responden dan yang terakhir yang memiliki 4 tanggungan keluarga 6 jiwa atau 13%. 4. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalamanmaka petani semakin banyak memiliki kemampuan dalam mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan pendapatan usahatani yang sedang dikembangkan. Selain itu, petani-petani muda biasanya mengambil pengalaman dari orang tuanya dalam melaksanakan usahataninya, dan akhirnya akan mengambil tanggung jawab orang tuanya yang semakin tua.
Tabel 2. Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa Kramat Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Lama Berusahatani
Jumlah
Persentase
(Tahun)
(Jiwa)
(%)
19
17
38
30
28
62
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2013
Tabel 2. Menunjukkan bahwa petani responden yang ada dilokasi penelitian didominasi oleh yang memiliki pengalaman berusahatani selama 30 tahun yaitu 28 jiwa atau 62% ,sementara yang memiiki pengalaman selama 19 tahun adalah 17 jiwa atau 38%, ini berarti bahwa petani-petani responden cukup mempunyai pengalaman untuk melaksanakan usahataninya dengan baik. 5. Luas Lahan Responden Besar kecilnya luas lahan merupakan salah satu faktor penentu dalam .menghasilkan besarnya jumlah produksi pada usahatani yang akan diperoleh para petani kakao, akan tetapi semakin besar lahan yang digarap semakin besar jumlah biaya produksi yang akan dikeluarkan petani. Luas lahan petani responden di Desa Kramat Kecamatan mananggu Kabupaten Boalemo dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
7% 33% 60%
0.5
1
1.5
Gambar 4. Luas Lahan Petani Responden di Desa Kramat Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo B
Berdasarkan Gambar 4. dapat diketahui bahwa petani yang memiliki luas lahan paling sedikit yaitu 0,5 ha berjumlah 27 jiwa atau 60%, kemudian petani yang memiliki luas lahan 1 ha adalah 15 jiwa atau 33% sedangkan yang memiliki luas lahan yang paling besar yaitu 1,5 ha hanya berjumlah 3 jiwa atau 7%. 6. Deskripsi Usahatani Kakao Petani Sampel Semua tanaman kakao dalam keadaan aslinya adalah pohon-pohon yang terdapat dalan hutan tropis, masalah kelembapan dan temperatur agak menonjol pengaruhnya, yang berarti pohon kakao ini memerlukan tempat-tempat yang lembab dan panas. Hampir setiap perkebunan kakao diusahakan di daerah-daerah dataran rendah. demikian juga Indonesia, semua perkebunan kakao terletak di dataran-dataran rendah ataupun di lereng-lereng gunung dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut. Pohon kakao membutuhkan batas temperatur tertentu, pohon kakao ini membutuhkan temperatur rata-rata setahun 250 c dengan temperatur harian rata-rata terdingin tidak kurang dari 150c. Absolut minimum tidah boleh lebih rendah dari 100c sedangkan maksimumnya sampai sekarang belum ada ketentuan. Tanaman kakao lebih membutuhkan distribusi curah hujan secara merata sepanjang tahun daripada jumlah hujan tahunan karena tanaman kakao menghendaki bulan kering tidak lebih dari tiga bulan. Curah hujan yang ideal berkisar antara 1.250 – 3.000 mm/tahun dengan jarak tanam yang biasa digunakan 3 x 3 m dengan populasi tiap hektar kurang lebih 1.100 pohon. Kakao yang tumbuh baik dan sehat serta kuat berumur 2 tahun, setelah pohon kakao tumbuh dengan penuh, artinya telah lebih dari sepuluh tahun akan memberi bunga yang baik, tetapi jika umur pohon kakao yang sudah lebih dari 25 tahun produksinya akan berkurang. Buah kakao dapat dipanen pada saat buah berumur 170 hari atau kira-kira 6 bulan atau buah sudah masak menjadi kuning/jingga. Tanaman kakao pada dasarnya dapat hidup pada semua jenis tanah. Hal yang terpenting adalah lapisan t5anah harus dalam hingga dapat memberi kesempatan pertumbuhan akar dengan bebas, dan kandungan bahan organik yang cukup, artinya tidak kekurangan air dan tidak pula terendam air untuk waktu lebih dari 24 jam. Penanaman kakao harus didahului dengan persiapan lapangan/kebun sampai siap
tanam. Penggalian lubang biasanya dilakukan sebelum penanaman larikan naungan, tetapi sementara bisa dilakukan 3-4 bulan setelah penanaman larikan naungan sementara. Usahatani kakao rakyat Desa Kramat dideskripsikan berdasarkan data primer yang diambil dari petani sampel, rata-rata petani sampel memiliki umur 55 tahun dengan pengalaman berusahatani rata-rata 26 tahun. Usahatani kakao petani sampel ini dilakukan pada lahan kering, dimana disamping tanaman kakao juga ditanami tanaman kelapa maupun tanaman pisang. Hal ini dilakukan ketika tanaman kakao belum berproduksi ataupun belum musim panen, petani dapat mengolah tanaman pisang dan tanaman kelapa sehingga memperoleh penghasilan dari tanaman tersebut. Luas lahan petani kakao ini rata-rata 0,73 ha dengan status lahan milik sendiri yang sebagian besar dari warisan.Banyaknya pohon kakao petani sampel ini mempunyai variasi tergantung luas lahan, dimana dalam 0,5 ha pohon kakao mencapai 500 pohon untuk luas lahan 1 ha 1.000 dan luas lahan 1,5 ha mencapai 1.500 pohon. Dalam penyediaan sarana produksi seperti pupuk ataupun obat-obatan belakangan ini petani sering menghadapi masalah, dimana harga pupuk yang selalu mengalami kenaikan, yang membuat petani harus menyediakan biaya yang tidak sedikit, ditambah lagi dengan hasil produksi yang setiap tahunnya mengalami penurunan, sehingga petani mulai jenuh untuk merawat tanaman kakao mereka, karena petani merasa telah mengeluarkan biaya besar tetapi hasil yang diperoleh sedikit. Biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya ratarata adalah sebesar Rp. 813. 622, dimana didalamnya terdapat biaya tenaga kerja, pembelian pupuk dan biaya pembelian obat-obatan. Harga kakao yang ada di tempat penelitian rata-rata perkilogramnya Rp. 7.816 dan jumlah produksi petani sampel rata-rata 279 kilogram, dengan penerimaan pertahun yang diperoleh petani sampel rata-rata Rp. 2.197.867.
C. Penerimaan, Struktur Biaya, Pendapatan / tahun Usahatani Kakao 1.
Penerimaan Usahatani Kakao Penerimaan usahatani kakao diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah
produksi dengan harga jual pada saat itu. Penerimaan usahatani kakao di Desa Kramat dapat dilihat pada tabel berikut ini: [
Tabel 3. Rata- rata Penerimaan Usahatani Kakaodi Desa Kramat, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo. No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Total Rata-rata
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Harga Rp/Kg
0 0 2.722 2.722 5.400 10.500 10.611 15.400 15.400 15.400 78.156 7.816
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2013
Produksi (Kg) 0 0 516 516 423 320 308 248 244 215 2.790 279
Penerimaan (Rp) 0 0 1.424.444 1.424.444 2.298.889 3.317.222 2.611.667 3.829.111 3.755.556 3.317.333 21.978.667 2.197.867
Berdasarkan Tabel 3.diketahui bahwa pada tahun pertama dan tahun kedua belum memperoleh hasil produksi sehingga belum ada penerimaan. Pada tahun 2010 penerimaan yang diperoleh petani responden berjumlah besar yaitu sebesar Rp. 3. 829.111, hal ini dikarenakan produksi pada tahun tersebut hanya sedikit, namun harga perkg nya lebih besar, sedangkan penerimaan dengan jumlah yang sedikit terdapat pada tahun 2005 dan 2006 yaitu Rp. 1.424.444, karena harga perkg tanaman kakao pada tahun tersebut hanya kecil dibandingkan tahun-tahun yang lain. 2.
Struktur Biaya Usahatani Kakao Struktur biaya usahatani kakao terdiri dari biaya investasi, biaya
operasional & pemeliharaan serta pendapatan. Struktur biaya pertahun dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Rata-rata Pertahun Biaya Usahatani Kakao di Desa KramatKecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo. No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Total Rata-rata
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jenis Biaya
Investasi 3.611.111 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.611.111
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013
O
245.000 180.000 403.444 436.111 690.000 1.067.778 1.163.333 1.336.111 1.382.222 1.232.222 8.136.221 813.622
Biaya Total 3.856.111 180.000 403.444 436.111 690.000 1.067.778 1.163.333 1.336.111 1.382.222 1.232.222 11.747.333 1.174.733
Pada Tabel 4. terlihat bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan petani responden terdapat pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 3.856.111, hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi dan biaya operasional serta pemeliharan, sedangkan biaya terendah terdapat pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp. 180.000 karena biaya yang dikeluarkan hanya biaya pemeliharaan. 3.
Pendapatan Usahatani Kakao Pendapatan usahatani kakao diperoleh dari selisih antara penerimaan dan
biaya total. Adapun pendapatan pertahun usahatani kakao di Desa Kramat dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Rata- rata PendapatanPertahun Usahatani Kakaodi Desa Kramat, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Total Rata-rata
Benefit (Rp)
0 0 1.424.444 1.424.444 2.298.889 3.317.222 2.611.667 3.829.111 3.755.556 3.317.333 21.978.667 2.197.867
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2013
Biaya Total Pendapatan(Rp) (Rp) 3.856.111 -3.856.111 180.000 -180.000 403.444 1.021.000 436.111 988.333 690.000 1.608.889 1.067.778 2.249.444 1.163.333 1.448.333 1.336.111 2.493.000 1.382.222 2.373.333 1.232.222 2.085.111 11.747.333 10.231.333 1.174.733 1.023.133
Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa Rata-rata biaya total yang diperlukan selama 10 tahun adalah Rp. 1.174.733. dari sisi penerimaan diketahui rata-rata penerimaan petani kakao di Desa Kramat adalah Rp. 2.197.867. berdasarkan data biaya dan penerimaan diperolehpendapatan terbesar yang terima oleh
petani responden ada pada tahun 2010 sebesar Rp. 2.493.000, hal ini
disebabkan jumlah penerimaan lebih besar dibandingkan dari biaya total, sedangkan pendapatan yang paling sedikit terdapat pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp. -3.856.111, karena jumlah biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada penerimaan sehingga hanya memperoleh pendapatan yang sangat tidak memuaskan.
D.
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kakao Menurut Lihan dan Yogi (2009:40) , Analisis atau pendekatan ini menitik
beratkan pada pendekatan mikro, artinya dalam analisis atau pendekatan kegiatan dan hasil-hasil suatu proyek dilihat dari kepentingan individu atau perusahaan atau kepentingan para pemegang saham perusahaan tersebut , yakni laba yang dihasilkan proyek (private return) atau laba bisnis (bussiness profit).
Dalam menentukan layak atau tidaknya usaha, fungsi terpenting adalah aspek finansial dimana usaha hanya dapat terlaksana bila ada anggaran dana. Aspek finansial berkaitan dengan bagaimana menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor (Husen, 2009:79). Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial. Tingkat kelayakan suatu usaha dapat dinilai dengan menggunakan kriteria-kriteria investasi : a) Net Present Value (NPV), b) Internal Rate of Return (IRR), c) Benefit Cost Ratio (BCR), d) Profitability Ratio (PR) dan Payback Period (PP) Gittinger(1986:212). Usahatani Kakao di Desa Kramat
merupakan usaha yang dilakukan
selama bertahun-tahun, karena tanaman kakao memiliki umur produktif puluhan tahun. Suatu usaha yang dijalankan dalam jangka panjang biasanya perlu diketahui kelayakannya dengan menggunakan alat analisis kelayakan finansial atau alat kriteria investasi. Alat kriteria investasi antara lain, yaitu Analisis NPV, IRR, B/C Ratio, Profitability Ratio dan Payback Period. Lebih jelasnya masingmasing analisis kelayakan finansial usahatani kakao dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Uahatani Kakao di Desa Kramat, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, 2013. No 1 2 3 4 5 6
Analisis Finansial NPV IRR Gross B/C Ratio (BCR) Net B/C Ratio (BCR) Profitability Ratio Payback Period
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013
Nilai 2.068.963 26 % 1,32 3,53 3,41 4 tahun 9 bulan
Keterangan >0 Positif > Suku bunga15% >1 >1 >1 Layak
Berdasarkan Tabel 6. diatas diperoleh bahwa hasil analisis kelayakan Finansial adalah berikut ini:
1.
Analisis NPV Pada analisis kelayakan finansial usahatani kakao diperoleh hasil
perhitungan NPVdengan tingkat suku bunga sebesar 15% menghasilkan nilai NPV sebesar Rp. 2.068.963. dimana menunjukkan bahwa penanaman investasi pada usahatani kakao akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 2.068.963 selama 10 tahun menurut nilai sekarang, yang berarti usahatani ini layak untuk dikembangkan karena menghasilkan nilai positif atau lebih dari 0. Seperti yang di jelaskan dalam teori menurut Umar( 2005:200) yang menyatakan bahwa NPV (Net Present Value) adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai skarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (Aliran kas operasional maupun aliran kas terminal). Untuk menghitung nilai skarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. 2.
Analisis IRR Untuk mengetahui sejauh mana usahatani kakao ini dapat memberikan
keuntungan, digunakan analisis IRR. IRR dinyatakan dalam persen (%) yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan suatu usaha. Pada usahatani kakao ini diperoleh IRR 26 persen (%), yang menunjukkan bahwa investasi pada tingkat suku bunga bank (DF) 15 persen layak dan menguntungkan, karena IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (DF) yang ditetapkan hal ini jelaskan dalam teori Gittinger (1986:89) bahwa IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Jika ternyata IRR dari suatu proyek sama dengan yang berlaku sebagai social discount rate, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ social discount rate, maka usaha tersebut dinyatakan layak, sedangkan jika IRR ≤
social discount rate maka usaha tersebut sebaiknya tidak
dilaksanakan. 3.
Analisis B/C Ratio Analisis B/C Ratio yaitu dapat dilihat dari Gross B/C Ratio dan Net B/C
Ratio. Gross B/C Ratio yang dihasilkan dalam usahatani kakao ini adalah 1,32 sedangkan Net B/C Ratio sebesar 3,53 yang berarti Gross B/C Ratio dan Net B/C
Ratio > 1, dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sehingga usahatani kakao layak untuk dilanjutkan. Seperti yang dinyatakan dalam teori Gittinger (1986:90) B/C Ratio adalah perbandingan antara present value manfaat dengan present value biaya, dengan demikian benefit cost ratio menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran B/C Ratio akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai B/C Ratio ≥ 1, apabila B/C Ratio = 1 maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila B/C Ratio ≤ 1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. 4.
Profitability Ratio Profitability Ratiodalam usahatani kakao ini diperoleh hasil adalah 3,41
yang berarti profitabilitynya > 1, sehingga usahatani layak untuk diusahakan ataupun dilanjutkan. Seperti yang dijelaskan oleh Ibrahim ( 2009:152) bahwa Profitability Ratio digunakan untuk mengetahui besarnya net return bagi modal investasi yang ditanam dalam modal. Besarnya net return bagi modal investasi adalah Gross Benefit dikurangi biaya O dan M. Profitability Ratio merupakan suatu ratio pembanding antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi. Nilai dari masing-masing variabel dalam bentuk present value atau nilai 5.
Payback Period Payback Perioddiketahui bahwa jangka waktu pengembalian modal
investasi yang diperlukan dalam usahatani kakao adalah 4 tahun 9 bulan. Seperti yang dijelaskan oleh Ibrahim (2009:154), bahwa paybackperiod (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi
sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal, ditambahkan pula oleh Hermanto dalam Diatin (1989:98) bahwa Analisis Payback Period menghitung berapa investasi yang digunakan dapat kembali.