BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1.
Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara
Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Bolaang Mongondow secara administratif terbagi kedalam 12 kecamatan dan 192 desa/kelurahan. Luas keseluruhannya mencapai 3 506,24 Km2. Luas antar Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 No
Kecamatan
Luas (km²)
Persentase (%)
1
Dumoga Barat
375,44
10,71
2
Dumoga Utara
364,21
10,39
3
Dumoga Timur
539,93
15,40
4
Lolayan
297,00
8,47
5
Passi Barat
95,46
2,72
6
Passi Timur
86,35
2,46
7
Bilalang
60,93
1,74
8
Poigar
322,84
9,21
9
Bolaang
148,03
4,22
10
Bolaang Timur
65,20
1,86
11
Lolak
374,54
10,68
12
Sang Tombolang
776,31
22,14
3.506,24
100,00
Kab. Bolaang Mongondow Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2012 Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
20
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat pada Kecamatan Sang Tombolang dengan luas 776,31 km² sedangkan wilayah Kecamatan terkecil terdapat pada Kecamatan Bilalang dengan luas 60,93 km². Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki batas-batas : Utara - Laut Sulawesi, Selatan - Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Barat - Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Timur - Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara. Sebagai daerah yang terletak di garis khatulistiwa, maka Kabupaten Bolaang Mongondow hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Hujan turun sepanjang tahun, dan hal ini berdampak positif bagi sektor pertanian. 2.
Kependudukan Rata-rata Pertumbuhan Penduduk adalah angka yang menunjukan tingkat
pertumbuhan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 orang penduduk perempuan. Pada Tahun 2012, persebaran penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dikatakan kurang merata. Di Kecamatan Passi Barat misalnya, kecamatan yang luasnya hanya 2,72 persen dihuni oleh 7,00 persen dari penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow dengan tingkat kepadatan 156 orang per kilometer persegi. Sementara di Kecamatan Sang Tombolang yang memiliki luas 22,14 persen dari luas Kabupaten Bolaang Mongondow, hanya dihuni oleh 4,48 persen penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow dengan tingkat kepadatan 12 orang per kilometer persegi.
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
21
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 Penduduk No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kecamatan
Dumoga Barat Dumoga Utara Dumoga Timur Lolayan Passi Barat Passi Timur Bilalang Poigar Bolaang Bolaang Timur Lolak Sang Tombolang Bolaang Mongondow 220.093
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah
14.373 11.921 17.084 12.602 7.978 5.951 3.160 8.890 9.090 4.898 13.313 5.082 114.342
13.197 10.925 15.832 11.460 7.322 5.512 2.983 8.326 8.437 4.827 12.178 4.752 105.751
27.570 22.846 32.916 24.062 15.300 11.463 6.143 17.216 17.527 9.725 25.491 9.834
Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak pertama terdapat pada Kecamatan Dumoga Timur dengan total jumlah penduduk sebesar 32.916 jiwa, jumlah penduduk laki – laki 17.084 jiwa dan perempuan 15.832 jiwa. Penduduk terbanyak kedua terdapat pada Kecamatan Dumoga Barat dengan jumlah penduduk 27.570 jiwa, jumlah penduduk laki – laki 14.373 jiwa dan perempuan 13.197 jiwa. Penduduk terbanyak ketiga terdapat pada Kecamatan Lolak dengan jumlah penduduk 25.491 jiwa, jumlah penduduk laki-laki 13.313 jiwa dan perempuan 12.178 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk sedikit terdapat di Kecamatan Bilalang dengan jumlah penduduk 6.143 jiwa, laki – laki 3.160 jiwa dan perempuan 2.983 jiwa. Angkatan kerja Tahun 2011 menunjukan bahwa dari keseluruhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow yang telah masuk usia kerja 15 tahun ke atas, sebesar 96,070 % jika dibandingkan dengan tahun 2009 cukup tinggi
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
22
yaitu sebesar 142,716 % sedangkan pada tahun 2010 yaitu sebesar 91,232. Persentase tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2012. Jenis Kegiatan Utama
2010
2011
2012
91 232
96 070
89 190
83 893
90 823
83 979
7 339
5 247
5 211
57 400
55 905
64 233
8 918
13 345
40 548
39 242
36 476
41 700
9 240
6 084
11 418
148 632
151 975
153 423
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
91,96
63,21
58,13
Tingkat Pengangguran
8,04
5,46
5,84
A. Angkatan Kerja 1. Bekerja 2. Menganggur B. Bukan Angkatan Kerja 1. Sekolah 2. Mengurus Rumah Tangga 3. Lainnya Jumlah
Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013
3.
Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah angka perbandingan antara
banyaknya penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu yang sekolah dengan banyaknya penduduk usia sekolah pada jenjang yang sama dinyatakan dalam persen. Seperti pada Gambar 2 berikut.
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
23
Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013
Gambar 2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow
Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa pada tahun 2011 APS sedikit dikalangan usia 7-12 = 93,82%, usia 13-15 = 78,05% dan usia 16-18 = 42,10%. Sedangkan APS pada tahun 2010 sangat tinggi yaitu pada usia 7-12 = 97,77%, pada usia 13-15 = 82,56%, pada usia 16-18 = 50,71% dan diikutu tahun 2009 dimana usia 7-12 = 94,64%, pada usia 13-15 = 81,70, pada usia 16-18 = 54,36. Berikut tabel Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut jenjang Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 Jenjang Pendidikan
APM
APK
SD / MI / Sederajat
85,02
107,34
SMP / MTs / Sederajat
46,53
70,65
SMA / MA / Sederajat
27,5
56,70
Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
24
4. Kesehatan Pada Tahun 2012 fasilitas kesehatan di Kabupaten Bolaang Mongondow terdiri dari 1 (satu) unit Rumah Sakit, 16 unit Puskesmas, 53 unit Puskesmas Pembantu, 17 Pusling, 6 unit Puskesmas Rawat Inap dan 194 unit Posyandu. Berikut gambar fasilitas kesehatan di Kabupaaten bolaang Mongondow.
Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Gambar 3. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bolaang Mongondow 2012 4.
Ekonomi Peranan
atau
kontribusi
sektor
ekonomi
menunjukan
struktur
perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi dinyatakan dalam persentase, menunjukan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor ekonomi.
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
25
Secara sektoral pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow pada tanggal 8 Desember 2006 mengalami perubahan dengan mekarnya Kabupaten Bolaang Mongondow Utara kemudian diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang resmi di mekarkan bersama-sama pada tanggal 30 September 2008. Berikut gambar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow.
Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2013 Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow 20072011 Berdasarkan Gambar di atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2011, yang ditunjukan oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, mengalami percepatan pertumbuhan yaitu sebesar 6,06 persen dari tahun sebelumnya sebesar 4,91 persen. 5.
PDRB Angka-angka PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang
banyak digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional, berikut data PDRB atas dasar harga konstan. Perkembangan ekonomi Kabupaten Bolaang
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
26
Mongondow selang Tahun 2000 – 2011 berdasarkan indikator PDRB terus mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan oleh pola pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Setelah pada Tahun 2000 yang merupakan Tahun kebangkitan perekonomian secara nasional yang juga dijadikan sebagai tahun dasar, pada Tahun 2000 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku untuk Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar Rp. 721.78 milyar, kemudian pada Tahun 2011 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku meningkat menjadi Rp. 2.24 triliun atau selama kurun waktu 11 tahun meningkat 210,95 persen. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 sebesar Rp. 721.78 milyar, dan pada Tahun 2011 menjadi sebesar Rp. 1.09 triliun atau meningkat 51,39 persen selama periode 2000-2011. B. Identifikasi Pengembangan Potensi Wilayah 1. Potensi Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Secara umum sektor basis di tiap-tiap Kabupaten yang berada di Sulawesi Utara sangat bervariasi. PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut lapang usaha Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010 yang paling menonjol dengan jumlah keseluruhan sektor yaitu Kota Manado dengan jumlah total keseluruhan sektor 5.763.351,02 kemudian diikuti Kota Bitung dengan keseluruhan sektor 2.204.240, Minahasa Selatan dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 1.328.646 kemudian diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 1.030.335,9, selanjutnya diikuti Kabupaten Minahasa Tenggara dengan total keseluruhan sektor sebesar 884.301,69, kemudian diikuti Kota Tomohon dengan jumlah keseluruhan sektor 766.266, Kota Kotamobagu dengan keseluruhan sektor 473.060,83, Kabupaten Kepulauan Talaud dengan jumlah sektor keseluruhan sebesar 426.155,92, kemudian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah keseluruhan sektor sebesar 384.071,89, kemudian Bolaang Mongondow Selatan dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 269.308,56, selanjutnya Kabupaten Minahasa dengan jumlah keseluruhan
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
27
sebesar 2.117,14 dan yang terakhir dengan sumbangan terendah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan jumlah total keseluruhan sektor sebesar 747,13.
2. Identifikasi Potensi Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara Hasil perhitungan dengan metode LQ menunjukkan bahwa pada tahun 2010 di Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa Kabupaten yang memiliki sektor yang menonjol. Sektor basis ditiap kabupaten sangat bervariasi. Hal ini menandakan bahwa pembangunan di Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara banyak mengalami perubahan. Secara lengkap berikut ini dapat dijelaskan hasil analisis LQ untuk masing-masing sektor pada tahun 2010. Analisis LQ di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010 sektor yang pling menonjol yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan jumlah LQ keseluruhan 21,04 dengan persentase 60% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 1,68, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 3,12, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,65, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,10, Kabupaten Minahasa 2,18, Kabupaten Minahasa Selatan 3,02, Kabupaten Minahasa Tenggara 3,15, Kota Kotamobagu 1,01 dan Kota Tomohon 2,21. Sektor yang menonjol kedua adalah sektor pertanian dengan jumlah LQ keseluruhan 18,96 dengan persentase 60% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 2,67, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2,15, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,02, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,68, Kabupaten Kepulauan Talaud 2,59, Kabupaten Minahasa 1,33, Kabupaten Minahasa Selatan 2,06, Kabupaten Minahasa Tenggara 2,04 dan Kota Bitung dengan nilai LQ 1,11. Selanjutnya sektor jasa-jasa dengan jumlah LQ
keseluruhan 13,09 dengan
persentase 46,7% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Bolaang Mongondow 1,09, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 1,60, Kabupaten Bolang Mongondow Utara 1,78, Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,01, Kota Kotamobagu 2,00, Kota Manado 1,21 dan Kota Tomohon 1,00. Sektor
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
28
bangunan dengan nilai LQ keseluruhan 11,21 dengan persentase 33% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa 1,19, Kabupaten Minahasa Selatan 1,23, Kabupaten Minahasa Tenggara 1,21, Kota Kotamobagu 1,13 dan Kota Tomohon dengan nilai LQ 1,43. Selanjutnya sektor listrik, gas dan air bersih dengan nilai LQ keseluruhan 9,73 dengan persentase 20% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa 1,13, Kota Bitung 2,29 dan Kota Tomohon 1,03. Selanjutnya sektor keuangan, persewahan dan jasa perusahaan dengan nilai LQ keseluruhan 9,44 dengan persentase 20% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,02, Kota Kotamobagu 2,09 dan Kota Manado 1,51. Sektor industri pengolahan dengan jumlah LQ keseluruhan 8,77 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Minahasa Selatan 1,02 dan Kota Bitung 2,55. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai LQ keseluruhan 8,84 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe 1,07 dan Kota Manado 1,61 Dan sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai LQ keseluruhan terkecil 7,28 dengan persentase 13% dimana yang memiliki nilai LQ >1 dari sektor ini adalah Kota Bitung 1,63 dan Kota Manado 1,33. 3. Struktur Perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Struktur
Ekonomi
Kabupaten
Bolaang
Mongondow
tahun
2011
mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Berikut pola pertumbuhan Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2007-2011.
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
29
Tabel 7. PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bolaang Mongondow 2007-2011 Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
1. Pertanian
436.790,41
463.851,59
466.484,71
485.639,96
500.209,48
2. Pertambangan dan Penggalian
54.930,11
51.321,01
53.203,84
55.397,29
57.684,67
3. Industri Pengolahan
21.134,31
21.592,92
22.061,,49
22.551,25
23.464,58
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
2.980,46
3.093,84
3.211,58
3.337,48
3.501,26
5. Bangunan
104 819,23
107 188,14
112 826,24
119 155,79
134.884,35
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
83 921,45
86 093,54
89 876,85
93 604,49
100.422,20
7. Pengangkutan dan Komunikasi
37 990,03
38 968,47
40 330,91
41 755,55
44.537,42
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
30 704,33
31 770,36
32 874,11
34 091,54
36.214,76
9. Jasa-jasa
153 093,84
149 173,99
161 265,55
174 802,53
191.807,38
PDRB Bolaang Mongondow
926 364,16
953 053,86
982 135,27
1 030 335,87
1.092.726,11
Sumber : BPS Kab. Bolaang Mongondow 2012 Tabel 7. Menunjukan bahwa sektor yang paling banyak menyumbang yaitu sektor pertanian pada Tahun 2007 sebesar 436.790,41, pada Tahun 2008 sebesar 463.831,59, pada Tahun 2009 sebesar 466.484,71, pada Tahun 2010 sebesar 485.639,96 dan pada Tahun 2011 dengan sumbangan terbesar yaitu 500.209,48. Kemudian penyumbang terbesar kedua diikuti sektor jasa-jasa pada Tahun 2007 sebesar 153.093,84, pada Tahun 2008 sebesar 149.173,99, pada Tahun 2009 sebesar 161.265,55, pada Tahun 2010 sebesar 174.802,53 dan pada Tahun 2011 sebesar 191.807,38 dan diikuti oleh bangunan dengan sumbangan terbesar ketiga, perdagangan dengan sumbangan terbesar keempat, pertambangan kelima, angkutan dan komunikasi keenam, berikutnya keuangan, persewahan dan jasa perusahan, dan yang kedelapan industri pengolahan. Sedangkan listrik, gas dan air bersih begitu rendah yaitu pada Tahun 2007 sebesar 2.980,46, Tahun 2008 sebesar 3.093,84, Tahun 2009 sebesar 3.211,58, Tahun 2010 sebesar 3.337,48 dan pada Tahun 2011 sebesar 3.501,26. Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
30
Tabel 8. Struktur Perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow 2007-2011 Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
%
%
%
%
%
1. Pertanian
0,47
0,49
0,47
0,47
0,46
2. Pertambangan dan Penggalian
0,06
0,05
0,05
0,05
0,05
3. Industri Pengolahan
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,0032
0,0032
0,0032
0,0032
0,0032
5. Bangunan
0,11
0,11
0,11
0,12
0,11
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,09
0,09
0,09
0,09
0,09
7. Pengangkutan dan Komunikasi
0,04
0,04
0,04
0,04
0,04
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
9. Jasa-jasa
0,17
0,16
0,16
0,17
0,18
99
99
97
99
98
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
PDRB Bolaang Mongondow
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013
Tabel 8 menunjukan bahwa sektor pertanian dengan pertumbuhan dari tahun 2007-2010 dengan rata-rata 0,47% dan mengalami penurunan pada Tahun 2011 0,46%, diikuti oleh jasa-jasa pada Tahun 2007 dengan pertumbuhan 0,17% dan mengalami penurunan pada Tahun 2008-2009 sebesar 0,16%, pada Tahun 2010 kembali stabil menjadi 0,17% dan pada Tahun 2011 naik menjadi 0,18%, selanjutnya sektor bangunan dengan rata-rata 0,11% pada tahun 2007-2011, sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2007-2011 dengan rata-rata 0,09%, sektor pertambangan dengan pertumbuhan pada Tahun 2007 sebesar 0,06% dan mengalami penurunan pada Tahun 2008-2011 dengan rata-rata 0,05%, sektor angkutan dan komunikasi sejak tahun 2007-2011 dengan rata-rata 0,04%, sektor keuangan, persewahan dan jasa perusahaan dengan rata-rata sejak tahun 20072011 sebesar 0,03%, selanjutnya sektor industri pengolahan pada tahun 20072011 dengan rata-rata 0,02% dan sektor listrik, gas dan air bersih pada Tahun 2007-2011 dengan rata-rata 0,0032%. Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
31
4. Identifikasi Pengembangan Potensi Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Alat Analisis Location Quotient (LQ), digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan
komparatif
kegiatan
ekonomi
di
suatu
wilayah
dengan
membandingkan kabupaten dan provinsi dalam hal ini Kabupaten Bolaang Mongondow. Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi sektor-sektor apa saja yang dapat di kembangkan untuk tujuan sektor sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Dari hasil analisis (LQ) dalam penelitian ini dengan subjek PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Bolaang Mongondow di beberapa sektor dan tiap tahunnya menghasilkan nilai positif LQ > 1. Hasil analisis Location Quotient (LQ) pada sektor pertanian, pertambangan dan jasa-jasa di Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Hasil Analisis LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bolaang Mongondow 2007-2011 Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
1. Pertanian
2,21
2,39
2,46
2,68
2,52
2. Pertambangan dan Penggalian
1,11
1,0
1,04
1,69
1,06
3. Industri Pengolahan
0,29
0,29
0,29
0,26
0,27
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
0,37
0,37
0,37
0,37
0,43
5. Bangunan
0,71
0,87
0,71
0,75
0,77
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,61
0,58
0,56
0,54
0,53
7. Pengangkutan dan Komunikasi
0,35
0,34
0,31
0,29
0,31
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
0,5
0,5
0,5
0,47
0,49
1,06
1,03
1,09
1,10
1,17
Produk Domestik Regional Bruto
7,214
7,376
7,340
8,150
7,546
Sumber Analisis Data Sekunder, 2012
Tabel 9. menunjukan bahwa dari 9 sektor di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat 3 sektor yang memiliki hasil analisis Location Quotient Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
32
yang positif yaitu pada tahun terakhir dengan jumlah 7,546 dan sektor pertanian menyumbang dengan jumlah terbanyak 2,516 dari 8 sektor. Dari hasil tersebut sektor pertanian yang unggul di Kabupaten Bolaang Mongondow. Kabupaten
Bolaang Mongondow memiliki nilai analisis Location
Quotient (LQ) besar dari Tahun 2007-2011 dari 9 sektor tersebut yaitu sektor yang paling banyak menyumbang adalah sektor pertanian pada Tahun 2007 sebesar 2,21, pada Tahun 2008 sebesar 2,39, pada Tahun 2009 sebesar 2,46, pada Tahun 2010 sebesar 2,68 dan pada Tahun 2011 sebesar 2,52 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun 2007-2011 sektor pertanian sebesar 12,26. Sektor terbanyak kedua sektor jasa-jasa pada Tahun 2007 sebesar 1,06, pada Tahun 2008 sebesar 1,03, pada Tahun 2009 sebesar 1,09, pada Tahun 2010 sebesar 1,10 dan pada Tahun 2011 sebesar 1,17 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun 2007-2011 sektor jasa-jasa sebesar 5,45. Sektor terbanyak ketiga sektor pertambangan dan penggalian pada Tahun 2007 sebesar 1,11, pada Tahun 2008 sebesar 1,0, pada Tahun 2009 sebesar 1,04, pada Tahun 2010 sebesar 1,69 dan pada Tahun 2011 sebesar 1,06 dengan jumlah keseluruhan dari Tahun 2007-2011 sebesar 5,90. Dibandingkan dengan sektor lainnya dari hasil analisis Location Quotient (LQ) yang begitu rendah terdapat sektor industri pengolahan dimana pada Tahun 2007 sebesar 0,29, pada Tahun 2008 sebesar 0,29, pada Tahun 2009 sebesar 0,29, pada Tahun 2010 sebesar 0,26 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,27 dengan jumlah keseluruhan 1,40. Selanjutnya sektor listrik, gas dan air bersih pada Tahun 2007 sebesar 0,37, pada Tahun 2008 sebesar 0,37, pada Tahun 2009 sebesar 0,37, pada Tahun 2010 sebesar 0,37 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,43 dengan jumlah keseluruhan sebesar 1,91. Selanjutnya sektor bangunan pada Tahun 2007 sebesar 0,71, pada Tahun 2008 sebesar 0,87, pada Tahun 2009 sebesar 0,71, pada Tahun 2010 sebesar 0,75 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,77 dengan jumlah keseluruhan sebesar 3,81, selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran pada Tahun 2007 sebesar 0,61, pada Tahun 2008 sebesar 0,58, pada Tahun 2009 sebesar 0,56, pada
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
33
Tahun 2010 sebesar 0,54 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,53 dengan jumlah keseluruhan sebesar 2,82. Selanjutnya sektor angkutan dan komunikasi pada Tahun 2007 sebesar 0,35, pada Tahun 2008 sebesar 0,34, pada Tahun 2009 sebesar 0,31, pada Tahun 2010 sebesar 0,29 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,31 dengan nilai LQ keseluruhan sebesar 1,64 dan sektor yang paling terendah adalah sektor jasa perusahaan, keuangan dan persewahan dimana pada Tahun 2007 sebesar 0,005, pada Tahun 2008 sebesar 0,005, pada Tahun 2009 sebesar 0,005, pada Tahun 2010 sebesar 0,47 dan pada Tahun 2011 sebesar 0,49 dengan jumlah keseluruhan sebesar 0,97. Berdasarkan data tabel 10 serta uraian diatas sektor yang paling menonjol dari 9 sektor adalah sektor pertanian dimana pada Tahun 2007-2011 berdasarkan analisis Location Quotient (LQ) rata-rata di tiap tahun selalu diatas 2% dan persentase keseluruhan sebesar 11,913% dan ini menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis dan merupakan potensi yang dimiliki Kabupaten Bolaang Mongondow. Selain itu diikuti oleh sektor pertambangan dan jasa-jasa yang mendapat nilai positif. 5. Keunggulan Komoditi Padi Sawah Secara umum subsektor basis di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah subsektor tanaman pangan dengan komoditi yang paling banyak menyumbang padi-padian sebagaimana Kabupaten Bolaang Mongondow dijuluki dengan lubung berasnya Sulawesi Utara dan merupakan tujuan dari pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow untuk terus mempertahankan dan meningkatkan produksi dalam bidang pertanian. Untuk lebih jelasnya mengenai luas panen komoditi pangan di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini :
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
34
Tabel 10. Luas Panen Tanaman Pangan Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2011 Padi Sawah
Padi ladang
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
7.879
146
4.809
339
128
83
44
59
13.487
6.551
160
1.782
303
122
66
54
32
9.070
9.398
176
5393
259
150
101
51
46
15.574
6.338
146
3.347
224
76
70
58
34
10.293
5. Passi Barat
344
193
1.827
135
44
17
50
35
2.645
6. Passi Timur
720
208
1.868
85
53
-
39
72
3.045
7. Bilalang
277
241
1.766
148
45
19
69
38
2.603
8. Poigar
2.499
269
4.441
276
120
110
50
53
7.818
9. Bolaang
2.324
403
4.390
530
126
80
37
34
7.924
10. Bolaang Timur 11. Lolak
1.793
409
4.389
314
151
183
116
74
7.429
4.085
975
6.212
332
156
91
42
66
11.959
12. Sang Tombolang
2.118
416
1.310
276
139
31
36
58
4.384
Kab.Bolaang Mongondow
44.326
3.742
41.534
3.221
1.310
851
646
601
96.231
Kecamatan
1.
Dumoga Barat 2. Dumoga Utara 3. Dumoga Timur 4. Lolayan
Total
Sumber : BPS Kabupaten Bolaang Mongondow 2012
Tabel 10 menunjukan luas panen tanaman pangan terbesar pada tanaman padi sawah dengan jumlah luas panen terbesar 44.326 ha, kemudian terbesar kedua tanaman pangan jagung dengan luas panen 41.534 ha, padi ladang dengan luas panen 3.742 ha, kedelai dengan luas panen 3.221 ha, kacang tanah dengan luas panen 1.310 ha, kacang hijau dengan luas panen 851 ha, ubi kayu dengan luas panen 646 ha dan yang terkecil tanaman pangan ubi jalar dengan luas panen 601 ha. Ini menunjukan keragaman komoditi tanaman pangan di Kabupaten Bolaang Mongondow bervariasi dan menunjukan potensi tanaman pangan Kabupaten Bolaang Mongondow padi sawah kedepan bisa mengalami peningkatan dan perlu adanya dukungan dari pemerintah dengan perluasan lahan di beberapa kecamatan.
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
35
6. Identifikasi Keunggulan Komoditi Padi Sawah Komoditas utama yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah komoditi padi sawah yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow. Data sekunder yang menjadi analisis keunggulan komoditi padi sawah adalah luas panen padi sawah. Hasil dari analisis luas panen komoditi diuraikan sebagai berikut : a. Analisis Location Quotient Dari hasil analisis LQ dalam penelitian ini dengan subjek luas panen tanaman pangan Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Analisis LQ Komoditi Unggulan Kabupaten Bolaang Mongondow 2011 Padi Sawah
Padi ladang
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
1. Dumoga Barat
1,27
0,28
0,83
0,67
0,70
0,70
0,49
0,71
2. Dumoga Utara
1,57
0,45
0,46
0,99
0,99
0,80
0,90
0,56
3. Dumoga Timur
1,31
0,29
0,80
0,33
0,70
0,74
0,49
0,48
4. Lolayan
1,34
0,37
0,75
0,67
0,54
0,77
0,84
0,53
5. Passi Barat
0,28
1,88
1,60
1,66
1,27
0,73
2,15
2,13
6. Passi Timur
0,51
1,76
1,42
1,00
1,27
-
1,45
3,81
7. Bilalang
0,23
2,38
1,57
1,66
1,27
0,83
3,01
2,35
8. Poigar
0,69
0,88
1,32
1,00
1,13
1,60
0,73
1,09
9. Bolaang
0,64
1,31
1,28
1,99
1,13
1,15
0,53
0,69
10. Bolaang Timur
0,52
1,42
1,37
1,33
1,50
2,79
1,77
1,59
11. Lolak
0,74
2,10
1,20
0,67
0,96
0,86
0,39
0,89
12. Sang Tombolang
1,05
2,44
0,69
1,99
2,33
0,81
0,93
2,13
TOTAL
10,15
15,56
13,29
13,96
13,79
11,78
13,6
14,8
41,7%
58,3%
58,3%
58,3%
58,3%
25%
33%
50%
Kecamatan
8
PERSENTASE
Sumber : Analisis Data Sekunder 2012
Tabel 11 menunjukan bahwa di Kabupaten Bolaang Mongondow sektor yang paling menonjol yaitu komoditi padi ladang dengan total 15,56 dengan
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
36
3
persentase 58,3%, sedangkan jagung dengan total 13,29, kedelai dengan total 13,96 dan kacang tanah dengan total 13,79 dengan persentase rata-rata di 7 kecamatan sebesar 58,3%. Sedangkan padi sawah dengan luas panen terbesar di Kabupaten Bolaang Mongondow hanya menonjol di 5 kecamatan yaitu Dumoga Barat dengan nilai LQ 1,27, Dumoga Utara 1,57, Dumoga Timur 1,31, Lolayan 1,34 dan Kecamatan Sang Tombolang dengan total keseluruhan 10,15 dengan persentase 41,7%. Dibandingkan dengan komoditi kacang hijau dengan total 11,78 dan persentase 25% dan hanya menonjol di 3 kecamatan, ubi kayu dengan total 13,6 dan persentase 33% hanya menonjol di 4 kecamatan, ubi jalar dengan total 14,8 dengan persentase 50% yang menonjol di 6 kecamatan dengan salah satu kecamatan yang paling besar nilai LQ yaitu Passi Timur 3,81. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun komoditi padi sawah dengan luas panen terbesar tetapi di tiap-tiap kecamatan tidak menyebar merata, dibandingkan dengan padi ladang, jagung, kedelai dan kacang tanah yang di tiaptiap kecamatan merata dan terkonsentrasi di tiap-tiap wilayah. Berdasarkan hasil analisis LQ, dari 12 kecamatan padi sawah tidak merupakan sektor basis di lihat dari 12 kecamatan padi sawah hanya terkonsentrasi di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Dumoga Barat, Dumoga Utara, Dumoga Timur, Lolayan dan Sang Tombolang dengan persentase 41,7%. Dengan demikian di beberapa kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow komoditi padi sawah masih belum berkembang. 7. Identifikasi Kuantitatif Deskriptif Analisis ini untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang kesesuaian kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor basis digunakan analisis kualitatif deskriptif. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah Bolaang Mongondow masih sangat bersifat umum dan tidak fokus pada sektor-sektor yang memiliki daya saing tinggi tetapi lebih pada sektor yang basis dan cenderung mengabaikan sektor-sektor yang lainnya. Dari Sembilan sektor Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
37
hanya pertanian, pertambangan dan jasa-jasa yang menjadi perhatian utama yakni pada Tahun 2007-2009 selalu meningkat dan mendapat nilai positif dari hasil analisis Location Quotient, sementara sektor lain seperti perdagangan, industry pengolahan dan keuangan pada Tahun 2007-2011 tidak mendapat nilai positif dari hasil analisis Location Quotien. Untuk menciptakan kemandirian daerah maka perlu untuk mengembangkan secara optimal sektor yang memiliki daya saing tinggi seperti listrik gas dan air bersih, industri pengolahan, bangunan dan perdagangan hotel dan restoran yang cenderung diabaikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bolaang Mongondow padahal sektor inilah yang bisa membuat kemandirian daerah agar perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow tidak terus bergantung pada perekonomian Sulawesi Utara.
Arman Monigi Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Ilmu Pertanian
38