40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang memiliki jumlah penduduk 4.460 jiwa. Terdapat 1.248 kepala keluarga dan terdiri dari lima RW. Jumlah pasangan usia subur ada 806 pasangan dan jumlah akseptor KB ada 757 akseptor. Di RW empat menempati urutan tertinggi dengan jumlah akseptor terbanyak yaitu 201 akseptor. Dusun Mangunsari (RW 4) di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Ngijo, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Kebun Manis (RW 3), sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pakintelan dan sebelah barat berbatasan dengan Dusun Mranggen atau RW 5 (Topografi Kelurahan Mangunsari, 2014). B. Hasil dan Pembahasan Univariat Penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Suami dan Dukungan Istri tentang Pemilihan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) Di RW 4 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang” yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2014 dengan sampel sebanyak 37 responden. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi.
41
1. Karakteristik responden di RW 04 Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Suami Umur < 30 tahun 30-50 Tahun > 50 tahun Total
Frekuensi 1 25 11 37
Persentase (%) 2,7 67,6 29,7 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar umur responden suami antara 30-50 tahun yaitu 25 orang (67,6%) dan paling sedikit umur kurang dari 30 tahun yaitu hanya 1 orang (2,7%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Istri Umur < 30 tahun 30-50Tahun > 50 tahun Total
Frekuensi 4 32 1 37
Persentase (%) 10,8 86,5 2,8 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar umur responden istri antara 30-50 tahun yaitu sebanyak 32 orang (86,5%) dan paling sedikit berumur kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 4 orang (10,8%). Umur
dapat
mempengaruhi
pengetahuan
karena
dengan
bertambahnya umur akan terjadi perubahan pada aspek psikologis sehingga
taraf
(Mubarak, 2011).
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa
42
b. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Suami Pendidikan Perguruan Tinggi SMA SMP SD Total
Frekuensi 7 13 9 8 37
Persentase (%) 18,9 35,1 24,3 21,7 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden suami yaitu berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (35,1%) dan paling sedikit berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 7 orang (18,9%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Istri Pendidikan Perguruan Tinggi SMA SMP SD Total
Frekuensi 8 8 11 10 37
Persentase (%) 21,6 21,6 29,7 27,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden istri yaitu berpendidikan SMP sebanyak 12 orang (29,7%), paling sedikit berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi (21,6%). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menambah pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang kontrasepsi MOP. Selain itu rumor yang berkembang di masyarakat tentang kontrasepsi MOP juga mempengaruhi rendahnya akseptor MOP (BKKBN, 2010).
43
Menurut hubungannya
Notoatmodjo dengan
(2012),
pendidikan.
pengetahuan Diharapkan
sangat
bahwa
erat
dengan
pendidikan yang tinggi maka seseorang makin mudah menerima informasi dan semakin luas pengetahuannya. c. Pekerjaan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Suami Pekerjaan PNS Swasta Wiraswasta Pekerja lepas Total
Frekuensi 4 26 4 3 37
Persentase (%) 10,8 70,3 10,8 8,1 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden suami yaitu swasta sebanyak 26 orang(70,3%) dan paling sedikit mempunyai pekerjaan PNS yaitu 4 orang (10.8%). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Istri Pekerjaan PNS Swasta Wiraswasta Pekerja lepas Ibu rumah tangga Total
Frekuensi 1 20 3 2 11 37
Persentase (%) 2,7 54,1 8,1 5,4 29,7 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden istri yaitu swasta sebanyak 20 orang (54,1%) dan paling sedikit berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 1 orang (2,7%).
44
Menurut Mubarak (2011), lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman yang dapat diperoleh dari rekan kerja dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang kontrasepsi MOP. d. Lama nikah Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Nikah Lama Nikah <10 Tahun 10 - 20 Tahun >30 Tahun Total
Frekuensi 6 18 13 37
Persentase (%) 16,3 48,6 35,1 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar lama pernikahan responden (pasangan suami istri) antara 10-20 tahun yaitu sebanyak 18 pasangan (48,6%) dan paling sedikit lama pernikahan responden yaitu kurang dari 10 tahun sebanyak 6 pasangan (16,2%). e. Jenis alat kontrasepsi Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi Jenis Alat Kontrasepsi IUD Implan MOW Total
Frekuensi 19 12 6 37
Persentase (%) 51,4 32,4 16,2 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar alat kontrasepsi yang digunakan responden (istri) yaitu IUD sebanyak 19 orang (51,4%) dan paling sedikit menggunakan metode kontrasepsi MOW yaitu 6 orang (16,2%).
45
f. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah Anak ≤2 >2 Total
Frekuensi 26 11 37
Persentase (%) 70,3 29,7 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar jumlah anak responden (pasangan suami istri) 1-2 anak yaitu sebanyak 26 pasangan (70,3%). 2. Distribusi frekuensi pengetahuan suami tentang kontrasepsi MOP Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi MOP Pengetahuan Suami Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi 4 8 25 37
Persentase (%) 10,8 21,6 67,6 100,0
Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan bahwa mayoritas responden suami mempunyai pengetahuan kurang tentang kontrasepsi MOP yaitu sebanyak 25 orang (67,6%). Hal ini dapat terjadi karena kebanyakan responden berpendapat bahwa untuk kebutuhan kontrasepsi adalah tanggungjawab dan kewajiban sang istri sehingga mereka tidak berminat untuk menjadi akseptor MOP. Selain itu, kurangnya penyuluhan dan sosialisasi dari tenaga kesehatan tentang kontrasepsi MOP di masyarakat juga menyebabkan rendahnya akseptor MOP. Menurut Mubarak (2011) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi. Sebagian besar umur suami antara 30-50 tahun,
46
mayoritas pendidikannya adalah SMA dan bekerja sebagai karyawan swasta, sehingga pengetahuan mereka tentang MOP kurang karena tidak ada minat untuk mencari informasi dan tidak ada pengalaman dari rekan kerjanya. Belum membudayanya penggunaan MOP disebabkan karena kondisi lingkungan sosial, masyarakat dan keluarga yang menganggap partisipasi pria dalam ber-KB tidak penting. Selain itu juga kurangnya informasi tentang metode kontrasepsi untuk pria khususnya MOP. Penelitian ini di dukung oleh penelitian Maulida Nur Sa’adati (2013) yang berjudul Gambaran Pengetahuan dan Pemilihan Kontrasepsi Pria pada Pasangan Usia Subur di Desa Karangawen, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 39 orang (43,3%). Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena ketidaktahuan responden tentang kontrasepsi MOP, kurangnya penyuluhan dari kader dan ketidak aktifan responden dalam mencari informasi. Selain itu juga didukung oleh penelitian Dewi Mushoffa (2013) dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vasektomi di RT 4 Desa Mranggen Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak yang menunjukkan sebagian besar pengetahuan ibu tentang kontrasepsi MOP kurang yaitu sebanyak 24 responden (53,3%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan berasal dari panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba (Fitriani, 2011).
47
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan non formal. Seseorang yang berpendidikan rendah bukan berarti orang tersebut berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2012). 3. Distribusi frekuensi dukungan istri tentang pemilihan kontrasepsi MOP Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Dukungan Istri Tentang Pemilihan Kontrasepsi MOP Dukungan Istri Mendukung Tidak mendukung Total
Frekuensi 16 21 37
Persentase (%) 43,2 56,8 100,0
Berdasarkan tabel 4.11 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar istri tidak mendukung apabila suaminya memilih kontrasepsi MOP yaitu sebanyak 21 orang (56,8%). Kebanyakan responden berpendapat bahwa kontrasepsi MOP adalah pilihan terakhir karena mereka belum yakin dengan jumlah keturunan yang diinginkan di masa mendatang. Selama sang istri masih mau dan mampu untuk ber-KB, mereka tidak mendukung suami jika menjadi akseptor MOP karena khawatir dengan kesetiaan suaminya. Menurut Taylor (1997) dalam Ratna (2010) dukungan keluarga adalah sebuah pertukaran interpersonal, seseorang memberikan bantuan kepada anggota keluarganya. Keduanya saling bertukar informasi,
48
sehingga melibatkan emosi untuk saling memberikan dukungan berupa saran maupun materi. Penelitian ini didikung oleh penelitian Loecy El Sera (2013) dengan judul
Hubungan
Pengetahuan
dengan
Kesediaan
Menggunakan
Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) Pada Pria Usia Reproduktif di Dusun Dawung, Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak yang menunjukkan sebagian besar responden suami tidak mau menggunakan kontrasepsi MOP yaitu sebanyak 54 orang (69,2%) dengan alasan tidak tahu tentang kontrasepsi MOP, tidak siap dan tidak mendapat dukungan dari istri. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya responden suami yang pengetahuannya kurang juga tidak mendapat dukungan dari istri untuk menjadi akseptor MOP. Jurnal yang mendukung penelitian ini yaitu Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga dengan Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng oleh Wahyuni, dkk menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam vasektomi yaitu semakin tinggi dukungan maka semakin tinggi partisipasi pria dalam vasektomi.
49
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat diperbaiki oleh peneliti selanjutnya, antara lain: 1. Pelaksanaan penelitian memerlukan waktu yang cukup lama melebihi target dikarenakan sebagian besar responden bekerja sehingga waktu penelitian terbatas pada sore dan malam hari ketika pasangan suami istri sudah berada di rumah. 2. Penelitian ini belum bisa mewakili seluruh Desa Mangunsari karena populasi dan sampelnya hanya di wilayah RW IV. 3. Penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan suami dan dukungan istri tentang kontrasepsi MOP, namun tidak diketahui hubungan maupun pengaruhnya terhadap pemilihan kontrasepsi MOP.