BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan
bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan maupun yang tidak sehingga perubahan terjadi pada semua sektor. Wilayah Kabupaten Garut secara geografis terletak di Jawa Barat Selatan meliputi areal seluas 3.066,88 km2, terdiri dari 42 kecamatan, 403 desa, dan 21 kelurahan masing-masing mempunyai ciri-ciri khusus dalam potensi wilayah baik dari segi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Kabupaten Garut terletak pada posisi 6o57’34” LS - 7o44’57” LS dan 107o24’3” BT - 108o24’34” BT. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tertinggi 1.244 m dpl dan terendah 7 m dpl dengan pegunungan, dataran rendah dan pantai dibedakan ke dalam iklim Am, Af, dan Cw. Secara administratif Kabupaten Garut terdapat di Wilayah Propinsi Jawa Barat dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):
Bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.
Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Garut mempunyai topografi yang sangat beragam. Wilayah Garut
Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah selatan sebagian permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam.
Corak alam daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh iklim Samudra Hindia dengan segenap potensi alam dan keindahan pantainya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Kabupaten Garut dengan memiliki iklim tropis, curah hujan yang cukup tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang dengan banyaknya aliran sungai, menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya dipergunakan untuk lahan pertanian (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2011 tercatat 2.407.086 jiwa, jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2010 yang tercatat sebanyak 2.737.525 jiwa (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).
4.1.1
Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki panjang garis pantai sekitar 80 km yang
membentang di wilayah selatan meliputi Kecamatan Caringin, Mekarmukti, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Pameungpeuk dan Cibalong. Potensi Mangrove di wilayah Garut sebagian besar terdapat di wilayah Kecamatan Cibalong. Padang lamun (sea grass beds) terdapat hampir disepanjang pantai. Rumput laut (sea weeds) secara alami tumbuh terutama terdapat di perairan laut Cikelet, Cibalong, Pakenjeng dan Caringin. Adapun potensi berbagi jenis biota laut mencakup jenis-jenis ikan pelagik seperti Cakalang (Katsuwonus pelamis), Layaran (Istiophorus iroantalis), Tembang (Sardinella gibbosa), Tongkol (Euthynnus affinis), lalu jenis-jenis ikan demersal seperti Kakap (Lutjanus campechanus), Cucut (Charcharinus sp.), Kerapu (Chromileptes altivelis), lalu jenis-jenis krustacea (jenis-jenis udang dan kepiting), moluska (meliputi bangsa teripang/Holothuroidea, bangsa bulu babi/Echinoidea, bangsa bintang laut/Asteroidea, bangsa lili laut/Crinoidea) dan jenis-jenis biota laut lainnya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Sumberdaya ikan di pantai Kabupaten Garut dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan luas areal penangkapan ± 28.560 km2 diestimasi dengan potensi lestari
(MSY) 10.000 ton. Umumnya ikan yang ditangkap diantaranya adalah tuna, tongkol, cakalang, cumi-cumi, layur, kakap, bawal hitam, kerapu, baronang, cucut botol dan lobster. Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Selain potensi lestari laut dan pantai di Kabupaten Garut juga terdapat potensi tambak di sepanjang garis pantai yaitu sekitar 1.000 Ha. Serta terdapat banyak potensi yang terdapat pada ekosistem yang belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ekosistem kelautan terdiri dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):
Estuaria
: 24 ha
Terumbu Karang
: 525 ha
Padang Lamun
: 75 ha
Mangrove
: 50,9 ha
Potensi sumberdaya lainnya yang terdapat di Kabupaten Garut adalah sumberdaya energi dari pasang surut yang dapat dikonversi menjadi energi listrik terutama pada daerah-daerah teluk dan estuaria. Sumberdaya mineral antara lain berupa biji timah, pasir besi, pasir pantai, batu, kobalt, mangan, tembaga dan lainlain. Kabupaten Garut juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangan sebagai daerah tujuan wisata pantai dengan beragam objek wisata yang masih belum tergali dengan optimal (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Pada bidang sumberdaya hayati, Kabupaten Garut memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dengan luas tambak udang 1.000 Ha, situ dan rawa 258 Ha, sungai 774,17 km, kolam air deras 74 Unit, kolam air tenang 4.000 Ha, sawah ikan 21.000 Ha dan budidaya laut 1.660 Ha (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Secara rinci data potensi perikanan dan kelautan Kabupaten Garut disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut Tahun 2011 Potensi Kegiatan Usaha Tersedia (Ha) Diusahakan (Ha) Presentase (%) A. Budidaya Air Tawar 1. Kolam Air Tenang (KAT) Pembesaran Pembenihan
4.000 3.500 500
3140,86 2991,26 149,60
78,52 85,46 29,92
74
74
100
3. Sawah Ikan/Mina Padi Tumpangsari Penyelang
21.000 13.000 8.000
8.244,80 5.359,12 2.885,68
39,26 41.22 36,07
B. Budidaya Air Payau Tambak Udang Vaname
1.000 1.000
171,2 171,2
17,12 17,12
C. Budidaya Laut
1.660
2
0,12
2. Kolam air Deras (KAD) Unit
D. Penangkapan 1. Perairan Umum (PU) 1052,17 1032,17 98,09 258,00 258,00 9,2,8 Situ / Rawa 774,17 774,17 100 Sungai 10.000 Ton 4.233,73 42,34 2. Laut Sumber: Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013
4.1.2
Potensi Sumberdaya Manusia Kabupaten Garut Dapat ditinjau dari potensi sumberdaya manusia, Kabupaten Garut memiliki
sumberdaya manusia yang mencakup masyarakat perikanan dan kelautan, yang terdiri dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):
Pembudidaya ikan
Nelayan (termasuk pengolah ikan)
Jumlah masyarakat Kabupaten Garut yang mata pencahariannya bergerak di sektor perikanan dan kelautan tercatat 33.256 Rumah Tangga Perikanan (RTP) terdiri dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):
Pembudidaya ikan
: 29.113 RTP
Nelayan (termasuk pengolah ikan)
: 4.019 RTP/RTBP
Secara rinci Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kabupaten Garut disajikan pada Tabel. 2 di bawah ini :
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), Perusahaan Perikanan (PP), Buruh Tani/Nelayan, dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Kabupaten Garut Tahun 2011 Jenis Buruh / Tani Kegiatan Usaha Kelompok RTP PP Nelayan/pengolah KUB ( Orang ) A. Budidaya 1. Tambak 12 2. Kolam Air Tenang (KAT) 11.965 Pembesaran 598 Pembenihan 33 Udang Galah 3. Kolam air Deras 16 (KAD) 4. Sawah Ikan (SI) /Mina 16.489 Padi
2
45
1
-
3.161 391 66
58 13 1
-
32
1
19.733
67
9.609
26
B. Penangkapan 1. Perairan Umum (PU) Situ / Rawa Sungai Laut
214 698 4.019
240
C. Pengolah
1.010 25 Pengolah Pindang 505 Sumber: Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013
4.1.3
Potensi Usaha Penangkapan di Kabupaten Garut Ditinjau dari potensi usaha penangkapan, saat ini sektor Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Garut telah memiliki sumberdaya antara lain terdiri dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013): 1. PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) sebanyak empat lokasi :
PPI Cilauteureun
PPI Rancabuaya
PPI Cimarimuara
PPI Cijeruk
2. BBI (Balai Benih Ikan) terdiri dari :
BBI Pameungpeuk luas areal 0,9 Ha. Terdiri dari kolam pembenihan satu unit, rumah jaga satu unit dan kolam pendederan enam unit.
BBI Bayongbong luas areal 2,9 Ha. Terdiri dari kolam pembenihan dua unit terdiri dari satu unit pembenihan indoor dan satu unit pembenihan outdoor, satu unit rumah petugas, enam unit rumah jaga, satu unit laboratorium, satu unit ruang pertemuan, serta kolam pendederan sebanyak 19 unit.
BBI Hias di Jalan Bratayudha. Terdapat satu unit bangunan lengkap, terdiri dari tiga unit bangunan kantor, satu unit indoor hatchery, satu unit rumah dinas dan kolam pendederan empat unit kolam besar dan tujuh unit kolam kecil permanen.
3. Pasar Ikan, yaitu : Pasar ikan Tarogong dengan luas areal 1.748 m2 mencakup untuk konsumsi ikan dan benih ikan. Merujuk pada potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan di atas, maka sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Garut sangat berpotensi untuk dikembangkan (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).
4.2
Keadaan Umum Pantai Santolo Pantai Santolo merupakan kawasan wisata yang secara administratif berada di
kecamatan Cikelet dengan luas wilayah 21.643 ha. Secara astronomis Pantai Santolo terletak pada 107o 37’ BT - 107o 46’ BT dan 07o 28’ LS - 07o 40’ LS. Struktur geologi kawasan wisata Pantai Santolo adalah sesar, sesar yang dijumpai adalah sesar normal dan sesar geser. Formasi batuan yang mendominasi Pantai Santolo adalah Aluvium dengan material batuan hasil pengendapan. Kawasan wisata Pantai Santolo secara fisiografi termasuk ke dalam zona pegunungan selatan Jawa Barat bagian tengah. Morfologi kawasan ini tremasuk dalam Satuan Morfologi Perbukitan bergelombang dan Satuan Morfologi Daratan (Sugandi dan Supriatin 2008).
4.2.1
Batas Wilayah Batas wilayah administratif kawasan wisata Pantai Santolo adalah sebagai
berikut: Sebelah Utara
: Kecamatan Cikajung
Sebelah Selatan
: Samudera Hindia
Sebelah Timur
: Kecamatan Cisompet
Sebelah Barat
: Kecamatan Pakenjeng
4.2.2
Fisik Lingkungan Secara umum topografi daerah Pantai Santolo merupakan daerah perbukitan
bergelombang dengan kemiringan antara 18%-65% dan merupakan lahan kering dengan struktur tanah labil dan rawan longsor. Sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kawasan Pantai Santolo terletak pada ketinggian 100-500 m dpl. Tataguna lahan didominasi oleh Tanah Milik Negara dan LAPAN, tanah kehutanan, perkebunan, dan pesisir pantai. Pesisir pantai langsung berbatasan dengan Samudera Indonesia (Pakpahan 2004). Menurut Sugandi dan Supriatin (2008), penggunaan lahan di Pantai Santolo adalah pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun, hutan, semak belukar,
tegalan, tanah kosong, dan hutan rawa. Pada saat gelombang dan terjadinya pasang air laut, daerah terumbu karang tertutup air laut setinggi 10 cm, sehingga banyak biota laut yang terbawa gelombang ke daerah terumbu karang. Berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Garut, iklim dan cuaca di Kabupaten Garut dipengaruhi oleh 3 faktor, yatiu pola sirkulasi angin musim, topografi regional bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi topografi di Bandung. Berdasarkan kriteria iklim Junguhn, Kecamatan Cikelet dan Kawasan Pantai Santolo termasuk ke dalam zona panas karena berada di ketinggian antara 0-500 mdpl dengan kisaran suhu rata-rata 260-310 (Supriatin 2007). Secara geologi, jenis tanah di kawasan Pantai Santolo didominasi oleh tanah asosiasi regosol hasil sedimentasi marin dan asosiasi podsolik. Tanah asosiasi podsolik bersifat gembur dan mempunyai perkembangan penampang. Tanah ini jenis ini cenderung kurang mantap dan peka terhadap pengikisan. Dari segi kimia, tanah ini bersifat asam dan miskin. Tanah asosiasi regosol terbentuk dari bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier. Tanah ini bertekstur kasar, konsistensi lepas sampai gembur dan keasaman tanah ber pH 6-7. Tanah regosol belum jelas menampakkan perbedaan horizon. Jenis tanah yang didominasi asosiasi regosol mudah mengalami erosi (Supriatin 2007). Sumber air yang ada di Kawasan Pantai Santolo diperoleh dari sungai, air tanah, dan mata air. Di sekitar lokasi penelitian dilalui oleh 5 sungai yang bermuara di Samudera Indonesia, yaitu Sungai Cipalebuh, Sungai Cilauteureun, Sungai Cipasarangan, Sungai Cimangke, dan Sungai Cimari. Sungai-sungai ini akan kering di musim kemarau, dan mulai berair pada musim hujan lalu masyarakat sekitar memanfaatkanya untuk irigasi sawah. Ada 24 mata air yang belum dimanfaatkan secara optimal. Air tanah yang ada di Kawasan Pantai Santolo merupakan air tanah dangkal dengan kedalaman relatif ± 150 cm. Pemanfaatan air tanah dengan cara membuat sumur gali atau sumur bor dangkal. Air tanah dangkal bersifat sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan mudah tercemar oleh kondisi lingkungan setempat. Hal ini menyebabkan air tanah menjadi kurang potensial untuk dimanfaatkan, dan
untuk mengantisipasinya maka dapat dilakukan dengan cara tidak mengeksploitasi air tanah secara berlebihan (Supriatin 2007).
4.2.3
Potensi dan Aktivitas Perikanan Tangkap
A.
Perkembangan Perikanan Tangkap di Pantai Santolo Seiring berjalannya waktu, banyak perubahan pada perikanan tangkap di
Pantai Santolo, tiap tahunnya mengalami naik turunnya hasil tangkapan. Keberadaan tengkulak atau bakul masih tidak bisa dihilangkan dari kehidupan masyarakat nelayan di Pantai Santolo. TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Cilauteureun di Pantai Santolo pun harus mati karena keberadaan tengkulak tersebut, TPI telah mati selama 12 tahun (Hasil wawancara dengan pihak BPTPK). Keterikatan nelayan dengan tengkulak membuat TPI menjadi tidak berguna. Hal tersebut terjadi karena nelayan meminjan uang untuk modal melaut kepada tengkulak dan pada akhirnya nelayan harus menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dengan harga murah yang telah ditetapkan tengkulak. Seperti lingkaran setan, nelayan tidak bisa terlepas dari tengkulak, karena secara tidak sadar nelayan telah terikat dan bergantung kepada tengkulak. Berbicara mengenai perikanan tangkap, pasti selalu ada naik turun hasil tangkapan, dan untuk lebih jelasnya data hasil produksi dan nilai hasil tangkapan dalam lima tahun terakhir, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Produksi dan Nilai Hasil Tangkapan Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012 Tahun Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) 2008 222.064 538.818.000 2009 198.318,41 1.199.650.400 2010 80.680,26 976.923.500 2011 185.643,39 2.121.952.160 2012 93.764,07 828.005.350 Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, 2013
Dari Tabel 3 dapat dilihat tahun 2009 merupakan tahun dengan produksi tangkapan ikan yang paling besar jumlahnya, sedangkan tahun 2011 merupakan tahun dengan nilai hasil tangkapan yang paling besar jumlahnya. Jika dilihat memang agak ganjil, melihat tahun 2009 mempunyai produksi terbesar, tetapi nilai hasil tangkapannya tidak lebih besar dari tahun 2011, hal ini mungkin dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah alat tangkap yang mengakibatkan meningkatnya hasil tangkapan. Selain itu, ukuran dan kualitas ikan yang ditangkap juga berpengaruh terhadap nilai hasil tangkapan. Turun naiknya jumlah hasil produksi dan nilai hasil produksi di Pantai Santolo dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Jumlah Produksi Ikan (kg)
250,000.00
222,064.00
198,318.41
185,643.39
200,000.00 150,000.00
93,764.07
80,680.26
100,000.00 50,000.00 0.00 2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Nilai Produksi Ikan (Rp)
Gambar 1. Grafik Produksi Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012. Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013
2,500,000,000.00
2,121,952,160
2,000,000,000.00 1,500,000,000.00
1,199,650,400.00 976,923,500
828,005,350
1,000,000,000.00 538,818,000.00 500,000,000.00 0.00 2008
2009
2010
Tahun
2011
2012
Gambar 2. Grafik Nilai Produksi Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012. Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013.
Selanjutnya perkembangan perikanan tangkap meliputi aspek alat tangkap yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan. Jumlah alat tangkap yang digunakan sering disebut sebagai indikator perkembangan suatu usaha perikanan tangkap. Jumlah alat tangkap nelayan Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Alat Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah (Unit) Jumlah 2008 2009 2010 2011 2012 Payang 30 30 30 30 30 150 Pukat Pantai 8 8 8 8 9 41 Jaring Insang Hanyut 97 113 111 123 139 583 Jaring Insang Tetap 558 359 358 527 575 2377 Rawai Tuna/Kakap 168 319 309 332 356 1484 Rawai Hanyut 75 60 62 83 98 378 Rawai Tetap/Buas 76 87 85 203 216 667 Pancing Layur 305 810 794 1002 1241 4152 Pancing Tonda 446 864 869 870 839 3888 Bubu 18 25 19 27 31 120 Jumlah 1781 2675 2645 3205 3534 13840 Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut Nama
Dapat dilihat dari Tabel 4, jumlah alat tangkap yang paling besar berada di tahun 2012 dengan alat tangkap Pancing Tonda yang paling banyak digunakan dan bertambah secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah lebih mampu membeli alat tangkap lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Naik turunnya jumlah alat tangkap di Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut.
1400 1241
Jumlah Alat Tangkap (Unit)
1200 1002
Payang
1000
Pukat Pantai
870
869
864 810
839
794
800
Jaring Insang Hanyut Jaring Insang Tetap Rawai Tuna/Kakap
575
558
600
Rawai Hanyut
527 446
400
Rawai Tetap/Buas 359 319
305
200
356
332
113 18
308
87 60
111 25
308
6285
123 19
139 83
308
Pancing Layur Pancing Tonda
216
203
168 97 7576
308
358 309
27
Bubu 98 31
309
0 2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 3. Grafik Jumlah Alat Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 20082012. Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013
Selanjutnya perkembangan perikanan tangkap meliputi aspek armada tangkap yang digunakan oleh nelayan di Pantai Santolo. Umumnya nelayan Pantai Santolo menggunakan armada dengan kapasitas ≤ 5 GT, dan armada yang paling banyak digunakan adalah motor tempel. Nelayan Pantai Santolo tergolong nelayan kecil karena menggunakan armada dengan kapasitas ≤ 5 GT. Keterbatasan kapasitas armada tangkap ini yang menyebabkan hasil tangkapan kurang maksimal. Nelayan kecil hanya mampu membeli armada dengan kapasitas ≤ 5 GT. Jumlah armada tangkap yang digunakan nelayan Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Armada Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012 No
Jumlah (Unit) Jumlah 2008 2009 2010 2011 2012 923 Tanpa Motor 189 197 178 187 172 3159 Motor Tempel 992 832 457 503 375 230 <5 GT 47 58 62 36 27 420 5-50 GT 112 98 76 86 48 6 10-30 GT 2 0 1 1 2 4738 Jumlah 1342 1185 774 813 624 Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut
Jenis Armada
1 2 3 4 5
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa armada yang paling banyak dipakai oleh nelayan adalah motor tempel, dengan kapal berkapasitas 5-50 GT yang paling banyak dipakai. Jumlah armada tangkap paling banyak pada tahun 2008, dan jumlah yang paling rendah pada tahun 2012. Hal ini menunjukan bahwa semakin hari kemampuan nelayan untuk membeli armada makin rendah, harga armada yang relatif mahal dan belum banyak nelayan yang mampu membeli armada dengan harga yang cukup mahal. Naik turun jumlah armada tangkap disetiap tahun menunjukkan bahwa kondisi perekonomian nelayan disana yang kurang stabil, untuk lebih jelasnya dapat
Jumlah Armada Tangkap (Unit)
dilihat di Gambar 5.
1200 992 1000
832 Tanpa Motor
800 600
457
Motor Tempel
503 375
400 200
189
112 47
197 5898
187
178 6276
36
86
<5 GT 5-50 GT
172 2748
10-30 GT
0 2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 4. Grafik Jumlah Armada Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012. Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013
B.
Kegiatan Nelayan di Pantai Santolo Secara umum, nelayan Pantai Santolo bekerja sebagai nelayan, namun
sebagian dari mereka menekuni pekerjaan alternatif dengan melakukan usaha dalam minawisata bahari, hasilnya sebagai sampingan bila sedang tidak bisa melaut atau musim paceklilk. Selain warga lokal, nelayan di Pantai Santolo datang dari berbagai daerah, seperti Cilacap, Bugis, Jawa Tengah, dan masih banyak lagi. Pantai Santolo yang sudah mulai dikenal, kini mulai ramai dengan wisatawan. Nelayan di Pantai Santolo bernanung di bawah organisasi HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia). Organisasi ini menghimpun serta mendata nelayan yang masih aktif melaut. Aktivitas penangkapan ikan dimulai pada sore hari menjelang malam dan nelayan kembali ke daratan ketika pagi hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan di Pantai Santolo, luas daerah penangkapan mencapai daerah perairan Tasikmalaya, Pangandaran, Ujung Genteng, dan sekitarnya. Sehabis melaut, hasil tangkapan didaratkan di TPI Cilauteureun, dimana tengkulak sudah menunggu. TPI disini yang berfungsi hanya bangunan saja, tidak ada kepengurusan yang berjalan didalamnya. Tidak hanya tengkulak yang sudah menunggu tapi banyak juga pembeli eceran yang ingin membeli hasil tangkapan para nelayan yang baru saja mendarat, karena harganya lebih murah. Tangkapan yang tidak habis terjual akan diambil oleh nelayan dan dikonsumsi sendiri dengan keluarga masing-masing, tetapi ada juga nelayan yang membuangnya. Jumlah nelayan di Pantai Santolo mengalami naik turun tiap tahunnya. Hal ini dapat terjadi karena hasil tangkapan yang juga semakin menurun akibat musim paceklik, sehingga pendapatan berkurang. Data jumlah perkembangan nelayan pada tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Nelayan di Pantai Santolo pada Tahun 2008-2012. Tahun Nelayan (orang) 2008 274 2009 189 2010 215 2011 179 2012 255 Sumber BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut
Dilihat pada Tabel 6 jumlah nelayan di Pantai Santolo yang paling banyak terdapat pada tahun 2008, dan terus terjadi naik turun jumlah nelayan sampai tahun 2012. Penurunan yang terjadi disebabkan musim paceklik yang berkepanjangan dan kondisi perekonomian yang tidak menentu. Hal tersebut membuat nelayan tidak punya modal untuk melaut sehingga jumlah nelayan berkurang. Mereka berhenti menjadi nelayan dan mencari pekerjaan yang lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Seharusnya dengan adanya kondisi seperti ini pemerintah turun tangan untuk membantu nelayan dan memajukan perikanan tangkap di sekitar Pantai Santolo, seperti memberikan pinjaman tanpa bunga, berjalannya TPI sehingga nelayan tidak terus menerus bergantung kepada tengkulak. Tetapi nyatanya hal ini sangat sulit dijalankan. Naik turun jumlah nelayan di Pantai Santolo akan disajikan
Jumlah Nelayan (Orang)
pada Gambar 6.
300
274
255
250
215 189
200
179
150 Nelayan
100 50 0 2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 5. Grafik Jumlah Nelayan di Pantai Santolo pada Tahun 2008-2012 Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013
C.
Keadaan Umum Nelayan yang Berkegiatan dalam Minawisata Bahari Nelayan yang berkegiatan dalam minawisata bahari melakukan beberapa
usaha, yaitu yang pertama menyewakan perahu untuk menikmati pemandangan, kedua menyewakan losmen untuk wisatawan menginap, ketiga menjual cinderamata, keempat usaha kuliner, kelima menyewakan jasa permainan banana boat. Usaha perikanan tangkap yang dilakukan nelayan yang berkegiatan di minawisata bahari di Pantai Santolo dilakukan dalam kurun waktu yang berbeda. Ketika musim ikan sedang melimpah setiap hari mereka melaut, tetapi saat sedang paceklik dan musim barat, mereka tidak dapat melaut karena keadaan alam dan armada yang tidak mendukung. Melihat banyaknya pengunjung yang datang ke Pantai Santolo, maka nelayan sekitar berinisiatif untuk melakukan usaha dalam minawisata bahari agar dapat menambah penghasilan. Banyak dari nelayan ingin minawisata bahari di Pantai Santolo seramai dan semaju di Pantai Pangandaran. Minawisata bahari di Pantai Santolo mulai berkembang dan butuh banyak wisatawan untuk memajukan minawisata baharinya, serta bertambah pula penghasilan rumah tangga nelayan.
4.2.4
Potensi dan Aktivitas Pariwisata Pantai Santolo merupakan berkumpulnya nelayan tradisional, salah satunya
nelayan dari Pameungpeuk. Selain itu adanya pelabuhan dan tempat pendaratan ikan Cilauteureun menjadi daya tarik tersendiri. Apabila wisatawan tertarik untuk membeli, ikan laut segar yang baru saja ditangkap banyak sekali dijual di pelabuhan Cilauteureun. Pemandangan Pantai Santolo memang indah, airnya yang bening, pasirnya yang bersih, menjadi daya tarik tersendiri. Saat pantai surut kita bisa melihat lebih dekat biota laut yang sangat jelas terlihat dibawah beningnya air laut. Banyak ikanikan kecil, umang, lamun yang dapat kita nikmati. Pemandangan yang indah di Pantai Santolo dapat kita nikmati dengan menyewa perahu nelayan. Di pinggir pelabuhan
nelayan sudah menunggu bila ada wisatawan yang ingin menyewa perahu unutk menyeberang ke Pantai Santolo, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7 di bawah.
Gambar 6. Pelabuhan Cilauteureun dan Penyewaan Perahu Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013
Selain pantai yang indah, di Pantai Santolo juga terdapat benteng peninggalan Belanda saat masa penjajahan. Benteng tersebut masih berdiri kokoh, tetapi ada beberapa bagiannya yang memang sudah termakan waktu dan sudah runtuh, walaupun begitu sebagian besar benteng tersebut masih bisa dikatakan dalam kondisi baik. Di bawah benteng tersebut terpampang pemandangan yang indah, masih banyak terdapat terumbu karang, ikan-ikan kecil yang berenang berkelompok, dan tentu saja air yang bening sehingga apa yang ada dibawahnya dapat terlihat dengan jelas (Gambar 8).
Gambar 7. Benteng Belanda di Pantai Santolo Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013
Selain pemandangan indah yang disajikan, Pantai Santolo juga mempunyai jasa sewa permainan banana boat yang dapat dinikmati wisatawan. Sepaket permainan banana boat dihargai Rp 200.000,00 dengan setiap paketnya terdiri dari 5 orang. Wisatawan yang mencari kegiatan yang menyenangkan dan ingin melepas penat dapat mencoba permainan yang satu ini. Saat perut terasa lapar banyak kios makanan yang menjual berbagai macam hidangan laut. Sajian hidangan laut terasa lebih istimewa karena disajikan dipinggir pantai dengan pemandangan yang indah serta karena hidangan yang disajikan masih segar dan baru ditangkap oleh nelayan sekitar. Para wisatawan dipersilahkan memilih sendiri ikan yang ingin kita makan. Cita rasa dari hidangan ini sangat khas karena ikan yang dimasak sangat segar dan mempunya rasa manis dan tekstur daging ikan yang padat tetapi lembut. Harga yang ditawarkan pantas dengan hidangan yang disajikan (Gambar 9).
Gambar 8. Hidangan Laut Pantai Santolo Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013
Wisatawan yang ingin membawa pulang oleh-oleh dapat mengunjungi kios cinderamata. Penjual menyediakan baju-baju khas pantai, pajangan-pajangan yang terbuat dari kulit kerang, dan banyak lagi. Harga yang ditawarkan oleh para penjual tergolong murah, sehingga tidak terlalu memberatkan para wisatawan yang ingin berbelanja oleh-oleh. Losmen untuk para wisatawan bermalam juga banyak terdapat di pinggir pantai. Harga yang ditawarkan beragam, sesuai dengan luas dan fasilitas yang ada di dalamnya. Kisaraan harga losmen mulai dari Rp 150.000,00-Rp 350.000,00. Berdasarkan wawancara harga tersebut bisa berubah sewaktu-waktu karena ada proses tawar menawar dengan wisatawan. Terkadang pengelola losmen bisa saja memberikan harga yang lebih murah dibanding harga normal, dengan pertimbangan asal ada pemasukan karena bila harga tidak diturunkan bisa saja wisatawan pergi. Bila akhir pekan biasanya pengelola losmen menaikkan harga dari pada hari biasa. Usaha nelayan dalam minawisata bahari di Pantai Santolo rata-rata baru berjalan selama 2 tahun. Maka dari itu minawisata bahari di Pantai Santolo masih
banyak harus dibenahi dan diatur dengan baik, khususnya dari pemerintah daerah setempat. Panta Santolo memiliki potensi yang besar, dan dapat memberi keuntungan bagi masyarakat sekitar dan juga pemerintah daerah. Tetapi sayangnya minawisata bahari disana terkesan berantakan dan tidak teratur. Pantai Santolo butuh banyak promosi dan dukungan dari berbagai pihak, karena masyarakat sekitar tidak bisa melakukannya sendiri. Berdasarkan wawancara dengan responden, mereka berharap minawisata bahari di Pantai Santolo bisa semaju seperti di Pantai Pangandaran. Kemauan dari masyarakat sekitar untuk memajukan minawisata bahari di Pantai Santolo memang cukup terlihat, dan usaha ini juga dapat membantu perekonomian mereka disaat hasil melaut tidak bisa diandalkan unutk kehidupan mereka.
4.2.5
Sarana dan Prasarana
A.
Sarana dan Prasarana Perikanan Pantai Santolo mempunyai sarana dan sarana perikanan, yaitu Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Cilauteureun. PPI Cilauteureun dibangun pada tahun 1994, dengan luas 1000 m2. Berikut rincian sarana dan prasarana di PPI Cilauteureun.
No A 1 2 3 4 5 6 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 C 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 7. Sarana dan Prasarana PPI Cilateureun Uraian Jumlah/Luas Sarana Pokok Penahan Gelombang 210 m Tembok Penahan Tanah 250 m Jetty Dermaga 400 m Alur Masuk/Keluar 150 m Tanah Pelabuhan 43.795 m2 Sarana Fungsional Gedung Pelelangan 160 m2 Pasar Ikan 60 m2 Tempat Pengelolaan Pabrik Es Tempat Penyimpanan Ikan Segar Cold Storage Instalasi Bahan Bakar 9 m2 Instalasi Listrik 400 m Bengkel 88 m2 Balai Pertemuan Nelayan 96 m2 Rumah Jaga Menara Pengawas MCK 9 m2 Pagar Keliling 600 m Sarana Tambahan Mess Operator Gedung Kesenian dan Olah Raga Penginapan Nelayan Toko BAP Perumahan Dinas Kantin Poliklinik Sumber: PPI Cilauteureun, 2013
Bila dilihat dari Tabel 7, maka dapat terlihat bila sarana dan sarana perikanan di Pantai Santolo belum cukup lengkap untuk menunjang kegiatan nelayan setempat. Kebutuhan nelayan yang mendasar untuk mempertahankan kesegeran ikan seperti es,
tidak terdapat di PPI Cilauteureun, maka dari itu nelayan harus membelinya ditempat lain yang lebih jauh. Untuk keadaan sarana dan prasarana kantor di PPI Cilauteureun akan disajikan pada tabel di bawah berikut:
Tabel 8. Sarana dan Prasarana Kantor PPI Cilauteureun No Uraian Jumlah 1 Luas Lahan 48 m2 2 Ruang: a. Mushola PPI 7,5 m2 b. Staf 37,5 m2 c. Toilet 3 m2 3 Meja 3 unit 4 Kursi 20 unit 5 Lemari 1 unit 6 Mesin Tik 1 unit 7 Komputer 1 unit 8 Timbangan 1 unit 9 Box 10 Tray 10 unit 11 Sterofoam 12 Lori 1 unit Sumber: PPI Cilauteureun, 2013
B.
Sarana dan Prasarana Minawisata Bahari 1. Penginapan Untuk sarana penginapan, kawasan Pantai Santolo meyediakan dua hotel
kelas melati, satu wisma milik LAPAN (Profil Cikelet, 2011), dan losmen. Penginapan-penginapan tersebut mempunyai harga yang bervariasi, mulai dari kisaran harga Rp 350.000-Rp 50.000. Tentunya harga tersebut sesuai dengan fasilitas yang disediakan. Penginapan dengan harga Rp 350.000 semalam mempunyai fasilitas AC, TV, meja, kursi, lemari, kamar mandi yang bersih, dua tempat tidur, dan dengan kamar yang cukup besar. Penginapan dengan harga Rp 50.000 semalam mempunyai
fasilitas standar sesuai dengan harganya, seperti satu tempat tidur, satu lemari, dengan kamar yang tidak terlalu luas.
2. Restoran Selain penginapan, Pantai Santolo memiliki cukup bnayak kios makanan kecil serta makanan berat seperti hidangan laut. letaknya yang dipinggir pantai membuat suasana yang istimewa dalam menyantap makanan. Terdapat kurang lebih 12 kioa makanan kecil dan hidangan laut yang ada di Pantai Santolo.
3. Perbelanjaan Pantai Santolo memiliki beberapa kios untuk wisatawan berbelanja seperti baju-baju pantai, aksesoris, dan pajangan yang terbuat dari biota laut seperti jam dinding dari cangkang kerang, gelang dan kallung terbuat dari cangkang kerang, dan masih banyak lagi.
4. Perhubungan dan Transportasi Karena Pantai Santolo sudah mulai dikunjungi oleh wisatawan, maka sudah banyak sarana transportasi umum yang menuju ke Pantai Santolo dan juga sudah ada banyak agen-agen perjalanan wisata yang menyediakan perjalanan wisata ke Pantai Santolo. Pantai Santolo berjarak 88 km dari Kota Garut, dengan jarak tempuh kurang lebih 3,5 jam. Meskipun cukup jauh, tapi pemandangan di sepanjang perjalanan menuju Pantai Santolo cukup indah dengan hamparan gunung, hutan, dan kebun teh yang sangat hijau dan asri, serta udara yang sejuk. Bila dari Kota Bandung, perjalanan ke Pantai Santolo berjarak kurang lebih 150 km. Rute yang biasa dilewati jika hendak menuju Pantai Santolo menggunakan kendaraan pribadi adalah Garut Kota-Cikajang-Pameungpeuk-Cikelet dengan lama perjalanan 5 jam. Bila hendak menggunakan trasnportasi umum dari Bandung, bisa menggunakan ELF jurusan Cikajang dari Terminal Cicaheum atau Terminal Leuwipanjang, kemudian diteruskan dengan mini bus jurusan Pameungpeuk. Rute alternatif yang juga bisa digunakan
menuju Pantai Santolo adalah Ciwidey-Cisewu-Bungbulang-Pameungpeuk tetapi memakan waktu yang lebih lama yaitu 7 jam. Kondisi jalanan yang ditempuh sudah cukup bagus tetapi perlu hati-hati karena setelah melewati Cikajang, jalanan akan meliuk-liuk dengan lebar jalan yang hanya cukup dilewati 1 kendaraan ditiap jalurnya. Selain itu banyak kendaraan besar yang melintas maka kita harus ekstra hati-hati. Setelah memasuki kawasan Pameungpeuk secara keseluruhan kondisi jalan juga sudah cukup bagus walaupun masih ada jalan yang aspal nya kurang sempurna, dengan lebar jalan bervariasi antara 3-10 m. Setelah memasuki kawasan Pantai Santolo kondisi jalan sudah cukup bagus dengan jalanan aspal dan lebar jalan yang cukup besar.
4.2.6
Gambaran Umum Responden Responden nelayan dan keluarganya telah dipilih sejumlah 25 orang dengan
beragam pekerjaan dan kegiatan, rinciannya adalah 5 orang menyewakan perahu untuk menikamati pemandangan pantai, 5 orang menyewakan losmen, 5 orang usaha kuliner, 5 orang menjual cinderamata, dan 5 orang menyewakan jasa permainan banana boat. Kondisi umum responden yang diamati meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, dan jumlah tanggungan keluarga.
A.
Umur Faktor umur mempengaruhi aktif atau tidaknya seseorang dalam menjalani
kegiatan sehari-hari. Umur sangat penting terhadap produktivitas seseorang dalam melakukan usaha atau kegiatan. Data umur responden disajikan pada Gambar 10.
0% 8% 15-55 tahun < 15 tahun > 55 tahun
92%
Gambar 9. Umur Responden Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Seperti dilihat pada Gambar 10, dari 25 orang responden yang telah diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan umur terendah dan tertinggi, yaitu <15 tahun, 15-55 tahun, dan >55 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan rentang usai responden adalah >15 tahun dan >55 tahun. Kelompok umur terbanyak yaitu 15-55 tahun yakni sebesar 92% (23 orang resonden), selanjutnya diikuti oleh kelompok umur >55 tahun dengan persentase sebesar 8% (2 orang responden), dan yang terakhir untuk kelompok umur <15 tahun yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut, mayoritas umur responden yang berkegiatan dalam minawisata bahari di Pantai Santolo dalam rentang umur 15-55 tahun. Menurut BKKBN dalam Yuliriane (2012) usia produktif berada pada kisaran 15-55 tahun, maka hal ini menunjukkan rata-rata responden berada dalam usia produktif.
B.
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pola pikir dan pola kehidupan seseorang. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, daya pikir, dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, maka informasi mengenai tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 11.
0% 0% 20%
Tidak sekolah SD SMP
80%
SMA
Gambar 10. Tingkat Pendidikan Responden Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Seperti dilihat pada Gambar 11, dari 25 orang responden yang telah diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan terendah dan tertinggi, yaitu tidak sekolah, SD, SMP, dan SMA. Berdasarkan hasil wawancara didapat tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SD sebesar 80% (20 orang resonden), selanjutnya diikuti oleh tingkat pendidikan SMP sebesar 20% (5 orang responden), kemudian tingkat pendidikan SMA sebesar 0%, dan yang terakhir untuk yang tidak sekolah sebesar 0%. Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SD, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, dan pola pikir keliru yang telah diturunkan oleh leluhur mereka. Mereka lebih mementingkan mencari uang dibandingkan sekolah, dan pola pikir ini terus menerus diwariskan kepada anak-anak mereka. Selain kurangnya kesadaran, tidak adanya biaya untuk sekolah dan kurangnya fasilitas yang menunjang juga menjadi salah satu penyebab.
C.
Pengalaman Bekerja Pengalaman bekerja yang lebih banyak akan memudahkan seseorang untuk
mengetahui seluk beluk pekerjaannya dan lebih mudah untuk membaca situasi yang akan berpengaruh terhadap pekerjaannya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, maka informasi mengenai pengalaman bekerja responden dapat dilihat pada Gambar 12.
8% 1-5 tahun 6-10 tahun
92%
Gambar 11. Pengalaman Bekeja Responden Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Seperti dilihat pada Gambar 12, dari 25 orang responden yang telah diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan pengalaman bekerja terendah dan tertinggi, yaitu 1-5 tahun, dan 6-10 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapat pengalaman bekerja responden terbanyak yaitu 1-5 tahun dengan persentase 92% (23 orang resonden), selanjutnya diikuti oleh pengalaman bekerja 6-10 tahun sebesar 8% (2 orang responden). Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa pengalaman bekerja responden yang paling banyak adalah 1-5 tahun. Angka tersebut dapat dikatakan kecil karena minawisata bahari di Pantai Santolo tergolong masih baru berkembang dan belum terlalu terkenal seperti Pantai Pangandaran, maka dari itu rata-rata lamanya pengalaman bekerja responden tergolong singkat.
D.
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga didapat dari banyaknya anak serta anggota
keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, maka informasi mengenai jumlah tanggungan keluarga dari responden dapat dilihat pada Gambar 13.
0% 12%
16% 1-2 orang 3-4 orang 5-6 orang > 6 orang
72%
Gambar 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Seperti dilihat pada Gambar 13, dari 25 orang responden yang telah diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dari terendah sampai tertinggi, yaitu 1-2 orang, 3-4 orang, 5-6 orang, dan > 6 orang. Berdasarkan hasil wawancara didapat jumlah tanggungan keluarga responden yang terbanyak adalah 3-4 orang sebesar 72% (18 orang responden), selanjutnya diikuti oleh tanggungan keluarga sebanyak 1-2 orang yakni sebesar 16% (4 orang responden), kemudian tanggungan keluarga sebanyak 5-6 orang sebesar 12% (3 orang responden), dan yang terakhir tanggungan sebanyal > 6 orang memiliki persentase 0%. Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga dengan rentang 3-4 orang merupakan responden terbanyak. Jumlah pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga, apabila
jumlah tanggungan keluarga banyak maka akan banyak pula pengeluaran. Pendapatan yang terlihat besar belum tentu jika jumlah tanggungan keluarganya banyak karena banyak pula biaya yang harus dikeluarkan.
4.3
Usaha Minawisata Bahari dan Curahan Kerja Nelayan
4.3.1
Usaha Minawisata Bahari
A.
Perikanan Tangkap 1. Keragaan Biaya Manfaat Kegiatan usaha perikanan tangkap di Pantai Santolo yang dilakukan oleh
nelayan yang juga melakukan kegiatan di minawisata bahari dilakukan selama 21 hari dalam 1 bulan, atau 252 hari dalam 1 tahun. Rincian pendapatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Perikanan Tangkap Dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi 5.558.300 Alat Tangkap 25.400.000 Kapal 18.530.500 Mesin Jumlah 49.488.800 2 Biaya Tetap 1.568.364 Penyusutan Alat Tangkap 3.550.000 Penyusutan Kapal 2.465.000 Penyusutan Mesin Jumlah 7.583.364 3 Biaya Variabel 52.757.520 Bahan Bakar 29.990.400 Perbekalan Jumlah 82.747.920
4 5
Biaya Total Penerimaan Pendapatan/Keuntungan Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
139.820.084 172.682.916 82.351.632
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai Santolo untuk usaha penangkapan ikan terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel adalah Rp 139.820.084 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha perikanan tangkap adalah sebesar Rp 90.331.284. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 172.682.916, dengan pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 82.351.632. Kegiatan usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, karena penerimaan ratarata lebih besar daripada biaya operasional.
2. BCR Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. BCR dari kegiatan penangkapan ikan di Pantai Santolo adalah sebagai berikut. 𝐁𝐂𝐑 𝐏𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐈𝐤𝐚𝐧 =
𝐑𝐩 𝟏𝟕𝟐. 𝟔𝟖𝟐. 𝟗𝟏𝟔 = 𝟏, 𝟗𝟏 𝐑𝐩 𝟗𝟎. 𝟑𝟑𝟏. 𝟐𝟖𝟒
BCR dari usaha perikanan tangkap di Pantai Santolo sebesar 1,91 yang dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%. Profitabilitas merupakan perhitungan untuk menggambarkan kemampuan suatu usaha untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha penangkapan ikan akan dipaparkan sebagai berikut. 𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩 =
𝐑𝐩 𝟖𝟐. 𝟑𝟓𝟏. 𝟔𝟑𝟐 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟏, 𝟏𝟕% 𝐑𝐩 𝟗𝟎. 𝟑𝟑𝟏. 𝟐𝟖𝟒
Profitabilitas usaha perikanan tangkap adalah sebesar 91,17%, dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan Pantai Santolo tersebut menguntungkan.
4. Payback Periods Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha penangkapan ikan akan dipaparkan sebagai berikut.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩 =
𝐑𝐩 𝟏𝟑𝟗. 𝟖𝟐𝟎. 𝟎𝟖𝟒 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟏, 𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐑𝐩 𝟖𝟐. 𝟑𝟓𝟏. 𝟔𝟑𝟐
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha perikanan tangkap adalah 1,7 tahun.
B.
Sewa Perahu 1. Keragaan Biaya Manfaat Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya sewa perahu. Analisis pendapatan dari usaha sewa perahu lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 10. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Perahu Dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi 5.500.000 Kapal 7.000.000 Mesin Jumlah 12.500.000 2 Biaya Tetap 300.000 Penyusutan Kapal 310.000 Penyusutan Mesin Jumlah 610.000 3 Biaya Variabel 7.117.500 Bahan Bakar 6.350.000 Perbekalan Jumlah 13.467.500
4 5
Biaya Total Penerimaan Pendapatan/Keuntungan Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
26.577.500 50.200.000 36.122.500
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai Santolo untuk usaha sewa perahu terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel adalah Rp 26.577.500 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha sewa perahu adalah sebesar Rp 14.007.500. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 50.200.000, dengan pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 36.122.500. Kegiatan usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, karena penerimaan ratarata lebih besar daripada biaya operasional.
2. BCR Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha sewa perahu di Pantai Santolo adalah sebagai berikut.
𝐁𝐂𝐑 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 =
𝐑𝐩 𝟓𝟎. 𝟐𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = 𝟑, 𝟓𝟕 𝐑𝐩 𝟏𝟒. 𝟎𝟕𝟕. 𝟓𝟎𝟎
BCR dari usaha sewa perahu ini sebesar 3,57 yang dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%. Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa perahu akan dipaparkan sebagai berikut. 𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 =
𝐑𝐩 𝟑𝟔. 𝟏𝟐𝟐. 𝟓𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐𝟓𝟔, 𝟔% 𝐑𝐩 𝟏𝟒. 𝟎𝟕𝟕. 𝟓𝟎𝟎
Profitabilitas usaha sewa perahu adalah sebesar 256,6%, dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman maka dapat dikatakan usaha sewa perahu di Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods Payback Period merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha sewa perahu akan dipaparkan sebagai berikut.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 =
𝐑𝐩 𝟐𝟔. 𝟓𝟕𝟕. 𝟓𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟎, 𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐑𝐩 𝟑𝟔. 𝟏𝟐𝟐. 𝟓𝟎𝟎
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha sewa perahu adalah 0,7 tahun (8.4 bulan).
C.
Banana Boat 1. Keragaan Biaya Manfaat Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya banana boat. Analisis pendapatan dari usaha banana boat lebih jelasnya akan disajikan pada tabel di bawah.
Tabel 11. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Jasa Permainan Banana Boat Dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Tetap 100.000 Retribusi Jumlah 100.000 2 Biaya Variabel 18.000.000 Bahan Bakar 6.000.000 Perbekalan Jumlah 24.000.000
3 4
Biaya Total Penerimaan Pendapatan/Keuntungan Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
24.100.000 48.000.000 23.900.000
Kegiatan usaha ini nelayan berperan sebagai buruh yang berhadapan langsung dengan wisatawan yang ingin menyewa jasa permainan banana boat. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai Santolo untuk usaha sewa jasa permainan banana boat terdiri Biaya Tetap, dan Biaya Variabel adalah Rp 24.100.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha banana boat adalah sebesar Rp 24.100.000. Kegiatan usaha ini tidak ada biaya Investasi karena responden berperan sebagai buruh, alat-alat dipinjamkan oleh pemilik. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 48.000.000, dengan pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 23.900.000. Kegiatan
usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, dimana penerimaan rata-rata lebih besar daripada biaya operasional.
2. BCR Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha banana boat di Pantai Santolo adalah sebagai berikut. 𝐁𝐂𝐑 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 =
𝐑𝐩 𝟒𝟖. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = 𝟏, 𝟗𝟗 𝐑𝐩 𝟐𝟒. 𝟏𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
BCR dari usaha banana boat ini sebesar 1,99 yang dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas Kriteria untung rugi dalam analsis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%. Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa banana boat akan dipaparkan sebagai berikut. 𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 =
𝐑𝐩 𝟐𝟑. 𝟗𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟗, 𝟏𝟕% 𝐑𝐩 𝟐𝟒. 𝟏𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
Profitabilitas usaha sewa jasa permainan banana boat adalah sebesar 99,17%, dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha sewa jasa permainan banana boat di nelayan Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha banana boat akan dipaparkan sebagai berikut.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 =
𝐑𝐩 𝟐𝟒. 𝟏𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟏 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐑𝐩 𝟐𝟑. 𝟗𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha banana boat adalah 1 tahun.
D.
Sewa Losmen 1. Keragaan Biaya Manfaat Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya sewa losmen. Analisis pendapatan dari usaha sewa losmen lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 12. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Losmen Dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi 100.000.000 Bangunan 11.280.0000 Furnitur Jumlah 111.280.000 2 Biaya Tetap 2.500.000 Penyusutan Bangunan 575.000 Penyusutan Furnitur 300.000 Pajak Bumi dan Bangunan Jumlah 3.375.000 3 Biaya Variabel 1.200.000 Biaya Listrik Jumlah 1.200.000
4 5
Biaya Total Penerimaan Pendapatan/Keuntungan Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
115.855.000 25.560.000 20.985.000
Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai Santolo untuk usaha sewa losmen ini terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel adalah Rp 115.855.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha sewa losmen adalah sebesar Rp 4.575.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 25.560.000, dengan pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 20.985.000. Kegiatan usaha ini dapat dikatakan memberikan keuntungan dimana penerimaan rata-rata lebih besar daripada biaya operasional.
2. BCR Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha sewa losmen di Pantai Santolo adalah sebagai berikut. 𝐁𝐂𝐑 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 =
𝐑𝐩 𝟐𝟓. 𝟓𝟔𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = 𝟓, 𝟔 𝐑𝐩 𝟏𝟏𝟓. 𝟖𝟓𝟓. 𝟎𝟎𝟎
BCR dari usaha sewa losmen ini sebesar 5,6 yang dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%. Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa losmen akan dipaparkan sebagai berikut. 𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 =
𝐑𝐩 𝟐𝟎. 𝟗𝟖𝟓. 𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓𝟖, 𝟕% 𝐑𝐩 𝟒. 𝟓𝟕𝟓. 𝟎𝟎𝟎
Profitabilitas usaha sewa losmen adalah sebesar 458,7%, dimana angka dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha sewa losmen yang ada di Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha sewa losmen akan dipaparkan sebagai berikut.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 =
𝐑𝐩 𝟏𝟏𝟓. 𝟖𝟓𝟓. 𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟓, 𝟓 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐑𝐩 𝟐𝟑. 𝟑𝟖𝟓. 𝟎𝟎𝟎
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha sewa losmen adalah 5,5 tahun.
E.
Kuliner 1. Keragaan Biaya Manfaat Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya usaha kuliner. Analisis pendapatan dari usaha kuliner lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 13. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Kuliner Dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi 10.000.000 Bangunan 2.000.000 Meja dan Kursi 800.000 Peralatan Dapur Jumlah 12.800.000 2 Biaya Tetap 800.000 Penyusutan Bangunan 350.000 Penyusutan Meja dan Kursi 125.000 Penyusutan Peralatan Dapur 55.000 Retribusi Jumlah 1.330.000 3 Biaya Variabel 1.200.000 Biaya Listrik 2.160.000 Biaya Berbelanja Bahan-bahan Jumlah 3.360.000
4 5
Biaya Total Penerimaan Pendapatan/Keuntungan Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
17.490.000 31.320.000 26.630.000
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai Santolo untuk usaha kuliner ini terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel adalah Rp 17.490.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha kuliner adalah sebesar Rp 4.690.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini sebesar Rp 31.320.000, dengan pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 26.630.000. Kegiatan usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, yakni penerimaan rata-rata lebih besar daripada biaya operasional.
2. BCR Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha kuliner losmen di Pantai Santolo adalah sebagai berikut. 𝐁𝐂𝐑 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 =
𝐑𝐩 𝟑𝟏. 𝟑𝟐𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = 𝟔, 𝟕 𝐑𝐩 𝟏𝟏. 𝟒𝟗𝟎. 𝟎𝟎𝟎
BCR dari usaha kuliner ini sebesar 6,7 yang dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menggambarkan kemampuan suatu usaha untuk mendapatkan laba. Rasio profitabilitas dari usaha kuliner akan dipaparkan sebagai berikut. 𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 =
𝐑𝐩 𝟐𝟔. 𝟔𝟑𝟎. 𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟔𝟕, 𝟖% 𝐑𝐩 𝟒. 𝟔𝟗𝟎. 𝟎𝟎𝟎
Profitabilitas usaha kuliner adalah sebesar 567,8%, dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha kuliner yang ada di Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha kuliner akan dipaparkan sebagai berikut.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 =
𝐑𝐩 𝟏𝟕. 𝟒𝟗𝟎. 𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟎, 𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐑𝐩 𝟐𝟔. 𝟔𝟑𝟎. 𝟎𝟎𝟎
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha kuliner adalah 0,7 tahun (8,4 bulan).
F.
Cinderamata 1. Keragaan Biaya Manfaat Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya usaha menjual cinderamata. Analisis pendapatan dari usaha menjual cinderamata lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 14. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Menjual Cinderamata Dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi 11.500.000 Bangunan 2.100.000 Peralatan Jumlah 13.600.000 2 Biaya Tetap 430.000 Penyusutan Bangunan 100.000 Penyusutan Peralatan 100.000 Retribusi Jumlah 630.000 3 Biaya Variabel 1.200.000 Biaya Listrik 7.240.000 Biaya Berbelanja Bahan-bahan Jumlah 8.740.000
4 5
Biaya Total Penerimaan Pendapatan/Keuntungan Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
22.970.000 13.800.000 4.430.000
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai Santolo untuk usaha menjual cinderamata ini terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel adalah Rp 22.970.000 (Biaya Total). Biaya operasional
dari usaha cinderamata sebesar Rp 9.370.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu
tahun
untuk
kegiatan
usaha
ini
sebesar
Rp
13.800.000,
dengan
pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 4.430.000. Kegiatan usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, yakni penerimaan ratarata lebih besar daripada biaya operasional. Keuntungan yang didapat memang termasuk kecil, karena berdasarkan wawancara dengan responden hal ini bisa terjadi karena nelayan menjalankan usaha ini tidak terlalu memperhatikan pengeluaran dan keuangan yangtidak diatur dengan baik, uang yang setiap hari diperoleh selalu habis untuk pengeluaran yang tidak tentu, tidak ada pengaturan dalam pengeluaran uang, serta tidak ada keinginan untuk menyimpan uang.
2. BCR Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha menjual cinderamata di Pantai Santolo adalah sebagai berikut. 𝐁𝐂𝐑 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 =
𝐑𝐩 𝟏𝟑. 𝟖𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = 𝟏, 𝟓 𝐑𝐩 𝟐𝟐. 𝟗𝟕𝟎. 𝟎𝟎𝟎
BCR dari usaha menjual cinderamata ini sebesar 1,5 yang dapat dikatakan usaha ini tidak layak untuk dijalankan karena BCR kurang dari 1.
3. Profitabilitas Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%. Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha menjual cinderamata akan dipaparkan sebagai berikut. 𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 =
𝐑𝐩 𝟒. 𝟒𝟑𝟎. 𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟕, 𝟑% 𝐑𝐩 𝟗. 𝟑𝟕𝟎. 𝟎𝟎𝟎
Profitabilitas usaha menjual cinderamata adalah sebesar 47,3%, dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha kuliner yang ada di Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal. Analisis Payback Periods dari usaha menjual cinderamata akan dipaparkan sebagai berikut.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 =
𝐑𝐩 𝟐𝟐. 𝟗𝟕𝟎. 𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟓, 𝟐 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐑𝐩 𝟒. 𝟒𝟑𝟎. 𝟎𝟎𝟎
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha menjual cinderamata adalah 5,2 tahun.
4.3.2
Curahan Kerja
A.
Curahan Kerja Keluarga Nelayan Berdasarkan wawancara dengan responden, ada empat responden yang
melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan dan usaha sewa perahu sebagai pekerjaan alternatifnya, serta ada satu keluarga nelayan (Pak Mimin dan Bu Anih) yang bekerja dalam usaha penangkapan ikan, usaha sewa perahu, dan usaha kuliner yg dijalankan oleh istri nelayan. Berikut dipaparkan curahan kerjanya.
a. Curahan Kerja dari Usaha Perikanan Tangkap, dan Sewa Perahu Nelayan yang melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap melakukan kegiatannya dari pukul 18.00 WIB-06.00 WIB, maka didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 12 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:
𝐂𝐊 𝐏𝐓 =
𝟏𝟐 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟎, 𝟎𝟎% 𝟐𝟒
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap memiliki curahan waktu kerja sebesar 50% atau 12 jam sehari (24 jam), 21 hari dalam satu bulan, dan 252 hari dalam satu tahun.
Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu dalam sehari rata-rata nelayan melakukan 20 kali bolak balik. Berdasarkan wawancara terhadap empat responden (Pak Indra, Pak Tono, Pak Kardi, Pak Ujang) maka didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 13 jam dalam sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja dari pukul 05.00 WIB-18.00 WIB. Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut: 𝐂𝐊 𝐒𝐏 =
𝟏𝟑 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟒, 𝟏𝟕% 𝟐𝟒
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu memiliki curahan waktu kerja sebesar 54,17% atau 13 jam sehari (24 jam), tujuh hari dalam satu bulan, dan 84 hari dalam satu tahun.
b. Curahan Kerja dari Usaha Perikanan Tangkap, Sewa Perahu, dan Usaha Kuliner Nelayan yang melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap melakukan kegiatannya dari pukul 18.00 WIB-06.00 WIB, maka didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 12 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut: 𝐂𝐊 𝐏𝐓 =
𝟏𝟐 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟎, 𝟎𝟎% 𝟐𝟒
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap memiliki curahan waktu kerja sebesar 50% atau 12 jam sehari (24 jam), 21 hari dalam satu bulan, dan 252 hari dalam satu tahun. Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu dalam sehari rata-rata nelayan melakukan 20 kali bolak balik. Berdasarkan wawancara terhadap 1 orang responden (Pak Mimin) maka didapat curahan kerja nelayan yaitu 13 jam dalam sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja dari pukul 05.00 WIB-18.000 WIB. Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut: 𝐂𝐊 𝐒𝐏 =
𝟏𝟑 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟒, 𝟏𝟕% 𝟐𝟒
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu memiliki curahan waktu kerja sebesar 54,17% atau 13 jam sehari (24 jam), tujuh hari dalam satu bulan, dan 84 hari dalam satu tahun. . Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha kuliner memulai pekerjaannya sehabis subuh sampai menjelang malam. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Anih, didapat curahan kerja yaitu 15 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut: 𝐂𝐊 𝐊𝐔𝐋𝐈𝐍𝐄𝐑 =
𝟏𝟓 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟐, 𝟓% 𝟐𝟒
Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha kuliner memiliki curahan waktu kerja sebesar 62,5% atau 15 jam sehari (24 jam), 25 hari dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.
B. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Sewa Jasa Permainan Banana Boat Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa jasa permainan banana boat dalam sehari rata-rata melakukannya sampai 15 kali. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap 5 responden, didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 11 jam dalam sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja dari pukul 07.00 WIB-18.00 WIB. Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut: 𝐂𝐊 𝐁𝐁 =
𝟏𝟏 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓, 𝟖% 𝟐𝟒
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa jasa permainan banana boat memiliki curahan waktu kerja sebesar 45,8% atau 11 jam sehari (24 jam), lima hari dalam satu minggu, dan 60 hari dalam satu tahun. Usaha ini dijalani disaat akhir pekan, hari libur keagamaan, dan libur nasional.
C. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Sewa Losmen Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa losmen dilakukan dari pagi hari sampai menjelang malam. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 responden, didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 15 jam dalam sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja dari pukul 06.00 WIB-21.00 WIB. Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut: 𝐂𝐊 𝐋𝐎𝐒𝐌𝐄𝐍 =
𝟏𝟓 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟐, 𝟓% 𝟐𝟒
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa losmen memiliki curahan waktu kerja sebesar 62,5% atau 15 jam sehari (24 jam), 25 hari dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.
D. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Kuliner Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha kuliner memulai pekerjaannya sehabis subuh dan menjelang malam. Ada juga yang melakukannya sampai 24 jam, karena bergantian menjaga warung. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap 4 responden, didapat rata-rata curahan kerja yaitu 18 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut: 𝐂𝐊 𝐊𝐔𝐋𝐈𝐍𝐄𝐑 =
𝟏𝟖 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟕𝟓% 𝟐𝟒
Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha menjual makanan minuman dan hidangan laut memiliki curahan waktu kerja sebesar 75% atau 18 jam sehari (24 jam), 25 hari dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.
E. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Menjual Cinderamata Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha menjual cinderamata memulai pekerjaannya sehabis subuh sampai sore, yaitu pukul 06.00 WIB-17.00 WIB. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 responden, didapat rata-rata curahan kerja yaitu 11 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut: 𝐂𝐊 𝐌𝐂 =
𝟏𝟏 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓, 𝟖% 𝟐𝟒
Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha menjual cinderamata memiliki curahan waktu kerja sebesar 45,8% atau 11 jam sehari (24 jam), 25 hari dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.
4.4
Kontribusi Minawisata Bahari
4.4.1
Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Pendapatan Keluarga Nelayan Kegiatan minawisata bahari yang dilakukan oleh keluarga nelayan adalah
sewa perahu, dan usaha kuliner, sehingga kontribusi relatif pendapatan rumah tangga nelayan di Pantai Santolo dapat dihitung sebagai berikut:
I mn.bahari
= pendapatan sewa perahu + pendapatan usaha kuliner = Rp 36.122.500 + Rp 26.630.000 = Rp 62.752.500
I tangkap + I mn.bahari = Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500 = Rp 145.104.132 Maka, I relative off farm
= =
Rp 62.752.500 Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500 Rp 62.752.500 (Rp 145.104.132 )
× 100%
× 100%
= 43,2%
Jadi kontribusi relatif pendapatan keluarga nelayan per tahun diluar kegiatan penangkapan di Pantai Santolo adalah sebesar 43,2%. Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dengan judul sejenis, kontribusi relatif pendapatan nelayan diluar kegiatan penangkapan hasil penelitian Hurlan (2007) di Pantai Tirtamaya Indramayu sebesar 42,9%; hasil penelitian Hakim (2011) di Pantai Karangsong Indramayu sebesar 59,32%; dan hasil dari penelitian Yuliriane (2012) di Pantai Pangandaran sebesar 43,09%.
Untuk kontribusi mutlak pendapatan keluarga nelayan per tahun diluar kegiatan penangkapan adalah sebagai berikut: I absolute off farm
= =
Rp 62.752.500 Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500 Rp 62.752.500 (Rp 145.101.132 )
= Rp 35.614.222,-
× Rp 82.351.632
× Rp 82.351.632
Jadi kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan per tahun diluar kegiatan penangkapan di Pantai Santolo adalah sebesar Rp 35.614.222,-.
4.4.2
Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Potensi Pendapatan Pantai Santolo Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak UPTD banyaknya pihak yang
menjalankan usaha sewa perahu berjumlah 7, usaha banana boat berjumlah 2 unit, usaha sewa losmen berjumlah 20, usaha kuliner berjumlah 23, dan usaha cinderamata berjumlah 5. Estimasi jumlah keseluruhan pendapatan di Pantai Santolo dipengaruhi oleh hasil dari kegiatan penangkapan ikan, dan dari kegiatan minawisata bahari yaitu sewa perahu, sewa jasa permainan banana boat, sewa losmen, usaha kuliner, dan usaha menjual cinderamata. Dimana pendapatan dari hasil perikanan tangkap sebesar Rp 828.005.350 (BPTPK Kecamatan Cikelet 2012). Hasil dari pendapatan tersebut dapat dianalisis untuk mengetahui estimasi kontribusi yang disumbangkan terhadap keseluruhan Pendapatan Pantai Santolo khusunya dari kegiatan minawisata bahari. Rinciannya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Estimasi Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Potensi Pendapatan Pantai Santolo Jenis Pemasukan Hasil Sewa Perahu Hasil Sewa Jasa Permainan Banana Boat Hasil Sewa Losmen Hasil Usaha Kuliner Hasil Menjual Cinderamata Total
Pendapatan (Rp) 252.857.500 47.800.000 419.700.000 612.490.000 22.150.000 1.354.997.500
Kontribusi (%) 18,7 3,5 30,9 45,2 1,7 100
Sumber: *Hasil Nilai Produksi Tahun 2012 BPTPK Kecamatan Cikelet, dan Data Primer (Diolah), 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam kontribusi terhadap pendapatan, dari usaha perikanan tangkap yang masih mendominasi dengan pendapatan sebesar Rp 828.005.350. Sedangkan untuk sektor minawisata dalam
musim biasa atau bukan musim liburan sebesar Rp 1.354.997.500, dimana kontribusi terbesar berasal dari usaha kuliner dengan presentase 45,2%, dan dari usaha sewa losmen dengan presentase 30,9%. Bila dibandingkan antara hasil perikanan tangkap dan minawisata bahari, maka yang paling besar pendapatannya berasal dari minawisata bahari. Untuk jenis usaha lainnya dalam minawisata bahari di Pantai Santolo memiliki potensi yang besar, dan masih perlu dikembangkan dengan baik, dengan begitu pendapatan daerah pun menjadi meningkat. Pantai Santolo masih perlu banyak promosi, dan masih harus banyak di tata baik dari segi perikanan tangkap, maupun nimawisata baharinya. Sarana dan prasarana juga masih perlu diperbaiki agar wisatawan yang berkunjung merasa lebih nyaman, maka dengan begitu makin banyak wisatawan yang akan kembali lagi ke Pantai Santolo untuk berkunjung.