BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan pengujian statistik secara umum yang bertujuan untuk melihat distribusi data dari variabel yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Berikut ini statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian : Tabel 4.1 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
33
.01
.66
.1854
.14605
DER
33
.10
3.13
1.0593
.78579
PER
33
.16
115.39
18.8680
22.06676
SIZE
33
9.53
13.41
11.8140
1.24742
RET
33
-.85
2.72
.0470
.68370
Valid N (listwise)
33
Sumber : Hasil Pengolahan Data Keterangan Notasi : ROA
= return on assets
DER
= debt to equity ratio
PER
= price to earning ratio
43
44
SIZE
= ukuran perusahaan
RET
= return saham
Jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan per tahun sehingga jumlah observasi secara keseluruhan sebanyak 33 perusahaan. Hasil uji statistik deskriptif menunjukan bahwa variabel return on assets memiliki nilai minimum sebesar 0.01 dengan nilai maksimum 0.66. Nilai rata-rata return on assets sebesar 0.1854 dengan standar deviasi sebesar 0.14605. Variabel debt to equity ratio memiliki nilai minimum sebesar 0.10 dengan nilai maksimum 3.13. Nilai rata-rata debt to equity ratio sebesar 1.0593 dengan standar deviasi sebesar 0.78579. Variabel price to earning ratio memiliki nilai minimum sebesar 0.16 dengan nilai maksimum 115.39. Nilai rata-rata price to earning ratio sebesar 18.8680 dengan standar deviasi sebesar 22.06676. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 9.53 dengan nilai maksimum 13.41. Nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 11.8140 dengan standar deviasi sebesar 1.24742. Variabel return saham memiliki nilai minimum sebesar -0.85 dengan nilai maksimum 2.72. Nilai rata-rata return saham sebesar 0.0470 dengan standar deviasi sebesar 0.68370.
45
B, Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik terdiri dari pengujian-pengujian sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan pengujian One-Sample Kolmogorov Smirnov test yang terdapat dalam program SPSS 21.0 for Windows. Data dikatakan terdistribusi dengan normal apabila residual terdistribusi dengan normal yaitu memiliki tingkat signifikansi diatas 5% (Ghozali, 2013). Hasil uji normalitas data tersaji pada tabel berikut ini. Tabel 4.2 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
Normal Parameters
33 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan Data
.0000000 .58747533
Absolute
.190
Positive
.190
Negative
-.100 1.089 .186
46
Tabel di atas menunjukan bahwa Asymp.Sig.(2-tailed) dalam One – Sample Kolmogorof-Smirnov Test adalah sebesar 0,186 (>0,05). Artinya data yang diuji terdistribusi normal. Untuk memastikan bahwa model regresi yang digunakan telah terdistribusi
dengan
normal,
penulis
menguji
normalitas
dengan
pendekatan grafik Normal P-P of regression standardized residual. Ghozali (2013) menyatakan bahwa pendekatan grafik Normal P-P of regression standardized residual dapat digunakan untuk menguji normalitas data. Jika data menyebar disekitar garis diagonal pada grafik Normal P-P of regression standardized residual dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, tetapi jika sebaliknya data menyebar jauh berarti tidak memenuhi asumsi normalitas tersebut. Grafik Normal P-P of regression standardized residual kita dapatkan dengan terlebih dahulu melakukan regresi. Berikut ini hasil uji normalitas.
47
Gambar 4.1 Uji Normalitas standardized residual
Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil uji normalitas dengan pendekatan Grafik Normal P-P of regression standardized residual menunjukan bahwa titik-titik tersebar mengikuti garis diagonal. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa data telah terdistribusi dengan normal. 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel independennya rendah. Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan
48
Varians Inflating Factor (VIF) dan Tolerance (Ghozali, 2013). Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel berikut ini : Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas Coefficients Model
a
Unstandardized
Standardiz
Coefficients
ed
T
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficient s B (Constant
Std. Error
.489
.647
ROA
1.222
.567
DER
-.085
PER SIZE
Beta
Tolerance
VIF
.757
.456
.445
2.154
.040
.548 1.826
.123
-.167
-.697
.492
.405 2.470
.000
.004
-.020
-.105
.917
.611 1.636
-.017
.050
-.052
-.332
.743
.968 1.033
)
1
a. Dependent Variable: RET
Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil uji VIF dan Tolerance menunjukan bahwa semua variabel dalam penelitian ini menunjukan bahwa semua nilai tolerance di atas 10% dan semua nilai VIF dibawah 10. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas.
49
3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah didalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson hitung (d) dengan nilai Durbin Watson tabel yaitu batas lebih tinggi (upper bond atau du) dan batas lebih rendah (lower bond atau d1). Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. 4 Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
1
R
.588
R Square
a
.346
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .252
.34687
Durbin-Watson
1.691
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, PER, ROA b. Dependent Variable: RET
Sumber : Hasil Pengolahan Data Nilai DW 1,691 nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5%, jumlah sampel 33 (n) dan jumlah variabel independen 4 (K=4) maka diperoleh nilai du 1.73 dan d1 sebesar 1.193. Nilai DW 1.691 lebih kecil dari batas atas (du) yakni 1.73 dan lebih besar dari batas bawah (d1) yakni 1.193 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi atau tidak (ragu-ragu).
50
4. Uji Heterokesdaktisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi
yang baik
adalah
yang
homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Uji heterokesdaksitas dalam penelitian ini diuji dengan scaterplots. Hasil uji heteroskedastisitas persamaan regresi disajikan pada gambar berikut ini : Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data
51
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa titik-titik tersebar di atas dan dibawah angka nol. Titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas C. Kesesuaian Model Uji kesesuaian model terdiri dari pengujian-pengujian sebagai berikut: 1. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi dapat kita lihat dari nilai R2 pada model summary pada hasil analisis regresi linier berganda karena jumlah variabel independennya lebih dari satu variabel. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. 5 Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.588
a
.346
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, PER, ROA b. Dependent Variable: RET
Sumber : Hasil Pengolahan Data
.252
.34687
52
Hasil uji regresi menunjukan nilai R2 sebesar 0.346 atau 34.6%. Hal ini menunjukan 34.6% perubahan return saham dipengaruhi oleh return on assets, debt to equity ratio, price to earning ratio dan ukuran perusahaan. Sedangkan 65.4% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian atau oleh variabel lain yang tidak diteliti. Faktor-faktor lain itu misalnya seperti kondisi ekonomi, pengumuman laporan keuangan, nama baik perusahaan tersebut di mata investor, dan lain-lain. Karena nilai koefisien determinasi (R2) kurang dari 50% atau mendekati 0, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah terabatas. 2. Uji F (Nilai F Regresi) Uji F (Nilai F Regresi) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Hasil Uji F a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1.779
4
.445
Residual
3.369
28
.120
Total
5.147
32
S a. Dependent Variable: RET
b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, PER, ROA
Sumber : Hasil Pengolahan Data
F 3.696
Sig. .015
b
53
Hasil uji F (nilai F regresi) menunjukan nilai F hitung sebesar 3.696 signifikansi sebesar 0.15 (<0.05). Uji F (nilai f) memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa return on assets, debt to equity ratio, price to earning ratio dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap return saham. D. Uji Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh return on assets, debt to equity ratio, price to earning ratio dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan pertambahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengujian ini terdiri dari: 1. Pengujian koefisien regresi parsial (Uji-T) Uji t (Nilai t regresi) digunakan untuk mengatahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil uji t (nilai t regresi) dapat dilihat pada tabel berikut ini :
54
Tabel 4.7 Hasil Uji T Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
Std. Error .489
.647
ROA
1.222
.567
DER
-.085
PER SIZE
(Constant)
a
T
Sig.
Beta .757
.456
.445
2.154
.040
.123
-.167
-.697
.492
.000
.004
-.020
-.105
.917
-.017
.050
-.052
-.332
.743
a. Dependent Variable: RET
Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil uji t (nilai t regresi) menunjukan bahwa variabel Return On Asset (ROA) memiliki koefisien regresi sebesar 1.222 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.040. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hipotesis ke-1 didukung. Hasil pengujian terhadap variabel Debt to Equity Ratio (DER) diperoleh koefisien regresi sebesar -0.085 dengan nilai signifikansi sebesar 0.492. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hipotesis ke-2 ditolak.
55
Hasil pengujian terhadap variabel Price Earning Rasio (PER) diperoleh koefisien regresi sebesar 0.000 dengan nilai signifikansi sebesar 0.917. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa Price Earning Rasio (PER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hipotesis ke-3 ditolak. Hasil pengujian terhadap ukuran perusahaan, diperoleh koefisien regresi sebesar -0.017 dengan nilai signifikansi sebesar 0.743. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hipotesis ke-4 ditolak. 2. Analisis Regresi Berganda Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Keterangan : Y
: Return saham
α
: Konstanta
β1, β2, β3, β4
: Koefisien Regresi
X1
: Return on Asset
X2
: Debt to Equity Ratio
56
X3
: Price Earning Ratio
X4
: Ukuran perusahaan
€
: residual Penelitian ini untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara return on
asset, debt to equity ratio, price earning ratio dan ukuran perusahaan terhadap return saham. Dengan demikian persamaan regresi dalam penelitian ini adalah : RET = 0.489 + 1.222 ROA + -0.085 DER + 0.000 PER + -0.017 SIZE + e α : Konstanta sebesar 0.489 artinya jika nilai ROA, DER, PER dan SIZE nilainya adalah 0, maka return saham nilainya adalah 0.489. β1 : Koefisien regresi variabel ROA sebesar 1.222 pada variabel ROA terdapat hubungan positif dengan return saham. β2 : Koefisien regresi variabel DER sebesar -0.085 pada variabel DER terdapat hubungan negatif dengan return saham. β3 : Koefisien regresi variabel PER sebesar 0.000 pada variabel PER terdapat hubungan positif dengan return saham. β4 : Koefisien regresi variabel SIZE sebesar -0.017 pada variabel SIZE terdapat hubungan negatif dengan return saham. E. Pembahasan Dalam uji t (pengaruh) antara variabel ROA, DER PER dan Ukuran Perusahaan menunjukan pengaruh yang berbeda-beda setiap variabel independen terhadap return saham. Dari kelima variabel tersebut hanya ROA yang berpengaruh secara signifikan (menyakinkan) terhadap return saham
57
perusahaan pertambangan. Peneliti mencoba menjelaskan hasil olahan data sebagai berikut: 1. Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap return saham Pada variabel Return On Assets (ROA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini mengidentifikasikan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aktiva perusahaan. Akan tetapi hasil yang positif menunjukan bahwa semakin tinggi earning power maka akan semakin tinggi pula tingkat efisiensi perputaran aktiva dan semakin tinggi pula profit margin yang diperoleh oleh perusahaan, yang akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan dan mengakibatkan return saham meningkat. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa para investor masih menggunakan Return On Assets (ROA) sebagai tolak ukur kinerja perusahaan yang digunakan untuk memprediksi total return saham, dengan demikian Return On Assets (ROA) yang semakin besar akan menunjukan kinerja perusahaan naik sehingga return saham juga akan naik. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tika maya pribawanti (2007) yang menyatakan hal yang sama bahwa Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. 2. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham Hasil penelitian menujukan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Tidak adanya pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham dikarenakan sebagian investor hanya menggap bahwa perusahaan yang memiliki
58
prospek keberanian yang baik untuk menggunakan hutang yang tinggi dalam struktur modalnya, maka proporsi hutang yang semakin tinggi akan menyebabkan fixed payment yang tinggi dan akan menimbulkan risiko kebangkrutan atau terlikuidasi. Hasil dari penelitian ini mendukung pada penelitian yang dilakukan oleh Farkhan Ika (2012), yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham. 3. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham Hasil penelitian menujukan bahwa variabel Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. PER merupakan rasio harga saham terhadap laba bersih per lembar saham. Rasio PER dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba masa depan. Angka dari PER digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) di masa yang akan datang. Semakin rendah PER menunjukkan prospektif harga saham dinilai semakin rendah oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin rendah juga
menunjukkan
semakin
murah
saham
tersebut
terhadap
pendapatannya. Jika harga saham semakin rendah maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin kecil, sehingga capital gain juga semakin menurun. Perusahaan yang memiliki PER yang rendah biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang rendah, akibatnya banyak investor yang memilih untuk tidak membeli atau
59
tidak tertarik terhadap saham perusahaan tersebut. Hal ini berdampak pada turunnnya harga saham sehingga menjadikan return saham akan rendah. Sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan PER tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan, yang artinya semakin rendah
PER
perusahaan
pertambangan
maka
return
perusahaan
pertambangan akan semakin turun. Hasil dari penelitian ini mendukung pada penelitian yang dilakukan oleh Margareth Fransiska (2008), yang menyatakan bahwa Price Earning Ratio (PER) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham. 4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap return saham Hasil penelitian menujukan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil pengujian yang tidak signifikan menunjukkan bahwa ukuran perusahaan saat publikasi laporan keuangan tidak cukup informatif dan tidak lagí menjadi perhatian investor dalam mengambíl keputusan berinvestasi dan mengestimasi return pada periode pengamatan ini. Investor beranggapan bahwa perusahaan yang besar tidak selamanya dapat memberikan tingkat return yang besar begitu juga sebaliknya, perusahaan kecil tidak menutup kemungkinan dapat memberikan tingkat return yang tinggi bagi para investornya. Hasil dari penelitian ini mendukung pada penelitian yang dilakukan oleh Jundan Adiwiratama (2012), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham.