BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 PT Aqua Golden Mississippi, Tbk 4.1.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Aqua Golden Mississippi Tbk (“perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaries Tan Thong Kie, SH No.24 tanggal 23 Februari 1973. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.Y.A.5/213/22 tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkannya dalam Tambahan Berita Negara No.84 tanggal 19 Oktober 1973. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris Lindasari Bachroem, SH No.25 tanggal 12 Mei 1997 dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas dan Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995. Perubahan ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.C2-4579.HT.01.04.TH.97 tanggal 3 Juni 1997 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No.84 tanggal 21 Oktober 1997.
4.1.1.2 Kegiatan Perusahaan
PT AQUA Golden Mississippi didirikan pada tahun 1973 oleh Tirto Utomo, sebagai produsen pelopor air minum dalam kemasan di Indonesia. Pabrik pertama didirikan di Bekasi. Setelah beroperasi selama 30 tahun, kini AQUA memiliki 14 pabrik di seluruh Indonesia. Pada tahun 1998, AQUA (yang berada di bawah naungan PT Tirta Investama) melakukan langkah strategis untuk bergabung dengan Group DANONE, yang merupakan salah satu kelompok perusahaan air minum dalam kemasan terbesar di dunia. Langkah ini berdampak pada peningkatan kualitas produk, market share, dan penerapan teknologi pengemasan air terkini. Di bawah bendera DANONE-AQUA, kini AQUA memiliki lebih dari 1.000.000 titik distribusi yang dapat diakses oleh penggunanya di seluruh Indonesia.
4.1.1.3 Profile Emiten
Tabel 4.1 Profile Perusahaan Aqua Golden Mississippi Overview Berdiri 23 Feb 1973 No. NPWP 1.001.922.2-054 Klasifikasi Makanan dan Minuman Status
Company Listing
Listing Information Harga Perdana Rp. 7,500 Modal Dasar
Rp. 45,000,000,000
Modal Disetor Rp. 13,162,473,000
Alamat Jenis
Alamat
Kota
Telepon
Faksimili
Kantor Pusat Jl. Pulo Lentut No.3 Jakarta ( - ) 4712989, 4712998, 4603070 4609177 Kawasan Industry Pulogadung
Manajemen Jabatan
Nama
Tanggal Menjabat
Komisaris Utama
LISA TIRTO UTOMO
14 Jun 1999
Komisaris
JANTO UTOMO
14 Jun 1999
Komisaris Independen
R. SOEKARDI
26 Mei 2004
KOMITE AUDIT (KETUA)
R. SOEKARDI
30 Des 2003
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
PURNAMA SIDHI
30 Des 2003
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
RAYMOND
30 Des 2003
Direktur Utama
WILLY SIDHARTA
01 Jan 1901
Direktur
JOHN ABDI
01 Jan 1901
Direktur
TANTY IRAWATI
01 Jan 1901
Corporate Secretary
YANIE SETIONEGORO
17 Okt 2005
Pemegang Saham Nama
Tanggal Kepemilikan
Pemegang Saham 5% atau Lebih
PT TIRTA INVESTAMA
30 Apr 2006
90
4.1.2 PT Ades Waters Indonesia, Tbk 4.1.2.1 Sejarah Perusahaan
PT. Ades Alfindo Putrasetia (Selanjutnya disebut “perusahaan”) didirikan dengan nama PT.Alfindo Putra Setia berdasarkan akta No.11 tanggal 6 maret 1985 yang dibuat dihadapan Miryam Magdalena Indrani Wiardi. S.H.. Notaris di Jakarta. Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C24221.HT.01.01.Th.85 tanggal 13 Juli 1985, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.49 Tambahan No.1081 tanggal 20 Juni 1989. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dinyatakan dengan akta No.40 tanggal 19 Mei 1999 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi S.H., Notaris di Jakarta, antara lain mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan untuk memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal serta peningkatan modal dasar Perusahaan. Perubahan Anggaran Dasar terakhir telah diterima dan dicatat oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C96.HT.01.04. Th.2000 tanggal 4 Januari 2000. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri dan distribusi air minum dalam kemasan. Perusahaan berkedudukan di Jakarta sedangkan pabriknya berlokasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali dan Sumatera Utara. Perusahaan memulai kegiatan komersial pada tahun 1986.
4.1.2.2 Kegiatan Perusahaan
Setelah joint venture antara the Coca-Cola Company dan Nestle S.A. mengambil alih mayoritas saham serta manajemen PT.Ades Alfindo Putra Setia pada tahun 2004. Perusahaan berubah namanya menjadi PT. Ades Waters Indonesia, Tbk. PT AdeS Waters Indonesia, Tbk memproduksi, mendistribusi dan menjual air minum dalam kemasan (AMDK) berkualitas dengan merek-merek seperti AdeS, AdeS Royal dan Nestlé Pure Life dalam beberapa kemasan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Dengan pengalaman kedua partner tersebut (The Coca-Cola Company merupakan perusahaan minuman ringan nomor satu di dunia dan Nestlé Waters adalah perusahaan AMDK nomor satu di dunia) dapat dipastikan bahwa PT AdeS Waters Indonesia, Tbk mengutamakan penyediaan produk-produk berkualitas dan pelayanan terbaik kepada konsumen-konsumen Indonesia.
4.1.2.3 Profile Emiten
Tabel 4.2 Profile Perusahaan Ades Waters Indonesia Overview Berdiri 06 Mar 1985 No. NPWP 1.371.491.0-054 Klasifikasi Makanan dan Minuman Status
Company Listing
Listing Information Harga Perdana Rp. 3,850 Modal Dasar
Rp. 150,000,000,000
Modal Disetor Rp. 76,000,000,000 Alamat Jenis
Alamat
Kota
Telepon
Faksimili
Kantor Jl.TB. Simatupang Pusat Kav.88
Jakarta
(021) 27545000
(021) 78845549
Pabrik
Desa Namo Riam, Kec. Pancur Batu, Kab. Deliserdang
SUMATER A UTARA
-
-
Pabrik
Jl.Raya Pudak Payung SEMARAN No. 1 G
(024) 475062, 475068, 475054
-
Pabrik
Tapos Km. 1 Desa Kranji, Kel.Ciriung Cibinong
(021) 8753054, (021) 8752970 8753055
BOGOR
Manajemen Jabatan
Nama
Tanggal Menjabat
Komisaris Utama
SAMIP SHAH
16 Jul 2004
Komisaris
ALFI GUNAWAN
16 Jul 2004
Komisaris ( Independen)
EMIL SALIM
16 Jul 2004
KOMITE AUDIT (KETUA)
DR. Emil Salim
31 Mar 2005
KOMITE AUDIT (ANGGOTA) Drs. Jusuf Halim
31 Mar 2005
KOMITE AUDIT (ANGGOTA) Wagiyono
31 Mar 2005
Direktur Utama
ETIENNE BENET
16 Jul 2004
Direktur
PATRICK LEMOINE
16 Jul 2004
Direktur
AGUSTINUS GUNADHARMA 16 Jul 2004
Direktur
AMRIT SHRESTHA
16 Jul 2004
Direktur
Jean Philippe Gourdon
06 Jan 2006
Direktur
Natali Ngadani
06 Jan 2006
Corporate Secretary
Thomas Maria Wisnu Adjie
07 Feb 2005
Pemegang Saham Nama UBS AG, SINGAPORE - UBS EQUITIES 209114
Tanggal Kepemilikan
Pemegang Saham 5% atau Lebih
30 Apr 2006
15.8
WATER PARTNERS BOTTLING S.A 30 Apr 2006
68.26
4.1.3 PT Delta Djakarta, Tbk 4.1.3.1 Sejarah Perusahaan
Pabrik Anker Bir didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikannya dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970. PT Delta Djakarta (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-Undang penanaman Modal Asing No.1 tahun 1967 yang telah diubah dengan Undang-Undang No.11 tahun 1970 berdasarkan akta No.35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, S.H. notaries di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat keputusannya No.J.A.5/75/9 tanggal 26 April 1971. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaries No.49 tanggal 15 Juni 2004 dari P.Sutrisno A.Tampubolon, S.H., M.Kn., notaries publik di Jakarta, mengenai perubahan susunan dan anggota dewan komisaris dan dewan direksi Perusahaan. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi TimurJawa Barat. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, dan “San Miguel” dan “Kuda Putih”. Perusahaan telah melakukan diversifikasi dengan memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku” dan “Soda Ice” Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Perusahaan mulai beroperasi sejak tahun 1933. Jumlah karyawan Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2005 dan 2004 masing-masing 527 orang dan 542 orang.
4.1.3.2 Kegiatan Perusahaan
PT Delta Djakarta adalah salah satu tempat pembuatan bir yang terkemuka dan termasuk yang paling tua di Indonesia, didirikan sejak Jakarta masih bernama Batavia di
tahun 1932, yang sekarang dikenal sebagai Jakarta. Pada bulan Juni 1997, Delta Djakarta memulai tempat pembuatan bir yang terletak di Tambun-Bekasi. Tempat pembuatan bir yang baru mempunyai 900,000 Hl saban kapasitas produksi tahun dan secara penuh terkomputerisasi untuk secara konsisten menghasilkan bir mutu tinggi. Oleh karena komitmen pelanggan dan mutu perusahaan, PT Delta Djakarta dipercayakan di bawah persetujuan lisensi Carlsberg Internasional A/S dan San Miguel Corporation-Philippines untuk menghasilkan, mendistribusikan, dan menjual Carlsberg Bir Dan San Miguel Bir di Indonesia. Sebagai tambahan, produk Delta Djakarta ini sudah memenangkan penghargaan dalam berbagai kompetisi internasional: Anker Bir : Larger or Pilsener type with alcohol content of approx. 5% W/W. * Monde Selection 1995 Silver medal * Monde Selection 1997 - Gold medal Anker Stout : Black top fermented stout with alcohol content approx. 5% W/W. * The Brewery Industry International Awards 1996-2nd Prize in class 3 * Australian International Beer Awards 1996 and 1997 - Silver medal * Monde Selection 1995 to 1998 - Gold medal Shanta Super Shandy : Alcohol content less than 1% W/W - a mix of 80% lime flavored syrup and 20% beer. * Monde Selection 1997 - Gold medal Delta Djakarta sudah memproduksi beberapa Merek untuk diekspor sejak 1995 seperti Singa Emas, Permata hijau lumut, Bir Jaguar dan Bir hitam untuk Singapura, Malaysia dan Myanmar. Bir Singa Raja dan Bir hitam untuk Kamboja dan merek lainnya. Merek dagang yang disebutkan di atas diekspor dan diproduksi dalam berbagai ukuran dan kemasan berbeda. Bagaimanapun, semuanya berisi bir mutu tinggi seperti produk Anker Bir dan Anker Bir hitam.
4.1.3.3 Profile Emiten Tabel 4.3 Profile Perusahaan Delta Djakarta Overview Berdiri 15 Jun 1970 No. NPWP 1.000.190.7-054 Klasifikasi Makanan dan Minuman Status
Company Listing
Listing Information Harga Perdana Rp. 2,950 Modal Dasar
Rp. 20,000,000,000
Modal Disetor Rp. 16,013,181,000 Alamat Jenis
Alamat
Kantor Pusat Jl. Inspeksi Tarum Barat, Desa Setiadharma, Kec. Tambun Bekasi Timur
Kota
Telepon
Faksimili
Bekasi
(021)8822520, 916 3085
8800513, 881 9423
Manajemen Jabatan
Nama
Tanggal Menjabat
Komisaris Utama ( Independen)
TB. M. RAIS
07 Feb 2002
Komisaris
Minerva Lourdes B. Bibonia
16 Jun 2005
Komisaris
JAENDAR SAGALA
15 Jun 2004
Komisaris
FAUSTINO F. GALANG
07 Feb 2002
Komisaris ( Independen)
MARIO M. AGUAS
01 Agu 2002
KOMITE AUDIT (KETUA)
TB. M. RAIS
31 Jul 2002
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
RICARDO L. YABUT
31 Jul 2002
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
DRA. ELLYA NOORTISYATI, AK.
31 Jul 2002
Direktur Utama
Roberto D. De Leon
04 Mei 2006
Direktur
EDDIE PRIYONO
05 Jun 2001
Direktur
WILLY AGUNG ADIPRADHANA
02 Jun 2003
Direktur
MONICO CRUZ REGALA
15 Jun 2004
Corporate Secretary
Willy Agung Adipradhana
01 Mar 2004
Pemegang Saham Tanggal Kepemilikan
Pemegang Saham 5% atau Lebih
PEMERINTAH DAERAH DKI JAKARTA
30 Apr 2006
23
SAN MIGUEL MALAYSIA (L) PTE.LT
30 Apr 2006
58
Nama
4.1.4 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 4.1.4.1 Sejarah Perusahaan
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma, berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, S.H., No.228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat No.C2-2915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.12 tambahan No.611 tanggal 11 Februari 1992. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, yang terakhir berdasarkan akta No.75 tanggal 25 Juni 2004 dari notaris yang sama, antara lain, mengenai perubahan susunan anggota dewan komisaris dan direksi, serta perubahan wewenang dewan direksi. Perubahan ini telah diterima dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (Sebelumnya Menteri Kehakiman) berdasarkan Surat Keputusan No.C-16055 HT.01.04.TH.2004 tanggal 25 Juni 2004 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.98 Tambahan No.1034 tanggal 7 Desember 2004. Berdasarkan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan tepung, kemasan, jasa manajemen serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung terigu. Kantor Pusat Perubahan berlokasi di Gedung Ariobimo Sentral, Lantai 12, Jl.H.R. Rasuna Said X-2, Kav.5, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Perusahaan memulai operasi komersial pada tahun 1990.
4.1.4.2 Kegiatan Perusahaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDOFOOD) dan Nestlé S.A. (NESTLÉ) dari Swiss bekerja sama mendirikan perusahaan baru bernama PT NESTLÉ INDOFOOD CITARASA INDONESIA (NICI), yang bergerak di bidang usaha manufacturing, penjualan, pemasaran, dan distribusi produk-produk bumbu masakan Indonesia yang
nantinya juga akan diekspor. Penggabungan kekuatan yang saling melengkapi dalam sebuah kerja sama berorientasi masa depan. INDOFOOD adalah perusahaan publik yang memiliki keahlian memproduksi produk makanan dengan cita rasa Indonesia dan terjangkau oleh semua kalangan. Sedangkan NESTLÉ dan afiliasinya bergerak di produksi dan penjualan produk makanan dan minuman di seluruh dunia serta memiliki riset dan pengembangan (R&D) yang kuat dalam makanan dan nutrisi. Diharapkan pendirian PT. NICI ini akan menciptakan peluang-peluang yang bertumpu pada kekuatan kedua perusahaan, serta memberikan nilai tambah bagi kedua perusahaan maupun masyarakat Indonesia.
4.1.4.3 Profile Emiten Tabel 4.4 Profile Perusahaan Indofood Sukses Makmur Overview Berdiri 14 Agu 1990 No. NPWP 1.542.658.8-054 Klasifikasi Makanan dan Minuman Status
Company Listing
Listing Information Harga Perdana Rp. 6,200 Modal Dasar
Rp. 3,000,000,000,000
Modal Disetor Rp. 938,490,000,000 Alamat Jenis
Alamat
Kota
Telepon
Kantor Pusat GEDUNG ARIOBIMO CENTRAL, LT.12 JL. H.R. RASUNA SAID X-2 KAV.
Jakarta
(021) 5228822, 5268768 (021) 5226014
Pabrik
BEKASI (021) 8718766
JL. KAMPUNG JARAKOSTA, DESA SUKADANAU, CIBITUNG
Faksimili
(021) 8718806
Manajemen Jabatan
Nama
Tanggal Menjabat
Komisaris Utama
MANUEL V. PANGILINAN
16 Mei 2001
Komisaris
ROBERT C. NICHOLSON
25 Jun 2004
Komisaris
Graham L. Pickles
24 Jun 2005
Komisaris
IBRAHIM RISJAD (WK)
16 Mei 2001
Komisaris
BENNY SETIAWAN SANTOSO
25 Jun 2004
Komisaris
ALBERT DEL ROSARIO
25 Jun 2004
Komisaris
EDWARD A. TORTORICI
25 Jun 2004
Komisaris Independen
TORSTEIN STEPHANSEN
25 Jun 2004
Komisaris Independen
Drs. uTOMO JOSODIRDJO
25 Jun 2004
Komisaris Independen
ProF. Dr. WAHYUDI PRAKARSA
25 Jun 2004
Direktur Utama
ANTHONY SALIM
25 Jun 2004
Wakil Direktur Utama
DARMAWAN SARSITO
25 Jun 2004
Wakil Direktur Utama
FRANCISCUS WELIRANG
25 Jun 2004
Wakil Direktur Utama
CESAR M. DE LA CRUZ
25 Jun 2004
Direktur
TJHIE THE FIE
25 Jun 2004
Direktur
DJOKO WIBOWO
16 Mei 2001
Direktur
PHILIP SUWARDI PURNAMA
25 Jun 2004
Direktur
MARINGAN PURBA SIBANI
25 Jun 2004
Direktur
ASWAN TUKIATY
16 Mei 2001
Direktur
TAUFIK WIRAATMADJA
25 Jun 2004
Pemegang Saham Nama
Tanggal Kepemilikan
Pemegang Saham 5% atau Lebih
CAB HOLDINGS LIMITED
30 Apr 2006
46.53
PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR
30 Apr 2006
9.69
4.1.5 PT Mayora Indah, Tbk 4.1.5.1 Sejarah Perusahaan
PT. Mayora Indah Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan akta No.204 tanggal 17 Pebruari 1977 dari Notaria Poppy Savitri Parmanto S.H., sebagai pengganti dari Notaris Ridwan Suselo S.H.. Akta Pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 dan telah didaftarkan pada Kantor Kepanitiaan Pengadilan Negeri Tangerang No.2/PNTNG/1978 tanggal 10 Januari 1978. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta notaris Adam Kasdarmadji S.H. No.448 tanggal 27 Juni 1997, antara lain mengenai maksud dan tujuan perusahaan. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2-620HT.01.04.TH.98 tanggal 6 pebruari 1998. Perusahaan berdomisili di Tangerang dengan pabrik berlokasi di Tangerang dan Bekasi. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya no.21-23, Jakarta. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini Perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biscuit. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaannya pada tanggal 31 maret 2005 dan 2004 masing-masing adalah 4.741 karyawan dan 4.320 karyawan.
4.1.5.2 Kegiatan Perusahaan
P.T. Mayora Indah bergerak di bidang pengolahan dan produksi makanan, kopi dan kacang cocoa. Kelompok pembuat biskuit di bawah merek dagang Mayora adalah Roma, Danisa, Lebih baik dan Prima; gula-gula di bawah merek dagang Mayora adalah Kopiko, Kis, Suara benda jatuh, Tamarin Dan Gunung api; Wafer di bawah merek dagang Mayora adalah Roma, Beng Beng, Astor, Sando dan Choki Choki, coklat di bawah merek dagang mayora adalah Choki Choki dan Danisa seperti halnya makanan
kesehatan di bawah merek dagang Mayora adalah Energen Gandum Dan Energen Milkuit. Produk Kopi kelompok meliputi Torabika Pasangan, Torabiko Pasangan Susu, Torabika Moka, Torabika 3 in 1 dan Torabika Cappuccino. Pabrik kelompok ditempatkan dan terletak di Tangerang dan Bekasi. Produk dijual kedua-duanya di tempat itu dan lainnya diexspor ke negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, AS, Poland, Perancis, negara Jerman dan Italia. Aktivitas lainnya adalah menyediakan jasa keuangan di Netherlands.
4.1.5.3 Profile Emiten Tabel 4.5 Profile Perusahaan Mayora Indah Overview Berdiri 17 Feb 1977 No. NPWP 1.146.631.5-054 Klasifikasi Makanan dan Minuman Status
Company Listing
Listing Information Harga Perdana Rp. 9,300 Modal Dasar
Rp. 1,500,000,000,000
Modal Disetor Rp. 383,292,000,000 Alamat Jenis
Alamat
Kota
Kantor Pusat JL. Tomang Raya No. 21-23 JAKARTA
Telepon
Faksimili
Jakarta 5663037, 6191499, 5655311 5655323
Manajemen Jabatan
Nama
Tanggal Menjabat
Komisaris Utama
JOGI HENDRA ATMADJA
30 Jun 2000
Komisaris
HENDRAWAN ATMADJA
18 Jun 2004
Komisaris ( Independen)
AGUSTIAN WIDJANARKO
26 Des 2001
KOMITE AUDIT (KETUA) AGUSTIAN WIDJANARKO
26 Feb 2002
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
DRS. THOMAS SUHARSONO WIRAWAN
26 Feb 2002
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
BUDIONO DJUANDI SE, AK
26 Feb 2002
Direktur Utama
GUNAWAN ATMADJA
30 Jun 2000
Direktur
HERMAWAN LESMANA
30 Jun 2000
Direktur
ONGKIE TEDJASURJA
18 Jun 2004
Direktur
ANDRE SUKENDRA
18 Jun 2004
Pemegang Saham Nama
Tanggal Kepemilikan
Pemegang Saham 5% atau Lebih
UNITA BRANINDO
30 Apr 2006
32.93
4.1.6 PT Multi Bintang, Tbk 4.1.6.1 Sejarah Perusahaan
PT. Multi Bintang Indonesia Siaga didirikan dengan akta notaris Singgih Susilo, S.H., tanggal 17 Desember 2004 No.69. Akta ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No.C-31593.HT.01.TH.2004 tanggal 29 Desember 2004, didaftarkan dengan No.TDP 09.05.1.51.50089 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Jakarta Pusat No.09.05.00055 tanggal 10 Januari 2005, pengumuman dalam Berita Negara masih dalam proses. Sesuai dengan Anggaran Dasar, anak perusahaan beroperasi sebagai distributor utama minuman, Anak perusahaan memulai operasi komersial pada tanggal 1 Januari 2005. Anak perusahaan adalah perusahaan yang berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat yang berlokasi di Ratu Plaza Building Lantai 21 dan 23, Jl.Jendral Sudirman Kav.9, Jakarta 10270. Persentasi pemilikan Perseroan pada PT.Multi Bintang Indonesia Niaga adalah 99.9%.
4.1.6.2 Kegiatan Perusahaan
Tahun 1929, NV Nederlands Indische Bierbrouwerijen yang yang pertama didirikan Medan, dengan suatu tempat pembuatan bir di Surabaya. Heineken NV menjadi suatu pemegang saham utama di tahun 1936, lalu perusahaan itu berubah nama menjadi Heineken Nederlands Indische Bierbrouwerijen Maatschappij. Beberapa nama berubah kemudian, di tahun 1981, menjadi dikenal sebagai PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MBI) dan telah didaftarkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada bulan Desember 1981. Hari ini, MBI adalah pabrikan bir yang terkemuka di Indonesia. Pabrik ini menghasilkan dan menjual bidang produk trademarked, mencakup Bir Bintang, Heineken, Bir hitam Guinness, dan Pantai pasir Hijau. Di tahun 2004, diluncurkan kembali produksi baru, Bintang Nol. Perusahaan ini beroperasi sebagai tempat pembuatan bir di daerah Sampang Agung, Mojokerto dan Tangerang, dengan penjualan dan memasarkan kantor di semua kota besar yang utama, dari Medan di daerah Sumatra utara ke Jayapura di daerah Papua. Pada bulan Mei 2004, MBI di daerah Tangerang telah
bersertifikat oleh SGS, suatu internasional badan sertifikasi mempunyai nama baik, pada ISO 9001, ISO 14001 dan HACCP. MBI adalah perusahaan Indonesia yang pertama menerapkan semua 3 sistem manajemen di dalam mengintegrasikan sistem. Per 1 Januari 2005, PT Multi Bintang Indonesia Tbk. telah mendirikan suatu anak perusahaan yang dinamakan PT Multi Bintang Indonesia Niaga. Sejak itu, MBI Niaga bertanggung jawab atas operasional untuk memasarkan produk-produknya.
4.1.6.3 Profile Emiten Tabel 4.6 Profile Perusahaan Multi Bintang Overview Berdiri 03 Jun 1929 No. NPWP 1.002.228.3-054 Klasifikasi Makanan dan Minuman Status
Company Listing
Listing Information Harga Perdana Rp. 1,570 Modal Dasar
Rp. 21,070,000,000
Modal Disetor Rp. 21,070,000,000 Alamat Jenis
Alamat
Kantor Pusat Jl. Daan Mogot Km.19 Tangerang
Kota
Telepon
Faksimili
Banten 6190108, 5450750, 5450742 6190190
Manajemen Jabatan
Nama
Tanggal Menjabat
Komisaris Utama
COSMAS BATUBARA
04 Jun 2002
Komisaris
BOBBY HENRY NOYA
03 Jun 2005
Komisaris
THEODORE PERMADI RACHMAT,
08 Jun 2004
Komisaris
Siep Hiemstra
03 Jun 2005
Komisaris Independen
SRI HARTINA URIP S.
04 Jun 2002
Komisaris Independen
SUBARTO ZAINI
04 Jun 2002
KOMITE AUDIT (KETUA)
SUBARTO ZAINI
10 Feb 2003
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
FRANS P. ISKANDAR
10 Feb 2003
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
IRWAN HABSJAH
10 Feb 2003
Direktur Utama
MICHIEL EGELER
04 Jun 2002
Direktur
BAMBANG BRITONO
04 Jun 2002
Direktur
HERMAN VAN DE BERGH
08 Jun 2004
Direktur
LODEWIJK HERMAN BASTIAN LOCKEFEER
08 Jun 2004
Corporate Secretary
Jasper Hamaker
01 Feb 2006
Pemegang Saham Nama
Tanggal Kepemilikan
Pemegang Saham 5% atau Lebih
HEINEKEN INTERNATIONAL BV
30 Apr 2006
75
HOLLANDSCH ADMINISTRATIEKANTOO
30 Apr 2006
7
4.1.7 PT Sari Husada, Tbk 4.1.7.1 Sejarah Perusahaan
PT. Sari Husada Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tahun 1954 oleh Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (“PBB”) dalam rangka membantu Pemerintah Indonesia dalam swasembada protein dengan nama NV Saridele. Pengelolaan Perusahaan dipercayakan kepada Bank Industri Negara yang kemudian menjadi Bank Pembangunan Indonesia. Pihak PBB melalui United Nations International Children Emergency Funds (“UNICEF”), memberikan pinjaman berupa mesin-mesin pengolahan susu yang harus dibayar kembali oleh Perusahaan dalam bentuk susu saridele, yang diserahkan langsung kepada Departemen Keseharan Republik Indonesia. Beberapa tahun kemudian terjadi perubahan kebijakan, yaitu dengan diserahkannya pengelolaan NV Saridele dari Bank Pembangunan Indonesia kepala Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara (sekarang PT.Kimia Farma), Sehingga nama Perusahaan diubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Sari Husada. Pada tanggal 8 Mei 1972, PT Kimia Farma menandatangani perjanjian kerjasama dengan PT.Tigaraksa untuk mendirikan PT.Sari Husada dengan Akta Notaris Soeleman Ardjasasmita S.H. No.10, tanggal 8 Mei 1972. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari menteri kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.Y.A.5/158/7 tanggal 28 September 1972. Perubahan terakhir terhadap akta pendirian dilakukan dengan Akta Notaris Thomas Gunawan S.H., MM, No. 4 tanggal 28 Juni 2004 mengenai pemecahan nilai nominal saham dari Rp.500 menjadi Rp.50 (Rupiah penuh) perlembar saham. Perubahan tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C-18561 HT.01.04.TH.2004 tanggal 23 Juli 2004 dan diumumkan dalam Berita Negara No.692 tanggal 24 Agustus 2004, Tambahan No.68. Perusahaan memiliki kantor pusat di Jalan Kusumanegara 173, Yogyakarta serta kantor pemasaran dan kantor cabang di Jakarta. Pabrik perusahaan berlokasi di Yogyakarta dan Kemudo, Jawa Tengah. Perusahaan beroperasi dalam bidang industri makanan dan minuman bergizi untuk bayi, anak dan orang dewasa. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tanggal 1 Oktober 1972.
4.1.7.2 Kegiatan Perusahaan
PT Sari Husada, Aktivitas Utamanya adalah membuat makanan dan minuman bergizi untuk bayi, anak-anak dan orang dewasa. Produk utamanya terdiri dari susu bertepung/berbubuk dan produk lainnya juga memproduksi makanan bayi dan pengganti makanan, seperti halnya milk, chocolate formulae, full cream milk pastries, breads, cookies and other milk products. Merek dagangnya meliputi SGM, VITALAC, SGM 2, VITALAC 2, SGM YUNIOR, SNM, LLM, LACTAMIL, VITANOVA dan MILCO. Aktivitas lainnya meliputi pabrikasi bea dan menyediakan bungkus untuk produk perihal gizi. Pengepakan dan fasilitas pergudangan ditempatkan di Klaten, Pulau Jawa pusat.
4.1.7.3 Profile Emiten Tabel 4.7 Profile Perusahaan Sari Husada Overview Berdiri 11 Jan 1901 No. NPWP 1.140.508.1-054 Klasifikasi Makanan dan Minuman Status
Company Listing
Listing Information Harga Perdana Rp. 1,850 Modal Dasar
Rp. 115,000,000,000
Modal Disetor Rp. 94,177,000,000 Alamat Jenis
Alamat
Kota
Telepon
Faksimili
Kantor Pusat Jl. Yogyakarta (0274) 512990(H), 514396, 510957 563328 Kusumanegara No.173 Tromol Pos 37.
Manajemen Jabatan
Nama
Tanggal Menjabat
Komisaris Utama
GERRIT KEYAERTS
09 Sep 2005
Komisaris
AJAY PURI
28 Jun 2004
Komisaris
Niraj Mehra
09 Sep 2005
Komisaris
Chris Britton
09 Sep 2005
Komisaris Independen
MARZUKI USMAN
28 Jun 2004
Komisaris Independen
Mardjono Reksodiputro
09 Sep 2005
KOMITE AUDIT (KETUA)
MARZUKI USMAN
13 Sep 2005
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
BAMBANG RIYANTO, DR, MBA, Akt.
02 Jun 2003
KOMITE AUDIT (ANGGOTA)
Drs.Kanaka Puradiredja
13 Sep 2005
Direktur Utama
Budi Satria Isman
27 Mei 2005
Direktur
M. Agus Samsuddin
09 Sep 2005
Direktur
Alain Comel
09 Sep 2005
Direktur
RACHMAT SUHAPPY
31 Mei 2002
Direktur
SETYANTO
31 Mei 2002
Direktur
JENNY GO
09 Mei 2003
Corporate Secretary
Yeni Fatmawati
21 Nov 2005
Pemegang Saham Tanggal Kepemilikan
Pemegang Saham 5% atau Lebih
NUTRICIA INTERNATIONAL B.V,
30 Apr 2006
93.52
SARI HUSADA TBK, PT,
30 Apr 2006
5.15
Nama
4.2
Trend Perusahaan dalam Industri Makanan dan Minuman di
Bursa Efek Jakarta 4.2.1 PT Aqua Golden Mississippi, Tbk Tabel 4.8 Rasio Keuangan Aqua Golden Mississippi (2000-2005) 1. PT. Aqua Golden Missisippi, Tbk
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Current Ratio
4.189
4.429
5.029
0.643
0.753
1.301
Acid Test Ratio
3.142
4.156
4.841
1.259
0.712
1.240
73.023
85.439
51.473
289.438
224.302
4.998
4.272
7.091
1.261
1.627
1.553
64.633
50.792
124.092
28.144
19.215
20.930
OIROI
0.183
0.174
0.150
0.048
0.058
0.044
Operating Profit Margin
0.077
0.088
0.073
0.114
0.114
0.078
Net Profit Margin
0.074
0.069
0.058
0.087
0.085
0.059
Total Asset Turnover
2.023
1.986
2.059
0.359
0.507
0.562
Return On Asset
0.136
0.137
0.119
0.037
0.043
0.033
Fixed Assets Turnover
4.745
4.591
3.465
0.706
0.868
1.141
Debt Ratio
0.432
0.461
0.471
0.652
0.587
0.468
Debt to Equity Ratio
0.994
0.873
0.910
1.405
1.479
0.913
50.339
48.048
39.750
46.088
22.206
32.300
0.289
0.259
0.229
0.090
0.043
0.065
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity)
Average Collection Period Account Receivable Turnover Inventory Turnover
235.018
Analisis Rasio Profitabilitas (Profitability)
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage)
Times Interest Earned Analisis Rasio Pengembalian Investasi Return On Equity
Data Perusahaan-perusahan dalam bentuk rasio keuangan untuk periode 2000-2005 di atas akan dianalisis secara satu persatu sebagai berikut : Analisis Rasio Likuiditas (Liqudity) 1. Current Ratio 6.000
5.000
4.000 AQUA
3.000
Industry
2.000
1.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.1 Current Ratio Aqua Golden Mississippi
Pada akhir tahun 2000 Ratio Aqua sebesar 1.301. Setelah mengalami penurunan di 2 tahun kedepannya tapi secara cepat di tahun 2003 Current Ratio Aqua adalah 5.029. Hal ini terjadi karena Aqua setelah tahun 2002 mendominasi permintaan air minum di Indonesia sendiri dan juga hutang dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilunasi sebesar 109,841,251,737 sehingga sangat memungkinkan bagi aqua untuk melunasi utang jangka pendeknya, karena aset yang liquid 5 kali dari utangnya.
2. Acid Test Ratio 6.000
5.000
4.000 AQUA
3.000
Industry
2.000
1.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.2 Acid Test Ratio Aqua Golden Mississippi
Dari Hasil Current Ratio dan acid ratio, dapat disimpulkan bahwa AQUA dibandingkan dengan Peer industry memiliki Current Ratio yang hampir sebanding. Aqua di tahun 2005 memiliki Current Ratio yang sedikit lebih tinggi dibanding peer industry sehingga aqua memiliki aset yang lebih liquid dibandingkan dengan utang jangka pendeknya, ini mengindikasikan bahwa perusahaan Aqua ini memiliki kemampuan untuk dalam melunasi utang jangka pendeknya.
3. Average Collection Period Ratio 350.000 300.000 250.000 200.000
AQUA Industry
150.000 100.000 50.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.3 Average Collection Period Ratio Aqua Golden Mississippi
Di tahun 2000 Aqua memiliki waktu yang lebih lama mendapatkan receivable nya di banding dengan Peer industry. Aqua membutuhkan 236 hari sedangkan Peer industry membutuhkan 116 hari. Setelah berjalan nya 5 tahun, waktu untuk mendapatkan receivable nya semakin cepat, di tahun 2005 Aqua hanya membutuhkan waktu 74 hari sedangkan Peer industry membutuhkan waktu 113 hari.
4. Account Receivable Turnover Ratio 14.000 12.000 10.000 8.000
AQUA Industry
6.000 4.000 2.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.4 Account Receivable Turnover Ratio Aqua Golden Mississippi
Aqua lebih lambat dalam mendapatkan receivable nya dibandingkan dengan Peer industry. Hal ini dapat dilihat dari table dimana di tahun 2000 Aqua, account receivable turnover nya hanya 1.553/tahun, sedangkan Peer industry 5.178 kali/tahun nya. Ini membuktikan bahwa kesimpulan yang kami dapatkan sama dengan pembuktian Average Collection Period nya.
5. Inventory Turnover Ratio 140.000 120.000 100.000 80.000
AQUA Industry
60.000 40.000 20.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.5 Inventory Turnover Ratio Aqua Golden Mississippi
Dari hasil yang didapatkan Aqua sangat baik dalam memanage inventory mereka. Inventory turnover di tahun 2000 sebesar 20.930 dibandingkan dengan peer industry yang hanya 5.19556. Dalam kata lain, Aqua menjual inventory nya dalam 17.43 hari pada skala rata-rata, dimana peer industry hanya mampu menjual inventory nya selama 70.252 hari. Kesimpulannya dari likuiditas keuangan Aqua, kita melihat kembali bahwa perusahaan ini memiliki current asset dan Acid Test Ratio yang tinggi, yang mengindikasikan bahwa perusahaan Aqua memiliki likuiditas yang cukup untuk mencover hutang nya untuk 12 bulan ke depan. Walau Aqua sedikit lambat dalam menerima receivable nya tapi di tahun 2005 mereka hanya membutuhkan 74 hari dari pada peer industry yang membutuhkan 113 hari. Tetapi Aqua dalam inventory turnover nya memiliki lebih dari 20 kali setiap tahunnya, yang mengindikasikan bahwa asetnya sangat liquid. Analisis Ratio Profitabilitas (Profitability) 6. Operating Income Return on Investment Ratio
0.200
0.150
0.100 AQUA
0.050
Industry
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.050)
(0.100)
Gambar 4.6 Operating Income Return on Investment Ratio Aqua Golden Mississippi
Dari tahun 2000 sampai tahun 2004 kita dapat melihat trendnya bahwa Aqua mendapatkan return on investment hampir sama dibandingkan dengan peer industry, tapi di tahun 2005 Aqua memiliki lebih dari 3 kali return on investment dibanding peer industry. Management dari Aqua secara significant meraup income yang lebih banyak dibanding dengan peer industry.
7. Operation Profit Margin Ratio 0.160 0.140 0.120 0.100 AQUA
0.080
Industry
0.060 0.040 0.020 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.7 Operation Profit Margin Ratio Aqua Golden Mississippi
Dari grafik diatas, kami menyimpulkan bahwa Aqua walau operating profit margin ratio nya berada di bawah peer industry tapi tetap aqua masih boleh dibilang kompetitif dan dapat menjaga cost dan expenses nya dalam hubungannya pada penjualan.
8. Net Profit Margin Ratio 0.200 0.180 0.160 0.140 0.120 AQUA
0.100
Industry
0.080 0.060 0.040 0.020 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.8 Net Profit Margin Ratio Aqua Golden Mississippi
Keuntungan bersih yang didapat Aqua trendnya stabil tiap tahunnya, ini mencerminkan perusahaan mampu mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan.
9. Total Assets Turnover Ratio 2.500
2.000
1.500 AQUA Industry 1.000
0.500
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.9 Total Assets Turnover Ratio Aqua Golden Mississippi
Dari hasil yang kita lihat di table dan digrafik dapat terlihat di tahun 2000 Aqua kurang efisien dalam menggunakan asetnya untuk mengenerate sales. Tetapi di tahun 2005 Aqua mampu mengenerate 2.023 rupiah per 1 rupiah suatu aset, sedangkan peer industry mengenerate 0.74105 rupiah per 1 rupiah suatu aset. Artinya Aqua lebih efisien dibanding peer industry.
10. Return on Assets Ratio 0.160 0.140 0.120 0.100 AQUA
0.080
Industry
0.060 0.040 0.020 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.10 Return on Assets Ratio Aqua Golden Mississippi
Dilihat dari rasio yang diperoleh Aqua sangat efisien dalam menggunakan atau mengelola aktivanya dalam menghasilkan keuntungan dan menunjukkan efisiensi dan produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Di tahun 2005 Aqua mencatat return on asset ratio sebesar 13.6 % sedangkan untuk peer industry hanya mencatat 4 % saja.
11. Fixed Assets Turnover 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 AQUA
2.500
Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.11 Fixed Assets Turnover Ratio Aqua Golden Mississippi
Dengan ratio ini kami dapat menyimpulkan bahwa Aqua memanage fixed asset nya secara efisien. Manajemen sangat baik dalam memanage inventory perusahaan, dan diatas peer industry. Kesimpulannya secara pasti kami dapat mengatakan bahwa Aqua adalah perusahaan yang sangat sehat dan sangat produktif dan dapat memanage income statement nya, menggunakan cost dan operating expenses sangat murah untuk mengenerate suatu sales dalam jumlah yang tinggi. Dan perusahaan ini sangat efisien dalam memanage account receivable nya dan fixed asset nya secara efisien dari pada peer industry yang ada.
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) 12. Debt Ratio 0.700 0.600 0.500 0.400
AQUA Industry
0.300 0.200 0.100 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.12 Debt Ratio Aqua Golden Mississippi
Dari debt ratio yang tertera pada grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa Aqua dalam general finance nya sekitar 50% di tahun 2000 lalu meningkat menjadi 60% di tahun 2001 dan 2002, tapi kembali menjadi 50% dan 40% di tahun 2004 dan 2005 sedangkan secara berturut-turut dari tahun 2000-2005 equity nya senilai 50%, 40%, 40%, 50%, 50%, 60%.
13. Debt To Equity Ratio 1.600 1.400 1.200 1.000 AQUA
0.800
Industry
0.600 0.400 0.200 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.13 Debt To Equity Ratio Aqua Golden Mississippi
Seperti yang ditunjukkan di atas DER AQUA adalah 0.913 di tahun 2000, kemudian meningkat significant di tahun 2001 dan 2002, walau di tahun 2004-2005 kembali menjadi 0.910, 0.873 dan 0.994. Hal Ini menunjukkan bahwa hutang yang dimiliki Aqua dibandingkan dengan equity nya pada dasarnya hampir sama seperti kita lihat di tahun 2000 dan 2005.
14. Times Interest Earned 60.000
50.000
40.000 AQUA
30.000
Industry
20.000
10.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.14 Times Interest Earned Ratio Aqua Golden Mississippi
Aqua sangat baik dalam menservice interest expense nya tanpa kesulitan. Pada kenyataannya, Operating income Aqua dapat jatuh sampai 1/50.339 di tahun 2005 dan dapat tetap membayar interest lainnya yang diminta.
Analisis Rasio Pengembalian Investasi 15..Return on Equity Ratio 0.350 0.300 0.250 0.200
AQUA Industry
0.150 0.100 0.050 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.15 Return on Equity Ratio Aqua Golden Mississippi
Secara jelas, pemilik dari Aqua mendapatkan return dari investasi mereka sangat attractive jika dibandingkan dengan peer industry. Untuk menjelaskan alasan mengapa hal ini dapat terjadi pada Aqua yang sangat attractive dikarenakan : 1. Aqua lebih menguntungkan dibandingkan dengan peer industry, OIROI nya mencapai 18.3 % ditahun 2005 dibandingkan 7 % dari peer industry. Dengan bukti ini kami berekspektasi bahwa Aqua memiliki return yang lebih tinggi untuk common equity. 2. Aqua menggunakan debt lebih rendah di tahun 2005 dibanding dengan equity yang lebih tinggi dari pada peer industry, yang membuat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari cost of debt. Selanjutnya, dengan debt ratio yang rendah, Aqua memberikan return yang tinggi kepada shareholder nya telah tercapai secara total dengan mengenerate profit tinggi pada aset perusahaan.
4.2.2 PT Ades Waters Indonesia, Tbk Tabel 4.9 Rasio Keuangan Ades Waters Indonesia (2000-2005) 2. PT. Ades Waters Indonesia, Tbk
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Current Ratio
0.434
0.422
0.366
0.507
0.460
0.245
Acid Test Ratio
0.326
0.294
0.243
0.405
0.324
0.140
36.820
33.423
31.778
39.561
45.579
42.392
9.913
10.921
11.486
9.226
8.008
8.610
15.433
13.708
10.710
10.459
8.017
7.775
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity)
Average Collection Period Account Receivable Turnover Inventory Turnover Analisis Rasio Profitabilitas (Profitability) OIROI
(0.066)
(0.678)
(0.194)
(0.084)
(0.029)
(0.138)
Operating Profit Margin
(0.006)
(0.062)
(0.118)
(0.058)
(0.049)
(0.277)
Net Profit Margin
(0.014)
(0.009)
(0.083)
0.916
0.851
0.021
0.050
0.847
0.717
0.018
0.036
1.079
Return On Asset
0.010
Fixed Assets Turnover
1.150
1.623
1.040
0.859
0.710
0.567
Debt Ratio
0.804
0.830
0.530
0.580
0.617
0.588
Debt to Equity Ratio
0.425
0.571
1.339
1.579
1.683
1.701
79.915
86.190
45.847
37.838
28.000
8.697
0.039
0.085
(0.012)
0.577
4.960
Total Asset Turnover
(0.049)
0.454
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage)
Times Interest Earned Analisis Rasio Pengembalian Investasi Return On Equity
0.054
(0.068)
(0.129)
1.103
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) 1. Current Ratio 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 ADES
2.500
Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.16 Current Ratio Ades Waters Indonesia
Pada akhir tahun 2000 Ratio Ades sebesar 0.245. Tahun 2001 mengalami kenaikan senilai 0.460 dikarenakan ades melunasi hutang dari pihak ketiga dan juga kenaikan uang kas yang segera dapat mencover utang jangka pendek ades. Pergerakan di tahun-tahun setelahnya sampai tahun 2005 tidak terlalu berarti. Di tahun 2005 nilai Current Rationya sebesar 0.434. Walau hutangnya lebih besar 2 kalinya tapi setidaknya masih bisa mengcover hutang jangka pendeknya.
2. Acid Test Ratio 4.000 3.500 3.000 2.500 ADES
2.000
Industry
1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.17 Acid Test Ratio Ades Waters Indonesia
Dari hasil yang di dapat di atas, Current Ratio dan Acid Test Ratio dari perusahaan Ades di bawah 1. Ini artinya selain hasil ini di bawah peer industry, Ades memiliki ½ rupiah di current asset untuk setiap 1 rupiah di current liabilities, di banding kan Peer industry yang Current Ratio dan Acid Test Ratio nya berada di antara 1,5–3,5 dari tahun 2000-2005. Ini menandakan bahwa Ades adalah perusahaan yang aset nya kurang liquid untuk mengcover utang jangka pendek nya. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan itu harus siap untuk membayar obligasi nya yang akan jatuh tempo.
3. Average Collection Period Ratio 140.000 120.000 100.000 80.000
ADES Industry
60.000 40.000 20.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.18 Average Collection Period Ratio Ades Waters Indonesia
Ades di 5 tahun yang kami teliti memiliki waktu yang jauh lebih cepat untuk mendapatkan receivable nya. Di tahun 2000 Ades memerlukan waktu 43 hari sedangkan sampai tahun 2005 mereka mendapatkan receivable nya lebih cepat senilai 37 hari dibanding dengan Peer industry yang membutuhkan waktu untuk mendapatkan receivable nya lebih dari 100 hari.
4. Account Receivable Turnouver Ratio 14.000 12.000 10.000 8.000
ADES Industry
6.000 4.000 2.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.19 Account Receivable Turnover Ratio Ades Waters Indonesia
Ades di tahun 2000-2005 memiliki account receivable turnover nya lebih tinggi dibandingkan dengan Peer industry, maka dari itu kami mengambil kesimpulan bahwa Ades lebih cepat untuk mendapatkan account receivable nya dibandingkan dengan Peer industry.
5. Inventory Turnover Ratio 25.000
20.000
15.000 ADES Industry 10.000
5.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.20 Inventory Turnover Ratio Ades Waters Indonesia
Dari hasil yang didapatkan Ades sangat baik dalam memanage inventory mereka. Inventory turn over di tahun 2000 sebesar 7.775 dibandingkan dengan peer industry yang hanya 5.19556. Dalam kata lain, Ades menjual inventory nya dalam 46.94 hari pada skala rata-rata, dimana peer industry hanya mampu menjual inventory nya selama 70.252 hari. Kesimpulannya dari likuiditas keuangan Ades, kita melihat kembali bahwa perusahaan ini memiliki current asset dan Acid Test Ratio yang rendah, yang mengindikasikan bahwa perusahaan Ades kurang memiliki likuiditas yang cukup untuk mencover hutang nya untuk 12 bulan ke depan. Dalam menerima receivable Ades lebih cepat, mereka hanya membutuhkan waktu 37 hari dari pada peer industry yang membutuhkan waktu lebih dari 100 hari. Tetapi Ades dalam inventory turnover nya memiliki lebih dari 7 kali setiap tahunnya, yang mengindikasikan bahwa asetnya liquid.
Analisis Ratio Profitabilitas (Profitability) 6. Operating Income Return on Investment Ratio
0.100 2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.100) (0.200) (0.300) (0.400)
ADES Industry
(0.500) (0.600) (0.700) (0.800)
Gambar 4.21 Operating Income Return on Investment Ratio Ades Waters Indonesia
Dari hasil yang didapat kami melihat bahwa Ades terus menerus merugi sehingga return on investment mereka bernilai mines. Manajemen akhirnya harus mempertahankan eksistensi dari Ades terus hidup diantara peer industry.
7. Operation Profit Margin Ratio 0.200 0.150 0.100 0.050 (0.050)
2005
2004
2003
2002
2001
2000
ADES Industry
(0.100) (0.150) (0.200) (0.250) (0.300)
Gambar 4.22 Operation Profit Margin Ratio Ades Waters Indonesia
Dari temuan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Ades tidak competitive terhadap pesaingnya karena tidak dapat mengendalikan costs dan expenses dalam kaitannya pada penjualan yang direfleksikan pada operating profit margin nya, manajemen secara ekstrim sangat tidak efektif dalam memanage 5 driving forces yang dijelaskan di bab 2.
8. Net Profit Margin Ratio 1.000
0.800
0.600 ADES
0.400
Industry
0.200
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.200)
Gambar 4.23 Net Profit Margin Ratio Ades Waters Indonesia
Dari keuntungan Ades di tahun 2000, kemudian jatuh dan merugi, hal ini mencerminkan bahwa perusahaan tidak mampu mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan.
9. Total Assets Turnover Ratio 6.000
5.000
4.000 ADES
3.000
Industry
2.000
1.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.24 Total Assets Turnover Ratio Ades Waters Indonesia
Di tahun 2000 ades mampu untuk mengenerate 4.960 rupiah untuk 1 rupiah aset, tetapi di tahun 2001 jatuh, walau kembali mengalami kenaikan tetapi tidak banyak. Hasilnya Ades masih berada diatas peer industry dalam hal efisiensi. Di tahun 2005 Ades dapat mengenerate 1.079 rupiah untuk 1 rupiah aset, sedangkan peer industry hanya mampu mengenerate 0.74105 untuk setiap 1 rupiah asetnya.
10. Return on Assets Ratio 0.500
0.400
0.300 ADES
0.200
Industry
0.100
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.100)
Gambar 4.25 Return on Assets Ratio Ades Waters Indonesia
Dilihat dari hasil rasio Ades, perusahaan ini sangat tidak efisien dalam menggunakan
atau
mengelola
aktivanya
dalam
menghasilkan
keuntungan
dan
menunjukkan efisiensi dan produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Di tahun 2001 dan 2004 mereka malah merugi, di tahun 2005 pun mereka hanya mencatat 1% dalam return on asset, sedangkan peer industry mencatat 4%.
11. Fixed Assets Turnover 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500
ADES Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.26 Fixed Assets Turnover Ratio Ades Waters Indonesia
Dari di atas kami dapat mengatakan bahwa pergerakan fixed asset turnover dari Ades, bergerak naik dan turun di tahun 2005. Di tahun 2005 Ades mencatat 1.150 kali, sedangkan peer industry mencatat 1.534 kali. Ini berarti Ades memanage aset kurang efisien bila dibandingkan dengan peer industry. Manajemen kurang bagus dalam memanage inventories perusahaan dan dalam menggunakan fixed asset untuk mengenerate keuntungan berada dibawah dari peer industry. Kesimpulannya adalah bahwa Ades ini kesulitan untuk memanage income statement mereka, tetap membuat cost of goods dan operating expensesnya rendah untuk mengenerate sales yang tinggi. Perusahaan ini sangat tidak efisien dalam memanage account receivable nya dan fixed aset nya.
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) 12. Debt Ratio 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500
ADES Industry
0.400 0.300 0.200 0.100 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.27 Debt Ratio Ades Waters Indonesia
Dari debt ratio yang tertera pada grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa Ades dalam general finance nya di tahun 2000-2002 memiliki perbandingan debt dan equity nya adalah 60% untuk debt dan 40% Untuk equity, walau mengalami penurunan di tahun 2003 sebesar 50% 50% tapi di tahun 2004 dan 2005 karena terus merugi maka perbandingan debt dan equity mereka sebesar 80% 20%.
13. Debt To Equity Ratio 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000
ADES Industry
0.800 0.600 0.400 0.200 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.28 Debt To Equity Ratio Ades Waters Indonesia
Seperti yang ditunjukkan di atas DER Ades di tahun 2000 sebesar 1.701 dan terus menurun hingga di tahun 2005 hanya 0.425. Hal Ini menunjukkan bahwa hutang yang dimiliki Ades dibandingkan dengan equity nya pada dasarnya menurun.
14. Times Interest Earned 100.000 90.000 80.000 70.000 60.000 ADES
50.000
Industry
40.000 30.000 20.000 10.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.29 Times Interest Earned Ratio Ades Waters Indonesia
Ades sangat baik dalam menservice interest expense nya tanpa kesulitan. Pada kenyataannya, Operating income Ades dapat jatuh sampai 1/79.915 di tahun 2005 dan dapat tetap membayar interest lainnya yang diminta.
Analisis Rasio Pengembalian Investasi 15..Return on Equity Ratio 1.200 1.000 0.800 0.600
ADES Industry
0.400
0.200 2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.200)
Gambar 4.30 Return on Equity Ratio Ades Waters Indonesia
Secara jelas, pemilik dari Ades merasakan kerugian dari return investasi mereka dalam 5 tahun di periode 2000-2005. Untuk menjelaskan alasan mengapa hal ini dapat terjadi pada Ades yang sangat merugi dikarenakan : 1. Ades dalam beberapa tahun merugi dibandingkan dengan peer industry, walau OIROI nya mencapai 10 % ditahun 2005 dibandingkan 7 % dari peer industry. Tapi dari hasil yang didapat ekspektasi kami terhadap Ades memiliki return yang lebih tinggi untuk common equity sepertinya sangat rendah. 2. Ades menggunakan debt lebih tinggi yaitu 80% di tahun 2005 dibanding dengan equity yang lebih rendah 20% dibanding dengan peer industry yang lebih moderate menggunakan perbandingan 50% 50%, yang membuat perusahaan mendapatkan tekanan dalam membayar hutang-hutangnya. Dengan debt ratio yang tinggi, Ades memberikan return yang rendah bahkan mines atau merugi kepada shareholder nya dan malah tidak mungkin Ades ke depannya akan bankrupt yang akan kami bahas di halaman selanjutnya mengenai kemungkinan kebangkrutan sebuah perusahaan.
4.2.3 PT Delta Djakarta, Tbk Tabel 4.10 Rasio Keuangan Delta Djakarta (2000-2005) 3. PT. Delta Djakarta Tbk.
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Current Ratio
5.883
5.992
4.495
3.273
2.087
2.442
Acid Test Ratio
3.152
4.813
3.633
2.567
1.756
2.191
368.192
329.893
301.022
277.870
258.478
Account Receivable Turnover
0.991
1.106
1.213
1.314
1.412
1.421
Inventory Turnover
0.813
0.727
0.821
0.782
1.091
1.663
OIROI
0.024
0.021
0.026
0.004
0.038
0.028
Operating Profit Margin
0.099
0.073
0.089
0.016
0.113
0.117
Net Profit Margin
0.083
0.058
0.068
0.009
0.036
0.034
Total Asset Turnover
0.301
0.294
0.309
0.261
0.377
0.236
Return On Asset
0.020
0.017
0.020
0.003
0.012
0.008
Fixed Assets Turnover
1.399
0.830
0.700
0.612
0.821
0.429
Debt Ratio
0.142
0.152
0.181
0.211
0.441
0.229
Debt to Equity Ratio
0.287
0.205
0.221
0.463
0.793
0.642
102.849
50.165
56.799
8.743
7.786
3.180
0.021
0.020
0.024
0.003
0.021
0.013
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity)
Average Collection Period
256.774
Analisis Rasio Profitabilitas (Profitability)
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage)
Times Interest Earned Analisis Rasio Pengembalian Investasi Return On Equity
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) 1. Current Ratio 7.000 6.000 5.000 4.000
DELTA DJAKARTA Industry
3.000 2.000 1.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.31 Current Ratio Delta Djakarta
Di tahun 2000 nilai Current Ratio dari Delta Djakarta sebesar 2.442, secara tahun berganti tahun Current Ratio naik sampai di tahun 2005 mencapai 5.883 hal ini dikarenakan kas, piutang dan persedian yang kian bertambah diikuti dengan pelunasan hutang usaha dan hutang-hutang kepada pihak ketiga yang menjadikan Delta Djakarta mencoba memelihara agar utang lancarnya dapat dicover dengan Aset lancarnya.
2. Acid Test Ratio 6.000
5.000
4.000 DELTA DJAKARTA
3.000
Industry
2.000
1.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.32 Acid Test Ratio Delta Djakarta
Delta Djakarta di tahun 2001-2005 memiliki Current Ratio dan Acid Test Ratio yang lebih tinggi di bandingkan dengan Peer industry. Ini menjadikan Delta Djakarta perusahaan yang lebih liquid dalam hal asset lancar di banding hutang lancar nya. Hal ini mengindikasikan bahwa Delta Djakarta merupakan perusahaan yang mampu untuk melunasi setiap obligasi yang jatuh tempo.
3. Average Collection Period Ratio 400.000 350.000 300.000 250.000 DELTA DJAKARTA
200.000
Industry
150.000 100.000 50.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.33 Average Collection Period Ratio Delta Djakarta
Delta Djakarta membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan receivable nya dari Peer industry, di tahun 2000 257 hari dibandingkan 116 hari dan di tahun 2005 369 hari dibandingkan 113 hari.
4. Account Receivable Turnouver Ratio 14.000 12.000 10.000 8.000
DELTA DJAKARTA Industry
6.000 4.000 2.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.34 Account Receivable Turnover Ratio Delta Djakarta
Delta Djakarta account receivable turnover nya jauh lebih rendah dibandingkan dengan Peer industry. Delta Djakarta di tahun 2000-2005 hanya dibawah 2, sedangkan Peer industry diatas 5. Dengan kami menyimpulkan Delta Djakarta lebih lama untuk mendapatkan receivable nya dibandingkan dengan Peer industry.
5. Inventory Turnover Ratio 25.000
20.000
15.000 DELTA DJAKARTA Industry 10.000
5.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.35 Inventory Turnover Ratio Delta Djakarta
Dari hasil yang didapatkan Delta Djakarta kurang baik dalam memanage inventory mereka. Inventory turnover di tahun 2000 sebesar 1.663 dibandingkan dengan peer industry 5.19556. Artinya Delta Djakarta menjual inventory nya dalam 219.49 hari pada skala rata-rata, dimana peer industry mampu menjual inventory nya selama 70.252 hari. Kesimpulannya dari likuiditas keuangan Delta Djakarta adalah bahwa perusahaan ini memiliki current asset dan Acid Test Ratio yang lebih tinggi dibandingkan dengan peer industry, yang mengindikasikan bahwa perusahaan Delta Djakarta memiliki likuiditas yang cukup untuk mencover hutang nya untuk 12 bulan ke depan. Tapi Delta Djakarta lebih lambat dalam menerima receivable nya dimana di tahun 2005 mereka membutuhkan waktu 369 hari dari pada peer industry yang hanya membutuhkan 113 hari dan inventory turnover mereka pun hanya 7 kali lebih setiap tahunnya. Walau mereka memiliki Current Ratio dan Acid Test Ratio yang tinggi tetap Delta Djakarta dalam hal ini memiliki aset yang kurang liquid.
Analisis Ratio Profitabilitas (Profitability) 6. Operating Income Return on Investment Ratio
0.060 0.050 0.040 0.030 0.020 0.010
DELTA DJAKARTA Industry
(0.010)
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.020) (0.030) (0.040) (0.050)
Gambar 4.36 Operating Income Return on Investment Ratio Delta Djakarta
Dari table kita dapat melihat bahwa Delta Djakarta tetap mendapatkan keuntungan walau keuntungan yang didapat tidak setinggi dari peer industry. Return on investment dari peer industry selama tahun 2000-2003 di atas Delta Djakarta, tetapi karena rata-rata OIROI ini salah satu ada yang jatuh yaitu Ades, maka terlihat di tahun 2004 dan 2005 pun angka rata-rata OIROI peer industry turun dan Delta Djakarta tetap stabil dalan Return on Investment nya. 7. Operation Profit Margin Ratio 0.160 0.140 0.120 0.100 DELTA DJAKARTA
0.080
Industry
0.060 0.040 0.020 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.37 Operation Profit Margin Ratio Delta Djakarta
Di tahun 2000 Delta Djakarta memiliki operating profit margin ratio di bawah peer industry, walau pernah mengalami penurunan banyak di tahun 2002 yang disebabkan kenaikan budget untuk pemasaran, delta Jakarta kembali mengalami tren kenaikan dan di
tahun 2005 mereka menemui nilai operation profit margin ratio yang sebanding dengan peer industry, ini menyebabkan kami berkesimpulan bahwa Delta Djakarta menjalankan fungsi manajemen secara efektif serta memanage 5 driving forces dari operating profit margin ini.
8. Net Profit Margin Ratio 0.200 0.180 0.160 0.140 0.120 DELTA DJAKARTA
0.100
Industry
0.080 0.060 0.040 0.020 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.38 Net Profit Margin Ratio Delta Djakarta
Dari keuntungan yang rendah akhirnya prosentase net profit margin mengalami kenaikan sehingga di tahun 2005 sudah berada diatas peer industry, hal ini mencerminkan kemampuan perusahaan Delta Djakarta dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan.
9. Total Assets Turnover Ratio 1.200
1.000
0.800 DELTA DJAKARTA
0.600
Industry
0.400
0.200
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.39 Total Assets Turnover Ratio Delta Djakarta
Dari hasil yang diperoleh terlihat selama 5 tahun setidaknya Delta Djakarta memperoleh Total asset turnover yang lebih kecil dibanding dengan peer industry, ini mengakibatkan perusahaan ini kurang efisien dalam menghasilkan sales dari setiap asetnya. Di tahun 2005 saja, Delta Djakarta hanya bisa menghasilkan 0.301 rupiah untuk setiap 1 rupiah asetnya, lebih sedikit dengan apa yang dihasilkan peer industry dimana bisa menghasilkan 0.74105 rupiah tiap 1 rupiah asetnya.
10. Return on Assets Ratio 0.100 0.090 0.080 0.070 0.060 DELTA DJAKARTA
0.050
Industry
0.040 0.030 0.020 0.010 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.40 Return on Assets Ratio Delta Djakarta
Dalam rasio ini Delta Djakarta hanya mencatat 1/2 dari return on aset peer industry tiap tahunnya. Delta Djakarta berarti menggunakan atau mengelola aktivanya dalam menghasilkan keuntungan kurang efisiensi sehingga produktivitasnya pun kurang. Di tahun 2005 Delta Djakarta mencatat 2%, sedangkan peer industry mencatat 4 %.
11. Fixed Assets Turnover 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500
DELTA DJAKARTA Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.41 Fixed Assets Turnover Ratio Delta Djakarta
Dari rasio ini Delta Djakarta terbukti dapat memanage asetnya secara efisien walau di tahun 2005 mereka masih berada dibawah peer industry sedikit. Tapi manajemen telah baik dalam memanage inventories perusahaan dan menggunakan fixed asset perusahaan. Kesimpulannya bahwa Delta Djakarta cukup baik dalam memanage income statement nya, mempertahankan cost of goods dan operating expenses agar rendah. Dalam Memanage aset perusahaan memiliki sedikit inventory tiap rupiah dari sales nya dibanding dengan peer industry. Bagaimanapun, perusahaan kurang efisien saat memanage account receivable nya serta fixed asset nya.
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) 12. Debt Ratio 0.600
0.500
0.400 DELTA DJAKARTA
0.300
Industry
0.200
0.100
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.42 Debt Ratio Delta Djakarta
Dari debt ratio yang tertera pada grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa Delta Djakarta dalam general finance nya memiliki perbandingan 20% 80% pada debt dan equity nya di tahun 2000, walau sempat meningkat jumlah hutangnya di 40% 60% di tahun 2001, selanjutnya Delta Djakarta hanya menggunakan 20% untuk debt dan 80% equity di tahun seterusnya sampai tahun 2005, malah Debt nya mendekati 10%.
13. Debt To Equity Ratio 1.400 1.200 1.000 0.800
DELTA DJAKARTA Industry
0.600 0.400 0.200 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.43 Debt To Equity Ratio Delta Djakarta
Seperti yang ditunjukkan di atas DER Delta Djakarta di tahun 2000 di 0.642 dan kemudian selama 5 tahun tren nya menurun hingga di tahun 2005 hanya senilai 0.287. Hal Ini menunjukkan bahwa hutang yang dimiliki Delta Djakarta dibandingkan dengan equity nya dan dibandingkan dengan peer industry lebih rendah dan menurun.
14. Times Interest Earned 120.000
100.000
80.000 DELTA DJAKARTA
60.000
Industry
40.000
20.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.44 Times Interest Earned Ratio Delta Djakarta
Delta Djakarta sangat baik dalam menservice interest expense nya tanpa kesulitan. Pada kenyataannya, Operating income Delta Djakarta dapat jatuh sampai 1/102.849 di tahun 2005 dan dapat tetap membayar interest lainnya yang diminta.
Analisis Rasio Pengembalian Investasi 15.. Return on Equity Ratio 0.250
0.200
0.150 DELTA DJAKARTA Industry 0.100
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.45 Return on Equity Ratio Delta Djakarta
Secara jelas, pemilik dari Delta Djakarta mendapatkan return dari investasi mereka kurang attractive jika dibandingkan dengan peer industry. Untuk menjelaskan alasan mengapa hal ini dapat terjadi pada Delta Djakarta yang return dari investasinya kurang attractive dikarenakan : 1. Delta Djakarta kurang menguntungkan dibandingkan dengan peer industry, OIROI nya hanya mencapai 2.4% ditahun 2005 dibandingkan 7 % dari peer industry. Dengan bukti ini kami berekspektasi bahwa Delta Djakarta memiliki return yang lebih rendah untuk common equity. 2. Delta Djakarta menggunakan debt lebih rendah di tahun 2005 dibanding dengan equity yang lebih tinggi dari pada peer industry, yang membuat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari cost of debt. Selanjutnya, dengan debt ratio yang rendah, Delta Djakarta memberikan return bagi shareholder nya yang terbatas dan mengenerate profit yang terbatas pada aset perusahaan, dan bukan dengan menggunakan financing berdasarkan hutang.
4.2.4 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk Tabel 4.11 Rasio Keuangan Indofood Sukses Makmur (2000-2005) 4. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) Current Ratio
1.349
2.029
1.647
0.913
1.317
0.959
Acid Test Ratio
0.825
1.440
0.979
0.522
0.782
0.689
Average Collection Period
159.679
158.691
140.639
113.762
149.566
108.593
Account Receivable Turnover
2.286
2.300
2.595
3.208
2.440
3.361
Inventory Turnover
1.333
1.429
1.142
1.228
1.057
1.377
OIROI
0.032
0.036
0.047
0.038
0.096
0.134
Operating Profit Margin
0.112
0.130
0.127
0.127
0.163
0.230
Net Profit Margin
0.027
0.027
0.047
0.078
0.063
0.077
Total Asset Turnover
0.692
0.275
0.282
0.296
0.257
0.255
Return On Asset
0.008
0.007
0.018
0.023
0.037
0.045
Fixed Assets Turnover
0.483
0.528
0.522
0.511
0.456
0.455
Debt Ratio
0.669
0.681
0.686
0.657
0.708
0.713
Debt to Equity Ratio
2.281
2.488
2.695
2.322
2.919
3.008
Times Interest Earned
41.555
48.540
42.468
61.618
49.062
54.798
0.124
0.120
0.215
0.337
0.240
0.238
Analisis Rasio Profitabilitas (Profitability)
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage)
Analisis Rasio Pengembalian Investasi Return On Equity
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) 1. Current Ratio 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 INDOFOOD
2.500
Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.46 Current Ratio Indofood Sukses Makmur
Di tahun penelitian kami, tahun 2000 current ratio dari Indofood sebesar 0.959 atau dalam kata lain hutang lancar dan aset lancar dari indofood tahun itu nilainya hampir sama, tahun berikutnya. Penurunan kas dan untuk memenuhi persediaan di tahun 2001, walau meningkatnya hutang usaha disertai dengan pelunasan hutang jangka panjang di bawah 1 tahun yang menjadikan Current Ratio dari indofood setidaknya stabil nilainya. Dan di tahun 2005 Current Rationya bernilai 1.349, dimana asset lancar dari indofood dapat mencover seluruh utang jangka pendeknya.
2. Acid Test Ratio 3.500 3.000 2.500 2.000
INDOFOOD Industry
1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.47 Acid Test Ratio Indofood Sukses Makmur
Indofood di tahun 2000 memiliki Current Ratio 0.959 dan Acid Test Ratio nya 0.689. Seiring berjalan nya waktu sampai tahun 2005 Current Ratio dan Acid Test Ratio Indofood adalah 1.349 dan 0.825 dimana nilai ini berada jauh di bawah Peer industry.Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan Indofood kurang liquid dalam hal aset lancar di banding dengan hutang lancar nya, tetapi setidak nya Indofood masih dapat mengcover hutang jangka pendek nya.
3. Average Collection Period Ratio 180.000 160.000 140.000 120.000 100.000
INDOFOOD Industry
80.000 60.000 40.000 20.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.48 Average Collection Period Ratio Indofood Sukses Makmur
Indofood di tahun 2000 sedikit lebih cepat dalam mendapatkan receivable nya dibandingkan dengan Peer industry, tetapi di tahun 2001 Indofood sedikit melambat dan sampai di tahun-tahun berikut nya. Dimana di tahun 2005 Indofood membutuhkan waktu 160 hari dibandingkan 113 hari untuk Peer industry mendapatkan receivable nya.
4. Account Receivable Turnouver Ratio 14.000 12.000 10.000 8.000
INDOFOOD Industry
6.000 4.000 2.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.49 Account Receivable Turnover Ratio Indofood Sukses Makmur
Indofood ditahun 2000 account receivable turnover nya hanya 3.361 kali/tahun dibanding 5.178 kali /tahun nya untuk Peer industry, sampai tahun 2005 pun perbandingan nya tetap sama dimana account receivable turnover Indofood lebih rendah dibandingkan dengan Peer industry. Dengan ini kami menyimpulkan bahwa Indofood lebih lambat dalam mandapatkan receivable nya dibandingkan dengan Peer industry.
5. Inventory Turnover Ratio 25.000
20.000
15.000 INDOFOOD Industry 10.000
5.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.50 Inventory Turnover Ratio Indofood Sukses Makmur
Dari hasil yang didapatkan Indofood kurang baik dalam memanage inventory mereka. Dimana Inventory turnover di tahun 2000 hanya sebesar 1.377 dibandingkan dengan peer industry yang 5.19556. Dalam kata lain, indofood menjual inventory nya dalam 265.1 hari pada skala rata-rata, dimana peer industry mampu menjual inventory nya selama 70.252 hari. Kesimpulannya dari likuiditas keuangan Indofood, kita melihat kembali bahwa perusahaan ini memiliki current asset dan Acid Test Ratio yang rendah, tetapi tetep bahwa perusahaan Indofood memiliki likuiditas yang cukup untuk mencover hutang nya untuk 12 bulan ke depan. Indofood juga sedikit lambat dalam menerima receivablenya, dimana tahun 2005 Indofood membutuhkan waktu 160 hari dibandingkan 113 hari untuk Peer industry mendapatkan receivable nya. tapi di tahun 2005 mereka hanya membutuhkan 74 hari dari pada peer industry yang membutuhkan 113 hari. Kemudian Indofood juga memiliki inventory turnover nya yang rendah sehingga semua hal tersebut menyimpulkan bahwa Indofood tidak memiliki aset yang liquid.
Analisis Ratio Profitabilitas (Profitability) 6. Operating Income Return on Investment Ratio
0.160 0.140 0.120 0.100 0.080 0.060
INDOFOOD
0.040
Industry
0.020 (0.020)
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.040) (0.060)
Gambar 4.51 Operating Income Return on Investment Ratio Indofood Sukses Makmur
Indofood sebagai industri yang eksistensinya sudah terbilang lama memiliki OIROI yang lebih tinggi dibanding peer industry tetapi secara tren indofood mengalami penurunan yang tahun 2005 angkanya ditutup dengan keuntungan 3%. Mereka harus berhati-hati dengan pemain baru seperti wings grup yang akan mengambil pangsa pasar mereka. 7. Operation Profit Margin Ratio 0.250
0.200
0.150 INDOFOOD Industry 0.100
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.52 Operation Profit Margin Ratio Indofood Sukses Makmur
Indofood memiliki operating profit margin yang sebanding dengan peer industry. Di tahun 2005 walau tren nya sedikit menurun tetapi Indofood memiliki rasio yang lebih tinggi sehingga Indofood dapat dikatakan sudah competitive serta menjaga costs serta expenses mereka dengan baik. Manajemen mereka pun sudah menjalankan 5 driving forces dengan baik.
8. Net Profit Margin Ratio 0.200 0.180 0.160 0.140 0.120 INDOFOOD
0.100
Industry
0.080 0.060 0.040 0.020 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.53 Net Profit Margin Ratio Indofood Sukses Makmur
Dari tahun 2000 Indofood mendapatkan prosentase net profit margin 0.077 tetapi di tahun-tahun berikutnya tren nya menurun sehingga dapat disimpulkan bahwa Indofood tidak mampu dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan kegiatankegiatan perusahaan, apalagi di tahun 2005-2006 ini ada pesaing yang tidak dikira yaitu Wings grup yang membuat segmentasi dan produk yang serupa dengan berbagai kelebihan yang mengambil sebagian market share indofood. Indofood harus melakukan inovasi dan pengendalian biaya kedepannya jika ingin profit margin mereka naik.
9. Total Assets Turnover Ratio 1.200
1.000
0.800 INDOFOOD
0.600
Industry
0.400
0.200
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.54 Total Assets Turnover Ratio Indofood Sukses Makmur
Dari hasil yang didapat dan tergambar di grafik, kita dapat menyimpulkan di tahun 2005 indofood dapat menyamakan total asset turn over nya dimana setiap 1 rupiah aset dapat digenerate 0.692 rupiah, dibanding peer industry yang mengenerate 0.74105 untuk setiap 1 rupiah asetnya. Kesimpulan kami adalah bahwa Indofood merupakan salah satu perusahaan yang mulai melakukan berbagai efisiensi dan peningkatan sales, apalagi sejak 2000 terlihat tren mereka meningkat.
10. Return on Assets Ratio 0.100 0.090 0.080 0.070 0.060 INDOFOOD
0.050
Industry
0.040 0.030 0.020 0.010 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.55 Return on Assets Ratio Indofood Sukses Makmur
Indofood terlihat dari hasil rationya kurang efisien dalam mengelola dan menggunakan aktivanya dalam menghasilkan keuntungan tertentu. Dan secara keseluruhan indofood kurang melakukan efisiensi dan kurang produktivitas. Tahun 2005 mereka hanya mencatat 0.8% dibanding peer industry 4 %.
11. Fixed Assets Turnover 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500
INDOFOOD Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.56 Fixed Assets Turnover Ratio Indofood Sukses Makmur
Dari ratio di atas, Indofood memanage asetnya kurang efisien, manajemen kurang baik dalam memanage inventories perusahaan, dan juga kurang dapat memanfaatkan fixed asset dari perusahaan Indofood itu sendiri. Kesimpulannya dari ratio yang kita temukan, Ades cukup baik dalam memanage income statement nya, menggunakan cost of goods dan operating expenses dengan taraf yang rendah untuk mengenerate sales. Dalam hal memanage aset, Indofood memiliki kurang inventories per rupiahnya dari sales jika dibandingkan dengan peer industry. Dimana mereka lebih baik. Bagaimanapun, perusahaan kurang efisien dalam memanage account receivable nya dan fixed asset nya.
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) 12. Debt Ratio 0.800 0.700 0.600 0.500 INDOFOOD
0.400
Industry
0.300 0.200 0.100 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.57 Debt Ratio Indofood Sukses Makmur
Dari debt ratio yang tertera pada grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa Indofood dalam general finance nya memiliki debt yang stabil dari tahun 2000-2005 sebesar 70% dengan 30% equity. Sedangkan untuk peer industry hanya di angka 40-50% saja dalam menggunakan debt nya.
13. Debt To Equity Ratio 3.500 3.000 2.500 2.000
INDOFOOD Industry
1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.58 Debt to Equity Ratio Indofood Sukses Makmur
Seperti yang ditunjukkan di atas DER Indofood di atas, rata-rata mereka selama 5 tahun terlihat tren nya menurun sedikit tetapi lebih tinggi dibanding dengan peer industry. Di tahun 2000 Indofood memiliki DER 3.008 dan di tahun 2005 sebesar 2.281. Hal ini menunjukkan hutang yang dimiliki Indofood dibandingkan dengan equitynya cukup besar jika dibandingkan dengan peer industry.
14. Times Interest Earned 70.000 60.000 50.000 40.000
INDOFOOD Industry
30.000 20.000 10.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.59 Times Interest Earned Ratio Indofood Sukses Makmur
Indofood sangat baik dalam menservice interest expense nya tanpa kesulitan. Pada kenyataannya, Operating income Indofood dapat jatuh sampai 1/41.555 di tahun 2005 dan dapat tetap membayar interest lainnya yang diminta.
Analisis Rasio Pengembalian Investasi 15..Return on Equity Ratio 0.250
0.200
0.150 INDOFOOD Industry 0.100
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.60 Return on Equity Ratio Indofood Sukses Makmur
Secara jelas, pemilik dari Indofood mendapatkan return dari investasi mereka kurang attractive dengan perbandingnya dengan peer industry. Untuk menjelaskan alasan mengapa hal ini dapat terjadi bagi Indofood, ini dikarenakan : 1. Indofood kurang menguntungkan dibandingkan dengan peer industry sampai tahun 2005, OIROI nya mencapai 3.2% ditahun 2005 dibandingkan 7 % dari peer industry. Dengan bukti ini kami berekspektasi bahwa Indofood memiliki return sekitar 3.2% dan buktinya di tahun 2005 Indofood hanya memiliki return 2.7% saja. 2. Indofood menggunakan debt lebih tinggi selama tahun 2000-2005 dibanding dengan equity yang lebih rendah dari pada peer industry yang moderate di 50% 50%, yang membuat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih sedikit dari cost of debt. Selanjutnya, dengan debt ratio yang tinggi, Indofood memberikan return yang rendah kepada shareholder nya dan untuk mengenerate profit rendah pada aset perusahaan, dan menggunakan financing berdasarkan hutang.
4.2.5 PT Mayora Indah, Tbk Tabel 4.12 Rasio Keuangan Mayora Indah (2000-2005) 5. PT. Mayora Indah, Tbk
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) Current Ratio
4.248
8.086
5.608
4.867
3.600
5.756
Acid Test Ratio
2.765
6.871
4.868
4.125
2.897
4.969
Average Collection Period
32.083
26.769
20.716
27.907
34.585
44.548
Account Receivable Turnover
11.377
13.635
17.619
13.079
10.554
8.193
1.506
1.969
2.183
1.877
1.339
1.368
OIROI
0.010
0.037
0.034
0.026
0.017
0.017
Operating Profit Margin
0.031
0.164
0.165
0.150
0.126
0.164
Net Profit Margin
0.025
0.100
0.104
0.132
Total Assets Turnover
0.317
0.224
0.205
0.173
Return on Assets
0.008
0.022
0.021
0.023
Fixed Asasets Turnover
0.661
0.508
0.431
0.370
0.239
0.178
Debt Ratio
0.317
0.360
0.412
0.518
0.539
0.527
Debt To Equity Ratio
0.473
0.571
0.711
1.046
1.187
1.125
Times Interest Earned
1.868
3.930
3.508
2.396
1.181
1.236
0.012
0.036
0.037
0.046
Inventory Turnover Analisis Rasio Profitabilitas (Profitability)
(0.055) 0.136 (0.007)
(0.040) 0.104 (0.004)
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage)
Analisis Rasio Pengembalian Investasi Return on Equity
(0.016)
(0.009)
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) 1. Current Ratio 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000
MAYORA Industry
4.000 3.000 2.000 1.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.61 Current Ratio Mayora Indah
Dengan utang usaha yang kecil dan kas lancar yang besar Current Aset Mayora bernilai 5.756 di tahun 2000, nilai ini pun dipertahankan sampai tahun 2005, ditahun 2004 current asset nya bernilai besar yaitu 8.086 dikarenakan wesel bayar bernilai 40 milyard dilunasi lalu persediaan serta investasi sementara naik cukup significant sehingga current asset nya bernilai cukup tinggi.
2. Acid Test Ratio 8.000 7.000 6.000 5.000 MAYORA
4.000
Industry
3.000 2.000 1.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.62 Acid Test Ratio Mayora Indah
Current Ratio dan Acid Test Ratio PT. Mayora lebih tinggi dari Peer industry, dikarenakan Mayora memiliki hutang lancar dalam jumlah kecil di bandingkan dengan aktiva lancar yang di miliki perusahaan tersebut. Hal ini menjadikan perusahaan Mayora sangat liquid dan mereka sangat dapat mengcover hutang lancar mereka dengan asset liquid nya. Lihat saja pada grafik yang di tampilkan.
3. Average Collection Period Ratio 140.000 120.000 100.000 80.000
MAYORA Industry
60.000 40.000 20.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.63 Average Collection Period Ratio Mayora Indah
Mayora di tahun 2000-2005 memiliki waktu yang lebih cepat untuk mendapatkan receivable nya dibandingkan dengan Peer industry, dimana Mayora di tahun 2000 sampai 2005 berturut-turut senilai 45 hari, 35 hari, 28 hari, 21 hari, 27 hari, 33 hari dibandingkan dengan Peer industry yang lebih dari 100 hari.
4. Account Receivable Turnouver Ratio 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 MAYORA
10.000
Industry
8.000 6.000 4.000 2.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.64 Account Receivable Turnover Ratio Mayora Indah
Dari hasil account receivable turnover yang di dapat di atas dapat terlihat bahwa Mayora mendapatkan receivable nya lebih cepat dibandingkan dengan Peer industry dan ini membuktikan kesimpulan kami sama terhadap kesimpulan sebelum nya.
5. Inventory Turnover Ratio 25.000
20.000
15.000 MAYORA Industry 10.000
5.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.65 Inventory Turnover Ratio Mayora Indah
Dari hasil yang didapatkan Mayora kurang baik dalam memanage inventory mereka. Inventory turn over di tahun 2000 hanya sebesar 1.368 dibandingkan dengan peer industry 5.19556. Di tahun 2005 pun inventory turnover nya hanya 1.506 dibanding dengan peer industry 12.53072 Dalam kata lain di tahun 2005, Mayora menjual inventory nya dalam 242.36 hari pada skala rata-rata, dimana peer industry mampu menjual inventory nya selama 29.13 hari saja. Kesimpulannya dari likuiditas keuangan Mayora jika kita melihat kembali bahwa perusahaan ini memiliki current asset dan Acid Test Ratio yang tinggi, yang mengindikasikan bahwa perusahaan Mayora memiliki likuiditas yang cukup tinggi untuk mencover hutang nya untuk 12 bulan ke depan. Kemudian juga Mayora cepat dalam menerima receivable nya dimana Mayora di tahun 2000 sampai 2005 berturut-turut senilai 45 hari, 35 hari, 28 hari, 21 hari, 27 hari, 33 hari dibandingkan dengan Peer industry yang lebih dari 100 hari, hanya saja inventory turnover dari mayora cukup rendah, tetapi secara keseluruhan ratio Mayora memiliki aset yang liquid.
Analisis Ratio Profitabilitas (Profitability) 6. Operating Income Return on Investment Ratio
0.060 0.050 0.040 0.030 0.020 0.010
MAYORA Industry
(0.010)
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.020) (0.030) (0.040) (0.050)
Gambar 4.66 Operating Income Return on Investment Ratio Mayora Indah
Dari return on investment nya mayora terlihat mereka mengalami tren naik di tahun 2000-2004 dan turun lebih dari 25% di tahun 2005, ini dikarenakan persaingan yang semakin tinggi. Jika dibandingkan dengan peer company posisi Mayora sudah cukup baik dalam mempertahankan Return on Investment nya.
7. Operation Profit Margin Ratio 0.180 0.160 0.140 0.120 0.100
MAYORA Industry
0.080 0.060 0.040 0.020 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.67 Operation Profit Margin Ratio Mayora Indah
Mayora mencatat operating yang baik di tahun 2000-2004, sayangnya mereka di tahun 2005 mencatat operating profit margin ratio mereka sangat rendah mencapai 0.031, padahal di tahun 2005 penjualan dari Mayora terus meningkat walau hal ini pun diserta biaya pemasaran yang sangat mahal sehingga keuntungan dari mayora sangat terbeban. Mayora tentunya harus menerapkan dan menjaga costs dan expensesnya di tahun kedepan dan tetap menerapkan 5 driving forces.
8. Net Profit Margin Ratio 0.250 0.200 0.150 0.100
MAYORA Industry
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.050) (0.100)
Gambar 4.68 Net Profit Margin Ratio Mayora Indah
Walau dalam perjalanannya Mayora merugi, tetapi kedepannya mereka terus naik. Ditahun 2002 net profit margin mereka mencapai 0.132 dan mencapai puncaknya, walau mengalami penurunan perusahaan ini sudah mampu menjaga pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu dan mulai mengendalikan biaya sehubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan.
9. Total Assets Turnover Ratio 1.200
1.000
0.800 MAYORA
0.600
Industry
0.400
0.200
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.69 Total Assets Turnover Ratio Mayora Indah
Dari Hasil pada table dapat dilihat bahwa mayora kurang efisiensi dalam menggunakan asset mereka untuk mengenerate sales mereka. Di tahun 2005 mereka hanya dapat mengenerate 0.317 rupiah untuk setiap 1 rupiah asetnya. Sedangkan peer industry mampu mengenerate 0.74105 rupiah untuk setiap 1 rupiah asetnya. Hal ini menjadikan kami menyimpulkan bahwa Mayora kurang efisien dalam menjalankan usahanya.
10. Return on Assets Ratio 0.100
0.080
0.060 MAYORA
0.040
Industry
0.020
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.020)
Gambar 4.70 Return on Assets Ratio Mayora Indah
Dari rasio berikut, dapat dikatakan Mayora mengalami garis singgung dengan peer industry di tahun 2002 tapi di tahun 2005 mereka mengalami penurunan dalam menggunakan
atau
mengelola
aktivanya
dalam
menghasilkan
keuntungan
dan
menunjukkan efisiensi dan produktivitas Mayora Itu sendiri. Di tahun 2005 mereka hanya mencatat 0.8% sedangkan peer industry mencatat 4%.
11. Fixed Assets Turnover 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500
MAYORA Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.71 Fixed Assets Turnover Ratio Mayora Indah
Dari fixed asset turnover tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa Mayora memanage asetnya kurang efisien. Manajemen juga kurang baik dalam memanage inventories perusahaan dan menggunakan fixed asset nya. Kesimpulan kami dari rasio-rasio diatas adalah bahwa Mayora sangat baik dalam memanage income statement mereka, menahan cost of goods dan operating expenses untuk tetap rendah untuk mengenerate sales, sayangnya di tahun 2005 mereka terlalu mengeluarkan cost untuk biaya pemasaran. Dalam hal memanage asetnya Mayora memiliki kurang inventory per rupiahnya untuk mengenerate sales nya daripada peer industry, yang lebih baik. Bagaimanapun, perusahaan kurang efisien untuk memanage account receivable nya dan fixed assetnya.
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) 12. Debt Ratio 0.600
0.500
0.400 MAYORA
0.300
Industry
0.200
0.100
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.72 Debt Ratio Mayora Indah
Dari debt ratio yang tertera pada grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa Mayora dalam general finance nya menggunakan hutang 50% dan equity 50% di tahun 2000-2002, di tahun 2003 debt mereka turun dan perbandingannya 40% untuk debt, equity 60%. Di tahun 2005 malah debt mereka dibanding dengan equity nya perbandingannya adalah 30% 70%.
13. Debt To Equity Ratio 1.400 1.200 1.000 0.800
MAYORA Industry
0.600 0.400 0.200 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.73 Debt To Equity Ratio Mayora Indah
Seperti yang ditunjukkan di atas DER Mayora di atas, di tahun 2000 senilai 1.125 dan tren nya menurun sampai di tahun 2005 hanya sebesar 0.473. Hal ini menunjukkan hutang pada asing yang dimiliki Mayora menurun selama periode 5 tahun dan bila dibandingkan dengan peer industry mereka seperti mark to market, nilainya hampir menyamai peer industry pertahunnya.
14. Times Interest Earned 60.000
50.000
40.000 MAYORA
30.000
Industry
20.000
10.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.74 Times Interest Earned Ratio Mayora Indah
Mayora baik dalam menservice interest expense nya. Pada kenyataannya, Operating income Mayora dapat jatuh sampai 1/1.868 di tahun 2005 dan tanpa kesulitan dalam membayar interest lainnya yang diminta.
Analisis Rasio Pengembalian Investasi 15..Return on Equity Ratio 0.250
0.200
0.150 MAYORA
0.100
Industry
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.050)
Gambar 4.75 Return on Equity Ratio Mayora Indah
Secara jelas, pemilik dari Mayora mendapatkan return dari investasi mereka yang kurang attractive jika dibandingkan dengan peer industry. Untuk menjelaskan alasan mengapa hal ini dapat terjadi pada Mayora yang kurang attractive dikarenakan : 1. Mayora kurang menguntungkan dibandingkan dengan peer industry, OIROI nya hanya mencapai 1% ditahun 2005 dibandingkan 7 % dari peer industry. Dengan bukti ini kami berekspektasi bahwa Mayora hanya memiliki return yang lebih rendah untuk common equity. 2. Mayora menggunakan debt lebih rendah di tahun 2005 dibanding dengan equity yang lebih tinggi dari pada peer industry, yang membuat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari cost of debt hanya di tahun 2005 Mayora terlalu banyak menghabiskan uang dengan biaya pemasaran. Selanjutnya, dengan debt ratio yang rendah, Mayora berusaha untuk memberikan return yang tinggi kepada shareholder nya, hanya di tahun 2005 para shareholder mereka harus menunggu untuk mendapatkan return dari investasi mereka yang lebih besar.
4.2.6 PT Multi Bintang, Tbk Tabel 4.13 Rasio Keuangan Multi Bintang (2000-2005) 6. PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) Current Ratio
1.038
1.242
1.263
1.363
0.895
1.209
Acid Test Ratio
0.743
0.924
0.884
0.970
0.600
0.902
Average Collection Period
106.381
80.211
98.699
61.387
43.153
74.251
Account Receivable Turnover
3.431
4.551
3.698
5.946
8.458
4.916
Inventory Turnover
2.412
1.329
1.224
1.138
1.327
1.432
OIROI
0.075
0.054
0.066
0.056
0.063
0.054
Operating Profit Margin
0.153
0.177
0.217
0.218
0.210
0.213
Net Profit Margin
0.111
0.132
0.180
0.136
0.149
0.095
Total Assets Turnover
0.488
0.302
0.307
0.257
0.299
0.252
Return on Assets
0.054
0.040
0.055
0.035
0.045
0.024
Fixed Asasets Turnover
0.929
0.628
0.584
0.477
0.498
0.422
0.471
0.434
0.393
0.353
0.474
0.367
Analisis Rasio Profitabilitas (Profitability)
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) Debt Ratio Debt To Equity Ratio
0.893
0.766
0.648
0.545
0.902
0.581
Times Interest Earned
65.357
42.670
49.571
41.731
43.898
34.111
0.103
0.070
0.091
0.054
0.085
0.038
Analisis Rasio Pengembalian Investasi Return on Equity
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) 1. Current Ratio 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 MULTI BINTANG
2.500
Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.76 Current Ratio Multi Bintang
Tahun demi tahun Multi Bintang sangat menjaga Current Ratio nya sehingga nilainya pun berada diantara 1 sehingga Multi Bintang dapat melunasi hutang-hutang jangka pendeknya dengan Aset lancarnya. Di akhir tahun penelitian kami Multi Bintang bernilai 1.038.
2. Acid Test Ratio 3.500 3.000 2.500 2.000
MULTI BINTANG Industry
1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.77 Acid Test Ratio Multi Bintang
Multi Bintang dari tahun 2000-2005 memiliki Current Ratio dan Acid Test Ratio yang lebih kecil dari Peer industry. Di tahun 2000 Current Ratio nya senilai 1.209 dan sampai tahun 2005 senilai 1.038, sedangkan Acid Test Ratio nya di tahun 2000 dan 2005 senilai 0.902 dan 0.743. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tetap dapat mengcover hutang jangka pendek nya, tetapi tidak lebih liquid dari Peer industry.
3. Average Collection Period Ratio 140.000 120.000 100.000 80.000
MULTI BINTANG Industry
60.000 40.000 20.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.78 Average Collection Period Ratio Multi Bintang
Multi Bintang di tahun 2000-2002 memiliki waktu untuk mendapatkan receivable nya dari cepat dari pada Peer industry walau sedikit lebih lama di tahun 2003, tetapi di tahun 2004 dan 2005 Multi Bintang lebih cepat untuk mendapatkan receivable nya dari pada Peer industry.
4. Account Receivable Turnouver Ratio 25.000
20.000
15.000 MULTI BINTANG Industry 10.000
5.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.79 Account Receivable Turnover Ratio Multi Bintang
Account receivable turnover yang didapatkan Multi Bintang lebih rendah dibandingkan dengan Peer industry. Ini menjadikan multi bintang lebih lambat untuk mendapatkan receivable nya. Dikarenakan manajemen dari multi bintang sendiri ingin mendapatkan lebih cepat receivable nya maka mereka harus mengurangi collection period dan menambah turnover ratio nya.
5. Inventory Turnover Ratio 25.000
20.000
15.000 MULTI BINTANG Industry 10.000
5.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.80 Inventory Turnover Ratio Multi Bintang
Dari hasil yang didapatkan Multi Bintang kurang baik dalam memanage inventory mereka. Inventory turnover di tahun 2000 sebesar 1..432 dan hanya meningkat menjadi 2.412 di tahun 2005 dibandingkan dengan peer industry yang berada di 12.53072. Dalam kata lain, Multi Bintang menjual inventory nya dalam 151.327 hari pada skala rata-rata, dimana peer industry mampu menjual inventory nya selama 29.128 hari. Kesimpulannya dari likuiditas keuangan Multi Bintang dimana kita melihat kembali bahwa perusahaan ini memiliki current asset dan Acid Test Ratio yang rendah, yang mengindikasikan bahwa perusahaan Multi Bintang ini memiliki likuiditas yang rendah untuk mencover hutang nya untuk 12 bulan ke depan dan Multi Bintang lambat dalam menerima receivable nya serta inventory turnover nya rendah menjadikan Multi Bintang diindikasikan memiliki asset yang tidak liquid.
Analisis Ratio Profitabilitas (Profitability) 6. Operating Income Return on Investment Ratio
0.100 0.080 0.060 0.040 MULTI BINTANG
0.020
Industry
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.020) (0.040) (0.060)
Gambar 4.81 Operating Income Return on Investment Ratio Multi Bintang
Di dalam return on investment perusahaan Multi Bintang, mereka berada di atas peer company. Tahun 2000-2005 mereka mengalami naik turun tetapi range keuntungan mereka dari 5%-8% tetap dijaga, dapat disimpulkan bahwa berinvestasi di perusahaan ini sangat baik.
7. Operation Profit Margin Ratio 0.250
0.200
0.150 MULTI BINTANG Industry 0.100
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.82 Operation Profit Margin Ratio Multi Bintang
Multi bintang selama 5 tahun berturut-turut memiliki operating profit margin di atas peer industry, Ini mengakibatkan perusahaan ini sangat competitive diantara pesaingnya, dengan menjaga costs dan expenses Multi bintang memiliki manajemen yang sangat efektif falam memanage 5 driving forces dari operating profit margin.
8. Net Profit Margin Ratio 0.200 0.180 0.160 0.140 0.120 MULTI BINTANG
0.100
Industry
0.080 0.060 0.040 0.020 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.83 Net Profit Margin Ratio Multi Bintang
Multi Bintang mencetak net profit margin yang sangat baik selama 5 tahun, mereka sangat baik dalam menjalankan kebijakan perusahaan dan pengeluaran pun dijaga dengan ketat sehingga hasil yang mereka peroleh lebih maksimal.
9. Total Assets Turnover Ratio 1.200
1.000
0.800 MULTI BINTANG
0.600
Industry
0.400
0.200
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.84 Total Assets Turnover Ratio Multi Bintang
Dalam mengenerate sales Multi Bintang kurang bisa menggunakan asetnya seperti perbandingan dengan peer industry. Peer industry dapat mengenerate 0.74105 rupiah tiap 1 rupiah asetnya, sedangkan Multi Bintang hanya bisa mengenerate 0.488 rupiah tiap 1 rupiah assetnya di tahun 2005, walau tren nya naik tetapi tren peer industry juga naik, menjadikan kami menyimpulkan bahwa Multi Bintang kurang efektif bila dibandingkan dengan peer industry..
10. Return on Assets Ratio 0.100 0.090 0.080 0.070 0.060 MULTI BINTANG
0.050
Industry
0.040 0.030 0.020 0.010 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.85 Return on Assets Ratio Multi Bintang
Rasio ini menunjukkan bahwa Multi Bintang cukup efisien dalam menggunakan atau mengelola aktivanya dan untuk menghasilkan keuntungan dan menunjukkan efisiensi dan produktivitasnya. Hasil yang didapat adalah bahwa Multi Bintang diatas rata-rata dari peer industry. Di tahun 2005 mereka berhasil mencata 5.4% dibanding dengan peer industry 4.1%.
11. Fixed Assets Turnover 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500
MULTI BINTANG Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.86 Fixed Assets Turnover Ratio Multi Bintang
Dari turnover ratio berikut ini, kami dapat menyimpulkan bahwa Multi Bintang memanage asetnya cukup efisien, walau fixed asset turnover nya dibawah peer industry tapi Multi Bintang tetap baik dalam memanage inventory nya dikarenakan tren pergerakan ratio naik. Dari ratio-ratio diatas maka kami menyimpulkan bahwa Multi Bintang merupakan super star dalam memanage income statement nya, mempertahankan cost of goods dan operating expenses nya tetap rendah yang akan mengenerate sales. Dan juga dalam hal memanage aset, walau perusahaan memiliki lebih sedikit inventory per rupiah dari sales nya dibandingkan dengan peer industry, yang lebih baik tetapi dalam hal memanage account receivable dan fixed asset nya Multi Bintang sudah cukup efisien. Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) 12. Debt Ratio
0.600
0.500
0.400 MULTI BINTANG
0.300
Industry
0.200
0.100
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.87 Debt Ratio Multi Bintang
Dari debt ratio yang tertera pada grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa Multi Bintang dalam general finance nya menggunakan perbandingan debt dan equity nya 40% 60%. Lalu di tahun 2001 50% 50%, kemudian turun kembali perbandingan debt equitynya di tahun 2002 sebesar 40% 60%. Sampai di tahun 2005 perbandingannya hampir sama dengan tahun 2001 sebesar 50% 50%.
13. Debt To Equity Ratio 1.400 1.200 1.000 0.800
MULTI BINTANG Industry
0.600 0.400 0.200 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.88 Debt To Equity Ratio Multi Bintang
Seperti yang ditunjukkan di atas DER Multi Bintang di atas, di tahun 2000 senilai 0.581, di tahun 2001 ada kenaikan menjadi 0.902 dan kemudian turun lagi di tahun 2002 menjadi 0.545, setelah tahun 2002 trennya kembali naik sampai di tahun 2005 DER Multi Bintang sebesar 0.893. Jika dilihat hasil di tahun 2005 kami menyimpulkan bahwa Hutang asing yang dimiliki Mayora kian meningkat dan jika dibandingkan dengan peer industry memang mereka lebih rendah, tetapi di tahun 2005 angka DER dari Mayora sedikit lebih tinggi jika dibandingakan dengan peer industry.
14. Times Interest Earned 70.000 60.000 50.000 40.000
MULTI BINTANG Industry
30.000 20.000 10.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.89 Times Interest Earned Ratio Multi Bintang
Multi Bintang sangat baik dalam menservice interest expense nya tanpa kesulitan. Pada kenyataannya, Operating income Multi Bintang dapat jatuh sampai 1/65.357 di tahun 2005 dan dapat tetap membayar interest lainnya yang diminta.
Analisis Rasio Pengembalian Investasi 15..Return on Equity Ratio 0.250
0.200
0.150 MULTI BINTANG Industry 0.100
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.90 Return on Equity Ratio Multi Bintang
Secara jelas, pemilik dari Multi Bintang mendapatkan return dari investasi mereka sangat attractive jika dibandingkan dengan peer industry. Untuk menjelaskan alasan mengapa hal ini dapat terjadi pada Multi Bintang yang sangat attractive dikarenakan : 1. Multi Bintang lebih menguntungkan dibandingkan dengan peer industry, OIROI nya mencapai 7.5 % ditahun 2005 dibandingkan 7 % dari peer industry. Dengan bukti ini kami berekspektasi bahwa Multi Bintang memiliki return yang lebih tinggi untuk common equity. 2. Multi Bintang menggunakan debt yang sebanding dengan equity nya di tahun 2005 hampir sama dengan peer industry, yang membuat perusahaan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari cost of debt. Selanjutnya, dengan debt ratio yang sebanding dengan equitynya, Multi Bintang memberikan return yang setimpal kepada shareholder nya dengan mengenerate profit yang berada di 10.3% di tahun 2005.
4.2.7 PT Sari Husada, Tbk Tabel 4.14 Rasio Keuangan Sari Husada (2000-2005) 7. PT. Sari Husada, Tbk
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Analisis Rasio Likuiditas (Liquidity) Current Ratio
7.019
8.814
7.159
6.075
3.991
6.390
Acid Test Ratio
6.064
7.766
6.198
4.293
3.049
5.361
Average Collection Period
10.279
20.206
9.246
25.767
37.590
44.567
Account Receivable Turnover
35.509
18.064
39.475
14.166
9.710
8.190
1.586
1.201
1.587
0.754
1.075
1.825
OIROI
0.067
0.062
0.073
0.081
0.092
0.077
Operating Profit Margin
0.233
0.288
0.291
0.320
0.296
0.240
Net Profit Margin
0.180
0.220
0.210
0.173
0.258
0.182
Total Assets Turnover
0.285
0.216
0.250
0.252
0.310
0.321
Return on Assets
0.051
0.048
0.053
0.044
0.080
0.058
Fixed Asasets Turnover
1.377
1.007
0.931
0.781
1.277
1.076
0.136
0.104
0.121
0.127
0.195
0.129
Inventory Turnover Analisis Rasio Profitabilitas (Profitability)
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) Debt Ratio Debt To Equity Ratio
0.157
0.116
0.138
0.145
0.242
0.148
Times Interest Earned
19.333
27.543
26.745
31.002
26.283
22.964
0.060
0.053
0.060
0.050
0.099
0.067
Analisis Rasio Pengembalian Investasi Return on Equity
Analisis Rasio Likuiditas 1. Current Ratio 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 SARI HUSADA
5.000
Industry
4.000 3.000 2.000 1.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.91 Current Ratio Sari Husada
Sari Husada memiliki nilai Current Ratio yang cukup tinggi, di tahun 2000 nilainya 6.390 dan sampai tahun 2005 walau mengalami turun naik tetapi Sari Husada sangat dapat mencover hutang jangka pendeknya karena asetnya yang lancar bernilai 7 kali dari hutang jangka pendeknya sehingga perusahaan sangat leluasa dengan keadaan ini.
2. Acid Test Ratio 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000
SARI HUSADA Industry
4.000 3.000 2.000 1.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.92 Acid Test Ratio Sari Husada
Sari Husada memiliki Current Ratio dan Acid Test Ratio yang lebih tinggi dari pada Peer industry. Ini mengindikasikan Sari Husada Merupakan perusahaan yang dapat membayar hutang jangka pendek dengan asset lancar yang mereka miliki dan di tahun 2005 Current Ratio nya senilai 7.019 dimana hal ini dapat diartikan bahwa Sari Husada memiliki 7 rupiah pada asset lancar nya untuk setiap 1 rupiah hutang lancar nya.
3. Average Collection Period Ratio 140.000 120.000 100.000 80.000
SARI HUSADA Industry
60.000 40.000 20.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.93 Average Collection Period Ratio Sari Husada
Sari Husada di tahun 2000-2005 memiliki waktu untuk mendapatkan receivable nya lebih cepat dibandingkan dengan Peer industry. Dimana dapat dilihat pada tahun 2000, Sari Husada hanya membutuhkan waktu 45 hari, sedangkan Peer industry membutuhkan waktu lebih dari 100 hari receivable nya. Di tahun 2005 bahkan sari husada memiliki waktu hanya 11 hari saja untuk mendapatkan receivable nya.
4. Account Receivable Turnover Ratio 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000
SARI HUSADA Industry
20.000 15.000 10.000 5.000 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.94 Account Receivable Turnover Ratio Sari Husada
Dari hasil grafik yang tertera di atas dapat disimpulkan bahwa Sari Husada lebih cepat dalam mendapatkan receivablenya dikarenakan hasil dari recevaible turnovernya lebih tinggi dari peer industry. Ini membuktikan bahwa kesimpulan kami sama dengan hasil dari Average Collection Period ratio yang menyimpulkan bahwa Sari Husada dapat lebih cepat dalam mendapatkan receivablenya.
5. Inventory Turnover Ratio 25.000
20.000
15.000 SARI HUSADA Industry 10.000
5.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.95 Inventory Turnover Ratio Sari Husada
Dari hasil yang didapatkan Sari Husada kurang baik dalam memanage inventory mereka. Inventory turn over di tahun 2000 sebesar 1.825 dibandingkan dengan peer industry yang hanya 5.19556. Dalam kata lain, Sari Husada menjual inventory nya dalam 200 hari pada skala rata-rata, dimana peer industry mampu menjual inventory nya selama 70.252 hari. Kesimpulannya dari likuiditas keuangan Sari Husada, dengan kita melihat kembali bahwa perusahaan ini memiliki current asset dan Acid Test Ratio yang tinggi, yang mengindikasikan bahwa perusahaan Sari Husada memiliki likuiditas yang cukup untuk mencover hutang nya untuk 12 bulan ke depan dan juga Sari Husada cepat dalam menerima receivable nya, dan walau sedikit lambat dalam penanganan inventory tetapi aset Sari Husada dikatakan liquid. Analisis Ratio Profitabilitas (Profitability) 6. Operating Income Return on Investment Ratio
0.100 0.080 0.060 0.040 SARI HUSADA
0.020
Industry
2005
2004
2003
2002
2001
2000
(0.020) (0.040) (0.060)
Gambar 4.96 Operating Income Return on Investment Ratio Sari Husada
Sari husada memiliki keuntungan hampir 2 kali dibanding dengan peer industry. Dari tren nilai return on investment on average mereka tetap lebih baik dari peer industry. Disimpulkan bahwa Sari Husada merupakan perusahaan yang baik untuk berinvestasi.
7. Operation Profit Margin Ratio 0.350 0.300 0.250 0.200
SARI HUSADA Industry
0.150 0.100 0.050 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.97 Operation Profit Margin Ratio Sari Husada
Sari Husada memiliki operating profit margin nya tiap tahun dari tahun 2000-2005 2 kali dari peer company, perusahaan ini sangat terbilang kompetitif dan Sari Husada pasti sangat menjaga costs dan expenses mereka yang relatif berhubungan dengan sales seperti yang direfleksikan pada operating profit margin. Dalam kata lain, manajemen sangat efektif dalam memanage 5 driving forces untuk operating profit margin mereka. Kami menyimpulkan bahwa Sari Husada memiliki operating profit margin yang terbaik dibanding keenam perusahaan yang kami teliti.
8. Net Profit Margin Ratio 0.300
0.250
0.200 SARI HUSADA
0.150
Industry
0.100
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.98 Net Profit Margin Ratio Sari Husada
Rasio Sari Husada tentang Net Profit Margin menunjukkan tingkat keuntungan bersih sebagai persentase dari penjualan dan mencerminkan kemampuan Sari Husada dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan. Dan hasilnya dari tahun 2000-2005 mereka berada di atas peer industry.
9. Total Assets Turnover Ratio 1.200
1.000
0.800 SARI HUSADA
0.600
Industry
0.400
0.200
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.99 Total Assets Turnover Ratio Sari Husada
Dari hasil yang didapat terlihat bahwa Sari Husada kurang dapat mengenerate tiap tupiah dari asetnya menjadi sales yang lebih bernilai. Tiap tahunnya selama 5 tahun Sari Husada mengalami grafik yang stabil, jauh dari peer industry yang mengenerate lebih banyak sales dari setiap 1 rupiah asetnya. Di tahun 2005 Sari Husada hanya dapat mengenerate 0.285 rupiah tiap 1 rupiahnya, sedangkan peer industry dapat mengenerate 0.74105 rupiah tiap 1 rupiah asetnya.
10. Return on Assets Ratio 0.100 0.090 0.080 0.070 0.060 SARI HUSADA
0.050
Industry
0.040 0.030 0.020 0.010 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.100 Return on Assets Ratio Sari Husada
Dengan rasio ini, nilai-nilai yang tertera menunjukkan bahwa Sari Husada menggunakan dan mengelola aktivanya dalam menghasilkan keuntungan dan menunjukkan bahwa perusahaan ini produktifitas dan berada di atas peer industry. Di tahun 2005 mereka mencatat 5.1% dibanding dengan peer industry 4.1%.
11. Fixed Assets Turnover 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500
SARI HUSADA Industry
2.000 1.500 1.000 0.500 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.101 Fixed Assets Turnover Ratio Sari Husada
Dari turnover ratio di atas, kami dapat mengatakan bahwa secara umum Sari Husada memanage aset nya secara efisien, walau ada beberapa tahun yang dibawah ratarata dari peer industry untuk menggunakan asetnya. Dari temuan ini kami secara pasti mengatakan bahwa Sari Husada adalah perusahaan
yang
super
star
dalam
memanage
income
statement
nya,
tetap
mempertahankan cost of good solds dan operating expenses nya sangat rendah untuk mengenerate sales nya. Dalam memanage asset nya, perusahaan memiliki lebih inventory per dollar dari sales nya dari pada peer industry yang lebih sedikit. Bagaimanapun, Sari Husada kurang efisien dalam memanage account receivable nya tetapi cukup efisien dalam memanage fixed asset nya.
Analisis Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage) 12. Debt Ratio 0.600
0.500
0.400 SARI HUSADA
0.300
Industry
0.200
0.100
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.102 Debt Ratio Sari Husada
Dari debt ratio yang tertera pada grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa Sari Husada dalam general financenya memiliki perbandingan debt dan equity nya hanya di sekitar 10%-20% untuk debt nya dan 80%-90% untuk equity nya selama tahun 2000-2005.
13. Debt To Equity Ratio 1.400 1.200 1.000 0.800
SARI HUSADA Industry
0.600 0.400 0.200 2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.103 Debt To Equity Ratio Sari Husada
Seperti yang ditunjukkan di atas DER Sari Husada di atas, dari tahun 2000-2005 stabil, di tahun 2000 hanya senilai 0.148 dan di tahun 2005 senilai 0.157. Hal Ini menunjukkan bahwa hutang yang dimiliki Sari Husada dibandingkan dengan equity nya pada dasarnya hampir sama seperti kita lihat di tahun 2000 sampai 2005.
14. Times Interest Earned 60.000
50.000
40.000 SARI HUSADA
30.000
Industry
20.000
10.000
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.104 Times Interest Earned Ratio Sari Husada
Sari Husada sangat baik dalam menservice interest expense nya tanpa kesulitan. Pada kenyataannya, Operating income Sari Husada dapat jatuh sampai 1/19.333 di tahun 2005 dan dapat tetap membayar interest lainnya yang diminta.
Analisis Rasio Pengembalian Investasi 15..Return on Equity Ratio 0.250
0.200
0.150 SARI HUSADA Industry 0.100
0.050
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Gambar 4.105 Return on Equity Ratio Sari Husada
Secara jelas, pemilik dari Sari Husada mendapatkan return dari investasi mereka yang cukup attractive karena di tahun 2005 Sari Husada mencatat Return on Equitynya 6% sedangkan untuk peer industry sebesar 8%. Untuk menjelaskan alasan mengapa hal ini dapat terjadi pada Sari Husada dimana mereka memiliki return yang cukup attractive dikarenakan : 1. Sari Husada cukup menguntungkan, OIROI nya mencapai 6.7 % ditahun 2005 dibandingkan 7 % dari peer industry. Dengan bukti ini kami berekspektasi bahwa Sari Husada memiliki return yang tinggi untuk common equity. 2. Sari Husada menggunakan debt sangat rendah di tahun 2005 dibanding dengan equity yang lebih tinggi dari pada peer industry, yang membuat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari cost of debt. Selanjutnya, dengan debt ratio yang rendah, Sari Husada memberikan return yang tinggi kepada shareholder nya telah tercapai secara total dengan mengenerate profit tinggi pada asset perusahaan, dan bukan dengan menggunakan financing berdasarkan hutang.
4.3
Analisa Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta
berdasarkan pengelompokan Rasio
Berdasarkan buku Keown, ada empat pengelompokkan rasio yang umumnya dikenal, yaitu : 1. Likuiditas (Liquidity) Berdasarkan rata-rata 7 industri Makanan dan Minuman di tahun 2000-2005 yang kami teliti yang menduduki posisi pertama bila dilihat dari sisi likuiditasnya adalah Sari Husada dan Aqua. Sari Husada menempati posisi pertama bila dilihat dari tingkat rasio lancar (Current Ratio), tingkat rasio cepat (Acid Ratio), tingkat rata-rata waktu pencairan piutang usaha (Average Collection Period), tingkat perputaran piutang usaha (Account Receivable Turnover). Sedangkan Aqua menempati posisi pertama bila dilihat dari perputaran persediaan (Inventory Turnover). Hal ini dikarenakan jumlah persediaan Aqua yang relative lebih kecil. 2. Profitabilitas (Profitability) Berdasarkan rata-rata 7 industri Makanan dan Minuman di tahun 2000-2005 yang kami teliti yang menduduki posisi pertama bila dilihat dari sisi profitabilitasnya adalah Aqua dan Sari Husada. Aqua menempati posisi pertama bila dilihat dari tingkat OIROI (Operating Income Return On Investment), tingkat perputaran total aktiva (Total Asset Turnover), tingkat perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turnover), tingkat rasio pengembalian atas total aktiva (Return On Assets). Sedangkan Sari Husada menempati posisi pertama bila dilihat dari tingkat margin laba operasi (Operating Profit Margin), tingkat margin laba bersih (Net Profit Margin). Jadi walaupun Aqua memiliki tingkat laba operasi yang lebih baik serta mendapatkan tingkat pengembalian yang baik dari total asset dan asset tetapnya, tetapi Sari Husada tetap memiliki laba operasi yang lebih tinggi dan dengan tingkat beban bunga yang rendah. 3. Pengelolaan Hutang/Pembiayaan (Leverage) Berdasarkan rata-rata 7 industri Makanan dan Minuman di tahun 2000-2005 yang kami teliti yang menduduki posisi pertama bila dilihat dari sisi pengelolaan hutang atau pembiayaan perusahaan adalah Sari Husada dan Delta Djakarta. Sari Husada menempati posisi pertama bila dilihat dari tingkat rasio hutang (Debt Ratio), tingkat rasio hutang
pada ekuitas (Debt to Equity Ratio). Delta Djakarta menempati posisi pertama jika dilihat dari tingkat rasio kemampuan membayar bunga (Time Interest Earned). Jadi tetap Sari Husada dapat disimpulkan sebagai perusahaan yang paling rendah menggunakan pinjaman untuk membiayai keuangan perusahaan. Walau kemampuan untuk membayar bunga Delta Djakarta dapat lebih baik. 4. Pengembalian Investasi (Return On Equity) Berdasarkan rata-rata 7 industri Makanan dan Minuman di tahun 2000-2005 yang kami teliti yang menduduki posisi pertama bila dilihat dari sisi pengembalian investasinya adalah Aqua. Aqua menempati posisi pertama bila dilihat dari tingkat rasio pengembalian atas ekuitas (Return On Equity)
4.4
Analisis Return Saham Industri Makanan dan Minuman
Tabel 4.15 Persentase Return Saham Industri (2000-2005) COMPANY 2000 2001 9.38% 252.38% 129.41% -41.03% -11.11% 0.00% 29.84% -13.89% -44.75% 4.07% -21.21% -40.00% 18.42% 104.44%
AQUA ADES DLTA INDF MLBI MYOR SHDA
RETURN SAHAM 2002 2003 2004 1.35% 27.47% -1.67% -50.00% 86.96% 111.63% 6.25% 17.65% 100.00% -25.81% 47.83% 2.35% 30.43% 33.33% 7.50% -10.26% 150.00% 37.14% 95.65% 0.00% 5.56%
2005 85.11% -29.67% 80.00% 1.15% 18.60% -30.00% 92.11%
Average 62.33% 34.55% 32.13% 6.91% 8.20% 14.28% 52.70%
300.00%
Return Saham
250.00% AQUA
200.00%
ADES
150.00%
DLTA
100.00%
INDF
50.00%
MLBI MYOR
0.00% -50.00%
2000
2001
2002
2003
2004
2005 Average
SHDA
-100.00% Tahun
Gambar 4.106 Return Saham Industri (2000-2005)
Rata-rata Return Saham selama 6 tahun berturut-turut dapat diketahui bahwa ratarata return yang paling tinggi dari ketujuh perusahaan makanan dan minuman adalah PT. Aqua Golden Mississippi (AQUA) sebesar 62.33%, sedangkan perusahaan yang berada di bawahnya adalah Sari Husada (SHDA) dengan rata-rata return saham 52.70% (Hanya selisih 9.63%). Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata saham paling kecil adalah Indofood, dengan rata-rata return saham 6.91% saja.
4.5
Analisis Resiko
Untuk mengetahui tingkat resiko dari masing-masing perusahaan dapat diketahui dengan cara menggunakan standard deviasi (σ) dan juga beta saham.
4.5.1
Standard Deviasi (σ)
Tabel 4.16 Standard Deviasi (σ) Company ADES AQUA DLTA INDF MYOR MLBI SHDA
Standard Deviasi (σ) 0.83 0.98 0.46 0.27 0.72 0.28 0.49
Dari table diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan yang memiliki standard deviasi terbesar adalah Aqua sebesar 0.98. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga terbesar dimiliki oleh Aqua, dan ini juga berarti dari segi total resiko, Aqua Golden Mississipi (AQUA) merupakan perusahaan yang paling beresiko diantara keenam perusahaan lainnya. Perusahaan yang memiliki standard deviasi terendah adalah Indofood Sukses Makmur (INDF) sebesar 0.27, yang artinya bahwa INDF tidak lebih beresiko dibandingkan keenam perusahaan lainnya karena harga sahamnya tidak terlalu fluktuatif.
4.5.2 Beta Saham 4.5.2.1 PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk 20.00% 15.00%
IHSG Return
10.00%
y = 0.0493x + 0.0096
5.00% 0.00% -40.00% -20.00% 0.00% -5.00%
20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
-10.00% -15.00% -20.00% AQUA Return
Gambar 4.107 AQUA dan IHSG Return (Januari 2000-Januari 2006)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa beta saham dari AQUA adalah sebesar
0.0493, yang berarti jika pasar berubah sebesar 1%, maka AQUA akan berubah sebesar 0.0493.
4.5.2.2 PT. Ades Waters Indonesia, Tbk 20.00% 15.00%
IHSG Return
10.00% 5.00% -60.00 -40.00 % %
y = 0.0451x + 0.0101
0.00% -20.00 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00 -5.00% % % -10.00% -15.00% -20.00% ADES Return
Gambar 4.108 ADES dan IHSG Return (Januari 2000-Januari 2006)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa beta saham dari ADES adalah sebesar 0.0451, yang berarti jika pasar berubah sebesar 1%, maka ADES akan berubah sebesar 0.0451.
4.5.2.3 PT. Delta Djakarta, Tbk 20.00% 15.00%
IHSG Return
10.00%
y = 0.2345x + 0.006
5.00% 0.00% -30.00 -20.00 -10.00 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% -5.00% % % % -10.00% -15.00% -20.00% DLTA Return
Gambar 4.109 DLTA dan IHSG Return (Januari 2000-Januari 2006)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa beta saham dari DLTA adalah sebesar 0.2345, yang berarti jika pasar berubah sebesar 1%, maka DLTA akan berubah sebesar 0.2345.
4.5.2.4 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 20.00% 15.00%
y = 0.119x + 0.0099
IHSG Return
10.00% 5.00% 0.00% -40.00 -20.00 0.00% 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 -5.00% % % % % % % % % % -10.00% -15.00% -20.00% INDF Return
Gambar 4.110 INDF dan IHSG Return (Januari 2000-Januari 2006)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa beta saham dari INDF adalah sebesar 0.119, yang berarti jika pasar berubah sebesar 1%, maka INDF akan berubah sebesar 0.119.
4.5.2.5 PT. Mayora Indah, Tbk 25.00%
y = 0.2869x + 0.0084
20.00%
IHSG Return
15.00% 10.00% 5.00% -40.00%
0.00% -20.00% 0.00% -5.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
-10.00% -15.00% -20.00% MYOR Return
Gambar 4.111 MYOR dan IHSG Return (Januari 2000-Januari 2006)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa beta saham dari MYOR adalah sebesar 0.2869, yang berarti jika pasar berubah sebesar 1%, maka MYOR akan berubah sebesar 0.2869.
4.5.2.6 PT. Multi Bintang, Tbk 20.00% 15.00%
IHSG Return
10.00% 5.00% 0.00% -60.00% -40.00% -20.00% 0.00% -5.00%
y = 0.0097x + 0.0116 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%
-10.00% -15.00% -20.00% MLBI Return
Gambar 4.112 MLBI dan IHSG Return (Januari 2000-Januari 2006)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa beta saham dari MLBI adalah sebesar 0.0097, yang berarti jika pasar berubah sebesar 1%, maka MLBI akan berubah sebesar 0.0097.
4.5.2.7 PT. Sari Husada, Tbk 20.00% 15.00%
IHSG Return
10.00%
y = 0.1273x + 0.007
5.00% -40.00%
0.00% -20.00% 0.00% -5.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
-10.00% -15.00% -20.00% SHDA Return
Gambar 4.113 SHDA dan IHSG Return (Januari 2000-Januari 2006)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa beta saham dari SHDA adalah sebesar 0.1273, yang berarti jika pasar berubah sebesar 1%, maka SHDA akan berubah sebesar 0.1273.
4.5.2.8 Beta Saham Ketujuh Perusahaan
Dari ketujuh perusahaan, nilai Beta yang telah diurutkan kami tampilkan pada table di bawah ini : Tabel 4.17 Beta Ketujuh Perusahaan Company
Beta
MYOR
0.2869
DLTA
0.2345
SHDA
0.1273
INDF
0.1190
AQUA
0.0493
ADES
0.0451
MLBI
0.0097
Dari table diatas, menunjukkan bahwa dari ketujuh perusahaan di industri makanan dan minuman, yang memiliki tingkat resiko yang paling tinggi pada industri di Bursa Efek Jakarta ini adalah Mayora Indah (MYOR), karena beta yang dimiliki lebih tinggi dari keenam perusahaan lainnya. Sedangkan perusahaan yang paling kecil dalam hal tingkat resikonya adalah Multi Bintang (MLBI) dengan nilai betanya hanya 0.0097.
4.6
Uji Hipotesis ROE dengan Return Saham
Tabel 4.18 ROE dan Return Saham 2000-2005 Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Company
AQUA ADES DLTA INDF MLBI MYOR SHDA AQUA ADES DLTA INDF MLBI MYOR SHDA AQUA ADES DLTA INDF MLBI MYOR SHDA AQUA ADES DLTA INDF MLBI MYOR SHDA AQUA ADES DLTA INDF MLBI MYOR SHDA AQUA ADES DLTA INDF MLBI MYOR SHDA
ROE (X)
Return Saham (Y)
Difference
6.500%
9.38%
-2.88%
110.000%
129.41%
-19.41%
1.300%
-11.11%
12.41%
8.300%
29.84%
-21.54%
3.800%
-44.75%
48.55%
-0.900%
-21.21%
20.31%
6.700%
18.42%
-11.72%
4.300% -12.900% 2.100% 6.800%
252.38% -41.03% 0.00% -13.89%
-248.08% 28.13% 2.10% 20.69%
8.500% -1.600% 9.900%
4.07% -40.00% 104.44%
4.43% 38.40% -94.54%
9.000%
1.35%
7.65%
8.500%
-50.00%
58.50%
0.300%
6.25%
-5.95%
8.200%
-25.81%
34.01%
5.400%
30.43%
-25.03%
4.600%
-10.26%
14.86%
5.000% 22.900% 3.900% 2.400% 5.200%
95.65% 27.47% 86.96% 17.65% 47.83%
-90.65% -4.57% -83.06% -15.25% -42.63%
9.100% 3.700% 6.000% 25.900% -6.800% 2.000% 2.700% 7.000% 3.600% 5.300% 28.900% 5.400% 2.100% 2.700% 10.300% 1.200% 6.000%
33.33% 150.00% 0.00% -1.67% 111.63% 100.00% 2.35% 7.50% 37.14% 5.56% 85.11% -29.67% 80.00% 1.15% 18.60% -30.00% 92.11%
-24.23% -146.30% 6.00% 27.57% -118.43% -98.00% 0.35% -0.50% -33.54% -0.26% -56.21% 35.07% -77.90% 1.55% -8.30% 31.20% -86.11%
Dalam Menguji Hipotesis antara return saham dengan return on equity (ROE) adalah sebagai berikut : 1. Persamaan Regresi : Return Saham = ∂o + ∂1 ROE
Hipotesis antara Return Saham dan ROE 300.00%
Return Saham
250.00% 200.00% 150.00%
y = 0.9195x + 0.2264
100.00% 50.00%
0.00% -50.000% 0.000% -50.00% -100.00%
50.000%
100.000%
Return on Equity Gambar 4.114 ROE dan Return Saham
150.000%
Tabel 4.19 ROE dan Return Saham 2000-2005
Regression Statistics Multiple R
0.2620
R Square Adjusted R Square
0.0686 0.0453
Standard Error Observations
0.6039 42.0000
ANOVA df
SS
MS
F
2.9470
1.0000
1.0749
1.0749
Residual
40.0000
14.5896
0.3647
Total
41.0000
15.6645
Coefficients
Standard Error
Regression
t Stat
P-value
Significance F
0.0938
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.2264
0.1030
2.1991
0.0337
0.0183
0.4345
0.0183
0.4345
X Variable 1
0.9195
0.5356
1.7167
0.0938
(0.1630)
2.0020
(0.1630)
2.0020
2. Tes Hipotesis : Ho : ∂1 = 0 (Tidak Ada Pengaruh ROE terhadap Return Saham) Ho : ∂1 ≠ 0 (Ada pengaruh ROE terhadap Return Saham) 3. Tes Statistik t (n-2)
= 1.716669
a. Jika α = 0.1
maka t(0.050,40) = 1.684 < 1.716669
b. Jika α = 0.05
maka t(0.050,40) = 1.716669 < 2.00197624
4. Kesimpulan a. Jika α = 0.1 maka tolak Ho, yang berarti ada pengaruh ROE terhadap Return Saham b. Jika α = 0.05 maka terima Ho, yang berarti bahwa tidak ada pengaruh ROE terhadap return Saham
Menurut teori, memang seharusnya ada pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham dan ternyata terbukti dengan didukung oleh data pada
tingkat kepercayaan cukup baik yaitu diatas 90% atau taraf uji dengan α = 0.1. Tepatnya pada 91.946669 %
4.7
Analisa Kemungkinan Kebangrutan Perusahaan
Tabel 4.20 Tabel Z Score (2000-2005) Company
AQUA ADES DLTA INDF MLBI MYOR SHDA
2005 3.91 0.75 1.40 0.89 1.29 0.96 6.69
2004 3.76 -0.71 1.22 0.96 1.09 1.02 9.37
Z Score 2003 2002 1.78 3.77 0.73 0.78 1.17 1.02 0.95 0.93 1.10 0.94 0.96 0.88 7.63 7.72
2001 1.90 0.69 1.22 0.92 0.99 0.63 6.52
2000 1.91 0.20 0.92 0.98 0.85 0.62 6.89
Dari hasil table di atas maka kami dapat mengambil kesimpulan bahwa perusahaan yang sekarang berada di industri makanan dan minuman yang akan berhasil melewati 20 tahun kedepan adalah Aqua Golden Mississippi (AQUA) dan Sari Husada (SHDA) saja. Sari Husada memiliki posisi terbaik dengan membukukan score diatas 2.72 selama 6 tahun berturut-turut. Ini mengakibatkan perusahaan ini merupakan perusahaan yang efisien, efektif dan dapat mengenerate sales yang sesuai dengan kemampuannya, kemudian manajemen juga sangat baik dalam mengatur perusahaan sehingga mendapatkan profit yang optimal, maka dari itu nama Sari Husada di 20 tahun kemudian akan tetap exist menurut teori ini. Sedangkan Aqua jika kita lihat di tahun 2000-2002 perusahaan ini memiliki score di bawah 2.72 tetapi di tahun 2003-2005 nilai mereka terus naik dan berada di atas 2.72, hal ini dikarenakan dengan asset yang kecil mereka dapat mengenerate sales yang tinggi lalu ini juga diakibatkan EBIT mereka yang meningkat tajam di tahun 2003, maka dari itu kami berkesimpulan bahwa Aqua juga di 20 tahun ke depan akan survive dan bahkan mungkin lebih berkembang. Untuk 5 perusahaan yang belum kami sebutkan yaitu : (ADES, DLTA, INDF, MLBI, MYOR), bukan berarti 20 tahun ke depan mereka akan bangkrut tetapi mereka memiliki kesempatan untuk merubah manajemen mereka, mengenerate sales lebih besar dan berputar 360 derajat seperti yang telah dilakukan AQUA dan tetap exist di industri makanan dan minuman.