BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Profil Responden 4.1.1
Sejarah Unit Induk PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Sejak tahun 1942, di Indonesia dikenal suatu badan yang menyediakan pasokan
tenaga listrik milik pemerintah, daerah otonom atau patungan antara pemerintah dan swasta. Di Jawa Barat khususnya kota Bandung, terdapat perusahaan yang mengelola penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum yaitu Bandoengsche Electriciteit
Maatschappij (BEM), kemudian berdiri pula perusahaan perseroan Gemeenschappeljk Electricitet Bedrijf Voor Bandoeng (GEBEO) yang menggantikan BEM dengan akte pendirian notaries Mr. Adrian Hendrik Van Ophuisen, NO. 213 tanggal 31 Desember 1919. Selanjutnya pada masa pendudukan Jepang (1842-1945), pendistribusian tenaga listrik dilaksanakan oleh Djawa Djigyo Sha Bandoeng Shisa dengan wilayah kerja seluruh pulau jawa. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1957 merupakan titik tolak dan awal dari seluruh pengelolaan dan penguasaan pelistrikan di seluruh Indonesia yang dikuasai oleh pemerintahan Republik Indonesia, karena pada tahun tersebut mulai dilaksanakan nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia. Maka pada tanggal 27 Desember 1957, GEBEO diambil alih oleh pemerintah yang ditetapkan melalui Perarturan Pemerintah No. 86 tahun 1959 tentang penentuan perusahaan listrik dan gas milik Belanda yang pada tahun 1961 berdasar pada Peraturan
49
50
Pemerintah NO.67 tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listik Negara (BPU-PLN) sebagai wadah kesatuan pimpinan PLN. Kemudian istilah PLN Bandung diganti dengan nama PLN Eksploitasi XI sebagai kesatuan BPU-PLN di daerah Jawa Barat kecuali daerah DKI Jakarta Raya dan Tanggerang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1972 tentang Perusahaan Listrik Negara, menyebutkan bahwa PLN jadi Perusahaan umum milik Negara. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL NO.013/PRT/1957 tanggal 8 September 1957 tentang organisasi dan tata kerja Perusahaan Umum Listik Negara, maka PLN mengadakan reorganisasi menyangkut nama, tugas dan wilayah kerja di daerah, sehingga Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi XI berubah nama menjadi Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jawa Barat dalam hal ini termasuk daerah operasi Banten. Dengan adanya Peraturan Pemerintah NO.23 tahun 1994 pada tanggal 16 juni 1994 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum (Perum) menjadi perseroan (Persero), maka bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat menjadi perusahaan perseroan dengan nama PT. PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, yang dimulai sejak 30 Juli 1994 sesuai dengan akte pendirian. Sejalan dengan kebijakan restrukturisasi sektor ketenagalistrikan dan dalam rangka optimasi Corporate Gain serta penyusunan organisasi berdasarkan Value Chain, sehingga tugas pokok dan susunan organisasi seperti yang telah ditetapkan dengan Keputusan Direksi Perusahaan No.28.K/010/DIR/2001 tanggal 20 Februari 2001, PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat diubah menjadi PT.PLN Unit Bisnis Distribusi Jawa Barat. Kemudian melalui Surat Keputusan Direksi PT.PLN (Persero) No.120.K/010/DIR/ 2002 tanggal 27 Agustus 2002, PT.PLN (Persero) Unit Bisnis Jawa Barat berubah menjadi PT.PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten hingga saat ini.
51
Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten berlokasi di gedung Bale Sumur Bandung, Jalan Asia Afrika No.62 Bandung, Jawa Barat. (Sejarah PLN DJBB, www.pln-jabar.co.id)
4.1.2
Lingkup Bidang Usaha Lingkup bidang usaha Unit Induk PT.PLN (Persero) berdasarkan keputusan
Direksi PLN No.062.K/010/DIR/2003 tanggal 4 maret 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja PT.PLN (Persero) terdiri atas dua unit bisnis, yaitu: 1. Unit Bisnis Penyediaan Tenaga Listrik Unit bisnis ini meliputi bidang usaha pembangkit tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, pengelolaan kompetensi pembangkit, pengolaan sistem tenaga listrik, pengelolaan pasar tenaga listrik, distribusi listrik, penjualan tenaga listrik, agen penjualan tenaga listrik, penyediaan tenaga listrik terintegrasi, penyediaan tenaga listrik yang merupakan kombinasi dari bidang usaha inti. 2. Usaha Bisnis penunjang Unit bisnis penunjang meliputi bidang usaha seperti konsultasi, pembangunan dan pemasangan instalasi, penjualan instalasi, pegoperasian instalasi, pemeliharaan instalasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, peralatan tenaga listrik, pemanfaatan tenaga listrik, badan dan industri lainnya, proyek induk.
4.1.3
Proses Bisnis Utama PT.PLN merupakan BUMN yang berbentuk perseroaan dan bergerak di bidang
ketenagalistrikan. Dengan bentuk perseroaan ini dimaksudkan agar PT.PLN dapat menyediakan jasa yang bermutu tinggi, mempunyai daya saing kuat dan bisa memberikan keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
52
Bisnis utama dari PT.PLN (Persero) ini berupa usaha penyediaan tenaga listrik dimana kegiatan ini meliputi; kegiatan pembangkitan, penyaluran dan distribusi serta melakukan perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik serta pengembangan penyediaan tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasokan listrik kepada konsumen, baik itu masyarakat umum, indutriawan dan pebisnis dalam wilayah pemasaran Jawa Barat dan Banten, ditangani oleh unit distribusi PT.PLN DJBB. Sumber pasokan tenaga listrik berasal dari sistem kelistrikan Jawa-Madura dan Bali (JAMALI) dan produksi sendiri oleh PLTD Pulo Panjang yang berada di Selat Sunda (wilayah cabang banteng) dan PLTA Cijedil-Cianjur. Menurut pasal 8 PP No.3 tahun 2005 Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik antara Lain, terdiri atas: 1. Pembangkit tenaga Listrik 2. Transmisi tenaga Listrik 3. Distribusi tenaga Listrik 4. Penjualan tenaga Listrik 5. Pengelola Sistem Tenaga Listrik
4.1.4 4.1.4.1
Visi, Misi, Nilai, Motto Visi Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan
terpecaya dengan bertumpu pada potensi insani. 4.1.4.2
Misi
1. Melakukan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
53
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. 4.1.4.3
Nilai Nilai-nilai PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang harus
dijunjung dalam setiap kegiatan adalah: 1. Saling percaya 2. Integritas 3. Peduli 4. Pembelajaran 4.1.4.4
Motto PT.PLN (Persero) mempunyai motto:”Electricity for better life” atau “ Listrik
untuk kehidupan yang lebih baik”.
4.1.5
Struktur Organisasi Struktur organisasi PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten disusun
dengan tujuan agar organisasi tersebut dapat bekerja dengan baik, efektif, dan efesien sehinggga perusahaan akan terus beroperasi dengan kinerja yang baik dan dapat melakukan pengawasan yang terpadu pada para pegawainya. Untuk mencapai hal itu maka struktur organisasi di Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten telah berulangkali mengalami reorganisasi. Struktur organiasi di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten terdiri atas beberapa jenjang yaitu:
54
Kantor Distribusi
Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ)
Area Pelayanan dan Jaringan (APJ)
Area Pengaturan Distribusi (APD)
Unit Pelayanan (AP)
Unit Jaringan (UJ)
Sumber: Bidang SDMO Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Unit Distribusi Jawa Barat dan Banten
Struktur organisasi pada Unit Induk sesuai dengan Keputusan General Manager PT.PLN (Persero) DJBB No.101.K/021/GM.DJBB/2004 tanggal 24 November 2006 adalah sebagai berikut:
Sumber: Bidang SDMO Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2006
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Induk PT. PLN (Persero) DJBB
55
Jumlah dan komposisi sumber daya manusia yang terdapat di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 4.1 Komposisi Pegawai PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Berdasarkan Fungsi (Januari 2007) No
Unit
Fungsi lain
Fungsi Ahli
Struktural
Jumlah
1
APD Bandung
124
3
24
151
2
APJ Bandung
292
24
83
403
3
APJ Banten
157
15
115
287
4
APJ Bekasi
161
21
115
297
5
APJ Bogor
218
12
96
326
6
APJ Cianjur
97
6
68
171
7
APJ Cimahi
160
15
71
246
8
APJ Cirebon
152
14
106
272
9
APJ Depok
127
17
55
199
10
APJ Garut
101
8
48
157
11
APJ Karawang
83
3
68
154
12
APJ Majalaya
166
12
65
243
13
APJ Purwakarta
89
7
64
160
14
APJ Sukabumi
67
8
69
144
15
APJ Sumedang
113
21
62
196
16
APJ Tasikmalaya
104
9
98
211
17
Kantor Distribusi
113
122
33
268
Jumlah
2.324
321
1.240
3.885
Sumber: Bidang SDMO Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Dalam Operasionalnya, PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten didukung dengan sumber daya fisik yang beragam. Sumber daya terdiri sumber daya yang
56
dimiliki oleh PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten itu sendiri dan sumber daya yang berasal dari kerjasama dengan unit-unit yang terkait lainnya Tabel 4.2 Jumlah Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) dan Kantor Pelayanan (KP) APJ
UP
UJ
UPJ
KP
Bandung
1
1
7
2
Bekasi
-
1
7
10
Banten
-
-
8
31
Bogor
-
-
8
14
Karawang
-
-
5
13
Purwakarta
-
-
5
7
Cimahi
-
-
6
9
Cirebon
-
-
8
24
Majalaya
-
-
6
4
Sumedang
-
-
4
10
Depok
-
-
5
1
Tasikmalaya
-
-
7
26
Sukabumi
-
-
5
10
Cianjur
-
-
4
18
Garut
-
-
4
10
Jumlah
1
2
89
190
Sumber: Bidang SDMO Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
4.1.6
Uraikan Pekerjaan Berikut ini adalah uraian pekerjaan dari masing-masing bagian divisi dalam
Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten:
57
1. General Manager -
Bertanggung jawab mengelola usaha melalui optimalisasi sumber daya yang efesien, efektif dan sinergis untuk menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga listrik.
-
peningkatan kualitas pelayanan.
-
peningkatan profitabilitas serta iklim kerja yang produktif.
General manager membawahi : a. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha. Terdiri dari : •
Manajer Perencanaan dan Pengembangan usaha -
Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan korporasi dan rencana kerja & Anggaran Perusahaan (RKAP) Unit Bisnis Distribusi.
-
Pelaksanaan analisis dan evaluasi pencapaian kinerjanya.
-
Pengembangan penyediaan dana investasi dan operasi serta pengembangan usaha-usaha baru ataupun melakukan aliansi usaha, yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
Menerima laporan dari : 1. Deputi Manajer Perencanaan perusahaan -
Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan korporat dan RKAP dan Unit Bisnis Distribusi serta pelaksanaan analisa dan evaluasi terhadap pencapaian kinerjanya.
2. Deputi Manajer Pendanaan -
Bertanggung jawab atas tersedianya sumber dana untuk mendukung rencana kegiatan investasi dan operasi.
-
Melakukan analisa justifikasi investasi serta menyiapkan penerbitan SKKI dan SKKO untuk penyusunan skala prioritasnya.
58
3. Pengembangan usaha kepakaran -
Bertanggung jawab atas tersusunnya rencana pengembangan usaha /aliansi usaha sesuai kaidah bisnis yang sehat.
b. Bidang Niaga. Terdiri dari : ●
Manajer Niaga -
Bertanggung jawab atas pencapaian penjualan tenaga listrik.
-
Pengembangan pemasaran dengan melakukan riset pasar/invasi di dalam mengembangkan penjualan tenaga listrik dengan harga yang kompetitif yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan serta transaksi pembelian tenaga listrik yang menguntungkan bagi unit bisnis.
Menerima laporan dari : 1. Deputi Manajer Administrasi niaga -
Bertanggung jawab atas pencapaian kinerja niaga (rasio operasi, umur piutang, pendapatan, penjualan dan susut tenaga listrik).
-
Pengaturan transaksi niaga & kontrak bisnis yang dilaksanakan di UPP, UPT/cabang, AREA yaitu transaksi jual/beli/produksi.
C. Bidang Keuangan. Terdiri dari : ●
Manajer Keuangan -
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendanaan dan pengelolaan arus kas secara akurat.
-
Melaksanakan pembinaan dan pengembangan sistem manajemen keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik.
-
Serta menjamin akurasi dan ketetapan waktu penyajian akutansi dan pelaporan keuangan.
Menerima laporan dari :
59
1
Deputi manajer pengelolaan keuangan -
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan dana arus kas secara akurat.
-
Melaksanakan pengembangan sistem manajemen keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yag sehat.
-
Melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan yang menguntungkan dan menyiapkan data untuk laporan keuangan.
2
Deputi manajer pengendalian anggaran -
Bertanggung jawab pengendalian pelaksanaan RKAP dan monitoring penggunaan dana.
3
Keuangan (kepakaran)
-
Bertanggung jawab atas merencanakan pola pengelolaan dana yang menguntungkan serta melakukan analisa dan evaluasi keuangan.
D. Bidang Distribusi. Terdiri dari : ●
Manajer Distribusi -
Menjamin kontiunitas pengusahaan tenaga listrik dengan efisiensi serta mutu dan keandalan yang baik dengan logistik bagi operasional pengusahaan tenaga listrik di unit pelaksana.
Menerima laporan dari : 1. Deputi manajer pengembangan sistem -
Bertanggung jawab atas perencanaan sistem distribusi yang andal dan kebutuhan gardu induk untuk memenuhi kebutuhan beban, serta upaya penurunan susut distribusi.
60
2. Deputi manajer pengedalian Distribusi -
Bertanggung jawab atas perencanaan sistem pengoperasian jaringan distribusi berdasarkan standar pelaksanaan kegiatan operasi yang aman, andal dan efesien.
3. Metering & Proteksi -
Bertanggung jawab atas prosedur dan mekanisme, koordinasi sistem proteksi dan metering serta menyiapkan spesifikasi teknik peralatan metering.
E. Bidang SDM dan Organisasi. Terdiri dari : ●
Manajer SDM dan Organsiasi -
Bertanggung jawab atas tersedianya SDM yang berkualitas serta kompeten dalam bidang tugasnya melalui rekrutmen, penempatan, pembinaan,dan pengembangan
SDM
secara
komprehenshif
dan
terencana
serta
pengembangan organisasi sesuai kebutuhan dan menjamin terselenggaranya analisis
jabatan
dan
evaluasi
jabatan,
administrasi
remunerasi
dan
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. Menerima laporan dari : 1. Deputi manajer administrasi SDM -
Bertanggung jawab atas terlaksananya pengelolaan penghasilan dan emolumen, kesejahteraan dan kesehatan pegawai serta pensiunan, dan sistem pengelolaan data pegawai yang up to date dan penyajian informasi SDM yang akurat serta pembinaan k3.
2. Deputi Manajer pengembangan SDM -
Bertanggung jawab atas terlaksananya pengembangan sumberdaya yang berkualitas dan kompeten melalui jenjang karir yang jelas.
61
3. Manajemen SDM (kepakaran) -
Bertanggung jawab atas pengembangan sistem sumberdaya manusia.
F. Bidang Umum. Terdiri dari : ●
Manajer Umum -
Bertanggung jawab atas kelancaran operasional bidang kesekretariatan, rumah tangga perkantoran, pelaksanaan law inforcement secara konsisten, pembentukan citra perusahaan melalui aktivitas ke ”PR” an, pelaksanaan protokuler dan komunikasi dengan stake holder , pengelolaan sarana kerja dan mewakili perusahaan dalam proses hukum.
Menerima laporan dari : 1. Deputi manajer sekretarit dan umum -
Bertanggung jawab atas kelancaran opersional bidang kesekretariatan rumah tangga perkantoran, serta pengelolaan fasilitas dan sarana kerja untuk kantor UBD.
2. Deputi manajer hukum -
Bertanggung jawab atas tersedianya produk hukum untuk kepentingan perusahaan dalam kaitannya dengan pelanggan, mitra kerja, maupun pihak ketiga, serta mengelola produk hukum baik yang berupa ketentuan maupun yang berkaitan dengan asset tanah, dan mewakili perusahaan dalam menghadapi persoalan baik di persidangan maupun diluar persidangan.
3. Deputi manajer public relation -
Bertanggung jawab atas terpeliharanya citra perusahaan dan terjalinnya hubungan baik antara perusahaan dengan publik eksternal dan internal perusahaan dan terselenggaranya mass education dan customer
62
education serta pembinaan dan koordinasi fungsi PR di unit pelaksana dan terlaksanya progran PUKK dengan baik. G. Bidang Teknologi informasi. Terdiri dari ●
Manajer teknologi informasi -
Bertanggung jawab atas pengembangan dan penerapan sistem teknologi informasi yang terintegrasi dan terpadu di UBD serta tersedianya data dan sistem, pelaporan untuk kepentingan internal dan eksternal.
Menerima laporan dari : 1. Deputi manajer operasi teknologi informasi -
Bertanggung jawab atas pengoperasian aplikasi teknologi informasi yang optimal guna tersedianya data yang cepat, akurat dan terpecaya serta mengimplementasikan prosedur opersional yang efesien dan efektif di setiap lini.
H. Bidang Audit ●
kepala internal audit -
Bertanggung jawab atas terselenggaranya pembinaan dan penilaian atas sistem pengendalian manajemen maupun operasional serta memberikan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan perusahaan.
Menerima laporan dari : 1. Auditor tehnik -
Bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit bidang tehnik dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efesiensi dan efektifitas pencapaian target kinerja.
63
2. Auditor manajemen dan keuangan -
Bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit bidang manajemen dan keuangan dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efesiensi dan efektifitas pencapaian target kinerja.
3. Auditor Khusus -
Bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit masalah yang bersifat khusus dan mutu layanan dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan proses bisnis yang mengacu pada efesiensi dan efektifitas pencapaian target kinerja.
4. Auditor muda -
Bertanggung jawab atas pembinaan dan penilaian audit bidang-bidang terhadap jalannya sistem dan prosedur dalam perusahaan sesuai ketentuan yang ditetapkan manajemen maupun sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku serta melakukan pembinaan.
4.2
Perspektif Keuangan Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten merupakan BUMN yang bergerak dalam bidang ketenagalistrikan di Indonesia. Pengukuran kinerja yang dilakukan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten saat ini menggunakan atau berdasarkan laporan keuangan. Laporan keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distibusi Jawa Barat dan Banten terdiri dari data laporan laba-rugi dan data neraca tahunan yang digunakan untuk mengetahui profitabilitas yang di dapat oleh perusahaan.
64
4.2.1 Data Laba/Rugi Dari data pendapatan bersih tahun 2003 adalah sebesar Rp 12.632.270.574 ke tahun 2004 adalah Rp 15.709.180.093 menunjukan terjadi kenaikan pendapatan bersih Rp 3.076.909.519 atau 24.35%. Sementara di tahun 2004 pendapatan bersih adalah Rp 15.709.180.093 ke tahun 2005 adalah Rp 18.686.224.067 menunjukan kenaikan pendapatan sebesar Rp 2.977.043.974 atau 18,95%. Sedangkan di tahun 2005 pendapatan bersih adalah Rp 18.686.224.067 ke tahun 2006 adalah Rp 25.649.177.588 menunjukan kenaikan pandapatan sebesar Rp 6.962.953.521 atau 37.26% Kenaikan pendapatan bersih yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan karena adanya tambahan pelanggan dengan daya tersambung atau kwh jual. Dilihat dari laporan laba/rugi Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten pada tahun 2003 adalah (990.548.776) ke tahun 2004 adalah sebesar 1.592.103.293 menunjukan bertambahnya keuntungan yang didapatkan Unit Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebesar Rp 2.582.652.069 atau 260.72%. Sementara di tahun 2004 laba/rugi bersih Unit Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah Rp 1.592.103.293 ke tahun 2005 adalah Rp 285.194.539 menunjukan mengalami penurunan keuntungan yang didapatkan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebesar (Rp 1.306.908.754) atau - 82.08%. Sedangkan di tahun 2005 laba/rugi bersih Unit Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah sebesar Rp 285.194.539 ke tahun 2006 adalah sebesar Rp 397.474.531 menunjukan bertambahnya keuntungan yang didapatkan Unit Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebesar Rp 112.279.992 atau 39.36%. Perubahan laba/rugi yang dialami Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten seperti kenaikan dari tahun 2003 ke tahun 2004 disebabkan oleh
65
pendapatan operasi tahun 2004 lebih besar daripada biaya operasi sehingga terjadi kenaikan laba/rugi bersih, penurunan dari tahun 2004 ke tahun 2005 disebabkan oleh pendapatan operasi 2005 hampir sama dengan biaya operasi 2005 jadi terjadi penurunan laba/rugi operasi , dan kenaikan dari tahun 2005 ke tahun 2006 di sebabkan oleh selisih pendapatan operasi dan biaya operasi tahun 2006 lebih besar dari pada selisih pendapatan operasi dan biaya opeasi tahun 2005
4.2.2 Neraca 1. Aktiva Pada tahun 2003 total aktiva lancar pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebesar Rp 594.479.183 ke tahun 2003 adalah Rp 642.939.400 menunjukan kenaikan sebesar Rp 48.460.217 atau 8,15%. Sementara di tahun 2004 total aktiva lancar pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah Rp 642.939.400 ke tahun 2005 adalah Rp 534.891.827 menunjukan penurunan sebesar (Rp 108.047.573) atau -16.80%. Sedangkan di tahun 2005 total aktiva lancar pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah Rp adalah
534.891.827 ke tahun 2006
500.297.545 menunjukan penurunan sebesar (Rp34.594.282) atau -6,5%
Ketidakstabil-an aktiva lancar disebabkan oleh persedian pada kas dan bank pegalami ketidakstabilan juga. Total aktiva tetap Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 6.639.766.950 ke tahun 2004 adalah sebesar Rp 6.560.644.410 mengalami penurunan sebesar (Rp 79.122.540) atau -1.19%. Sementara di tahun 2004 total aktiva tetap PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah Rp 6.560.644.410 ke tahun 2005 adalah Rp 6.971.636.007 menunjukan peningkatan sebesar Rp 410.991.597 atau 6,26%. Sedangkan di tahun 2005 total aktiva
66
tetap PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah Rp 6.971.636.007 ke tahun 2006 adalah Rp 7.041.658.097 menunjukan peningkatan sebesar Rp 70.022.090 atau 1%. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan jumlah pelanggan, sehingga perlu penambahan investasi. 2. Kewajiban Pada tahun 2003 total kewajiban lancar pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah Rp 353.515.215 ke tahun 2004 adalah sebesar Rp. 374.402.367 menunjukkan peningkatan sebesar Rp. 20.887.152 atau 5,9%. Sementara di tahun 2004 adalah sebesar Rp 374.402.367 ke tahun 2005 adalah sebesar Rp 450.908.476 menunjukkan peningkatan sebesar Rp 76.506.109 atau 20,4%. Sedangkan di tahun 2005 adalah sebesar Rp 450.908.476 ke tahun 2006 adalah sebesar Rp 456.725.056 menunjukkan peningkatan sebesar Rp 581.658 atau 1,28%. Penigkatan tersebut disebabkan oleh tambahnya jumlah pelanggan yang mengakibatkan naiknya uang jaminan langganan. 3. Ekuitas Ekuitas pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 5.433.103.421 ke tahun 2004 adalah sebesar Rp 5.371.506.354 menunjukkan penurunan sebesar (Rp 61.597.067)
atau -0.01 %.
Sementara di tahun 2004 sebesar Rp 5.371.506.354 ke tahun 2005 sebesar Rp 5.278.886.311 menunjukkan penurunan sebesar (Rp 92.620.043) atau -0.02 %. Sedangkan di tahun 2005 sebesar Rp 5.278.886.311 ke tahun 2006 sebesar Rp 5.175.669.663 menunjukkan penurunan sebesar (Rp 103.216.648) atau -0,02 %
67
Tabel 4.3 Perbandingan Data Keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten LAPORAN KEUANGAN
PERIODE 2003
2004
%
2005
%
2006
%
Laporan Laba/Rugi Penjualan bersih Laba bersih
12.632.270.574
15.709.180.093
18.686.224.067
25.649.177.588
-990.548.776
1.592.103.293
285.194.539
397.474.531
549.479.183
642.939.400
534.891.827
500.297.545
6.639.766.950
6.560.844.416
6.971.636.007
7.041.658.097
353.515.215
374.402.367
450.908.476
456.725.056
5.433.103.421
5.371.506.354
5.278.886.311
5.175.669.663
Neraca Total Aktiva Lancar Total Aktiva Tetap Total KewajibanLancar Total Ekuitas
PERBANDINGAN Berkurang / Bertambah Laporan Laba/Rugi Penjualan Bersih
3.076.909.519 24.35
Laba bersih
2.582.652.069 260.7
2.977.043.974 18.95
6.962.953.521
37.26
-1.306.908.754
-82
112.279.992
39.36
Neraca Total Aktiva Lancar
48.460.217
8.15
-108.047.573
-16.8
-34.594.282
-6.5
Total Aktiva Tetap
-79.122.540
-1.19
410.991.597
6.26
70.022.090
1
Total Kewajiban Lancar
20.887.152
5.9
76.506.109
20.4
581.658
1.28
Total Ekuitas
61.597.067
-0.01
92.620.043
-0.02
103.216.648
-0.02
Sumber : Laporan Keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
68
4.2.3
Analisis Rasio keuangan Penilaian dalam analisis Rasio keuangan ini menggunakan analisis rasio dalam
hal ini di bagi menjadi tiga, yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Masing-masing perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut 1.
Rasio Likuiditas
a.
Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi hutang lancar. 549.479.783 Tahun 2003 =
= 1,55 353.515.215 642.939.400
Tahun 2004 =
= 1,72 374.402.367 534.891.827
Tahun 2005 =
= 1,18 450.908.476 500.297.545
Tahun 2006 =
= 1,09 456.725.056
Rasio Lancar pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan seterusnya mengalami penurunan. Rasio lancar pada tahun 2003 sebesar 1,55 menunjukkan terjadinya kenaikan sebesar 0,14 ksehingga Rasio Lancar pada tahun 2004 menjadi sebesar 1,72 . Sementara di tahun 2004 sebesar 1,72 menunjukkan terjadinya penurunan sebanyak 0,54 sehingga Rasio Lancar pada tahun 2005 menjadi sebesar 1,18 . Sedangkan di tahun 2005 sebesar 1.18 menunjukkan
69
terjadinya penurunan sebesar 0,09 sehingga Rasio Lancar pada tahun 2004 menjadi sebesar 1,09 . Dilihat dari rata-rata rasio per tahun berada di atas, menunjukkan bahwa Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sudah mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya.
b. Quick Ratio
= Aktiva Lancar – Persediaan Hutang Lancar
Ratio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang lancarnya. Perhitungannya adalah pengurangan antara aktiva lancar terhadap persediaan kemudian dibagi dengan kewajiban lancar. 543.690.477 Tahun 2003 =
= 1.53 353.515.215 630.729.395
Tahun 2004 =
374.402.367
= 1.68
528.275.385 Tahun 2005 =
= 1.17 450.908.476 490.630.157
Tahun 2006 =
= 1.07 456.725.056
Quick Ratio pada tahun 2003 sebesar 1.53 . Sedangkan pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 0,15 menjadi 1.68. Pada tahun 2005 Quick Ratio mengalami penurunan sebesar 0,51 menjadi sebesar 1.17. Dan di tahun 2006 Quick Ratio mengalami penurunan 0,1 menjadi 1.07. Quick Ratio terbesar terjadi di tahun 2004 yaitu
70
sebesar 1.68. Hal ini menunjukkan bahwa Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sudah mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Likuiditas a. Rasio Hutang atas Modal = Total Hutang Modal Rasio ini menunjukkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang.
885.623.579 Tahun 2003 =
= 0.16 5.433.103.421 957.697.491
Tahun 2004 =
= 0.17 5.371.506.354 1.111.143.637
Tahun 2005 =
= 0.21 5.278.886.311 1.187.807.855
Tahun 2006 =
5.175.669.663
= 0.22
Rasio hutang atas modal mengalami penurunan dan kenaikan dari tahun ke tahun. Seperti di tahun 2003 Rasio hutang atas modal sebesar 0.16 naik sebesar 0,01 sehingga pada tahun 2004 Rasio hutang atas modal menjadi sebesar 0,17. Sementara di tahun 2004 Rasio hutang atas modal sebesar 0,17 mengalami kenaikan sebanyak 0,04 sehingga Rasio hutang atas modal pada tahun 2005 menjadi sebesar 0,21. Sedangkan di tahun 2005 juga mengalami penurunan sebesar 0,01 sehingga Rasio hutang atas modal pada tahun 2006 menjadi sebesar 0,22. Hal ini menunjukkan bahwa Unit Induk PT PLN
71
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sudah mampu menutupi hutang-hutangnya dari tahun ke tahun sehingga menjadi semakin baik.
b. Rasio Hutang atas Aktiva =
Total Hutang Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat tertutupi oleh aktiva 885.623.579 Tahun 2003 =
= 0.12 7.301.813.190 957.697.491
Tahun 2004 =
= 0.13 7.447.950.983 1.111.143.637
Tahun 2005 =
= 0.14 7.686.207.601 1.187.807.855
Tahun 2006 =
= 0.15 7.741.320.074
Rasio Hutang Atas Aktiva mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Seperti di tahun 2003 Rasio Hutang Atas Aktiva sebesar 0,12 naik sebesar 0,01 sehingga Rasio Hutang Atas Aktiva pada tahun 2004 menjadi sebesar 0,13. Sementara di tahun 2004 Rasio Hutang Atas Aktiva sebesar 0,13 naik sebesar 0,01 sehingga Rasio Hutang Atas Aktiva pada tahun 2005 menjadi sebesar 0,14. Sedangkan di tahun 2005 Rasio Hutang Atas Aktiva sebesar 0,14 naik sebesar 0,01 sehingga Rasio Hutang Atas Aktiva pada tahun 2006 menjadi sebesar 0,15. Hal ini menunjukkan bahwa, dari tahun ke tahun Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten semakin baik dalam menutupi hutang-hutangnya.
72
3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas a. Profit Margin = Laba bersih setelah pajak Penjualan Bersih Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase penjualan bersih yang didapat. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam menempatkan laba cukup tinggi. -990.548.776 Tahun 2003 =
= -0.07 12.632.270.574 1.592.103.293
Tahun 2004 =
= 0.10 15.709.180.093 285.194.539
Tahun 2005 =
= 0.015 18.686.224.067 397.474.531
Tahun 2006 =
= 0.015 25.649.177.588
Profit Margin pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten pada tahun 2003 sebesar -0,07 mengalami kenaikan sebanyak 0,17 sehingga Profit Margin pada tahun 2004 menjadi sebesar 0.10. Sementara di tahun 2004 Profit Margin sebesar 0.10 mengalami penurunan sebesar 0.085 sehingga Profit Margin pada tahun 2005 menjadi sebesar 0.015. Sedangkan di tahun 2005 Profit Margin sebesar 0.015 stabil sehingga Profit Margin pada tahun 2006 tetap 0.015. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dalam belum mampu meningkatkan laba bersih perusahaan.
73
b. Gross Margin Ratio = L a b a K o t o r Penjualan Bersih -1.044.385.219 Tahun 2003 =
= -0.08 12.632.270.574 1.664.694.702
Tahun 2004 =
= 0.10 15.709.180.093 300.118.415
Tahun 2005 =
= 0.016 18.686.224.067 333.451.208
Tahun 2006 =
= 0.013 25.649.177.588
Gross Margin Ratio pada tahun 2003, sebesar -0.08 mengalami kenaikan sebanyak 0,18 sehingga Gross Margin Ratio pada tahun 2004 menjadi sebesar 0.10. Sementara di tahun 2004, Gross Margin Ratio sebesar 0.10 mengalami penurunan sebanyak 0,084 sehingga Gross Margin Ratio pada tahun 2005 menjadi sebesar 0.016. Sedangkan pada tahun 2005, sebesar 0.016
mengalami penurunan sebanyak 0,003 sehingga Gross Margin
Ratio pada tahun 2006 menjadi 0.013. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dalam belum mampu meningkatkan laba kotor perusahaan.
c. Return on Investment (ROI) = Laba Bersih Sebelum Pajak Total Aktiva
74
Perhitungan ROI didasarkan pada laba Bersih Sebelum Pajak dibagi dengan Total Aktiva, dengan perhitungan sebagai berikut : -990.548.776 Tahun 2003 =
= -0.14 7.301.813.190 1.592.103.293
Tahun 2004 =
= 0.21 7.447.950.983 285.194.539
Tahun 2005 =
= 0.04 7.686.207.601 397.474.531
Tahun 2006 =
= 0.05 7.741.320.074
ROI Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahunnya. ROI pada tahun 2003 sebesar -0.14 mengalami kenaikan sebesar 0,35 sehingga ROI pada tahun 2004 sebesar 0,21. Sementara di tahun 2004, ROI sebesar 0.21 mengalami penurunan 0,17 sehingga pada tahun 2005 ROI menjadi sebesar 0.04. Sedangkan pada tahun 2005, sebesar 0.04 mengalami kenaikan sebanyak 0,01 sehingga ROI pada tahun 2006 menjadi 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten setiap tahun dapat meningkatkan ROI.
75
Tabel 4.4 Analisis Rasio Keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan BantenTahun 2003-2006 PERIODE RASIO 2003
2004
2005
2006
Rasio Likuiditas Current Ratio
1.55
1.72
1.18
1.09
Quick Ratio
1.53
1.68
1.17
1.07
Rasio Hutang atas Modal
0.16
0.17
0.21
0.22
Rasio Hutang thp aktiva
0.12
0.13
0.14
0.15
Profit Margin
-0.07
0.10
0.015
0.015
Gross Margin Ratio
-0.08
0.10
0.016
0.013
Return On Assestment (ROI)
-0.14
0.21
0.04
0.05
Rasio Solvabilitas
Rasio Rentabilitas
Sumber : Hasil Analisis Penulis
4.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Yang menjadi ukuran-ukuran dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini dalam mencapai keberhasilan di dalam pengukuran kinerja perusahaan adalah kuesioner karyawan dan juga perhitungan pendapatan laba masing-masing karyawan setiap tahunnya. Jumlah ukuran sample yang di ambil adalah seluruh pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten berjumlah 400. Kuesioner disebarkan di loket-loket pembayaran, antara lain yang bertempat di daerah : 1. Bandung
76
2. Depok 3. Tanggerang Kategori yang diambil berdasarkan kelompok usia. Dapat dilihat dari data yang diperoleh yaitu sample berusia 10 tahun- 50 tahun keatas : 1. Usia 10-19 tahun sebanyak 30 2. Usia 20-29 tahun sebanyak 130 3. Usia 30-39 tahun 170 4. Usia 40-49 tahun 50 5. Diatas 50 tahun 20 Tolak ukur yang dipakai dalam menentukan kepuasan karyawan dijadikan pertanyaan dalam kuesioner ini yaitu : 1. Kepuasan terhadap gaji dan tunjangan yang ditetapkan oleh perusahaan, 2. Kepuasan terhadap fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan 3. Kepuasan terhadap hubungan kerja sama antara sesama karyawan di perusahaan 4. Kepuasan terhadap pelatihan yang diberikan di dalam perusahaan 5. Kepuasan terhadap jabatan yang di tempati sekarang ini 6. Kepuasan terhadap ketepatan informasi yang di dapat selama bekerja 7. Kepuasan terhadap penghargaan prestasi kerja yang ada di perusahaan 8. Kepuasan terhadap kenyamanan / suasana kerja di perusahaan 9. Kepuasan terhadap pembagian tugas yang ada di dalam perusahaan
77
Tabel 4.5 Tingkat kepuasan karyawan terhadap gaji dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 26
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
130
13%
88
352
44%
3
72
216
36%
Kurang Puas
2
14
28
7%
Sangat Kurang Puas
1
0
0
0%
200
726
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 726/200=3.63
Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 0 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sebanyak 0%; 14 responden memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 7%; 72 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 36%; 88 responden yang memberikan nilai 4 (puas) sehingga persentasenya 44% ;26 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 13%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.63.
78
Tabel 4.6 Tingkat kepuasan karyawan terhadap fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 26
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
130
13%
88
352
44%
3
86
258
43%
Kurang Puas
2
0
0
0%
Sangat Kurang Puas
1
0
0
0%
200
740
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 740/200=3.7
Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa tidak ada responden yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sehingga persentasenya 0%; 0 responden memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 0%; 86 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 43%; 88 responden yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 44%; 26 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 13%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.7
79
Tabel 4.7 Tingkat kepuasan karyawan terhadap hubungan kerjasama antara sesama karyawan di dalam perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 8
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
40
4%
84
330
42%
3
96
288
48%
Kurang Puas
2
12
24
6%
Sangat Kurang Puas
1
0
0
0%
200
688
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 688/200=3.44
Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa tidak ada responden yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sehingga persentasenya 0%;12 responden yang memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 6%;96 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 48%;84 responden memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 42%;8 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 16%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,44.
80
Tabel 4.8 Tingkat kepuasan karyawan terhadap pelatihan yang diberikan di dalam perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 0
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
0
0%
64
256
32%
3
92
276
46%
Kurang Puas
2
44
88
22%
Sangat Kurang Puas
1
0
0
0%
200
620
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 620/200=3.1
Sumber : hasil Kuesioner Karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 0 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sebanyak 0%; 44 responden memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 22%; 92 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 46%;64 responden yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 32%; 0 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 0%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,1.
81
Tabel 4.9 Tingkat kepuasan karyawan terhadap jabatan yang ditempati di dalam perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 18
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
90
9%
64
256
32%
3
86
258
43%
Kurang Puas
2
32
64
16%
Sangat Kurang Puas
1
0
0
0%
200
668
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 668/200=3.34
Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil Label menunjukkan bahwa 0 responden yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sebanyak 0%; 32 responden memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 16%; 86 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 43%; 64 responden yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 32%; 18 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 9%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,34.
82
Tabel 4.10 Tingkat kepuasan karyawan terhadap ketepatan informasi yang di dapat dalam perusahaan Pendapat Responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
Sangat Puas
5
(b) 10
Puas
4
66
264
33%
Cukup Puas
3
104
312
52%
Tidak Puas
2
20
60
10%
Sangat Tidak Puas
1
0
0
0%
200
686
100 %
Jumlah
50
5%
Nilai Rata-Rata = 686 / 200 = 3.43 Sumber : hasil Kuesioner karywan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 0 responden yang memberikan nilai 1 (sangat tidak puas) sebanyak 0%; 20 responden memberikan nilai 2 (tidak puas) sebanyak 10%; 104 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 52%; 66 responden yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 33%; 10 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 5%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,43.
83
Tabel 4.11 Tingkat kepuasan karyawan terhadap penghargaan atas prestasi kerja yang ada dalam perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 18
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
90
9%
76
304
38%
3
90
270
45%
Tidak Puas
2
16
32
8%
Sangat Tidak Puas
1
0
0
0%
200
696
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 696/200=3,48
Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 0 responden yang memberikan nilai 1 (sangat tidak puas) sebanyak 0%; 16 responden memberikan nilai 2 (tidak puas) sebanyak 8%; 90 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 45%; 76 responden yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 38%; 18 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 9%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,48.
84
Tabel 4.12 Tingkat kepuasan karyawan terhadap kenyamanan / suasana kerja di perusahaan
Pendapat responden
Nilai
Jumlah responden
(a)
Sangat Puas
5
(b) 12
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
60
14 %
100
400
6%
3
80
240
42 %
Kurang Puas
2
8
16
38 %
Sangat Kurang Puas
1
0
0
0%
200
716
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 716 / 200 = 3.58
Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa tidak ada responden yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sehingga persentasenya 0%; 8 responden memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 4%; 80 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 40%; 100 responden yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 50%; 12 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 6%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,58.
85
Tabel 4.13 Tingkat kepuasan karyawan terhadap pembagian tugas yang ada di perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 14
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
70
7%
80
320
40%
3
80
240
40%
Kurang Puas
2
26
52
13%
Sangat Kurang Puas
1
0
0
0%
200
682
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 682/200=3,41
Sumber : hasil Kuesioner karyawan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa tidak ada responden yang memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sehingga persentasenya 0%; 26 responden memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 13%; 80 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 40%; 80 responden yang memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 40%; 14 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 7%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,41.
86
Berdasarkan hasil kuesioner yang ada, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai rata-rata yang dihasilkan karyawan adalah ; 3,63 + 3,7 + 3,44 + 3,1 + 3,34 + 3,43 + 3,48 + 3.58 + 3,41 = 31,11 = 3.46 9
9
Yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan karyawan adalah 69% yang artinya karyawan cukup puas terhadap apa yang selama ini sudah diberikan oleh Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.
a. Kemampuan Teknis dan Manajerial Karyawan Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan setiap karyawan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan dilihat dari jumlah laba bersih dibandingkan dengan jumlah seluruh karyawan dan di lihat dari persentase kenaikan laba karyawan. Tabel 4.14 Rasio jumlah laba dengan jumlah karyawan tahun 2003, 2004, 2005, 2006
Tahun
Laba (Rugi) Bersih (Rp)
Jumlah Karyawan
Jumlah Laba Per Karyawan
(orang)
(Rp)
2003
-990.548.776
403
- 2.457.937,409
2004
1.592.103.293
403
3.950.628,519
2005
285.194.539
403
707.678,756
2006
397.474.531
403
986.289,158
Sumber : Laporan Keuangan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah laba yang didapat tiap karyawan pada tahun 2003 adalah sebesar Rp. - 2.457.937,409 ketahun 2004 adalah sebesar Rp. 3.950.628,519 menunjukkan peningkatan laba sebesar Rp.
87
6.408.565,928 atau 260.72%. Sementara pada tahun 2004 Rp. 3.950.628,519 ke tahun 2005 adalah sebesar Rp. 707.678,756 menunjukkan penurunan laba sebesar Rp 3.242.949,763 atau -82 %. Sedangkan di tahun 2005 Rp. 707.678,756 ke tahun 2006 adalah sebesar Rp 986.289,158 menunjukkan peningkatan laba sebesar Rp 278.610,402 atau 39.36%. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tahun 2003 ke tahun 2004 dan tahun 2005 ke tahun 2006 sesuai dengan kemampuan teknis dan manajerial dari karyawan diperusahaan dimana sasaran strategi perusahaan tercapai. Sementara terjadi penurunan tahun 2004 ke tahun 2005 terjadi karena kemampuan teknis dan manajerial dari karyawan diperusahaan dimana sasaran strategi perusahaan belum tercapai.
4.5 Perspektif Pelanggan Pada perspektif ini, sasaran yang ingin dicapai adalah melihat sejauh mana perusahaan telah memberikan pelayanannya sehingga pelanggan dapat puas dengan apa yang telah diberikan oleh perusahaan. Dalam hal ini, untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan digunakanlah kuesioner terhadap 400 pelanggan secara acak. Tolak ukur yang dipakai pada perspektif ini adalah:
a. Mutu dan Keandalan pasokan Mutu dan Keandalan pasokan dari Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.15 sampai 4.16
88
Tabel 4.15 Tingkat kepuasan pelanggan terhadap Keandalan suplai daya listrik
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 34
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
170
9%
220
880
55%
3
130
390
32%
Kurang Puas
2
12
24
3%
Sangat Kurang Puas
1
4
4
1%
400
1468
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1468 / 400 = 3.67
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 4 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang Puas) sebanyak 1%, 12 responden memberikan nilai 2 (kurang Puas) sebanyak 3%; 130 responden memberikan nilai 3 (cukup Puas) sebanyak 32%; 220 responden memberikan nilai 4 (Puas) sebanyak 55%; 34 responden memberikan nilai 5 (sangat Puas) sebanyak 9%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.67.
89
Tabel 4.16 Tingkat kepuasan pelanggan terhadap stabilitas tegangan listrik
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 34
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
170
9%
204
816
51%
3
136
408
34%
Kurang Puas
2
20
40
5%
Sangat Kurang Puas
1
6
6
1%
400
1440
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1440 / 400 = 3.6
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 6 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang Puas) sebanyak 1%; 20 responden memberikan nilai 2 (kurang Puas) sebanyak 5% ; 136 responden memberikan nilai 3 (cukup Puas) sebanyak 34%; 204 responden memberikan nilai 4 (Puas) sebanyak 51%; 34 responden memberikan nilai 5 (sangat Puas) sebanyak 9%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,6.
b. Kemudahan dan kenyamanan dalam pembayaran Kemudahan dan kenyamanan dalam pembayaran dari Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.17
90
Tabel 4.17 Tingkat Kepuasan pelanggan dalam Kemudahan dan kenyamanan dalam pembayaran
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 90
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
450
23%
182
728
46%
3
42
126
11%
Kuarang Puas
2
70
140
18%
Sangat Kurang Puas
1
16
16
2%
400
1460
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1460 / 400 = 3.65
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 16 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang Puas) sehingga persentasenya 2%; 70 responden memberikan nilai 2 (kurang Puas) sebanyak 18%; 42 responden memberikan nilai 3 (cukup Puas) sebanyak 11%; 182 responden memberikan nilai 4 (Puas) sebanyak 46%; 90 responden memberikan nilai 5 (sangat Puas) sebanyak 23%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,65.
c. Akurasi catat meter Hubungan dengan pelanggan pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.18
91
Tabel 4.18 Tingkat pandangan pelanggan terhadap akurasi catat meter
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Setuju
5
(b) 96
Setuju
4
Cukup Setuju
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
480
23%
238
952
60%
3
56
168
14%
Kurang Setuju
2
6
12
2%
Sangat Kurang setuju
1
4
4
1%
400
1616
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1616/ 385 = 4.04
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 4 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang setuju) sebanyak 1%; 6 responden memberikan nilai 2 (kurang setuju) sebanyak 12%; 56 responden memberikan nilai 3 (cukup setuju) sebanyak 14%; 238 responden memberikan nilai 4 (setuju) sebanyak 60%; 96 responden memberikan nilai 5 (sangat setuju) sebanyak 23%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 4.04.
d. Transformasi Informasi Transformasi Informasi pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.19
92
Tabel 4.19 Tingkat pandangan pelanggan terhadap Trasnformasi Informasi
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Setuju
5
(b) 60
Setuju
4
Cukup Setuju
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
300
15%
202
808
51%
3
108
324
27%
Kurang Setuju
2
26
52
6%
Sangat Kurang setuju
1
4
4
1%
400
1488
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1488/400= 3.72
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 4 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang setuju) sebanyak 1%; 26 responden memberikan nilai 2 (kurang setuju) sebanyak 6%; 108 responden memberikan nilai 3 (cukup setuju) sebanyak 27%; 202 responden memberikan nilai 4 (setuju) sebanyak 51%; 60 responden memberikan nilai 5 (sangat setuju) sebanyak 15%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,72.
e. Pandangan Masyarakat Pandangan masayrakat terhadap Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.20 sampai 4.23
93
Tabel 4.20 Tingkat pandangan masyarakat terhadap pengelolaan perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Baik
5
(b) 30
Baik
4
Cukup Baik
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
150
7%
192
768
48%
3
140
420
35%
Kurang Baik
2
34
68
3%
Sangat Kurang Baik
1
4
4
1%
400
1410
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1410/400=3,53
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 4 responden yang memberikan nilai 1 (sangat kurang baik) sehingga persentasenya 1% ; 34 responden memberikan nilai 2 (kurang baik) sebanyak 9%; 140 responden memberikan nilai 3 (cukup baik) sebanyak 35%; 192 responden memberikan nilai 4 (baik) sebanyak 48%; 30 responden memberikan nilai 5 (sangat baik) sebanyak 7%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,525.
94
Tabel 4.21 Tingkat pandangan masyarakat terhadap perubahan tarif dasar listrik (TDL)
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Setuju
5
(b) 52
Setuju
4
Cukup Setuju
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
260
12%
110
440
28%
3
76
228
19%
Kurang Setuju
2
118
236
30%
Sangat Kurang Setuju
1
44
44
11%
400
1208
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1208/400=3.02
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 44 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang setuju) yakni: 11%; 118 responden memberikan nilai 2 (kurang setuju) sebanyak 30%; 76 responden memberikan niiai 3 (cukup setuju) sebanyak 19%; 110 responden memberikan niiai 4 (setuju) sebanyak 28%; 52 responden memberikan niiai 5 (sangat setuju) sebanyak 12%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,02.
95
Tabel 4.22 Tingkat Kepuasan masyarakat terhadap layanan pembayaran online
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 110
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
550
28%
152
608
39%
3
96
288
24%
Kurang Puas
2
32
64
8%
Sangat kurang Puas
1
10
10
1%
400
1520
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1520/400=3.8
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 10 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang puas) sebanyak 1%; 32 responden memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 8%; 96 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 24%; 152 responden memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 39%; 110 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 28%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.8.
96
Tabel 4.23 Tingkat pandangan masyarakat terhadap perubahan jadwal catat meter
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Setuju
5
(b) 14
Setuju
4
Cukup Setuju
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
70
3%
76
304
19%
3
76
228
19%
Kurang Setuju
2
170
340
43%
Sangat Kurang Setuju
1
64
64
16%
400
1006
100 %
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1006/400=2.52
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 64 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang setuju) sebanyak 16%; 170 responden memberikan nilai 2 (kurang setuju) sebanyak 43%; 76 responden memberikan nilai 3 (cukup setuju) sebanyak 19%; 76 responden memberikan nilai 4 (setuju) sebanyak 19%; 14 responden memberikan nilai 5 (sangat setuju) sebanyak 3%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 2.52.
f. komunikasi dengan masyarakat Komunikasi dengan masyarakat yang dilakukan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang akan dianalisis akan dijelaskan pada tabel 4.24
97
Tabel 4.24 Tingkat Kepuasan masyarakat terhadap informasi yang diberikan perusahaan
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 16
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor
Persentase Pendapat responden
(a x b) 80
4%
200
800
50%
3
130
390
33%
Kurang Puas
2
46
92
11%
Sangat Kurang Puas
1
8
8
2%
400
1370
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1370/400=3.43
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 8 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang Puas) sebanyak 2%; 46 responden memberikan nilai 2 (kurang Puas) sebanyak 11% ; 130 responden memberikan nilai 3 (cukup Puas) sebanyak 33%; 200 responden memberikan nilai 4 (Puas) sebanyak 50%; 16 responden memberikan nilai 5 (sangat Puas) sebanyak 4%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3,43.
Berdasarkan hasil diatas maka dapat disimpulkan secara keseluruhan nilai rata-rata yang dihasilkan dari pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yaitu: 3.67 + 3.6 + 3,65 + 4.04 + 3.72 + 3,53 + 3,02 + 3.8 + 2.55+3.43 = 35.01 = 3,5. 10
10
98
Yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan adalah 70% yang artinya pelanggan cukup puas terhadap apa yang selama ini sudah dijalankan oleh Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.
4.6 Perspektif Proses Bisnis Internal Di dalam perspektif proses bisnis internal ini akan dilihat bagaimana cara perusahaan untuk dapat memenuhi targetnya sesuai dengan kondisi lingkungan bisnis internalnya dan juga eksternal perusahaan. Dalam hal ini Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten melakukan berbagai kegiatan di antaranya melakukan proses inovasi dalam hal ini inovasi dalam segi pelayanan terhadap para pelanggannya agar para pelanggannya merasa puas, juga melakukan proses operasi dari pem- bangkit sampai ke pelanggan, dan melakukan layanan purna jual a. Proses Inovasi Proses inovasi yang dilakukan oleh Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten adalah menciptakan sebuah terobosan dalam sistem pembayaran tagihan listrik. Nama produk yang ditawarkan adalah PRAQTIS, merupakan hasil kerjasama antara Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten dengan berbagai Bank melalui perantara PT SARANA YUKTI BANDHANA. Latar belakang kerjasama antara Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa barat dan Banten dengan pihak Bank antara lain: 1. Pengamanan pendapatan 2. Percepatan penerimaan pendapatan 3. Kenyamanan Bagi pelanggan 4. Waktu layanan 5. Memperbanyak loket perimaan pembayaran
99
Kelebihan dari produk ini adalah pelanggan dapat membayar tagihan listrik di kapanpun dan dimanapun. Sementara kelemahan dari sistem ini adadah ada biaya administrasi yang dikenakan oleh pihak Bank dengan biaya yang variatif. Gambar dari sistem produk PRAQTIS:
KUD
KUD
UPJ
APJ
Unit Induk
PT.SYB
Bank
KUD Sumber: Bidang Niaga Unit Induk PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2006
Gambar 4.3 Sistem pembayaran PRAQTIS Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
Keterangan gambar 4.3 : 1. KUD = Koperasi Unit Desa 2. UPJ = Unit Pelayanan Jaringan 3. APJ = Area pelayanan Jaringan 4. Unit Induk = Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten 5. PT. SYB = PT Sarana Yukti Bandhana 6 Bank = Pihak Bank Sebelum ada sistem PRAQTIS unit Induk mengirim laporan tagihan kepada ke APJ, APJ meneruskan kepada UPJ, UPJ mengirim data ke KUD, pelanggan membayar tagihan di loket-loket yang disediakan KUD. Info pelanggan yang sudah membayar di kirim KUD ke unit Induk melalui UPJ dan APJ. Dengan PRAQTIS Unit induk mengirim
100
data dengan dua alternatif pertama dengan cara sebelumnya dan kedua mengirm data kepada PT Sarana Yukti Bandhana sebagai mediator lalu mengirim data ke Bank. Pelanggan yang membayar di Bank, maka pihak bank akan menyampaikan informasi kepada semua pihak sampai ke KUD sehingga mencegah penggadaan pembayaran tagihan, juga sebaliknya pelanggan yang membayar di loket KUD, informasinya akan disampaikan ke semua pihak sampai bank. Dengan adanya PRAQTIS pelanggan diberikan kemudan alternatif tempat pembayaran tagihan.
Tabel 4.25 Tingkat Kepuasan masyarakat terhadap Produk PRAQTIS
Pendapat responden
Nilai (a)
Jumlah responden
Sangat Puas
5
(b) 110
Puas
4
Cukup Puas
Jumlah Skor (a x b)
Persentase Pendapat responden
550
28%
152
608
39%
3
96
288
24%
Kurang Puas
2
32
64
8%
Sangat kurang Puas
1
10
10
1%
400
1520
100%
Jumlah Nilai Rata-Rata = 1520/400=3.8
Sumber : hasil Kuesioner pelanggan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2007
Hasil tabel menunjukkan bahwa 10 responden memberikan nilai 1 (sangat kurang Puas) sebanyak 1%; 32 responden memberikan nilai 2 (kurang puas) sebanyak 8%; 96 responden memberikan nilai 3 (cukup puas) sebanyak 24%; 152 responden
101
memberikan nilai 4 (puas) sebanyak 39%; 110 responden memberikan nilai 5 (sangat puas) sebanyak 28%, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.8.
b. Proses Operasi Untuk mengukur seberapa efektif proses operasi pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, dalam hal ini proses operasi yang dilakukan adalah waktu pemasangan sambungan baru, maka dapat digunakan rumus Manufacturing
Cycle Effectiveness (MCE). Waktu Permohonan
MCE
waktu suvei + waktu evaluasi + waktu pemberitahuan + waktu sambung
Ket : 1. Waktu permohonan = waktu dimana pelanggan melakukan permohonan untuk dipasangkan sambungan baru kepada pihak PLN. 2. Waktu Survei =
waktu dimana dari pihak PLN melakukan survei ke tempat
tinggal pelanggan yang meminta sambungan. 3. Waktu evaluasi = waktu di mana pihak PLN mengevaluasi apakah pihak Pihak PLN memutuskan layak atau tidak dilakukan penyambungan. 4. Waktu pemberitahuan = waktu di mana pihak PLN memberitahukan kepada pelanggan dapat dilakukan sambungan atau tidak. 5. waktu sambungan = waktu dimana pihak PLN melakukan penyambungan. sehingga dapat dilihat melalui perhitungan berikut ini:
102
MCE =
Waktu Permohonan Waktu penyelesaian
6 jam
MCE =
6 jam
=
24 jam + 3 jam + 24 jam + 87 jam
=
0.043 = 4.3%
138 jam
Dalam hal ini perusahaan masih kurang dalam hal memenuhi kebutuhan para pelanggannya atau memenuhi pesanan para pelanggannya dalam hal pemasangan listrik yang baru karena masih jauh dari angka 1. Karena dalam hal ini ketika rasio MCE yang dipakai mendekati angka 1, maka perusahaan mengetahui bahwa waktu yang terbuang untuk menanggapi permohonan dari pelanggan, melakukan survei ke tempat tinggal pelanggan, mengevaluasi, dan memberitahukan kepada pelanggan dan kemampuan perusahaan dalam melakukan sambungan ditempat pelanggan, tetapi pada kenyataannya rasio MCE yang didapat dalam perhitungan diatas adalah 0,043 yang artinya perusahaan masih kurang dalam hal memenuhi kebutuhan para pelanggannya atau menanggapi pesanan para pelanggannya dengan cepat, sehingga diperlukan perbaikan dalam hal kualitas pelayanannya. C. Layanan Purna Jual Untuk mengukur layanan purna jual pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, dalam hal ini layanan purna jual yang dilakukan adalah dengan sistem SAIFI (System Average Interruption Frequency) adalah Indikator Kinerja untuk mengukur rata-rata kali pelanggan padam, satuannya (kali/ pelanggan). Rumusnya : SAIFI = Kali pemadaman yang dialami pelangggan
103
Jumlah pelanggan =
15.937.857 7.318.712
=
2 kali/Tahun
4.7 Implikasi Hasil Penelitian a. Penilaian Kinerja perusahaan berdasarkan perspektif tradisional •
Pengukuran kinerja yang dilakukan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dengan menggunakan perspektif tradisional dinilai masih dikatakan stabil. Ini bisa dilihat dari berbagai data keuangan yang dianalisis dari tahun 20032006. Dari Laporan Laba/Rugi dalam hal ini dapat dilihat dari penjualan bersih dan laba bersih. Dari penjualan bersih tahun 2003-2004 persentase yang di dapat 24,35%, tahun 2004-2005 persentase yang didapat 18,95%, dan tahun 2005-2006 persentase yang didapat 37,26%. Laba bersih tahun 2003-2004 persentase yang didapat 260,7%, tahun 2004-2005 persentase yang didapat -82%, dan tahun 20052006 persentase yang didapat 39,36%. Dari neraca keuangan Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dapat juga dilihat kestabilan terjadi kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Total aktiva lancar tahun 2003-2004 dengan persentase 8.15%, tahun 2004-2005 persentasenya -16,8% dan tahun 2005-2006 persentasenya -6.5%. Total Aktiva tetap tahun 2003-2004 persentasenya -1.19, tahun 2004-2005 persentasenya 6.26% dan tahun 2005-2006 pesentasenya 1%. Total kewajiban lancar tahun 2003-2004 persentasenya 5.9%, tahun 2004-2005 persentasenya 20.4%, dan tahun 2005-2006 persentase yang didapat 1.28%. Total ekuitas tahun 2003-2004 persentasenya -
104
0.01 %, tahun 2004-2005 persentasenya -0.02% dan tahun 2005-2006 persentase yang didapat 0.02%. b. Penilaian kinerja perusahaan berdasarkan perspektif Balanced Scorecard : •
Perspektif Keuangan Dalam perspektif keuangan dinilai hampir sama dengan perspektif tradisional yang hanya melihat dari segi keuangan perusahaan. Keseluruhan rata-rata indikator yang ada dalam perspektif keuangan berkategori baik, dengan bobot keseluruhan 28. Dapat dilihat bahwa Current ratio berbobot 5 (sangat baik), Quick ratio berbobot 5 (sangat baik), rasio hutang atas modal berbobot 5 (sangat baik), rasio hutang atas aktiva berbobot 4 (baik), profit margin berbobot 5 (sangat baik), gross margin ratio berbobot 5 (sangat baik), dan ROI berbobot 3 (cukup baik).
•
Perspektif Pelanggan Dari perspektif pelanggan dapat dilihat keseluruhan rata-rata indikator yang ada berkategori cukup baik, dengan bobot keseluruhan 17. Dapat dilihat bahwa mutu dan keandalan pasokan berbobot 3 (cukup baik), kemudahan dan kenyaman dalam pembayaran berbobot 3 (cukup baik), akurasi catat meter berbobot 3 (cukup baik), transparasi informasi berbobot cukup baik (3), pandangan masyarakat berbobot 2 (kurang baik), dan komunikasi dengan pelanggan berbobot 3 (cukup baik).
•
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Dalam perspektif ini dapat disimpulkan bahwa karyawan Unit Induk PT PLN (Persero) DIistribusi Jawa Barat dan Banten cukup puas dengan apa yang diberikan perusahan sampai saat ini, dapat dilihat keseluruhan indikator berbobot 28, dengan rata-rata keseluruhan indikator adalah berkategori cukup baik. Dapat dilihat gaji dan tunjangan yang diberikan berbobot 3 (cukup baik), fasilitas yang ada dikantor berbobot 3 (cukup baik), hubungan kerjasama antar sesama pegawai berbobot 3
105
(cukup baik), pelatihan yang diberikan didalam perusahaan berbobot 2 (kurang baik), jabatan yang ditempati sekarang berbobot 3 (cukup baik), ketepatan informasi yang didapat selama bekerja berbobot 3 (cukup baik), penghargaan atas prestasi kerja berbobot 3 (cukup baik), kenyaman di tempat kerja berbobot 3 (cukup baik), pembagian tugas yang ada berbobot 3 (cukup baik), dan kemampuan teknis dan manajerial karyawan berbobot 2 (kurang baik). •
Perspektif Bisnis Internal Dalam perspektif bisnis internal, rata-rata dari keseluruhan indikator berkategori cukup baik, dengan total keseluruhan indicator berbobot 7. Dapat dilihat Proses inovasi yang ada berbobot 4 (baik), proses operasi yang ada dalam perusahaan berbobot 1 (sangat kurang baik), dan Layanan Purna Jual (SAIFI) berbobot 2 (kurang baik)
4.8 Pembahasan Penelitian Hasil penelitian pada Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten secara keseluruhan yang dilihat dari empat perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu : Tabel 4.26 Pembahasan Penelitian Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten menggunakan empat perspektif dalam Balanced Scorecard No
Indikator
Target
Rata-rata
Penc. (%)
Bobot
I
Perspektif Pelanggan
1
Mutu dan keandalan pasokan
5
3.635
72.7
17 3
2
Kemudahan dan kenyaman Dalam pembayaran
5
3.65
73
3
3
Akurasi catat meter
5
4.04
80.8
3
106
4
Transparasi informasi
5
3.72
74.4
3
5
Pandangan masyarakat
5
3.22
64.4
2
6
Komunikasi dengan pelanggan
5
3.43
68.6
II 1
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Gaji dan Tunjangan yang diberikan
5
3.63
72.6
3
2
Fasilitas yang ada di kantor
5
3.7
74
3
3
Hubungan Kerjasama antar sesama pegawai
5
3.44
68.8
3
4
Pelatihan yang diberikan di dalam perusahaan
5
3.1
62
2
5
Jabatan yang ditempati sekarang
5
3.43
68.6
3
6
5
3.43
68.6
3
7
Ketepatan informasi yang didapat selama Bekerja Penghargaan atas prestasi Kerja
5
3.48
69.6
3
8
Kenyamanan di tempat kerja
5
3.58
71.6
3
9
Pembagian tugas yang ada
5
3.41
68.2
3
10
Kemampuan teknis dan manajerial karyawan Perspektif Keuangan
3
2
66
2
III 1
Current Ratio
2
Quick Ratio
3
Rasio Hutang atas modal
4
Rasio Hutang atas aktiva
5
3 28
32 1.4
128
5
1.07
1.37
128
5
0.22
0.19
115
5
0.15
0.14
107
4
Profit margin
0.015
0.04
266
5
6
Gross Margin Ratio
0.013
0.049
376
5
7
ROI
0.05
0.04
80
3
IV 1
1.09
Perspektif Bisnis Internal
6
Proses Inovasi
2
Proses Operasi
3
Layanan Purna Jual (SAIFI)
5
JUMLAH
3.8
76
3
1
0.043
4.3
1
3 kali /plngan
2 kali/ plngan
66.6
2
83
Sumber: Hasil analisis penulis
Hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 4.25 menunjukan bahwa skor keseluruhan yang didapat dari seluruh perspektif yang ada pada Balanced Scorecard dari perspektif pelanggan dengan bobot 17, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan bobot 28, perspektif keuangan dengan bobot 32 dan perspektif bisnis internal dengan bobot 6, maka keseluruhan bobotnya adalah 83, sedangkan bobot tertinggi yang
107
dapat diperoleh 130 dan bobot minimum yang dapat diperoleh 26, maka hasil tersebut bila dikategorikan dalam 5 interval seperti:
4.27 Tabel Kategori Skor dan Interval Kelas NO
Interval
Kategori skor
Bobot
1
110-130
Sangat Baik
5
2
89-109
Baik
4
3
68-88
Cukup Baik
3
4
47-67
Kurang Baik
2
5
26-46
Sangat Kurang baik
1
Sumber : Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
Maka dari hasil tersebut pengukuran kinerja Unit Induk PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten menggunakan metode Balanced Scorecard tergolong dalam kategori cukup baik berbobot 3 karena terletak antara interval 68-88.