BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Salatiga yang beralamat Jalan Stadion Nomor 4. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B dan kelas VIII C SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2012/2013. Siswa kelas VIII B sebagai kelas eksperimen terdiri dari 23 siswa dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol terdiri dari 23 siswa. Siswa tidak hadir 3 pada pretest dan hadir semua pada saat posttest maka subjek penelitian keseluruhan ada 46 siswa.
B.
Deskripsi Data Awal 1. Deskripsi Awal Hasil Belajar Hasil pretest matematika siswa di kategorikan menjadi tiga bagian, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Menurut Sudijono (2009), jika data dikategorikan menjadi tiga bagian, maka batas interval ditentukan dengan cara 𝑚𝑒𝑎𝑛 + 0,5𝑆𝐷 dan 𝑚𝑒𝑎𝑛 − 0,5𝑆𝐷. Berdasarkan data hasil pretest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh statistik deskriptif pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Deskriptif Hasil Nilai Belajar Pretest N Nilai
46
Valid N (listwise)
46
Minimum Maximum 0.00
Mean
100.00 65.0963
Std. Deviation 24.27652
Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan nilai minimum 0 dan maksimum 100 dengan nilai rata-rata 65,09, serta standar deviasinya 24.27. Hasil pretest matematika dikategorikan menurut Sudijono (2009) dengan batas-batas sebagai berikut: Batas 1
Batas 2
= 𝑚𝑒𝑎𝑛 + 0,5𝑆𝐷 = 65,09 + 0,5 × 24,27 = 77,225 ≈ 77 = 𝑚𝑒𝑎𝑛 − 0,5𝑆𝐷 = 65,09 − 0,5 × 24,27 = 52,955 ≈ 53 31
32
No 1 2 3
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Tabel 4.2 Kategori Pretest Batas Bawah Batas Atas 77 100 53 77 0 53
Interval 77 < x ≤ 100 53 < x ≤ 77 0 < x ≤ 53
Batas kategori pretest terlihat pada Tabel 4.2 untuk kategori rendah antara 0 sampai dengan 53, sedang antara 54 sampai dengan 78 dan tinggi antara 78 sampai dengan 100. Frekuensi dan persentase hasil pretest berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009) terlihat pada Tabel 4.3.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tabel 4.3 Distribusi Pretest Kategori Interval Tinggi 77 < x ≤ 100 Sedang 53 < x ≤ 77 Rendah 0 < x ≤ 53 Tinggi 77 < x ≤ 100 Sedang 53 < x ≤ 77 Rendah 0 < x ≤ 53
Frekuensi 7 8 8 7 12 4
Dilihat pada Tabel 4.3 untuk kelas eksperimen sebanyak 7 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 8 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 8 siswa hasil belajar rendah, sedangkan untuk kelas kontrol sebanyak 7 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 12 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 4 siswa hasil belajar rendah. Gambar 4.1 Persentase Hasil Pretest Kelas Eksperimen 30%
35%
Kelas Kontrol 17%
Tinggi
35%
31%
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah 52%
33 Hasil persentase pretest dapat dilihat pada Gambar 4.1 untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki kategori sedang dan rendah yaitu 35%, sedangkan kategori tinggi 30%. Persentase kelas kontrol sebagian besar memiliki kategori sedang yaitu 52%, sedangkan kategori tinggi 31% dan rendah 17%. 2. Uji Normalitas Data Pretest Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Awal (Pretest) Kolmogorov-Smirnova Kelas Nilai
Statistic
df
Sig.
VIII B
0.150
23
0.193
VIII C
0.139
23
0.200*
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat nilai signifikasi kelas VIII B sebesar 0,150 dan kelas VIII C sebesar 0,139. Nilai signifikasi kedua kelas > 0,05 maka data berdistribusi normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa data nilai pretest matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga berdistribusi normal. 3. Uji Homogenitas Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Awal (Pretest) Levene Statistic NILAI
df1
df2
Sig.
Based on Mean
0.049
1
44
0.825
Based on Median
0.010
1
44
0.923
Based on Median and with adjusted df
0.010
1
43.738
0.923
Based on trimmed mean
0.037
1
44
0.849
Berdasarkan Tabel 4.5 didapati nilai signifikasi sebesar 0,825 > 0,05 maka data homogen. Hal tersebut menunjukkan bahwa data nilai pretest matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga homogen.
34 4. Uji Banding Dua Sampel Uji banding dua sampel dilakukan dengan analisis uji independent t test. Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan sama jika nilai signifikasi > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olah data uji banding dua sampel dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.6 Statistik Data Pretest N Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Kelas Eksperimen 23
0.00
94.44 61.3526
24.70211
Kelas Kontrol
23
0.00
100.00 68.8400
23.79051
Valid N (listwise)
23
Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan nilai minimum 0 dan maksimum 94,44 dengan nilai rata-rata 61,35, serta standar deviasinya 24,70 untuk kelas eksperimen sedangkan nilai minimum 0 dan maksimum 100 dengan nilai rata-rata 68,84, serta standar deviasinya 23,79 untuk kelas kontrol. Perbedaan rata-rata yang tidak terlalu besar ditunjukkan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.7 Hasil Uji Banding Dua Sampel (Pretest)
Kolom t-test for Equality of Means menunjukkan nilai signifikasi equal variances assumed 0,301 > 0,05, hal ini berarti kedua kelas mempunyai kemampuan yang sama.
35 C.
Deskripsi Data Akhir 1. Deskripsi Hasil Belajar a. Diskripsi Akhir Hasil Belajar Hasil posttest matematika siswa di kategorikan menjadi tiga bagian, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Menurut Sudijono (2009), jika data dikategorikan menjadi tiga bagian, maka batas interval ditentukan dengan cara 𝑚𝑒𝑎𝑛 + 0,5𝑆𝐷 dan 𝑚𝑒𝑎𝑛 − 0,5𝑆𝐷. Berdasarkan data hasil posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh statistik deskriptif pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Deskriptif Hasil Nilai Belajar Posttest N Nilai
46
Valid N (listwise)
46
Minimum Maximum 26.32
Mean
100.00 68.1920
Std. Deviation 18.26406
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan nilai minimum 26,32 dan maksimum 100 dengan nilai rata-rata 68,19, serta standar deviasinya 18,26. Hasil posttest matematika dikategorikan menurut Sudijono (2009) dengan batas-batas sebagai berikut: Batas 1
Batas 2
No 1 2 3
Kategori Tinggi Sedang Rendah
= 𝑚𝑒𝑎𝑛 + 0,5𝑆𝐷 = 68,19 + 0,5 × 18,26 = 77,32 ≈ 77 = 𝑚𝑒𝑎𝑛 − 0,5𝑆𝐷 = 68, 19 − 0,5 × 18,26 = 59,06 ≈ 59 Tabel 4.9 Kategori Posttest Batas Bawah Batas Atas 77 100 59 77 26 59
Interval 77 < 𝑥 ≤ 100 59 < 𝑥 ≤ 77 26 < 𝑥 ≤ 59
Batas kategori posttest kelas VIII B terlihat pada Tabel 4.9 untuk kategori rendah antara 26 sampai dengan 59, sedang antara 60 sampai dengan 77 dan tinggi antara 78 sampai dengan 100. Frekuensi dan persentase hasil posttest berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009) terlihat pada Tabel 4.10.
36
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tabel 4.10 Distribusi Posttest Kategori Interval 77 < 𝑥 ≤ 100 Tinggi 59 < 𝑥 ≤ 77 Sedang 26 < 𝑥 ≤ 59 Rendah 77 < 𝑥 ≤ 100 Tinggi 59 < 𝑥 ≤ 77 Sedang 26 < 𝑥 ≤ 59 Rendah
Frekuensi 6 10 7 8 8 7
Dilihat pada Tabel 4.10 untuk kelas eksperimen sebanyak 6 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 10 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 7 siswa hasil belajar rendah, sedangkan untuk kelas kontrol sebanyak 8 siswa memiliki hasil belajar matematika tinggi, 8 siswa memiliki hasil belajar matematika sedang dan 7 siswa hasil belajar rendah. Gambar 4.2 Persentase Hasil Posttest
Kelas Eksperimen
26%
30%
Tinggi
Kelas Kontrol
30%
35%
Sedang
Sedang
Rendah 44%
Tinggi
Rendah 35%
Hasil persentase posttest dapat dilihat pada Gambar 4.2 untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki kategori sedang yaitu 44%, sedangkan kategori tinggi 26% dan rendah 30%. Persentase kelas kontrol sebagian besar memiliki kategori sedang dan tinggi yaitu 35% dan kategori rendah 30%.
37 2. Uji Normalitas Data Posttest Tabel 4.11 Hasil UJi Normalitas Data Akhir (Posttest) Kolmogorov-Smirnova Kelas Nilai
Statistic
df
Sig.
VIII B
0.221
23
0.005
VIII C
0.137
23
0.200*
Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat nilai signifikasi kelas VIII B sebesar 0,005 dan kelas VIII C sebesar 0,200. Terdapat salah satu nilai signifikasi yang < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa data nilai posttest matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga berdistribusi tidak normal. 3. Uji Homogenitas Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Akhir (Posttest) Levene Statistic NILAI
df1
df2
Sig.
Based on Mean
0.629
1
44
0.432
Based on Median
0.922
1
44
0.342
Based on Median and with adjusted df
0.922
1
43.602
0.342
Based on trimmed mean
0.714
1
44
0.403
Tabel 4.5 terlihat nilai signifikasi sebesar 0,432 > 0,05 maka data homogen. Hal tersebut menunjukkan bahwa data nilai posttest matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga homogen. 4. Uji banding dua sampel Uji banding dua sampel dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu uji perbedaan Mann-Whitney karena data berdistribusi tidak normal. Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data dari kedua kelas dikatakan H0 diterima jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan H1 diterima jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olah data uji banding dua sampel dapat dilihat pada Tabel 4.14.
38 Tabel 4.13 Statistik Data Posttest N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Kelas Eksperimen
23
26.32
94.74 65.4461
17.22469
Kelas Kontrol
23
36.84
100.00 70.9378
19.23173
Valid N (listwise)
23
Berdasarkan Tabel 4.13 didapatkan nilai minimum 26,32 dan maksimum 94,74 dengan nilai rata-rata 65, 45, serta standar deviasinya 17,22 untuk kelas eksperimen sedangkan nilai minimum 36,84 dan maksimum 100 dengan nilai rata-rata 70, 93, serta standar deviasinya 19,23 untuk kelas kontrol. Perbedaan rata-rata yang tidak terlalu besar ditunjukkan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.14 Hasil Uji Banding Dua Sampel (Posttest) Nilai Mann-Whitney U
233.500
Wilcoxon W
509.500
Z
-0.684
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.494
Berdasarkan Tabel hasil uji banding dua sampel pada Tabel 4.14 terlihat Asymp. Sig. (2-tailed) nilai signifikasi 0,494 > 0,05, hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaaan hasil belajar siswa antara yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran STAD dan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TAI. D.
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaaan hasil belajar siswa antara yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
STAD
dan
pembelajaran
matematika
dengan
model
pembelajaran TAI. Penelitian dilakukan dengan memberi tes awal (pretest) terlebih dahulu, kemudian diberi perlakuan dalam kegiatan pembelajaran
39 dengan model tersebut dan yang terakhir diberi tes akhir (posttest) untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji banding dua sampel untuk hasil belajar, pengujian ini sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji banding dua sampel bertujuan untuk membandingkan kondisi akhir hasil belajar siswa kelas VIII B (kelas eksperimen) dengan siswa kelas VIII C (kelas kontrol). Pretest siswa SMP Negeri 3 Salatiga menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa 65,03 dengan standar deviasi 24,27. Hasil uji normalitas didapatkan nilai signifikasi kelas VIII B sebesar 0,150 dan kelas VIII C sebesar 0,139. Nilai signifikasi kedua kelas > 0,05 maka data berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil uji homogenitas didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,825 > 0,05 maka data homogen. Hal tersebut menunjukkan bahwa data nilai pretest matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga normal dan homogen. Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan perbedaan nilai rata-rata yang tidak terlalu besar ditunjukkan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 61,35 untuk kelas eksperimen dan 68,84 untuk kelas kontrol. Uji banding dua sampel dilakukan dengan analisis uji independent t test. Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kolom t-test for Equality of Means pada Tabel 4.7 menunjukkan nilai signifikasi equal variances assumed 0,301 > 0,05, hal ini berarti kedua kelas mempunyai kemampuan yang sama. Posttest siswa SMP Negeri 3 Salatiga menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa 68,19 dengan standar deviasi 18,26. Hasil uji normalitas didapatkan nilai signifikasi kelas VIII B sebesar 0,005 dan kelas VIII C sebesar 0,200. Terdapat salah satu nilai signifikasi yang < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Sedangkan untuk hasil uji homogenitas didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,432 > 0,05 maka data homogen. Hal tersebut menunjukkan bahwa data nilai pretest matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga berdistribusi tidak normal dan homogen. Berdasarkan Tabel 4.13 didapatkan perbedaan nilai rata-rata yang tidak terlalu besar ditunjukkan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 65,45 untuk kelas eksperimen dan 70,93 untuk kelas kontrol. Uji banding dua sampel dilakukan terhadap data akhir dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu uji perbedaan Mann-Whitney
40 karena data berdistribusi tidak normal. Berdasarkan Tabel hasil uji banding dua sampel pada Tabel 4.14 terlihat Asymp. Sig. (2-tailed) nilai signifikasi 0,494 > 0,05, hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaaan hasil belajar siswa antara yang mendapatkan pembelajaran
matematika
dengan
model
pembelajaran
STAD
dan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TAI. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TAI sama-sama bisa diterapkan dalam proses pembelajaran Matematika di SMP Negeri 3 Salatiga kelas VIII karena sama baiknya. Secara statistik kedua kelas yang diajar menggunakan kedua model kooperatif tersebut sama baiknya karena tidak terdapat perbedaan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TAI. Proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan dua model pembelajaran tersebut membuat siswa menjadi lebih aktif karena siswa berdiskusi menyelesaikan permasalahan dalam
kelompoknya
masing-masing
meskipun
demikian
diperlukan
pengelolaan yang baik dari guru, ketika mengerjakan soal dalam kelompok masing-masing terdapat beberapa siswa yang kurang aktif. Hal ini dapat disiasati dengan pembagian tugas pengerjaan soal dalam satu kelompok, sehingga setiap anggota kelompok aktif. Ketegasan dari seorang guru juga diperlukan mengingat baik pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun TAI adalah model pembelajaran dalam kelompok yang tujuannya membuat siswa aktif karena seringkali setelah selesai mengerjakan kelompok tidak langsung mengumpulkan soal tetapi malah asik berbicara dalam kelompok sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaaan hasil belajar siswa antara yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran STAD dan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TAI. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Mufadilah (2011) bahwa model pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan model pembelajaran TAI. Begitu juga Rahayu dan Arliani (2011) menemukan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe TAI lebih efektif daripada model pembelajaran STAD. Oleh karena itu, baik model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe TAI sama-sama dapat dipilih oleh guru guna memberikan pengalaman baru bagi siswa.