BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk
Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Palabuhanratu terkenal sebagai penghasil utama perikanan laut di Kabupaten Sukabumi. Daerah ini merupakan derah yang memiliki pantai karena berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Keadaan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia membuat daerah tersebut merupakan daerah penangkapan yang luas. Sebagian besar daerah pantai di Kabupaten Sukabumi membentuk teluk yang menyebabkan daerah tersebut terlindungi dari gelombang laut Samudera Indonesia yang cukup besar sehingga keberadaan PPN palabuhanratu sebagai sentral kegiatan perikanan tangkap pada saat ini sudah sangat sesuai dengan kondisi geografi pantai berupa teluk. 4.1.1 Keadaan Iklim dan Musim Terdapat dua musim utama di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu yaitu musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai bulan Februari, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juli sampai Bulan September. Kedua musim tersebut terdapat musim peralihan dari musim barat ke timur dan juga sebaliknya. Musim peralihan ini terjadi antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni dan bulan Oktober sampai dengan Bulan November. Perbedaan musim sangat mempengaruhi hasil dan operasi penangkapan ikan. Pada musim barat (Desember-Februari) angin sangat kencang, ombak sangat besar dan juga naiknya volume air laut menyebabkan sebagian nelayan enggan melaut karena hasil tangkapannnya juga biasanya sedikit atau sering disebut musim paceklik namun, akan terjadi sebaliknya jika musim timur (JuliSeptember).
27
28
4.2
Keadaan Umum Perikanan Tangkap Usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu menggunakan berbagai macam
alat tangkap, yaitu pancing tonda, rampus, bagan perahu, perahu rumpon, dan payang. Produksi hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu tahun 2012 sebanyak 8.846.526 kg dengan nilai produksi sebesar Rp. 183.439.608.741,-. Nelayan yang menggunakan perahu rumpon umumnya nelayan yang berdomisili di Palabuhanratu dan sekitarnya. Produksi ikan hasil tangkapan perahu rumpon di Palabuhanratu pada tahun 2012 mencapai 875.071 kg dengan nilai sebesar Rp. 18.096.153.798,- (PPNP 2012). 4.3 Karakteristik Responden 4.3.1 Umur Nelayan Nelayan merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik yang baik. Pada umumnya buruh nelayan rumpon didominasi oleh usia kisaran 16 sampai 65 tahun sehingga kemampuan fisik mereka masih dalam kondisi yang relatif baik. Usia produktif berada pada kisaran 15-64 tahun (Kusumowidho 2000). Pada umumnya nelayan yang berusia relatif muda dan sehat memiliki kemampuan fisik dan daya ingat yang baik dibandingkan dengan nelayan yang lebih tua.Komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada Gambar 2.
Kelompok Umur Nelayan 16-25
26-35 36-45 46-55 4,12% 5,15% 22,7% 21,64
56-65
46,39%
Gambar 2.Kelompok Umur Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu.
29
Gambar 2 memperlihatkan bahwa responden didominasi oleh usia produktif. Responden berusia 26-35 tahun merupakan kelompok umur terbanyak dari keseluruhan dengan jumlah 46,39% dan kelompok umur yang paling sedikit berusia 46-55 dan 56-65 tahun yang masing-masing memiliki presentasi sebanyak 5,15%. Hal ini sebabkan nelayan dengan usia diatas 45 tahun sudah kurang mampu melaut karena faktor fisik, diantaranya kesehatan yang sudah mulai menurun, tidak kuatnya melaut, mudah sakit kepala apabila terkena angin malam. 4.3.2 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel3 menunjukan bahwa nelayan pengguna alat tangkap rumpon mayoritas berpendidikan SD sebanyak 69 orang (71%) sedangkan yang paling sedikit adalah SMA (Lampiran 4). Hal ini disebabkan pada masa usia sekolah, nelayan lebih memilih untuk berlayar dari pada melanjutkan pendidikan karena pada masa itu di Teluk Palabuhanratu sangat besar potensi ikannya.Tingkat pendidikan nelayan sangat berpengaruh terhadap pola hidup, daya pikir, kecerdasan dan pengambilan keputusan seseorang. Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa responden nelayan rumpon mayoritas berpendidikan terakhir SD 71%, sedangkan minoritas berpendidikan terakhir SMP 24%. Hal ini disebabkan pada usia produktif sekolah, responden lebih memilih berlayar karena memiliki prospek menjanjikan. Tabel 3. Tingkat Pendidikan Buruh Nelayan Rumpon, 2013.
4.4
No
Tingkat Pendidikan
1 2 3 4 Jumlah
Tidak Sekolah SD SLTP SMA
Jumlah Nelayan (Orang) 2 69 24 2 97
Persentase (%) 2 71 25 2 100
Analisis Bagi Hasil Nelayan Rumpon Kegiatan analisis bagi hasil nelayan rumpon di PPN Palabuhanratu
menggunakan sistem bagi hasil yaitu dengan cara menghitung nilai produksi
30
dikurangi biaya operasi, perbekalan, ongkos lelang, dan lain-lain. Sistem bagi hasil yang dibagi rata setelah dikurangi biaya operasional dari nilai penangkapan dalam satu kali trip antara nelayan buruh dengan pemilik merupakan hubungan kerja sama yang paling tepat yang dilakukan oleh nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu. Menurut data hasil penjualan ikan (Lampiran 5) rata-rata pendapatan nelayan rumpon per trip Rp. 23.154.639, sedangkan biaya operasional yang mencakup BBM, makanan, umpan, dan es dalam satu kali trip sebesar Rp. 2.858.660. Sehingga nilai tangkapan bersih per trip sebesar Rp. 23.154.639 – Rp. 2.858.660 = Rp. 20.295.979,-. Jumlah nelayan buruh dalam satu perahu tersebut ada 5 orang, maka nilai hasil tangkapan bersih dibagi 6 (Ditambah pemilik 1 orang), sehingga Rp. 20.295.979 : 6 = Rp. 3.382.663,-. Dalam satu bulan nelayan biasa melaut sebanyak 2 kali, jadi masing-masing nelayan buruh akan mendapatkan hasil sebesar Rp. 6.765.326 dalam satu bulan. 4.5
Nilai Tukar Nelayan Nilai Tukar Nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN)
Palabuhanratu bernilai 105,3, nilai ini didapat dari hasil bagi rata-rata pendapatan dan pengeluaran rumah tangga buruh nelayan rumpon (Lampiran 6). Konsep nilai tukar nelayan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Nilai Tukar Nelayan (NTN), yang pada dasarnya merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. Berdasarkan standar Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang dikeluarkan oleh KKP pada tahun 2012, nelayan dikatakan sejahtera apabila nilai tukar nelayan mencapai 105. Berdasarkan data yang telah dihitung nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu memiliki nilai sebesar 105,3, hal ini menandakan bahwa nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu bisa dikatakan sejahtera karena nilai tukar nelayan nya sesuai dengan standar KKP. 4.6
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu Tingkat kesejahteraan bersifat subyektif dan luas sehingga data yang
mampu mengukur semua segi kesejahteraan tidak dapat disajikan. Tingkat kesejahteraan dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan aspek-aspek
31
yang dapat diukur saja, yaitu kesejahteraan fisik. Konsep yang digunakan dalam pengukuran adalah kriteria BPS dalam SUSENAS tahun 2003 yang dimodifikasi, yaitu dengan memasukkan kriteria kemiskinan Sajogyo pada indikator pertama mengenai pendapatan rumah tangga buruh nelayan, sedangkan indikator lainnya tetap sesuai dengan kriteria kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS tahun 2003. 4.6.1 Analisis Pendapatan Keluarga Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hampir seluruh Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon memperoleh pendapatan dari hasil kegiatan penangkapan ikan, namun ada beberapa pendapatan nelayan yang diperoleh dari kegiatan yang dibantu oleh istri dan anak, khususnya pada kegiatan berdagang. Hanya saja hal ini termasuk minoritas, dari 97 responden hanya 8 responden yang menyatakan bahwa istri dan anak membantu dalam usaha tersebut (Lampiran 7). Tingkat
pendapatan
rumah
tangga
diukur
menggunakan
konsep
kemiskinan menurut Sajogyo (1997), yang menggunakan beras sebagai dasar penggolongan tingkat kemiskinan. Pengukuran tingkat kemiskinan yang digunakan adalah dengan menyertakan nilai sejumlah beras per tahun dengan pendapatan perkapita pertahun dari rumah tangga nelayan. 1) Tidak miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita pertahun lebih tinggi dari nilai tukar 320 kg beras ( > Rp 2.560.000) 2) Miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun antara nilai tukar 320 kg – 240 kg beras (Rp 2.560.000 – Rp 1.920.000) 3) Miskin sekali, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun antara nilai tukar 240 kg – 180 kg (Rp 1.920.000 – Rp 1.920.000) 4) Paling miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun lebih kecil dari nilai tukar 180 kg beras (Rp 1.440.000) Berdasarkan Tabel 4, responden dari rumah tangga nelayan rumpon di Palabuhanratu tergolong kelompok tidak miskin yaitu sebesar 100% artinya pendapatan rumah tangga nelayan rumpon melebihi kriteria kemiskinan Sajogyo (1997).
32
Tabel 4. Indikator Pendapatan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon Menurut Kriteria Sajogyo, 1997. Kriteria
Skor
Tidak Miskin: >320 kg Miskin: 320 kg – 240 kg Miskin Sekali : 240 kg – 180 kg Paling Miskin: <180kg Jumlah
4 3
Jumlah Nelayan (Orang) 97 -
2
-
-
1
97
100
Persentase (%) 100% -
4.6.2 Analisis Pengeluaran Keluarga Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan (Sembako) dan pengeluaran non pangan (Pakaian, Rekreasi, Pendidikan, dan Kesehatan). Berdasarkan hasil analisis, rata-rata pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan pangan adalah Rp. 18.626.289 per tahun dan pengeluaran non pangan sebesar Rp. 3.417.526 per tahun. Tabel5. Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon Jenis Pengeluaran Pangan Non Pangan Jumlah
Rata-rata Pengeluaran (Rp) Per Bulan 1.552.200 284.794 1.836.994
Pertahun 18.626.289 3.417.526 22.043.815
Persentase (%) 84% 16% 100%
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pengeluaran untuk pangan sebesar 84% dari total pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk pengeluaran non pangan yaitu sebesar 16%. Rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan rumpon untuk pangan menghabiskan Rp 1.552.200 per bulan. Jumlah tersebut dibagi kedalam beberapa kebutuhan pokok pangan seperti beras, minyak, gula, lauk pauk, sayuran, dan lain-lain. Sedangkan pengeluaran rumah tangga nelayan rumpon untuk non pangan menghabiskan Rp 284.794 per bulan. Jumlah tersebut dibagi ke dalam beberapa kebutuhan non pangan seperti pakaian, rekreasi,
33
pendidikan, dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena terus meningkatnya harga barang-barang pokok, sehingga pendapatan yang ada sebagian besar dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedangkan kebutuhan non pangan menjadi kurang terpenuhi. Rata-rata selisih pendapatan dan pengeluaran rumah tangga buruh nelayan rumpon dalam setahun sebesar Rp 1.177.526 (Lampiran 8). 4.6.3 Keadaan Tempat Tinggal Tempat tinggal biasanya berwujud bangunan rumah, tempat berteduh atau struktur lainnya yang digunakan sebagai tempat manusia tinggal. Mengukur kemiskinan berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera berdasarkan keadaan tempat tinggal secara garis besar yaitu. Keluarga pra sejahtera memiliki lantai rumah bersemen lebih dari 80 % dan keluarga sejahtera memiliki rata-rata luas lantai rumah 8 meter persegi per anggota keluarga (BKKBN 2009). Keadaan tempat tinggal responden merupakan salah satu indikator untuk menunjukan keadaan sosial rumah tangga dalam masyarakat. Semakin baik kondisi dan fasilitas tempat tinggal, maka semakin baik keadaan sosial rumah tangga. Penilaian tempat tinggal dilihat dan kondisi atap rumah, bilik, satu kepemilikan, lantai dan luas lantai. Indikator keadaan tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 7, kriteria tempat tinggal yang dimiliki nelayan sudah tergolong tempat tinggal permanen sebesar 87,63%, sedangkan yang tergolong semi permanen sebesar 12,37%. Hal ini digambarkan oleh seluruh tempat tinggal nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu memenuhi kriteria sejahtera berdasarkan BPS tahun 2003.
34
Tabel 6. Indikator Keadaan Tempat Tinggal Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu, 2013. No
Keadaan Tempat Tinggal
1
Atap a. Genting b. Asbes c. Seng d. Sirap e. Daun Jumlah Bilik a. Tembok b. Setengah Tembok c. Kayu d. Bambu Kayu e. Bambu Jumlah Status a. Milik Sendiri b. Sewa c. Menumpang Jumlah a. Porselin b. Ubin c. Plester d. Papan e. Tanah Jumlah Luas lantai a. 100m b. 50 – 100 m c. <50m Jumlah
2
3
4
5
Jumlah Nelayan (Orang)
Persentase (%)
5 4 3 2 1
78 19 97
80,4 19,58 100
5 4 3 2 2
60 22 15 97 53 28 18 97 49 35 13 97
61,86 22,68 15,46 100 56,64 26,80 18,56 100 50,52 36,08 13,40 100
48 49 97
49,48 50,52 100
Skor
3 2 1 5 4 3 2 1 3 2 1
Tabel 7. Kriteria Tempat Tinggal Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu No 1 2 3
Kriteria Jumlah Nelayan (orang) Permanen (skor 15 – 21) 85 Semi Permanen (skor 10 – 14) 12 Non Permanen (skor 5-9) Jumlah 97
Persentase (%) 87,63 12,37 100
35
4.6.4 Fasilitas Tempat Tinggal Fasilitas tempat tinggal menjadi salah satu indikator keadaan sosial rumah tangga buruh nelayan rumpon di masyarakat. Kriteria penilaian fasilitas tempat tinggal antara lain luas pekarangan, sarana hiburan dan alat pendingin, penerangan, bahan bakar, sumber air, dan ketersediaan MCK. Berdasarkan Tabel 8, menunjukan fasilitas tempat tinggal nelayan yang memiliki pekarangan dengan luas > 100 meter persegi sebanyak 2,06% dan 27,84% memiliki luas pekarangan 50–100 meter persegi sedangkan yang memiliki luas pekarangan < 50 meter persegi sebanyak 70,10%. Fasilitas hiburan merupakan salah satu kriteria yang mendukung dalam penilaian kesejahteraan. Hiburan sangat diperlukan oleh anggota keluarga dengan tujuan dapat menghilangkan kejenuhan setelah beraktifitas seharian atau dapat mempererat hubungan keluarga. Fasilitas hiburan yang rata-rata dimiliki nelayan buruh rumpon adalah televisi(TV) sebanyak 72,16%, tape recorder 4,12%, radio 1,03%, dan fasilitas hiburan berupa Video 22,68%. Pendingin merupakan fasilitas pendukung pada suatu keluarga. Namun, dalam kondisi sekarang pendingin menjadi salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan. Adapun pendingin yang mayoritas dimiliki nelayan adalah lemari es sebanyak 31,96%, kipas angin sebanyak 55,67%, dan yang alami sebanyak 12,37%. Sumber penerangan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi keluarga. Pada zaman sekarang segala kegiatan yang dilakukan masyarakat hampir menggunakan tenaga listrik sehingga sebanyak 100% rumah tangga buruh nelayan rumpon menggunakan listrik sebagai penerangan. Bahan bakar merupakan fasilitas penunjang dalam kegiatan memasak, dll. Rumah tangga buruh nelayan rumpon sebanyak 86,60% menggunakan gas sebagai bahan bakar dan sisanya menggunakan minyak tanah sebanyak 13,40%. Gas merupakan salah satu fasilitas yang diberikan pemerintah bagi masyarakat. Selain itu, sumber air juga merupakan kriteria yang penting dalam kegiatan rumah tangga dan dapat menunjukan keadaan sosial suatu keluarga. Sumber air yang
36
berasal dari PAM merupakan yang paling banyak dimiliki oleh nelayan 46,39% sedangkan yang menggunakan sumur 19,59% dan sumur bor sebanyak 34,02%. MCK merupakan kriteria yang termasuk dalam salah satu indikator fasilitas tempat tinggal. Seluruh responden memiliki fasilitas MCK sendiri seperti tampilan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 9, kriteria fasilitas tempat tinggal yang dimiliki responden sebanyak 60 orang atau 61,86% telah tergolong lengkap sedangkan sebanyak 37 orang atau 38,14% tergolong memiliki fasilitas cukup lengkap.
37
Tabel 8. Indikator Fasilitas Tempat Tinggal, 2013. No.
Fasilitas Tempat Tinggal
1
Pekarangan a. Luas (> 100m ) b. Cukup ( 50-100 m ) c. Sempit (< 50 m) Hiburan a. Video b. Tv c. Tape Recorder d. Radio Pendingin a. AC b. Lemari Es c. Kipas Angin d. Alami Sumber Penerangan a. Listrik b. Petromak c. Lampu Tempel Bahan Bakar a. Gas b. Minyak Tanah c. Kayu (Arang) Sumber Air a. PAM b. Sumur Bor c. Sumur d. Mata Air e. Air Hujan f. Sungai MCK a. Kamar Mandi Sendiri b. Kamar Mandi Umum c. Sungai d. Kebun
2
3
4
5
6
7
Skor
Jumlah Nelayan (Orang)
Persentase (%)
3 2 1
2 27 68
2,06 27,84 70,10
4 3 2 1
22 70 4 1
22,68 72,16 4,12 1,03
4 3 2 1
31 54 12
31,96 55,67 12,37
3 2 1
97 -
100 -
3 2 1
84 13 -
86,60 13,40 -
6 5 4 3 2 1
45 19 33 -
46,39 19,59 34,02 -
4 3 2 1
63 34 -
64,95 35,05 -
38
Tabel 9. Kriteria Fasilitas Tempat Tinggal, 2013. No 1 2 3
Kriteria Lengkap (skor 21-27) Cukup (skor 14-20) Kurang (skor 7-13) Jumlah
Jumlah Nelayan (Orang) 60 37 97
Persentase (%) 61,86 38,14 100
4.6.5 Kesehatan Rumah Tangga Kesehatan rumah tangga adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut BPS (2003), kriteria kesehatan rumah tangga yaitu banyaknya anggota keluarga yang sering mengalami sakit dalam satu bulan. Kesehatan anggota keluarga nelayan buruh rumpon dilihat dari berbagai kriteria seperti, baik jika seluruh anggota rumah tangga dalam satu bulan kurang dari 25% sering sakit (skor 3), cukup baik apabila anggota rumah tangga dalam satu bukan antara 25-50% sering mengalami sakit (skor 2), dan kurang baik jika seluruh anggota keluarga dalam satu bulan lebih dari 50% sering mengalami sakit (skor 1). Indikator kesehatan rumah tangga buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Indikator Kesehatan Rumah Tangga, 2013. Kesehatan Anggota Rumah Tangga Baik (<25% sering sakit) Cukup (25-50% sering sakit) Kurang (>50% sering sakit) Jumlah
Skor 3 2 1
Jumlah Nelayan (Orang) 66 27 4 97
Persentase (%) 68,04 27,84 4,12 100
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota rumah tangga nelayan buruh rumpon tergolong baik (<25% sering sakit) yaitu sebesar 68,04%. Penyakit yang dialami hanya penyakit ringan seperti batuk, flu,pusing dan sakit perut. 27,84% anggota rumah tangga pedagang tergolong cukup (25-50% sering sakit) biasanya sakit yang dialami yang harus dilakukan perawatan internsif. 4,12% anggota rumah tangga buruh nelayan rumpon tergolong kurang (>50%
39
sering sakit) biasanya sakit yang dialami sudah akut hingga menyebabkan kematian. 4.6.6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kriteria-kriteria
yang
mendukung
dalam
indikator
kemudahan
mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi jarak kerumah sakit terdekat, jarak ke poliklinik/ puskesmas/ posyandu, biaya berobat, penanganan berobat, alat kontrasepsi, konsultasi KB, dan harga obat-obatan. Tabel 11 menjelaskan indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan pada rumah tangga buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu Sukabumi. Berdasarkan Tabel 11 terdapat 41,24% rumah tangga buruh nelayan rumpon yang memiliki jarak terdekat antara 0,01-3 km dengan rumah sakit, sedangkan 58,76% rumah tangga buruh nelayan rumpon memiliki jarak terdekat dengan rumah sakit. Buruh nelayan rumpon yang memiliki jarak terdekat antara tempat tinggal dengan poloklinik/ puskesmas/ posyandu yaitu 0,01-2 km sebanyak 24,74%, dan yang memiliki jarak terdekat sebanyak 75,26%. Hal ini ditunjang dengan fasilitas yang diberikan pemerintah dalam melayani kesehatan bagi masyarakat. Selain itu, biaya berobat yang ditetapkan oleh suatu lembaga bagi 31% responden terjangkau, 48,45% responden yang merasa cukup terjangkau dan kurang terjangkau 20,62%. Sebanyak 46,39% responden mengatakan bahwa penanganan tenaga medis sudah baik, namun 53,61% responden lainnya mengatakan cukup baik. Mengenai alat kontrasepsi responden yang menyatakan mudah didapat terdapat sebanyak 26,8% responden dan 50,52% responden lainnya menyatakan cukup mudah didapat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan respon nelayan tentang konsultasi KB sebanyak 23,71% responden menyatakan mudah, 38,14% responden cukup mudah dan 15,46% responden menyatakan sulit dalam melakukan konsultasi KB kepada tim medis. Harga obat-obatan yang harus dikeluarkan oleh responden apabila mengalami sakit terbilang terjangkau bagi 39,18% responden dan 60,82% responden menyatakan cukup terjangkau.
40
Tabel 11. Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan, 2013. Kemudahan Pelayanan No. Kesehatan Jarak Rumah Sakit Terdekat a. 0 Km b. 0,01 – 3 Km 1 c. > 3 Km d. Tidak Terdapat Jarak Poliklinik a. 0 Km b. 0,01 – 2 Km 2 c. > 2 Km d. Tidak Terdapat Biaya Berobat a. Terjangkau 3 b. Cukup Terjangkau c. Kurang Penanganan Berobat a. Baik 4 b. Cukup c. Jelek Alat Kontrasepsi a. Mudah Didapat 5 b. Cukup Mudah c. Sulit Didapat Konsultasi KB a. Mudah 6 b. Cukup c. Sulit Harga Obat-obatan a. Terjangkau 7 b. Cukup Terjangkau c. Sulit Terjangkau Berdasarkan penilaian akan
Skor
Jumlah Nelayan (Orang)
Persentase (%)
4 3 2 1
57 40 -
58,76 41,24 -
4 3 2 1
73 24 -
75,26 24,74 -
3 2 1
30 47 20
31 48,45 20,62
3 2 1
45 52 -
46,39 53,61 -
3 2 1
26 49 -
26,8 50,52 -
6 5 4
23 37 15
23,71 38,14 15,46
4 3 2
38 59 -
39,18 60,82 -
kemudahan mendapatkan
kemudahan
pelayanan kesehatan seperti yang ditujukan pada Tabel 12, 77,32% responden menyatakan mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan 22,68% responden lain mengatakan cukup mudah mendapatkan pelayanan kesehatan.
41
Tabel 12. Kriteria Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu 2013. No
Kriteria
1 2 3
Mudah (skor 8-9) Cukup (skor 6-7) Sulit (skor 3-5) Jumlah
Jumlah Nelayan (Orang) 75 22 97
Persentase (%) 77,32 22,68 100
4.6.7 Kemudahan Memasukan Anak Ke Jenjang Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu perhatian pemerintah dengan adanya kebijakan wajib sekolah 9 tahun. Selain itu pemerintah memberikan keringanan dengan sekolah gratis dan buku gratis yang dipinjamkan untuk mendukung kegiatan pendidikan, mengingat kualitas sumber daya manusia juga ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Pada Tabel 13 terdapat respon dari buruh nelayan rumpon sebagai orang tua dalam kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan yang dilihat dari tiga segi yaitu, biaya sekolah, jarak ke sekolah dari masing-masing tempat tinggal, dan prosedur penerimaan. Tabel 13.Indikator Kemudahan Memasukan Anak Ke Jenjang Pendidikan, 2013. No.
1
2
3
Kemudahan Pendidikan Biaya Sekolah a. Terjangkau b. Cukup Terjangkau c. Sulit Terjangkau Jarak Kesekolah a. 0 Km b. 0,01 – 3 Km c. > 3 Km Prosedur Penerimaan a. Mudah b. Cukup Mudah c. Sulit
Skor
Jumlah Nelayan (Orang)
Persentase (%)
3 2 1
13 39 15
19,4 58,21 44,78
3 2 1
53 14
79,1 20,9
3 2 1
11 38 18
16,42 56,72 26,87
42
Berdasarkan Tabel 13 sebanyak 19,4% dari 67 responden menyatakan bahwa biaya sekolah terjangkau karena sebagian sekolah dibebaskan dari biaya administrasi, 58,21% menyatakan cukup terjangkau dan 44,78% menyatakan sulit terjangkau karena menurut responden biaya buku yang harus ditanggung cukup mahal. Pada indikator ini tidak seluruh responden sudah memiliki anak yang berusia sekolah, oleh sebab itu hanya 67 responden yang memberikan respon sudah sekolah, sedangkan 30 responden lainnya tidak memberikan respon. Kebanyakan responden buruh nelayan rumpon sebesar 79,1% mengatakan jarak sekolah dari tempat tinggal antara 0,01-3 Km dan 20,9% mengatakan jarak sekolah dengan tempat tinggal lebih dari 3 Km. Berkaitan dengan prosedur penerimaan sekolah, sebanyak 16,42% responden mengatakan mudah, 56,72% mengatakan cukup mudah, dan 26,87 responden mengatakan sulit. Tabel 14. Kriteria Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan, 2013. No
Kriteria
1
Mudah (skor 8-9)
Jumlah Nelayan (Orang) 14
2
Cukup (skor 6-7)
39
58,21
3
Sulit (skor 3-5)
13
19,40
Jumlah
67
100
Persentase (%) 20,90
Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa sebanyak 20,90% responden menyatakan bahwa memasukan anak kejenjang pendidikan mudah, 58,21% menyatakan cukup, dan 19,40% menyatakan sulit. 4.6.8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi Fasilitas transportasi adalah sarana dan prasarana angkutan baik darat, laut maupun udara untuk mempermudah suatu kegiatan manusia. Kriteria kemiskinan yang dipergunakan yaitu ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, dan kepemilikan (BPS 2003).
43
Ketersedian sarana transportasi sangatlah penting dalam menunjang kehidupan sehari-hari buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu. Oleh karena itu, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi menjadi salah satu indikator dalam menganalisis tingkat kesejahteraan para buruh nelayan rumpon. Adapun indikator kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi pada buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu terdiri dari ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, serta status kepemilikan (Tabel 15). Jenis alat transportasi yang sering digunakan di Palabuhanratu adalah angkot dan motor. Tabel 15. Indikator kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi, 2013. Kemudahan Fasilitas Transportasi Ongkos dan Biaya a. Terjangkau b. Cukup Terjangkau c. Sulit Terjangkau Fasilitas Kendaraan a. Tersedia b. Cukup Tersedia c. Sulit Tersedia Kepemilikan a. Milik Sendiri b. Sewa c. Ongkos
No. 1
2
3
Skor
Jumlah Nelayan (Orang)
Persentase (%)
3 2 1
48 42 7
49,48 43,3 7,22
3 2 1
45 52 -
46,39 53,61 -
3 2 1
40 57
41,24 58,76
Tabel 16. Kriteria Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi, 2013. No
Kriteria
1 2 3
Mudah (skor 7-9) Cukup (skor 5-6) Sulit (skor 3-4) Jumlah
Jumlah Nelayan (Orang) 52 40 5 97
Persentase (%) 53,61 41,24 5,15 100
Berdasarkan Tabel 16 mayoritas buruh nelayan rumpon menyatakan ongkos dan biaya terjangkau sebanyak 53,61%, menyatakan cukup terjangkau 41,24%, dan yang menyatakan sulit sebanyak 5,15%. Biaya ongkos yang biasa dikeluarkan nelayan setiap harinya sebesar Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000, dan jenis angkutan umum yang biasa digunakan adalah jenis angkot dan ojek.
44
4.6.9 Kehidupan Beragama Indikator kehidupan beragamadapat dilihat dari sudut toleransi antar umat beragama, toleransi tinggi (skor 3), toleransi sedang (skor 2) dan toleransi rendah (skor 1). Seluruh responden menyatakan bahwa toleransi kehidupan beragama sangat tinggi dan tidak pernah terjadi bentrokan antar umat beragama, walaupun mereka memeluk agama yang berbeda (Tabel 17). Tabel 17. Indikator Kehidupan Beragama, 2013. No
Kehidupan Beragama
Skor
1 2 3
Toleransi Tinggi Toleransi Cukup Toleransi Rendah Jumlah
3 2 1
Jumlah Nelayan (Orang) 97 97
Persentase (%) 100 100
4.6.10 Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan Ketentraman dan ketertiban adalah hal yang sangat perlu diperhatikan, karena dengan terciptanya keamanan dan ketertiban. Indikator rasa aman dari kejahatan dilihat dari sering tidaknya lingkungan tempat tinggal responden mengalami tindak kejahatan selama satu bulan. Penilaian indikator rasa aman dari gangguan kejahatan yang di alami di wilayah tempat tinggal buruh nelayan rumpon meliputi tiga kriteria yaitu aman (tidak pernah mengalami tindak kejahatan), cukup aman (pernah mengalami tindak kejahatan), dan kurang aman (sering mengalami tindak kejahatan). Tabel 18. Indikator Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan, 2013. No 1 2 3
Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan Aman Cukup Aman Tidak Aman Jumlah
Skor 3 2 1
Jumlah Nelayan (Orang) 97 97
Persentase (%) 100 100
45
Tabel 18, menunjukan bahwa seluruh responden buruh nelayan rumpon menyatakan bahwa mereka telah merasa aman dari gangguan kejahatan. Hal ini disebabkan adanya kegiatan ronda yang rutin dilakukan oleh masyarakat yang tinggal diwilayah masing-masing responden. 4.6.11 Kemudahan dalam Melakukan Olah Raga Menurut BPS (2003), kriteria kemiskinan yang dipergunakan yaitu mudah, cukup mudah, dan sulit dalam melakukan olahraga dalam satu minggu. Kemudahan melakukan olahraga dilihat dari segi sering atau tidaknya responden melakukanya dalam satu minggu, yaitu mudah (apabila sering melakukan olahraga), cukup (apabila cukup sering melakukan olahraga), dan sulit (apabila tidak pernah melakukan olahraga) (Tabel 19). Tabel 19. Indikator kemudahan dalam melakukan olahraga, 2013. No
Kemudahan Berolahraga
Skor
Jumlah Nelayan (Orang)
Persentase
1 2 3
Mudah Cukup Mudah Sulit Jumlah
3 2 1
32 65 97
33 67 100
(%)
Berdasarkan Tabel 19, 33% responden tergolong cukup mudah dalam melakukan olahraga, dan 67% responden tergolong sulit melakukan olahraga, disebabkan faktor umur yang sudah tidak kuat apabila mengalami kelelahan dan tempat untuk melakukan olah raga sulit. Berdasarkan hasil wawancara adapun olahraga yang sering dilakukan adalah jenis olahraga lari, sepakbola, dan renang. 4.7
Rekapitulasi Indikator Kesejahteraan Tabel 20 menunjukan bahwa seluruh buruh nelayan rumpon di
Palabuhanratu termasuk dalam golongan kesejahteraan tinggi. Hasil ini didapat berdasarkan jumlah hasil hitungan dari 11 indikator tingkat kesejateraan menurut BPS (Lampiran 10), dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga merupakan nilai
46
yang tertinggi dengan bobot 25%, karena merupakan salah satu faktor penting dalam suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Pengeluaran keluarga memiliki nilai tertinggi kedua dengan bobot 16%. Hal ini dikarenakan pengeluaran merupakan salah satu penunjang yang dianggap cukup besar dalam suatu rumah tangga. Keadaan tempat tinggal memiliki bobot 13% karena dianggap salah satu sarana yang penting, dengan adanya tempat tinggal yang memadai dapat memberikan kenyamanan bagi anggota rumah tangga. Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan salah satu indikator yang cukup penting dengan bobot 12%, karena pendidikan anggota rumah tangga khususnya anak sangat penting, sehingga kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan dapat perhatian lebih. Kesehatan rumah tangga sangat diperhatikan, karena apabila anggota rumah tangga sering mengalami sakit maka dapat memperbesar biaya pengeluaran serta jika kepala keluarga yang mengalami sakit maka tidak akan adanya pendapatan keluarga. Pada
fasilitas
tempat
tinggal,
kemudahan
mendapatkan
fasilitas
transportasi, kehidupan beragana, rasa aman dari gangguan kejahatan dan kemudahan melakukan olahraga dianggap sebagai pelengkap dalam rumah tangga, karena sifatnya tidak terlalu penting dipenuhi secara keseluruhan namun tetap menjadi perhatian oleh anggota rumah tangga dengan bobot 4 % (Tabel 20).
47
Tabel 20. Rekapitulasi Indikator, 2013 No Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga Keadaan Tempat Tinggal Fasilitas Tempat Tinggal Kesehatan Rumah Tangga Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi Kehidupan Beragama Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan Kemudahan Melakukan Olahraga Jumlah
97 62 36 10 26
Bobot (%) 25 16 13 4 10
11
4
16 10 12 12 5 296
12 4 4 4 4 100
Skor
Tabel 21. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu Sukabumi. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Indikator Skor Pendapatan Keluarga 1 Pengeluaran Keluarga 0,64 Keadaan Tempat Tinggal 0,39 Fasilitas Tempat Tinggal 0,08 Kesehatan Rumah Tangga 0,20 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis 0,08 Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan 0,12 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi 0,08 Kehidupan Beragama 0,12 Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan 0,12 Kemudahan Melakukan Olahraga 0,4 Jumlah 2,87 Skor Tingkat Kesejahteraan 2,87 x 11 = 32 Berdasarkan Tabel 21, menunjukan bahwa nelayan buruh rumpon di
Palabuhanratu Sukabumi memiliki skor tingkat kesejahteraan tinggi (32) pada seluruh kriteria BPS dikarenakan pada kriteria kemudahan memasukan anak kejenjang pendidikan para nelayan lebih memilih memasukan anak dengan jarak
48
jauh namun memiliki kualitas yang baik, serta pada kriteria kemudahan melakukan olahraga dianggap sulit karena tidak memiliki waktu luang untuk berolahraga dan fasilitas tempat olahraga yang sangat terbatas.