BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Kota Surakarta Bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta Komandan pasukan Belanda J.A.B Van Hohenndorff untuk mencari lokasi ibukota kerajaan Mataram Islam yang baru. Setelah mempertimbangkan faktor fisik dan nonfisik akhirnya terpilihlah suatu desa di tepi Sungai Bengawan yang bernama desa Sala (1746 Masehi atau 1671 Jawa). Sejak saat itu desa Sala berubah menjadi Surakarta Hadiningrat dan terus berkembang pesat. Kota Surakarta pada mulanya adalah wilayah kerajaan Mataram. Kota ini bahkan pernah menjadi pusat pemerintahan Mataram. Karena adanya perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Mataram Islam terpecah karena propaganda kolonialisme Belanda. Kemudian terjadi pemecahan pusat pemerintahan menjadi dua yaitu pusat pemerintahan di Surakarta dan Yogyakarta. Pemerintahan di Surakarta terpecah lagi karena perjanjian Salatiga (1767) menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran. Pada tahun 1742, orang- orang Tionghoa memberontak dan melawan kekuasaan Pakubuwana II yang bertahta di Kartasura sehingga Keraton Kartasura hancur dan Pakubuwana II menyingkir ke Ponorogo, Jawa Timur. Dengan bantuan VOC pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dan Kartasura berhasil direbut kembali. Sebagai ganti ibukota kerajaan yang telah hancur maka didirikanlah Keraton Baru di Surakarta 20km ke arah selatan timur dari Kartasura pada 18 Februari 1745. Peristiwa ini kemudian dianggap sebagai titik awal didirikannya Keraton Kasunanan Surakarta.
46
Pemberian nama Surakarta Hadiningrat mengikuti naluri leluhur, bahwa Kerajaan Mataram yang berpusat di Karta, kemudian ke Pleret, lalu pindah ke Wanakarta, yang kemudian diubah namanya menjadi Kartasura. Surakarta Hadiningrat berarti harapan akan terciptanya negara yang tata tentrem karta raharja (teratur tertib aman dan damai), serta harus disertai dengan tekad dan keberanian menghadapi segala rintangan yang menghadang (sura) untuk mewujudkan kehidupan dunia yang indah (hadinigrat). Dengan demikian, kata “karta” dimunculkan kembali sebagai wujud permohonan berkah dari para leluhur pendahulu dan pendirian kerajaan Mataram. Sejarah nama kota Solo sendiri dikarenakan daerah ini dahulu banyak ditumbuhi tanaman pohon Sala (sejenis pohon pinus) seperti yang tertulis dalam serat Babad Sengkala yang disimpan di Sana Budaya Yogyakarta. Sala berasal dari bahasa Jawa asli (lafal bahasa jawa:Solo) dan pada akhirnya orang – orang mengenal dengan nama ”Kota Solo”. Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo” secara umum memang dataran rendah dan berada diantara pertemuan Sungai Pepe, Sungai Anyar, Sungai Jenes yang kesemuanya bermuara di Sungai Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut dan terletak antara 110°45’15”-110°45’35” Bujur Timur, 70°36’00”70°56’00”
Lintang Selatan. Kota Surakarta terletak di Propinsi Daerah
Tingkat 1 Jawa Tengah bagian selatan dan merupakan daerah perhubungan antara propinsi Jawa Tengah – Jawa Timur dan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan keadaan mobilitas masyarakat yang tinggi. Berbicara tentang letak daerah Surakarta, sebenarnya kota ini sangat strategis. Hal ini dikarenakan kota Surakarta sendiri merupakan jalur utama transportasi ke beberapa kota besar di Pulau Jawa. Kota – kota tersebut antara lain adalah Semarang, Yogyakarta dan Surabaya. Karena kota Surakarta yang strategis maka perkembangan kota ini memicu kegiatan ekonomi di berbagai
47
sudut kota kecil disekitar wilayahnya antara lain Boyolali, Klaten, Sragen, Sukoharjo, Karanganyar dan Wonogiri. Kotamadya Surakarta dibatasi oleh : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Kota Surakarta memiliki potensi budaya dan ekonomi yang telah dikenal sampai keluar daerah terutama di bidang pariwisata dan perdagangan. Potensi wisata di Surakarta tidak hanya meliputi wisata sejarah seperti Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran dan Museum Radyapustaka, ataupun wisata belanja terutama batik di Pasar Klewer, Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, Pusat Grosir Solo dan Beteng Plaza, tetapi juga event-event wisata yang telah menjadi acara tahunan di kota ini, seperti Solo Batik Carnival, Sekatenan, Karnaval Wayang dan lain-lain. Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk Kota Surakarta sebagian besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara 15-64 tahun (70,55 persen) dengan komposisi terbesar berada pada penduduk berumur 30-39
tahun.
Demikian pula dengan komposisi penduduk
berdasarkan jenis kelamin, nampak bahwa baik penduduk laki-laki maupun perempuan yang terbesar berada pada kelompok umur 30-39 tahun. Kondisi ini sangat menguntungkan karena sebagian besar (diatas 70 persen) 48
merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya sebanyak 22,72 persen merupakan penduduk usia muda (berusia dibawah 15 tahun) dan 6,73 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas). Kota Surakarta dengan luas wilayah 44,04 km2 didiami penduduk sebanyak 63.659 jiwa,terdiri dari 278.644 laki-laki dan 285.015 jiwa perempuan. Penduduk ini tersebar di 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjasari. Dari tabel 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 178.397 jiwa (31,65 persen), sedangkan Kecamatan Serengan memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 54.334 jiwa (9,64 persen). Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
L+P
n (jiwa)
%
n (jiwa)
%
n (jiwa)
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Laweyan
49.787
17,87
51.537
Serengan
26.681
9,58
27.653
9,70
54.334
9,64
Pasarkliwon
42.651
15,31
42.958
15,07
85.609
15,19
Jebres
71.456
25,64
72.539
25,45 143.995
25,55
Banjarsari
88.069
31,61
90.328
31,69 178.397
31,65
(1)
Kota
18,08 101.324
17,98
278.644 100,00 285.015 100,00 563.659 100,00
Tabel 1. Grafik komposisi penduduk Kota Surakarta menurut jenis kelamin per kecamatan. (Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2013, diolah)
Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk 49
perempuan. Data rasio jenis kelamin ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Selain itu, informasi rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Gambaran ini dapat dilihat pada grafik komposisi penduduk Kota Surakarta menurut jenis kelamin per kecamatan.
Tabel 2. Grafik komposisi penduduk Kota Surakarta menurut jenis kelamin per kecamatan. (Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2013, diolah)
Kota Surakarta tergolong kota yang padat, hal ini dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3 memperlihatkan kepadatan penduduk di Kota Surakarta. Dengan luas 44,04 km2, Kota Surakarta didiami oleh 563.659 jiwa
50
atau dengan kepadatan sebesar 12.799 jiwa/km2. Dengan kata lain rata - rata setiap km2 Kota Surakarta didiami sebanyak 12.799 jiwa. Kecamatan
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah
Kepadatan
n (jiwa)
(Km2)
Penduduk
(1)
(2)
(3)
(4)
Laweyan
101.324
8,64
11.727
Serengan
54.334
3,19
17.033
Pasar Kliwon
85.609
4,82
17.761
Jebres
143.995
12,58
11.446
Banjarsari
178.397
14,81
12.046
TOTAL
563.659
44,04
12.799
Tabel 3. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta tahun 2013. (Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2013, diolah)
Jika dilihat persebaran di setiap kecamatan nampak bahwa Kecamatan Pasar Kliwon merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan sebesar 17.761 jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Serengan sebesar 17.033 jiwa/km2, Kecamatan Banjarsari sebesar 12.046 jiwa/km2, dan Kecamatan Laweyan sebesar 11.727 jiwa/km2, sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah di Kecamatan Jebres yaitu sebesar 11.446 jiwa/km2. Kepadatan penduduk per wilayah di Kota Surakarta perlu mulai diperhatikan, terutama dalam perencanaan persebaran penduduk, tata ruang dan tata guna lahan. Jika ketiga hal ini tidak diperhatikan dengan baik, maka ke depan, Kota Surakarta akan menjadi Kota yang padat dengan implikasi pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan.
51
Pemanfaatan lahan yang lebih cenderung pada pembangunan fisik akan menyebabkan kota ini mengalami nasib yang sama dengan DKI Jakarta. Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun migrasi penduduk. Angka pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah dan struktur penduduk beberapa tahun ke depan. Apabila yang dihitung hanya berjarak satu tahun maka disebut dengan angka pertambahan penduduk. Angka pertambahan penduduk Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 4. Data penduduk tahun 2012 yang digunakan adalah data Bulan Desember 2012 sedangkan data penduduk tahun 2013 menggunakan data Bulan Desember 2013.
Pertumbuhan penduduk yang dihitung
merupakan pertambahan penduduk dalam kurun waktu satu tahun. Kecamatan
Pddk Tahun
Pddk Tahun
Angka
2012
2013
Pertambahan
n (jiwa)
%
n (jiwa)
%
Penduduk
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Laweyan
97.056
17,79 101.324
17,98
4,30
Serengan
52.998
9,71
54.334
9,64
2,49
Pasar Kliwon
83.353
15,28
85.609
15,19
2,67
Jebres
139.101 25,49 143.995
25,55
3,46
Banjarsari
173.145 31,73 178.397
31,65
2,99
563.659 100,00
3,25
Total
545.653
100
Tabel 4. Angka Pertambahan Penduduk, Kota Surakarta, Tahun 2013. (Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2013, diolah)
Angka pertumbuhan penduduk Kota Surakarta termasuk tinggi. Angka pertumbuhan penduduk ini dihitung berdasarkan data hasil SIAK. Apabila
52
pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka implikasi dari hal tersebut adalah munculnya berbagai masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pertumbuhan daerah kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa pertambahan penduduk Kota Surakarta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 yang hanya 0,37 persen per tahun dan secara nasional yaitu sebesar 1,49 persen ( BPS ). Jika dilihat menurut kecamatan, pertambahan penduduk tertinggi di Kecamatan Laweyan yaitu 4,30 persen, diikuti Kecamatan Jebres yaitu 3,46 persen, Kecamatan Banjarsari 2,99 persen, dan Kecamatan Pasarkliwon 2,67 persen. Sedangkan Kecamatan Serengan angka pertambahan penduduknya paling kecil yaitu 2,49 persen. Pertumbuhan penduduk Kota Surakarta yang tinggi itu diduga bukan disebabkan tingkat kelahiran yang cukup tinggi saja, tapi juga disebabkan faktor migrasi masuk. Dengan adanya program e-KTP, penduduk perbatasan yang tercatat tidak domisili memilih untuk mejadi penduduk Kota Surakarta karena adanya fasilitas sosial dari Pemerintah Kota Surakarta seperti jaminan kesehatan (PKMS) dan bantuan pendidikan (BPMKS) Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan kesehatan. Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Kota Surakarta sebagian besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara 15-64 tahun (70,55 persen) dengan komposisi terbesar berada pada penduduk berumur 30-39 tahun. Demikian pula dengan 53
komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, nampak bahwa baik penduduk laki-laki maupun perempuan yang terbesar berada pada kelompok umur 30-39 tahun. Kelompok
Laki-laki
Perempuan
L+P
Umur
n (jiwa)
%
n (jiwa)
%
n (jiwa)
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0-4
19.816
7,11
18.945
6,65
38.761
6,88
5-9
22.726
8,16
21.208
7,44
43.934
7,79
10-14
23.089
8,29
22.277
7,82
45.366
8,05
15-19
22.139
7,95
21.179
7,43
43.318
7,69
20-24
20.779
7,46
20.109
7,06
40.888
7,25
25-29
21.655
7,77
21.644
7,59
43.299
7,68
30-34
25.585
9,18
25.432
8,92
51.017
9,05
35-39
23.246
8,34
23.365
8,20
46.611
8,27
40-44
21.418
7,69
22.291
7,82
43.709
7,75
45-49
19.594
7,03
21.254
7,46
40.848
7,25
50-54
17.585
6,31
19.350
6,79
36.935
6,55
55-59
14.522
5,21
15.350
5,39
29.872
5,30
60-64
10.462
3,75
10.729
3,76
21.191
3,76
65-69
5.970
2,14
7.267
2,55
13.237
2,35
70-74
4.559
1,64
6.037
2,12
10.596
1,88
>75
5.499
1,97
8.578
3,01
14.077
2,50
Jumlah
278.644 100,00 285.015 100,00 563.659 100,00
Tabel 5. Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Kota Surakarta, Tahun 2013. (Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2013, diolah)
54
Kondisi
seperti
ini
sangat
menguntungkan
dikarenakan
sebagian besar (diatas 70 persen) merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya sebanyak 22,72 persen merupakan penduduk usia muda (berusia dibawah 15 tahun) dan 6,73 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas). Penduduk berusia kurang dari 15 tahun cukup besar pula yaitu lebih dari seperlima penduduk Kota Surakarta (22,72 persen). Hal ini harus menjadi perhatian karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi entry tenaga kerja baru, yang memerlukan skill dan kualitas SDM yang memadai baik ketrampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup, pendidikan yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia. Di sisi yang lain pemerintah Kota Surakarta harus mampu pula menciptakan pasar kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 6,88 persen penduduk Kota Surakarta merupakan balita. Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kota Surakarta dalam penanganan penduduk balita terutama dari segi kesehatan dan investasi bidang pendidikan. Yang menarik adalah peningkatan penduduk usia lanjut (lebih dari 65 tahun) yaitu dari 4,31 persen pada tahun 2012 menjadi 6,73 persen pada tahun 2013.
Kondisi ini juga menuntut perhatian lebih pemerintah kepada
kebutuhan penduduk usia lanjut terutama dari segi kesehatan dan peningkatan kesejahteraan penduduk usia lanjut. Perkembangan Masyarakat di kota Surakarta dalam perjalanannya ditunjang dan dibatasi oleh kondisi – kondisi kekinian masyarakat. Tingkat perkembangan masyarakat di Surakarta merupakan hasil dari proses perkembangan jaman yang dipahami bukan sebagai proses yang bersifat kebetulan, melainkan sebagai fenomena historis. 55
Keunikan – keunikan yang terkandung di dalamnya akan dapat dipahami dengan lebih baik apabila realitas-realitas sosio kultural masyarakat tempat berlangsungnya proses perubahan itu tidak dikesampingkan. Kota Surakarta dengan segala keunikannya, dilatar belakangi sosio kultural masyarakat yang berbasis kebudayaan Jawa erat kaitannya dengan kebudayaan masa lalu. Salah satunya ialah kesenian musik dangdut. Perkembangan musik dangdut dilatar belakangi tersedianya sarana dan lokasi yang mendukung terselenggaranya pertunjukan hiburan musik dangdut seperti di THR Sriwedari, TATV dan Radio JPI FM Solo. B. Profil THR Sriwedari, TATV, dan Radio JPI FM Solo Dinamika musik dangdut di Kota Surakarta dideskripsikan melalui 3 proses yakni eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Ketiga tahapan tersebut nantinya akan bisa memberikan gambaran mengenai perkembangan musik dangdut dalam lingkup Kota Surakarta yang berlatarkan seni dan budaya. Tahap Eksternalisasi terwujud dalam pencurahan diri (eksternalisasi) secara terus menerus melalui aktivitas baik fisik maupun mental dalam rangka menciptakan dunianya. (Peter L. Berger, 1992:75). Kehidupan masyarakat dikaitkan dengan aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan kesenian daerah dan tradisi berasal dari pikiran dan tindakan masyarakat yang terpelihara. Tahap eksternalisasi dalam dinamika musik dangdut digambarkan dengan aktivitas – aktivitas yang terwujud dalam agenda pertunjukan musik dangdut secara rutin di skala lokal di beberapa lokasi hiburan di Kota Surakarta seperti di THR Sriwedari, TATV dan Radio JPI Solo. 1. Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Nama Taman Sriwedari bagi masyarakat Solo dan sekitarnya pasti sudah tidak asing lagi. Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari berlokasi di tengah pusat kota Solo yakni di Jalan Slamet Riyadi no. 275. Inilah taman buatan Keraton Kasunanan Surakarta yang masih utuh dan kini berfungsi 56
sebagai Taman Hiburan Rakyat (THR). Di THR Sriwedari ini berbagai acara digelar baik untuk anak – anak, dewasa, penggemar seni tradisional maupun modern.Nama Sriwedari sendiri berasal dari dunia pewayangan, yaitu sebuah taman indah di kayangan yang dipindahkan ke dunia oleh Raja Arjuna Sasrabahu untuk memenuhi permintaan calon permaisurinya. Sesuai namanya Taman Sriwedari pada saat didirikan merupakan tempat sangat indah yang menjadi tempat favorit keluarga kerajaan untuk bercengkrama. Taman Sriwedari didirikan pada tahun 1902 sehingga sekarang sudah berusia lebih dari satu abad. Pada zaman dahulu taman ini sekaligus merupakan kebun binatang mini yang berisi berbagai satwa kesayangan raja. Ada gajah, harimau, berbagai jenis monyet, rusa dan aneka macam burung. Pada salah satu bagian Taman Sriwedari dulu ada sebuah danau mini yang bisa digunakan untuk berperahu dan memancing ikan. Di tengah – tengah danau mini terdapat pulau kecil yang sering digunakan untuk bermain musik keroncong.
Gambar 1. Gerbang masuk Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Solo. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
57
Panorama taman yang eksklusif tersebut bisa dinikmati oleh siapa saja yang menginginkannya. Setiap hari libur, Taman Sriwedari sering menjadi tujuan wisata masyarakat Solo dan sekitarnya. Terutama pada hari Minggu, taman ini ramai dikunjungi oleh keluarga – keluarga yang ingin bersantai sambil membahagiakan anak – anaknya menyaksikan berbagai jenis binatang di tempat ini. Dalam
perkembangannya,
Taman
Sriwedari
ini
kemudian
dilengkapi dengan berbagai sarana hiburan untuk rakyat. Bagi penggemar wayang orang disediakan gedung khusus pertunjukan wayang orang. Pada malam – malam tertentu terutama malam Minggu atau malam libur lainnya diadakan pertunjukan wayang orang di gedung WO untuk menarik ratusan pengunjung. Taman Sriwedari tidak hanya digunakan untuk memenuhi keinginan masyarakat akan hiburan yang bersifat duniawi saja. Namun di taman ini juga digelar acara yang bersifat religius. Yaitu Malem Selikuran pada setiap bulan puasa. Malem Selikuran ini mengambil momentum pada saat Lailatul Qadar, yakni malam istimewa yang jatuh pada salah satu malam di bulan Ramadhan. Pada momen tersebut masyarakat melakukan ritual prihatin atau tirakat untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Kondisi Taman Sriwedari (THR Sriwedari) saat ini sudah banyak yang berubah; fasilitas, hiburan, maupun acara – acara yang digelar di dalamnya. Salah satu perubahan yang terjadi adalah hewan – hewan pengisi taman tersebut dipindahkan ke Jurug, sebuah tempat di pinggir Bengawan Solo pada tahun 1980-an. Danau mini yang ada di tengah THR Sriwedari kini juga tidak difungsikan menjadi taman air lagi. Pulau kecil yang ada di tengahnya kini beralih fungsi menjadi sebuah restoran komersial untuk berbagai acara resepsi. Tetapi sampai saat ini, Gedung Wayang Orang Sriwedari masih berdiri megah dengan pertunjukan wayang orang yang diselenggarakan secara rutin setiap malam minggu. Di bawah pepohonan rindang di sekitar gedung 58
wayang orang tersebut, pada malam hari kerap digunakan masyarakat untuk bersantai sambil menikmati wedang ronde atau sate. Sekitar tahun 1988 panggung Dangdut merupakan satu – satunya pertunjukan musik yang paling banyak penggemarnya bila dibandingkan dengan pertunjukan musik lainnya yang ada di THR Sriwedari. Mengetahui hal ini, pihak pengelola THR Sriwedari merasa bersemangat kembali untuk mengelola taman hiburan ini, mengingat THR Sriwedari mengalami kemerosotan ketika panggung hiburan ini didirikan. Kepekaan pihak pengelola dalam melihat panggung dangdut yang dapat menjanjikan penghasilan yang rutin bagi THR Sriwedari, memaksa mereka untuk memikirkan sebuah strategi sebagai upaya mempertahankan antusiasme penonton panggung hiburan dangdut yang selalu hadir di setiap malam rabu atau malam sabtu nya.
Gambar 2. Loket dan pintu masuk THR Sriwedari. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
59
Sarana hiburan di THR Sriwedari kini bertambah lagi dengan adanya tempat bermain anak – anak dan panggung pertunjukan musik. Di tempat bermain anak – anak ini tersedia berbagai alat permainan seperti bom – bom car, kereta mini, lautan balon, roller caster, dan sebagainya. Sedangkan panggung hiburan digelar pertunjukan musik dengan berbagai genre setiap harinya. Pada kenyataannya taman bermain anak – anak dan panggung hiburan musik inilah yang membuat THR Sriwedari terlihat “hidup” terutama pada malam minggu. Banyak sekali pengunjung dari Solo maupun luar kota Solo yang datang bersama keluarga untuk berlibur berwisata di THR Sriwedari setiap malam minggu atau hari libur.
Gambar 3. Panggung musik di Taman Hiburan Remaja (THR) Sriwedari, Solo. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Mulai tahun 1988 panggung Dangdut merupakan satu – satunya pertunjukan musik yang paling banyak penggemarnya bila dibandingkan dengan pertunjukan musik dengan genre yang lain yang ada di THR Sriwedari. Mengetahui hal ini, pihak pengelola THR Sriwedari merasa
60
bersemangat kembali untuk mengelola taman hiburan ini, mengingat THR Sriwedari mengalami kemerosotan ketika panggung hiburan ini didirikan. Kepekaan pihak pengelola dalam melihat panggung dangdut yang dapat menjanjikan penghasilan yang rutin bagi THR Sriwedari, memaksa mereka untuk memikirkan sebuah strategi sebagai upaya mempertahankan antusiasme penonton panggung hiburan dangdut yang selalu hadir di setiap malam rabu atau malam sabtu nya. “Ini panggungnya ya sudah ada sejak THR berdiri, namun mulai digunakan untuk pentas tahun 1988 mas, jadi 2 tahun setelah THR Sriwedari ini berdiri. awalnya dulu yang biasa digelar ya pertunjukan musik dangdut. dulu ada OM Ervana 87“. (wawancara dengan Ibu Anik, pengelola Taman Hiburan Rakyat Sriwedari Jumat, 12 April 2013) Musik dangdut yang dikenal sebagai musik kalangan bawah atau musik rakyat Indonesia, ternyata memiliki penggemar yang tidak sedikit khususnya di Solo. Dapat kita lihat dari antusiasme warga untuk menonton pertunjukan musik dangdut yang digelar oleh pengelola Taman Hiburan Remaja Sriwedari dengan menghadirkan Orkes – orkes Melayu dan penyanyi – penyanyi dangdut ternama maupun yang baru saja berkembang dalam dunia dangdut. “Kalau pertunjukan dangdut setiap rabu malam dan malam minggu itu pasti ramenya Mas..beda kalau sama yang dateng saat pas yang main itu bukan dangdut, seperti klasik rock, campursari, atau koeplus an. Yang dateng juga dari ngga’ dari Solo saja. Klaten, Boyolali, Sragen, Karanganyar juga ada. Soalnya tiap hari kan mesti ada yang nanyain lewat telepon ini nanti malem yang main siapa gitu..saya tanya memang bukan orang dari Solo” (wawancara dengan Ibu Anik, pengelola Taman Hiburan Rakyat Sriwedari Jumat, 12 April 2013) Karena animo masyarakat yang begitu besar untuk pertunjukan musik dangdut, maka pementasan Dangdut di Taman Hiburan Rakyat Sriwedari ini
61
digelar 2 kali dalam seminggu nya, yaitu pada hari Rabu pukul 20.00 – 22.30 WIB dan hari Sabtu mulai pukul 20.00 – 23.00 WIB dengan harga tiket yang cukup terjangkau bagi masyarakat yaitu Rp 7.000,00 pada saat pementasan biasa dan Rp 10.000,00 pada pementasan Orkes Melayu ternama seperti OM Sera atau OM Sagita. Berikut jadwal pertunjukan musik yang setiap harinya digelar oleh Taman Hiburan Rakyat Sriwedari. Hari
Jenis Hiburan
Senin
Musik Koes Plus Mania
Selasa
Musik Classic Rock
Rabu
Show Dangdut
Kamis
Musik Koes Plus Mania
Jum’at
Tembang Kenangan
Sabtu
Show Dangdut Malam Minggu
Minggu
Musik Campursari
Tabel 6. Jadwal Pertunjukan musik di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Solo. (Sumber : Pengelola THR Sriwedari Solo)
Sebagai strategi untuk mempertahankan banyaknya penonton dangdut di THR Sriwedari ini, pihak pengelola berusaha mendatangkan grup – grup dangdut lokal lengkap dengan penyanyi – penyanyinya yang lebih dari 2 orang dan dari grup yang berbeda di setiap minggu nya. Pihak pengelola THR Sriwedari sendiri juga mendatangkan grup – grup dangdut yang ada di luar Solo. Bahkan untuk memanjakan penonton, dari pihak pengelola juga mendatangkan artis – artis dangdut dari Ibu Kota. 2. Terang Abadi Televisi (TATV) Televisi Terang Abadi (TATV) adalah satu stasiun televisi lokal swasta yang berada di Jl. Brigjen Katamso 173 Mojosongo, Surakarta dan
62
sedang melakukan pengembangan untuk siaran secara lokal di Jawa Tengah. TATV berada dibawah naungan PT. Televisi Terang Abadi yang lahir pada bulan September 2004 di Surakarta dan dikepalai oleh Bapak Justus Budianto. Dalam melaksanakan tugasnya, Bapak Budianto selalu dibantu oleh karyawan – karyawannya sehingga televisi ini dapat menyelesaikan dengan cepat program acara – acara baru dengan tepat waktu dan menanyangkan informasi yang selalu uptodate.
Gambar 4. Kantor dan Studio TATV Solo di Jl. Brigjen Katamso 173, Mojosongo. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Jumlah studio yang dimiliki TATV ada 3, yaitu: Studio 1 untuk acara musik, studio 2 untuk acara talkshow, studio 3 untuk acara news dan chromakey (studio background animasi, green screen). Adapun kamera yang dimiliki mencapai 15 unit. Televisi ini memiliki jadwal acara yang berbeda dengan stasiun televisi yang lainnya. Dalam penyusunan jadwal acara, TATV membuat jadwal tersebut sesuai dengan selera pemirsa. Tetapi jadwal acara dan jam penayangan televisi ini dapat berubah sewaktu – waktu karenan berbagai sebab. Meskipun besar pasak daripada tiang, TATV masih memilih 63
terus mengudara. Tidak sedikit dana yang telah dikucurkan untuk membeli peralatan siaran yang termasuk paling canggih untuk ukuran televisi lokal, namun TATV mampu melengkapi peralatan studio dan pemancarnya dengan standart internasional. Bukan hanya peralatan modern yang dimiliki, stasiun TATV ini juga memiliki kantor operasional yang cukup representatif. Latar belakang didirikan TATV ini adalah ikut serta meramaikan dunia pertelevisian lokal di Indonesia dan sebagai pioner di Kota Surakarta. Terlebih lagi, TATV diharapkan bisa memperoleh porsi iklan nasional meski hanya mencakup wilayah lokal. TATV memiliki positioning sebagai Televisi Progresif dan Positif (Progressive dan Positive TV). Hal ini berarti bahwa
TATV berkomitmen kuat untuk dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang maju dalam segala aspek sesuai nilai-nilai kehidupan yang positif melalui setiap program acara yang ditawarkan oleh TATV. Saat ini, TATV mempunyai pemancar (Italy Digital 10Kw dengan sistem terbaru) di Patuk Gunung Kidul dengan jangkauan wilayah cakupan yang lebih luas yaitu mencapai Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Magelang, Kota Surakarta, Kabupaten Klaten, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Sebagian Pati, Kudus, Wonosobo, Temanggung, dan Ngawi. Selain itu, TATV yang beroperasi di channel 50 UHF pada frekuensi 703.25 MHZ ini juga sudah mampu mengudara selama 18 jam per hari dari pukul 06.00-00.00 WIB. Dengan begitu, TATV memenuhi pola 60 persen in house program yang terdiri dari acara on air dan off air serta tayangan langsung dan out door event. Selain memiliki program acara yang semakin bervariasi dan menarik, TATV tetap memiliki program yang mengangkat kearifan lokal yang kuat, seperti bahasa daerah. Beberapa program acara TATV yang menggunakan bahasa daerah (bahasa Jawa) di antaranya: Surakarta Hari Ini, Jogja Hari Ini, Kabar Awan, Kabar Wengi, Jagongan Pasar Gede, Campursari, dan lainnya.
64
Salah satu program acara TATV yang berisi tentang pertunjukan musik dangdut saat ini adalah “Terminal Dangdut”. Program ini dibuat sejak tahun 2013 dulu. Saat ini acara Terminal Dangdut ini diadakan rutin setiap hati Senin-Sabtu jam 15.30 – 16.30 disiarkan secara LIVE. Acara yang diberi nama Terminal Dangdut tersebut berisi tentang live performance dari musisi dangdut lokal dari Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, dan sekitarnya. Dengan duo MC dari Rumania dan Aris Gopinda. Antusias penonton dapat dilihat dari berbagai SMS Hotline yang masuk saat acara live tersebut dengan meminta request lagu maupun salam – salam. Dalam program acara tersebut juga dimeriahkan dengan penonton yang berjoget dengan rapi dan teratur di samping panggung. Berbeda dengan pertunjukan musik outdoor di THR atau di lapangan terbuka yang dimana joget nya sendiri – sendiri dan kadang terjadi perselisihan, di acara Terminal Dangdut TATV tersebut mereka berjoget dengan rapi dan teratur. Seperti yang dikatakan salah seorang anggota Temonholic ini, “Kalau di TATV yang ikut ngga’ sebanyak yang di THR mas, biasanya disini dibatasi og, 15 – 20 orang gitu, ya anak – anak Temon Holic dari Solo, Karanganyar, Sukoharjo, yang deket – deket sini” (wawancara dengan Eko 9 Januari 2016)
Gambar 5. Program acara Terminal Dangdut TATV yang disiarkan secara live. (Sumber: TATV) 65
3. JPI FM Solo Pada tahun 1968 merupakan masa munculnya stasiun pemancar radio amatir di Indonesia, baik berupa amatir broadcast maupun amatir calling. Tahun 1968 merupakan tahun bersejarah bagi perkembangan radio siaran non Republik Indonesia (RRI) di Indonesia. Tidak ketinggalan juga di Surakarta, pada masa itu muncul beberapa stasiun radio amatir yang dipelopori oleh mahasiswa.
Gambar 6. Radio JPI FM Solo yang berlokasi di Jalan Mangkubumen (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Radio Jaya Pemuda Indonesia (JPI) didirikan pada tanggal 4 Agustus 1968 oleh mahasiswa Surakarta dengan nama Radio Jaya Pemuda Indonesia. Kegiatan siaran pertama menggunakan jalur short wave (SW), dengan menyajikan acara lagu – lagu atau musik saja. Karena radio siaran juga mengandung
fungsi
pelayanan
sosial,
maka
untuk
menghindari
penyalahgunaan, pemerintah khususnya Departemen Penerangan memandang perlu untuk mengatur penyelenggaraannya. Kebijaksanaan yang ditempuh 66
pemerintah adalah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 tahun 1970 yang penyelenggarann radio siaran harus berbadan hukum. Peraturan tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) MENPEN Nomor 39/EKP/MENPEN/1971. Dengan adanya peraturan tersebut, pada tanggal 4 September 1971, Radio Jaya Pemuda Indonesia Durakarta mengubah statusnya menjadi radio siaran swasta niaga yang berbadan hukum PT. Dengan adanya berubahnya status yaitu menjadi sebuah Perseroan Terbatas maka dengan kegiatan yang dulunya bersifat amatir dan hanya menyalurkan hobi elektronika, berubah menjadi kegiatan yang bersifat profit, yaitu selain mengudarakan siaran yang bersifat hiburan, penerangan juga siaran yang mendatangkan pendapatan seperti iklan, paket siaran sponsor serta paket – paket yang lain yang bersifat komersial. Pada tanggal 20 November 1978 nama PT. Song and Advertising Service Comercial Radio Broadcasting System diubah menjadi PT. Radio JPI melalui Akta Notaris No. 135 dan lokasi kegiatannya pindah. Di lokasi tersebut radio JPI mampu mencapai kemajuan dan berkembang pesat. Selain kemajuan di bidang siaran juga kemajuan – kemajuan di luar program siaran. Dengan adanya ketentuan yang dikeluarkan oleh PRSNI tentang kriteria Radio Siaran Swasta (RSS) bahwa perusahaan radio tidak boleh menggabung dengan kegiatan rumah tangga, mendorongradio JPI untuk mwngusahakan studio baru yang memungkinkan mempunyai daya dukung yang lebih baik dan strategis. Selain itu di tempat baru mekanisme kerja mulai ditata lagi ke arah profesional, terutama di bidang periklanan. Juga mulai dipikirkan kesejahteraan karyawan dan pertisipasi sosial di lingkungannya. Dengan semakin berkembangnya teknologi serta kemajuan sosial budaya masyarakat sekitar, maka untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi bila dibanding dengan kondisi saat itu, PT. Radio JPI mulai merintis untuk pindah kalur FM Stereo. Dengan pindah ke jalur FM Stereo, maka kualitas suaranya akan terdengar jernih dan tanpa gangguan cuaca. Untuk itu 67
upaya yang dilakukan adalah membangun gedung baru yang direncanakan untuk
siaran
FM
Stereo
dengan
Surat
Ijin
tersebut
Nomor
1075/PT/208/DITFEK/90 tanggal 28 Februari 1990. Dengan surat ijin tersebut PT, Radio JPI melakukan percobaan pada frekuensi 105.08 Mhz. Radio JPI FM yang berlokasi di Jalan Mangkubumen 1 / 2 Solo saat ini memiliki jam siaran sebanyak 15jam nonstop yakni dari jam 05.00 – 20.00 dengan program – program diantaranya Jam Ngrumpi (Jampi), Sensasi JPI (Senggol Sana Senggol Sini), JPI Bergeyol, POPO On the Radio, Kwiss Nopo Niki Nopo Niku, POPIKU. Sebagai radio yang sudah 30 tahun lebih mengudara, JPI FM sudah sangat jeli dan paham dengan kebutuhan masyarakat Solo, Pendengar JPI dari data dari JPI FM pendengarnya sekitar 550.000 orang yang terdiri dari 45% Laki – laki dan 55% perempuan. Format siaran JPI FM adalah MOR / Easy Listening dengan komposisi lagu – lagu yang diputarkan 40% lagu Pop Indonesia, 40% Pop Dangdut, dan 20% Pop Barat. Radio JPI FM juga sering mengadakan berbagai event di luar, dan tentunya radio JPI FM selalu menjadi sponsor dalam pertunjukan musik dangdut yang di gelar di THR Sriwedari. Berikut daftar program acara radio JPI FM: Jam Acara
Judul Program Acara
Lagu yang Diputar
05.00 – 06.00
BERSERI
Indonesia Hits
06.00 – 08.00
Solo Hari Ini
Indonesia Pop
08.00 – 10.00
JAMPI
Nostalgia Indo
10.00 – 12.00
SENSASI
Dangdut
12.00 – 13.00
Tedy Penjol Show (TPS)
Indonesia Pop
13.00 – 15.00
LAKER
Campursari
15.00 – 16.00
Siaran Ulang TPS
Indonesia Pop
16.00 – 17.00
Nopo Niki Nopo Niku
Campursari
17.00 – 18.00
Popo on the Radio
Indonesia Hits
68
18.00 – 20.00
POPIKU
Indonesia Pop
20.00 – 21.00
Siaran Ulang Popo on the Radio
Indonesia Hits
21.00 – 24.00
JPI Bergeyol
Dangdut
Tabel 7. Jadwal siaran acara radio JPI FM. (Sumber: JPI FM)
C. Kondisi Awal Dangdut Musik Dangdut pada awalnya masuk ke Indonesia berkembang dengan sebutan musik “Melayu” yang berkembang di Indonesia pada sekitar tahun 1950an hingga 1960an dengan lirik lagu – lagunya bertemakan percintaan. Kondisi ini mulai sedikit demi sedikit berubah pada awal tahun 1970an ketika aliran musik Rock diadaptasi dalam irama musik Melayu dalam bentuk kostum, alat musik, serta gaya panggung (Kompas, 15 Mei 1985). Pengaruh aliran musik rock ini mengubah karakter irama musik Melayu menjadi lebih atraktif, variatif, dan agresif, terutama dalam baris – baris liriknya. Setelah berkembang pesat di Indonesia, seorang musisi dangdut yang bernama Rhoma Irama bersama grup dangdutnya yang bernama Soneta mulai melakukan perubahan karakter lirik pada lagu – lagu dangdutnya. Lirik lagu dangdut yang awal mula diwarnai dengan tema cinta kemudian diberi warna tema – tema sosial, ketaqwaan, dan sebagainya. Lagu – lagu Rhoma Irama mengandung kritik – kritik sosial yang vulgar sehingga dianggap komunikatif dengan perpaduan irama Melayu dan Rock. Musik dangdut di Indonesia tidak pernah bisa lepas dengan peran penting dari grup musik Soneta Group. Sebagai sebuah grup musik dangdut, atau biasa dikenal dengan sebutan OM (Orkes Melayu) yang terdepan, Soneta memang telah menunjukkan kelasnya sendiri. Lagu – lagu yang dihasilkan oleh grup musik ini berhasil memasukkan beberapa aliran musik baik dari Barat maupun Timur, seperti Rock dan Melayu. Soneta Grup telah memberi warna dominan dalam
69
perkembangan musik dangdut di Indonesia. Dengan terkenalnya grup musik dangdut Soneta tersebut menjadi titik awal munculnya OM (Orkes Musik) dangdut di daerah – daerah di Indonesia. Pada tahun 1970an merupakan masa Dangdut benar –benar merupakan musik rakyat. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara dangdut sebelumnya yang mencari bentuk, namun saat ini mengukuhkan bentuknya. Jika sebelumnya syair bersifat hiperbola menjadi lebih sederhana dan menyentuh kehidupan masyarakat pada masa itu. Ada analisis untuk menganalisa musik dangdut sebagai identitas nasional atau lokal. Beberapa kriteria mengenai musik sebagai identitas nasional atau lokal antara lain (a) dinyanyikan dalam bahasa daerah, (b) unsur musiknya (instrumen, organisasi formal, ritmik) (c) direkam di Jakarta oleh produser utama grup dan didistribusikan melalui jaringan media nasional (Weintraub 2010: 19). Proses perjalanan historis mulai tahun 1970 an membuktikan tidak mudah bagi musik Melayu diterima menjadi selera masyarakat menengah ke atas. Berbagai pendapat merendahkan musik ini banyak terlontar. Musik melayu dianggap sebagai musik identitas kalangan bawah, musik lingkungan kumuh, dan musik kampungan. Anggapan ini lenih banyak didominasi karena penggemarnya yang mayoritas dari kalangan bawah. Di awal tahun 1970an itulah Rhoma Irama bersama Soneta Grup mencoba melakukan sebuah revolusi musik melayu dengan menggabungkan dengan musik rock. “Musik dangdut era 70an itu dangdut mulai ada peralihan dari musik orkes yang melayu modern ke musik dangdut, mas. Ya memang mulai dari kehadiran Rhoma Irama dengan grup Sonetanya waktu itu menjadi sebuah titik baliknya. Mulai dengan sound rock dengan ciri khas melody gitar nya dengan distorsi menjadi fenomenal.” (wawancara dengan Ibu Anik 20 Maret 2015) Di kota Surakarta sendiri, perkembangan musik dangdut juga cukup cepat. Animo masyarakat Surakarta sendiri terhadap musik dangdut sendiri
70
cukup tinggi. Di Surakarta terdapat sebuah panggung pertunjukan musik dangdut yang dikenal dengan THR (taman Hiburan Rakyat) Sriwedari sejak tahun tahun 1980 an. Dengan diadakan pentas musik dangdut yang pada saat itu sering menampilkan grup – grup musik dangdut dari Solo maupun daerah sekitarnya setiap seminggu sekali. “Dulu pada awal – awal digelar konser musik dangdut disini orkes dangdut yang biasa main disini lagu – lagunya ya lagu dangdut klasik gitu mas, lagu – lagunya Rhoma Irama, Elvy Sukaesih. Setiap kita mengadakan pertunjukan musik dangdut seminggu sekali gitu penontonnya mesti membludak. Biasanya OM Ken Arok, OM Pallapa yang main disini, dan sampai saat ini udah ber-regenerasi.” (wawancara dengan Bu Anik 20 Maret 2015) Dangdut di tahun 1980 an di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari merupakan awal mula musik dangdut memiliki eksistensi di Surakarta. Dengan dibuatnya panggung musik di THR Sriwedari itu, masyarakat pecinta musik dangdut bisa langsung menonton pertunjukkan dangdut yang digelar rutin setiap minggu. Salah satu penonton setia pertunjukkan dangdut yang dari dulu sering menonton pertunjukkan dangdut di THR mengatakan bahwa setiap digelar pertunjukkan musik dangdut selalu tidak pernah sepi penonton. “Saya sudah lama mas nonton dangdutan kesini. Hla wong saya senengan e ya njoget, jaman dulu belum ada jogetan koyo temon holic saiki gitu ya njoget – njoget biasa. Penontonnya mesthi ya banyak. Nek berubah ya bisa dikatakan berubah mas, dulu itu komunitas joget Temon Holic ini ya baru saja tahun 2013 an kan. dulu jadi ya kalau ada yang njoget ya njoget aja gitu didepan sana. Kalau orkesnya yang saya tahu dulu belum sebanyak sekarang ini juga. Dulu banyak orkes dangdut yang biduannya pakaiannya agak seronok, jadi yang njoget ke depan itu banyak, kalau sekarang sepertinya sudah dibatasi” (wawancara dengan Mbah Sosro 9 Januari 2016)
71
D. Dinamika Musik Dangdut Dangdut setelah masa reformasi mengalami sebuah perubahan yang mencolok dimulai dengan munculnya seorang penyanyi dangdut yang fenomenal dengan “goyang ngebor” nya yaitu Inul Daratista. Dangdut pada masa reformasi ini dikenal dengan sebutan dangdut campursari. Dimana jenis musik dangdut yang ini banyak dipengaruhi dengan irama gamelan atau kendhang dan dengan goyangan dari penyanyinya, atau biasa disebut dengan biduan. Musik dangdut jenis ini terus berkembang di Indonesia meskipun banyak pro dan kontra dari masyarakat pada saat itu. Inul datang disaat yang tepat, ketika reformasi sedang digalakan, ketika kebebasan dituhankan. Proses kekosongan yang terjadi ketika transisi dari masa Orde Baru ke Reformasi, merupakan pijakan Inuk untuk naik ke permukaan. Pro dan kontra mewarnai keberhasilan Inul mempopulerkan lagu – lagu dangdut dengan goyangan “ngebor” nya. Pertama di awal tahun 2003 saat terjadi pencekalan berturut – turut oleh pemerintah lokal dan fatwa agama dari Majelis Ulama setempat. Khususnya pada akhir tahun 2002 setelah Inul ditemukan dan diangkat oleh industri televisi yang kemudian menjadi populer. Polemik memasuki babak baru kala Inul berjumpa Rhoma Irama di akhir bulan April 2003. Lalu satu setengah bulan kemudian, merupakan tahap anti-klimaks yang ditandai dengan kian jarangnya Inul tampil di hadapan umum hingga awal bulan Juni 2003 ketika beberapa stasiun televisi berhasil membuatnya kembali tampil di berbagai acara. Tidak lama setelah itu, kontroversi sarat emosi yang memecah belah bangsa, juga popularitas Inul memudar cepat. Mulai tahun 2004 namanya hanya sesekali saja muncul di halaman berita nasional. Hal ini terus berlanjut hingga bulan April 2006 dengan terjadinya
72
serangan beberapa kelompok Islami di Jakarta atas hak – hak sipil Inul, ketika perdebatan Undang – undang Anti Pornografi mencapai puncaknya. Kisah Inul menjadi bagian terpenting sejarah budaya pop di Indonesia, dan dalam sejarah identitas politik bangsa lebih luas, terutama di Jawa. (Heryanto 2012:25). Selepas dari kontroversi Inul Daratista, popularitas seorang Inul Daratista dengan sendirinya membangkitkan grup – grup musik dangdut di tanah air yang ingin memanfaatkan kesuksesan Inul. Pada periode pasca-Inul, video grup – grup musik dangdut dengan menampilkan “video goyangan seksi” dari penyanyinya membanjiri pasar lokal khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jogetan dalam pertunjukan musik dangdut menjadi bagian dari praktik pertunjukan di daerah – daerah atau pedesaan, namun baru beredar luas via rekaman video CD. Dalam berbagai pementasan langsung, penyanyi perempuan atau biduan dangdut tersebut menunjukkan gerakan – gerakan erotis di atas panggung. Dalam berbagai rekaman video pementasan – pementasan itu penyanyi diambil gambarnya dari arah depan dengan bidikan kamera berposisi rendah untuk menegaskan atau menonjolkan bentuk tubuh dari penyanyi tersebut. Penonton yang mayoritas kaum adam berjoget di bawah, depan panggung dengan mengulurkan uang kepada penyanyi atau yang biasa disebut dengan nyawer. Terkadang juga ada penonton yang ikut naik ke atas panggung untuk berjoget. Inul Daratista, sang “Ratu Ngebor”, merupakan penyanyi yang fenomenal. Kontroversi yang ada pada dirinya, membuat Inul menjadi penyanyi dangdut termahal bahkan menjadi ikon dangdut pada saat itu. Keberadaan Inul berpengaruh kepada musik dangdut hingga sekarang. Musik dangdut Indonesia kini lebih beragam. Inul merupakan penggerak musik dangdut, dia menggebrak musik dangdut yang sopan dengan dangdut yang
73
koplo. Dangdut yang serius dirubanya menjadi dangdut yang bebas dan penuh goyangan, sehingga dangdut kini lebih berwarna. Berawal dari musik dangdut yang mulai dipopulerkan oleh Inul Daratista yang identik dengan “goyang ngebor” nya yang penuh pro dan kontra, pada era tahun 2000an mulai mucul musisi – musisi dangdut di wilayah
Jawa
Timur
tepatnya
di
daerah
pesisir
Pantura
mulai
mengembangkan jenis musik dangdut baru yaitu seni musik dangdut Koplo. Dangdut Koplo ini merupakan mutasi dari musik dangdut campursari yang kental dengan irama tradisional dan dengan ditambah dengan masuknya unsur seni musik Kendhang Kempul yang merupakan seni musik dari daerah Banyuwangi Jawa Timur dan irama tradisional lainnya seperti Jaranan dan gamelan. Dan berkat kreatifitas para musisi dangdut Jawa Timur an inilah sampai saat ini musik dangdut Koplo yang identik dengan gaya jingkrak dan goyangan penyanyi dan musiknya ini saat populer dan banyak digandrungi banyak kalangan dari atas maupun bawah masyarakat di daerah – daerah Indonesia. Heryanto (2012:90) mengatakan bahwa betapa pun, pemahaman populer tentang rakyat masih bertahan: rakyat sebagai “sosok – sosok lugu yang unggul secara moral, lemah secara ekonomi, tapi berdaulat secara politis, yang sering menderita ketidakadilan yang ditimbulkan oleh kaum kaya dan berkuasa. Pernyataan di atas menegaskan bahwa semenjak dilahirkan pada dekade 1970 sebagai musik sintesis dari India, Melayu, dan unsur Rock seperti yang dimainkan Rhoma Irama dan Soneta, dalam dangdut terdapat berbagai aspek lain seperti politik dan ekonomi. Musik dangdut yang sudah menjadi keseharian masyarakat Indonesia di suatu sisi kerapkali menjadi pintu masuk yang sangat efektif dalam melakukan pengumpulan massa, salah satunya dalam perhelatan kampanye
74
politik. Para musisi dangdut menjadi sasaran bagi kontestan politik, terutama mereka yang memiliki penggemar yang relatif besar skala nasional. Seperti yang dikatakan Weintraub (2012:3) bahwa dangdut dapat menjadi media komunikasi politik yang mumpuni umtuk memobilisasi rakyat atau massa. Ia mencatat pada dekade 1990an dangdut sudah mulai digunakan sebagai media kampanye politik oleh partai yang berkuasa saat itu. Dan kampanye menggunakan dangdut tersebut akhirnya bertahan sampai sekarang. E. Berkembangnya Pertunjukan Dangdut Skala Lokal. Krisis moneter di Asia Tenggara yang berimbas besar dalam stabilitas perekonomia makro di Indonesia rupanya membawa pengaruh ke sektor – sektor perekonomian lain seperti industri musik dan segenap turunannya. Pertunjukan langsung dan rekaman musik mengalami penurunan karena arus modal bagi industri musik mengalami kelangkaan. Sejumlah musisi dangdut seperti yang telah dijelaskan Weintraub harus melakukan sejumlah penyesuaian dalam pertunjukan mereka. (Weintraub 2012:204) Menurutnya daya beli masyarakat berpengaruh juga terhadap angka penjualan rekaman musik. Permintaan atas produk kaset musik jatuh drastis. Hal ini disebabkan juga karena beberapa produk rekaman yang dirilis tidak bertahan lama di pasaran. Banyak album – album rekaman yang dijual murah dalam versi bajakan. Produk – produk bajakan ini yang kemudian banyak beredar di lapak – lapak pinggir jalan. Satu keping VCD yang rata – rata berisi 12 lagu saat ini dijual dengan harga Rp. 6000,00 sedangkan dalam bentuk MP3 yang berisi puluhan bahkan ratusan lagu dihargai Rp. 10.000,00. Dengan begitu masyarakat pun dengan mudah mendapatkannya. Weintraub
menjelaskan,
meski
sistem
ini
menekankan
dan
menurunkan angka penjualan produk rekaman legal, Tapi rupanya sistem ini telah memberikan celah bagi sejumlah masyarakat dari industri musik kecil 75
dan menengah untuk memproduksi dan mensirkulasikan produknya dengan lebih murah dan mudah. Terutama dalam kepentingan promosi pertunjukan live mereka. Kesempatan inilah yang digunakan kelompok musik dangdut lokal untuk mempopulerkan musik mereka ke audienxe yang lebih luas.
Gambar 7. Kaset VCD maupun MP3 bajakan Orkes Dangdut yang dijual di lapak pinggir jalan (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Gejala ini dilihat Weintraub sebagai bentuk fenomena mendaerahnya dangdut, yang kemudian disebut olehnya sebagai “regional dangdut´atau dangdut daerah. Dangdut semacam ini biasanya dinyanyikan dengan lagu daerah dan dipasarkan bagi kelompok etnis yang spesifik. Salah satu diantaranya di Jawa Timur, yang dikenal dengan dangdut koplo. Dangdut koplo inilah yang cukup mendominasi pasar industri musik dangdut produksi lokal di wilayah Jawa Timur-an.
76
Ruang – ruang baru dalam pertunjukan dangdut lokal yaitu adalah hidupnya kembali pertunjukan dangdut skala lokal yang muncul dalam berbagai bentuk, seperti: di perayaan upacara seperti Sekatenan, muncul di pusat – pusat hiburan rakyat (kebun binatang, taman hiburan rakyat, acara – acara di taman kota, maupun berbagai event lainnya). Di berbagai daerah, dangdut menjadi tren dalam pertunjukan rakyat yang umumnya dalam rangka hajatan. Perkembangan pertunjukan musik dangdut seperti ini tidak hanya sekedar tren yang sesaat, karena mulai era 80an hingga sekarang ini pertunjukan dangdut di skala lokal masih terus berkembang. Penggemar dangdut selalu ramai dalam setiap pertunjukan dangdut semacam ini. Hingga banyak pihak menilai (terutama pemerintah daerah bidang pariwisata) bahwa pertunjukan dangdut semacam ini dianggap sebagai media yang mampu membuat masyarakat (kalangan menengah kebawah) merasa terhibur. Wujud dari kepedulian pemerintah daerah terhadap pertunjukan dangdut dalam skala lokal sangat tampak ketika munculnya program – program pembuatan panggung – panggung permanen di beberapa daerah pada tahun 80an akhir. Di tempat – tempat wisata khususnya yang berada di bawah pengelolaan dinas pariwisata di bangun panggung permanen untuk dangdut dan dibuat program pertunjukan dangdut secara rutin. Hampir semua daerah khususnya di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur melakukannya. Hingga sekarang penggung – panggung permanen tersebut masih tetap berdiri dan tetap eksis dengan antusiasme penggemarnya. Dengan munculnya panggung – panggung permanen dan program – program pertunjukan rutin, menumbuhkan ruang popularitas tersendiri bagi artis maupun kelompok musik dangdut lokal. Karena menjadi sering tampil dan didatangi oleh banyak penonton, mereka pun dikenal dan dinilai oleh
77
penggemarnya. Sehingga membuat iklim pertunjkan sakala lokal menjadi sangat subur dan tercipta banyak ruang popularitas bagi artis lokal. Bahkan lambat laun ajang pertunjukan skala lokal semacam ini menjadi tahapan penting bagi artis untuk melangkah ke popularitas dalam skala yang lebih besar. Karena banyak artis yang telah popular mengawali karir artisnya dari pertunjukan - pertunjukan lokal semacam ini. Sampai pada akhirnya musik dangdut menjadi produk kesenian yang digemari oleh masyarakat hampir disemua kalangan. Hampir dalam setiap pertunjukan musik dangdut baik rutin maupun event tertentu tidak pernah sepi dari pengunjung. Kegiatan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan pada akhirnya menjadi tatanan sosial dalam masyarakat. Setelah melalui proses yang panjang selama bertahun – tahun pada akhirnya pertunjukan musik dangdut sebuah kebiasaan dan bersifat objektif. Terbentuklah agenda rutin atau dalam terminologi Berger disebut habitualisasi (proses pengulangan tindakan) dalam perkembangan musik dangdut. Pertunjukan diadakan setiap pekan dengan jadwal tertentu dilaksanakan secara terus menerus membentuk sebuah pola dan dilegitimasi dalam sebuah tatanan sosial. Objektivitas kelembagaan adalah objektivitas yang yang dibuat dan dibangun oleh masyarakat. Proses dimana produk – produk aktivitas manusia yang dieksternalisasi itu memperoleh sifat objektif adalah objektivasi. Dunia kelembagaan adalah aktivitas manusia yang diobjektivasi dan begitupula dengan setiap
lembaganya
(momen objektivasi).
Objektivitas dunia
kelembagaan adalah objektivitas yang dibangun oleh masyarakat. Proses dimana produk – produk sosial manusia yang dieksternalisasi memperoleh sifat objektif adalah Objektivasi (Peter L. Berger, 1992 : 87). THR Sriwedari menjadi salah satu
tonggak dimana musik dangdut mempertahankan
eksistensinya dalam dunia modern.
78
Orkes musik dangdut khususnya di Surakarta sudah terbilang banyak. Diantaranya dari daerah Surakarta dan sekitarnya ada OM Ken Arok dari Salatiga, yang masih memainkan lagu – lagu dangdut murni atau dangdut klasik. OM Ken Arok adalah salah satu OM yang tergolong lama yang masih bertahan meskipun sudang berulangkali regenerasi, namun animo penonton OM Ken Arok masih terbilang banyak saat mereka show di THR Sriwedari. Kemudian untuk saat ini ada OM Savana dari Surakarta, dimana OM Savana membawakan lagu – lagu dangdut namun berbau reggae. Bisa dibilang musiknya regdut (reggae dangdut). Fans OM Savana juga terbilang banyak. Ada juga OM New Delta dari Klaten, dan OM Lorenza dari Sukoharjo. Mereka juga sering mengisi pertunjukan di THR Sriwedari. Orkes – orkes melayu tersebut memang tidak hanya perform di THR Sriwedari saja, namun juga di tempat dan acara – acara lain di Surakarta. Di Kota Surakarta, musik dangdut koplo masih menjadi sebuah jenis musik yang populer di kalangan masyarakatnya. Pertunjukan dangdut yang digelar secara rutin tiap minggunya di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari sering menampilkan grup – grup musik koplo seperti OM Sera, OM Airlangga, OM Sagita, dan berbagai grup musik dangdut lain yang berasal dari Surakarta dan sekitarnya. Namun tidak dipungkiri juga ditampilkan jenis musik dangdut klasik. OM Sera adalah salah satu orkes melayu asal Jawa Timur yang banyak ditunggu – tunggu oleh masyarakat Solo. SERA diadaptasi dari kata Selera Rakyat, dengan tujuan mempersembahakan musik sesuai dengan selera rakyat Indonesia. OM Sera terbentuk pada tahun 2003. Pada waktu itu, OM Sera menjadi satu – satunya orkes Melayu yang menguasai pasar dangdut lokal di Jawa Timur, dan sampai saat ini merambah ke wilayah – wilayah lain. Paling banyak untuk saat ini mereka mendapat job – job dari wilayah Jawa Tengah. Di kota Surakarta sendiri, OM Sera sudah tidak bisa dihitung lagi berapa kali 79
tampilnya, karena di setiap event sering mengundang OM Sera sebagai hiburannya. OM Sera juga mendapat jadwal reguleran di THR Sriwedari setiap satu bulan sekali. Dengan menampilkan beberapa penyanyi dangdut yang terkenal diantaranya Wiwik Sagita, dan Via Vallen. Via Vallen semenjak bergabung di OM Sera kebanyakan menyanyikan lagu – lagu pop yang diaransement koplo. Ternyata lagu – lagu seperti itu banyak disukai oleh penggemar dangdut, terutama kaum muda. "Dulu anak muda malu kalau ketahuan dengar musik dangdut, dianggapnya kampungan. Dari situ aku mikir gimana caranya biar mereka suka sama dangdut, akhirnya cukup berhasil dengan dijadiin koplo. Pernah aku sampai koplo-in lagu Slank sama Agnez Mo," (Wawancara dengan Via Vallen 30 Mei 2016) Ternyata dengan meminkan lagu – lagu pop yang dibuat koplo dapat menarik masyarakat pecinta musik dangdut terutama kaum – kaum muda di Solo. Tidak heran apabila OM Sera ada jadwal manggung di Taman Hiburan Rakyat (THR) Solo selau dipenuhi oleh seramania (sebutan fans OM Sera) dan Vyanisty (sebutan fans Via Vallen) dari berbagai daerah. “Setiap Sera main di THR atau ada event-event di Solo saya bareng konco-konco TH (Temon Holic) apa Seramania mesti nonton, mas. Luweh seneng dangdut Koplo nan yang digawakne Sera gitu daripada lagu dangdut Klasik yang kadang bikin bosen, mas” (wawancara dengan Eko, anggota Temon Holic 9 Januari 2016). F. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Dinamika Musik Dangdut. Dinamika musik dangdut memasuki tahap internalisasi setelah sebelumnya mengalami proses eksternalisasi yang panjang dari satu jaman ke jaman yang lain, menjadi sebuah tatanan sosial dan kemudian di legitimasi. Pada momen internalisasi ini individu mengidentifikasi diri dengan lembaga
80
sosial atau organisasi sosial dimana individu menjadi anggotanya. Internalisasi merupakan peresapan kembali realitas oleh manusia dan mentransformasikannya kembali dsari struktur dunia objektif ke dalam struktur kesadaran subjektif (Peter L. Berger, 1992 : 224). Internalisasi menyoroti terjadinya transformasi musik dangdut sebagai dampak dari perkembangan jaman yang disebabkan oleh beberapa faktor yakni : 1. Media Massa Sebelum stasiun televisi swasta nasional bermunculan, Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan satu – satunya stasiun televisi yang mengudara di Inodnesia. Ketika itu pada tahun 80an, stasiun televisi yang seluruh pembiayaannya berasal dari pemerintah ini sudah mulai memasukkan konten – konten musik dangdut ke dalam beberapa program acara hiburan yang mereka miliki seperti Aneka Ria Safari, Aneka Ria Nusantara, Irama Masa Kini. Namun ternyata porsi penayangan musik dangdut pada beberapa program acara hiburan TVRI tersebut masih dibatasi. Seiring sengan berjalannya waktu, stasiun televisi swasta pun mulai diizinkan untuk mengudara. Dengan adanya hal ini, popularitas konten musik dangdut di televisi nasional mulai bermunculan pada tahun 1990an. Salah satu faktor yang menyebabkan musik dangdut mulai dilirik oleh industri televisi nasional adalah tak lain karena genre musik ini sangat dekat dengan masyarakat Indonesia. Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) merupakan salah satu stasiun televisi swasta nasional yang mempelopori masuknya konten – konten dangdut dalam program acara yang mereka miliki. TPI pada saat itu mencoba untuk mengangkat pamor yang dimiliki oleh musik dangdut agar memiliki daya tarik komersil. Target pasar yang diburu oleh TPI untuk musik dangdut bukan lagu kaum – kaum buruh kelas sosial bawah, namun melainkan juga menargetkan kaum – kaum menengah keatas untuk ikut
81
menyukai musik ini. Beberapa acara di stasiun Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang top pada masa itu dengan menampilakn konten – konten musik dangdut diantaranya Kuis Dangdut, In dan Cafe Dangdut, Stardut. Sejak awal tahun 1990an stasiun televisi swasta nasional memiliki peran yang sangat besar dalam melambungkan popularitas musik dangdut. stasiun televisi pun semakin kreatif dalam memasukkan konten – konten musik dangdut kedalam program acara yang mereka miliki. Misalnya, konten dangdut dapat kita temui dalam sebuah program acara kuis dan acara – acara komedi, hingga acara yang menampilkan unjuk bakat menyanyi dangdut. Pasar untuk musik dangdut pun mulai meluas, yang tadinya hanya dapat dinikmati atau hanya dapat disaksikan melalui pementasan atau pertunjukan secara langsung, pada saat itu pun berubah ke pertunjukan televisi yang dapat ditonton oleh masyarakat secara luas melalui pesawat televisi yang mereka miliki. Dengan kemunculan di layar kaca, secara tidak langsung musik dangdut juga mulai mencoba menarik penonton kelas menengah dan sekaligus menghapus stigma sebagai musik kampungan yang sangat melekat bagi jenis musik ini. Hingga saat ini musik dangdut pun tetap menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu musik yang diminati oleh banyak kalangan masyarakat di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan tetap bertahannya program acara televisi yang masih mengandalkan dangdut sebagai konten utama dalam program acara mereka. Dan tidak hanya stasiun televisi nasional saja yang menggunakan musik dangdut sebagai konten dalam program acaranya, namun juga stasiun – stasiun televisi lokal ikut menampilkan program – program acara berisi konten dangdut. Media televisi juga mengangkat keberadaan musik dangdut dengan mengadakan konser dangdut untuk memeriahkan event-event tertentu, bintang 82
tamu program acara talkshow dan sejenisnya seperti pemberitaan-pemberitaan seputar artis/seniman dangdut yang sedang naik daun. Sebut saja dulu ada Inul, Uut Permatasari, Dewi Persik, Syaiful Jamil, Julia Perez hingga saat ini muncul Duo Racun, Trio Macan, Ayu Tinting, Duo Serigala dan banyak artis dangdut lainnya, siapa yang tidak pernah mendengar atau mengetahui namanama tersebut. Meskipun tidak semua pemberitaan bersuara positif (terkadang gosip negatif), berita mengenai artis dangdut turut menaikkan pamor dangdut secara tidak langsung dan dangdut makin dikenal masyarakat dari berbagai kalangan. Keadaan yang seperti inilah yang merubah stigma masyarakat tentang dangdut yang kampungan menjadi dangdut modern dan tidak lagi kampungan. Beberapa tahun ini salah satu stasiun televisi swasta menggelar lomba bakat menyanyi dangdut yang sangat digemari. Dangdut Academy merupakan suatu ajang pencarian bakat penyanyi dangdut terbesar pertama di Indonesia yang disiarkan di stasiun televisi Indosiar. Bukan hanya itu, acara ini juga sukses membuat musik dangdut yang sempat mati suri menjadi bangkit dan berkembang kembali, sehingga saat ini menjadi salah satu ajang pencarian bakat nomer satu di Indonesia. Seluruh peserta Dangdut Academy yang telah lolos seleksi di babak audisi kemudian dikarantina di sebuah asrama dan diberikan pelatihan – pelatihan berupa koreografi, olah vocal, performance, personalitas, dan tata busana oleh beberapa guru yang ahli pada bidangnya masing – masing. Seluruh peserta Dangdut Academy yang telah lolos seleksi setiap minggunya diadu dalam babak – babak yang telah ditentukan hingga menuju malam grand final. penampilan para peserta akan dinilai para juri yang diambil dari kalangan penyanyi – penyanyi dangdut senior papan atas diantaranya Inul Daratista, Rita Sugiarto, Iis Dahlia, Beniqno, Hetty Koes
83
Endang, Elvy Sukaesih, dan juri – juri tamu yang berganti – ganti setiap minggunya. Acara Dangdut Academy ini telah berlangsung hingga 3 musim. Dimana musim perdananya pada tanggal 3 Februari 2014, musim keduanya tanggal 8 Februari 2015, dan 24 Januari 2016 untuk musim ketiganya. Dangdut Academy menjadi nominasi Panasonic Gobel Award untuk kategori Pencarian Bakat & Reality Show Terbaik pada tahun 2015. Acara pencarian bakat seperti Dangdut Academy ini sangat ditunggu tentunya bagi para penyanyi – penyanyi dangdut lokal untuk menaikkan popularitasnya juga apabila berhasil lolos hingga menjadi juara.
Gambar 8. Penampilan Salah Satu Peserta Acara D’Academy (Sumber: Youtube)
Berbeda dengan jaman dahulu, radio yang merupakan teknologi untuk menyatukan masyarakat kini posisi tersebut telah diambil alih oleh televisi. Musik dangdut yang disiarkan di televisi dikemas begitu apik, mulai dari penampilan penyanyinya, goyangannya yang dibatasi, serta menyaring syair – syair yang mengandung makna erotis. Semua itu dilakukan untuk menghilangkan kesan bahwa musik dangdut itu adalah musik yang
84
kampungan atau musik yang berbau dengan aksi pornografi. Sehingga secara tidak langsung ini merupakan usaha agar dangdut dapat diterima oleh semua kalangan, baik dari kalangan bawah, hingga eksekutif di kalangan atas. Meskipun begitu, radio dan televisi memiliki penikmat dari segmen masyarakat yang berbeda begitu juga acara musik dangdut yang disajikan oleh radio dan televisi. Siaran musik dangdut di radio memiliki segmen masyarakat tersendiri, hal terbukti masih banyak stasiun radio yang memposisikan dirinya sebagai “radio dangdut” dan menyajikan program siaran musik dangdut pada jam maupun hari tertentu (biasanya siang hari). Tidak bisa dipungkiri penikmat musik dangdut di radio masih didominasi segmen masyarakat menengah ke bawah. Seperti beberapa profesi yang sering kita temui sedang mendengar musik dangdut. Tukang becak yang bersantai mendengarkan musik dangdut melalui radio, penjaga toko kelontong, tukang cukur “Madura”, tukang tambal ban, dan masih banyak kelompok profesi lainnya yang secara tidak langsung tidak dapat dipisahkan sebagai pendengar radio dangdut. Di lain sisi, siaran musik dangdut di televisi juga memiliki penikmat musik yang berbeda. Tampilan siaran musik dangdut yang lebih mewah, modern, dan menarik (visual) dapat meningkatkan pamor dari musik dangdut. Acara dangdut di televisi lebih ditujukan untuk hiburan keluarga, di waktu prime time di saat keluarga berkumpul (malam hari). Salah satu cara yang paling efektif yang digunakan untuk meningkatkan pamor dangdut adalah acara kompetisi dangdut, selain menampilkan hiburan dangdut modern dan penyanyi-penyanyi dangdut nasional, acara seperti ini ikut melibatkan partisipasi masyarakat untuk berlomba memenangkan kompertisi dangdut ini. Tidak hanya sebagai peserta kompetisi, acara seperti ini juga ikut membawa pendukung-pendukung dan komunitas - komunitas dangdut dari berbagai daerah. 85
Untuk televisi lokal, sekarang juga banyak ditemui acara – acara musik dangdut yang ditayangkan secara live. Di kota Surakarta yang saat ini sudah memiliki stasiun televisi lokal, program acara dangdut yang diunggulkan diantaranya Terminal Dangdut yang ditayangkan setiap harinya. Tidak hanya melalui media televisi saja, dangdut di skala lokal juga berkembang melalui stasiun radio. Di Kota Surakarta terdapat salah satu stasiun radio lokal yang sudah lama mengudara, yang sering dikenal dengan brand “radio dangdutnya wong Solo”. Salah satu radio ini memiliki program khusus untuk acara dangdut diantaranya yaitu “Sensasi” dan “JPI Bergeyol”. 2. Musikalitas Dangdut dalam perkembangannya mengalami banyak perubahan dan variasi dalam musikalitas di pertunjukannya. Berbicara mengenai musikalitas musik dangdut, perubahan sangat kental terasa pada ritme dan alunan musik dangdut. Mulai dari tahun 1950-60an musik dangdut masih bersentuhan erat dengan musik India dan Arab hingga pada tahun 1970an Indonesia sedang dilanda demam musik Rock dari Barat, akhirnya muncullah musik rock dangdut yang saat itu dipopuperlakan Rhoma Irama bersama OM Soneta yang terbentuk pada tahun 1970. Pada era inilah musik dangdut mencapai kejayaan dimana musik rock dangdut mampu berdiri sejajar dengan musik rock dalam dan luar negeri. Bersama OM Soneta, Rhoma Irama pada tahun 1975 merilis album “Begadang” dibawah perusahaan rekaman Yukawi Indo Music. Sampul kasetnya terlihat Rhoma Irama tampil dengan pose bintang rock, bertelanjang dada, memakai perhiasan, bercelana panjang ketat, dan menenteng gitar listrik Fender Stratocaster. Lagu dalam albumnya perdana yang hits yaitu “Begadang”. Berikut Lirik lagu Begadang milik Rhoma Irama.
86
Begadang jangan begadang kalau tiada artinya begadang boleh saja kalau ada perlunya Begadang jangan begadang kalau tiada artinya begadang boleh saja kalau ada perlunya Kalau terlalu banyak begadang muka pucat karena darah berkurang Bila sering kena angin malam segala penyakit akan mudah datang Begadang jangan begadang kalau tiada artinya begadang boleh saja kalau ada perlunya Tabel 8. Lirik Lagu “Begadang” milik Rhoma Irama
Lagu “Begadang” mengadopsi dari ungkapan populer waktu itu. Lagu ini sesungguhnya mendorong para pendengarnya agar tidak begadang, kecuali jika mutlak diperlukan (sebagai pekerja), karena mereka akan sakit dan tidak berguna bagi masyarakat. Mereka ini bisa anak muda pengangguran yang menghabiskan malam dengan nongkrong di pinggir jalan. Musik yang merangsang aktivitas penciptaan musik Rhoma Irama yang paling kreatif bukan musik Melayu, melainkan apa yang ia sebut sebagai musik “hard rock”, khususnya musik grup rock Inggris, Depp Purple, Rolling Stones, dan Led Zeppelin. (Weintraub, 2012:112). Untuk mendapatkan bunyi hard rock
dan mempertahankan unsur – unsur Melayu, Rhoma Irama
menggunakan ensambel yang jauh lebih besar, dan mencakup alat musik 87
elektrik yakni gitar elektrik (dua), mandolin, bass elektrik, drum set, timpani, tamborin, dan perkusi lain, penyanyi latar, alat musik tiup (terompet dan saxophone), serta keyboard elektronik dan organ. Selain itu, suling dan gendang. Kemudian di awal tahun 1990an, bermunculan musik dari luar negeri seperti Reggae, Hip hop, dan mandarin. Musik dangdut kembali dapat beradaptasi dan berkolaborasi dengan aliran-aliran musik baru tersebut tanpa meninggalkan unsur asli musik dangdut. Di akhir tahun 90an, musik dangdut mulai merambah ke aliran musik baru, yaitu musik disco. Dan di awal tahun 2000, jagad musik Indonesia dihebohkan dengan aksi dangdut Inul Darastita dengan goyang ngebornya. Lantunan lagu dengan aransemen musik dari variasi gendang dan beat yang cenderung cepat, membuat baik penyanyi maupun penonton/pendengarnya ingin ikut bergoyang. Salah satu lagu yang diciptakannya setelah Ia menjadi sosok yang kontroversial, dimana lagu itu berjudul “goyang Inul” menjadi populer pada masa itu. Berikut lirik lagu “Goyang Inul” yang dinyanyikan Inul dengan jogetan khas “ngebor” nya. para penonton bapak-bapak ibu-ibu semuanya jangan heran kalo inul sedang goyang rada panas, agak seksi maafkanlah para penonton bapak-bapak ibu-ibu semua yang ada di sini ada yang bilang dangdut tak goyang bagai sayur tanpa garam dari itu inul goyang 88
agar semuanya senang bagi yang kurang berkenan melihat inul bergoyang jangan marah, maafkanlah para penonton bapak-bapak ibu-ibu semua yang ada di sini goyang yuk reff: seribu satu macam problema sejenak kita lupakan saja lihatlah goyang inul semoga terhibur, sayang bagi yang sedang putus bercinta jangan bersedih, jangan berduka goyang inul obatnya mari kita gembira, sayang tapi janganlah lupa sambil kita berdoa agar kita semua sehat sentosa para penonton bapak-bapak ibu-ibu semua yang ada di sini goyang lagi yuk Tabel 9. Lirik Lagu “Goyang Inul” oleh Inul Daratista
Jenis musik dangdut ini yang nantinya berkembang menjadi musik dangdut koplo. Menurut Weintraub (2012:251) istilah Koplo yang mengacu 89
pada gaya pementasan, irama gendang, dan tempo cepat. Menurut pemahamannya istilah ini berasal dari “pil koplo”, musik dengan tempo cepat ini merupakan cara mengungkapkan perasaan “teler” tentang gaya tarian yang dianggap orang sebagai hal yang “sulit dipercaya” atau “ajaib”. Menurut Weintraub, koplo merupakan sebuah percampuran kreatif dari proses bermusik yang mengalami persaingan dengan kelompok etnik. Dari segi musikalitas, dangdut Koplo sangat kental dengan pengaruh berbagai gaya musikal, termasuk rock, house, dangdut dan jaipongan. Pada iringan musiknya, dangdut Koplo didominasi kendhang (ketipung) dangdut yang bersuarakan “dang”. Permainan “dang” lebih dominan dibanding “dut”, bunyi ini dihasilkan melalui teknik menggeser tangan di lapisan kulit/membran kendhang. Perbedaan bunyi ini memeberikan ruang joget tersendiri pada dangdut. sementara dalam mengisi hal yang sama, pada dangdut koplo melakukan banyak senggakan-senggakan seperti “yak e”, “dum plak ting ting joss”, “asik asik”, bahkan “ buka sithik joss”. Kerap kali senggakan dibarengi dengan goyangan – goyangan penyanyi yang aduhai. Rentetan tersebut menjadi satu kesatuan dan memberi warna yang berbeda dalam dangdut koplo. Senggakan
sebagai hal kecil mempunyai peran yang kuat dalam
musikalitas dangdut koplo si setiap pertunjukan. Senggakan dalam pelaksanaannya dianggap sebagai peramai suasana sehingga musik menjadi meriah. Hal tersebut menjadi menarik karena dalam pembacaan secara tekstual dari pola ritmik pada lagu yang dibawakan oleh OM dangdut koplo. Senggakan dianggap hal yang sederhana tetapi dalam keberlangsungannya mempunyai makna kebudayaan, esensi, guna dan fungsi. Bahkan Senggakan menjadi identitas musikan pada dangdut koplo. Pada hal ini, dangdut koplo juga membentuk identitas baru dalam hal musikalitas pemainnya. Pola tabuhan kendhang pada dangdut kolplo memunculkan senggakan sebagai patahan – patahan, dan efek – efek dalam 90
lagunya menciptakan sesuatu yang beda dalam sebuah lagu. Adanya ledakan – ledakan, klimaks – klimaks yang dibuat pada bagian – bagian lagu memberikan dampak lagu lebih enerjik dan enak untuk berjoget. Pembentukan senggakan pada dangdut koplo ini menjadikan senggakan sebagai karakterisktik musikal dari dangdut koplo yang terkuat. Seperti yang disampaikan salah satu penonton dangdut koplo di THR Sriwedari, “Yang bikin suka sama musik dangdut koplo itu lagu – lagunya yang kita senangi, kebanyakan juga lagu – lagu pop, trus sama permainan kendhang e mas. Nyawane dangdut koplo ya di kendhang e mas nek menurutku. Orkes dangdut koplo sekarang ini kreatif – kreatif. Jadi tiap orkes punya ciri khas kendhangan dewe” (wawancara dengan Eko 9 Januari 2016) Para pemain musik dangdut tentunya telah memiliki pengetahuan tentang senggakan secara tidak sadar ketika mereka mendengarkan karawitan, sehingga dalam permainannya memiliki unsur – unsur musikal yang sama. Pada permainannya, senggakan mempunyai implikasi lain pada dangdut koplo, seperti yang dikatakan gitaris dari OM Sera, “yo senggakan atau jep – jep an itu variasi, tapi bikin ciri khas tersendiri, mas. Biasane senggakan niru jawa timuran terus musisine ngulik dewe – dewe, kan variasinya juga udah banyak, nek ono lagu anyar baru latihan mas. Aba – aba biasanya dari pemain kendhang e mas. Nanti pas senggakan gitu aku main nganggo distorsi. Kadang juga spontanitas, hehehe…soale sudah lama main bareng, dadi apal, mas” (wawancara dengan Bodrex, gitaris OM Sera 31 Mei 2016) Salah satu lagu pada musik dangdut koplo yang terdapat senggakan – senggakan yang membuat penonten berjoget salah satunya adalah lagu yang diciptakan oleh sorang laki – laki asal Jawa Timur yang bernama Nur Bayan dan cukup hits pada waktu itu dan dipopulerkan oleh banyak orkes dangdut koplo dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah seperti OM Sagita, OM Sera, OM Monata dengan penyanyi Wiwik Sagita, Via Vallen yang berjudul “Oplosan”. Berikut lirik dari lagu “Oplosan” 91
Opo ora eman duite gawe tuku banyu setan Opo ora mikir yen mendem iku biso ngrusak pikiran Ojo diteruske mendeme Mergo ora onok untunge Yo cepet lerenono mendemmu Ben dowo umurmu Oplosan Oplosan Oplosan Sawangen kae konco koncomu akeh do podo gelempangan Ugo akeh sing kelesetan ditumpakake ambulan Yo wes cukup anggonmu mendem Yo wes cukup anggonmu gendeng Do mari mario yo leren lereno Ojo diterus terusno Reff: Tutupen botolmu Tutupen oplosanmu Emanen nyawamu ojo mbok terus teruske mergane ora onok gunane Opo ora eman duite gawe tuku banyu setan Opo ora mikir yen mendem iku biso ngrusak pikiran Ojo diteruske mendeme Mergo ora onok untunge Yo cepet lerenono mendemmu Ben dowo umurmu Tabel 10. Lirik lagu dangdut koplo “Oplosan”
Lagu tersebut memiliki lirik berbahasa Jawa yang mengandung arti bahwa ada ajakan untuk melalukakn perbuatan baik yaitu dengan mengindari minum – minuman keras atau mabuk – mabukkan. Dengan arransement musik tempo cepat dan ditambahi dengan senggakan dan jogetan dalam lagu tersebut mudah dihafal oleh masyarakat khususnya penikmat musik dangdut. Lagu tersebut kemudian menjadi “booming” di khazanah musik dangdut
92
koplo di tanah air, dimana yang awalnya lagu tersebut dinyanyikan dengan lirik bahasa Jawa hingga lagu tersebut masuk kancah nasional dengan dibuat liriknya dalam bahasa Indonesia. Dalam hal musikalitas, musisi – musisi dangdut menuangkan ide kreatifitasnya seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Tidak hanya mengutamakan senggakan dari MC maupun musik dangdut yang dibawakannya, orkes musik dangdut sekarang seperti Sera menggunakan keyboard
double
dan
menggunakan
laptop
untuk
sampling
untuk
menambahkan efek – efek (seperti suara ayam, sirine,dll) agar terlihat lebih ramai. Aliran atau variasi musik dalam dangdut koplo juga bermacam – macam. Ada juga yang mengkolaborasikan musik dangdut dengan musik reggae. “Sekarang ini banyak musisi dangdut yang mengaransement lagu – lagu pop di koplo kan, dan juga lagu – lagu Reggae yang diaransement dangdut koplo, mas. Seperti kemarin ada yang namanya OM Savana, mereka tampil disini (read:THR Sriwedari) membawakan lagu – lagu Reggae tapi diaransement dangdut koplo”. (wawancara dengan Ibu Anik 20 Maret 2015) Banyak tanggapan pro dan kontra yang menyertai jenis musik dangdut ini. Beberapa tanggapan positif diberikan oleh sebagian kalangan yang memandang bahwa dangdut koplo beserta goyangan yang ditampilkan merupakan suatu seni dan ekspresi diri seseorang. Lain pendapat dari berbagai pihak yang menyatakan bahwa dangdut koplo memicu kontroversi baik dari segi lirik yang bisa disalah asosiasikan hingga penampilan penyanyi dangdut yang terlalu vulgar dan tidak sesuai etika masyarakat. Terlepas dari semua pendapat tersebut, salah satu variasi musik dangdut yang masih hidup sampai saat ini yaitu dangdut koplo.
93
Gambar 9. Aris Gopinda dan Rumania membawakan acara Terminal Dangdut dengan orkes melayu format electone (keyboard dan kendhang. (Sumber: dokumentasi pribadi)
Format beberapa Orkes Melayu yang ditunjukkan saat pertunjukan di THR Sriwedari juga berbeda dengan format Orkes Melayu yang ditampilkan di TATV. Pertunjukan musik dangdut di acara
televisi secara live tidak
seramai saat live di panggung – panggung hiburan besar. Seperti yang dikatakan oleh host Terminal Dangdut TATV yakni Aris Gopinda,
“ya yang biasanya main disini (read:Terminal Dangdut) ya orkesorkes dangdut campursari dari Solo, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, dan sekitare. Tapi biasane format e ya cuma Kibord, Gitar elektrik, sama Ketipung. Kalau nggak ya cuma Kibord sama kendhang aja. Kebanyakan format e ringkes, nggak pernah format full” (wawancara dengan Aris Gopinda, host acara Terminal Dangdut TATV 31 Mei 2016)
94
3. Gaya Artis/Penyanyi Dangdut Kemunculan artis/penyanyi, grup, atau seniman dangdut baru dari berbagai daerah secara tidak langsung membawa perubahan musik dangdut sekaligus meningkatkan persaingan tersendiri antar seniman dangdut di ranah hiburan dangdut Indonesia. Perubahan terjadi pada cara berpakaian, alunan musik, lirik - lirik lagu hingga gaya hidup dari seniman dangdut. Penampilan biduan dangdut (penyanyi wanita) yang biasanya disertai aksi erotis dan lantunan lagu - lagu menggoda, genit, dan manja mulai berubah. Meskipun di beberapa daerah aksi panggung dangdut masih disertai aksi – aksi demikian rupa karena hal tersebut merupakan suatu “hiburan” tersendiri bagi penonton. Perubahan tersebut terlihat sekali pada pertunjukan dangdut di televisi. Seiring perkembangan teknologi alat musik yang digunakan dalam pementasan langsung di televisi, fashion dari para artis dangdut juga berubah. Para artis dangdut terutama artis-artis baru tidak ingin ketinggalan jaman, sehingga mereka berusaha selalu mengikuti perkembangan mode-mode fashion yang sedang menjadi tren. Mereka ingin tetap eksis di dunia dangdut, sehingga para seniman dangdut ini berusaha untuk mengkolaborasikan penampilan dangdut mereka dengan perkembangan jaman. Penampilan artis dangdut ini lebih eksklusif, mewah, dan modern. Dengan riasan elok dan kostum mahal, para artis dangdut ini menunjukkan bahwa dangdut bukan hanya tontonan kampung dan berubah menjadi tontonan kelas atas, karena biaya yang dikeluarkan untuk sebuah tampilan dangdut tersebut maha
95
Gambar 10. Gaya berpakaian penyanyi dangdut saat tampil di THR Sriwedari. (Sumber: dokumentasi pribadi)
Via Vallen adalah salah satu penyanyi dangdut masa kini yang digemari oleh ribuan bahkan ratusan ribu pecinta musik dangdut di tanah air. Dia merupakan salah satu icon dangdut pop koplo saat ini. Bersama OM Sera dari Jawa Timur dia mulai tenar. Dari kecil Via Vallen sudah mulai menyanyi dangdut karena ayahnya juga seorang musisi dangdut. Pada pertengahan tahun 2015 dia meluncurkan single nya yang berjudul “Selingkuh” dan sampai saat ini sudah ditonton sebanyak satu juta lebih viewers di Youtube. “Bareng SERA aku nyanyi lagu – lagu pop Indonesia maupun luar yang lagi hits aku aransement koplo. Jadi mereka biar goyang, aku hanya sedikit aja.” (wawancara dengan Via Vallen 30 Mei 2016) Saat OM Sera tampil di Solo, di THR Sriwedari khususnya, tidak lupa mereka selalu membawa Via Vallen sebagai artis utamanya yang memiliki banyak fans di Solo. Vyanisty (sebutan fans Via Vallen) tidak pernah absen mendukung idolanya tersebut saat tampil bersama Sera maupun saat Via Vallen tampil bersama OM yang lain. “Mereka (Vyanisty) selalu datang saat aku manggung di Solo. Banyak juga fans di Solo. Bagiku Vyanisty ya keluarga
96
keduaku. Tanpa mereka aku tidak bisa sampai seperti saat ini. Waktu nyanyi di THR ada yang dateng jauh – jauh dari Praci Wonogiri yang cuma pengen minta foto sama tanda tangan. Biasanya setelah selesai acara mereka langsung merapat ke belakang panggung.” (wawancara dengan Via Vallen 30 Mei 2016)
Gambar 11. Via Vallen saat tampil di THR Sriwedari bersama OM SERA. (Sumber: dokumentasi pribadi
Menurutnya perkembangan musik dangdut di Solo tidak pernah surut. Masyarakat solo penggemar dangdut selalu ramai saat dirinya manggung di Solo. Dengan gaya berpakaian yang tidak terlalu terbuka, dan tidak berjoget yang vulgar, dan dengan khas menyanyikan lagu – lagu pop di aransement koplo, menjadi trendmark bagi masyarakat pecinta musik dangdut, dan merupakan salah satu prototype dangdut modern atau dangdut masa kini. ”Aku kalau manggung dari awal dulu ya pakaiannya kayak gini ini mas, malah ada yang bilang kayak mau ke mall. Ya Alhamdullilah masyarakat bisa menerima, dan support malahan.” (wawancara dengan Via Vallen 30 Mei 2016) Tidak hanya bersama grup OM Sera saja Via Vallen menyanyi dangdut, namun terkadang juga Via Vallen sendiri dapat undangan job untuk menyanyi sendiri. Seperti di stasiun televisi Solo TATV, menyanyi di
97
pernikahan, hingga job event-event dari perorangan. Seperti kemarin penulis berkesempatan untuk mengiringi Via Vallen dalam acara Closing Party di Beer Garden.
Gambar 12. Via Vallen saat tampil di Beer Garden bekolaborasi dengan band dari Solo (Sumber: dokumentasi pribadi
Banyaknya kompetisi dangdut di TV dengan panggung yang besar dan hadiah yang besar juga menunjukkan bahwa dangdut pantas dijadikan tontonan berkelas bukan kampungan lagi. Meskipun tak bisa dipungkiri beberapa artis dangdut nasional pun masih banyak yang hanya populer melalui tampilan fisik saja, aksi panggung (kostum dan goyangan), gaya hidup, dan sensasi yang dibuat. Tidak jauh berbeda dari kebanyakan “dangdut kampung” yang lebih menonjolkan sisi sensualitas daripada kemampuan vokal saat beraksi. Tetapi atmosfer persaingan antar artis dangdut untuk tetap dapat eksis dan bertahan di industri nasional turut berdampak pada perkembangan musik dangdut itu sendiri untuk menjadi lebih baik. Para seniman dangdut berlomba untuk dapat menyuguhkan alunan musik yang indah, lirik lagu yang menyentuh, kualitas penyanyi dangdut yang bagus, penampilan panggung yang menarik dan unsur-unsur dangdut lainnya,
98
menjadikan musik dangdut terus berkembang untuk meninggalkan imej negatif yang sudah terlanjur menempel. 4. Kontribusi Komunitas Dangdut Dinamika musik dangdut terus diikuti dengan bertambahnya penikmat genre musik ini. Tidak hanya orang dewasa, orang remaja pun menikmati pagelaran-pagelaran musik dangdut. Keberadaan grup orkes melayu (OM) yang semakin bervariasi, penyanyi dangdut yang semakin banyak dan menarik, acara TV, program musik di radio, serta event-event publik yang mengusung hiburan berupa pagelaran musik dangdut untuk menarik pengunjung, semakin menunjukkan eksistensi musik dangdut di era sekarang ini. Eksistensi musik dangdut ditunjukkan tidak hanya dari semakin banyaknya jumlah seniman dangdut ataupun pertunjukan musik dangdut yang digelar, tetapi dari segi jumlah penonton (audience) yang menikmati pertunjukan tersebut. Temuan dari survei yang dilakukan oleh lembaga riset konsumen, Nielsen (2014), menyebutkan bahwa musik Pop Indonesia dan Dangdut merupakan jenis musik yang banyak digemari oleh para pendengar radio. Hal ini menunjukkan bahwa genre musik dangdut masih dapat bersaing dengan genre musik lain.
Selain itu, munculnya komunitas – komunitas
pecinta musik dangdut ataupun pendukung/penggemar dari suatu grup musik dangdut (OM), semakin menunjukkan eksistensi musik dangdut di masyarakat Indonesia. Di antaranya: Fans of Rhoma and Soneta (Forsa-wadah komunitas penggemar Rhoma Irama), Sera Mania (sebutan penggemar OM SERA), Sagita Mania (sebutan penggemar OM SAGITA), Vianisty (sebutan penggemar penyanyi dangdut Via Vallen), dan lainnya. Komunitas-komunitas
99
tersebut selalu antusias untuk datang, menonton, dan menikmati pertunjukan dangdut dari penyanyi/grup dangdut yang mereka idolakan.
Gambar 13. Penonton musik dangdut THR Sriwedari tergabung dalam komunitas Seramania Solo. (Sumber: dokumentasi pribadi
Temon Holic yang berdiri pada tahun 2013 merupakan sebuah komunitas yang di dalamnya menampung para penggemar joget musik dangdut, dimana komunitas tersebut sebagai pelopor joget dan menjunjung tinggi musik dangdut. Keistimewaan dari komunitas ini selain menampilkan gerak joget musik dangdut koplo yang jenaka atau lucu, Temon Holic juga melarang keras para anggotanya untuk mengkonsumsi minuman keras yang memabukkan disaat pagelaran konser musik dangdut berlangsung dan sikap brutal atau anarkhisme. Seperti halnya dalam slogan komunitas ini yaitu K.I.S singkatan dari Kreasi, Imajinasi/Inspirasi, Seni, Harapan dan tujuan makna dari slogan tersebut agar kita para penikmat musik dangdut bisa menuangkan kreasinya dalam sebuah gerakan joget koplo yang berawal dari imajinasi dan
100
menjadikan inspirasi kepada pejoget – pejoget dangdut yang akan menimbulkan seni tersendiri dari musik dangdut. Temon Holic bermula dari seorang anak muda yang bernama Muchtar Setyo Wibowo atau “Temon”. Dia sangat fanatik dengan musik asli Indonesia ini. Pertama kali Temon melihat pertunjukan musik dangdut adalah disaat konser grup musik dangdut dari Klaten yaitu Sagita Nada. Seiring berjalannya waktu salah satu kru dari grup Sagita Nada menyukai gerakan joget dari Temon tersebut hingga kru tersebut mengenalinya. Setelah itu setiap Sagita Nada menggelar konser, pasti nama Temon selalu disebut disaat konser dangdut berlangsung, dari situ terdapat salah satu teman dari Temon yang iseng memberikan julukan Temon Holic. Mereka berunding dan akhirnya sepakat dan menyetujui kalau gerak jogetan Temon tersebut dinamakan Temon Holic (TH). Seiring berjalannya waktu nama Temon Holic mencuat di kota Klaten, banyak remaja yang ikut serta bergabung dengan komunitas Temon Holic (TH). Setiap event pertunjukan konser musik dangdut yang ada pasti Temon Holic (TH) datang dan membuat gerakan koreo joget dangdut yang dipimpin langsung oleh Temon, sang pendirinya. Sejak saat itu komunitas Temon Holic lambat laun menjadi tenar dan mulai tersebar dari daerah kota Klaten hingga ke luar kota. “Karena satu misi dan satu visi, yang sukanya keluar malem suka nonton dangdutan daripada nggak terarah to mas, kita nontonnya bareng – bareng sama temen Temon Holic dari yang sama daerahnya sama yang dari daerah lain gabung bareng dalam kesukaan musik dangdut ben ketok kompak lan akeh.” (wawancara dengan Eko, salah satu anggota TH 9 Januari 2016).
101
Gambar 14. Komunitas Temon Holic (TH) saat berjoget di THR Sriwedari Solo. (Sumber: dokumentasi pribadi
Komunitas ini berkomitmen untuk mengubah stigma masyarakat mengenai musik dangdut yang identik sebagai musik kampungan. Komunitas ini juga ingin mengkampanyekan antimabuk dan tidak berjoget asal-asalan (anarkis) pada saat menonton dan berjoget dangdut. Hal ini dikarenakan beberapa stigma negatif itulah yang melekat pada musik dangdut hingga saat ini, termasuk di dalamnya “main perempuan” dan merokok saat berjoget. Komitmen-komitmen inilah yang dicantumkan dalam aturan resmi organisasi tersebut. Seperti yang diutarakan salah satu anggota Temon Holic: “Ya kan tujuannya masuk komunitas Temon Holic ini ya buat joget – joget unik dan kreatif. Kalau biasane nek nonton dangdutan kebanyakan senggol sithik padu, kalau nggak ya mendhem, mabuk – mabukan itu udah banyak mas. Ya dengan adanya Temon Holic ini bisa mengurangi itu semua” (wawancara dengan Eko, anggota TH 9 Januari 2016)
102
Gambar 15. Grup facebook Temon Holic (Sumber:https://www.facebook.com/groups/temonholickisfans)
Dengan semakin berkembangnya komunitas Temon Holic di berbagai daerah ini, untuk saling berkoordinasi dan berkomunikasi antar daerah, dibuatlah grup facebook Temon Holic di setiap wilayah/daerah. Sehingga anggota dalam komunitas dapat mengetahui perihal konser dangdut tersebut digelar. Grup facebook Temon Holic selain untuk menginfokan dimana pertunjukan dangdut digelar juga untuk saling mengenal sesama anggota Temon Holic. Dengan begitu dapat mempermudah antar anggta dalam berinterkasi dalam komunitas entah itu diskusi tentang program maupun pemberitahuan akan adanya konser dangdut. Seperti yang diungkapkan Eko, salah seorang tanggota Temon Holic, “Kalau ada event-event musik dangdut biasanya ada yang share di grup facebook juga nanti dapat sms dari temen-temen lain anggota Temon Holic. Biasanya yang menginfokan adminnya yaitu ketua grup Temon Holic sendiri mas.” (wawancara dengan Eko, anggota TH 9 Januari 2016)
103
Tidak hanya komunitas Temon Holic yang didapati saat pertunjukan dangdut di Solo digelar. Namun ada juga komunitas pecinta orkes musik dangdut yang terkenal yaitu Seramania. Seramania memiliki anggota ribuan di berbagai daerah di Indonesia. Di Solo, komunitas Seramania juga terbagi dalam beberapa wilayah wilayah disekitarnya seperti Seramania Karanganyar, Seramania Boyolali, Seramania Sragen, Seramania Klaten. Seramania selalu datang setiap pertunjukan musik OM Sera digelar di Taman Hiburan Rakyat (THR) Solo.
Gambar 16. Fanspage facebook resmi SERAmania Solo (Sumber:https://www.facebook.com/groups/serasolocenter)
Sama halnya dengan Temon Holic, penggemar OM Sera yang dikenal dengan Sera mania tersebut memiliki akun media sosial facebook yang aktif memposting jadwal OM Sera akan tampil. Segala hal yang berkaitan dengan OM sera ada di grup facebook tersebut. Hal itu membuat komunikasi antar Seramania menjadi mudah. “kita sama – sama suka Sera, suka Via Vallen juga mas. Jadi setiap Sera manggung ya pasti yang ditunggu mbak Via nyanyi.
104
Kita taunya dari info di facebook Seramania itu kalau nggak itu temen – temen di grup BBM” (wawancara dengan Eko, 9 Januari 2016) Loyalitas dari komunitas – komunitas pecinta orkes maupun penyanyi dangdut idolanya itu ditunjukkan dengan selalu datang saat mereka tampil di panggung. Seperti yang dikatakan salah satu penggemar Via Vallen yang ikut dalam komunitas Vyanisty Puwodadi mulai tahun 2015 lalu yang datang ke THR Sriwedari saat OM SERA tampil. “Salut aja mas, dulu awalnya aku gak suka sama yang namanya Via Vallen soalnya gak bisa joget kayak penyanyi lain. Eh lama – lama dengerin mp3 nya itu suaranya keren pop dangdut gitu kalau Koplo aku suka. Mulai dari itu suka, terus nonton di youtube gitu keren malah salut penyanyi dangdut gak goyang syur tapi nonjolin suara yang bagus. Baru itu aku nyadar keren ya Via Vallen. Baru itu juga aku mulai mengenal yang namanya Vyanisty. Baik dan ramah berkeluarga banget. Aku ikut grup di FB itu trus ngumpul sama temen – temen di Purwodadi. Trus kalau pas Via Vallen manggung kita berangkat bareng – bareng. Kak Via juga orangnya ramah banget. Dia mau diajak foto, dan kalau ada komunitas Vyanisty yang ultah selalu diajak naik ke panggung. Dari sinilah aku punya keluarga kedua yaitu Vyanisty” (wawancara dengan Anna, salah seorang anggota Vyanity 18 Juni 2016)
Salah satu icon yang didapati ketika melihat pertunjukan dangdut di THR Sriwedari adalah mbah Sosro. Beliau juga sebagai salah satu pemimpin joget saat acara “Campursari” yang ditayangkan di TATV Solo. Gayanya yang unik dan nyentrik dalam berpakaian menjadi salah satu ciri khasnya ketika datang di THR Sriwedari sehingga mudah dikenali.
105
Gambar 17. Penulis bersama Mbah Sosro di THR Sriwedari (Sumber: dokumentasi pribadi)
“Saya tidak bisa nyanyiin lagu – lagu dangdut itu, saya nggak apal. Saya bisanya joget mas, ya sudah lama saya diajak untuk joget di TATV itu, dan kalau pas malem ada dangdutan di THR saya selalu kesana. Biasanya sabtu malem. Kalau di TATV setiap hari Senin sampe’ Jum’at di acara Campursari, bareng anak – anak. Tapi kalau disana harus seragaman” (wawancara dengan mbah Sosro 9 Januari 2016)
Keberadaan komunitas - komunitas penggemar musik dangdut, artis/penyanyi dangdut yang semakin beragam di berbagai daerah, saat ini tidak hanya membuat musik dangdut berkembang sebagai media hiburan dengan tampilan yang lebih mewah, modern, dan menarik, tetapi juga membawa motif ekonomi dimana pihak penyelenggara acara dangdut
106
(televisi, radio, event publik) meraup untung karena acara dangdut memiliki segmen masyarakat tersendiri sehingga tidak sepi penonton Jumlah rata – rata pengunjung pertunjukan dangdut di THR Sriwedari yang selalu terjaga banyaknya ini ternyata juga dipengaruhi oleh adanya penonton setia. Penonton setia adalah penonton yang selalu rutin datang dan selalu terlihat dalam setiap pertunjukan dangdut di THR Sriwedari. Dan penonton setia dangdut di THR Sriwedari jumlahnya tidak sedikit, sehingga kehadiran penonton setia dangdut yang banyak ini sangat mempengaruhi jumlah rata – rata pengunjung pertunjukan dangdut THR Sriwedari. Berdasarkan temuan dari peneliti bahwa penonton setia pertunjukan dangdut di THR Sriwedari tidak pernah absen, ditunjukkan dari komunitas – komunitas dangdut seperti Viansty, Seramania, Temon Holic, dan komunitas – komunitas fans OM yang lain. Dimana loyalitas untuk mendukung atau memberi support untuk idolanya maupun komunitasnya sangat tinggi.
Gambar 18. Penonton yang tergabung komunitas Seramania setia menunggu OM idolanya di depan panggung THR Sriwedari sebelum tampil (Sumber: dokumentasi pribadi)
107
Program acara dangdut TATV, Terminal Dangdut, juga selalu dipenuhi penonton di studio. TATV mengundang komunitas pecinta dangdut dan masyarakat umum untuk menjadi penonton memeriahkan acara di studio TATV. Salah satu komunitas dangdut yang biasa diundang TATV adalah dari Temon Holic (TH), yang merupakan komunitas joget yang sedang populer di Soloraya. Dalam setiap penampilannya, TH selalu tampil kompak dengan berjoget sesuai komando dan menggunakan seragam yaitu kaos bertuliskan TH atau KIS, yang melambangkan komunitas mereka Temon Holic. Selain itu, Jika ada bintang tamu spesial semisal penyanyi dangdut Via Vallen maka studio semakin ramai dipenuhi oleh komunitas penggemar Via Vallen yaitu Vianisty dan Temon Holic. Bedanya untuk komunitas – komunitas yang diundang ke acara Terminal Dangdut TATV itu dibatasi, karena kuota di studio yang tidak menampung banyak orang juga. “Program acara Terminal Dangdut ini sudah ada sejak tahun 2013 lalu, lan. Dimana program ini bertujuan untuk mengangkat musik dangdut karena musik dangdut sendiri masih menjadi musik yang digemari dan disukai oleh masyarakat Solo khususnya. Acara ini kita tayangkan secara live setiap hari Senin-Sabtu jam 15.30 – 16.30WIB. Kita mengundang komunitas joget Temon Holic untuk meramaikan studio, dan karena kan Temon Holic sekarang ini kan fenomenal sekali. Paling ramai hari Jumat, lan. Itu yang dateng banyak sekali, sampai di luar studio pun penuh.” (wawancara dengan produser acara Terminal Dangdut TATV, Mbak Nia 8 April 2015)
108
Gambar 19. Komunitas Temon Holic berjoget di acara Terminal Dangdut TATV (Sumber: dokumentasi pribadi)
Keberadaan para penggemar baik dari dalam maupun komunitas tertentu ini juga membuat program acara dangdut ini masih laku. Tidak hanya di TATV saja, hampir setiap stasiun TV di Indonesia memiliki program acara yang melibatkan unsur dangdut dan banyak yang menikmati acara tersebut. Terbukti ketika penyanyi melantunkan lagu dangdut, penonton di studio ikut berjoget dan bernyanyi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa program TV yang menyuguhkan musik dangdut masih memiliki tempat di hati masyarakat dan merupakan salah satu musik populer di Indonesia. Komunitas – komunitas dangdut tidak hanya ditemukan di siaran televisi saja. Di radio JPI FM juga ditemukan komunitas dan juga pendengar setia untuk acara musik dangdut. Pendengar radio JPI FM ini sendiri rata – rata berusia 20 – 50 tahun. Range usia ini cukup luas dikarenakan JPI FM merupakan radio yang cukup lama di Solo dan dimana lagu – lagunya kebanyakan masih ber genre Pop maupun Dangdut. Kontribusi dari komunitas
109
pendengar di radio JPI FM ini juga terbilang besar. tSeperti yang diungkapkan salah satu penyiar radio di JPI FM, “Kalau pendengar setia radio ini banyak mas, bisa dilihat dari setiap hari mereka kirim – kirim salam atau request lagu dangdut lewat sms maupun telepon saat acara ‘Sensasi’ jam 10-12 itu. Orang – orangnya mesti itu soalnya mas. Untuk komunitasnya yang kita tau ada ‘Satu Hati’. Anggotanya ya para pendengar radio JPI itu sendiri, mas. Mereka sangat loyal pada radio ini. Setiap kita mengadakan acara off air, banyak juga yang ikut.”. (wawancara dengan penyiar radio JPI FM, Genoveve Ceccilia 6 April 2016) Dengan adanya komunitas – komunitas dangdut yang ditemukan di kota Surakarta pada khususnya, membuat sebuah pertunjukan musik dangdut semakin ramai dan disenangi oleh pecinta musik dangdut itu sendiri. Kontribusi yang besar dari para komunitas dangdut tersebut yang membuat eksistensi musik dangdut di Surakarta tidak pernah surut dari penonton.
110