21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Aspek Fisik dan Biofisik Beberapa aspek fisik dan biofisik yang diinventarisasi terkait perancangan galeri terbuka pada tapak diantaranya;
4.1.1.1 Lokasi dan Batas Tapak Kawasan seni yang direncanakan akan dibangun pada tapak, sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Taman Kaktus. Tapak ini memiliki luas 5461 m² dengan ukuran 71,20 m x 76,70 m, berbatasan dengan pemukiman warga di sebelah utara, taman apotik hidup di sebelah timur, anjungan Kalimantan di bagian selatan, dan terdapat pembangunan area wisata baru di sebelah barat (Gambar 11). Pada area ini terdapat suatu kubah dengan beragam spesies kaktus di dalamnya. Pengelola ingin mempertahankan keberadaan kubah kaktus ini meskipun dilakukan pembangunan desa seni pada tapak. Kubah kaktus berada di bagian tengah tapak dengan diameter 20,62 m. Di sekeliling kubah kaktus sudah terdapat jalur pejalan kaki yang cukup baik. Tapak ini hanya memiliki sedikit perkerasan, penutupan lahan didominasi oleh tanah dan rumput.
4.1.1.2 Topografi dan Tanah Secara umum, sebagian besar Wilayah Jakarta Timur merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar. Kategori Wilayah Jakarta Timur terdiri 95 % daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian ratarata 50 m dari permukaan air laut serta dilewati oleh beberapa sungai kanal antara lain: Cakung Drain, Kali Ciliwung, Kali Malang, Kali Sunter, Kali Cipinang. Letak geografis berada diantara 106' 49' 35'' Bujur Timur dan 06' 10' 37'' Lintang Selatan. (Situs Resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur, 2011). Pada tapak ini kondisi topografi memiliki kemiringan yang cukup bervariasi. Titik tertinggi berada pada 220 mdpl di sebelah selatan yaitu di bagian entrance
22
dan titik terendah 200,5 mdpl berada pada bagian timur laut tapak. Peta kontur dapat dilihat pada Gambar 12. Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah (1982), secara keseluruhan kawasan TMII memiliki jenis tanah latosol coklat hingga kemerahan dengan bahan induk tufa vulkan intermediet. Struktur remah sampai menggumpal, tergantung kadar airnya dengan permeabilitas agak dalam. Kesuburan relatif agak dalam, tetapi dengan pengolahan tanah, pengairan dan pemupukan yang tepat cukup baik untuk tanaman.
4.1.1.3 Vegetasi dan Satwa Vegetasi pada tapak kurang beragam, namun pada bagian tengah tapak terdapat kubah berisi ratusan jenis kaktus, sedangkan di luar kubah kaktus terdapat beberapa vegetasi seperti pohon rambutan (Nephelium lappaceum), pohon mangga (Mangifera indica), pohon asem (Tamarindus indica) dan pohon kelapa (Cocos nucifera). Vegetasi pada tapak tersebut dapat dilihat pada Gambar 10. Vegetasi pada tapak masih belum memadai, sehingga perlu dilakukan penanaman vegetasi baru dengan beberapa fungsi yang akan diaplikasikan pada tapak seperti fungsi arsitektural, fungsi estetik, fungsi pengendali mikroklimat dan fungsi engineering. Pada tapak, satwa yang terlihat hanya kupu-kupu.
Gambar 10 Vegetasi pada Tapak
22
Gambar 11 Peta Inventarisa
11
0
04004
8008m
23
Gambar12Peta Kontur
0
400 800
25
4.1.1.4 Aksesibilitas dan Sirkulasi Area studi ini terdapat di sebelah utara TMII. TMII merupakan kawasan wisata yang cukup strategis lokasinya yang hanya kurang lebih 25 km dari Tugu Monas pusat Kota Jakarta. Berjarak 5 km dari Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma dan 200 meter dari gerbang Tol Jagorawi. Letaknya yang cukup strategis ini memudahkan masyarakat menempuh perjalanan menuju TMII dalam waktu yang relatif singkat dan cepat. Sirkulasi menuju tapak memiliki perkerasan yang cukup baik dengan lebar jalan dari gerbang utama (Gambar 13.A) 11,3 meter dan lebar jalan di depan tapak (Gambar 13.B) 5,9 meter. Sirkulasi menuju tapak dapat dilalui kendaraan besar seperti bis ataupun kendaraan kecil seperti sepeda, namun sirkulasi di dalam tapak (Gambar 13.C) belum sebaik sirkulasi di luar tapak. Beberapa sirkulasi di dalam tapak terdiri atas tangga dan ramp (Gambar 13.D) dengan lebar 1,87 meter. Sirkulasi di dalam tapak hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki, motor ataupun sepeda. Hanya terdapat satu pintu masuk menuju tapak yaitu dari arah selatan.
Gambar 13 Sirkulasi Tapak
26
4.1.1.5 Hidrologi Pada tapak tidak terdapat selokan, namun terdapat sebuah reservoir bak penampungan air (Gambar 14.C) untuk penyiraman tanaman di dekat kubah kaktus dan beberapa bak kontrol (Gambar 14.B) dalam jarak tertentu untuk menampung air hujan, sehingga tidak terdapat genangan air yang merusak perkerasan. Selokan hanya terdapat diluar tapak (Gambar 14.A) dengan jarak 3 meter dari batas tapak bagian selatan. Peta Hidrologi dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 14 Drainase
4.1.1.6 Iklim Jakarta Timur memiliki curah hujan rata-rata dalam setahun sebesar 11.75 mm dengan curah hujan rata-rata tertinggi 26 mm pada bulan Februari dan curah hujan terendah 0 mm pada bulan Agustus. Suhu rata-rata dalam setahun 27.80°C, dengan suhu rata-rata tertinggi 30.70°C pada bulan Oktober dan suhu terendah pada bulan Februari sebesar 26.70°C. Kelembaban udara rata-rata setahun 77.2% dengan kelembaban tertinggi 82% pada bulan Februari dan kelembaban terendah pada bulan September sebesar 70%. Kecepatan angin rata-rata pada tahun 2011 adalah 4.1 Knot, dengan kecepatan angin tertinggi pada bulan Oktober sebesar 8 Knot, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Agustus yaitu 0.4 Knot. Intensitas penyinaran matahari paling tinggi terjadi pada bulan September yaitu mencapai 99% (Tabel 3).
26
Gambar 15 Peta Hidrologi
0
400
800
28
Tabel 3 Data Iklim Bulanan Tahun 2011 Bulan Unsur
Satuan
Curah Hujan Rata-rata Suhu
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
Mm
19
26
14
13
17
6
1
0
4
8
15
18
0
26.9
26.7
27.5
27.7
27.5
27.6
27.3
27.5
28
30.7
27.9
28
%
80
82
77
78
81
77
76
79
70
71
77
78
Knot
4.7
4.2
5.8
4.3
2.7
3.3
3.7
0.4
3.9
8
4
4.4
%
30
54.1
43.4
70
53
51
69
98
99
71
61
39
C
Kelembaban Udara Kecepatan Angin Penyinaran Matahari
Sumber: Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta timur
Pada galeri terbuka, cahaya yang perlu dikondisikan adalah cahaya matahari. Karena sinar Ultra Violet (UV) sangat berpengaruh terhadap ketahanan kualitas karya khususnya karya seni lukis, maka perlu diukur jumlah cahaya (lux) pada tapak untuk mengetahui apakah kondisi ruang luar pada tapak cukup layak untuk dijadikan tempat pameran karya-karya seni tersebut (Tabel 4). Tabel 4 Data Sampel Jumlah Cahaya (lux) pada Tapak Waktu Pengukuran 07.00 12.00 16.00
Jumlah Cahaya (Lux) Tanpa Naungan Dibawah Naungan 3279 1283 8615,13 7848 14550 5913
*Pengukuran cahaya ini dilakukan dalam satu hari dengan kondisi siang agak mendung.
4.1.1.7 Fasilitas dan Utilitas Hanya beberapa fasilitas yang terdapat pada tapak seperti kubah kaktus (Gambar 16.A), bangku taman (Gambar 16.B), tempat sampah (Gambar 16.C) dan jalur pejalan kaki (Gambar 16.D). Untuk utilitas kabel dan pipa tidak terlihat karena tertanam di dalam tanah, namun terdapat pompa (mesin) air dan sumber listrik di dekat kubah kaktus (Gambar 16.E). Kondisi fasilitas dan utilitas tersebut pun dapat dikatakan kurang baik dari segi keamanan ataupun keindahan visual.
4.1.1.8 Visual Secara visual, taman kaktus terlihat kurang nyaman. Tidak terlalu banyak vegetasi dan terkesan kurang terawat. Belum terlihat good view namun bangunan eksisting kubah kaktus merupakan objek visual yang cukup menarik. Beberapa
29
site furniture dan tembok pembatas yang tidak terawat menimbulkan bad view pada tapak. Peta visual dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 16 Fasilitas dan Utilitas
4.1.2 Aspek Sosial 4.1.2.1 Pengelola TMII Pengelola TMII akan membangun kawasan khusus seni pada tapak bekas Taman Kaktus. Pengelola juga mengharapkan agar kubah kaktus tetap dipertahankan pada tapak. Keinginan pengelola pada kawasan seni ini nantinya terdapat fasilitas-fasilitas yang mengakomodasi pameran, jual beli karya seni dan kegiatan seni interaktif yang mengisi ruang-ruang aktivitas pada tapak, sedangkan untuk waktu berlangsungnya aktivitas pada tapak diutamakan pada pagi hingga siang hari.
4.1.2.2 Pengunjung Tapak Pada tapak ini tidak banyak fasilitas yang tersedia, sehingga area ini dapat dikatakan sepi pengunjung. Taman kaktus dikelola oleh bagian Tata Lingkungan TMII. Pada hari kerja, jarang terlihat aktifitas pada taman ini, sedangkan diakhir pekan hanya terlihat beberapa keluarga yang datang berkunjung.
29
Gambar 17Peta Visual
0
400 800
31
4.1.2.3 Penikmat seni Seluruh data hasil kuisioner ini dijadikan dasar pertimbangan dalam perancangan tapak. Kuisioner umum ditujukan pada masyarakat umum untuk mengetahui pandangan mengenai galeri terbuka dari sisi calon pengunjung (penikmat seni). Dari 92 responden kuisioner umum yang disebar acak, 87 diantaranya memiliki minat terhadap seni sehingga dapat dikatakan sebagai penikmat seni (Gambar 18a). Sebanyak 38 responden memiliki minat lebih terhadap seni musik, 30 responden menikmati seni rupa, 16 responden seni terapan dan sisanya menyukai seni drama dan tari (Gambar 18b). Sebanyak 67 responden mengunjungi acara seni 1 s/d 6 kali dalam setahun, sedangkan 19 responden tidak mengunjungi acara seni setiap tahun dan hanya 6 responden yang mengunjungi acara seni lebih dari 6 kali dalam setahun. Diagram jumlah kunjungan responden pada acara seni dapat dilihat pada Gambar 19. a
b
Minat Seni
Seni Musik Seni Drama
Tidak Minat Seni
Seni Terapan Seni Tari Seni Rupa
Gambar 18 a. Diagram Minat Seni, b. Diagram Minat Seni Spesifik
1 s/d 6 0 >6
Gambar 19 Diagram Jumlah Kunjungan Responden pada Acara Seni
32
Anggaran untuk kegiatan seni dipersiapkan oleh 28 responden (Gambar 20a). Sebanyak 64 responden tidak memiliki anggaran untuk berkegiatan seni, sedangkan untuk membeli produk seni, anggaran disiapkan oleh 41 responden, 51 responden lainnya tidak memiliki anggaran untuk membeli produk seni (Gambar 20b). a
b
Tidak Ada Anggaran untuk Kegiatan Seni
Tidak Ada Anggaran untuk Karya Seni
Ada Anggaran untuk Kegiatan Seni
Ada Anggaran untuk Kegiatan Seni
Gambar 20 a. Diagram Ketersediaan Anggaran Kegiatan Seni, b. Diagram Ketersediaan Anggaran Karya Seni Galeri seni merupakan tempat yang menyenangkan bagi 72 responden, sedangkan 20 responden menyatakan sebaliknya (Gambar 21a). Sebanyak 66 responden pernah mengunjungi 1 s/d 3 galeri seni, 14 responden sudah mengunjungi lebih dari 3 galeri dan 12 responden lainnya belum pernah mengunjungi galeri seni (Gambar 21b). a
b
Senang Pergi ke Galeri
1 s/d 3 Galeri Seni
Tidak Senang Pergi ke Galeri
> 3 Galeri Seni Belum Pernah Mengunjungi Galeri Seni
Gambar 21 a. Diagram Kesenangan Pergi ke Galeri, b. Diagram Jumlah Galeri yang Telah dikunjungi
33
Waktu yang paling tepat mengunjungi sebuah galeri menurut 27 responden adalah malam hari sedangkan 26 responden memilih sore, siang hari oleh 20 responden dan 19 responden memilih pagi hari sebagai waktu yang tepat untuk mengunjungi galeri (Gambar 22). Pagi Siang Sore Malam
Gambar 22 Diagram Waktu Kunjungan Responden terhadap Galeri
Sebanyak 51 responden merasakan galeri yang telah dikunjungi merupakan tempat yang atraktif dan menyenangkan. Responden yang menjawab bahwa galeri merupakan tempat yang monoton dan membosankan mencapai 41 orang (Gambar 23).
Atraktif dan Menyenangkan Monoton dan Membosankan
Gambar 23 Diagram Persepsi Responden terhadap Galeri
Sebanyak 84 responden merasa bahwa TMII cocok untuk dibangun kawasan seni, sedangkan 8 responden merasa sebaliknya (Gambar 24). Hanya 17 responden yang sudah mengenal galeri terbuka dari 92 responden, 66 responden diantaranya memiliki persepsi yang berbeda terhadap istilah galeri terbuka. Sisanya sebanyak 9 responden tidak tahu mengenai galeri terbuka (Gambar 25). TMII Cocok untuk Area Seni TMII Tidak Cocok untuk Area Seni
Gambar 24 Diagram Pendapat Responden terhadap Area Seni pada TMII
34
Galeri yang Bentuknya Terbuka Permanen di Luar Ruangan Galeri yang Temporer di Ruang Terbuka Galeri yang Terbuka untuk Umum Tidak Tahu
Gambar 25 Diagram Persepsi Responden Terhadap Istilah Galeri Terbuka
4.1.2.4 Seniman Indonesia Terdapat 73 responden untuk kuisioner yang dikhususkan untuk mahasiswa seni di ITB, IKJ dan UNJ serta para seniman muda ataupun profesi seni terapan seperti arsitek. Kuisioner khusus ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan seniman dalam melakukan pameran atau perform khususnya di galeri terbuka. Kuisioner khusus ini dianalisis ke dalam aspek sosial. Dari 73 responden, sebanyak 60,3% mengunjungi pameran atau acara seni sebanyak 1 s/d 6 kali dalam setahun, sedangkan 32,9% lebih dari 6 kali mengunjungi pameran atau acara seni dalam setahun dan hanya 6,8% yang tidak mengunjungi pameran atau acara seni secara rutin dalam setahun (Gambar 26).
1 s/d 6 >6 Tidak Rutin Setiap Tahun
Gambar 26 Diagram Jumlah Kunjungan Acara Seni dalam Satu Tahun
Sebanyak 63% responden pernah mengunjungi sebanyak 1 s/d 5 galeri di Indonesia, 30,1% sudah mengunjungi lebih dari 5 galeri di Indonesia dan ada 6,8% yang belum pernah mengunjungi galeri di Indonesia (Gambar 27). Untuk kunjungan terhadap TMII didapat data bahwa 90,4% responden sudah pernah mengunjungi TMII dan hanya 9,6% yang belum pernah mengunjungi TMII (Gambar 28a). Dari 78,1% responden mengaku senang mengunjungi TMII dan
35
ada 16,4 % responden yang tidak senang mengunjungi TMII, 5,5% abstain (Gambar 28b). Kuisioner khusus ini akan dianalisis ke dalam analisis sosial. 1 s/d 5 Galeri >5 Galeri Belum Pernah
Gambar 27 Diagram Jumlah Galeri yang Sudah Dikunjungi Responden
a
b
Pernah Belum Pernah
Senang Tidak Senang Abstain
Gambar 28 a. Diagram Kunjungan TMII, b. Kesenangan Mengunjungi TMII
4.1.3 Aspek Seni 4.1.3.1 Hasil Wawancara Arsitek dan Seniman Persepsi terhadap perancangan galeri terbuka didapat dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 seniman, 1 kurator, 1 arsitek dan 1 arsitek lanskap. Melalui wawancara ini dapat diketahui mengenai pameran seni yang sudah pernah dilakukan, persepsi terhadap istilah dan konsep galeri terbuka, hingga karya-karya seni yang layak dipamerkan di ruang terbuka.
4.1.3.1.1 Pameran di Ruang Terbuka Abdul Djalil Pirous1 mengkategorikan pameran ruang luar di Indonesia pernah dilakukan pada tahun 1960 di Bandung oleh sanggar seniman. Pameran di ruang luar ini terjadi karena memang pada saat itu sanggar seniman belum memiliki ruang pamer.
1
Seniman Grafis, Pelukis, Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB tahun 1984
36
Kemudian pameran dilakukan pada lahan kosong yang membentang di sekitar persawahan dengan membuat konstruksi bambu sederhana dan dengan sprei yang dibawa masing-masing seniman untuk atap yang dapat melindungi karya seni lukis dari sinar matahari, sehingga menjadi pameran pertama secara terbuka yang dilakukan di Kota Bandung. Pameran terpaksa digelar hanya dalam satu hari karena tidak bersifat permanen. Menurut Pirous, pameran di ruang luar memiliki sifat aktual, merakyat dan murah. Murah men-set-up pameran dan murah menjual karya-karya di dalamnya. Langkah paling jauh yang pernah dilakukan dalam kaitan pameran di ruang luar adalah membuat persiapan atau proteksi yang lebih baik untuk hujan dengan tenda diatasnya. Tenda tersebut bersifat terbuka sehingga matahari masuk dengan cahaya cukup. Kegiatan pameran itu mempertemukan pencipta karya dengan penggemarnya.
4.1.3.1.2 Persepsi Terhadap Galeri Terbuka Menurut
Dolorosa
Sinaga2,
galeri
terbuka
adalah
outdoor
space
arrangement yang hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan pameran ruang luar dengan sejumlah media-media terbatas yang berkaitan dengan banyak hal seperti cuaca dan keamanan yang berakibat pada bagaimana kemasan ekspresi harus dipikirkan. Kemasan presentasi atau display juga harus dipikirkan, karena terdapat perbedaan antara indoor display dan outdoor. Belum ada rancangan khusus untuk ruang seni yang berbentuk galeri terbuka di Indonesia, namun masih banyak ruang terbuka yang digunakan untuk para seniman memamerkan karya. Galeri terbuka bukan merupakan hal yang baru menurut Agung Hujatnikajennong3. Sebelum masuk ruangan atau lembaga yang disebut galeri, karya seni pada dasarnya untuk sebuah pemujaan atau upacara yang dilakukan di ruang luar. Setelah ada kehidupan modern, lalu mulai dilembagakan, dan orangorang mulai membutuhkan ruangan khusus, untuk memajang juga untuk merawat karya seni (preservasi), maka kemudian tercetuslah konsep galeri. Selain itu, karya-karya monumen atau public sculpture itu prinsipnya juga di ruang terbuka. Nu Art sculpture park merupakan galeri di Bandung yang agak menyerupai galeri 2
Pematung, Dekan Fakultas Seni Rupa IKJ 1992 Kurator Selasar Sunaryo, Bandung
3
37
terbuka. Terdapat kegiatan pameran setiap tiga tahun (triennale) di Jepang, echigo-tsumari. Para seniman benar-benar berkarya di ruang luar seperti gunung atau di suatu perkampungan. Echigo-tsumari memang memiliki konsep seperti galeri. Karyanya dibiarkan dipajang hingga rusak dengan alam atau interaksi manusia. Menurut Agung, museum merupakan suatu yang berbeda dengan galeri. Museum lebih merawat benda yg dipajang (preservasi). Jika dibuat museum terbuka barulah perlu penjagaan khusus, sedangkan galeri terbuka tidak sekhusus museum dalam hal penjagaan. Outdoor merupakan bentuk lain dari indoor yang terbatasi. Pada outdoor pandangan dibebaskan, maka kelebihan-kelebihan ruang terbuka yang tidak ada di indoor harus dapat dimanfaatkan. Seniman justru harus menyesuaikan karyanya dengan kondisi tapak, sesuai dengan sifat-sifat alam yang ada. Menurut Ade Darmawan4, galeri terbuka harus ditujukan untuk karya-karya tertentu, kebanyakan karya tiga dimensi yang materialnya juga disiapkan untuk bisa bertahan di ruang luar. Galeri terbuka nantinya akan membatasi karya-karya yang memang mempunyai ketahanan outdoor, kecuali jika pada galeri ini memiliki ruang semi outdoor. Ignatius Hermawan Tanzil5 berpendapat bahwa galeri terbuka adalah ruang terbuka dimana di dalamnya terdapat karya seni yang berinteraksi dengan orang-orang yang datang ke tempat tersebut. MG Pringgotono6 menyatakan bahwa setiap pameran seharusnya memiliki alasan mengapa karya-karyanya dipamerkan di outdoor ataupun indoor. Jika memang karya tersebut cocok berada di luar ruang, pameran itu bisa menjadi baik, tapi jika banyak karya yang memiliki kesadaran ruang tertutup kemudian dipaksa untuk pameran di luar nantinya juga akan tidak baik. Setiap karya memiliki cara sendiri untuk berdialog dengan penontonnya. Sang senimannya pun pasti berpikir bagaimana karya ini harus dipamerkan. Mungkin dengan pencahayaan khusus, luas ruang tertentu, tembok yang putih atau hitam atau justru membutuhkan lanskap sebagai latar belakang. Pada saat pameran, seniman bertemu banyak orang dan berbincang mengenai karyanya 4
Seniman Grafis, Direktur Ruang Rupa, Jakarta Desainer Grafis, Pemilik leboye design dan dia.lo.gue artspace Jakarta 6 Street artist, SERRUM.ORG Art director 5
38
mengenai konsep, teknik, dan tentu saja menjadi ajang bertemunya seniman dengan calon kolektor karyanya serta mengadakan diskusi mengenai tema yang diangkat oleh pameran tersebut,
maka ruang-ruang yang dibutuhkan dalam
sebuah galeri diantaranya ruang pamer untuk memajang karya, ruang untuk berdiskusi, gudang penyimpanan dan saat ini juga dibutuhkan "ruang lain" untuk publikasi di dunia maya. TMII merupakan tempat rekreasi pengetahuan begitu pula fungsi pameran juga memproduksi pengetahuan, jadi bisa saja dibuat ruang pamer dalam TMII. Riyan Riyadi7 menyatakan galeri terbuka merupakan pilihan baru di ruang-ruang galeri yang ada. Sekarang ini galeri memang lebih terkesan indoor. Galeri terbuka lebih berkesan menyatu dengan alam. Berbagai jenis seni sangat mungkin disatukan dalam suatu galeri. Galeri terbuka akan membuat batasan itu semakin tipis. Menurut David Tarigan8 ada pertimbangan fungsi dalam membangun sebuah galeri terbuka. Jika secara fungsional sebuah galeri terbuka dapat mengakomodasi kebutuhan pameran layaknya galeri indoor maka galeri terbuka akan menjadi lebih menarik. Terkadang seniman ingin karya-karyanya keluar, jadi tidak selalu orang yang masuk ke galeri. Rio Farabi9 menyatakan bahwa setiap kota membutuhkan ruang-ruang publik seperti galeri terbuka. Jadi selain berfungsi sebagai galeri juga berfungsi sebagai taman atau ruang terbuka hijau. Pada galeri terbuka, ruangan akan terasa lebih cair dengan lingkungan sekitar. Jadi ruangan tersebut sebaiknya sedikit merespon site yang ada disekitarnya, sehingga bisa merepresentasikan ruangan yang ada di sekitarnya. Menurut Nirwono Joga10 galeri terbuka tetap merupakan ranah arsitektur lanskap, hanya saja pendekatannya sedikit berbeda yaitu dengan seni. Sebaiknya memang taman-taman tesebut diisi dengan karya-karya seni. Arsitek lanskap menyediakan tempatnya dan para seniman mengisi dengan karyanya. Seharusnya ruang terbuka untuk seni itu bersifat permanen bukan hanya taman yang diisi karya seni secara temporer.
7
Street artist, perupa "jalanan" yang dikenal aktif menuangkan gagasannya di ruang-ruang publik Perupa, Produser Musik, Founder Aksara Records 9 Perupa, Musisi (White Shoes and the Couples Company) 10 Arsitek Lanskap, Penulis Buku “RTH 30%!”, aktivis green map 8
39
Menurut Ridwan Kamil11, ruang luar memiliki masalah cuaca dan sebagainya, maka yang dipamerkan harus karya-karya yang tahan cuaca selain itu juga masalah keamanan, jadi lebih banyak mengenai pengelolaan ruang untuk menjamin karya-karya yang dipamerkan tidak banyak masalah. Galeri terbuka adalah bagaimana mengaktifkan ruang kosong dengan manajemen outdoor galerinya, dengan pertimbangan apa saja yang bisa masuk kesana, serta faktor keamanan dan kenyamanan. Sebuah galeri biasanya memiliki ruang tetap dan ruang temporer.
4.1.3.1.3 Karya-karya Seni pada Galeri Terbuka Menurut Dolorosa Sinaga, karya-karya seni rupa yang mau dipamerkan dalam kurun waktu tertentu dengan penjagaan dan iluminasi yang sudah diperkirakan bisa dilaksanakan dalam ruang yang sudah dirancang dengan bahan yang tahan cuaca seperti fiber glass, perunggu, batu dan kayu. Hal ini akan sulit untuk karya-karya eksperimental yang tidak memikirkan material yang tahan cuaca, kecuali jika konsepnya memang seperti itu, sudah dipikirkan bahwa dalam satu hari saja karya tersebut akan berubah karena ada angin, hujan dan sebagainya karena cuaca menjadi elemen dalam pameran. Pada galeri terbuka, hanya karya-karya tiga dimensi yang dipamerkan, atau karya yang memerlukan space besar. Jadi galeri terbuka berfungsi untuk memfasilitasi karya-karya besar yang tidak akan mungkin masuk ke dalam ruangan indoor, untuk karya-karya patung dengan keterbatasan media, memfasilitasi karya-karya interaktif atau karya yang berinteraksi langsung dengan penonton. Agung Hujatnikajennong berpendapat bahwa salah satu yang dapat dipajang pada galeri terbuka adalah karya seni instalasi. Pada seni instalasi, pengunjung tidak hanya menonton atau berjarak dengan karya, pengunjung menjadi satu atau bagian dari karya tersebut. Menurut Ade Darmawan, karya-karya konvensional memang harus dipamerkan di dalam ruangan. Lukisan tidak mungkin dipajang di ruang luar karena merupakan karya yang sangat sensitif, tidak boleh kena sinar matahari 11
Arsitek, pendiri PT Urbane Indonesia (Konsultan Arsitektur)
40
langsung, embun, binatang, serangga dan sebagainya. Beberapa contoh karya seni rupa yang bisa ditampilkan di ruang luar yaitu sculpture, instalasi, atau mural dan grafiti. Sama halnya dengan pernyataan Riyan Riyadi, seniman grafiti atau mural seringkali melakukan live drawing. Karya-karya seni grafiti dan mural memang lebih sering dipamerkan di ruang luar. Ricky Virgana12 berpendapat bahwa perform di galeri terbuka akan lebih menyenangkan jika dengan jumlah audience besar. Hanya dibutuhkan stage kecil atau untuk perform di sebuah galeri terbuka sehingga tetap dapat menyatu dengan penonton. Menurut Hermawan Tanzil, untuk karya seni grafis jarang sekali dipamerkan di ruang terbuka. Karya-karya tiga dimensi lebih sering dipamerkan pada ruang terbuka namun berkarya di ruang terbuka memang berpengaruh terhadap perasaan bebas berekspresi. Karena ruang luar memiliki sifat yang lebih menyatu dengan lingkungan, interaksinya lebih baik dan lebih hangat. Workshop di ruang terbuka juga bisa dilakukan, seperti demo melukis secara langsung.
Gambar 29 Workshop di Ruang Terbuka (Sumber: image.google.com)
12
Musisi (White shoes and the couples company)
41
4.1.3.1.4 Penyatuan Beragam Jenis Seni pada Galeri Terbuka Menurut Pirous, berbagai jenis seni bisa saja disatukan dalam satu area, karena disitulah dinamika kehidupan berkesenian ditampakkan. TMII tentu saja dapat menjadi suatu spot yang sangat cultural dan sangat atraktif mencerminkan upaya manusia dalam menciptakan kebudayaan yang baik dengan arsitektur dan dengan berkesenian. Tetapi tempat yang menyenangkan bisa menjadi tidak menyenangkan dengan pemeliharaan yang kurang baik. Menurut Dolorosa, berbagai jenis seni dapat disatukan dalam satu area, misalnya terdapat pertunjukkan musik dalam pameran seni rupa ataupun sebaliknya, sehingga area tersebut menjadi galeri terbuka dalam arti terbuka pada banyak hal (ragam jenis seni). Selain itu, ruang-ruang komunitas juga diperlukan pada sebuah galeri. Karya seni lukis dapat dipamerkan di ruang luar dengan waktu pamer yang disesuaikan terhadap kondisi cuaca, hanya saja operasionalnya memang butuh pengelolaan yang sangat ketat.
4.1.3.2 Hasil Kuisioner Mahasiswa Seni Terdapat 73 responden untuk kuisioner yang dikhususkan pada orang-orang berlatar belakang seni, diantaranya para mahasiswa seni di ITB, IKJ dan UNJ serta para seniman muda ataupun profesi seni terapan seperti arsitek. Data ini akan dianalisis kedalam aspek seni yang merupakan salah satu aspek penting dalam perancangan galeri terbuka. Dari 73 responden tersebut, sebanyak 52 responden melakukan pameran atau pertunjukkan 1 s/d 3 kali dalam setahun, sedangkan 15 responden melakukan pameran atau pertunjukkan sebanyak 3 s/d 9 kali dalam setahun dan 6 responden melakukan pameran hingga lebih dari 9 kali dalam setahun (Gambar 30).
1 s/d 3 3 s/d 9 >9
Gambar 30 Diagram Jumlah Pameran yang Dilakukan Responden (Seniman) dalam Satu Tahun
42
Kondisi galeri yang ada di Indonesia menurut 44 responden sudah baik, sedangkan 26 responden berpendapat bahwa kondisi galeri di Indonesia masih kurang baik. Sisanya 30 responden menyatakan bahwa kondisi galeri di Indonesia buruk (Gambar 31).
Baik Kurang Baik
Buruk
Gambar 31 Diagram Persepsi Responden terhadap Kondisi Galeri di Indonesia
Sebanyak 45 responden merasa bahwa sarana dan prasarana yang ada pada galeri yang pernah mereka kunjungi belum mengakomodasi kebutuhan seniman dalam melakukan pameran atau pagelaran. Sebaliknya dengan 28 responden sudah merasa terakomodasi kebutuhannya sebagai seniman jika melakukan pameran atau pertunjukkan di galeri tersebut (Gambar 32).
Sarana dan Prasarana Belum Mengakomodasi Kebutuhan Seniman Sarana dan Prasarana Sudah Mengakomodasi Kebutuhan Seniman
Gambar 32 Diagram Persepsi Responden terhadap Sarana dan Prasarana pada Galeri di Indonesia 4.2
Analisis dan Sintesis
4.2.1 Aspek Fisik dan Biofisik Pada tahap ini dilakukan analisis kondisi fisik dan biofisik yang terdapat pada tapak. Pada analisis ini dilakukan perhitungan-perhitungan terhadap kondisi kemiringan lahan, hidrologi, vegetasi, iklim dan daya dukung tapak terhadap jumlah pengguna.
43
4.2.1.1 Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan dibutuhkan untuk mendapatkan pembagian ruangruang aktivitas yang sesuai dengan kondisi tapak. Pada analisis ini dilakukan komposit blok-blok analisis dari tiga peta yaitu kemiringan lahan, hidrologi dan vegetasi, sehingga akan diperoleh peta blok-blok kesesuaian lahan dari hasil komposit tiga peta tersebut.
4.2.1.1.1 Kemiringan Lahan (Topografi) Pada permukaan tapak, topografi mungkin merupakan faktor yang paling penting yang harus dinilai. Dari segi visual, topografi dan permukaan lahan penting pada kualitas lahan. Analisis terhadap aspek topografi dapat mengungkapkan daerah-daerah yang berdrainase buruk dan saluran-saluran berdrainase alamiah. Selain itu, dengan analisis topografi juga dapat mengetahui pemandangan terbaik dan bagian-bagian tapak yang terlihat ataupun tersembunyi bila dilihat dari suatu tempat tertentu baik di dalam ataupun di luar tapak (Laurie, 1990). Menurut Laurie (1990), kemiringan lahan juga berpengaruh terhadap biaya pembangunan di atasnya. Secara umum, biaya pembangunan akan meningkat apabila kelandaian permukaan tanahnya semakin curam. Pada tapak, bagian yang curam kurang aman untuk dilakukan pembangunan dan aktivitas di atasnya sehingga perlu dilakukan grading. Kegiatan berkesenian merupakan salah satu bentuk alternatif rekreasi yang dapat dilakukan, karena itu galeri terbuka dapat dikategorikan sebagai area rekreasi. Menurut Hardjowigeno (dalam Nurisyah, Pramukanto, dan Wibowo, 2004), kemiringan lahan untuk area rekreasi yang baik adalah antara 0-8%, sedangkan untuk kemiringan 8-15% dikategorikan sedang, dan buruk untuk untuk kemiringan diatas 15%. Karena itu skor tertinggi yaitu 3 ditujukan pada tapak yang memiliki kemiringan 0-8%, skor 2 untuk kemiringan 8-15% dan skor 1 untuk kemiringan diatas 15% (Gambar 33). Pameran karya seni rupa memang baik dilakukan pada tapak yang relatif datar, maka kondisi kemiringan pada lahan ini cukup sesuai untuk ruang pamer. Kemiringan diatas 8% dapat difungsikan untuk kebutuhan ruang lainnya selain
44
ruang pamer, seperti ruang penerimaan (welcome area), ruang seni pertunjukkan, dan ruang diskusi.
0
400
1200
Gambar 33 Peta Analisis Kemiringan Lahan
Titik tertinggi pada tapak ini merupakan potensi untuk dijadikan viewing point terhadap bagian tapak yang lebih rendah. Posisi titik tertinggi yang berada pada entrance memungkinkan setiap pengguna yang masuk untuk melihat kondisi sekeliling galeri terlebih dahulu untuk kemudian langsung menuju ke area tujuan atau meeting point melewati sirkulasi yang disediakan.
4.2.1.1.2 Hidrologi Menurut Booth (1990), curah hujan yang jatuh sebagian besar mencapai permukaan bumi dan apa yang tidak meresap ke dalam tanah atau menguap akan menjadi limpasan permukaan (runoff). Pada tapak, analisis hidrologi yang dilakukan berdasarkan kemiringan lahan. Semakin datar kondisi kemiringan lahan, maka semakin mudah tergenang air. Jumlah limpasan, arah aliran, dan laju aliran semuanya berhubungan dengan bentuk lahan tersebut (Booth, 1990). Secara umum (tanpa mengacu pada jenis tanah tertentu), lahan dengan kemiringan terlalu sedikit (cenderung datar) akan tergenang jika tidak didukung dengan drainase yang memadai, sehingga skor pada analisis hidrologi berbanding terbalik dengan skor pada analisis kemiringan lahan. Pada analisis hidrologi, bagian tapak dengan
45
kemiringan 0-8% memiliki skor 1 sehingga masuk kategori buruk, untuk kemiringan 8-15% skor 2 atau sedang dan skor 3 (baik) untuk kemiringan diatas 15% karena tidak berpotensi menciptakan genangan air (Gambar 34).
0
400
1200
Gambar 34 Peta Analisis Hidrologi
4.2.1.1.3 Vegetasi Aspek yang juga penting untuk dianalisis pada tapak adalah vegetasi. Vegetasi memiliki fungsi yang cukup banyak seperti fungsi arsitektural, engineering, estetika dan kontrol iklim. Pada galeri terbuka, vegetasi dapat difungsikan sesuai prasyarat ruang yang dibutuhkan, misalnya sebagai background karya seni, sebagai alas karya hingga peneduh pada ruang diskusi. Vegetasi pada tapak dapat dikatakan masih sangat kurang, sedangkan selain fungsi-fungsinya yang banyak dibutuhkan tapak, vegetasi juga berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna. Hanya terdapat beberapa bagian tapak yang memiliki area bervegetasi, area ini yang dikategorikan sebagai area baik dengan skor 3, skor 2 (sedang) terdapat pada area yang memiliki sedikit vegetasi dan skor 1 (buruk) untuk area yang tidak terdapat vegetasi (Gambar 35).
4.2.1.1.4 Komposit Analisis Setelah ketiga peta analisis dikomposit, didapat hasil bahwa tapak cukup baik untuk digunakan sebagai galeri terbuka karena tidak terdapat bagian tapak
46
yang masuk kategori buruk. Sehingga perancangan galeri terbuka dapat dilakukan pada seluruh bagian tapak ini (Gambar 36).
0
400
1200
0 400
1200
Gambar 35 Peta Analisis Vegetasi
Gambar 36 Peta Kesesuaian Lahan
4.2.1.2 Iklim 4.2.1.2.1 Iklim untuk Pengguna Berdasarkan
perhitungan
THI
(Thermal
Humadity
Index)
dengan
menggunakan rumus THI = 0,8T + (RH x T / 500), diperoleh nilai THI sebesar
47
26,51. Menurut Nieuwolt (1975), suatu area akan dikatakan nyaman jika memiliki nilai THI antara 21-27, sedangkan menurut Pratiwi (2010), Nilai THI yang dikategorikan nyaman untuk daerah tropis adalah <27, maka dapat dikatakan bahwa tapak ini memiliki mikroklimat yang tergolong nyaman untuk calon pengguna galeri terbuka. Jika mengacu pada skala Beaufort, skala kecepatan angin 4-6 knot tergolong kedalam angin sepoi lemah. Angin sepoi lemah memiliki tanda-tanda di darat diantaranya terpaan angin terasa di muka dan anemometer berputar perlahan. Angin terbanyak datang dari arah barat daya, sehingga dapat dijadikan potensi pendingin area berkumpul pengguna tapak.
4.2.1.2.1 Iklim untuk Karya Menurut Kelly (2002), standar museologis internasional pada umumnya menetapkan lingkungan museum yang optimal adalah dimana suhu dijaga berkisar antara 21˚C ± 1˚C dan bersamaan dengan kelembaban relatif (RH) pada 50% ± 5%. Standar ini juga digunakan dalam panduan pameran keliling karyakarya seni rupa. Hal ini menunjukkan bahwa memang dibutuhkan kontrol iklim pada ruang pamer karya seni rupa, maka diperlukan vegetasi yang berfungsi mengontrol iklim pada tapak. Selain suhu dan kelembaban, pencahayaan juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi ketahanan karya seni. Cahaya yang diarahkan kepada karya seni dan obyek berfungsi sebagai katalis yang menyebabkan reaksi kimia. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan mutu pada permukaan dan/atau penyangga karya/obyek, memudarnya pigmen dan pewarna dan menyebabkan kerusakan yang permanen dan tidak dapat dipulihkan kembali. Pada galeri terbuka, pencahayaan cenderung menggunakan cahaya alami (matahari) karena kegiatan pameran lebih dikhususkan pada pagi hingga sore hari. Pada tapak, besar lux di ruang luar baik pagi, siang, ataupun sore tidak ada yang aman untuk karya seni rupa dengan material sensitif seperti karya seni lukis (lukisan), sedangkan jumlah cahaya yang menyinari karya-karya seni tersebut tidak boleh melebihi 50-300 lux. Fasilitas semi indoor dibutuhkan untuk tempat memamerkan beberapa karya seni rupa tersebut, sedangkan untuk karya seni
48
instalasi dan beberapa karya dengan material tidak sensitif lainnya masih dapat dilakukan di ruang terbuka karena sifatnya yang menyesuaikan.
4.2.1.3 Daya Dukung Tapak Berdasarkan perhitungan daya dukung dengan rumus DD = A/S dengan DD sebagai daya dukung, A merupakan luas area yang akan dihitung daya dukungnya dan S merupakan standar kebutuhan ruang per individu menurut Sebayang (1996), Harris dan Dines (1988), Greenbie (1981) dan Herz (1970) dalam melakukan aktivitas yang direncanakan pada area tersebut, maka didapatkan hasil bahwa tapak ini dapat menampung hingga 843 orang (Tabel 5).
4.2.2 Aspek Sosial Gambaran mengenai bagaimana tapak tersebut digunakan dapat diketahui melalui pengamatan perilaku pengguna ataupun berinteraksi dengan sasaran calon pengguna. Pada perancangan galeri terbuka dilakukan penyebaran kuisioner kepada calon pengguna tapak yag terdiri atas penikmat seni (masyarakat umum) dan seniman muda (mahasiswa seni).
4.2.2.1 Pengguna Persepsi para penikmat seni terhadap TMII cukup baik. Hanya saja terdapat beberapa keluhan dari segi pengelolaan kawasan ini karena perancangan seindah apapun akan menjadi percuma jika tidak disertai dengan pengelolaan yang baik. Disamping itu, responden merasa kawasan TMII cocok jika terdapat area khusus seni di dalamnya. Terlihat dari jumlah responden tinggi yang menyatakan TMII cocok untuk dijadikan area seni, sedangkan untuk istilah galeri terbuka belum banyak diketahui oleh responden. Hal ini mendukung rencana pembangunan desa seni dengan konsep galeri terbuka sehingga tapak ini dapat mengenalkan bentuk dan suasana sebuah galeri terbuka. Waktu kunjungan galeri yang dirasakan nyaman bagi responden didominasi dengan waktu kunjungan sore dan malam hari, namun jumlahnya tidak jauh berbeda dengan persentase jumlah responden yang memilih waktu kunjungan galeri pada pagi dan siang hari sehingga kegiatan pada galeri terbuka tetap dapat
49
dilakukan pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Hal ini berkaitan dengan kebijakan pengelola yang cenderung mengkhususkan kegiatan rekreasi TMII di pagi hingga sore hari. Tabel 5 Daya Dukung Tapak Pembagian Area Aktifitas dan Fasilitas
Peruntukkan Ruang
Ruang Penerimaan (10%)
Persentase Ruang (%)
Luas Area (A)
Standar Kebutuhan Ruang Aktivitas per Individu (S)
Daya Dukung (DD)
Berjalan dan duduk-duduk
5%
273 m²
8 m²
34 Orang
Mencari informasi
2%
109,22 m²
4 m²
27 Orang
Fasilitas
3%
163,83 m²
-
-
Istirahat duduk-duduk
5%
273 m²
8 m²
34 Orang
Fasilitas
5%
273 m²
-
-
Ruang Pameran (25%)
Melihat Karya
15%
819,15 m²
8 m²
102 Orang
Fasilitas
10%
546,1 m²
-
-
Ruang Seni Pertunjukkan (25%)
Atraksi, Duduk, Menonton pertunjukkan
15%
819,15 m²
4 m²
204 Orang
Fasilitas Lain
10%
546,1 m²
-
-
Ruang Workshop dan Diskusi (15%)
Duduk
5%
273 m²
8 m²
34 Orang
Diskusi Fasilitas
5% 5%
273 m² 273 m²
2 m² -
136 Orang -
Ruang Pelayanan (15%)
Makan dan Minum
5%
273 m²
2 m²
136 Orang
Membeli Cinderamata dan Karya Seni Fasilitas
5%
273 m²
2 m²
136 Orang
5%
273 m²
Ruang Transisi (10%)
-
Total Daya Dukung
Responden
yang
belum
pernah
843 Orang
mengunjungi
galeri
seni
cukup
mendominasi. Hal ini dimungkinkan karena persepsi masyarakat terhadap galeri yang monoton dan membosankan, terlihat dari jumlah responden yang berpendapat mengenai hal tersebut hampir setara dengan jumlah responden yang
50
berpendapat bahwa galeri sebuah tempat yang atraktif dan menyenangkan, sehingga diperlukan perancangan galeri yang nyaman dan atraktif. Meskipun cukup banyak responden yang mengaku senang pergi ke galeri, namun kebanyakan dari responden tidak memiliki anggaran khusus baik untuk berkegiatan seni ataupun membeli produk seni. Galeri terbuka sebaiknya tetap menjadi salah satu objek rekreasi yang tidak komersil kecuali dalam hal penjualan karya-karya seni. Kebanyakan responden mengunjungi galeri hingga 1-6 kali dalam setahun. Hal ini memungkinkan galeri terbuka menjadi objek berkegiatan seni yang cukup aktif di TMII, sehingga dapat dirancang program-program khusus setiap tahun atau dua bulan sekali seperti workshop atau residensi. Minat seni pada responden cukup tinggi khususnya minat terhadap seni musik, seni rupa dan seni terapan. Perancangan ruang-ruang pada galeri terbuka akan ditujukan untuk memfasilitasi minat-minat tesebut.
4.2.2.2 Pengelola Keinginan pengelola merupakan hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan tapak. Pelaksanaannya dapat diselaraskan dengan keinginan pengunjung
atau
calon
pengguna
tapak.
Keinginan
pengelola
untuk
mempertahankan kubah kaktus dapat didukung dengan tetap mempertahankan bangunan tersebut namun dengan aplikasi fungsi yang berbeda. Kubah tersebut akan dijadikan ruang pamer semi indoor yang nantinya tercakup ke dalam zona transisi dalam pembagian ruang. Ruang-ruang yang diinginkan pengelola dapat disesuaikan dengan ruang-ruang yang mengakomodasi minat calon pengguna tapak, diantaranya ruang-ruang yang mengakomodasi pameran seni rupa dan ruang untuk menikmati seni pertunjukkan seperti seni musik.
4.2.3 Aspek Seni 4.2.3.1 Seniman Indonesia Pameran karya seni di ruang luar bukan merupakan suatu hal yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa pameran karya seni di ruang luar masih sangat mungkin dilakukan. Beberapa seniman mengkhawatirkan karya seni lukis jika dipamerkan
51
di ruang luar karena materialnya yang sensitif karena itu jika karya seni lukis tetap akan dipamerkan di ruang luar, perlu dirancang shelter atau ruang semi terbuka sebagai tempat pamerannya. Karya-karya yang dapat dipamerkan pada galeri terbuka lebih dikhususkan pada karya-karya yang tidak dapat dipamerkan di ruang dalam seperti karya seni instalasi atau karya seni rupa yang membutuhkan ruang cukup besar, namun tidak menutup kemungkinan untuk karya-karya lain yang biasa dipamerkan di ruang dalam dapat pula dipamerkan di ruang luar. Selain karya-karya seni rupa dan arsitektur, seni pertunjukkan juga dapat ditampilkan pada galeri terbuka, maka dibutuhkan juga ruang seperti amphiteatre ataupun sekedar perbedaan ketinggian pada area tertentu untuk mengakomodasi kegiatan seni pertunjukkan. Berbagai jenis seni dapat saja disatukan dalam suatu area, namun tetap ada yang lebih diutamakan untuk menguatkan tujuan perancangan. Dalam hal ini, galeri terbuka dirancang untuk mengakomodasi pameran seni rupa dengan berbagai fasilitas pendukung kegiatan seni lainnya seperti seni pertunjukkan. Menurut responden kuisioner khusus yang ditujukan pada mahasiswa seni, setiap seniman dapat melakukan pameran hingga 1-3 kali dalam setahun, sehingga memungkinkan terdapat program-program rutin pada sebuah galeri. Kondisi galeri yang ada di Indonesia dirasakan cukup baik, namun untuk sarana dan prasarana masih belum mengakomodasi kebutuhan seniman, maka kebutuhan para seniman perlu diketahui sebelum melakukan perancangan.
4.2.3.2 Fasilitas dan Utilitas Seringkali pada tapak terdapat bangunan (fasilitas) eksisting yang masuk kedalam pertimbangan untuk dipertahankan atau tidak. Fasilitas tersebut mencerminkan penggunaan sebelumnya pada tapak dapat menjadi bagian dari rencana untuk data penting yang menunjang rancangan baru. Pada tapak dapat disimpulkan bahwa masih sangat kurang fasilitas yang mengakomodasi kegiatan seni khususnya untuk pameran dan pertunjukkan seni. dibutuhkan rancangan galeri terbuka yang memiliki ruang-ruang berkesenian seperti ruang pameran, shelter, amphiteatre, ruang diskusi, dan ruang berkumpul.
52
4.2.3.3 Visual Menurut Laurie (1990), suatu analisis visual diperlukan untuk mengetahui potensi visual yang menarik dari dalam hingga batas-batas luar tapak. Warna tanah dan vegetasi yang ada, pola-pola khas pada cahaya dan bayangan, langit dan awan, intensitas sinar matahari dan berbagai karakteristik ruang pada kawasan lahan merupakan faktor-faktor yang penting untuk dianalisis. Pada tapak belum banyak memiliki potensi visual (good view), karena itu dibutuhkan perancangan tapak yang memberikan good view dan mereduksi pemandangan yang kurang baik (bad view). Sesuai dengan keinginan pengelola, kubah kaktus akan tetap dipertahankan dengan fungsi yang berbeda. Selain itu, fungsi visual kubah tersebut juga perlu dimaksimalkan untuk menambah daya tarik. Hal ini dapat dibentuk melalui segi pencahayaan sehingga focal point tetap tertuju pada kubah kaktus.
4.3
Konsep
4.3.1 Konsep Dasar Menurut Holt (1967), seni Indonesia telah dipahami sebagai kesatuan tiga lingkup seni saling berkesinambungan terhadap periode kronologis sejarah Indonesia yang disebut the spheres of art in Indonesia. Ketiga lingkup seni tersebut adalah the heritage, living traditions, dan modern art. The spheres of art in Indonesia tersebut diangkat sebagai konsep dasar pada perancangan galeri terbuka ini. The heritage mencakup kreasi seni kuno Indonesia dari zaman prasejarah dan sejarah yang telah diawetkan. Karya-karya ini dianggap sangat berharga sehingga dijaga dalam museum dengan setting alami karya tersebut, sedangkan Living traditions dimana konsepsi tradisional bentuk dan isi karya dipertahankan, meskipun sering dieksekusi dalam media baru. Kemudian modern art merupakan suatu fenomena perkotaan yang telah dikembangkan terutama di pulau Jawa, manifestasinya terpisah dari bentuk-bentuk tradisional namun tetap hidup berdampingan. Konsep ini akan dianalogikan pada bentuk-bentuk aktivitas di setiap ruang berkesenian yang ada, sehingga akan berpengaruh juga terhadap
53
konsep pengembangan seperti dalam hal pembagian ruang, fungsi vegetasi yang dibutuhkan serta sirkulasi yang diaplikasikan dalam tapak. Galeri terbuka akan menjadi wadah berkegiatan seni di ruang luar yang atraktif berdasarkan the spheres of art in Indonesia. Hal ini berkaitan dengan lokasi tapak yang berada pada TMII yang merupakan kawasan wisata dengan ragam seni budaya khas Indonesia. Tujuan dari perancangan galeri terbuka ini adalah untuk mengakomodasi kegiatan seni khususnya berkaitan dengan karya-karya seni yang kurang maksimal jika ditampilkan secara indoor. Perancangan ini diharapkan dapat mewujudkan kawasan seni terbuka yang dapat dinikmati masyarakat pecinta seni dengan penampilan ragam jenis seni yang menyatu didalamnya. Sasaran penggunanya berdasarkan aktivitas yang akan dihadirkan pada tapak yaitu seniman, kolektor karya seni, anak-anak muda yang senang berkumpul dan mengapresiasi karya seni serta masyarakat umum yang ingin lebih mengenal dunia seni. Galeri terbuka membuat masyarakat umum tidak canggung untuk masuk ke sebuah galeri seni yang biasanya terkesan ekslusif.
4.3.2 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada perancangan galeri terbuka ini mengambil bentukan palet sebagai alat bantu seniman khususnya pelukis dalam menciptakan karya seni rupa berupa lukisan. Konsep ini diambil karena karya seni rupa merupakan objek utama yang dipamerkan dalam sebuah galeri. Selain itu palet difungsikan sebagai alas berbagai warna cat untuk melukis sehingga merupakan salah satu media yang berperan penting dalam penciptaan sebuah karya lukis yang atraktif. Begitu pula dengan galeri terbuka, galeri ini diharapkan dapat menjadi alas atau wadah berbagai aktifitas seni sehingga mengakomodasi berbagai kegiatan seni yang atraktif. Kuas lukis dianalogikan pada bentuk dinding pusat informasi (Gambar 37). 4.3.3 Konsep Pengembangan Konsep pengembangan pada perancangan galeri terbuka merupakan konsep yang dikembangkan dari konsep dasar the spheres of art in Indonesia. Konsep
54
pengembangan ini terdiri atas beberapa konsep seperti konsep ruang dan aktifitas, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, serta konsep warna.
Gambar 37 Konsep Perancangan 4.3.3.1 Konsep Ruang dan Aktifitas Konsep ruang dan aktifitas dimaksudkan untuk menata ruang-ruang beraktifitas yang paling sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. Selain itu akan diperoleh juga fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan pada setiap ruang-ruang beraktifitas tersebut. Pembagian ruang pada tapak didasarkan pada konsep dasar yaitu the spheres of art in Indonesia yang terdiri atas the heritage, living traditions, dan modern art. Diagram persentase ruang dapat dilihat pada Gambar 38, sedangkan pembagian ruang dapat dilihat pada Gambar 39. The heritage akan dianalogikan sebagai karya-karya seni rupa karena karya tersebut merupakan karya utama yang dipamerkan dalam sebuah galeri sehingga area ini akan dijadikan ruang pameran (seni rupa). Modern art merupakan area yang diperuntukkan pada karya-karya seni pertunjukkan seperti musik, drama dan sinematografi yang merupakan bentukan karya yang dikembangkan lebih baru dari karya-karya seni rupa. Living traditions merupakan area yang ditujukan pada ruang penerimaan, ruang pelayanan, serta ruang diskusi dan workshop karena
55
merupakan ruang yang mempertahankan bentuk-bentuk aktifitas tradisional Indonesia seperti menyapa, melayani tamu hingga berdiskusi dan berbagi ilmu. Aktifitas dan fasilitas pada tiap ruang dapat dilihat pada Tabel 6.
MODERN ART Ruang Pertunjukkan 25%
THE HERITAGE Ruang Pameran 25%
LIVING TRADITIONS 50% Ruang Penerimaan
:
Ruang Transisi
Ruang Diskusi dan Workshop
Ruang Pelayanan
Ruang Saling Berhubungan
Gambar 38 Diagram Persentase Ruang
Gambar 39 Konsep ruang
56
Tabel 6 Konsep Ruang dan Aktifitas
4.3.3.2 Konsep Sirkulasi Sirkulasi pada tapak hanya diperuntukkan untuk pejalan kaki, sehingga tidak ada kendaraan bermotor yang dapat masuk ke dalam tapak. Sirkulasi yang terdapat
pada
tapak
dibagi
menjadi
sirkulasi
primer
yang
berfungsi
menghubungkan ruang dan sirkulasi sekunder yang cenderung membagi ruang. Sirkulasi primer memiliki lebar di atas 2,5 meter, sedangkan sirkulasi sekunder memiliki lebar kurang dari sama dengan 2,5 meter. Perbedaan ketinggian antar ruang pada tapak membutuhkan sirkulasi dalam bentuk tangga dan ramp.
Gambar 40 Konsep Sirkulasi
57
4.3.3.3 Konsep Vegetasi Konsep vegetasi dirancang berdasarkan fungsi yang akan diaplikasikan pada ruang-ruang tersebut. Vegetasi yang akan dirancang pada galeri terbuka meliputi vegetasi dengan fungsi-fungsi yang disesuaikan dengan prasyarat ruang yang ada (Tabel 7). Tabel 7 Konsep Vegetasi
4.1.2.4 Konsep Warna Menurut Chijiiwa (1987) dalam menentukan penggunaan warna untuk berbagai jenis perancangan harus menentukan terlebih dahulu tujuan dari ruang yang akan diberikan warna serta pengaruh yang akan diberikan pada ruang tersebut. Pada perancangan galeri terbuka penggolongan warna hanya dibagi menjadi dua jenis yaitu warna hangat (warm) dan warna dingin (cool). Warnawarna hangat dapat menarik mata, merangsang emosi, meningkatkan motivasi, serta membuat kita bekerja lebih cepat, sedangkan warna-warna dingin bermakna tenang, bersih dan mengundang (Chijiiwa, 1987). Menurut Chijiiwa(1987), warna-warna natural merupakan warna yang paling harmonis dengan alam (lingkungan luar), karena itu warna dingin dan panas yang dipilih untuk diaplikasikan pada tapak merupakan warna dingin dan panas yang juga tergolong kedalam warna natural. Dalam hal ini, warna panas
58
natural yang dipilih yaitu cokelat, sedangkan warna dingin natural yang dipilih adalah warna hijau. Warna panas (cokelat) diaplikasikan pada warna cat elemenelemen keras ruang pameran dan ruang diskusi seperti bangku taman, display karya dua dimensi dan signage. Warna dingin (hijau) juga diaplikasikan pada elemen-elemen keras seperti amphiteater, panggung pertunjukkan, tembok latar panggung pada ruang pertunjukkan, bangku-bangku kafetaria, dinding-dinding serta bidang alas pada ruang pelayanan.
Gambar 41 Pembagian Warna Panas dan Dingin
Jumlah warna dalam suatu area sebaiknya juga dibatasi sehingga tetap nyaman dilihat. Dua atau tiga warna biasanya sudah cukup, lima warna terlalu banyak, sedangkan empat kombinasi warna harus dipilih dengan selektif (Chijiiwa, 1987). Pada tapak terdapat empat warna yang diaplikasikan yaitu putih dan abu-abu sebagai background, hijau sebagai warna dingin, dan coklat sebagai warna panas.
Gambar 42 Ilustrasi Pengaruh Warna terhadap Suasana Ruang (Sumber: image.google.com)
4.4
Block Plan Konsep tata ruang dan aktifitas, sirkulasi, serta vegetasi yang telah
dijabarkan membentuk block plan. Galeri terbuka memiliki beberapa ruang aktifitas berkesenian dan ruang pendukung. Penentuan ruang aktifitas berkesenian disesuaikan dengan konsep dasar perancangan galeri terbuka sehingga terdapat tiga ruang aktifitas berkesenian yaitu ruang pameran, ruang pertunjukkan serta
59
ruang diskusi dan workshop, sedangkan beberapa ruang pendukung pada galeri ini yaitu ruang penerimaan, ruang transisi, ruang pelayanan satu dan ruang pelayanan dua. Block plan galeri terbuka ini dapat dilihat pada Gambar 43. Pada tapak hanya terdapat satu ruang penerimaan (entrance) yaitu di sebelah tenggara. Sebelum mengunjungi ruang-ruang inti ataupun ruang pendukung pada galeri terbuka, pengunjung akan melewati ruang transisi yang membentuk tiga cabang sirkulasi ke arah utara, barat daya dan selatan. Sirkulasi menuju utara tersebut akan membentuk dua cabang lagi yaitu ke arah ruang pertunjukkan dan ruang pameran, kedua ruang ini termasuk ke dalam ruang inti pada galeri terbuka, sedangkan cabang sirkulasi yang menuju barat daya merupakan sirkulasi yang mengarah pada pusat informasi yang masih merupakan bagian ruang transisi. Cabang sirkulasi yang mengarah ke selatan akan mengantarkan pengunjung pada ruang diskusi dan workshop. Ruang diskusi dan workshop terhubung dengan dua sirkulasi lanjutan menuju pusat informasi dan ruang pelayanan pertama yang terdiri atas kafetaria, artshop dan gudang penyimpanan. Ruang pelayanan pertama ini terhubung pada ruang pelayanan kedua (musholla dan toilet) yang berada pada ketinggian berbeda, maka akan dibuat sirkulasi berbentuk tangga atau ramp yang menghubungkan kedua ruang pelayanan ini. Ruang pelayanan kedua akan terhubung langsung pada ruang pameran, sehingga ruang pameran memiliki tiga sirkulasi yaitu menuju ruang pertunjukkan, ruang pelayanan dua dan pusat informasi.
4.5
Perancangan Galeri
terbuka
dirancang
pada
tapak
seluas
5461
m²
dengan
mengaplikasikan dasar-dasar elemen perancangan pada Booth (1990). Menurut Booth terdapat beberapa elemen dasar perancangan arsitektur lanskap yaitu landform, plant material, building, pavement, site structure dan water.
4.5.1 Elemen Perancangan 4.5.1.1 Landform (Bentukan Lahan) Menurut Booth, bentukan lahan merupakan elemen perancangan lanskap yang paling penting. Pada skala tapak seperti ini, bentukan lahan tergolong ke
59
Gambar 43 Block Plan
43
0
400 800
61
dalam micro landform seperti gundukan tanah, kemiringan lahan datar, ataupun perubahan ketinggian melalui ramp dan step (tangga). Terdapat tiga jenis bentukan lahan, yaitu convex (cembung), concave (cekung) dan levellandform (datar). Perancangan galeri terbuka ini menggunakan ketiga jenis bentukan lahan tersebut yang disesuaikan dengan kondisi kemiringan lahan pada tapak. Hal ini mempengaruhi tata letak ruang-ruang beraktifitas yang ada pada galeri terbuka. seperti area penerimaan yang diletakkan di titik tertinggi tapak yang bersifat seperti titik puncak pada bentukan lahan cembung. Menurut Booth, titik tesebut memberikan sense of outward orientation, sehingga pada area penerimaan, pengunjung dapat melihat hampir ke seluruh ruang-ruang yang ada pada galeri terbuka. A. Teori Booth
B. Aplikasi pada Tapak
Gambar 44 Landform Cembung
Bentukan lahan cekung menurut Booth mengarahkan pandangan ke dalam dan ke bawah, sehingga cukup ideal untuk dijadikan panggung. Pada galeri terbuka, hal ini diterapkan pada ruang pertunjukkan yang berbentuk amphiteater. Bentukan lahan yang datar mempengaruhi kualitas perasaan yang dihasilkan. Menurut Booth, landform datar memberikan perasaan stabil, netral, istirahat, damai dan sebagainya, maka pada beberapa ruang seperti ruang pelayanan dan diskusi diletakkan pada lahan yang datar. Selain itu, landform datar memberikan kesempatan pergerakan yang sama dari berbagai arah. Hal ini yang mendasari ruang pameran berada pada kemiringan lahan yang tergolong datar.
62
A. Teori Booth
B. Aplikasi pada Tapak
Gambar 45 Landform Cekung
A. Teori Booth
B. Aplikasi pada Tapak
Gambar 46 Landform Datar
4.5.1.2 Plant Material (Material Tanaman) Menurut terminologi yang diklasifikasikan oleh Robinette dalam Booth (2009), terdapat 4 fungsi material tanaman yang dapat digunakan dalam perancangan lanskap, yaitu Architectural, Engineering, Climate Control, dan
63
Aesthetic. Pada perancangan galeri terbuka, keempat fungsi tersebut diaplikasikan pada beberapa kebutuhan ruang. Fungsi arsitektural yang digunakan pada tapak yaitu definition of space. Galeri terbuka memiliki open space, semi open space dan canopied space. Open space yang terbentuk oleh material tanaman yaitu beberapa lawn yang dapat difungsikan sebagai sculpture display, sedangkan semi open space
yang
terbentuk pada galeri terbuka terletak pada ruang penerimaan, dan ruang pameran dengan perpaduan pohon bertajuk kolumnar dan semak tinggi. Canopied space terbentuk oleh beberapa pohon peneduh bertajuk bulat dan menyebar pada area transisi yang memiliki fasilitas bangku taman serta sebagian sisi ruang diskusi dan workshop. Fungsi engineering yang diterapkan pada perancangan galeri terbuka yaitu mengarahkan pejalan kaki (pengguna tapak) dengan menggunakan pohon-pohon pengarah bertajuk kolumnar, sedangkan climate control diberikan oleh material tanaman pada galeri terbuka dengan fungsi spesifik shading dan modifikasi temperatur udara. A. Teori Booth
B. Aplikasi
Gambar 47 Fungsi Arsitektural Vegetasi pada Tapak
Beberapa fungsi estetik yang dapat diaplikasikan diantaranya mengarahkan pandangan pengguna pada pemandangan tertentu yang ingin disampaikan. Seperti pada pohon-pohon yang berjejer sebelum pintu masuk selatan ruang semi indoor.
64
Selain itu fungsi background juga diaplikasikan pada area sculpture display menggunakan pohon-pohon berkanopi piramidal. Tabel 8 Daftar Seleksi Vegetasi Nama Tanaman
Fungsi
Gambar
Acalypha macrophylla
Pembatas
Pengarah
(Teh-tehan)
Estetika
Axonopus compressus
Ground cover
Peneduh
Peneduh (eksisting)
Polyalthia longifolia
Pengarah
(Glodogan Tiang)
Dinding Pembatas
Estetika
Thuja orientalis
Pengarah
(Cemara Kipas)
Background
Estetika
Rumput Paetan Mimusoph elengi (Pohon Tanjung)
Nephelium lappaceum (Pohon Rambutan)
A. Teori Booth
B. Aplikasi
Gambar 48 Fungsi Estetika Vegetasi pada Tapak
65
4.5.1.3 Building (Bangunan) Bangunan membangun dan membatasi ruang luar, mempengaruhi pandangan, memodifikasi iklim mikro, serta mempengaruhi organisasi fungsional lanskap. Pada galeri terbuka tidak terdapat banyak bangunan tertutup. Hanya bangunan eksisting yang dipertahankan dan dirubah fungsinya menjadi ruang pamer semi indoor. Beberapa penambahan bangunan kecil terdapat pada area pelayanan seperti musholla, toilet dan kafetaria. Terdapat dua aplikasi konsep peletakkan bangunan yang disesuaikan dengan kemiringan lahan, yaitu pada ruang pamer semi indoor tersebut dan kafetaria. A. Teori Booth
B. Aplikasi
Gambar 49 Aplikasi Bangunan pada Tapak 4.5.1.4 Pavement (Jalur Perkerasan) Suatu jalur perkerasan dapat digunakan untuk mengarahkan mata dan menyediakan arah antar titik-titik dalam lanskap. Jalur perkerasan dibutuhkan untuk mengakomodasi penggunaan yang intensif khususnya mengakomodasi berbagai pergerakan (pengguna) di atas tapak. Jalur perkerasan murah karena tidak membutuhkan pemeliharaan khusus. Menurut Booth (1990), terdapat tiga pola sirkulasi yang dapat diaplikasikan pada jalur perkerasan, diantaranya casual, controlled, dan nervous. Pada tapak, pola sirkulasi yang digunakan pada jalur perkerasan yaitu pola casual sehingga lebih fleksibel dan memberikan perasaan santai pada pengguna. Untuk material yang digunakan, jalur perkerasan pada galeri terbuka didominasi dengan material concrete atau beton.
66
Menurut Booth (1990), beton sangat sesuai untuk bentuk perkerasan yang bebas. Beton dapat lebih mudah digunakan untuk bentuk-bentuk bebas jika dibanding dengan batu dan bata. Selain itu, beton jauh lebih murah dari keduanya. Hal ini karena rendahnya biaya bahan baku beton dan efisiensi dalam menutupi daerah yang luas dengan cepat serta tidak membutuhkan banyak perawatan. A. Teori Booth
B. Aplikasi
Gambar 50 Pola-pola Sirkulasi 4.5.1.5 Site Structure (Struktur Tapak) Site structure didefinisikan sebagai elemen-elemen yang dibangun secara tiga dimensi dalam lanskap tertentu yang memenuhi fungsi khusus dalam konteks ruang yang lebih besar yang secara kolektif dibentuk oleh landform, plant materials, buildings, dan pavement. Beberapa site structure yang terdapat pada galeri terbuka yaitu steps, ramps, walls, fences, dan seating. Konsep wall/fence oleh Booth (1990) yang diaplikasikan pada galeri terbuka seperti pada Gambar 49. Konsep ini diterapkan sebagai latar belakang panggung pada amphiteater. Selain berfungsi
membuat
visual
interest,
jika
sedang
digelar
pertunjukkan
sinematografi, latar ini dapat difungsikan untuk memantulkan gambar. A. Teori Booth
B. Aplikasi pada Tapak
Gambar 51 Aplikasi Struktur Tapak
67
4.5.1.6 Water (Elemen Air) Elemen air memberikan nilai tambah terhadap perancangan lanskap. Menurut Booth (1990), air merupakan salah satu elemen yang paling menarik dari semua elemen perancangan. Pada galeri terbuka, pergerakan air tergolong ke dalam pergerakan yang dinamis flowing water mengikuti kemiringan lahan, sedangkan fungsi yang digunakan adalah kontrol iklim, khususnya untuk ruang pameran dan kafetaria. A. Teori Booth
B. Aplikasi pada Tapak
Gambar 52 Aplikasi Elemen Air pada Tapak
Dari hasil analisis-sintesis, konsep dan dasar-dasar elemen perancangan menurut Booth (1990) didapat gambar-gambar perancangan seperti gambar site plan (Gambar 53), gambar perspektif (Gambar 54 dan 55), gambar potongan (Gambar 56) dan detail beserta penjelasannya.
4.5.2 Ruang Dalam Galeri Terbuka 4.5.2.1 Ruang penerimaan Ruang penerimaan terdapat pada titik tertinggi tapak yaitu di bagian tenggara sehingga ketika pengunjung memasuki galeri seni, pandangan dapat langsung terlepas pada hampir seluruh ruang-ruang yang ada di galeri ini. Pada ruang ini terdapat main sign sebagai identitas galeri terbuka yang juga dapat difungsikan sebagai tempat duduk. Vegetasi yang ada pada ruang penerimaan diantaranya pohon berkanopi kolumnar yang berfungsi sebagai pengarah dan pembatas (glodogan tiang dan cemara) dan semak sebagai estetika (teh-tehan).
67
Gambar 53 Site Plan
53
00 400 400 800 800
67
Gambar 54Perspektif Keseluruhan 1
54
68
Gambar 55 Perspektif Keseluruhan 2
55
69
Gambar56Potongan Tampa
56
0
400 800
70
Gambar 57 Planting Plan
57
0
400 800
73
Keyplan 0 100
400
Gambar 58 Tampak Atas Ruang Penerimaan
Gambar 59 Perspektif Ruang Penerimaan
4.5.2.2 Ruang Transisi Pengunjung akan melewati ruang transisi setelah masuk melalui ruang penerimaan. Pada ruang ini, pengunjung dapat memilih untuk langsung menuju ruang pertunjukkan atau ruang diskusi sebelum sampai pada ruang pameran. Pengunjung juga dapat berkunjung ke ruang pamer semi indoor yang terdapat pada bangunan eksisting yang mengalami perubahan fungsi. Pada ruang semi indoor terdapat dinding yang dapat difungsikan untuk display karya seni dua dimensi yang membutuhkan naungan. Pada ruang transisi ini terdapat bangku taman dan beberapa pohon peneduh seperti pohon rambutan yang merupakan vegetasi eksisting yang dipertahankan serta Mimusoph elengi (pohon tanjung). Ruang ini juga memiliki lawn yang di tengahnya dapat dijadikan display karya seni berupa sculpture.
72
Gambar 60 Detail Konstruksi Main Sign
60 60
75
Keyplan
0
400
800
Gambar 61 Tampak Atas Ruang Pamer Semi Indoor (Ruang Transisi)
Gambar 62 Perspektif Ruang Transisi
4.5.2.3 Ruang Diskusi dan Workshop Ruang diskusi dan workshop termasuk kedalam tiga ruang inti pada galeri terbuka. Fungsi utama dari ruang ini yaitu edukasi. Terdapat bangku-bangku permanen yang tersusun dengan pola radial setengah lingkaran sehingga mendukung kegiatan berdiskusi ataupun workshop yang memusat pada satu sumber. Bagian setengah lingkaran lainnya dibiarkan kosong sehingga dapat digunakan sebagai area workshop yang membutuhkan space lebih leluasa.
72
Gambar 63 Detail Konstruksi Ruang Semi Indoor
63 63
77
Keyplan 0
400
1200
Gambar 64 Tampak Atas Ruang Diskusi dan Workshop
Gambar 65 Perspektif Ruang Diskusi dan Workshop
4.5.2.4 Ruang Pertunjukkan Ruang pertunjukkan terdapat pada bagian timur laut tapak. Ruang ini memiliki fasilitas utama berupa amphiteater yang dapat mengakomodasi kegiatan seni pertunjukkan seperti musik, drama, tari, dan sinematografi. Pada bagian belakang panggung terdapat tembok-tembok yang berfungsi sebagai latar belakang pertunjukan dan dapat juga digunakan untuk memantulkan gambargambar dari karya sinematografi seperti video mapping. Vegetasi yang digunakan pada ruang ini diantaranya vegetasi peneduh pohon tanjung dan pohon berkanopi kolumnar glodogan tiang sebagai background panggung, sedangkan untuk memberikan kesan nyaman, tenang dan fokus, digunakan warna dingin yaitu hijau pada elemen di ruang seni pertunjukan ini.
77
Gambar 66 Detail Konstruksi Bangku Ruang Diskusi
66
79
Keyplan
0
400
800
Gambar 67 Tampak Atas Ruang Pertunjukkan
Gambar 68 Perspektif Ruang Pertunjukan
4.5.2.5 Ruang Pameran Pada galeri terbuka area display karya seni rupa sudah terlihat sejak pengunjung melewati ruang transis. Pada ruang ini terdapat lawn yang difungsikan sebagai area sculpture display, sedangkan pada ruang pameran kegiatan dikhususkan pada pameran karya-karya seni rupa khususnya karya-karya tiga dimensi yang hanya dapat dipamerkan pada ruang terbuka seperti karya seni instalasi dengan ukuran yang besar. Ruang ini juga menyediakan area display untuk karya dua dimensi seperti yang dipamerkan pada ruang diskusi.
76
Gambar 69 Detail Konstruksi Amphiteater
69 69
81
Pada ruang pameran juga terdapat bangku untuk pengunjung yang ingin menikmati karya-karya seni rupa dari sudut pandang yang lebih rendah. Vegetasi yang digunakan pada ruang ini diantaranya vegetasi semak pembatas teh-tehan dan glodogan tiang yang difungsikan sebagai background, sedangkan untuk menarik mata pengunjung dan merangsang emosi dalam menikmati karya digunakan warna cokelat sebagai warna panas yang mendominasi ruang ini.
Keyplan 0
400
800
Gambar 70 Tampak Atas Ruang Pameran
Gambar 71 Ruang Pameran
4.5.2.6 Ruang Pelayanan Ruang pelayanan merupakan ruangan yang terdiri atas dua bagian ruang yang terpisah dengan perbedaan ketinggian. Ruang pelayanan 1 yaitu kafetaria, artshop dan gudang terdapat pada bagian ruang yang lebih tinggi, dekat dengan ruang diskusi, sehingga pelayanan pada kafetaria juga dapat dinikmati pada pengunjung yang beraktifitas dalam ruang diskusi dan workshop.
79
Gambar 72 Detail Konstruksi Signage
72
83
Artshop dapat diakses pengunjung untuk membeli karya seni sedangkan gudang hanya dapat diakses oleh pengelola dan seniman yang sedang melakukan pameran untuk menyimpan barang-barang terkait pameran yang sedang berlangsung. Terdapat shelter setengah lingkaran di depan tiga ruang tersebut. Pengunjung kafetaria ataupun artshop dapat menggunakan fasilitas ini dengan water feature di bawahnya dan pemandangan yang dapat diarahkan pada ruang pertunjukkan ataupun display karya dua dimensi yang terdapat pada tiang-tiang (dinding) di ruang semi indoor.
Keyplan
0 400
1200
Gambar 73 Tampak Atas Ruang Pelayanan 1
Gambar 74 Perspektif Ruang Pelayanan 1
81
Gambar 75 Detail Konstruksi Ruang Pelayanan 1
75
85
Ruang pelayanan 2 terdapat pada ketinggian yang lebih rendah terdiri atas musholla dan toilet dengan elemen water feature sambungan dari bagian bawah balkon kafetaria. Vegetasi yang terdapat pada ruang pelayanan hanya sedikit vegetasi berkanopi kolumnar yaitu glodogan tiang yang berfungsi sebagai pengarah dan estetika. Kesan nyaman, tenang dan santai akan dipengaruhi oleh warna hijau sebagai warna dingin yang mendominasi warna cat elemen-elemen keras pada ruang ini.
Keyplan
0
200
600
Gambar 76 Tampak Atas Ruang Pelayanan 2
Gambar 77 Perspektif Ruang Pelayanan 2
83
Gambar 78 Detail Konstruksi Musholla dan Toilet (Ruang Pelayanan 2)
78 78
84
Gambar 79 Detail Konstruksi Jembatan
No. Gambar
7979
87
Gambar 80 Detail Penanaman
80