BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dalam bab ini penulis akan menggambarkan tentang hasil dari penelitian nya pada Provinsi Jawa Timur pada setiap daerah yang ada pada propinsi tersebut. Penelitian ini menggunakan data Laporan Keuangan Daerah yang tercantum di Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan selama periode 2010 – 2013. Laporan yang digunakan pada penelitian ini mencakup data Pajak Daerah, Ketergantungan Fiskal, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Belanja Modal pada setiap masing – masing daerah. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pajak Daerah, Ketergantungan Fiskal dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran terhadap Belanja Modal di Daerah Jawa Timur. Untuk menjadi lebih spesifik penelitian ini didukung adanya laporan Keuangan Daerah tersebut.
1. Statistik Deskriptif Statistik Deskritif adalah suatu gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata – rata (mean), standart deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) dari masing-masing variabel (Ghozali 2011). Variabel Dependen yang digunakan meliputi Pajak Daerah, Ketergantungan Fiskal, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Variabel Independent berupa Belanja Modal di Jawa Timur Tahun 2010 – 2013,
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
maka berikut ini output SPSS yang merupakan keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pajak_Daerah
152
3650,75000
2098293,00000
74298,5713158 270682,64921401
SiLPA
152
1559,00000
1234414,00000
100640,3297368 144175,55459867
Ketergantungan
152
3,21747
321,79628
BM
152
28974,00000
1732019,00000
Valid N (listwise)
152
20,3100039
32,81290076
221042,2302632 229813,37470118
Dari hasil output SPSS di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Jumlah sampel Belanja Modal yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 152 sampel. Belanja Modal daerah memiliki nilai terendah 28974,00000 dan
nilai
tertinggi
1732019,00000.
dengan
rata-rata
sebesar
221042,2302632. Nilai terendah terdapat pada daerah Kediri tahun 2010 dan nilai tertinggi terdapat pada kabupaten Surabaya tahun 2013. 2.
Jumlah sampel Pajak Daerah yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 152 sampel. Pajak daerah memiliki nilai terendah 3650,75000 dan nilai tertinggi 2098293,00000 dengan rata-rata sebesar 74298,5713158. Nilai terendah terdapat pada daerah Blitar tahun 2010 dan nilai tertinggi terdapat pada kabupaten Surabaya tahun 2013.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3.
Jumlah sampel Ketergantungan Fiskal yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 152 sampel. Ketergantungan Fiskal memiliki nilai terendah 3,21747 dan nilai tertinggi 321,79628 dengan rata-rata sebesar 20,3100039. Nilai terendah terdapat pada daerah Surabaya tahun 2013 dan nilai tertinggi terdapat pada kabupaten Blitar tahun 2012.
4.
Jumlah sampel SiLPA yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 152 sampel. SiLPA memiliki nilai terendah 28974,00000 dan nilai tertinggi 1732019,00000 dengan rata-rata sebesar 221042,2302632. Nilai terendah terdapat pada daerah Kediri tahun 2010 dan nilai tertinggi terdapat pada kabupaten Surabaya 2013.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dari seriap variabel independen dan dependent atau keduanya mempunyai Dstribusi Normal atau tidak. Untuk melihat hasil uji digunakan metode Kolmogorof-Smirnov Test (Imam Ghozali : 2011).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogorof Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
152
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
0E-7 .36345515
Absolute
.110
Positive
.058
Negative
-.110
Kolmogorov-Smirnov Z
1.345
Asymp. Sig. (2-tailed)
.054
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : hasil output SPSS
Dari uji tersebut variabel Pajak Daerah, Ketergantungan Fiskal, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Belanja Modal memiliki nilai signifikan 0,054 maka hal ini berarti Ho diterima dan data terdistribusi dengan normal.
b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidak nya mutikolonieritas di dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Dapat diketahui untuk semua variabel memiliki
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
nilai toleransi lebih dari 10 % dan nilai variance inflation factor kurang dari 10 dari setiap independennya. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Standardize
Model 1
Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,437
,385
log10_PD
,159
,037
log10_SilPA
,712
log10_KF
,598
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
1,135
,258
,279
4,320
,000
,526
1,901
,078
1,008
9,158
,000
,181
5,538
,089
,622
6,684
,000
,253
3,956
a. Dependent Variable: log10_BM
Sumber : hasil output SPSS
Bedasarkan data tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolonieritas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai tolerance setiap variabel lebih dari 0,10 yaitu Log10_PD sebesar 0,526 , yaitu Log10_Silpa sebesar 0,181 dan yaitu Log10_Ketrgntung sebesar 0,253 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain, dengan model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedatisitas. Jika variance dari residul satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedasititas.
Gambar 4.1 Scatter-Plot Heteroskedastisitas Sumber : hasil output SPSS Berdasarkan grafik Scatterplot terlihat titik menyebar secara acak, tidak membentuk secara pola yang secara teratur, secara titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu padaperiode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada atau tidaknya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
autokorelasi dilakukan pengujian Durbin-watson (DW test). Dari hasil pengujian diperoleh hasil : Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model 1
R ,822a
R Square ,676
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,670
,16924
Durbin-Watson 1,402
a. Predictors: (Constant), log10_KF, log10_PD, log10_SilPA b. Dependent Variable: log10_BM
Sumber : hasil output SPSS
Dari hasil Uji Durbin-watson pada Model Summary, nilai DW terletak diantara -2 dan 2. Dalam tabel Model Summary terlihat nilai DW sebesar 1,402 yang berarti (-2<1,402<2). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif yang berarti terbebas dari autokorelasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
e. Hasil Analisis Liniear Berganda Tabel 4.5 Hasil Uji Analisis Liniear Berganda Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
t
(Constant)
,437
,385
1,135
log10_PD
,159
,037
,279
4,320
log10_SilPA
,712
,078
1,008
9,158
log10_KF
,598
,089
,622
6,684
a. Dependent Variable: log10_BM
Hasil dari uji t di atas dapat dijelaskan dengan menggunakan persamaan regresi berganda dapat ditulis resebagai berikut : Y = α + PD + SiLPA + KF + e Belanja Modal = (0,437) + 0,159PD + 0,712SiLPA + 0,598KF +e Model persamaan regresi berganda tersebut berarti : 1.
Nilai konstanta sebesar (0,437) artinya apabila nilai variabel Pajak Daerah, SiLPA, dan Ketergantungan Fiskal bernilai nol, maka realisasi anggaran Belanja Modal sebesar (0,437).
2.
Variabel Pajak Daerah berpengaruh positif terhadap realisasi anggaran belanja modal dengan nilai koefisien sebesar (0,159), artinya setiap pertambahan 1% variabel Pajak Daerah maka akan menaikkan anggaran Belanja Modal Sebesar 0,159.
3.
Variabel Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh positif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
terhadap realisasi anggaran belanja modal dengan nilai koefisien sebesar (0,712), artinya setiap pertambahan 1% variabel Pajak Daerah maka akan menaikkan anggaran Belanja Modal Sebesar 0,712. 4.
Variabel Ketergantungan Fiskal berpengaruh positif terhadap realisasi anggaran belanja modal dengan nilai koefisien sebesar (0,598), artinya setiap pertambahan 1% variabel Pajak Daerah maka akan menaikkan anggaran Belanja Modal Sebesar 0,598.
3. Uji Kesesuaian Model a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu Nilai R2 yang kecil berarti kemampuanvariabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) secara rendah karena adanya variasi yang besar antara masingmasing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. Dari hasil olah spss maka dihasil kan : Tabel 4.6 Hasil Uji Determinasi
Model Summaryb
Model 1
R
R Square a
,822
,676
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,670
,16924
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Durbin-Watson 1,402
48
a. Predictors: (Constant), log10_KF, log10_PD, log10_SilPA b. Dependent Variable: log10_BM
Sumber : hasil output SPSS Dari tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted R2 adalah 0,670 hal ini berarti 67%. Dari ke tiga variabel independen Pajak Daerah,SiLPA dan Ketergantungan Fiskal berpengaruh sebesar 67% terhadap Belanja Modal. Sedangkan sisanya ( 100% - 67% = 33% ) dipengaruhi oleh variabel lain. b. Uji Secara Bersama-sama (F-test) Uji sttistik F bertujuan untuk menunjukkan semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji statisti F dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ANOVAa Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
8,854
3
2,951
Residual
4,239
148
,029
13,093
151
Total
F 103,039
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: log10_BM b. Predictors: (Constant), log10_KF, log10_PD, log10_SilPA
Berdasarkan tabel 4.6 dari uji F menunjukkan nilai sig 0,000 lebih kecil dari 0,05 itu berarti Ho ditolak dan Ha diterima maka model regresi layak dan dapat digunakan untuk memprediksi Pajak Daerah, SilPA dan Ketergantungan Fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
4. Uji Hipotesis a. Uji Parsial (t-test) Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model yaitu Pajak Daerah, SilPA dan Ketergantungan Fiskal mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu Belanja Modal. Tabel 4.8 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik T)
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
,437
,385
log10_PD
,159
,037
log10_SilPA
,712
log10_KF
,598
Beta
t
Sig.
1,135
,258
,279
4,320
,000
,078
1,008
9,158
,000
,089
,622
6,684
,000
a. Dependent Variable: log10_BM
Sumber : hasil output SPSS
Berdasarkan hasil uji regresi statistic-t table 4.6 terlihat bahwa ke tiga variable independent yang dimasukkan ke dalam model regresi variabel Log10_PD, Log10_SiLPA, Log10_KF berpengaruh sigifikan terhadap variabel dependent Log10_BM. B. Pembahasan 1. Pengaruh Pajak Daerah terhadap Belanja Modal Berdasarkan
tabel
4.6
menunjukkan
variabel
Pajak
Daerah
(sig.0.005<0.05) berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal. Karena
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Pajak Daerah itu adalah salah satu pendapatan asli daerah yang masuk ke keuangan daerah jika Pajak Daerah yang di terima tinggi maka Belanja Modal yang dilakukan oleh daerah tersebut akan meningkat pula seperti hal nya pada Kabupaten Surabaya dengan Pemerimaan Pajak Daerah yang tinggi sehingga masyarakat akan menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Dengan tinggi nya Belanja Modal suatu daerah maka akan mempercepat proses pertumbuhan dalam daerah tersebut sehingga tingkat kemiskinan yang ada akan sedikit demi sedikit akan berkurang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Peneitian Sandry Yossi Mamonto dkk (2013) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal, menunjukkan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
2. Pengaruh SiLPA terhadap Belanja Modal Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan variabel SiLPA sig (0,000 < 0.05) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini menggambar kan bahwa SiLPA tahun sebelumnya berpengaruh pada alokasi belanja modal tahun berikut nya. Karena semakin tinggi SiLPA tahun sebelum nya maka semakin bagus kinerja keuangan daerah tersebut karena daerah tersebut dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian Ely Irmasari (2015) dengan hasil bahwa Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan Belanja Modal yang berarti bahwa SiLPA merupakan salah satu sumber pendanaan Belanja Modal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
3. Pengaruh Ketergantungan Fiskal terhadap Belanja Modal Berdasarkan table 4.6 menunjukkan variable Ketergantungan Fiskal dengan sig (0,000 < 0.05) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini menunjukkan bahwa dengan ketergantungan fiskal suatu daerah terhadap pusat akan membantu kinerja keuangan daerah dengan ada nya dana dari pusat ke daerah sehingga banyak anggaran yang terealisasi. Semakin kecil ketergantungan fiskal daerah terhadap pusat maka keuangan daerah bisa di sebut bagus karena dengan pendapatan asli daerah tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut misal nya dari segi pembangunan daerah seperti perbaikan jalan, penataan sarana transportasi, pembiayaan gaji Pegawai Negeri.Sejalan dengan hasil penelitian sebelum nya yang dilakukan oleh Zulkifi (2013) bahwa Ketergantungan Fiskal berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi Belanja Modal pada kab/kota di Prov. Sulawesi Selatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/