BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah Nama Sekolah
: MTs Muhammadiyah Kasihan
No.Statistik Madrasah
: 121234020004
NPNS
: 20411942
Tipe Sekolah
: 10 Rombel
Alamat Sekolah
: Desa Peleman Jl.Paleman, Kecamatan Kasihan , Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Telepon
: 0274-6465098
Email
:
[email protected]
Status Sekolah
: Swasta
Nilai Akreditasi Sekolah : B. Pelaksanaan tgl 14 Oktober 2015 B. Sejarah dan Analisis Sekolah MTs Muhammadiyah Kasihan berdiri pada 1 Agustus 1982, dengan diprakarsai oleh beberapa tokoh masyarakat, diantaranya: a. Bapak Sabarto Atmojo b. Bapak Sudarsiman c. Bapak Sihono d. Bapak Trimo Wiyono Hal-hal yang mendasari didirikannya MTs Muhammadiyah Kasihan adalah semangat menampung dan memberikan layanan pendidikan lanjutan
55
bagi para siswa lulusan sekolah dasar yang berada di sekitar madrasah. Selain itu, baru terdapat satu sekolah menengah yang berdiri pada tahun tersebut yakni, SMP N 7 yang sekarang disebut dengan SMP N 3 Kasihan. Pada angkatan pertama, MTs Muhammadiyah Kasihan memiliki 30 staf pendidik dan administrasi serta 69 siswa. Akan tetapi pada tahun pertama sampai tahun ketiga, kegiatan belajar mengajar masih dilakukan di rumah salah satu warga yakni bapak Pawiro Diharjo, dikarenakan MTs Muhammadiyah Kasihan belum mempunyai gedung yang menunjang proses pembelajaran. Pada tahun 1985 bapak Sudarsiman mewakafkan tanah miliknya seluas 850 meter untuk membangun gedung madrasah. Sama halnya seperti bapak Sudarsiman, ibu Pawiro Diharjo juga mewakafkan tanahnya seluas 400 meter pada tahun 1990. Dan diwaktu yang sama MTs Muhammadiyah Kasihan juga membeli sebidang tanah dengan ukuran 200 meter secara mandiri. Hingga saat ini MTs Muhammadiyah Kasihan terus berkembang dengan memperbaiki sarana dan prasana madrasah sera menambah berbagai fasilitas yang beguna untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Letak Geografis MTs Muhammadiyah Kasihan berada di dusun Paleman, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Secara geografis MTs Muhammadiyah Kasihan berada di daerah pedesaan. Jarak madrasah dengan kabupaten Bantul kurang lebih 11 km sedangkan dengan Ibukota provinsi DIY kurang lebih 15 km.Mayoritas masyarakat yang tinggal di sekitar MTs Muhammadiyah Kasihan bekerja sebagai peternak, pengolah ladang, buruh, dan karyawan, sehingga dapat
56
dikategorikan masyarakatnya berada dalam golongan ekonomi menengah ke bawah. Di kecamatan Kasihan ada kurang lebih tujuh sekolah menengah setingkat SMP, tiga diantaranya berstatus negeri dan empat berstatus swasta atau yayasan sedangkan MTs Muhammadiyah Kasihan adalah satu-satunya madrasah setingkat sekolah menengah pertama yang berada di Kasihan. MTs Muhammadiyah Kasihan terletak tidak jauh dari SMP N 3 Kasihan dan SMP N 2 Kasihan. Visi dan Misi MTs Muhammadiyah Kasihan a. Visi Madrasah Pendidikan berkualitas, berkesetaraan menuju insan CERIA (Cerdas Iman Akhlak Mulia) Indikator: 1) Pendidikan mengajar sesuai latar belakang pendidikan. 2) Proses belajar mengajar efektif dan efisien. 3) Semangat belajar, berkompetisi peserta didik tumbuh dan berkembang. 4) Output dan outcome naik. 5) Peserta didik memiliki APKM (Akses, Peran, Kesempatan, Manfaat) yang seimbang. 6) Jumlah peserta didik yang lulus UN naik. 7) Peserta didik rajin ibadah. 8) Peserta didik memiliki kepekaan terhadap lingkungan. 9) Peserta didik memiliki akhlak, sopan santun terhadap semua kalangan
57
b. Misi Madrasah 1) Mewujudkan pendidikan mengajar sesuai latar belakang pendidikan. 2) Menyelenggarakan pendidikan dengan kurikulum terpadu. 3) Mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 4) Mewujudkan pembelajaran inovatif melalui moving class. 5) Meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dengan
mengembangkan
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosianal, kecerdasan spiritual. 6) Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan hidup (life skill). 7) Membudayakan taat beribadah, peduli lingkungan. 8) Meningkatkan jiwa amarma’ruf nahi munka. 9) Mewujudkan pembelajaran berkesetaraa C. Ketenagaan, Siswa dan Prasarana 1) Ketenagaan Guru dan Karyawan Tenaga guru di MTs Muhammadiyah terdiri dari 30 personel, baik guru yang berstatus PNS maupun guru tetap yayasan (GTY). Latar belakang pendidikan tenaga mengajar di MTs Muhammadiyah Kasihan sudah sesuai dengan bidang studi yang diampu dan sebagian besar sudah menempuh pendidikan S1 sedangkan beberapa guru yang lain sedang melanjutkan belajar untuk menempuh S1. Rincian daftar nama tenaga guru dan karyawan di MTs Muhammadiyah Kasihan adalah sebagai berikut : Ismartoyo, Iswanta, Ani Zahiroh, Tri Indra Mulyani, Supriyana, Rr. Rochma Dwiningsih, Orbandiyah, Mudal wardono, Poniman, Marinem, Rr. Siwi Tri Susanto, Yani Suci Ari Murtini, Wahgiyanti, Kamiludin, Badrun Nuri,
58
Pethit Aryo Wibisono, Partiyem, Meyga Nurvita Sari, Wiranti, Ivan Setiawan, Arif Nur Rachman, Alfian Setia Pratama, Firman Arief Praditya, M. Ibnu Abaniyudin, Yuni Aji Cahyaningrum, Ismiyati, Suratno, Nur Aslamah, Wagiman, Sihono. 2) Peserta Didik Siswa/i MTs Muhammadiyah Kasihan pada tahun 2016/2017 sebanyak 263 orang. Yang rinciannya, sebagai berikut : Kelas VII
: 87 siswa
Kelas VIII
: 91 siswa
Kelas IX
: 85 siswa
Jumlah
: 263 siswa/i
3) Sarana dan Prasarana a) Keadaan Gedung dan Tanah Yayasan
: Muhammadiyah
SK Kelembagaan
: 83/ 024/ B/ T Tanggal: 07-02-1983
Status Gedung
: Milik sendiri
Sifat
: Permanen
Luas Komplek Madrasah
: 1450 m
Status Tanah
: Bersertifikat
b) Fasilitas Ruang Kelas
: 10 ruang
Ruang Kepala Sekolah
: 1 ruang
Ruang Waka
: 1 ruang
59
Ruang Guru
: 1 ruang
Ruang TU
: 1 ruang
Ruang BK
: 1 ruang
Ruang UKS
: 1 ruang
Perpustakaan
: 1 ruang
Tempat Ibadah
: 1 ruang
Kamar Mandi
: 6 tempat
Tempat Parkir
: 1 tempat
Kantin
: 1 tempat
Gudang
: 1 tempat
Proyektor
: 2 buah
Printer
: 2 buah
Meja
: 150 buah
Kursi
: 300 buah
4) Kondisi dan Proses Pembelajaran Kondisi pembelajaran di MTs Muhammadiyah Kasihan dari siswanya cenderung ramai, mengganggu temannya, berbicara sendiri ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Permasalahannya yaitu tentang pengelolaan kelas yang belum efektif dan efisien. Kebanyakan guru masih mengguakan metode ceramah ketika mengajar dan itu menyebabkan siswa menjadi bosan, kurang aktif, dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran dikelas. Hanya sedikit guru yang menggunakan media tertentu dalam mengajar. Oleh karena itu, sebagai solusinya adalah peneliti
60
melakukan penelitian eksperimen dengan menggunakan metode Times Games Tournament dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada kelas VIII yang bertujuan agar siswa aktif dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. D. Hasil Penelitian a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada data kemampuan awal (pretest) dan pada kemampuan akhir (posttest). Uji normalitas variabel dilakukan dengan menggunakan uji Kolmograv Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi >0,05 sebaliknya jika nilai signifikansi <0,05 maka distribusi dinyatakan tidak normal. a) Variabel Motivasi Belajar Setelah peneliti memperoleh dan mengelola data motivasi belajar dalam keluarga tahap selanjutnya adalah analisis terhadap data tersebut. Namun sebelum melakukan analisis, data harus di uji normalitas untuk menentukan model analisis data yang digunakan. Berikut tabel data yang berisi hasil uji normalitas motivasi belajar SKI.
61
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Variabel Motivasi belajar SKI Variabel
Sig
Keterangan
Pre Test motivasi belajar eksperimen
0,411
Normal
Post Test motivasi belajar eksperimen
0,079
Normal
Pre Test motivasi belajar kontrol
0,167
Normal
Post Test motivasi belajar kontrol
0,165
Normal
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas variabel motivasi penelitian diatas, maka dapat diketahui bahwa variabel penelitian mempunyai skor signifikansi lebih besar dari 0,05 pada (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel penelitian berdistribusi normal. Dengan demikian
data tersebut digunakan untuk analisis berikutnya
karena telah memenuhi syarat normalitas data. b) Variabel Prestasi Belajar Setelah peneliti memperoleh dan mengelola data prestasi belajar tahap selanjutnya adalah analisis terhadap data tersebut. Namun sebelum melakukan analisis, data harus di uji normalitas untuk menentukan model analisis data yang digunakan. Berikut tabel data yang berisi hasil uji normalitas prestasi belajar SKI.
62
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar SKI Variabel
Sig
Keterangan
Pre Test prestasi belajar eksperimen
0,241
Normal
Post
0,210
Normal
Pre Test prestasi belajar kontrol
0,305
Normal
Post Test prestasi belajar kontrol
0,094
Normal
Test
prestasi
belajar
eksperimen
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas variabel penelitian diatas, maka dapat diketahui bahwa variabel prestasi belajar penelitian mempunyai skor signifikansi lebih besar dari 0,05 pada (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel penelitian berdistribusi normal. Dengan demikian data tersebut digunakan untuk analisis berikutnya karena telah memenuhi syarat normalitas data. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Apabila nilai signifikansi yang diperoleh >0,05 maka variansi setiap sampel sama (homogen), dan jika signifikansi yang diperoleh <0,05, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen). Berikut data hasil uji homogenitas motivasi dan prestasi kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
63
a) Variabel motivasi antara pre test kelas eksperimen dengan pre test kelas kontrol Uji homogenitas dilakukan untuk menguji bahwa setiap kelas yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Berikut hasil uji homogenitas kelas eksperimen dengan kelas kontrol variabel motivasi belajar SKI. Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Motivasi Test of Homogeneity of Variances PRE TEST Levene Statistic .109
df1
df2 1
Sig. 54
.742
Hasil uji homogenitas motivasi antara pretest kelas eksperimen (kelas VIII C) dengan pretest kelas kontrol (kelas VIII A) menunjukkan angka 0,742. Hal ini menunjukkan kondisi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen, sehingga bisa menjadi landasan perbedaan posttestnya. b) Variabel prestasi belajar antara pre test kelas eksperimen dengan kelas kontrol Uji homogenitas dilakukan untuk menguji bahwa setiap kelas yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Berikut hasil uji
64
homogenitas kelas eksperimen dengan kelas kontrol variabel prestasi belajar SKI. Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Test of Homogeneity of Variances PRE TEST Levene Statistic
df1
.932
df2 1
Sig. 54
.339
Hasil uji homogenitas prestasi belajar antara pretest kelas eksperimen (kelas VIII C) dengan pretest kelas kontrol (kelas VIII A) menunjukkan angka 0,339. Hal ini berarti kondisi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen, sehingga bisa menjadi landasan perbedaan posttestnya. c. Hasil Deskriptif Kelas Eksperimen a) Variabel motivasi belajar SKI Hasil pretest dan posttest motivasi didapatkan bahwa terjadi peningkatan skor motivasi belajar pada 24 siswa, skor tetap pada 5 siswa. Skor motivasi pretest dan posttest dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 108.
65
Gambar 4.1 Grafik Pre Test dan Post Test Motivasi Kelas Eksperimen diagram grafik pre test post test
YUNIARI YOGI WIDY VINA TUHU TRI TIKA SUHARYANTI SIERRA ROMADHON RIZKI RISSA RIDWAN NURINDRA MUHAMMAD MIFTAHUDIN MARTYAS KOLIS FITRI FEBRIANA FAUZI FAISAL DIDIK ARISKI ARIF ALDI ALIF AGUS AGIL 0
20
40 POST TEST
60
80
100
PRE TEST
Kategori data motivasi pada penelitian pretest dan posttest adalah sebagai berikut :
66
Tabel 4.5 Tabel Kategorisasi Data Motivasi Belajar SKI Kategorisasi Data
Nilai Kategorisasi Data
Pretest
Posttest
Rendah
X < 46
4
1
Sedang
46 < X ≤ 69
25
22
Tinggi
X > 69
0
5
Berdasarkan kategorisasi motivasi kelas eksperimen terlihat bahwa terjadi perubahan dari pretest ke posttest. Pada pretest menunjukkan bahwa kategori rendah lebih banyak dari posttest, kategori sedang pretest lebih banyak dibandingkan kategori posttest, namun pada kategori tinggi pretest lebih sedikit daripada posttest. b) Variabel Prestasi belajar SKI Hasil pretest dan posttest prestasi belajar menunjukkan bahwa 29 siswa mengalami peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI. Skor prestasi pretest dan posttest dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 109.
67
Gambar 4.2 Grafik Pre Test dan Post Test Prestasi Kelas Eksperimen
diagram grafik pre test post test YUNIARI YOGI WIDY VINA TUHU TRI TIKA SUHARYANTI SIERRA ROMADHON RIZKI RISSA RIDWAN NURINDRA MUHAMMAD MIFTAHUDIN MARTYAS KOLIS FITRI FEBRIANA FAUZI FAISAL DIDIK ARISKI ARIF ALDI ALIF AGUS AGIL 0
20
40
POST TEST
60
80
100
PRE TEST
Kategori data prestasi belajar pada penelitian pretest dan posttest adalah sebagai berikut :
68
Tabel 4.6 Tabel Kategorisasi Data Prestasi Belajar SKI Kategorisasi Data
Nilai Kategorisasi
Pretest
Posttest
Data Rendah
X < 43
10
0
Sedang
43 < X ≤ 57
8
0
Tinggi
X > 57
11
29
Berdasarkan
kategorisasi kelas eksperimen terlihat bahwa
terjadi perubahan kelompok dari pretest ke posttest. Pada pretest menunjukkan bahwa kategori rendah lebih banyak dari posttest, kategori sedang pretest lebih banyak dibandingkan kategori posttest, namun pada kategori tinggi pretest lebih sedikit daripada posttest. d. Hasil Uji Hipotesis 1) Perbedaan motivasi dan prestasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan a) Motivasi Hasil uji hipotesis 1 yaitu perbedaan motivasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan menunjukkan angka sig 0,832 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen dan kontrol sesudah perlakuan. Walaupun tidak terjadi perbedaan yang
69
signifikan, mean motivasi belajar kelas eksperimen (58,79) lebih tinggi dari pada mean motivasi belajar kelas kontrol (58,26). b) Prestasi belajar Hasil uji hipotesis 1 yaitu perbedaan prestasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan menunjukkan angka sig 0,014 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen dan kontrol sesudah perlakuan. Mean prestasi belajar kelas eksperimen (80,31) lebih tinggi dari pada mean prestasi belajar kelas kontrol (75,04). 2) Perbedaan motivasi belajar pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan a) Motivasi Hasil uji hipotesis 2 yaitu perbedaan motivasi belajar pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan angka sig 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen antara motivasi belajar sebelum dan sesudah perlakuan. Adapun mean motivasi belajar sesudah perlakuan (58,79) lebih tinggi dari pada mean motivasi belajar sebelum perlakuan (50,59). b) Prestasi belajar Perbedaan prestasi belajar pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan angka sig 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kelas
70
eksperimen antara prestasi belajar sebelum dan sesudah perlakuan. Adapun mean prestasi belajar sesudah perlakuan (80,31) lebih tinggi dari pada mean prestasi belajar sebelum perlakuan (49,90). E. Pembahasan 1. Penerapan metode TGT dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Anggapan bahwa SKI merupakan mata pelajaran yang sulit dapat mempengaruhi siswa dalam penguasaan pelajaran SKI dan motivasi belajar SKI, sehingga perlu adanya suatu metode yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Metode TGT merupakan suatu metode variasi dalam pembelajaran
yang
dapat
mendorong
siswa
aktif
selama
proses
pembelajaran dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena proses pembelajaran dikemas dengan permainan. Metode TGT menempatkan siswa pada kelompok – kelompok belajar dengan pengelompokkan heterogen, dengan tahapan belajar dalam kelompok, permainan, pertandingan dan penghargaan. Metode pembelajaran ini dapat menjadi suatu aktivitas yang dapat membuat para siswa lebih unggul diantara teman sebayanya. Dalam proses pembelajaran ini para siswa dalam kelompok yang berhasil meraih prestasi dapat membuktikan status mereka di dalam kelas. Perubahan ini akan sangat penting artinya dalam konsekuensi sosial kesuksesan akademis dalam pencapaian prestasi akademik. Pemanfaatan pembelajaran TGT akan menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Dalam pembelajaran
71
TGT siswa dilatih untuk berpikir secara kritis dan menjadi siswa yang kreatif. Maka dengan menggunakan metode TGT pada mata pelajaran SKI diharapkan dapat merangsang daya siswa dan kreatifitas sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Peneliti melakukan beberapa tahapan dalam penelitian untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan. Peneliti bertindak sebagai observer dalam pembelajaran di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Pada kelas eksperimen peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran TGT. Langkah awal yang dijalankan adalah dengan memberi pertanyaan kepada siswa tentang materi yang dipelajari untuk mendapatkan informasi pengetahuan awal mereka, setelah itu merumuskan tujuan pembelajaran. Langkah kedua adalah guru membangun pengetahuan awal siswa melalui pemberian materi secara ringkas sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran serta menciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi antara murid dengan guru, murid dengan murid, maupun murid dengan lingkungan dan sumber belajar melalui kegiatan tanya jawab. Langkah ketiga guru membentuk siswa ke dalam kelompok dan menyampaikan penjelasan tentang langkah – langkah dalam bermain kompetisi antar kelompok yang disesuaikan dengan materi, agar siswa dapat memahami dengan mudah pembelajaran menggunakan metode TGT. Peneliti memfasilitasi siswa pada setiap kelompok untuk berkompetisi antar
72
kelompok dan memberi reward bagi kelompok yang mendapat juara dalam permainan. Langkah terakhir adalah guru bersama siswa melakukan tanya jawab untuk memecahkan atau mengoreksi hasil jawaban, menyimpulkan materi, dan memberikan informasi untuk bereksplorasi. Kemudian melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses dan penyajian hasil belajar mereka. Berikut akan peneliti jelaskan penerapan metode TGT pada kegiatan inti yang peneliti laksanakan tiga kali di kelas eksperimen. Pertemuan pertama : a. Guru membagi siswa ke dalam empat kelompok yang diurutkan sesuai nomor absen. Pembagian nama kelompok siswa dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 134. b. Guru menyuruh perwakilan setiap kelompok untuk memainkan dadu kemudian dadu dilempar dan siswa mengambil kertas pertanyaan sesuai nomor jatuhnya dadu yang dimainkan (secara berurutan dengan kelompok) c. Guru meminta untuk berdiskusi masing – masing kelompok dalam menjawab pertanyaan secara tepat dan cepat untuk kemudian jawaban pilihan ganda ditulis dipapan tulis. Dalam tahap ini siswa melakukan kompetisi antar kelompok. Soal diskusi dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 137.
73
d. Guru memberikan penilaian dan refleksi terhadap hasil diskusi para siswa dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan. e. Guru memberi skor atas jawaban dan hadiah bagi kelompok yang mendapat skor benar paling banyak. Skor dan juara dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 134. Pertemuan kedua : a. Guru membagi siswa dalam empat kelompok kecil yang diurutkan sesuai nomor tempat duduk acak. Pembagian kelompok siswa dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 135. b. Guru menyuruh perwakilan setiap kelompok untuk mengambil potongan kertas pertanyaan di meja guru secara cepat – cepatan. c. Guru meminta untuk berdiskusi masing – masing kelompok dalam menjawab pertanyaan kertas yang diambil oleh perwakilan kelompok di meja guru untuk kemudian secara cepat dan tepat jawaban pilihan ganda ditulis dipapan tulis. Tahap ini merupakan tahap kompetisi. Soal diskusi dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 139. d. Guru memberikan penilaian yang tercepat dan jawaban tepat untuk kemudian diberi skor terhadap masing – masing kelompok dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Skor dan juara dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 135. e. Guru memberikan kesimpulan dari hasil diskusi para siswa mengenai materi yang sedang dipelajari.
74
f. Guru memberi hadiah bagi kelompok yang mendapat skor benar dan tercepat. Pertemuan ketiga : a. Guru membagi siswa dalam empat kelompok kecil yang diurutkan sesuai tempat duduk acak. Pembagian kelompok siswa dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 136. b. Guru membagikan kertas origami kepada masing – masing kelompok yang berkenaan dengan materi. c. Guru meminta untuk membuat soal dan jawaban secara berkelompok kemudian dikumpulkan di depan meja guru. d. Guru membacakan pertanyaan yang dilakukan secara acak kemudian masing – masing kelompok menjawab secara benar. Pertanyaan setiap kelompok dapat dilihat pada daftar halaman 140. e. Guru meminta antar kelompok satu dengan yang lain untuk mengoreksi jawaban dari kelompok yang menjawab. f. Guru memberikan penilaian dan refleksi terhadap hasil diskusi para siswa dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan. g. Guru memberikan kesimpulan dari hasil diskusi para siswa mengenai materi yang sedang diajarkan. h. Guru memberi reward bagi kelompok yang mendapat skor benar dan tercepat. Skor dan juara dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 136.
75
Hasil observasi peneliti, guru saat menggunakan metode TGT lebih kondusif dan lebih mudah dalam penyampaian materi. Melihat hasil observasi dari pertemuan satu sampai tiga guru dikelas eksperimen dalam menyampaikan materi sudah sesuai dengan RPP, sedangkan guru dikelas kontrol belum sesuai RPP dan hanya menggunakan metode konvensional sehingga kelas tidak kondusif. Hasil observasi guru kelas eksperimen dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 144-149, kelas kontrol pada halaman 169 - 188. Sedangkan untuk hasil observasi siswa, siswa pada kelas eksperimen dalam hal keaktifan, kedisiplinan dan kerjasama sudah baik (MT) berbeda dengan kelas kontrol yang saat pelajaran berlangsung kelas tidak kondusif dan siswa ramai sendiri saat guru sedang menerangkan. Hasil observasi siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada daftar lampiran halaman 150-155. Metode TGT yang didalamnya terdapat permainan bertujuan agar siswa termotivasi untuk belajar materi SKI yang sebagian besar siswa merasa bosen ketika diajarkan dengan metode konvensional dan juga dengan menggunakan metode TGT materi yang dipelajari dalam permainan akan dapat diterima dengan mudah dan diinget karena dilakukan dengan games yang siswa merasa menikmati dan berkompetisi secara sehat sehingga prestasi belajar siswa juga ikut meningkat. Dibuktikan dengan kategori nilai kelas hasil motivasi dan prestasi belajar sebelum diberikan metode TGT dengan sesudah diberikan metode TGT. Pada kategori tinggi skor motivasi pre test meningkat dari 0 menjadi 9. Pada kategori tinggi nilai
76
prestasi belajar meningkat secara tajam dari 0 menjadi 29 ini dapat dilihat pada table hasil. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luar dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Maka dengan ini guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran harus dapat mengotimalkan kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh prestasi belajar sesuai dengan yang diharapkan. 2. Penerapan metode TGT efektif pada motivasi belajar siswa a. Motivasi Uji hipotesis pertama yaitu perbedaan motivasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan pada motivasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan. Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor lain yaitu guru mata pelajaran SKI kurang bersemangat dalam menjalankan tugas sesuai dengan rencana
pembelajaran
yaitu
menerapkan
pembelajaran
SKI
menggunakan metode TGT. Peneliti mendapatkan informasi tersebut berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 27 Februari 2017 sampai 10 Februari 2017. Guru
dalam menerangkan seharusnya
membuat siswa semangat dalam belajar sehingga siswa akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran SKI dengan metode TGT
77
tetapi sebaliknya, pada saat guru menerangkan pembelajaran TGT guru masih bersikap pasif, guru juga kurang jelas dalam menyampaikan materi dan langkah pembelajaran TGT kepada siswa. Uji hipotesis kedua yaitu perbedaan motivasi sesudah perlakuan dan sebelum perlakuan dikelas eksperimen. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada motivasi siswa sesudah perlakuan dan sebelum perlakuan di kelas eksperimen. Motivasi sesudah eksperimen lebih tinggi daripada motivasi sebelum eksperimen dikelas eksperimen. b. Prestasi Uji hipotesis pertama yaitu perbedaan prestasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada prestasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan. Mean kelas eksperimen lebih tinggi dari mean kelas kontrol setelah perlakuan. Uji hipotesis kedua yaitu perbedaan prestasi sesudah perlakuan dan sebelum perlakuan dikelas eksperimen. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada prestasi siswa sesudah perlakuan dan sebelum perlakuan di kelas eksperimen. Prestasi sesudah eksperimen lebih tinggi daripada prestasi sebelum eksperimen dikelas eksperimen. Motivasi belajar mempunyai peranan yang penting dalam memperjelas tujuan belajar agar dapat membantu siswa dalam
78
meningkatkan prestasi belajar. Dalam soal belajar, motivasi sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Seperti dikelas terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, ramai saat diterangkan, menunjukkan bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar siswa bekerja dengan segenap tenaga dan pikiran. Perlu diingat bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran belum tentu berarti bahwa siswa bodoh. Seringkali terjadi seorang anak malas terhadap suatu mata pelajaran, tetapi sangat giat dalam mata pelajaran yang lain. Dapat terjadi apabila guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional sehingga siswa malas mengikuti penjelasan guru. Motivasi belajar SKI sangat penting untuk diperlihara dan ditingkatkan karena untuk membudayakan siswa cinta sejarah Islam (Karim, 2014). Metode pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu cara meningkatkan motivasi eksternal agar siswa semangat dalam menerima pembelajaran. Pada saat penelitian disekolah, peneliti kesulitan dalam memilih teori untuk diaplikasikan pada mata pelajaran SKI. Kekurangan bahan ajar seperti buku juga peneliti dapatkan. Pada saat peneliti melakukan penelitian, siswa belum dibagikan buku mata pelajaran seperti LKS. Sehingga siswa menggunakan buku paket dengan meminjam perpustakaan. Kesulitannya buku tersebut tidak bisa dibawa pulang sehingga siswa tidak bisa belajar dirumah.
79
Selama proses penerapan metode TGT, kelas yang ditempati oleh kelompok eksperimen juga kurang memadai. Kelas kelompok eksperimen yaitu kelas VIIIA letaknya di dekat pakiran yang biasa untuk nongkrong siswa sewaktu istirahat atau pelajaran kosong. Saat peneliti melakukan pembelajaran, siswa juga banyak yang telat dikarenakan jadwal SKI setelah jam olahraga sehingga siswa banyak yang sedang dikamar mandi untuk ganti. Pada saat siswa masuk kelas jadi gaduh dan mengganggu suasana belajar. Luas ruang kelas yang ukurannya kecil juga mempersulit peneliti untuk membuat kelompok. Sehingga pada saat penerapan metode TGT perwakilan kelompok untuk saling kompetisi maju kesulitan karena jarak antar kelompok saling berdekatan. Peneliti sebagai observer juga ikut membantu dalam pengondisian kelas agar berjalan dengan kondusif.
80