19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Pada tabel di bawah dapat dilihat bahwa perlakuan mulsa dan jarak tanam tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Adapun interaksi antar keduanya juga tidak memberikan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman. Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam dan Uji BNT 5 % Parameter Tinggi Tanaman Perlakuan Mulsa Organik Jerami Padi Serbuk Gergaji BNT 5 % Jarak Tanam 40 x 20 cm 40 x 30 cm 40 x 40 cm BNT 5 %
2 MST
Tinggi Tanaman (cm) 4 MST 6 MST
11,74 tn 11,77 tn -
17,11 tn 16,82 tn -
38,22 tn 38,03 tn -
11,35 tn 12,26 tn 11,66 tn -
16,89 tn 17,48 tn 16,54 tn -
38,30 tn 39,61 tn 36,47 tn -
Keterangan: Angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan mulsa organik tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Tinggi tanaman umur 6 MST mencapai 38,22 cm pada perlakuan mulsa jerami padi. Namun pada perlakuan mulsa serbuk gergaji hanya menyebabkan tinggi tanaman menjadi 38,03 cm pada umur tanaman yang sama. Perbedaan jenis mulsa baik jerami padi dan serbuk gergaji pada tanaman kedelai hanya cenderung meningkatkan tinggi tanaman. Hal ini diduga perbedaan perlakuan mulsa belum dapat meberikan kontribusi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman karena takaran atau dosis mulsa yang diberikan masih sangat minim, sehingga belum mampu menekan pertumbuhan gulma yang dapat mengganggu tanaman kedelai. Demikian juga pada perlakuan jarak tanam tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman kedelai. Walaupun pada semua perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata namun pada jarak tanam 40 x 30 cm didapatkan hasil yang tertinggi yakni 39,61 cm dan yang terendah pada jarak 40 x 40 cm yakni 36,47 cm.
20
Hal ini diduga berkaitan dengan kualitas cahaya matahari yang diterima oleh tanaman yang menyebabkan persaingan antar tanaman maupun di dalam tubuh tanaman itu sendiri. Supriyadi dkk. (1986) dalam Naibaho (2006) menyatakan bahwa pertambahan tinggi tanaman ini disebabkan karena tajuk tanaman yang semakin merapat mengakibatkan kualitas cahaya yang diterima menjadi turun. 4.2 Jumlah Daun Pada tabel di bawah terlihat bahwa perlakuan mulsa tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai pada semua pengamatan. Adapun jarak tanam berbeda nyata terhadap jumlah daun pada pengamatan 4 MST. Interaksi perlakuan mulsa dan jarak tanam tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun. Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam dan Uji BNT 5 % Parameter Jumlah Daun Perlakuan Mulsa Organik Jerami Padi Serbuk Gergaji BNT 5 % Jarak Tanam 40 x 20 cm 40 x 30 cm 40 x 40 cm BNT 5 %
2 MST
Jumlah Daun (helai) 4 MST 6 MST
2,96 tn 2,81 tn -
4,30 tn 4,30 tn -
13,38 tn 13,50 tn -
2,81 tn 2,98 tn 2,87 tn -
4,31 a 4,43 b 4,16 a 0,21
13,73 tn 13,87 tn 12,73 tn -
Keterangan: Angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Hasil sidik ragam ragam menunjukkan bahwa perlakuan mulsa tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun. Perlakuan mulsa baik jerami padi dan serbuk gergaji belum dapat memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan jumlah daun. Hal ini diduga berkaitan dengan penyerapan unsur hara oleh tanaman yang masih mengalami kompetisi dengan gulma akibat perbedaan jenis dan dosis pemberian mulsa yang belum optimal. Perlakuan jarak tanam berbeda nyata terhadap jumlah daun. Perlakuan jarak tanam 40 x 30 cm menunjukkan hasil yang terbaik dari perlakuan lain, yakni dengan jumlah daun tertinggi 4,43 helai pada tanaman umur 4 MST. Kondisi ini diduga
21
disebabkan oleh populasi tanaman yang semakin rapat (40 x 20 cm) membuat jumlah daun semakin berkurang akibat jumlah cabang yang menurun. Menurut Purwaningsih (1986) dalam Naibaho (2006), jumlah cabang akan semakin menurun seiring dengan peningkatan tanaman per hektar. Sebaliknya pada jarak tanam yang lebih lebar (40 x 40 cm) menunjukkan hasil jumlah daun lebih rendah yakni 4,16 helai. Hal ini disebabkan jarak tanam 40 x 40 cm tidak memberikan respon yang baik dalam penekan gulma sehingga menimbulkan persaingan antara tanaman kedelai dengan gulma berupa zat hara dan air. Sesuai pernyataan Nugroho (2002) jarak tanam yang sempit berguna untuk menutupi mengurangi cahaya kepermukaan tanahyang akan digunakan untuk pertumbuhan gulma. 4.3 Jumlah Polong Per Tanaman Pada tabel di bawah terlihat interaksi perlakuan mulsa dengan jarak tanam memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Perlakuan mulsa dan jarak tanam juga berbeda nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman. Tabel 4. Sidik Ragam dan Uji BNT 5 % Parameter Jumlah Polong Per Tanaman Perlakuan Jarak Tanam 40 x 20 cm 40 x 30 cm 40 x 40 cm
Mulsa Organik Jerami Padi Serbuk Gergaji 31,99 b 31,52 b 38,13 c
23,69 a 30,25 b 32,96 b
BNT 5% 2,92
Keterangan: Angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Hasil sidik ragam pada Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa interaksi perlakuan mulsa dan jarak tanam berbeda nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman. Interaksi mulsa dan jarak tanam berbeda nyata pada perlakuan mulsa jerami padi dan jarak tanam 40 x 40 cm yakni dengan hasil jumlah polong per tanaman 38,13 buah. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara jarak tanam 40 x 40 cm yang digunakan pada tanaman kedelai dengan pemulsaan jerami padi. Penggunaan mulsa jerami padi pada jarak tanam tersebut menghasilkan jumlah
22
polong lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan mulsa serbuk gergaji. Hal ini diduga disebabkan mulsa jerami padi mampu melindungi permukaan tanah dari erosi, mempertahankan kelembaban, dan mampu mencegah perkembangan tanaman liar sehingga lebih efektif dalam memperbaiki struktur tanah dan mengurangi terjadinya evapotranspirasi. Sesuai pernyataan Coleman et al. (1989) dalam Tjahjo (2003) bahwa pemberian mulsa jorganik seperti jerami padi dapat mengurangi erosi dan aliran permukaan, memperbaiki sifat fisik tanah, mengurangi pemadatan tanah akibat hujan,
memperbaiki
struktur
dan
porositas,
meningkatkan
laju
infiltrasi,
meningkatkan kapasitas menahan air dan efektifitas biologis. 4.4 Berat Biji Per Tanaman Perlakuan mulsa dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap berat biji per tanaman pada kedelai. Adapun interaksi antar keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat biji per tanaman, seperti yang disajikan pada Tabe 4 berikut. Tabel 5. Sidik Ragam dan Uji BNT 5 % Parameter Berat Biji Per Tanaman Perlakuan Mulsa Organik Jerami Padi Serbuk Gergaji BNT 5 % Jarak Tanam 40 x 20 cm 40 x 30 cm 40 x 40 cm BNT 5 %
Berat Bijji Per Tanaman (gram) 16,67 b 13,64 a 1,10 13,15 a 14,77 b 17,54 c 0,90
Keterangan: Angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam pada tabel di atas terlihat bahwa perlakuan mulsa jerami padi menunjukkan hasil terbaik dengan berat biji sebesar 16,67 gram per tanaman, dibanding dengan mulsa serbuk gergaji yang hanya menghasilkan berat biji sebesar 13,64 gram per tanaman. Hal ini diduga berkaitan dengan kemampuan bahan organik jerami padi dalam memperbaiki sifat biologi tanah sehingga menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman. Pemberian mulsa
23
berupa jerami padi dapat menambah kelembaban tanah, memperbaiki iklim mikro di bawah tanaman dan menekan populasi gulma sehingga komponen hasil tanaman tersebut nyata lebih baik dan tumbuh lebih sempurna (Sutarto 1986 dalam Tjahjo 2003). Perlakuan jarak tanam 40 x 40 cm menunjukkan hasil terbaik dengan berat biji 17,54 gram per tanaman dibanding jarak tanam lainnya yang hannya memperoleh hasil masing-masing 14,77 gram jarak tanam 40 x 30 cm dan 13,15 gram pada jarak tanam 40 x 20 cm. Hal ini disebabkan jarak tanam lebih lebar memungkinkan tanaman memperoleh intensitas cahaya matahari dengan mudah karena tidak saling menaungi antar tanaman satu dengan tanaman lainnya. Jarak tanam yang tidak teratur akan memungkinkan terjadi kompetisi terhadap cahaya matahari, unsur hara, air dan diantara individu tanaman, sehingga pengaturan jarak tanam yang sesuai dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh tanaman (Aribawa, Mastra dan Kariada 2007 dalam Rosalyne 2010).