50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah kabupaten/ kota di Jawa Barat tahun 2011-2014. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah purposive sampling. Dari 26 kabupaten dan kota yang tercatat, hanya 24 kabupaten dan kota yang memenuhi kriteria. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam 4 tahun menjadi 96 sampel.
B. Hasil Uji Statistik Deskriptif Analisis statistik Deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran dari masing-masing variabel penelitian selama periode tahun 2011-2014. Dari data yang diperoleh sebanyak 24 sampel seperti telah dikemukakan di atas diperoleh statistik deskriptif yang mencakup nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan deviasi standar (standard deviation) atas variable-variabel penelitian. Variabel-variabel tersebut meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Belanja Modal (BM).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Table 4.1 Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PAD
96
41341
1762952
267105,51
305756,376
DAU
96
236030
2055945
973206,16
398395,486
DAK
96
1968
216695
78064,03
48411,264
DBH
96
29820
387406
118187,04
72960,265
BM
96
57865
1531833
352989,93
314050,572
Valid N (listwise)
96
Sumber : Lampiran diolah oleh SPSS, 2015 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa : N = 96 menunjukkan bahwa data penelitian ini terdiri dari 96 sampel yang diambil dari 24 kabupaten/kota selama tahun 2011-2014 yang berisi Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Belanja Modal. Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. PAD memiliki nilai terendah sebesar 41341 yaitu pada Kota Banjar pada tahun 2011, dan nilai terbesar sebesar 1762952 yaitu pada Kota Bandung pada tahun 2014. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang di aloksikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU memiliki nilai terendah sebesar 236030 yaitu pada kota Banjar pada tahun 2011, dan nilai tertinggi sebesar 2055945 yaitu pada Kabupaten Bogor pada tahun 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Dana alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari APBN yang di alokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK memiliki nilai terendah sebesar 1968 yaitu pada Kota Cimahi pada tahun 2011, dan nilai tertinggi sebesar 216695 yaitu pada Kabupaten Bogor pada tahun 2013. Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentasi untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH memiliki nilai terendah sebesar 29820 yaitu pada Kota Banjar pada tahun 2013. Dan nilai terbesar sebesar 387406 yaitu pada Kota Bandung pada tahun 2012 Belanja modal (BM) adalah belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok Belanja Administrasi Umum. Belanja Modal memiliki nilai terendah sebesar 578650 yaitu Kota Tasikmalaya pada tahun 2011. Dan nilai tertinggi sebesar 1531833 yaitu pada Kabupaten Bogor pada tahun 2013. C. Uji Asumsi Klasik Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan analisis regresi sehingga terhadap data penelitian terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari : 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data variabel independen dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
variabel dependen berdistribusi normal. Pengujian normalitas ini dilakukan dengan mengunakan analisis Kolmogorov-Smirnov test dengan hasil sebagai berikut : Untuk menentukan bahwa data terdistribusi secara normal atau tidak maka dilihat melalui : i. Nilai Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka data terdistribusi secara normal ii.Nilai Asymp.sig (2-tailed) < 0,05 maka data terdistribusi secara tidak normal Gambar 4.1 Uji Normalitas
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015 Dari grafik normal probability plot di atas dapat dilihat bahwa sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini membentuk titik-titik yang letaknya menyebar disekitar garis normal. Begitu juga grafik histogram dapat dilihat bahwa grafik tidak miring kekanan atau kekiri maka dinyatakan berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Table. 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N
96 Mean
Normal Parametersa,b Std. Deviation
Most Extreme Differences
352989,927083 3 299829,934092 64
Absolute
,204
Positive
,204
Negative
-,145
Kolmogorov-Smirnov Z
1,164
Asymp. Sig. (2-tailed)
,113
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber : Lampiran diolah oleh SPSS, 2015
Unstandardized Residual
N 36disimpulkan Berdasarkan hasil pengujian kolmogorov-smirnov maka dapat Mean
0E-7 Parameters 249857.9986277 bahwa data Normal mempunyai distribusi normal. Jika signifikansi nilai kolmogorovStd. Deviation 4 smirnov lebih besar dari 0,05 , maka Absolute dapat dinyatakan bahwa data .194 mempunyai Most Extreme Differences Positive .194 distribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai dari Kolmogorov-Smirnov adalah Negative -.171 Z ini signifikannya diatas 0,05 1.164 1,164 denganKolmogorov-Smirnov signifikan pada 0,113, dan dinyatakan Asymp. Sig. (2-tailed) .133 a,b
normal oleh karena itu Ho diterima. a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2. Uji Multikolinieritas Uji Multikolineritas menunjukkan bahwa antara variabel independen mempunyai hubungan langsung (korelasi) yang sangat kuat. Multikolineritas terjadi jika nilai variance inflation factor (VIF) lebih besar dari 10 atau nilai Tolerance lebih kecil dari 0,10 .
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Hipotesa Multikolineritas : Jika VIF >10 atau TOL < 0,10 maka Ho ditolak , ada multikolineritas Jika VIF <10 atau TOL > 0,10 maka Ho diterima , tidak ada multikolineritas. Dari hasil spss diperoleh tabel pengujian sebagai berikut : Table. 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
PAD
,514
1,947
DAU
,170
5,877
DAK
,232
4,306
DBH
,613
1,632
a. Dependent Variable: BM
Sumber : Lampiran diolah oleh SPSS, 2015 Dari tabel 4.3 terlihat bahwa variabel independen yaitu PAD, DAU, DAK, DBH, mempunyai angka variance inflation factor (VIF) di bawah angka 10. Dan nilai tolerance lebih dari 0,10 yang berarti tidak ada kolerasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hal ini berarti bahwa regresi yang dipakai untuk ke 4 (empat) variabel independen di atas tidak terdapat persoalan multikolinieritas. 3. Uji Heterokedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (varians) antara satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Penulis menggunakan Scatter Plot untuk melakukan pengujian ini dengan hasil sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedasitas
Sumber : Lampiran diolah oleh SPSS, 2015 Dari scatter plot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.
4. Uji Autokolerasi Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumnya. Penulis menggunakan perhitungan statistik untuk uji ini yaitu dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Table 4.4 Hasil Uji Autokolerasi Model Summaryb Model
R
1
,955a
R Square
Durbin-Watson
,911
1,485
a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: BM
Sumber : Lampiran diolah oleh SPSS, 2015 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai Dw sebesar 1,485. Nilai dibandingkan dengan nilai tabel dengan jumlah observasi 96 (n = 96) dan variabel independen sebanyak 4, maka dari tabel statistik Durbin Watson didapatkan nilai dL sebesar 1,2358 dan nilai dU sebesar 1,7245. Maka Nilai DW 1,485 berada diantara -2 sampai +2 dan dapat disimpulkan tidak terdapat masalah Autokolerasi.
D. Uji Kelayakan Model Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut. 1. Analisis Koefisiensi Determinasi (R2) Uji koefisiensi determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap dependen. Nilai koefisien determinasi yang menunjukkan dengan nilai Adjusted R2 dari model regresi digunakan untuk mengetahui besarnya variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel – variabel bebasnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Tabel 4.5 Model summary Model Summaryb Model 1
R
R Square
,955
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,911
,908
95464,648
a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: BM
Sumber : lampiran diolah SPSS, 2015 Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0,908
hal ini berarti 90,8%
variansi Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variasi dari 4 variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi umum, dan Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil. Sedangkan sisanya sebesar 9,2 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara independen variabel dan dependen variabel. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil nilai R sebesar 0.955 (95,5%). Hal ini menunjukan bahwa variabel PAD, DAU, DAK, DBH, mempunyai hubungan yang erat dengan variabel belanja modal. Dasar untuk mengatakan hubungan yang erat adalah apabila nilai R diatas 50%.
2. Uji F (Uji Signifikansi Simultan) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah pada Pendapatan Asli daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Bagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Hasil (DBH), berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal (BM). Hasil uji statistik F dengan program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut : Table 4.6 Hasil Uji F ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
df
Mean Square
8540308990909,895
4
2135077247727,474
829328403154,599
91
9113498935,765
9369637394064,494
95
F 234,276
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: BM b. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU
Sumber : lampiran diolah dari SPSS, 2015 Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 234,276 dan F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05) dan derajat kebebasan ( df1=4; df2= 91 ) adalah sebesar 2,47. Hal ini berarti bahwa nilai F hitung > F tabel (2,47 > 234,276). Hal ini memberikan arti bahwa variabel Pendapatan asli daerah (PAD), Dana Alokasi umum (DAU),Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi hasil (DBH), berpengaruh terhadap Belanja Modal. Pengukuran dengan melihat nilai Sig, nilai Sig. diketahui 0,00, itu berarti lebih kecil dari 0,05 yang berarti dapat dikatakan Pendapatan asli daerah (PAD), Dana Alokasi umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi hasil (DBH), secara bersama-sama berpengaruh terhadap Belanja Modal di pemerintah kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
E. Hipotesis 1. Uji T ( Uji Signifikan Parameter Individual) Uji T digunakan untuk menginterprestasikan koefisien variabel bebas (Independen)
dapat
menggunakan
unstandardized
coefficient
maupun
standardized coefficients
Table 4.7 Hasil Uji T Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error
-58554,724
29183,765
PAD
,782
,045
DAU
,061
DAK DBH
Beta -2,006
,048
,761
17,490
,000
,060
,077
1,023
,309
,776
,420
,120
1,848
,068
,701
,171
,163
4,087
,000
a. Dependent Variable: BM
Sumber : lampiran diolah SPSS, 2015 Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan uji t digunakan untuk melihat pengaruh secara satu per satu. Hasil pengujian parsial dapat dilihat pada tabel 4.7 sehingga dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil Uji t untuk H1 diperoleh hasil t-hitung sebesar 17,490 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikan untuk variabel PAD menunjukkan nilai dibawah tingkat signifikan sebesar 5% (α = 0,05) dan nilai t-hitung 17.490 > t-tabel sebesar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
1,986 yang artinya bahwa H1 diterima sehingga ada pengaruh yang signifikan PAD terhadap Belanja Modal. 2. Hasil Uji t untuk H2 diperoleh hasil t-hitung sebesar 1,023 dengan signifikansi
sebesar 0,309. Nilai signifikan untuk variabel DAU menunjukkan nilai diatas tingkat signifikan sebesar 5% (α = 0,05) dan nilai t-hitung 1,023 < t-tabel sebesar 1,986 yang artinya bahwa H2 ditolak sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan DAU terhadap Belanja Modal. 3. Hasil Uji t untuk H3 diperoleh hasil t-hitung sebesar 1,848 dengan signifikansi
sebesar 0,068. Nilai signifikan untuk variabel DAK menunjukkan nilai diatas tingkat signifikan sebesar 5% (α = 0,05) dan nilai t-hitung 1,848 < t-tabel sebesar 1,986 yang artinya bahwa H3 ditolak sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan DAK terhadap Belanja Modal. 4. Hasil Uji t untuk H4 diperoleh hasil t-hitung sebesar 4.087 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikan untuk variabel DBH menunjukkan nilai bawah tingkat signifikan sebesar 5% (α = 0,05) dan nilai t-hitung 4,087 > t-tabel sebesar 1,986 yang artinya bahwa H4 diterima sehingga ada pengaruh yang signifikan DBH terhadap Belanja Modal. Dengan mendasar dari hasil penelitian tersebut maka dapat disumpulkan bahwa hipotesis kesatu yang menyatakan adanya pengaruh PAD terhadap Belanja Modal dapat diterima dan hipotesis keempat yang menyatakan adanya pengaruh DBH terhadap Belanja Modal juga di terima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
2. Regresi Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini juga untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan, dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masingmasing variabel independen berhubungan positif atau negatif.
Table 4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B -58554,724
29183,765
PAD
,782
,045
DAU
,061
DAK DBH
(Constant)
1
Std. Error
Beta -2,006
,048
,761
17,490
,000
,060
,077
1,023
,309
,776
,420
,120
1,848
,068
,701
,171
,163
4,087
,000
a. Dependent Variable: BM
Sumber : lampiran diolah SPSS, 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Dari tabel diatas dapat diketahui persamaan regresi fungsi adalah (dalam jutaan rupiah) : Y = 58554.724 + 0,782 (X1) + 0,061 (X2) + 0,776 (X3) + 0,701 (X4)
Keterangan : Y
= Belanja Modal
X1
= Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2
= Dana Alokasi Umum (DAU)
X3
= Dana Alokasi Khusus (DAK)
X4
= Dana Bagi Hasil (DBH)
PAD memiliki koefisiensi regresi bertanda positif sebesar 0,782 artinya bila terjadi perubahan variabel PAD sebesar 1% maka akan menaikan Belanja modal sebesar 0,782 atau 78,2%. DAU memiliki koefisiensi regresi bertanda positif sebesar 0,061 artinya bila terjadi perubahan variabel DAU sebesar 1% maka akan menaikan Belanja Modal sebesar 0,061 atau 06,1%. DAK memiliki koefisiensi regresi bertanda positif sebesar 0,776 artinya bila terjadi perubahan variabel DAK sebesar 1% maka akan menaikan Belanja Modal sebesar 0,776 atau 77,6% DBH memiliki koefisiensi regresi bertanda positif sebesar 0,701 artinya bila terjadi perubahan variabel DBH sebesar 1% maka akan menaikan Belanja Modal sebesar 0,701 atau 70,1%
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
F. Pembahasan 1. Pengaruh PAD terhadap Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja modal. Hal ini dapat dikarenakan ada nilai PAD yang rentangnya sangat jauh, yaitu antara Kabupaten dan Kota Bandung. Terbukti studi tentang pengaruh pendapatan daerah (local own resources revenue) terhadap pengeluaran daerah sudah banyak dilakukan, sebagai contoh penelitian yang pernah dilakukan oleh Bambang Prakosa (2004), Abdullah & Halim (2004) menyatakan pendapatan (terutama pajak) akan mempegaruhi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah dikenal dengan nama tax spend hyphotesis. Dalam hal ini pengeluaran Pemerintah Daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan Pemerintah Daerah
atau
perubahan
pendapatan
terjadi
sebelum
perubahan
pengeluaran. Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat (UU 32/2004). Kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan perguliran dana untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan. PAD memiliki peran yang cukup signifikan dalam menentukan kemampuan daerah untuk melakukan aktivitas pemerintah dan program-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
program
pembangunan.
Pemerintah
mempunyai
kewajiban
untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat serta menjaga dan memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.
2. Pengaruh DAU terhadap Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian diperolah bahwa DAU tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja Modal. Hal ini mengindikasikan bahwa Dana Alokasi Umum yang selama ini diterima daerah tidak digunakan untuk pembangunan daerah yang yang terlihat dalam alokasi belanja modal. Hasil ini tidak sejalan dengan hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Harianto dan Adi (2007) yang menggunakan data sampel kabupaten/kota se-Jawa-Bali. DAU bersifat “Block Grant”, memungkinkan daerah menggunakan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka otonomi daerah. Dari olah data dan hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa DAU yang diterima oleh daerah hanya diperuntukan untuk membiayai pengeluaran rutin, seperti untuk belanja pegawai dan hanya sedikit yang digunakan untuk belanja modal.
3. Pengaruh DAK terhadap Belanja Modal Hasil penelitian ini menunjukan minimnya pengunaan dana transfer pada DAK, DAK tidak berpengaruh
terhadap Belanja Modal karena
kebutuhan sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum dan kebutuhan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
merupakan komitmen atau prioritas nasional. Pendapatan daerah yang berupa Dana Perimbangan (transfer daerah) dari pusat menuntut daerah membangun dan mensejahterakan rakyat melalui pengelolaan kekayaan daerah yang proposional serta membangun.
Penggunaan Dana Alokasi Khusus telah ditentukan oleh pemerintah pusat, sehingga daerah tidak dapat membelanjakannya untuk kebutuhan lain. Penggunaan dana tersebut diutamakan untuk proses pembangunan yang menyangkut infrastruktur maupun sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat. Dengan Dana Alokasi Khusus diharapkan terjadi pemerataan dalam pembangunan, serta pelayanan bagi masyarakat. Daerah yang keuangannya kurang mencukupi akan terbantu oleh Dana Alokasi Khusus. Pemerintah daerah dapat menggunakan Dana Alokasi Khusus untuk memberikan pelayanan kepada publik yang direalisasikan melalui belanja modal. Jadi semakin tinggi DAK yang diperoleh maka alokasi belanja modal juga semakin meningkat. Namun, penelitian ini tidak ada pengaruh antara Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal . Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh siapinar (2011) menyatakan bahwa DAK pengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini dapat dikarenakan penggunaan sampel dan periode waktu yang berbeda. Hal ini merupakan adanya indikasi yang kuat bahwa perilaku belanja modal akan sangat dipengaruhi dari sumber penerimaan. Namun dalam penelitian ini tidak ada pengaruh dengan antara dana alokasi khusus (DAK)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
terhadap belanja modal. Karena hasil penelitian ini berbeda dengan penelitain sebelumnya yang dilakukan oleh Pungky Ardhani (2011) menyatakan bahwa DAK perngaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap pengalokasian belanja modal. Hal ini dapat dikarenakan pengunaan sampel dan periode waktu yang berbeda. 4. Pengaruh DBH terhadap Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa DBH memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil ini menjelaskan bahwa kab/kota yang mendapatkan DBH yang besar akan cenderung memiliki belanja modal yang besar pula. Hasil ini memberikan adanya indikasi yang kuat bahwa perilaku Belanja modal akan sangat di pengaruhi dari sumber penerimaan DBH. DBH merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi Belanja Modal yang bukan berasal dari PAD, selain DAU dan DAK pola bagi hasil penerimaan tersebut dilakukan dengan prosentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil. Pendapatan daerah yang berupa Dana Perimbangan (transfer daerah) dari pusat menuntut daerah membangun dan mensejahterakan rakyat melalui pengelolaan kekayaan daerah yang proposional serta membangun. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Indah Rahmawati (2010) memberikan hasil yang berbeda dengan penelitain ini, yaitu DBH tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja Daerah. Hal ini dapat dikarenakan penggunkaan sampel dan periode waktu yang berbeda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/