21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan apabila terjadi penambahan ukuran yang tidak dapat balik diantaranya adalah penambahan jumlah daun dan berat segar tanaman. Adapun variabel pengamatan yang diamati pada penelitian ini meliputi jumlah daun dan berat segar tanaman. 1. Jumlah Daun Hasil Pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan pupuk urea ditambah pupuk gandasil D dapat meningkatkan jumlah daun tanaman sawi hijau. Rata-rata pertumbuhan daun tanaman sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea dan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Rata-rata Jumlah Daun Sawi Hijau (Helai) Umur 7 HST, 14 HST, 21 HST dan 28 HST Pada Kedua Perlakuan Perlakuan Urea Urea ditambah Gandasil D
7 HST 4 4
Jumlah Daun 14 HST 21 HST 5,32 7,20 6,08 9,12
28 HST 8,72 10,56
Sumber : Data Pengamatan Tabel 4.1 menjelaskan bahwa pertumbuhan daun tanaman sawi hijau setiap minggu terjadi peningkatan. Pada umur 21 HST dan umur 28 HST pertumbuhan daun sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk urea. Pada umur 21 HST dan 28 HST perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D menghasilkan ratarata jumlah daun 9,12 helai dan 10,56 helai sementara perlakuan pupuk urea menghasilkan rata-rata jumlah daun 7,20 helai dan 8,72 helai sehingga ada penambahan jumlah daun sebesar 10,56 helai – 8,72 helai = 1,84 helai (21 %). 21
Rata-rata Jumlah Daun Sawi Hijau (Helai)
22
12 10,56
10 9,12
8,72
8 7,2 6,08 5,32
6 4
Urea
4
Urea dan Gandasil D 2 0
7 HST
14 HST
21 HST
28 HST
Pengaruh Perlakuan Pupuk Urea dan Perlakuan Pupuk Urea ditambah Pupuk Daun Gandasil D
Gambar 4.1 Rata-rata Jumlah Daun Sawi Hijau (Helai) Umur 7 HST, 14 HST, 21 HST dan 28 HST Pada Kedua Perlakuan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D pada umur 21 HST dan 28 HST menghasilkan jumlah daun yang lebih tinggi (9,12 helai dan 10,56 helai) dibandingkan perlakuan pupuk urea (7,20 helai dan 8,72 helai). Penambahan pupuk daun gandasil D membantu melengkapi kebutuhan sawi hijau akan unsur hara yang ditandai dengan peningkatan jumlah daun. Pemupukan melalui tanah pada pupuk urea tidak dapat memenuhi kebutuhan sawi hijau akan unsur hara. Menurut Fatkhusna (2008) kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat diperoleh dari media tanam. Namun, unsur hara yang terdapat di dalam media tanam tidak lengkap dan tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Oleh karena itu diperlukan tambahan unsur hara berupa pupuk daun yang diberikan pada tanaman. Triwanto dan Syarifudin (1998) menyatakan bahwa pemberian pupuk melalui daun lebih efektif dibanding melalui tanah. Hal ini disebabkan daun mampu menyerap pupuk sekitar 90 % sedangkan akar hanya mampu menyerap sekitar 10 %. Menurut Sigit (2001) urea apabila
23
diberikan ke tanah akan mudah terurai menjadi amoniak dan CO2 yang mudah menguap, mudah terurai dan mudah terbakar oleh sinar matahari. Nitrogen dalam tanah mudah hilang dan kurang efektif karena mudah diserap tumbuhan lain yang tidak diinginkan, mudah hanyut akibat erosi dan pencucian, mudah terbakar oleh sinar matahari sedangkan tanah belum siap untuk menyerapnya dan mudah hancur karena dipergunakan oleh mikroorganisme tanah. Dengan pertimbangan tersebut, maka pemupukan akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan pemberian pupuk daun yaitu pupuk daun gandasil D. Pupuk daun Gandasil D mengandung hara makro dan mikro yang sangat berguna memacu pertumbuhan dan hasil, karena masing-masing unsur yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam proses metabolisme tanaman. Proses metabolisme merupakan pembentukan dan perombakan unsur- unsur hara dan senyawa organik dalam tubuh tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Jumini dan Ainun 2009). Sutedjo dan Kartasapoetra (1988) menyatakan bahwa kekurangan unsur hara baik makro maupun mikro dapat menghambat pertumbuhan dan hasil tanaman. Unsur hara mikro berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Protein merupakan penyusunan utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel. Menurut Afandie dan Nasih (2002) tanaman yang sedang tumbuh membutuhkan nitrogen untuk membentuk sel – sel yang baru. Selain sebagai unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau daun (klorofil) yang sangat berguna dalam fotosintesis. Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro berperan sebagai penyusun klorofil sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan perkembangan pada jaringan meristematis daun sehingga jumlah daun bertambah.
24
2. Berat Segar Tanaman Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D pada saat panen dapat meningkatkan berat segar tanaman. Rata-rata berat segar sawi hijau pada saat panen dengan perlakuan pupuk urea dan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rata-rata Berat Segar Sawi Hijau (Gram) Pada Saat Panen Pada Kedua Perlakuan Perlakuan
Berat Segar (Gram)
Urea Urea ditambah Gandasil D
72,04 94,2
Sumber : Data Pengamatan Pada saat panen berat segar sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk urea. Pada saat panen perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D menghasilkan rata-rata berat segar sawi hijau yang lebih tinggi yaitu sebesar 94,2 gram sementara perlakuan pupuk urea hanya sebesar 72,04 gram sehingga ada penambahan berat
Rata-rata Berat Segar Sawi Hijau (Gram)
segar sebesar 94,2 gram - 72,04 gram = 22,16 gram (31 %). 94,2
100 90 80
72,04
70 60 50 40
30 20 10 0 Urea
Urea dan Gandasil D
Pengaruh Perlakuan Pupuk Urea dan Perlakuan Pupuk Urea ditambah Pupuk Daun Gandasil D
Gambar 4.2 Rata-rata Berat Segar Sawi Hijau (Gram) Pada Saat Panen Pada Kedua Perlakuan
25
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D pada saat panen menghasilkan berat segar sawi hijau yang lebih tinggi (94,2 gram) dibandingkan perlakuan pupuk urea (72,04 gram). Penambahan pupuk daun gandasil D membantu melengkapi kebutuhan sawi hijau akan unsur hara yang ditandai dengan peningkatan berat segar. Pemupukan melalui tanah pada pupuk urea tidak dapat memenuhi kebutuhan sawi hijau akan unsur hara. Menurut Dwijoseputro (1993) berat segar tanaman dipengaruhi oleh unsur hara dalam sel-sel jaringan tanaman. Pertumbuhan akar dan daun yang cepat menyebabkan penyerapan unsur hara, air dan cahaya untuk proses fotosintesis lebih optimal. Asimilat yang dihasilkan digunakan untuk perkembangan tanaman bertambah cepat, maka berat segar tanaman akan bertambah bobotnya. Menurut Haryanto (2003) tanaman yang hanya dipanen daunnya seperti kubis, selada, sawi, kangkung dan bayam membutuhkan unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium dalam jumlah yang tinggi sehingga berguna untuk membentuk asam amino dan protein sebagai bahan dasar dalam menyusun daun. Menurut Mahrita (2003) semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kebutuhan N oleh tanaman semakin terpenuhi. Nitrogen sangat penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu untuk pembentukan dan pembelahan sel baik dalam daun, batang, dan akar. Pupuk daun Gandasil D digunakan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif. Kandungan unsur makro pupuk daun Gandasil D yaitu, N: 20 % P2O5: 15 % K2O5: 15% MgSO4 : 1% dan mengandung unsur mikro seperti tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), dan kobalt (Co) (Lingga dan Marsono 2010). Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro berperan sebagai penyusun klorofil sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan perkembangan pada jaringan meristematis daun sehingga jumlah daun bertambah. Unsur Nitrogen yang tinggi dapat meningkatkan jumlah daun maka sekaligus dapat meningkatkan berat segar tanaman.
26
B. Analisis Usaha Tani Analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha. Biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam satu usahatani. Tabel 4.3 Rincian Biaya Budidaya Sawi Hijau Pada Kedua Perlakuan Untuk Satu Kali Masa Tanam (2 Bulan) Dengan Luas Lahan 100 m2 Keterangan Biaya Tetap Sewa Tanah 100 m² Cangkul 1 buah (umur eko 5 thn) Sabit 1 buah (umur eko 5 thn) Ember (umur eko 5 thn) Gembor (umur eko 5 bulan) Total Biaya Tetap Biaya Variabel Benih 12,5 gr Polybag 2 pack Tenaga Kerja Pengolahan lahan (2 orang/1 hari) Penanaman (1 orang/1 hari) Panen (1 orang/1 hari) Pemeliharaan Insektisida Dursban 50 ml Pemupukan Kompos 75 kg Urea 1 kg Gandasil D 1 pack (100 gr) Transportasi Bensin 1 liter Total Biaya Variabel Total Biaya Sumber : Analisis Primer
Harga
Rp 60.000/bulan Rp150.000/unit
Perlakuan Urea ditambah Urea Gandasil D Rp 120.000
Rp 120.000
Rp 5.000
Rp 5.000
Rp30.000/unit
Rp 1.000
Rp 1.000
Rp 30.000/unit
Rp 1.000
Rp 1.000
Rp 30.000/kg
Rp 1.000
Rp 1.000
Rp 128.000
Rp 128.000
Rp 12.000/25 gr Rp 5.000/pack
Rp 6.000 Rp 10.000
Rp 6.000 Rp 10.000
Rp 30.000/ orang/hari Rp 30.000/ orang/ hari Rp 30.000/ orang/hari
Rp 60.000
Rp 60.000
Rp 30.000
Rp 30.000
Rp 30.000
Rp 30.000
Rp 7.500
Rp 7.500
Rp 45.000 Rp 2.500 -
Rp 45.000 Rp 2.500 7.000
Rp 7.500 Rp 198.500 Rp 326.500
Rp 7.500 Rp 205.500 Rp 333.500
Rp 15.000/ 100 ml Rp 600/kg Rp 2.500/kg Rp 7.000/pack
Rp 7.500/liter
27
Biaya tetap yang diperlukan dalam budidaya sawi hijau pada perlakuan pupuk urea sebesar Rp 128.000 dan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D sebesar Rp 128.000. Biaya variabel yang diperlukan dalam budidaya sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea sebesar Rp 198.500 dan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D sebesar Rp 205.500. Biaya total yang diperlukan dalam budidaya sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea sebesar Rp 326.500 dan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D sebesar Rp 333.500. Biaya ini diperoleh dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan adalah perkalian antara hasil yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya hasil yang diperoleh berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika hasil yang diperoleh berlebihan. Tabel 4.4 Hasil dan Penerimaan Budidaya Sawi Hijau Pada Kedua Perlakuan Untuk Satu Kali Masa Tanam (2 bulan) Dengan Luas Lahan 100 m2
Perlakuan Urea (72 gr/tanaman) Urea ditambah Gandasil D (94 gr/tanaman)
Hasil 91 kg 119 kg
Harga Rp 5.000
Penerimaan Rp 455.000
Rp 5.000
Rp 595.000
Sumber : Analisis Primer Penerimaan diperoleh melalui perkalian antara hasil yang diperoleh dengan harga jual. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea hasilnya 91 kg dengan harga Rp 5.000/kg sehingga penerimaannya Rp 455.000. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D hasilnya 119 kg dengan harga Rp 5.000/kg sehingga penerimaannya Rp 595.000. Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi
28
Tabel 4.5 Keuntungan Budidaya Sawi Hijau Pada Kedua Perlakuan Untuk Satu Kali Masa Tanam (2 bulan) Dengan Luas Lahan 100 m2
Perlakuan Penerimaan Rp 455.000 Urea (72 gr/tanaman) Urea ditambah Rp 595.000 Gandasil D (94 gr/tanaman)
Biaya Total Rp 326.500
Keuntungan Rp 128.500
Rp 333.500
Rp 261.500
Sumber : Analisis Primer Keuntungan didapatkan dari penerimaan dikurangi dengan biaya total. Pada budidaya sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea keuntungan yang diperoleh untuk satu kali masa tanam yaitu selama 2 bulan adalah Rp 128.500. Pada budidaya sawi hijau dengan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D keuntungan yang diperoleh untuk satu kali masa tanam yaitu selama 2 bulan adalah Rp 261.500. Break event point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan dan juga harga jual agar suatu perusahaan tidak rugi.
Perlakuan Pupuk Urea BEP Harga
= =
Biaya Tetap 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
1−
128.000 198.500
1−
455.000
=
128.000
1−0,43
= Rp 224.561 BEP Produksi =
= =
Biaya Tetap 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
harga 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 128.000 198500
5.000−
91
128.000
5.000−2181
29
=
128000 2819
= 45
Perlakuan Pupuk Urea ditambah Pupuk Daun Gandasil D BEP Harga
= = =
Biaya Tetap 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
1−
128.000 205.500
1−595.000 128.000
1−0,35
= Rp 196.923 BEP Produksi =
= = =
Biaya Tetap 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
harga 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 128.000 205.500
5.000−
119
128.000
5.000−1726 128000 3274
= 39
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui pada perlakuan pupuk urea, BEP Harga dalam sekali masa tanam yaitu sebesar Rp 224.561. Hal ini berarti penjualan sebesar Rp 224.561 pada sekali masa tanam dianggap telah mencapai Break Event Point (BEP). BEP Produk dalam sekali tanam yaitu sebesar 45 kg. Hal ini berarti bahwa produksi sawi hijau dalam sekali masa tanam perlu menjual 45 kg agar mencapai Break Event Point (BEP). Pada perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D, BEP Harga dalam sekali masa tanam yaitu sebesar Rp 196.923. Hal ini berarti penjualan sebesar Rp 196.923 pada sekali masa tanam dianggap telah mencapai Break Event Point (BEP). BEP Produk dalam sekali masa tanam yaitu sebesar 39 kg. Hal ini berarti bahwa produksi sawi hijau dalam sekali masa tanam perlu menjual 39 kg agar mencapai Break Event Point (BEP).
30
R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan usaha. R/C Ratio lebih dari 1 maka usaha ini layak untuk dijalankan.
Perlakuan Pupuk Urea R/C Ratio
Total Penerimaan
= Total
Biaya Produksi
455 .000
= 326 .500 = 1,39 (R/C > 1, layak)
Perlakuan Pupuk Urea ditambah Pupuk Daun Gandasil D R/C Ratio
Total Penerimaan
= Total
Biaya Produksi
595 .000
= 333 .500 = 1,78 (R/C > 1, layak) Berdasarkan perhitungan diketahui pada perlakuan pupuk urea R/C Ratio dalam sekali masa tanam yaitu 1,39, artinya setiap modal Rp 1,- akan kembali sebanyak Rp. 1,39,- tiap produksi. Pada perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D R/C Ratio dalam sekali masa tanam yaitu 1,78, artinya setiap modal Rp. 1,- akan kembali sebanyak Rp 1,78,- tiap produksi. Pada kedua perlakuan didapatkan R/C Ratio lebih dari 1, hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya sawi hijau ini layak untuk dijalankan.