BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan pada perusahaan – perusahaan yang terdaftar dalam peringkat LQ 45 di Bursa Efek Indonesia dan secara konsisten berada dalam peringkat tersebut selama periode penelitian. Periode penelitian yang dilakukan yaitu selama 3 (tiga) tahun mulai periode 2011 s/d 2013. Data yang diperoleh diambil melalui website www.idx.co.id. Jenis laporan keuangan yang digunakan antara lain Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi Komprehensif. B. Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian, baik variabel dependen maupun variabel independen. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif berikut dalam Tabel 4.1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: jumlah sampel (n), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel. Dalam penelitian ini, sampel diolah dengan menggunakan program SPSS versi 19. Berikut tabel hasil penelitian dengan menggunakan program SPSS versi 19.
40
41
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sumber: Data diolah
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 84 sampel. Data mengenai ke-84 sampel tersebut diambil dari Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan dalam peringkat LQ45 yang tercatat di BEI periode 2011 hingga 2013 (3 tahun). Oleh karena itu banyaknya sampel perusahaan yang diteliti adalah sebanyak 84 sampel perusahaan. Good Corporate Governance dengan proksi kepemilikan manajemen (KPM) diperoleh rata-rata sebesar 0,68754 dengan standar deviasi sebesar 0,188084. Nilai KPM terkecil sebesar 0,139 yang dimiliki oleh PT Astra
42
International Tbk. pada tahun 2012, sedangkan nilai KPM terbesar adalah 0,922 yang dimiliki oleh PT Unilever Indonesia, Tbk. pada tahun 2012 dan 2013. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan manajemen yang lebih besar terindikasi sebagian besar sahamnya dimiliki oleh manajemen perusahaan. Good Corporate Governance dengan proksi kepemilikan institusional (KPI) diperoleh rata – rata sebesar 0,25073 dengan standar deviasi sebesar 0,134412. Nilai KPI terkecil sebesar 0,040 yang dimiliki oleh PT. Bumi Resource, Tbk. pada tahun 2011 – 2013. Sedangkan nilai KPI terbesar dimiliki oleh PT. Astra International, Tbk. pada tahun 2012 dan PT. Bank Central Asia, Tbk. pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan nilai kepemilikan institusional yang lebih besar terindikasi sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pihak – pihak institusi. Profitabilitas diukur dengan menggunakan proksi tingkat pengembalian aset (ROA), yang dilihat dari besarnya presentase laba bersih (Net Income) tahun berjalan dibandingkan dengan total aset tahun berjalan, sehingga diperoleh rata-rata sebesar 0,33883 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,144103. Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa angka ROA terendah sebesar 0,130 yang dimiliki oleh PT Vale Indonesia, Tbk. pada tahun 2013. Sementara nilai ROA terbesar dimiliki oleh PT Unilever Indonesia, Tbk. pada tahun 2013 sebesar 0,846. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan nilai profitabilitas terkecil terindikasi kurang maksimal dalam mengembalikan asetnya lewat penjualan perusahaan.
43
Beban Pajak Tangguhan (DTE) diperoleh rata – rata sebesar 0,05246 dengan standar deviasi 0,020345. Nilai DTE terkecil adalah sebesar 0,032 yang diperoleh PT Adaro Energy, Tbk. tahun 2011, PT Bank Central Asia, Tbk. tahun 2011 – 2013, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. tahun 2011 – 2013, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. tahun 2011 dan 2013, PT Charoen Pokphan Indonesia, Tbk. tahun 2011, PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. tahun 2011, PT Jasa Marga (Persero), Tbk. tahun 2011, PT Kalbe Farma, Tbk. tahun 2011, PT Lippo Karawaci, Tbk. tahun 2011 – 2013, PT Semen Gresik (Persero), Tbk. tahun 2011, PT Astra Agro Lestari, Tbk. tahun 2012, PT Bank Danamon, Tbk. tahun 2012 - 2013, PT Bank Mandiri (Perseri), Tbk. tahun 2012 - 2013, PT Gudang Garam, Tbk tahun 2012 - 2013, PT Harum Energy, Tbk. tahun 2012, PT London Sumatera Plantation, Tbk. tahun 2013. Sementara, nilai DTE terbesar adalah 0,118 yang diperoleh PT Bumi Resources, Tbk. pada tahun 2011 dan 2013. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan beban pajak tangguhan terkecil terindikasikan bahwa perusahaan tersebut menangguhkan pajaknya jauh lebih kecil daripada perusahaan dengan beban pajak tangguhan yang nilainya lebih besar. Manajemen Laba (EM) diperoleh rata-rata sebesar 0,14146 dengan standar deviasi sebesar 0,087005. Nilai EM terkecil sebesar 0,032 yang diperoleh PT Astra Agro Lestari, Tbk pada tahun 2012 dan PT Bank Danamon, Tbk. pada tahun 2013. Nilai EM terbesar sebesar 0,442 yang diperoleh PT Bumi Resources, Tbk. pada tahun 2012, yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut melakukan manajemen laba pada tahun tersebut.
44
C. Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian Penelitian dengan menggunakan model empiris ini dapat juga disebut sebagai uji prasyarat dari model regresi linier berganda yang akan diujikan. Model regresi yang baik harus menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Untuk melakukan uji asumsi sering terdapat beberapa alternatif metode sebagai berikut: 1.
Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki distribusi normal. Untuk melakukan pengujian normalitas data, penulis menggunakan analisis statistik melalui Uji Kolmogorov Smirnov. Data yang terdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis statistic seperti pada tabel Tabel 4.2 Hasil uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
84 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
,0000000 ,08003662
Absolute
,093
Positive
,093
Negative
-,051
Kolmogorov-Smirnov Z
,854
Asymp. Sig. (2-tailed)
,460
45
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data diolah
Pengujian Kolmogrov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai residual terdistribusi normal hal ini ditunjukan dengan nilai 0,460 yang berada diatas nilai 0,05 atau 5% dengan jumlah data yang diteliti 84 sampel. Hal ini menunjukan bahwa pada pengujian normalitas residual berdistribusi normal. 2.
Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) yang terdapat pada masing-masing variabel. Adapun hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients
Model 1
Std. Error
B (Constant)
,269
,068
KA
-,053
,032
KPM
-,141
KPI
Collinearity Statistics
Coefficients Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
3,940
,000
-,188
-1,645
,104
,831
1,203
,059
-,304
-2,369
,020
,659
1,516
-,164
,081
-,253
-2,021
,047
,690
1,450
ROA
,013
,070
,021
,184
,854
,804
1,244
DTE
,998
,489
,233
2,042
,044
,831
1,203
a. Dependent Variable: EM
Sumber: Data diolah
46
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF di bawah 10. Dari tabel 4.3 di atas terlihat bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Dengan demikian dalam model ini tidak ada masalah multikolinieritas. Kesimpulan ini didukung dengan hasil koefisien korelasi antar variabel seperti terlihat pada tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Hasil Besaran Korelasi antar Variabel Coefficient Correlationsa Model 1
DTE Correlations
Covariances
a.
DTE
KA
KPI
ROA
KPM
1,000
,215
,194
-,267
-,071
KA
,215
1,000
,164
-,335
,253
KPI
,194
,164
1,000
-,246
,503
ROA
-,267
-,335
-,246
1,000
-,249
KPM
-,071
,253
,503
-,249
1,000
DTE
,239
,003
,008
-,009
-,002
KA
,003
,001
,000
-,001
,000
KPI
,008
,000
,007
-,001
,002
ROA
-,009
-,001
-,001
,005
-,001
KPM
-,002
,000
,002
-,001
,004
Dependent Variable: EM
Sumber : data diolah
Melihat besaran (koefisien) korelasi antar variabel di atas, tampak bahwa variabel KPM mempunyai korelasi yang cukup tinggi terhadap variabel ROA, yaitu dengan koefisien sebesar 0,503 atau sekitar 50,3%.
47
Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95%, maka dapat dikatakan bahwa model ini tidak terjadi multikolinearitas yang serius. 3.
Uji Autokorelasi Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan nilai Durbin Watson. Cara mendeteksi apakah model yang digunakan mengalami gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai statistik Durbin Watson. Hasil dari nilai Durbin Watson dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb
Model 1
R
R Square
,392
a
,154
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,100
,082562
Durbin-Watson 2,162
a. Predictors: (Constant), DTE, KA, KPI, ROA, KPM b. Dependent Variable: EM
Sumber : Datadiolah Berdasarkan hasil pengolah data diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,162. Sedangkan besarnya nilai DW-tabel dengan n =84 dan k=5 didapat angka dl (batas luar) = 1,5219 dan du (batas dalam) = 1,7732. Oleh karena nilai D-W hitung > du atau 1,7732< 2,162< 2,2268 (4-du), maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi antar residual. 4.
Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis Glejser, dimana analisis Glejser mengusulkan untuk meregres
48
nilai absolut residual terhadap variabel independen sehingga diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 4.6 Hasil Uji Glejser Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Coefficients Beta
,146
,041
KA
-,030
,019
KPM
-,120
KPI
t
Sig.
3,556
,001
-,175
-1,549
,125
,036
-,427
-3,363
,081
-,095
,049
-,242
-1,949
,055
ROA
,055
,042
,150
1,303
,197
DTE
,530
,294
,204
1,803
,075
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tidak ada satupun
variabel
independen
yang
signifikan
secara
statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 0,05 atau 5%. Jadi, dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. D. Pengujian Hipotesis a.
Uji F - Test Uji F pada dasarnya menunjukkan kemungkinan semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
49
serentak terhadap variabel dependennya. Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,097
5
,019
Residual
,532
78
,007
Total
,628
83
F 2,835
Sig. ,021a
a. Predictors: (Constant), DTE, KA, KPI, ROA, KPM b. Dependent Variable: EM
Sumber : Datadiolah Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa variabel independen secara serentak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 2,835 dengan nilai signifikan 0,021 sehingga secara simultan variabel kualitas audit (KA), good corporate governance baik dengan proksi kepemilikan manajemen (KPM) maupun kepemilikan institusional (KPI), profitabilitas (ROA), beban pajak tangguhan (DTE) berpengaruh terhadap variabel manajemen laba (EM) karena terdistribusi dengan normal atau lebih kecil dari 0,05. b.
Uji T – Test Berdasarkan output SPSS, secara parsial pengaruh dari kelima variabel independen yaitu kualitas audit, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, profitabilitas dan Beban Pajak Tangguhan
50
terhadap Manajemen Laba adalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji T
Sumber : data diolah Berdasarkan output yang diperoleh pada tabel 4.8 maka dapat disimpulkan bahwa variabel return on assets (ROA) dan beban pajak tangguhan (DTE) memiliki koefisien dengan arah positif, sedangkan 3 variabel lainnya yaitu kualitas audit (KA), kepemilikan manajemen (KPM) dan kepemilikan institusi (KPI) memiliki koefisien yang arahnya negatif. Hal ini dapat diartikan juga bahwa return on assets (ROA) dan beban pajak tangguhan (DTE) akan cenderung memperlihatkan nilai manajemen laba (EM) yang tinggi, sedangkan kualitas audit (KA), kepemilikan manajemen (KPM) dan kepemilikan institusi (KPI) akan cenderung memperlihatkan nilai manajemen laba (EM) yang rendah. Dari hasil uji tersebut dapat kita lakukan uji hipotesis berikut:
51
1)
Pengujian Hipotesis 1 H1 : Kualitas Audit (KA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba (EM) Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kualitas audit memiliki nilai t sebesar -1,645 dengan tingkat signifikan 0,104 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,104 > 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kualitas audit tidak berpengaruh dalam menentukan ada tidaknya manajemen laba di dalam sebuah perusahaan. Meskipun audit yang dilakukan dinilai berkualitas karena dilakukan oleh KAP Big Four, namun tetap saja potensi manajemen laba dapat saja terjadi dalam sebuah perusahaan
2)
Pengujian Hipotesis 2
H2
: Good Corporate Governance dengan proksi Kepemilikan Manajemen (KPM) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba (EM) Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
manajemen (KPM) memiliki nilai t sebesar -2,369 dengan tingkat signifikan 0,020 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,020 < 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kepemilikan manajemen (KPM) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap manajemen laba (EM). Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kepemilikan manajemen di dalam saham perusahaan maka manajemen laba dapat dihindari. Oleh karena itu. persentase
52
kepemilikan manajemen dalam perusahaan dapat dijadikan alat untuk mengukur besar kecilnya atau ada tidaknya manajemen laba di dalam perusahaan tersebut. 3)
Pengujian Hipotesis 3 H3
: Good Corporate Governance dengan proksi Kepemilikan Institusional (KPI) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba (EM) Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
institusi (KPI) memiliki nilai t sebesar -2,021 dengan signifikan sebesar 0,047 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,047 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap manajemen laba (EM) yang pengaruhnya dinyatakan secara negatif. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional yang tinggi dapat mengatasi ataupun mengurangi adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. 4)
Pengujian Hipotesis 4 H4
: Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba (EM) Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel profitabilitas
dengan proksi tingkat pengembalian aset (ROA) memiliki nilai t sebesar 0,184 dengan signifikansi 0,854 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,854 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
53
parsial variabel profitabilitas dengan proksi tingkat pengembalian aset (ROA) tidak berpengaruh terhadap manajemenlaba (EM). Dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian aset yang tinggi tidak dapat diasumsikan bahwa perusahaan terindikasi melakukan manajemen laba di dalamnya. 5)
Pengujian Hipotesis 5 H5
: Beban Pajak Tangguhan (DTE) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba (EM) Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel beban pajak
tangguhan (DTE) memiliki nilai t sebesar 2,042 dengan signifikansi 0,044 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,044 < 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel beban pajak tangguhan berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba (EM). E. Pembahasan 1.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Dari hasil pengujian pada hipotesis pertama pada table 4.8, menunjukkan bahwa variabel kualitas audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian penelitian ini menyatakan bahwa kualitas audit tidak dapat dijadikan alat untuk mengindikasi ada tidaknya manajemen laba dalam perusahaan, maka hipotesis H1 dalam penelitian ini ditolak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Antonius Herusetya (2012) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
54
kualitas audit dan manajemen laba. Artinya, tidak dapat dipastikan bahwa perusahaan – perusahaan yang auditnya berkualitas karena diaudit oleh KAP Big Four tidak terindikasi melakukan praktik manajemen laba, karena isi laporan keuangan yang diaudit oleh KAP bukan menjadi tanggung jawab KAP, melainkan tanggung jawab manajemen. 2.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Dari hasil pengujian pada hipotesis kedua pada table 4.8, menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajemen berpengaruh secara negatif terhadap manajemen laba. Dengan demikian, kepemilikan manajemen dapat dijadikan alat dalam mendeteksi manajemen laba di perusahaan, sehingga hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. Semakin besar persentase kepemilikan saham manajemen dalam perusahaan, maka semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba dilakukan karena manajemen dalam posisi ini secara bersamaan juga sebagai pemilik/ pemegang saham sehingga tentu saja manajemen tidak akan melakukan tindakan – tindakan yang merugikan terhadap laba yang nantinya akan diatribusikan kepada pemilik/ pemegang saham. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Welvin I Guna dan Arleen Herawaty (2010), Dhamar, dkk. (2010), Dimas, dkk. (2013), Hikmah (2013) dan Domas, dkk. (2014).
3.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga Dari hasil pengujian pada hipotesis ketiga pada table 4.8, menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh
55
secara negatif terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis H3 dalam penelitian ini diterima. Semakin besar persentase kepemilikan institusi dalam perusahaan, maka semakin kecil kecenderungan manajemen meakukan tindakan manajemen laba. Hal ini dikarenakan pihak institusi dianggap tidak mudah tertipu oleh tindakan – tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap labanya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Welvin I Guna dan Arleen Herawaty (2010), Dhamar, dkk. (2010), Dimas, dkk. (2013), Hikmah (2013) dan Domas, dkk. (2014). 4.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Keempat Dari hasil pengujian pada hipotesis keempat pada table 4.8, menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dengan proksi tingkat pengembalian aset tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis H4 dalam penelitian ini ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhamar, dkk. (2010) dan Dimas, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak dapat dijadikan alat pengukuran manajemen laba di dalam perusahaan.
5.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kelima Dari hasil pengujian pada hipotesis kelima pada table 4.8, menunjukkan bahwa variabel Beban Pajak Tangguhan berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis H5 dalam penelitian ini diterima. Beban Pajak Tangguhan seringkali dimanfaatkan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Semakin tinggi beban
56
pajak yang ditangguhkan, maka semakin kecil laba. Hal ini yang sangat disukai manajemen, sehingga tindakan menangguhkan beban pajak dapat terindikasi tindakan manajemen laba pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2004) dan Yana Ulfah (2013). F. Analisis Regresi Linear Berganda Dengan melihat table 4.8 diatas, dapat disusun persamaan linear berganda sebagai berikut. EM = 0,269 – 0,053KA – 0,141KPM – 0,164KPI + 0,013ROA + 0,998DTE Persamaan regresi diatas memiliki makna: 1.
Kualitas Audit mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0,053. Hal ini berarti bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari variabel kualitas audit akan menyebabkan variabel manajemen laba mengalami penurunan sebesar 0,053 persen.
2.
Kepemilikan manajemen mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0,141. Hal ini berarti bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari variabel kepemilikan manajemen akan menyebabkan variabel manajemen laba mengalami penurunan sebesar 0,141 persen
3.
Kepemilikan Institusional mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0,164. Jika diasumsikan, hal ini berarti setiap kenaikan kepemilikan institusional sebesar 1 persen maka manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 0,164 persen.
4.
Profitabilitas dengan proksi tingkat pengembalian aset mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar +0,013. Hal ini berarti
57
bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari variabel profitabilitas akan menyebabkan variable manajemen laba mengalami kenaikan sebesar 0,013 persen. 5.
Beban Pajak Tangguhan mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar +0,998. Hal ini berarti bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari variable beban pajak tangguhan akan menyebabkan variabel manajemen laba mengalami kenaikan sebesar 0,998 persen.
G. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Hasil perhitungan koefisien determinasi penelitian ini adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) Model Summary
Model 1
R
R Square
,392a
,154
b
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,100
,082562
Durbin-Watson 2,162
a. Predictors: (Constant), DTE, KA, KPI, ROA, KPM b. Dependent Variable: EM
Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil regresi, diproleh besarnya nilai R square adalah 0,154, hal ini menunjukkan bahwa besarnya persentase variasi manajemen laba bisa
58
dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel bebas yaitu KA, KPM, KPI, ROA, DTE hanya sebesar 15,4%, sedangkan sisanya sebesar 84,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model, seperti ukuran perusahaan, bentuk – bentuk Good Corporate Governance lainnya seperti independensi auditor, komite audit, dan lain sebagainya.