BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Pendahuluan Pada bab ini akan akan dibahas bagaimana perhitungan untuk mengitung
stabilitas produk benang TS 248 pada PT. Vonex Indonesia dengan melihat keabnormalan yang ada pada benang TS 248, dengan metodologi penelitian seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
4.2.
Tahapan Penelitian Pada penelitian kali ini tahapan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar
3.1. Dikarenakan tahapan 1 sampai tahapan 3 yakni penentuan variabel, pengkategorian abnormal dan diagram pareto untuk melihat keabnormalan data telah dilakukan pada bab sebelumnya maka pada bab ini akan dibahas mengenai Berikut merupakan hasil analisis yang telah dilakukan.
4.2.1. Pengujian Normal Multivariat Pada kasus benang TS 248 ini pengujian normalitas multivariat dilakukan dengan cara melihat dari Q-Q plot yang langkah perhitungannya ada pada persamaan (3.1) sampai (3.4) selain itu untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui nilai skewness dan juga kurtosisnya.
34
35
Berikut ini adalah hasil dari Q-Q plotnya:
Gambar 4.1 Q-Q Plot Pada Benang TS 248 Selain dilihat dari qq- plot data untuk ketujuh variabel dapat juga dilihat dari nilai skewness dan kurtosisnya. Dengan bantuan LISREL didapatlah hasil p-value yaitu: 1.
Skewness (p-value) 0.100 > 0.05 (α) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa dengan dengan keyakinan 95% yang dilihat dari nilai skewnessnya data mendukung bahwa distribusinya mengikuti pola distribusi normal multivariat
2.
Kurtosis (p-value) 0.610 > 0.05 (α) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa dengan dengan keyakinan 95% yang dilihat dari nilai kurtosisnya data mendukung bahwa distribusinya mengikuti pola distribusi normal multivariat
36
3. Skewness dan Kurtosis (p-value) 0.320 > 0.05 (α) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa dengan dengan keyakinan 95% yang dilihat dari nilai skewness dan kurtosisnya data mendukung bahwa distribusinya mengikuti pola distribusi normal multivariat
4.2.2. Diagram T2 Hotelling Pada Data Observasi Individual Pada tahap ini adalah lanjutan dari tahapan pengujian normalitas multivariat, jika hasil distribusinya adalah normal multivariat maka dilanjut menggunakan diagram T2 Hotelling, jika datanya tidak berdistribusi normal multivariat maka dilanjut menggunakan T2 Hotelling bebas distribusi. Karena data berdistribusi normal multivariat maka dapat digunakan diagram T2 Hotelling. Namun sebelum masuk pada diagram T2 Hotelling satuan yang ada harus distandarkan karena pada variabel 1-7 memiliki perbedaan satuan. Dengan melihat data yang ada dan mengurangkan dengan rata-rata per variabel serta membaginya dengan simpangan baku pada masing-masing variabel maka data ketujuh variabel yang dimiliki sekarang telah standar secara keseluruhan. Dengan rumusan yang ada pada Persamaan (3.5) semua nilai T2 Hotelling memiliki nilai yang ada pada lampiran. Sedangkan untuk nilai batas atas atau (UCL) dengan menggunakan Persamaan (3.7) dan batas bawahnya (LCL)=0 maka didapatlah nilai UCL=15.3599 sehingga diagram T2 Hotelling yang terbentuk adalah:
37
Gambar 4.2 Diagram Kendali T2 Hotelling Pada Benang TS 248 Pada diagram kendali diatas terlihat bahwa titik yang out of control ada sebanyak 3 titik sedangkan sisanya sebanyak 122 berada didalam kontrol. Ketiga titik tersebut yakni titik pada data ke-83, 114, dan 115. Dikarenakan pada titik-titik itu memiliki penyebab yang jelas atau biasa disebut assignable cause maka sesuai flowchart yang telah dibuat sebelumnya perlu diadakannya sebuah diagram revisi untuk membuat keseluruhan titik berada pada in control.
4.2.3. Diagram T2 Hotelling Revisi Pada tahap ini, merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya. Revisi dilakukan apabila terjadi titik yang berada di luar batas kendali atau bisa disebut out of control. Selain itu diagram T2 Hotelling revisi dibuat ketika penyebab yang dari
38
keluarnya titik diketahui (assignable cause) yang selanjutnya dilakukanlah pengujian diagram T2 Hotelling revisi dengan tidak menggunakan ketiga variabel yang sebelumnya out of control. Dengan rumusan yang sama pada Persamaan (3.5) semua nilai T2 Hotelling revisi pertama memiliki nilai yang ada pada lampiran. Sedangkan untuk nilai batas atas atau (UCL) dengan menggunakan Persamaan (3.7) dan batas bawahnya (LCL)=0 maka didapatlah nilai UCL=15.3947 sehingga diagram T2 Hotelling yang terbentuk hasilnya adalah
Gambar 4.3 Diagram Kendali Revisi 1 T2 Hotelling Pada Benang TS 248 Pada diagram kendali revisi diatas terlihat bahwa titik yang out of control ada sebanyak 1 titik sedangkan sisanya sebanyak 121 berada didalam kontrol. Titik yang berada di luar kontrol atau out of control yakni titik pada data ke-3. Dikarenakan
39
masih adanya titik-titik yang berada di luar kontrol maka perlu adanya diagram revisi yang kedua dengan tidak mengikutsertakan data ke-3. Dengan rumusan yang sama pada Persamaan (3.5) semua nilai T2 Hotelling untuk revisi ke-2 memiliki nilai yang ada pada lampiran. Sedangkan untuk nilai batas atas atau (UCL) dengan menggunakan Persamaan (3.7) dan batas bawahnya (LCL)=0 maka didapatlah nilai UCL=15.4067 sehingga diagram T2 Hotelling yang terbentuk hasilnya adalah:
Gambar 4.4 Diagram Kendali Revisi 2 T2 Hotelling Pada Benang TS 248
40
Pada diagram kendali revisi ke-2 didapat jumlah titik sebanyak 121 yang berada didalam kontrol sementara untuk sisanya sebanyak 4 titik berada di luar control (out of control)
4.2.4.
Identifikasi Penyebab Titik Yang Tidak Terkontrol Dari data yang telah di analisis sebelumnya terdapat 4 titik yang di luar
kontrol (out of control). Setelah ditelaah penyebab dari keempat titik yakni titik pada data ke-3, 83, 114 dan 115 dengan menggunakan T2 Hotelling dekomposisi adalah Tabel 4.1 Data Mengenai Keabnormalan Data Pada Titik Out Of Control No 3 83 114 115
d(X1) 9.328 0.122 1.120 0.048
d(X2) 0.482 0.120 0.627 0.030
d(X3) 0.286 2.657 4.729 3.562
d(X4) 3.763 0.319 7.491 0.030
d(X5) d(X6) d(X7) Max Penyebab 3.891 5.559 1.317 9.328 Kekuatan 0.079 16.473 0.178 16.473 Shrinkage 6.690 3.615 0.566 7.491 Uster 4.819 0.994 4.570 4.819 Banyak NEP
Dari data di atas terlihat bahwa jumlah keabnormalan data pada ke-4 titik tersebut disebabkan oleh Kekuatan benang, Shrinkage, Uster dan banyak NEP.
4.2.5. Analisis Kapabilitas Proses Ketika semua data telah berada dalam batas kontrol maka untuk melihat apakah proses yang terjadi telah memenuhi batas spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi oleh perusahaan. Dengan metode Taam, dapat di hitung analisis kapabilitas proses pada data multivariat. Data yang akan
41
digunakan untuk analisis kapabilitas proses ini adalah data yang sudah terkontrol. Seperti yang telah di jelaskan pada BAB 2 bahwa indeks kapabilitas proses multivariat yaitu dapat nilai
.
Setelah proses perhitungan yang ada (Lampiran 7) maka di
= 0.00432. Kriteria untuk kapabilitas prosesnya sendiri yaitu ketika
> 1,33 maka proses kapabilitas dianggap dapat mampu memenuhi proses sesuai dengan spesifikasinya, namun dikarenakan nilai
< 1,33 maka proses
kapabilitas belum mampu memenuhi proses sesuai dengan spesifikasinya.