24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persentase Hidup Eksplan Jumlah eksplan jelutung yang ditanam sebanyak 125 eksplan yang telah diinisiasi pada media kultur dan diamati selama 11 minggu setelah masa tanam (MST). Dari hasil pengamatan diperoleh 27 eksplan yang masih tetap bertahan dari 125 eksplan yang ditanam, sedangkan 98 eksplan mengalami kematian permanen yang ditandai dengan menghitamnya benih secara perlahan-lahan. Banyaknya jumlah eksplan yang mati ini kemungkinan besar dikarenakan oleh benih yang digunakan bisa dikatakan kurang baik mengingat kondisinya yang sudah 3 bulan dalam masa penyimpanan sehingga kondisinya kurang baik untuk dijadikan eksplan. Hal ini menjadi salah satu kendala yang ada ketika hendak melakukan budidaya jelutung, karena pada umumnya daya tumbuh benih akan berkurang dengan bertambahnya waktu (Tjitrosoepomo 2007). Tujuan utama dari penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomis ialah mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya (Justice & Bass 2002). Akan tetapi hal ini tidak bisa menjadi jaminan agar kualitas benih tetap baik setelah melalui proses penyimpanan tersebut. Begitu juga yang terjadi pada benih jelutung ini. Viabilitas benih dapat diperpanjang apabila benih disimpan pada kondisi yang terlindung dari panas, uap air, dan oksigen (Candolle 1832, diacu dalam Justice & Bass 2002). Proses kematian benih dapat terjadi secara perlahan-lahan sehingga nampaknya mustahil untuk menentukan kapan kehidupan benih itu berakhir. Justice dan Bass (2002), menyatakan bahwa pada suatu kelompok benih, proses kehidupan individu benihnya tidak berlangsung dalam laju yang sama antara satu dengan yang lainnya (pengaruh genetik). Jika benih disimpan pada berbagai keadaan, proses kehidupan benih berakhir pada waktu yang tidak sama, kadang kala enzim-enzim tertentu masih berfungsi untuk sementara meski benihnya telah mati. Begitu juga yang terjadi pada benih jelutung dalam penelitian ini. Meskipun mendapatkan perlakuan yang sama dalam proses penyimpanannya (pasca panen), tapi persentase kehidupan benih berbeda-beda setelah diberikan perlakuan secara in vitro. Hal ini diduga biji
25
jelutung yang digunakan sebagai eksplan mempunyai sifat genetik yang bervariasi dan tidak dapat dipastikan berasal dari induk pohon yang sama atau tidak. Sifat benih yang mudah rusak dan cepat berkecambah (rekalsitran) ini sering kali menjadi kendala dalam pembibitan jelutung secara massal sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama (Bathimi 2009). Baki dan Anderson (1970), diacu dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa waktu penyimpanan dan kondisi yang tidak cocok mungkin akan menyebabkan hilangnya sifat selektif dan metabolit membran biji selama perkecambahan. Oleh karena itu, benih rekalsitran harus dipertahankan pada suhu yang tidak terlalu rendah, karena dapat menyebabkan chilling injury (kerusakan karena suhu rendah). Selain itu, tempat penyimpanan benih juga mempengaruhi kualitas benih yang akan ditanam. Menurut Barton (1966) diacu dalam Justice dan Bass (2002), benih yang cukup kering pada wadah tertutup biasanya dapat hidup lebih lama dibanding dengan benih serupa yang disimpan pada wadah terbuka pada suhu yang sama. Hal ini dikarenakan kadar air benih berubah-ubah sesuai dengan berubahnya kelembaban nisbi udara di penyimpanan. Benih hanya akan berkecambah jika mendapat syarat-syarat yang diperlukan, yaitu air, udara, cahaya, dan panas (selain kondisi genetik dan penyimpanan dari benih itu sendiri). Jika syarat itu tidak terpenuhi, maka benih tinggal benih, tumbuhan baru yang ada di dalamnya (lembaga) berada dalam keadaan tidur (latent) (Tjitrosoepomo 2007). Kemampuan atau daya tahan suatu eksplan tumbuhan ditunjukkan oleh adanya persentase hidup eksplan tersebut. Apabila persentase hidup eksplan tumbuhan tinggi, maka eksplan tersebut mempunyai peluang hidup yang baik. Persentase hidup eksplan jelutung dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Persentase hidup eksplan jelutung Jumlah ulangan Hidup dengan Hidup dengan Mati Persentase Hidup ΔP=0 ΔP>0 (%) 1 A 0 6 19 24 2 B 0 5 20 20 3 C 0 3 22 12 4 D 0 8 17 32 5 E 0 5 20 20 Total 0 27 98 20,8 Keterangan : ΔP adalah Pertumbuhan eksplan untuk tinggi, akar, daun, dan ruas No.
Perlakuan
26
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah ulangan yang hidup pada setiap perlakuan menunjukkan pertumbuhan tinggi, akar, panjang akar, dan daun yang lebih besar dari nol (ΔP>0). Persentase hidup eksplan jelutung yang diamati memiliki persen hidup yang tidak terlalu tinggi, yaitu 20,8%. Persentase hidup dari setiap perlakuan berbeda-beda karena proses kehidupan individu benihnya tidak berlangsung dalam laju yang sama antara satu dengan yang lainnya walaupun dalam satu kelompok individu sekalipun (Justice & Bass 2002).
(a)
(b)
Gambar 2 Kondisi eksplan; (a) eksplan tumbuh, (b) eksplan mati. 4.2 Tinggi Eksplan Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling mudah untuk diukur (Lakitan 1996). Pada penelitian ini, pengukuran data tinggi pada eksplan tumbuhan jelutung dilakukan seminggu sekali selama 11 minggu. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan colchicine dengan konsentrasi yang berbedabeda terhadap pertumbuhan tinggi, maka dilakukan analisis sidik ragam. Pengambilan data tinggi eksplan diambil dari pertumbuhan tinggi tunas dari pangkal hingga titik tumbuh tertinggi. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi eksplan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil analisis sidik ragam tinggi eksplan Sumber keragaman Perlakuan Error Total
Derajat bebas 4 22 26
Jumlah kuadrat 32,167 52,549 85,716
Kuadrat tengah 8,042 2,389
F Hitung
F 0,05
3,367
2,820
27
Hasil analisis sidik ragam untuk tinggi eksplan menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol, yang berarti pemberian konsentrasi colchicine terhadap pertumbuhan tinggi eksplan jelutung berpengaruh nyata. Menurut Gasperz (1991) apabila hasil sidik ragam memberikan hasil berpengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan uji lanjut (uji Duncan) terhadap pertumbuhan tinggi eksplan jelutung. Tabel 3 Uji lanjut hasil analisis sidik ragam tinggi jelutung Perlakuan Jumlah Ulangan (N) Rata-rata Pertumbuhan Tinggi (cm) A 25 1,43a B 25 4,02b C 25 1,80a D 25 3,35ab E 25 4,18b Keterangan: Huruf yang sama di belakang rataan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perlakuan B dan E memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan perlakuan C dan D tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3
Histogram rata-rata tinggi eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l).
Gambar 3 menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil rata-rata pertumbuhan tinggi eksplan antara perlakuan kontrol (A) dengan perlakuan yang diberikan colchicine (perlakuan B, C, D, dan E). Kecenderungan eksplan yang diberikan perlakuan memberikan hasil rata-rata tinggi tunas yang lebih besar
28
dibandingkan tanpa perlakuan colchicine/kontrol. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada pemberian konsentrasi colchicine 2 mg/l (perlakuan E) memberikan hasil yang lebih tinggi dengan nilai rata-rata tinggi eksplan sebesar 4,18 cm, sedangkan hasil terendah diperlihatkan oleh eksplan yang tidak diberikan perlakuan/kontrol (A), yaitu sebesar 1,43 cm. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Griffiths, et al. (1999)
diacu dalam Anggraito (2004) bahwa tanaman yang
memiliki set kromosom lebih banyak dari biasanya menyebabkan meningkatnya ukuran sel, buah, bunga, stomata, dan sebagainya, sehingga secara otomatis berpengaruh terhadap fase pertumbuhan vegetatif eksplan, yaitu fase ketika eksplan membentuk organ-organ vegetatif (akar, batang, dan daun) (Lakitan 1996). Rata-rata tinggi tunas antar perlakuan atau terhadap kontrol cukup bervariasi, hal ini dikarenakan oleh kepekaan eksplan terhadap perlakuan colchicine berbeda-beda. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi eksplan dengan perlakuan colchicine pada dua minggu pertama sama dengan pertumbuhan eksplan tanpa colchicine. Pada minggu ke-3 hingga minggu ke-6, eksplan dengan perlakuan colchicine menunjukkan adanya kemajuan pertambahan tinggi yang lebih besar dibandingkan eksplan yang tidak diberikan perlakuan. Lalu pada minggu ke-7 hingga minggu ke-11 eksplan dengan perlakuan colchicine pertambahan tingginya meningkat lebih tajam. Perbedaan laju pertumbuhan tinggi eksplan ini dikarenakan akibat adanya induksi colchicine yang menghambat pembelahan sel lalu menghasilkan kromosom ganda. Kromosom yang jumlahnya mengganda ini menyebabkan ukuran sel menjadi lebih besar yang terlihat dari penampakan luarnya yaitu tinggi eksplan yang diberi perlakuan colchicine menjadi jauh lebih tinggi.
29
Gambar 4
Grafik pertumbuhan tinggi eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l).
Pada pengamatan secara morfologi terlihat bahwa adanya pertumbuhan tinggi eksplan yang lebih besar pada perlakuan dengan colchicine daripada kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa berkas pengangkut xylem dan floem akan membesar akibat membesarnya sel (Wiendra et al. 2011). Hal ini dikemukakan oleh Griesbach (1990) diacu dalam (Wiendra et al. 2011) yang menyatakan bahwa berkas pengangkut yang membesar akibat membesarnya sel tanaman tentu sangat berpengaruh pada pengangkutan hasil asimilasi dan air yang lebih baik sehingga tanaman tumbuh lebih tinggi, batang lebih besar, dan waktu pembungaan lebih cepat. Sel yang membesar akan berbanding lurus dengan pertumbuhan eksplan, sehingga eksplan jelutung akan menjadi tanaman jelutung yang mempunyai bentuk fisik yang lebih besar dari biasanya. Hal ini tentu saja membawa keuntungan untuk dibudidayakan. Menurut Sclegel (2006) diacu dalam (Wiendra et al. 2011) batang yang besar dan kokoh pada tanaman memiliki nilai positif yaitu mampu menopang bunga dan buah sehingga tidak mudah rusak oleh pengaruh lingkungan seperti angin dan hujan. Sedangkan tanaman yang lebih tinggi memiliki nilai positif yaitu mampu berkompetisi untuk memperoleh cahaya matahari untuk keperluan fotosintesis yang sangat berperan di dalam kehidupan tumbuhan.
30
4.3 Jumlah Akar Eksplan Organ yang pertama terbentuk pada kebanyakan tumbuhan adalah akar (Lakitan 1996). Pada penelitian ini, penghitungan jumlah akar yang tumbuh pada eksplan jelutung dilakukan setiap seminggu sekali selama 11 minggu. Penghitungan jumlah akar yang dihitung adalah jumlah akar yang tumbuh selama waktu pengamatan. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan colchicine dengan konsentrasi yang berbeda-beda terhadap jumlah akar, maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam jumlah akar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis sidik ragam jumlah akar eksplan Sumber keragaman Perlakuan Error Total
Derajat bebas 4 22 26
Jumlah kuadrat 96,574 154,833 251,407
Kuadrat tengah 24,144 7,038
F Hitung
F 0,05
3,341
2,820
Hasil analisis sidik ragam untuk jumlah akar eksplan menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F (0,05) sehingga keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol, yang berarti pemberian konsentrasi colchicine terhadap jumlah akar jelutung berpengaruh nyata. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lanjut atau uji Duncan. Tabel 5 di bawah ini menunjukkan uji lanjut (uji Duncan) terhadap pertumbuhan jumlah akar eksplan jelutung. Tabel 5 Uji lanjut hasil analisis sidik ragam jumlah akar eksplan Perlakuan Jumlah Ulangan (N) Rata-rata Jumlah Akar A 6 0,667a B 5 4,400ab C 3 2,000a D 8 2,750ab E 5 6,200b Keterangan: Huruf yang sama di belakang rataan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa hanya perlakuan E yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan perlakuan A, B, dan D tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol. Adanya
jumlah akar yang berbeda pada perlakuan colchicine disebabkan oleh
adanya perbedaan kepekaan terhadap pengaruh colchicine
diantara spesies
tanaman, bahkan diantara bagian tanaman yang berbeda, sehingga konsentrasi
31
akan berbeda pula (Poespodarsono 1988). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Histogram rata-rata jumlah akar eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberikan konsentrasi colchicine
memiliki rata-rata jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan
perlakuan tanpa pemberian colchicine/kontrol. Jumlah akar rata-rata terbesar terdapat pada perlakuan E (colchicine 0,5 mg/l) sebesar 6,2 dan terkecil terdapat pada perlakuan A (kontrol) yaitu sebesar 0,67. Adanya perbedaan jumlah akar eksplan antar perlakuan disebabkan oleh kepekaan eksplan yang berbeda terhadap perlakuan colchicine. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang baik maka pertumbuhan akar pun harus baik. Hal ini sesuai dengan konsep keseimbangan morfologi atau keseimbangan morfogenetik yang dikemukakan oleh Hellriegel pada tahun 1883 yang menekankan bahwa potensi pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas tanaman (Sitompul & Guritno 1995). Jika diartikan dalam pengertian sederhananya, konsep ini berarti bahwa semakin baik akar maka akan semakin tinggi hasil tanamannya. Dapat juga dikatakan bahwa pertumbuhan suatu bagian tanaman akan diikuti dengan pertumbuhan bagian lainnya (Sitompul & Guritno 1995). Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa eksplan yang diberikan perlakuan colchicine menunjukkan pertumbuhan jumlah akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol). Dari awal penanaman eksplan hingga pengamatan minggu ke-3 belum menunjukkan adanya pertumbuhan akar, tapi
32
pada minggu ke-4 mulai terlihat pertumbuhan akar eksplan. Pada perlakuan E (colchicine konsentrasi 2 mg/l) pertumbuhan akarnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kontrol.
Gambar 6 Grafik pertumbuhan jumlah akar eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan colchicine memberikan pengaruh yang besar dan beragam terhadap pertumbuhan jumlah akar eksplan jelutung. Hal ini dikarenakan konsentrasi colchicine yang digunakan bersifat sangat kritis, sehingga konsentrasi yang beragam ini menyebabkan pengaruh yang beragam juga (Eigsti & Dustin 1957).
4.4 Panjang Rata-rata Akar Eksplan Pengukuran panjang akar jelutung dilakukan setiap seminggu sekali selama 11 minggu sama dengan penghitungan pada tinggi dan jumlah akar jelutung. Pengukuran panjang akar yang dilakukan dengan cara menghitung panjang akar dari pangkal akar hingga ujung akar. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan colchicine terhadap panjang akar dapat dilihat pada Tabel 6.
33
Tabel 6 Hasil analisis sidik ragam panjang rata-rata akar eksplan Sumber keragaman Perlakuan Error Total
Derajat bebas 4 22 26
Jumlah kuadrat 0,682 6,999 7,681
Kuadrat tengah 0,171 0,318
F Hitung
F 0,05
0,536
2,82
Hasil analisis sidik ragam untuk panjang akar jelutung menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menerima hipotesis nol. Ini berarti bahwa pemberian konsentrasi colchicine terhadap panjang akar jelutung tidak berbeda nyata. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan uji lanjut atau uji Duncan. Menurut Gasperz (1991), konsekuensi dari keputusan tersebut adalah pengujian lebih lanjut tidak perlu dilakukan. Untuk mengetahui hasil rata-rata pertumbuhan panjang akar jelutung dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Histogram rata-rata panjang akar eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian colchicine memiliki hasil rata-rata panjang akar jelutung yang beragam. Hasil rata-rata panjang akar jelutung terpanjang adalah pada perlakuan E (colchicine 2 mg/l) yaitu 5,48 cm sedangkan hasil rata-rata panjang akar terkecil adalah pada kontrol yaitu 0,68 cm. Pada pengamatan yang dilakukan, bisa dikatakan pengaruh colchicine berbanding lurus terhadap pertumbuhan jumlah dan panjang akar eksplan jelutung. Pada Gambar 8 dapat dilihat siklus pertumbuhan panjang akar eksplan
34
jelutung. Pertumbuhan hasil terbaik pada panjang akar eksplan terdapat pada perlakuan E dengan laju pertumbuhan panjang akar yang meningkat drastis pada minggu pengamatan ke-9 (Gambar 8). Hal ini diperkirakan dikarenakan adanya perbedaan pengaruh akibat perlakuan konsentrasi colchicine.
Gambar 8 Grafik pertumbuhan panjang akar eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). 4.5 Jumlah Daun Eksplan Pertumbuhan vegetatif dicirikan dengan berbagai aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berhubungan dengan pembentukan dan pembesaran daun, pembentukan meristem apikal atau lateral dan pertumbuhannya menjadi cabang-cabang, dan ekspansi sistem perakaran tanaman (Lakitan 1996). Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun (Tjitrosoepomo 2007). Daun termasuk salah satu alat hara (organum nutrivum) pada tubuh tumbuhan selain batang dan akar. Pengolahan zat anorganik menjadi zat organik dilakukan di daun dengan bantuan sinar matahari tidak terkecuali juga pada jelutung dalam penelitian ini yang menggunakan sinar lampu sebagai pengganti sinar matahari. Perhitungan jumlah daun eksplan jelutung dilakukan pada waktu bersamaan dengan perhitungan akar dan tinggi eksplan yaitu seminggu sekali selama 11 minggu pengamatan. Perhitungan jumlah daun yang dihitung adalah penambahan jumlah daun baru pada eksplan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan colchicine terhadap pertumbuhan jumlah daun, maka
35
dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil analisis sidik ragam jumlah daun eksplan Sumber keragaman Perlakuan Error Total
Derajat bebas 4 22 26
Jumlah kuadrat 1,230 20,400 21,630
Kuadrat tengah 0,307 0,927
F Hitung
F 0,05
0,332
2,82
Hasil analisis sidik ragam untuk pertumbuhan jumlah daun menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menerima hipotesis nol. Ini berarti bahwa pemberian konsentrasi colchicine terhadap pertumbuhan jumlah daun eksplan jelutung tidak berbeda nyata. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan uji lanjut atau uji Duncan sesuai dengan
pernyataan
Gasperz
(1991).
Untuk
mengetahui
hasil
rata-rata
pertumbuhan jumlah daun eksplan jelutung dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Histogram rata-rata pertumbuhan jumlah daun eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian konsetrasi colchicine
memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian colchicine/kontrol. Hasil ratarata pertumbuhan jumlah daun terbesar adalah pada perlakuan D (konsentrasi colchicine 1,5 mg/l) dan pertumbuhan jumlah daun terkecil terdapat pada perlakuan A (kontrol) dan C (konsentrasi colchicine 1 mg/l) dimana sama sekali tidak tumbuh daun pada eksplan jelutung.
36
Daun yang tumbuh paling cepat terdapat pada eksplan perlakuan D (colchicine konsentrasi 1,5 mg/l). Pada perlakuan ini, selama masa pengamatan (11 minggu), daun eksplan sudah muncul 4 helai, sedangkan pada kontrol belum muncul sama sekali.
Gambar 10 Grafik pertumbuhan jumlah daun eksplan. (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Karakteristik daun suatu tanaman bisa berubah sesuai dengan perlakuan tanaman
yang diberikan pada tanaman tersebut (Sitompul & Guritno 1995).
Begitu juga yang terjadi pada eksplan biji jelutung ini. Pada penelitian ini daun lebih cepat tumbuh dan pada perlakuan colchicine konsentrasi 1,5 mg/l, ukuran dan jumlahnya lebih besar daripada konsentrasi yang lainnya. Pada konsentrasi ini daun sudah mulai tumbuh di minggu ke-6. Sedangkan pada konsentrasi yang lain daun paling cepat tumbuh pada minggu ke-8 dan tidak tumbuh sama sekali pada kontrol dan konsentrasi 1mg/l. Menurut teori yang ada, tumbuhan yang diberikan perlakuan konsentrasi colchicine seharusnya mempunyai ukuran daun yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan perlakuan konsentrasi colchicine. Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan, hal ini tidak bisa menjadi indikator pembanding, karena eksplan jelutung yang tidak diberikan perlakuan colchicine tidak tumbuh daun sama sekali. Namun, jika dilihat dari cepatnya pertumbuhan daun pada eksplan yang diberikan colchicine hal ini membuktikan bahwa pemberian konsentrasi colchicine memberikan pengaruh yang baik.
37
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumaryadi (2011), pemberian konsentrasi colchicine memberikan perbedaan yang nyata terhadap ukuran daun tanaman jelutung. Hal ini memiliki nilai positif bagi pertumbuhan tanaman dikarenakan daun yang lebih besar mengakibatkan reaksi fotosintesis berlangsung lebih maksimum. Pada daun yang lebih besar penyerapan sinar matahari berlangsung lebih maksimal dibandingkan daun yang ukurannya lebih kecil pada lingkungan intensitas cahaya matahari maksimal (Wiendra et al. 2011). Pemberian colchicine secara statistik tidak berbeda nyata, namun perlakuan dengan pemberian colchicine memiliki hasil rata-rata lebih besar dibandingkan perlakuan tanpa colchicine di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arisumi (1973), yang menyatakan bahwa tanaman tetraploid mempunyai batang, bunga, dan daun yang lebih besar dan tebal dibandingkan dengan tanaman diploid.
4.6 Ruas Baru Eksplan Perhitungan ruas baru pada eksplan jelutung dilakukan setiap seminggu sekali sama halnya dengan pengamatan pada akar, tinggi, dan daun eksplan jelutung selama 11 minggu. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan colchicine dengan konsentrasi yang berbeda-beda terhadap ruas baru maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhantubas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil analisis sidik ragam ruas baru eksplan Sumber keragaman Perlakuan Error Total
Derajat bebas 4 22 26
Jumlah kuadrat 0,367 2,300 2,667
Kuadrat tengah 0,092 0,105
F Hitung
F 0,05
0,877
2,82
Hasil analisis sidik ragam di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol, yang berarti pemberian konsentrasi colchicine terhadap ruas baru eksplan jelutung tidak berpengaruh nyata. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan uji lanjut atau uji Duncan. Untuk mengetahui hasil rata-rata ruas baru eksplan jelutung dapat dilihat pada Gambar 10.
38
Gambar 11 Histogram rata-rata ruas baru eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Berdasarkan Gambar 11 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian konsetrasi colchicine menunjukkan hasil yang beragam. Hasil rata-rata ruas baru eksplan terbesar adalah pada perlakuan D (konsentrasi colchicine 1,5 mg/l) sedangkan ruas baru eksplan terkecil terdapat pada perlakuan A (kontrol), B (konsentrasi colchicine 0,5mg/l) dan C (konsentrasi colchicine 1mg/l). Ruas baru eksplan serentak mulai tumbuh pada minggu ke-9 pengamatan (Gambar 12).
Gambar 12 Grafik ruas baru eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l,E: colchicine konsentrasi 2mg/l).
39
4.7 Pengaruh Konsentrasi Colchicine pada Pertumbuhan Eksplan Pengamatan tinggi, jumlah akar, panjang akar, jumlah daun, dan ruas baru eksplan biji jelutung dilakukan sebanyak 11 kali selama 11 minggu dengan intensitas pengamatan yang dilakukan seminggu sekali. Dari hasil pengamatan menunjukkan persentase hidup eksplan yang rendah, baik pada eksplan kontrol maupun yang diberikan perlakuan. Hal ini diduga disebabkan oleh pH media yang rendah, yaitu 4. tujuan awal dari penggunaan pH 4 ini adalah untuk menyesuaikan kondisi media dengan habitat alaminya. Akan tetapi setelah dicermati, penggunaan pH 4 ini menyebabkan ketersediaan N, P, K, dan S menjadi rendah serta bisa meningkatkan kegiatan Al sehingga berdaya meracun tanaman (Notohardiprawiro et al. 2006). Hal ini dikarenakan Fe dan Mn terlarutkan meningkat secara berlebihan, terbentuk asam butirat dari dekomposisi bahan organik yang tidak sempurna, dan terbentuk H2S yang bisa menghambat pernafasan akar dan mengganggu penyebaran hara (Notohardiprawiro et al. 2006). Selain itu, rendahnya persentase hidup eksplan juga diduga dikarenakan colchicine memberikan dampak negatif pada eksplan yang secara efektif menghentikan proses pembelahan sel sehingga eksplan mengalami kematian. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pada tinggi dan jumlah akar eksplan hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Pertumbuhan tinggi dan jumlah akar yang diberikan perlakuan colchicine mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan eksplan tanpa colchicine. Sedangkan pada panjang akar, jumlah daun, dan ruas baru eksplan hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Akan tetapi berdasarkan hasil rata-rata panjang akar, pertambahan jumlah daun, dan ruas baru eksplan yang diberikan perlakuan colchicine mempunyai hasil rata-rata yang dominan lebih besar untuk perlakuan yang diberikan colchicine dibandingkan yang tidak diberikan perlakuan. Pada kondisi lapangannya pun dapat dilihat adanya perbedaan antara perlakuan yang diberikan colchicine dengan perlakuan tanpa colchicine, baik tinggi, jumlah akar, panjang akar, jumlah daun, dan ruas baru eksplannya. Berdasarkan pengamatan ini dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan eksplan jelutung yang diberikan perlakuan colchicine mengalami
40
perubahan
sifat
yang dikarenakan adanya
mutasi
kromosom
sehingga
mengakibatkan perubahan sifat pada tanaman (Poespodarsono 1988). Dapat dikatakan juga bahwa sifat-sifat fisiologi tanaman poliploid akan mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya ukuran sel tanaman. Perubahan itu akan tampak pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara keseluruhan (Kuckuck et al. 1991 diacu dalam Wiendra et al. 2011). Secara keseluruhan perlakuan konsentrasi
colchicine memberikan
pengaruh yang bervariasi terhadap pertumbuhan eksplan jelutung. Menurut Avery et al. (1947) diacu dalam Wiendra et al. (2011), adanya pengaruh yang bervariasi ini dikarenakan colchicine yang diberikan pada setiap individu tanaman tidak mempengaruhi semua sel tanaman, tetapi hanya sebagian sel-sel saja. Pengaruh yang berbeda pada sel-sel tanaman disebabkan colchicine hanya efektif pada sel yang sedang aktif membelah. Selain itu, metode pemberian colchicine pada tanaman juga berpengaruh pada besar kecilnya mutasi yang terjadi. Sebagian besar eksplan yang diberi perlakuan colchicine mempunyai ukuran vegetatif yang relatif lebih besar dibanding eksplan kontrol, karena pada proses peningkatan poliploid yang berhasil diakibatkan oleh gagalnya proses mitosis menjelang terbentuknya dua anak sel, sedangkan kromosom sudah mengalami duplikasi maka isi sel tersebut mengandung jumlah kromosom dua kali lipat atau terjadi peningkatan ploidi. Tanaman yang telah meningkat ploidinya biasanya pertumbuhan awalnya akan lambat, tetapi pertumbuhan selanjutnya akan lebih besar ukurannya. Variasi ukuran vegetatif tanaman akibat perlakuan colchicine menunjukkan bahwa proses duplikasi kromosom atau peningkatan ploidi tidak seutuhnya berhasil 100%. Pengembangan tanaman melalui poliploidisasi dapat meningkatkan laju pertumbuhan 30-40% per musim diikuti dengan peningkatan hasil tanaman yang diperoleh (Biopact 2007 diacu dalam Zainudin 2010). Berdasarkan penjelasan tersebut diharapkan keberhasilan terbentuknya tetraploid pada tanaman jelutung nantinya akan diperoleh jenis jelutung tetraploid yang unggul karena secara kuantitas dan kualitas produksinya akan meningkat. Jenis tetraploid yang diperoleh memiliki vigor yang lebih baik, perakaran lebih panjang, dan lebih tebal.
41
Produksi panen yang dihasilkan dari tanaman tetraploid juga lebih unggul dibandingkan dengan jenis tetua diploidnya dan tanaman kontrol (pembanding). Menurut Zainudin (2010) dalam penelitiannya terhadap jarak pagar, secara ekonomis hasil tanaman tetraploid mempunyai potensi produksi minyak 62,5% lebih tinggi dibanding tetua diploidnya dan 39,2% lebih tinggi dibanding kontrol. Hal ini dikarenakan banyaknya kromosom sudah menjadi dua kali lipatnya, maka sel mempunyai kromosom dua kali lebih banyak dari sebelumnya (Sastrosumarjo dkk 2006). Pada parameter jumlah daun dan ruas baru eksplan jelutung antara kontrol dengan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh konsentrasi colchicine yang diberikan maupun cara perlakuan kurang optimal sehingga tidak berpengaruh pada pertumbuhan daun dan ruas baru eksplan. Hal ini juga dapat dikarenakan oleh respon setiap tanaman terhadap pemberian colchicine yang berbeda-beda. Selain itu, bisa juga dikarenakan perlakuan colchicine yang diberikan belum secara efektif mengganggu pembentukan benang pembelahan karena konsentrasi colchicine yang terlarut di dalam sel masih terlalu sedikit, sehingga proses polimerisasi protofilamen pada miktotubula masih tetap berlangsung (Anggraito 2004). Menurut Mansyurdin et al. (2002) diacu dalam Ritonga dan Wulansari (2010). Menyatakan bahwa pemberian colchicine pada konsentrasi rendah belum bisa menghambat pembentukan benang-benang gelendong, sehingga proses pemisahan kromosom pada stadium anafase tetap berlangsung dan pada akhirnya sel tersebut akan tetap diploid. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suryo (2007) diacu dalam Sejati (2008) yang menyatakan bahwa bila konsentrasi larutan masih terlalu rendah atau lamanya waktu perlakuan belum cukup, maka sifat tetraploid tanaman belum akan tercapai. Akan tetapi tidak dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi colchicine maka makin tinggi persentase sel yang tetraploid, karena tingginya konsentrasi colchicine akan mempertinggi persentase kematian kecambah pada tanaman (Mansyurdin et al. 2002, diacu dalam Ritonga & Wulansari). Dalam melakukan perlakuan colchicine diperlukan kehati-hatian untuk menentukan konsentrasi dan lama perendaman yang tepat (Anggraito 2004). Hal
42
ini dikarenakan colchicine adalah senyawa antimitotik yang memiliki batas konsentrasi penggunaannya. Bila konsetrasi colchicine melampaui ambang batas, maka akan menjadi bahan yang bersifat racun bagi tanaman. Nasir (2002) diacu dalam Anggraito (2004) menyatakan bahwa dalam menggunakan colchicine, hal yang sering menjadi hambatan adalah sering kali tidak diketahui saat sel-sel tanaman secara simultan mengalami mitosis pada waktu yang sama karena sedang aktif membelah. Bila saat mitosis pada setiap jenis tanaman diketahui, maka perlakuan dengan colchicine akan lebih efektif.