BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Bank Mandiri Pada akhir bulan Februari 1998, Pemerintah Republik Indonesia telah mengumumkan rencana untuk melakukan restrukturisasi BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo sebagai bagian dari kebijakan dan rencana Pemerintah RI untuk melakukan restrukturisasi dan rekapitalisasi sektor perbankan Indonesia. Untuk itu maka didirikan Bank Mandiri yang akan menerima merger ke-4 bank yang selanjutnya diharapkan akan menjadi pilar perbankan Indonesia. Sebagai bagian dari proses, terlebih dahulu dilakukan restrukturisasi terhadap ke-4 bank yang secara garis besar proses restrukturisasi hingga merger secara hukum adalah sebagai berikut: 1. Restrukturisasi kredit yang diberikan yang tercermin pada pengalihan kredit kepada Asset Management Unit (AMU) dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan kepada Bank Mandiri. 2. Retrukturisasi asset bukan kredit yang tercermin pada pengalihan aset tersebut kepada Bank Mandiri. 3. Integrasi kebijakan dan pelaksanaan operasi bank termasuk rasionalisasi kantorkantor dalam dan luar negeri. 4. Rasionalisasi sumber daya manusia yang dilaksanakan secara sukarela dan disertai dengan proses seleksi.
49
5. Merger secara hukum yang berakibat ke-4 bank akan bubar demi hokum tanpa didahului likuidasi dan Bank Mandiri merupakan bank hasil merger yang akan menerima hak (termasuk kredit kecil dan menengah), kewajiban (termasuk deposito, giro, tabungan, dan kewajiban bukan simpanan serta ekuitas ke-4 bank). 6. Kapitalisasi Bank Mandiri untuk menjadikan Bank Mandiri sebagai bank yang sehat. Dengan dilakukannya restrukturisasi sebelum merger dan kapitalisasi Bank Mandiri, maka pada saat merger secara hukum dilaksanakan, Bank Mandiri akan mempunyai organisasi dan sistem yang efisien serta sumber daya manusia yang profesional dan produktif. Disamping itu, keadaan keuangan Bank Mandiri akan menjadi sehat sebagaimana tercermin pada CAR sebesar 8,3% (lihat neraca proforma Bank Mandiri setelah merger per 31 Juli 1999 pada lampiran 1). Dalam rangka proses restrukturisasi dan merger telah ditunjuk beberapa konsultan independen yang profesional guna mewujudkan Bank Mandiri sebagai bank yang solid dan mengacu kepada international best practice. Beberapa konsultan tersebut antara lain adalah Deutsche Bank (penasehat keuangan), Hadiputranto, Hadinoto & Partners (penasehat hokum merger), Wiriadinata & Widyawan (penasehat hukum perusahaan), McKinsey & Company (konsultan untuk rasionalisasi kantor dalam negeridan back office), Andersen Consulting (konsultan untuk teknologi informasidan controlling), Hay Management (konsultan SDM), PT. Gahana Relasindo (konsultan komunikasi ekstern), IndoAd (konsultan komunikasi intern), PT. Dayamandiri Dharmakonsilindo
50
(konsultan dana pensiun dan yayasan), PT. Pengembangan Sumberdaya Mandiri (konsultan Bank Syariah), dan Sutjipto (notaris). 4.1.2. Bank Bank Tabungan Negara (BTN) Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia pada tahun 1897. Pada tahun 1942, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku atau chokinkyoku (貯金局?). Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1998 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini. Sejarah BTN: 1897:Berdiri dengan nama Postpaar Bank 1942-1945:Berubah nama menjadi Chokin Kyoku 1950:Menjadi Bank Tabungan Pos 1963:Menjadi Bank Tabungan Negara 1968:Resmi dimiliki Pemerintah(BUMN) 1974:Pelayanan lebih difokuskan 1989:Mendapat izin bank umum dan penerbitan obligasi 1992:Menjadi Persero 1994:Mendapat izin bank devisa 2000:Ikut program Rekapitulasi
51
2002:Pinjaman Tanpa Subsidi 2003:Restrukturisasi 2005:Peluncuran BTN Syariah 2008:Sekuritisasi Aset 4.1.3. Bank Negara Indonesia (BNI) Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas Bagi sektor usaha nasional.
52
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus. Pada
tahun 2004
identitas perusahaan
yang
diperbaharui
mulai
digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir
pada
era
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara 53
Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. 54
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing. Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. BNI menawarkan layanan jasa keuangan terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan anak: Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance.
55
Di akhir tahun 2013, jumlah aset yang dimiliki BNI tercatat sebesar Rp386,7 triliun dan jumlah karyawan sebanyak 26.100 orang. Jaringan layanan BNI tersebar di seluruh Indonesia melalui ke-1.693 outlet domestik dan di luar negeri melalui cabang-cabang di New York, London, Tokyo, Hong Kong, Singapura dan Osaka. Jaringan ATM BNI saat ini tercatat sebanyak 11.163 unit ATM milik sendiri. Layanan BNI juga tersedia melalui 42.000 EDC, Internet Banking, dan SMS Banking. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan Negara, institusi, domestik dan asing. Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. BNI menawarkan layanan jasa keuangan terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan anak: Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI
Securities
dan
BNI
Life
Insurance.
Di akhir tahun 2013, jumlah aset yang dimiliki BNI tercatat sebesar Rp386,7 triliun dan jumlah karyawan sebanyak 26.100 orang. Jaringan layanan BNI tersebar di seluruh Indonesia melalui ke-1.693 outlet domestik dan di luar negeri melalui cabang-cabang di New York, London, Tokyo, Hong Kong, Singapura dan Osaka. Jaringan ATM BNI saat ini tercatat sebanyak 11.163 unit ATM milik sendiri. Layanan BNI juga tersedia melalui 42.000 EDC, Internet Banking, dan SMS Banking. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada
56
sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara. 4.1.4. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah
pertama
di
Republik
Indonesia.
Dalam
masa
perang
mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. 57
Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim). Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undangundang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undangundang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
58
4.2.
Statistik Deskriptif
4.2.1. Bank Mandiri
Aspek Capital Assets Earning Liquidity
Tabel 4.1 Rasio Keuangan PT. Bank Mandiri Tahun Komponen 2009 2010 2011 Penilaian CAR 15,43% 13,36% 15,34% BDR 1,86% 1,57% 1,59% KAP 3,75% 3,22% 2,84% ROA 3,13% 3,50% 3,37% BOPO 70,72% 66,43% 67,22% LDR 59,15% 65,44% 71,65%
2012 15,48% 1,45% 2,77% 3,55% 63,93% 77,66%
2013 14,93% 1,43% 2,86% 3,66% 62,41% 82,97%
Sumber: data annual report 2013 PT. Bank Mandiri Perhitungan nilai kredit berdasarkan rasio keuangan yang terdapat pada annual report Bank Mandiri. 4.2.1.1. Capital Berdasarkan ketentuan yang telah dijelaskan bahwa untuk setiap kenaikan 0,1% dari 8% nilai kredit (81) ditambah dengan 1 dengan maksimum 100, dan untuk setiap penurunan 0,1% dari 7,9% nilai kredit (65) dikurangi 1 dengan minimum 0 maka formulanya adalah sebagai berikut: = 1. Tahun 2009 Rasio
= 15,43% (sehat)
Nilai Kredit
= (15,43% - 8%) : 0.1% = 74,3 = 74,3 × 25% = 18,58
59
− 8% 0,1 %
2. Tahun 2010 Rasio
= 13,36%
Nilai Kredit
= (13,36% - 8%) : 0,1% = 53,6 = 53,6 × 25% = 13,4
3. Tahun 2011 Rasio
= 15,34%
Nilai Kredit
= (15,34% - 8%) : 0,1% = 74,3 = 74,3 × 25% = 18,58
4. Tahun 2012 Rasio
= 15,48%
Nilai Kredit
= (15,48% - 8%) : 0,1% = 74,8 = 74,8 × 25% = 18,7
5. Tahun 2013 Rasio
= 14,93%
Nilai Kredit
= (14,93% - 8%) :0,1% = 69,3 = 69,3 × 25% = 17,33
4.2.1.2. Assets Untuk menghitung nilai kredit komponen assets, terdapat dua rasio yang digunakan yaitu bad debt ratio dan kualitas aktiva produktif, dengan bobot masing komponen secara berurutan adalah 25% untuk bad debt ratio dan 5% untuk kualitas aset produktif.
60
1. Bad Debt Ratio Ketentuan untuk perhitungan bad debt ratio adalah nilai kredit poin diberikan mulai dari 0 (nol) sampai dengan maksimum 100. Nilai kredit dihitung sebagai berikut: untuk BDR = 15,5% atau lebih, diberi nilai kredit = 0 (nol). Untuk setiap penurunan 1% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum niali 100, maka formula atau rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: =
, % ,
%
a. Tahun 2009 Rasio
= 1,86% (sehat)
Nilai Kredit
= (15,5% - 1,86%) : 0,15% = 90,93 = 90,93 × 25% = 22,73
b. Tahun 2010 Rasio
= 1,57% (sehat)
Nilai Kredit
= (15,5% - 1,57%) : 0,15% = 93,53 = 93,53 × 25% = 23,38
c. Tahun 2011 Rasio
= 1,59% (sehat)
Nilai Kredit
= (15,5% - 1,59%) : 0,15% = 92,73 = 92,73 × 25% = 23,18
d. Tahun 2012 Rasio
= 1,45% (sehat)
Nilai Kredit
= (15,5% - 1,45%) : 0,15% = 93,67
61
= 93,67 × 25% = 23,42 e. Tahun 2013 Rasio
= 1,43% (sehat)
Nilai Kredit
= (15,5% - 1,43%) : 0,15% = 93,80 = 93,80 × 25% = 23,45
2. Kualitas Aset Produktif Ketentuan dalam perhitungan nilai kredit untuk kualitas aset produktif adalah nilai kredit poin diberikan dari 0 (nol) sampai dengan maksimum 100. Nilai kredit dihitung sebagai berikut: untuk rasio = 0 (nol), yang artinya tidak memiliki cadangan, diberi nilai kredit = 0 (nol). Untuk setiap kenaikan 1% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum nilai = 100, maka rumus perhitungannya adalah =
sebagai berikut: a. Tahun 2009 Rasio
= 3,75% (sehat)
Nilai Kredit
= (1 + 3,75%) : 0,1% = 47,50 = 47,50 × 5% = 2,38
b. Tahun 2010 Rasio
= 3,22% (sehat)
Nilai Kredit
= (1 + 3,22%) : 0,1% = 42,20 = 42,20 × 5% = 2,11
c. Tahun 2011 Rasio
= 2,84% (sehat)
62
, %
Nilai Kredit
= (1 + 2,84%) : 0,1% = 38,40 = 38,40 × 5% = 1,92
d. Tahun 2012 Rasio
= 2,77% (sehat)
Nilai Kredit
= (1 + 2,77%) : 0,1% = 37,70 = 37,70 × 5% = 1,89
e. Tahun 2013 Rasio
= 2,86% (sehat)
Nilai Kredit
= (1 + 1,86%) : 0,1% = 28,60 = 28,60 × 5% = 1,43
4.2.1.3. Manajemen Untuk komponen manajemen penulis membatasi pembahasannya oleh karena keterbatasan waktu dan kapasitas penulis, serta jumlah objek penelitian yaitu sebanyak 4 (empat) bank BUMN dimana dalam melakukan penelitian terhadap komponen manajemen yaitu dengan memberikan pertanyaanpertanyaan yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan hasil perolehan bahwa untuk komponen manajemen dalam 4 (empat) bank yang bersangkutan adalah dinilai baik dan telah dilaksanakan berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia berdasarkan annual report dari keempat bank tersebut. Oleh karena itu, untuk aspek manajemen penulis tidak menyertakan dalam perhitungan nilai credit point.
63
4.2.1.4. Earning 1. ROA Nilai kredit point untuk ROA sebesar 100% atau lebih, diberi nilai kredit sebesar 0 (nol). Untuk setiap kenaikan 0,015% nilai kredit ditambah 1 maksimum 100. Bobot nilai untuk ROA adalah 5%. Rumus perhitungan nilai kredit ROA adalah sebagai berikut: =
a. Tahun 2009 Rasio
= 3,13% (sehat)
Nilai kredit
= 3,13% : 0,015% = 208,67 = 208,67 × 5% = 10,43
b. Tahun 2010 Rasio
= 3,50% (sehat)
Nilai Kredit
= 3,50% : 0,015% = 233,33 = 233,33 × 5% = 11,67
c. Tahun 2011 Rasio
= 3,37% (sehat)
Nilai Kredit
= 3,37% : 0,015% = 224,67 = 224,67 × 5% = 11,23
d. Tahun 2012 Rasio
= 3,55% (sehat)
Nilai Kredit
= 3,55% : 0,015% = 236,67
64
0,015%
= 236,67 × 5% = 11,83 e. Tahun 2013 Rasio
= 3,66% (sehat)
Nilai Kredit
= 3,66% : 0,015% = 244 = 244 × 5% = 12,2
2. BOPO Nilai kredit point untuk BOPO sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit sebesar 0 (nol). Untuk setiap kenaikan 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot nilai untuk BOPO adalah 5%, dengan formula perhitungan sebagai berikut: =
100% − 0,08
a. Tahun 2009 Rasio
= 70,72% (sehat)
Nilai kredit
= (100% - 70,72%) : 0,08% = 366 = 366 × 5% = 18,3
b. Tahun 2010 Rasio
= 66,43% (sehat)
Nilai Kredit
= (100% - 66,43%) : 0,08% = 419,63 = 419,63 × 5% = 20,98
c. Tahun 2011 Rasio
= 67,22% (sehat)
Nilai Kredit
= (100% - 67,22%) : 0,08% = 409,75
65
= 409,75 × 5% = 20,49 d. Tahun 2012 Rasio
= 63,93% (sehat)
Nilai kredit
= (100% - 63,93%) : 0,08 = 450,88 = 450,88 × 5% = 22,54
e. Tahun 2013 Rasio
= 62,41 (sehat)
Nilai Kredit
= (100% - 62,41%) : 0,08 = 469,88 = 469,88 × 5% = 23,49
4.2.1.5. Liquidity Untuk aspek likuiditas penulis membatasi penilaian untuk LDR dengan ketentuan dari Bank Indonesia untuk rasio LDR sebesar 110%, atau bila melebihi diberi nilai kredit 0 yang artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat; dan untuk rasio LDR di bawah 110% diberi nilai kredit 100 yang artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Untuk rasio LDR pada bank mandiri tercatat telah memenuhi kriteria Bank Indonesia dengan masing-masing rasio pada tahun 2009 sebesar 59,15%, tahun 2010 sebesar 65,44%, tahun 2011 sebesar 71,65%, tahun 2012 sebesar 77,66%, tahun 2013 82,97 oleh karena itu nilai kredit yang diberikan adalah 100 yang kemudian dikalikan dengan 10% yang merupakan bobot dari komponen likuiditas sehingga bobot yang diperoleh adalah sebesar 10 untuk setiap tahunnya. Berikut tabel rekapitulasi untuk nilai kredit point komponen CAMEL pada PT. Bank Mandiri: 66
Tabel 4.2 Rekapitulasi Perhitungan Nilai Credit Point PT. Bank Mandiri Faktor yang dinilai
No 1
Capital
2
Assets
3
Earning
4
Liquidity Total
Nilai Kredit Komponen CAR BDR KAP ROA BOPO LDR
2009 18,58 22,73 2,38 10,43 18,30 10,00 82,43
2010 13,40 23,38 2,11 11,67 20,98 10,00 81,54
2011 18,58 23,18 1,920 11,23 20,49 10,00 85,40
2012 18,70 23,42 1,89 11,83 22,54 10,00 88,38
2013 17,33 23,45 1,43 12,20 23,49 10,00 87,90
Sumber: Data yang diolah 4.2.2. Bank Tabungan Negara
Aspek Capital Assets Earning Liquidity
Tabel 4.3 Rasio Keuangan PT. Bank Tabungan Negara Tahun Komponen Penilaian 2009 2010 2011 2012 2013 CAR 21,54% 16,74% 15,03% 17,69% 15,62% BDR 2,42% 2,80% 2,34% 3,68% 3,60% KAP 1,33% 1,27% 1,17% 1,10% 1,01% ROA 1,47% 2,05% 2,03% 1,94% 1,79% BOPO 87,87% 82,39% 81,75% 80,74% 82,19% LDR 101,29% 108,42% 102,57% 100,90% 104,42%
Sumber: Data Annual Report 2013 PT. Bank Tabungan Negara Berikut adalah hasil perolehan nilai kredit untuk masing-masing komponen dengan metode yang sama pada PT. Bank Tabungan Negara berdasarkan perhitungan yang terlampir. Tabel 4.4 Rekapitulasi Perhitungan Nilai Credit Point PT. Bank Tabungan Negara Nilai Kredit Faktor No Komponen yang dinilai 2010 2011 2012 2013 2009 1
Capital
2
Assets
3
Earning
4
Liquidity Total
CAR BDR KAP ROA BOPO LDR
33,85 21,80 1,17 4,90 7,58 10,00 79,30
Sumber: Data yang diolah
67
21,85 21,17 1,14 6,83 11,01 10,00 72,00
17,58 21,93 1,09 7,67 11,41 10,00 69,68
22,73 17,70 1,09 6,47 12,04 10,00 70,03
19,05 19,83 1,01 5,97 11,13 10,00 66,99
4.2.3. Bank BNI
Aspek Capital Assets Earning Liquidity
Tabel 4.5 Rasio Keuangan PT. Bank Negara Indonesia Tahun Komponen Penilaian 2009 2010 2011 CAR 13,78% 18,60% 17,60% BDR 3,24% 3,00% 2,65% KAP 4,03% 3,53% 3,20% ROA 1,72% 2,50% 2,90% BOPO 84,86% 76,00% 72,60% LDR 64,06 70,20% 70,40%
2012 16,70% 2,11% 2,62% 2,90% 71,00% 77,50%
2013 15,10% 1,47% 1,93% 3,40% 67,10% 85,30%
Sumber: data annual report 2013 PT. Bank Negara Indonesia Berikut adalah hasil perolehan nilai kredit untuk masing-masing komponen dengan metode yang sama pada PT. Bank Negara Indonesia berdasarkan perhitungan yang terlampir.
No 1 2 3 4
Tabel 4.6 Rekapitulasi Perhitungan Nilai Credit Point PT. Bank Negara Indonesia Nilai Kredit Faktor Komponen yang dinilai 2010 2011 2012 2013 2009 Capital CAR 14,45 26,50 24,00 21,75 17,75 BDR 20,43 20,83 21,42 22,32 23,38 Assets KAP 2,52 2,27 2,10 1,81 1,47 ROA 5,73 8,33 9,67 9,67 11.33 Earning BOPO 9,46 15,00 17,13 18,13 20,56 Liquidity LDR 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 Total 62,59 82,93 84,32 83,68 84,49
Sumber: Data yang diolah 4.2.4. Bank BRI
Aspek Capital Assets Earning Liquidity
Tabel 4.7 Rasio Keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia Tahun Komponen Penilaian 2010 2011 2009 CAR 13,20% 13,76% 14,96% BDR 4,29% 4,58% 4,51% KAP 2,59% 2,19% 1,79% ROA 3,73% 4,64% 4,93% BOPO 77,64% 70,86% 66,69% LDR 80,88% 75,17% 76,20%
Sumber: data annual report 2013 PT. Bank Rakyat Indonesia
68
2012 2013 16,95% 16,99% 3,43% 2,90% 1,19% 1,06% 5,15% 5,03% 59,93% 60,58% 79,85% 88,54%
Berikut adalah hasil perolehan nilai kredit untuk masing-masing komponen dengan metode yang sama pada PT. Bank Rakyat Indonesia berdasarkan perhitungannya yang terlampir.
No 1 2 3 4
Tabel 4.8 Rekapitulasi Perhitungan Nilai Credit Point PT. Bank Rakyat Indonesia Nilai Kredit Faktor Komponen yang dinilai 2010 2011 2012 2013 2009 Capital CAR 13,30 14,40 17.40 22,38 22,48 BDR 18,68 18,20 18,32 20,12 21,00 Assets KAP 1,80 1,60 1,40 1,10 1,03 ROA 12,43 15,47 16,43 17,17 16,27 Earning BOPO 13,98 18,21 20,82 25,04 24,64 Liquidity LDR 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 Total 70,19 77,88 84,37 95,81 95,42
Sumber: Data yang diolah 4.3.
Pengujian Hipotesis Rumusan hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 : Terdapat indikasi kebangkrutan pada bank BUMN di Indonesia H1 : Tidak terdapat indikasi kebangkrutan pada bank BUMN di Indonesia Berdasarkan hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat indikasi kebangkrutan pada bank BUMN di Indonesia, karena hasil perhitungan nilai kredit poin menunjukan bahwa semua bank BUMN di inonesia berada pada kriteria yang sehat, walaupun ada beberapa komponen yang tidak memenuhi kriteria kurang sehat, ini dikarenakan dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasan atau penelitiannya pada aspek manajemen, dimana aspek manajemen tersebut memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam penilaian kesehatan bank dengan nilai kredit poin sebesar 25%. Oleh karena itu, hasil dari pengujian hopotesisnya adalah sebagai berikut: Tolak Ho, terima H1
69
4.4.
Pembahasan
4.4.1. Kesehatan Bank BUMN Dilihat Dari Rasio-Rasio Dalam Komponen CAMEL 4.4.1.1. Bank mandiri 1. Rasio CAR
Persentase
CAR 16.00 15.50 15.00 14.50 14.00 13.50 13.00 12.50 12.00
15.43
15.34
15.48
14.93
CAR Linear (CAR) 13.36
2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.1 CAR pada PT. Bank Mandiri Berdasarkan gambar 4.1 diatas terlihat bahwa aspek permodalan yang dimiliki oleh bank mandiri jauh di atas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8% dengan dengan tren rata-rata berdasarkan garis linear yaitu meningkat dari tahun ke tahun walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2010. Oleh karena itu dapat dikatakan untuk faktor permodalan Bank mandiri berada pada posisi yang sehat. 2. Rasio BDR
BDR 2.00% Persentase
1.50%
1.86% 1.59%
1.57%
1.45%
1.43%
1.00%
BDR Linear (BDR)
0.50% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
Gambar 4.2 BDR pada PT. Bank Mandiri 70
2012
2013
Semakin kecil rasio ini menujukan bahwa kualitas aset yang dimiliki oleh suatu bank semakin bagus. Untuk rasio BDR, bank mandiri mencatat angka di bawah 2% dengan tren yang semakin menurun dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Ini menunjukan bahwa kualitas asset yang dimiliki oleh bank mandiri dinilai bagus karena rasio tersebut menjelaskan bahwa aktiva produktif yang dimiliki oleh Bank Mandiri berkualitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa peringkat kesehatan Bank mandiri adalah sehat. 3. Rasio KAP
KAP
Persentase
4.00% 3.00%
3.75% 3.22%
2.84%
2.00%
2.77%
2.86%
KAP Linear (KAP)
1.00% 0.00% 2009
2010 2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.3 KAP pada PT. Bank Mandiri Cadangan aktiva produktif adalah cadangan yang dibentuk guna mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya penanaman atau alokasi dan yang telah dilakukan oleh bank. Makin tinggi jumlah kredit bermasalah maka makin tinggi cadangan aktiva produktifnya karena buruknya kolektibilitas aktiva produktifnya. Dari gambar di atas menunjukan tren penurunan untuk rasio KAP dimana tren ini menunjukan bahwa cadangan aktiva produktif yang dibentuk semakin menurun oleh karena menurunnya jumlah kredit bermasalah pada tahun 2009 sampai dengan 2013.
71
4. Rasio ROA
ROA 3.80%
3.66% 3.55%
Persentase
3.60%
3.50%
3.40% 3.00%
ROA
3.37%
3.20%
Linear (ROA)
3.13%
2.80% 2009
2010
2011
2012
2013
Periode
Gambar 4.4 ROA pada PT. Bank Mandiri Semakin besar ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baiknya posisi bank dari segi penggunaan aset. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang sehat yaitu bank dengan rasio ROA sebesar lebih dari 1,5%. Oleh Bank Mandiri mencatat rasio ROA di atas 3% dengan tren yang semakin menigkat dari tahun 2009 sampai 2013. Ini menunjukan bahwa Bank Mandiri dapat dikategorikan ke dalam kelompok Bank yang sehat. 5. Rasio BOPO
BOPO
Persentase
100.00% 80.00%
70.72%
66.43%
77.66%
67.22%
60.00%
BOPO
63.93%
40.00%
Linear (BOPO)
20.00% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
Gambar 4.5 BOPO pada PT. Bank Mandiri
72
2012
2013
Untuk rasio BOPO, Bank Indonesia menetapkan ketentuan bahwa setiap bank harus memiliki rasio BOPO di bawah angka 83%. Semakin kecil rasio ini akan lebih baik karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya operasional dengan pendapatan operasionalnya. Pada gambar 4.5 di atas menunjukan bahwa untuk rasio BOPO pada Bank Mandiri, tercatat di bawah angka 83% dengan tren yang menunjukan peningkatan rasio ini namum masih mencapai angka di bi bawah ketentuan dengan perolehan rasio yang paling tinggi yaitu pada tahun 2013 sebesar 77,66%. 6. Rasio LDR
LDR Persentase
100.00% 80.00% 60.00%
59.15%
65.44%
71.65%
77.66%
82.97%
LDR Linear (LDR)
40.00% 20.00% 0.00% 2009
2010
2011
2012
2013
Periode
Gambar 4.6 LDR pada PT. Bank Mandiri Bank Indonesia menetapkan rasio LDR yaitu sebesar 110%, apabila melebihi artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat, dan apabila rasio di bawah 110% maka artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa Bank Mandiri mempunyai aspek likuiditas yang baik walaupun tren perkembangan rasio
73
selama 5 tahun mengalami kenaikan akan tetapi Bank Mandiri masih mampu menajaga rasio di bawah angka 110%. 4.4.1.2. Bank Tabungan Negara 1. Rasio CAR
CAR
Persentase
25.00%
21.54%
20.00%
17.69%
15.00%
16.74%
15.62%
15.03%
10.00%
CAR Linear (CAR)
5.00% 0.00% 2009
2010
2011
2012
2013
Periode
Gambar 4.7 CAR pada PT. Bank Tabungan Negara Berdasarkan gambar 4.7 dapat dikatakan bahwa Bank Tabungan Negara menunjukan rasio kecukupan modal yang sehat karena meskipun mengalami tren penurunan dari tahun 2009 namun tetap memenuhi ketentuan Bank Indonesia yaitu berada di atas angka 8%. 2. Rasio BDR
BDR
Persentase
4.00% 3.00%
3.68% 3.60%
2.80% 2.42%
BDR
2.34%
2.00%
Linear (BDR)
1.00% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
Gambar 4.8 BDR pada PT. Bank Tabungan Negara
74
2013
Pada gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa perkembangan angka BDR pada BTN mengalami tren kenaikan. Meskipun demikian angka tertinggi dalam 5 (lima) tahun terkahir ini masih dalam taraf yang bisa ditoleransi sehingga BTN dilihat dari segi BDR masih tergolong sehat. 3. Rasio KAP
KAP 1.50%
Persentase
1.33%
1.00%
1.27%
1.17% 1.10%
1.01%
KAP Linear (KAP)
0.50% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.9 KAP pada PT. Bank Tabungan Negara Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa BTN dalam kategori yang sehat, karena rasio KAP berada di atas ketentuan minimum Bank Indonesia yaitu 0.99% meskipun tren perkembangannya mengalami penurunan dalam 5 (lima) tahun terakhir yaitu di angka 1,33% pada tahun 2009 dan terus menurun sampai angka 1.01% pada tahun 2013. 4. Rasio ROA
ROA 2.50% 2.05%
2.03%
Persentase
2.00% 1.94%
1.50%
1.79%
1.47%
1.00%
ROA Linear (ROA)
0.50% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
Gambar 4.10 ROA pada PT. Bank Tabungan Negara
75
2013
Pada gambar di atas disimpulkan bahwa terdapat tren peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2013 dan dapat dikategorikan dalam kondisi sehat meskipun pada tahun 2009 ROA bank pada BTN tercatat sebesar 1,47%. Angka ini kurang dari ketetapan Bank indonesia yaitu angka minimum ROA adalah 1,5%. Walaupun ROA pada tahun 2009 ini kurang dari ketetapan minimum, akan tetapi Bank indonesia tidak memberlakukan ketentuan yang ketat, sepanjang bank tersebut tidak mengalami kerugian atau tidak ada tanda-tanda atau kecenderungan untuk mengalami kerugian pada masa yang akan datang, maka hal tersebut cukup dipahami oleh Bank Sentral (Eko, 2012). 5. Rasio BOPO
Persentase
BOPO 90.00% 88.00% 86.00% 84.00% 82.00% 80.00% 78.00% 76.00%
87.87%
BOPO 82.39%
82.19%
81.75%
Linear (BOPO)
80.74%
2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.11 BOPO pada PT. Bank Tabungan Negara Ketentuan Bank Indonesia untuk rasio BOPO adalah di bawah angka 83%. Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2009 BTN mencatat rasio BOPO sebesar 87.87%, maka pada tahun 2009 BTN dalam kodisi yang kurang sehat karena beban operasionalnya yang besar di bandingkan dengan pendapatan operasional. Namun secara umum
76
terdapat tren penurunan untuk rasio BOPO pada BTN yaitu pada tahun 2010 sampai tahun 2013 yaitu di bawah angka 83%. Oleh karena itu BTN dapat dikategorikan sehat, karena adanya upaya peningkatan pendapatan operasional yang dapat meng-cover beban operasionalnya. 6. Rasio LDR
Persentase
LDR 110.00% 108.00% 106.00% 104.00% 102.00% 100.00% 98.00% 96.00%
108.42% 104.42%
LDR Linear (LDR)
102.57%
101.29%
100.90%
2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.12 LDR pada PT. Bank Tabungan Negara Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa BTN termasuk dalam kategori sehat, karena berada di bawah angka 110% sesuai ketentuan Bank Indonesia. 4.4.1.3. Bank Negara Indonesia 1. CAR
CAR 20.00%
18.60%
17.60%
Persentase
15.00% 10.00%
16.70%
15.10%
13.78%
CAR Linear (CAR)
5.00% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
Gambar 4.13 CAR pada PT. Bank Negara Indonesia
77
2013
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa perkembangan CAR pada BNI menunjukan tren yang stabil dan meningkat pada tahun 2010 yaitu sebesar 18,60%. Oleh karena itu BNI dikategorikan dalam kelompok sehat karena memenuhi ketentuan Bank Indonesia dimana CAR minimum sebesar 8%. 2. BDR
BDR
Persentase
4.00%
3.24%
3.00%
3% 2.65%
BDR
2.11%
2.00% 1.47%
1.00%
Linear (BDR)
0.00% 2009
2010
2011
2012
2013
Periode
Gambar 4.14 BDR pada PT. Bank Negara Indonesia Semakin kecil rasio ini, maka semakin baik kualitas aktiva yang dimiliki oleh bank bersangkutan. Berdasarkan gambar di atas BNI dapat dikategorikan sebagai bank yang sehat karena mengalami penurunan rasio BDR untuk setiap tahunnya dari tahun 2009 sampai tahun 2013 3. KAP
KAP
Persentase
5.00%
4.03% 3.53%
4.00%
3.20% 2.62%
3.00%
1.93%
2.00%
KAP Linear (KAP)
1.00% 0.00% 2009
2010
2011
2012
Periode
Gambar 4.15 KAP pada PT. Bank Negara Indonesia
78
2013
Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa tren perkembangan rasio KAP mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai 2013, ini menunjukan bahwa adanya penurunan cadangan aktiva produktif namun masih berada di atas ketentuan minimum Bank Indonesia yaitu sebesar 0,99%. 4. ROA
ROA
Persentase
4.00%
3.40% 2.90%
3.00%
2.90%
2.50%
ROA
2.00%
Linear (ROA)
1.72%
1.00% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.16 ROA pada PT. Bank Negara Indonesia Pada gambar di atas menunjukkan bahwa tren perkembangan ROA pada BTN menunjukan perkembangan yang sangat signifikan dari tahun 2009 sampai 2013 dimana rasio ROA ini jauh di atas ketetapan Bank Indonesia yaitu minimum ROA sebesar 1,5%. Hal ini menunjukan bahwa BNI dikategorikan dalam kondisi sehat.
79
5. BOPO
BOPO 100.00% Persentase
80.00%
84.86% 76%
60.00%
72.60%
71.09%
67.10%
40.00%
BOPO Linear (BOPO)
20.00% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.17 BOPO pada PT. Bank Negara Indonesia Pada gambar di atas untuk tahun 2009 BNI mencatat angka BOPO sebesar 84,86% dimana angka tersebut di atas ketetapan Bank Indonesia untuk maksimum BOPO yaitu 83%. Namun dalam perkembangannya BNI berhasil menurunkan Beban Operasionalnya dengan mencatat rasio BOPO kurang dari angka 83% sampai tahun 2013.
Persentase
6. LDR
110.00% 108.00% 106.00% 104.00% 102.00% 100.00% 98.00% 96.00%
LDR 108.42% 104.42%
LDR Linear (LDR)
102.57% 101.29%
2009
100.90%
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.18 LDR pada PT. Bank Negara Indonesia Pada gambar di atas BNI dikategorikan sebagai Bank yang sehat dengan angka rasio LDR di bawah 110% sesuai ketentuan Bank Indonesia.
80
4.4.1.4. Bank Rakyat Indonesia 1. CAR
CAR 20.00%
16.95% 13.76%
Persentase
15.00% 10.00%
16.99%
14.96%
CAR
13.20%
Linear (CAR) 5.00% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.19 CAR pada PT. Bank Rakyat Indonesia Pada gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa BRI berada pada kategori sehat karena rasio CAR berada jauh di atas ketentuan minimum CAR oleh Bank Indonesia yaitu 8%. Dan tren menunjukkan bahwa meningkatnya CAR dari tahun 2009 sampai 2013. 2. BDR
BDR 5.00% Persentase
4.00%
4.51% 4.29%
4.58%
3.00%
3.43% 2.90%
2.00%
BDR Linear (BDR)
1.00% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.20 BDR pada PT. Bank Rakyat Indonesia Pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa tren perkembangan rasio BDR pada BRI mengalami penurunan. Hal ini menunjukan semakin 81
kecil aktiva produktif yang diklasifikasikan dimana mengindikasikan bahwa BRI tergolong dalam kategori sehat. 3. KAP
KAP 3.00%
2.59%
Persentase
2.50% 2.00%
2.19%
KAP
1.79%
1.50% 1.00%
1.19%
Linear (KAP) 1.06%
0.50% 0.00% 2009
2010
2011
2012
2013
Periode
Gambar 4.21 KAP pada PT. Bank Rakyat Indonesia Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa KAP berada di atas 0,99% ketentuan Bank Indonesia walaupun mengalami penurunan setiap tahunnya, akan tetapi masih tergolong sehat. 4. ROA
ROA 6.00%
Persentase
5.00%
4.93%
4.64%
5.15%
5.03%
4.00% 3.00%
ROA
3.73%
Linear (ROA)
2.00% 1.00% 0.00% 2009
2010
2011
2012
Periode
Gambar 4. 22 ROA pada PT. Bank Rakyat Indonesia
82
2013
Ketentuan Bank Indonesia untuk rasio ROA adalah harus di atas 1,5%. Pada gambar di atas tercatat rasio ROA BRI pada tahun 2009 sampai 2013 mengalami tren peningkatan dengan angka rasio jauh di atas 1,5%. Oleh karena itu dapat dikategorikan sebaga bank yang sehat. 5. BOPO
BOPO Persentase
100.00% 80.00% 77.64%
60.00%
70.86%
66.69% 59.93%
40.00%
BOPO
60.58%
Linear (BOPO)
20.00% 0.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
2013
Gambar 4.23 BOPO pada PT. Bank Rakyat Indonesia Pada gambar di atas BOPO pada BRI berada di bawah 83% berdasarkan ketentuan Bank Indonesia dengan tren penurunan yang menunjukkan bahwa bank telah berhasil meminimalisir beban operasional dan menaikkan pendapatan operasional. 6. LDR
LDR 90.00% Persentase
88.54%
85.00%
80.88%
80.00%
LDR
79.85%
75.00%
75.17%
76.20%
Linear (LDR)
70.00% 65.00% 2009
2010
2011 Periode
2012
Gambar 4.24 LDR pada PT. Bank Rakyat Indonesia
83
2013
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa BRI tergolong sehat karena mencatat angka LDR di bawah 110% sesuai ketentuan Bank Indonesia. 4.4.2. Kesehatan Bank Dilihat Dari Jumlah Angka Credit Point untuk Masing-Masing Komponen dalam CAMEL 4.4.2.1. Bank Mandiri Berdasarkan tabel 4.2 untuk nilai kredit poin pada Bank mandiri tahun 2009 adalah sebesar 82,43 (sehat), pada tahun 2010 angka kredit poin sebesar 81,54 (sehat), pada tahun 2011 sebesar 85,40 (sehat), pada tahun 2012 adalah sebesar 88,38 (sehat), dan pada tahun 2013 angka kredit poinnya adalah sebesar 87,90 (sehat). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa ada tren peningkatan untuk angka kredit poin, meskipun komponen manajemen dalam CAMEL tidak dapat disertakan dalam perhitungan niali kredit poin namun bank mandiri mencatat angka kredit poin dari tahun 2009 sampai tahun 2013 yang dapat digolongkan dalam kategori sehat. ini menunjukan pula Bank Mandiri adalah bank yang sehat baik dalam hal Capital, Assets, Manajemen, Earning, dan Liquidity. 4.4.2.2. Bank Tabungan Negara Berdasarkan table 4.4 untuk nilai kredit poin pada BTN untuk tahun 2009 sebesar 79,30 (cukup sehat), Tahun 2010 sebesar 72,00 (cukup sehat), tahun 2011 sebesar 69,68 (cukup sehat), tahun 2012 sebesar 70,03 (cukup sehat), dan tahun 2012 sebesar 66,99 (cukup sehat). Meskipun pada tahun 2009 sampai 2013 nilai kredit poin dalam kategori cukup sehat akan tetapi dapat 84
dikatakan sehat karena aspek manajemen belum di teliti dan disertakan penjumlahannya dalam semua komponen CAMEL. 4.4.2.3. Bank Negara Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan nilai kredit poin pada BNI pada table 4.6 untuk tahun 2009 sebesar 62,59 (cukup sehat), tahun 2010 sebesar 82,93 (sehat), tahun 2011 sebesar 84,32 (sehat), tahun 2012 sebesar 83,68 (sehat), dan tahun 2013 sebesar 84,49 (sehat). Untuk tahun 2009 dikategorikan cukup sehat dikarenakan aspek manajemen tidak dapat di hitung dalam penelitian ini namun nilai tersebut dapat di anggap dalam kategori sehat. untuk tahun 2010 sampai 2013, yang oleh karena perbaikan yang dilakukan oleh BNI menunjukan nilai kredit yang dikategorikan sehat walaupun belum termasuk komponen manajemen di dalam anaisis CAMEL. 4.4.2.4. Bank Rakyat Indonesia Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat perkembangan nilai kredit komponen CAMEL pada tahun 2009 sebesar 70,19 (cukup sehat), tahun 2010 sebesar 77,88 (cukup sehat), tahun 2011 sebesar 84,37 (sehat), tahun 2012 sebesar 95,81 (sehat), dan tahun 2013 sebesar 95,42 (sehat). pada tahun 2009 dan 2010 nilai kredit komponen CAMEL tergolong cukup sehat karena belum termasuk aspek manajemen jadi dapat dikategorikan sebagai sehat, dan untuk 2011 sampai 2013 BRI mencatat kinerja keuangan yang cukup baik sehingga dapat mencapai angka kredit poin yang termasuk dalam kategori sehat meskipun belum termasuk komponen manajemen.
85