BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Kota Cimahi adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak di antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Cimahi dahulu bagian dari Kabupaten Bandung, yang kemudian ditetapkan sebagai kota administratif pada tanggal 29 Januari 1976. Pada tanggal 21 Juni 2001, Cimahi ditetapkan sebagai kota otonom. Kota Cimahi terdiri atas 3 kecamatan, yang dibagi lagi atas 15 kelurahan.(Lampiran 1). Kota Cimahi terletak diantara 107º30’30’’ BT – 107º34’30’’ dan 6º50’00’’ – 6º56’00’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Cimahi yang sebesar 40,2 Km2 dengan batas-batas administratif sebagai berikut (KCDA,2010) : Sebelah Utara
: Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat;
Sebelah Timur
: Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo dan Kec. Andir Kota Bandung;
Sebelah Selatan
: Kecamatan
Marga
Asih,
Kecamatan
Batujajar,
Kabupaten Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota Bandung; Sebelah Barat
: Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
Kota Cimahi merupakan Kota yang memiliki sumber air yang cukup besar dan bersih, dan dimanfaatkan oleh para pengusaha-pengusaha swasta untuk mengembangkan objek wisata tirta atau wisata air. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kolam renang dan tempat pemancingan yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Cimahi. 4.2. Usaha Kolam Pemancingan di Kota Cimahi Jumlah keseluruhan kolam pemancingan yang terdapat di Kota Cimahi kurang lebih sebanyak 51 kolam pemancingan. Pemancingan yang ada terdiri dari 22
23
beberapa jenis sistem pemancingan, diantaranya yaitu satu kolam pemancingan dengan sistem mancing harian lomba, kolam pemancingan dengan sistem mancing galatama sebanyak 23 kolam pemancingan, dan 27 kolam pemancingan dengan sistem mancing kilo gebrus. 4.2.1. Pemancingan Sistem Harian Lomba di Kota Cimahi Pemancingan sistem harian lomba merupakan pemancingan dengan pihak penyelenggara yang telah menyediakan sejumlah ikan dan hadiah-hadiah bagi para pemenangnya. Kolam pemancingan ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti area parkir, toilet, dan mushola. Di Kota Cimahi hanya terdapat satu kolam pemancingan yang menggunakan sistem harian lomba yang berlokasi di Baros.(Lampiran 11) Kolam pemancingan dengan sistem harian lomba merupakan kolam pemancingan dengan status kepemilikan hak milik. Pemancingan ini dapat dikunjungi setiap hari minggu, pada jam 09.00-16.00. Setiap minggunya pemancing dengan sistem harian lomba berlangsung 1 sesi dengan jumlah ratarata perharinya 50 pemancing. Untuk sekali memancing, pemancing dikenakan tiket
dengan
harga
Rp.
200.000.
Kolam
pemancingan
ini
biasanya
memperebutkan juara ikan terberat dan juara total jumlah ikan. 4.2.2. Pemancingan Sistem Galatama di Kota Cimahi Pemancingan sistem galatama merupakan pemancingan yang dengan jumlah ikan dalam kolam yang sangat banyak, tetapi hasil tangkapan tidak dibawa pulang seperti pada sistem pemancingan lainnya. Kolam pemancingan ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti area parkir, kantin, toilet, dan mushola. Kolam pemancingan dengan sistem ini terdapat 23 kolam di Kota Cimahi dengan 3 jenis ikan yang ditawarkan untuk dipancing yaitu ikan mas, ikan lele, dan ikan nila.(Lampiran 11) Kolam pemancingan ikan mas dengan sistem galatama merupakan kolam pemancingan dengan status kepemilikan hak milik. Pada pemancingan galatama ikan mas dapat dikunjungi setiap hari, pada jam 14.00-20.00. Setiap harinya pemancing ikan mas sistem galatama berlangsung 2 sesi dengan jumlah rata-rata
24
perharinya 40 pemancing. Untuk sesi 1 pemancing dikenakan tiket Rp. 225.000, sedangkan untuk sesi 2 dikenakan tiket Rp. 300.000. Pemancingan ikan lele dengan sistem galatama merupakan kolam pemancingan yang sebagian besar berstatus kepemilikan hak milik. Pada pemancingan ikan lele galatama dapat dikunjungi setiap hari, pada jam 16.0022.00. Setiap harinya memancing sistem galatama ikan lele berlangsung 3 sesi. Untuk sekali memancing, pemancing dikenakan tiket Rp. 15.000. Kolam pemancingan
ikan nila sistem galatama merupakan kolam
pemancingan memiliki status kepemilikan hak milik. Pada pemancingan ikan nila sistem galatama dapat dikunjungi setiap hari, pada jam 16.00-22.00. Setiap harinya memancing sistem galatama ikan nila berlangsung 3 sesi. Untuk sekali memancing, pemancing dikenakan tiket Rp. 10.000. (Lampiran 3) 4.2.3. Pemancingan Sistem Kilo Gebrus di Kota Cimahi Pemancingan sistem kilo gebrus yaitu pemancingan menurunkan beberapa kilo ikan ke dalam kolam kemudian dilakukan pemancingan, dan ikan hasil memancing dapat dibawa pulang. Sama dengan kolam pemancingan lainnya, kolam pemancingan sistem kilo gebrus ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti area parkir, kantin, toilet, dan mushola. Kolam pemancingan dengan sistem ini terdapat 27 kolam pemancingan di Kota Cimahi.(Lampiran 11) Kolam pemancingan dengan sistem kilo gebrus merupakan kolam pemancingan yang sebagian besar memiliki status kepemilikan hak milik. Pada pemancingan kilo gebrus dapat dikunjungi setiap hari atau hanya pada saat akhir pekan dan hari libur nasional, pada jam 10.00-18.00. Setiap harinya pemancing sistem kilo gebrus berlangsung 2-4 sesi. Untuk sekali memancing, pemancing dikenakan tiket Rp. 30.000. (Lampiran 4) 4.3. Komparatif Kelayakan Usaha Pemancingan di Kota Cimahi 4.3.1. Pendapatan Usaha Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari
25
produk dan jasa suatu perusahaan. Selain mengetahui penerimaan pasar, pendapatan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha, dalam hal ini yaitu usaha pemancingan. Analisis pendapatan dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC). Kolam pemancingan harian lomba mendapatkan penerimaan total kurang lebih sebesar Rp. 390.000.000 per-tahun, dengan biaya total yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 338.000.000 per-tahun. Dengan begitu, kolam pemancingan yang berlokasi di Baros ini memiliki keuntungan sebesar Rp. 52.000.000 pertahun. Penerimaan total per-tahun kolam pemancingan galatama ikan mas yang berlokasi di Cibeber yaitu sebesar Rp. 2.427.900.000 dan mengeluarkan biaya total sebesar Rp. 752.750.000 per-tahun. Keuntungan yang didapatkan yaitu sebesar Rp. 1.675.150.000 per-tahun. Dari 19 kolam pemancingan galatama lele yang terdapat di Kota Cimahi penerimaan total terbesarnya sebesar Rp. 262.800.000 per-tahun. Dengan biaya total per-tahun sebesar Rp. 119.050.000, keuntungan kolam pemancingan galatama ikan lele di Cibeber sebesar Rp. 143.750.000 per-tahun. Penerimaan total pemancingan galatama ikan nila di Kota Cimahi terbesar yaitu sebesar Rp. 102.200.000 per-tahun dengan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 61.200.000 per-tahunnya. Keuntungan kolam pemancingan galatama nila ini yaitu sebesar Rp. 41.000.000 per-tahun. Berdasarkan uraian mengenai keuntungan setiap jenis kolam pemacingan galatama, dapat diketahui bahwa keuntungan terbesar berasal dari kolam pemancingan galatama ikan mas yang berlokasi di Cibeber. Kota Cimahi memiliki 27 kolam pemancingan kilo gebrus diantara semua kolam pemancingan tersebut, kolam pemancingan kilo gebrus yang berlokasi di Leuwigajah merupakan kolam pemancingan kilo gebrus dengan penerimaan total terbesar yaitu Rp. 733.650.000 per-tahun. Biaya total yang dikeluarkan kolam pemancingan sebesar Rp. 598.700.000 per-tahun. Keuntungan yang didapatkan yaitu sebesar Rp. 134.950.000 per-tahun. (Lampiran 5)
26
Dari uraian diatas yang memuat setiap penerimaan, biaya, dan keuntungan dari kolam-kolam pemancingan yang terdapat di Kota Cimahi, dapat disimpulkan bahwa penerimaan total pertahun tertinggi didapatkan kolam pemancingan ikan mas dengan sistem galatama yang berlokasi di Cibeber. Selain penerimaan total pertahun tertinggi, kolam pemancingan ikan mas sistem galatama merupakan kolam pemancingan yang memiliki keuntungan tertinggi pula. 4.3.2. Kelayakan Usaha (BCR) Kelayakan usaha dilihat dari hasil penghitungan berdasarkan total penerimaan dan total biaya yang kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Suatu usaha dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika hasil analisis menunjukan nilai diatas atau lebih besar dari 1, jika hasil analisis memiliki nilai sama dengan satu maka usaha tersebut dikategorikan tidak untung dan tidak pula rugi, dan jika hasil analisis menunjukkan nilai dibawah atau lebih kecil dari 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan. Kolam pemacingan harian lomba yang berlokasi di Baros memiliki nilai kelayakan usaha sebesar 1,15 yang berarti usaha pemancingan ini dapat dikatakan layak karena nilainya yang lebih besar dari angka 1 yang telah ditentukan. Kolam pemancingan ikan mas sistem galatama yang dikatakan layak karena memiliki nilai kelayakan usaha sebesar 3,23. Pemancingan ikan lele sistem galatama, kolam pemancingan yang berlokasi di Melong memiliki nilai kelayakan usaha tertinggi dibandingkan kolam pemancingan galatama ikan lele yang lainnya dengan nilai sebesar 2,6. Untuk kolam pemancingan ikan nila sistem galatama nilai kelayakan usaha terbesar yaitu sebesar 1,67 dimiliki oleh kolam pemancingan galatama nila yang berlokasi di Citeureup. Ke tiga jenis sistem galatama yang terdapat di Kota Cimahi merupakan usaha pemancingan yang layak untuk dikembangkan. Diantara tiga sistem pemancingan galatama tersebut, pemancingan galatama lele merupakan usaha yang paling layak untuk dikembangkan. Kolam-kolam pemancingan dengan sistem kilo gebrus yang terdapat di Kota Cimahi memiliki nilai kelayakan usaha lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa sistem pemancingan kilo gebrus ini layak untuk dikembangkan. Kolam
27
pemancingan sistem kilo gebrus yang memiliki nilai kelayakan usaha teringgi yaitu kolam pemancingan yang terdapat di Leuwigajah dengan nilai kelayakan usaha sebesar 1,27. (Lampiran 6) Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa usaha pemancingan yang layak untuk dikembangkan yaitu usaha kolam pemancingan ikan mas sistem galatama yang berlokasi di Cibeber. Kolam pemancingan galatama ikan mas ini merupakan usaha paling layak dibandingkan dengan usaha-usaha pemancingan dengan sistem pemancingan lainnya. 4.3.3. Payback Period (PP) Analisis Payback Periode dilakukan untuk mengetahui berapa lama investasi yang digunakan dalam suatu usaha dapat kembali. Penghitungan analisis ini merupakan hasil bagi investasi terhadap keuntungan yang dikalikan dengan 1 tahun. Investasi kolam pemancingan harian lomba sebesar Rp. 275.000.000 kembali modal dalam waktu kurang lebih 5 tahun dengan keuntungan yang didapat Rp. 52 000.000 setahun. Investasi kolam pemancingan galatama ikan mas sebesar Rp. 890.000.000 dapat kembali dalam waktu 0,53 tahun atau kurang lebih 6 bulan dengan keuntungan yang harus didapat Rp. 1.675.150.000 dalam setahun. Sedangkan untuk kolam pemancingan galatama ikan lele investasi Rp. 22.300.000 – Rp 52.700.000 dapat kembali dalam waktu 0,26-1,21 tahun dengan keuntungan yang harus didapat Rp. 18.375.000 – Rp. 143.750.000 dalam setahun. Investasi kolam pemancingan galatama ikan nila Rp. 20.500.000-Rp. 28.000.000 dapat kembali dalam waktu rata-rata 0,50-1,02 tahun dengan keuntungan yang didapat rata-rata Rp. 26.000.000-41.000.000 dalam setahun. Rata-rata investasi kolam pemancingan kilo gebrus sebesar Rp. 4.300.000Rp. 31.000.000 dapat kembali dalam waktu 0,18-8,22 tahun dengan keuntungan yang didapat Rp. 760.000 – Rp. 134.950.000 dalam setahun. (Lampiran 7) Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa usaha pemancingan yang ratarata payback periodenya paling singkat yaitu usaha kolam pemancingan dengan sistem galatama. Kolam pemancingan galatama ini merupakan usaha yang paling
28
banyak peminat sehingga waktu kembali investasinya lebih singkat dibandingkan dengan kolam pemancingan dengan sistem lainnya dengan rata-rata payback periode dibawah 1 tahun. 4.3.4. Break Event Point (BEP) Break Even Point dilakukan untuk menentukan jumlah barang yang harus dijual kepada konsumen agar dapat menutupi biaya-biaya yang timbul dan mendapatkan keuntungan. Kolam mancing harian lomba dengan total fixed cost Rp. 338.000.000, harga per unit Rp. 150.000 dan Variable cost per unit Rp. 125.000 membutuhkan 13.520 tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya. Kolam mancing galatama ikan mas dengan total fixed cost Rp. 717.000.000, harga per unit Rp. 540.833 dan Variable cost per unit Rp. 378.583, membutuhkan 4.420 tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya. Sedangkan kolam galatama ikan lele dengan rata-rata total fixed cost Rp. 36.690.000, harga per unit rata-rata Rp. 15.000 dan variable cost per unit rata-rata Rp. 10.000 membutuhkan 7.338 tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya. Kolam galatama ikan nila dengan total fixed cost rata-rata Rp. 35.270.000, harga rata-rata per unit Rp. 10.000 dan Variable cost per unit rata-rata Rp. 6.000, membutuhkan 8.818 tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya. Sedangkan kolam kilo gebrus dengan total fixed cost rata-rata Rp. 116.000.000, harga rata-rata per unit Rp. 30.000 dan Variable cost per unit rata-rata Rp. 25.000, membutuhkan
23.165
tiket
yang
terjual
untuk
kembali
ke
titik
impasnya.(Lampiran 8) Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat kolam mancing harian lomba membutuhkan 13.520 tiket yang harus dijual, kolam galatama 3.900-10.020 tiket yang harus dijual dan untuk kolam kilo gebrus 6.240-109.500 tiket yang harus dijual. Sehingga kolam pemancingan yang layak untuk dikembangkan yaitu usaha kolam pemancingan dengan sistem galatama karena lebih sedikit jumlah tiket yang harus dijual untuk kembali ke titik impasnya atau break even point.
29
4.3.5. Profitability Index (PI) Profitability index adalah analisis untuk memutuskan apakah suatu usaha dapat diterima atau ditolak. Diterima dalam hal ini dapat diartikan bahwa usaha tersebut dapat mendatangkan keuntungan dan usaha dapat dilanjutkan. (Lampiran 9) Berdasarkan tabel (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa kolam-kolam pemancingan di Kota Cimahi memiliki nilai PI 1,13-6.61. Nilai ini menandakan bahwa kolam pemancingan dapat diterima karena memiliki PI lebih dari satu sehingga kolam-kolam pemancingan tersebut dapat mendatangkan keuntungan dan dapat dilanjutkan usahanya. Nilai PI yang lebih dari 2 dikarenakan nilai PV investasi yang lebih besar dibandingkan nilai investasinya. PV investasi yang besar ini karena keuntungan yang didapat cukup tinggi sehingga menimbulkan nilai PI yang tinggi pula. Tabel 1. Matrik Hasil Analisis Sistem Pemancingan Mancing Harian Lomba Mancing Galatama Ikan Mas Mancing Galatama Ikan Lele Mancing Galatama Ikan Nila Mancing Kilo Gebrus
Keuntungan
Kelayakan Usaha (BC)
Payback Periode (PP)
Break Even Point (BEP)
Profitability Index (PI)
Rp. 52.000.000
1,15
5,29
13.520
1,13
3,23
0,53
4.640
1,88
Rp. 18.375.000 Rp. 143.750.000
1,58 - 2,60
0,26 - 1,21
3.900 10.020
1,31 - 3,80
Rp. 26.000.000 Rp .41.000.000
1,42 - 1,67
0,50 - 1,02
8.550 9.000
1,44 - 2,00
Rp. 1.400.000 - Rp. 1,04 - 1,27 134.950.000
0.18 - 8,22
6.240 109.500
1,06 - 6,61
Rp. 1.675.150.000
Sistem pemancingan harian lomba yang berlokasi di Baros memiliki keuntungan per tahun sebesar Rp. 52.000.000 dengan nilai BCR 1,15 yang berarti bahwa usaha pemancingan ini merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan. Kelayakan usaha pemancingan ini didukung dengan profitability index sebesar 1,13 yang berarti usaha pemancingan dapat diterima.
30
Pemancingan dengan sistem Galatama mas di Cibeber memiliki keuntungan per tahun sebesar Rp. 1.675.150.000 dengan nilai BCR 3,23 yang menunjukkan bahwa usaha pemancingan ini layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Hal tersebut didukung oleh payback period selama 0,53 tahun dengan profitability index sebesar 1,88 yang berarti usaha ini dapat diterima. Kota Cimahi memiliki 19 kolam pemancingan galatama lele, dari seluruh kolam pemancingan tersebut kolam pemancingan berlokasi di Cibeber memiliki keuntungan terbesar yaitu Rp. 143.750.000 pertahun. Kolam pemancingan ini memiliki nilai BCR 2,21 yang menyatakan bahwa usaha pemancingan ini layak untuk dikembangkan dengan payback period 0,37 tahun dan profitability index 2,73. Berdasarkan nilai BCR yaitu sebesar 2,60, kolam pemancingan galatama lele di Melong merupakan usaha pemancingan dengan sistem galatama lele paling layak dibandingkan dengan kolam pemancingan sistem galatama lele lainnya. Keuntungan pertahunnya mencapat Rp. 117.925.000 pertahun dengan payback period 0,26 tahun. Kolam pemancingan dengan sistem galatama nila yang berlokasi di Citeureup mendapatkan keuntungan Rp. 41.000.000 pertahun dengan nilai BCR 1,67 yang berarti usaha pemancingan ini layak untuk dikembangkan. Lamanya investasi pada usaha ini akan kembali dalam rentang waktu 0,50 tahun. Usaha pemancingan galatama ini diterima karena berdasarkan hasil analisis memiliki nilai profitability index sebesar 2,00. Pemancingan dengan sistem kilo gebrus yang berlokasi di Leuwigajah mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 134.950.000 pertahunnya dengan nilai BCR 1,23 yang menunjukkan usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Lamanya investasi dalam usaha ini akan kembali dalam rentang waktu yang relatif singkat, yaitu selama 0,23 tahun. Usaha pemancingan kilo gebrus ini sangat diterima, dimana nilai profitability index mencapai 4,35. Berbagai sistem pemancingan yang terdapat di Kota Cimahi, pemancingan dengan sistem galatama ikan mas merupakan pemancingan yang memiliki keuntungan tertinggi pertahunnya. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha,
31
kolam pemancingan dengan sistem galatama ikan lele memiliki waktu pengembalian investasi yang singkat dibandingkan dengan yang lainnya, serta hanya dengan penjualan tiket 3.900 – 10.020 untuk kembali ke titik impasnya. Hal ini dikarenakan jumlah pemancing dan sesi perharinya yang terbanyak dibanding kolam pemancingan lainnya. Sedangkan kolam pemancingan galatama ikan mas merupakan pemancingan dengan keuntungan tertinggi dikarenakan harga tiket yang dikenakan oleh pemancingan ini yang tertinggi dibandingkan kolam pemancingan lainnya dan juga waktu yang disediakan oleh pemancingan setiap hari. Dengan melihat setiap hasil analisis tersebut, kolam pemancingan dengan sistem galatama khususnya sistem pemancingan galatama ikan lele merupakan sistem yang paling layak untuk dijalankan dan dikembangkan.