52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum Bursa Efek Indonesia atau lebih dikenal dengan BEI atau Indonesia Stock Exchage (IDX) merupakan penggabungan dari Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya. Dimana Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivative. Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya resmi bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia dan mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia berlokasi di Kawasan Niaga Sudirman, Jl. Jend.Sudirman 52-53 Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jumlah Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2013 sebanyak 461 Perusahaan. Industri Property sudah ada sejak lama dan mulai mengalmai perkembangan pada tahun 80an, Indury property merupakan industry yang mengalami pasang surut yang cukup signifikan. Seiring perkembangan industry property terus mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya industry property yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, hingga tahun 2013 jumlah emiten pada industry property telah mencapai 53 Emiten. Hal ini dapat membuktikan bahwa industry property
53
merupakan salah satu industry yang mampu bertahan dalam kondisi ekonimi secara makro di Indonesia. B. Statistik Deskriptif Statistic Deskriptif merupakan cara untuk menggambarkan dan menyajikan informasi dari sejumlah data. Metode analisis deskriptif marupakan suatu metode dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Diyah Kusnaeni,20). Dalam metode ini menggunakan penyajian data melalui table, grafik, perhitungan modus, median, mean (Pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata , standar deviasi dan perhitngan presentase. C. Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian 1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Statistic deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif atas suatu data, adapun hasil uji deskriptif statistic dapat dilihat pada table 4.1
54
Tabel 4.1
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DAR
61
2.015
87.539 5.34742E1
18.303482
DPR
61
.853
85.420 2.20196E1
15.368399
PBV
61
.143
Valid N (listwise)
61
7.314
2.23108
1.581357
Sumber : data diolah, 2013 Berikut ini adalah hasil analisis atas table diatas yaitu: a. Tabel diatas menunjukan jumlah sample (N) pada penelitian ini yaitu 61 dengan tahun pengamatan selama 5 tahun yang terdiri dari vaiabel DAR, DPR, dan PBV. b. Debt to Asset Ratio (DAR) memiliki nilai terendah 2.015, nilai tersebut diperoleh Putjianti Prestige Tbk, dikarenakan pada tahun 2009 Pudjianti Prestige memiliki hutang yang kecil sehingga mengahasilkan nilai DAR yang kecil pula hal ini mengindikasikan bahwa Pudjianti Prestige sedang berada pada resiko keuangan yang rendah; dan nilai terbesar (Maximum) sebesar 87.539, nilai tersebut diperoleh Adhi Karya Persero Tbk, dikarenakan pada tahun 2012 Adhi Karya Persero Tbk memiliki hutang yang besar hal ini mengindikasikan bahwa Adhi Karya Persero Tbk sedang berada pada resiko keuangan yang tinggi , Nilai rata-rata (Mean) sebesar 5.3474E1, dengan Standar Deviasi sebesar 18.302482.
55
c. Divident Payout Ratio (DPR) memiliki nilai terendah (Minimum) sebesar 0.853, nilai tersebut diperoleh Plaza Indonesia Realty Tbk pada tahun 2010 diindikasikan karena pada tahun tersebut Plaza Indonesia Realty Tbk membagikan Devident Per Share yang rendah walaupun memperoleh Earning Per Share; Nilai tertinggi (Maximum) sebesar 85.420, nilai merupakan hasil dari Total Bangun Persada Tbk, tahun 2012 diindikasikan pada tahun tersebut Total Bangun Persada Tbk memberikan Dividend Per Share yang tinggi; dan Nilai rata-rata (Mean) sebesar 2.2019E1; dengan Standar Deviasi sebesar 15.368399. d. Price Book Value (PBV) memiliki nilai terendah (Minimum) sebesar 0.143 nilai tersebut diperoleh Goa Makassar Tourism Tbk hasil tersebut diperoleh dikarenakan pada tahun 2010 harga saham Goa Makasar Tourism Tbk rendah jika dibandingkan dengan harga pasar saham ditahun-tahun lainnya; Nilai tertinggi (Maximum) sebesar 7.314 diperoleh Metropolitan Kentjana Tbk pada tahun 2013 hal ini dikarenakan pada tahun tersebut Harga Pasar Saham Metropolitan Kentjana berada pada nilai tertinggi dibandingkan dengan perusahaan property lainnya; dan Nilai rata-rata (Mean) sebesar 2.23108; dengan Standar Deviasi sebesar 1.581357. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik 2.1 Uji normalitas Dalam penelitian ini pengujian asumsi klasik yang pertama dilakukan adalah pengujian normalitas. Uji normalitas dapat dideteksi
56
dengan uji Kolmogrov-Smirnov. Pengambilan keputusan untuk menentukan data terdistribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut: a.
Nilai Asymp. Sig (2-teiled) > 0.005 maka data terdistribusi normal.
b.
Nilai Asymp. Sig (2-tailed) < 0.005 maka data tidak terdistribusi normal. Hasil Uji Normalitas ditunjukan oleh tabel berikut: Tabel 4.2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
61 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
.0000000 1.45992699
Absolute
.148
Positive
.148
Negative
-.089 1.158 .137
57
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat nilai Asymp.Sig.(2-tailed) memperoleh nilai
0.137
sehingga
sesuai
dengan persyaratan
signifikansi diatas berada jauh diatas 0.05, dapat disimpulkan bahwa persyaratan uji normalitas telah memenuhi syarat normal atau dengan kata lain data telah terdistribusi normal. 2.2 Uji Multikolinieritas Pengujian ini merupakan salah satu uji asumsi klasik yang peneliti gunakan dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat dua atau lebih variabel bebas yang berkorelasi secara linier. Unutk mendeteksi adanya gejala multikolineritas dalam model penelitian ini dapat dilihat dari nilai Tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Batas Tolerance > 0.10 dan batas VIF 10. Hasil uji multikolineraitas terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Standardize Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.683
.639
DAR
.015
.010
DPR
.034
.012
a. Dependent Variable: PBV
Beta
t
Sig.
e
VIF
1.070
.289
.171
1.410
.164
.996
1.004
.334
2.750
.008
.996
1.004
58
Hasil dari tabel diatas menunjukan bahwa hasil perhitungan Tolerance menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai 0.10. Dan Hasil perhitungan Vaiance Inflation Factor (VIF) juga menjukan hal yang sama tidak ada variabel independen yang memilki nilai lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 1.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas merupakan cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedesitas dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan grafik scatterplot. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot: Gambar 4.1 Grafik
59
Dari gambar grafik Scatter plot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik data yang menyebar dan tidak membentuk pola. Terlihat bahwa titiktitik menyebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dalam hl ini dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah heterokedastisitas dalam data yang digunakan dalam penelitian ini. 1.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan lain pada model regresi (Jumsi Ayu Lestari, 2013). Autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara variabel
penganggu
masing-masing
variabel
bebas
saling
mempengaruhi. Untuk mengetahuinya dapat digunakan dengan menggunakan pendekatan D-W (Durbin Watson). Menurut Singgih (2007) dalam Jumsi Ayu Lestari (2013) kriteria autokorelasi ada 3 yaitu: 1.
Nilai D-W dibawah -2 berarti diindikasikan autokorelasi positif.
2.
Nilai D-W diantara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.
3.
Nilai D-W diatas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
60
Tabel 4.4 Hasil uji autokorelasi Durbin-Watson
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.384
.148
b
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .118
1.484885
Durbin-Watson .898
a. Predictors: (Constant), DPR, DAR b. Dependent Variable: PBV
Dari hasil pada tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa nilai DurbinWatson sebesar 0.898, nilai ini berada diatas -2 dan dibawah 2, yang berarti tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini. 1.5 Uji Linearitas Berdasarkan hasil dari uji asumsi diatas dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah berdisitribusi normal, tidak terdapat multikolinieritas, tidak terjadi heterokedastisitas maupun autokorelasi, sehingga dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini sudah memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Untuk menguji model yang digunakan (Goodness of Fit) dapat dilakukan dengan menggunakan :
61
1.5.1
Uji F Uji F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui kelayakan model, model regresi dapat dikatakan memenuhi kriteria fit apabila tingkat probabilitas F-statistik lebih kecil dari 0.05, selain itu uji ini dapat juga digunakan untuk mengetahui apakah variable bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat. Jika Fhitung □ Ftabel dan jika tingkat signifikansinya dibawah 0.05 maka variable bebas secara serempak berpengaruh terhadap variable terikat. Hasil Uji dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji F b
ANOVA Model
Sum of Squares
1
Regression Residual
B
Total
df
Mean Square
22.158
2
11.079
127.883
58
2.205
150.041
60
F 5.025
Sig. .010
a
e a. Predictors: (Constant), DPR, DAR b. Dependent Variable: PBV
r
Berdasarkan pada table diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai Fhitung sebesar 5.025 dengan tingkat signifikansinya 0.010. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) adalah 3.15. Oleh karena Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansinya 0.05,
62
sehingga dapat dikatakan bahwa model yang dibangun telah memenuhi kriteria fit. Hal ini menunjukan bahwa variable bebas mampu menjelaskan keragaman dari Nilai perusahaan tercermn dari nilai PBVnya. 1.5.2
Uji t (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk melihat pengaruh secara parsial variable bebas (DAR,DER,dan DPR) dengan variable terikat (Nilai Perusahaan
yang
tercermin
dari
PBV).
Uji
parsial
ini
membandingkan Antara nilai t hitung dengan t table dengan kriteria t table
≤t
table
atau t hitung □ t
hitung
≤t
table
maka H0 diterima, sedangkan jika t
table
hitung
□ –t
maka H0 ditolak. Signifikansi dibawah 0.05
maka H0 ditolak dan jika diatas 0.05 maka H0 diterima.(Diyah Kusnaeni 2012). Tabel 4.6 Hasil Uji t ( Uji Parsial) Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.683
.639
DAR
.015
.010
DPR
.034
.012
a. Dependent Variable: PBV
Sumber: data diolah 2014
Beta
t
Sig.
1.070
.289
.171
1.410
.164
.334
2.750
.008
63
Berdasarkan hasil pada table 4.7 diatas dapat dibuat persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Yit = β0+β1X1it+β2X2itt+ eit Yit= 0.683+0.015X1it-0.034X2it+eit Keterangan: Y1it = Nilai Perusahaan (PBV) pada pengamatan ke i dan periode waktu t X1it = Debt to Asset Ratio (DARR) pada pengamatan ke I dan periode waktu t X3it = Devidend Payout Ratio (DPR) pada pengamatan ke i dan Waktu t β0 = Konstanta β1,β2 = Koefisien regresi eit = Residual eror pada pengamatan ke i dan periode waktu t persamaan Regresi Berganda diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut: a. Nilai koefisien regresi DAR sebesar 0.015, yang berarti Debt to Assets Ratio berpengaruh artinya setiap kenaikan DAR akan meningkatkan Nilai Perusahaan.
64
b. Nilai Koefisien regresi DPR sebesar 0.034, yang berarti Divedent Payout Ratio berpengaruh artinya setiap ada kenaikan DPR akan meningkatkan Nilai Perusahaan. Hasil Uji Hipotesis secara parsial (Uji t) berdasarkan tabel 4.7 adalah: a. Uji hipotesis 2 Signifikansi Debt to Assets Ratio (DAR) sebesar 0.164 berarti lebih besar dari 0.05 sedangkan t sebesar 2.0017 (t
hitung <
t
tabel).
hitung
sebesar 1,410 dan t
tabel
Maka dapat disimpulkan bahwa
variable DAR tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. b. Uji hipotesis Signifikansi Devident Payout Ratio (DPR) sebesar 0.008 berarti lebih besar dari 0.05 sedangkan thitung sebesar 2.750 sebesar 2.0017 (t
hitung
> t
tabel).
dan ttabel
Maka dapat disimpulkan bahwa
variable DPR berpengaruh dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
65
Koefisien Determinasi (R2)
1.5.3
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model yang dibentuk dalam menerangkan variasi variable independen, dimana 0 ≤ R2 ≤ 1. Semakin mendekati nol, dapat diartikan dalam menjelaskan model amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu, model semakin baik. Hasil uji koefisien determinasi (adjusted R2) ditunjukan dengan tabel berikut ini: Tabel 4.7 Hasil uji koefisien determinasi
Model Summary
Model
D 1
R
R Square a
.384
.148
b
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .118
1.484885
aa. Predictors: (Constant), DPR, DAR b. Dependent Variable: PBV
r
tampilan output SPSS model summay besarnya adjusted R2 adalah sebesar 0.118 hal ini berarti 11.8 % Variabel PBV dapat dijelaskan oleh variasi dari dua variabel independen DAR, dan DPR sedangakan sisannya (100% - 11,8% = 88,2%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Standard Error of Estimated sebesar
66
1.484885 artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik. 2. Pembahasan 3.1 Pengaruh Debt to Assets Ratio (DAR), dan Divident Payout Ratio (DPR) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan yang tercermin dari PBV pada Industri Property di Bursa Efek Indonesia. Temuan peneliatian ini menunjukan bahwa pengaruh variable bebas mampu menjelaskan keragaman dari Nilai Perusahaan yang tercermin dari nilai PBV, atau dengan kata lain Variabel bebas secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap Nilai perusahaan yang tercermin dari nilai PBV pada Industri Property di Bursa Efek Indonesia, yang dapat dilihat dari F
hitung
sebesar 5.025 dengan tingkat signifikansi
0.010 sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) adalah 3.15. Hasil temuan ini menerima hipotesis 1 yang menyatakan bahwa Debt to Assets Ratio (DAR) dan Divident Payout Ratio (DPR). Secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan (PBV) pada Industri Property di Bursa Efek Indonesia dan sekaligus menjawab rumusan masalah yang pertama. 3.2 Pengaruh Debt to Assets Ratio terhadap Nilai Perusahaan. Temuan peneliatian ini menunjukan bahwa secara parsial Debt to Assets Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
67
yang tercermin dari Price Book Value (PBV), yang dapat dilihat statistic nilai t tabel),
hitung
sebesar 1.410 dan ttabel sebesar 1.990 (t
hitung
< t
serta signifikansinya lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.164.
Hal ini berarti setiap ada penambahan Debt to Assets Ratio sebesar 1 satuan maka tidak akan bepengaruh terhadap kenaikan nilai perusahaan sebesar 0.015 satuan. Hasil temuan ini menyatakan bahwa H0 diterima yang menyatakan bahwa DAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Property di Bursa Efek Indonesia sekaligus menjawab permasalahan yang kedua. Hal ini dapat diartikan tidak terdapat pengaruh dan tidak signifikan antara perubahan variabel DAR tehadap perubahan variabel PBV. DAR digunakann untuk mengukur struktur modal yang dimiliki perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Jadi besarnya DAR merupakan dasar pertimbangan bagi manajeman dalam menentukan apakah sebaiknya hutang yang dimiliki perusahaan harus lebih dioptimalkan atau dikurangkan demi meningkatkan nilai perusahaan. Hasil temuan ini sesuai dengan teori pendekatan tradisional dan teori Trade-off. Dalam teori pendekatan tradisional menyatakan bahwa perusahaan tidak mengalami perubahan ngkat hutang pada tingkat tertentu. Hal ini dapat diartikan bahwa jika hutang sudah berada pada batas yang optimal maka penambahan hutang akan dapat menurunkan nilai perusahaan. Dan teori trade-off menyatkan bahwa perusahaan
68
yang memiliki resiko yang tinggi sebaiknya menggunakan hutang yang sedikit, karena akan memperbesar biaya hutang dan biaya kesulitan keuangan. hasil dari penelitian ini konsisten terhadap penelitian yang dilakukan Jhojor Triwatin Barasa (2009), Nyoman Abundanti (2012). 3.3 Pengaruh Divident Payout Ratio terhadap Price Book Value. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial Divident Payout Ratio (DPR) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dapat dilihat dari persamaan regresinya yang bernilai positif sebesar 0.034 dan secara statistic nilai t
hitung
sebesar 2.750 lebih kecil dari t
tabel).
tabel
sebesar 2.0017 ( t
hitung
Serta nilai signifikansinya 0.008 lebih kecil dari 0.05. hal ini dapat diartikan bahwa setiap pembagian dividen (DPR) sebesar 1 satuan maka erpengaruh pada kenaikan nilai perusahaan sebesar 0.034 satuan. Hasil temuan ini menunjukan bahwa Ho ditolak, yang menunjukan bahwa DPR berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sekaligus menjawab perumusan masalah yang ketiga. Temuan ini searah dengan teori kebijakan dividen, Information content or signaling hipotesis menganggap perubahan deviden sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Kecendurangan saham akan naik jika pengumuman deviden dilakukan.
69
Hasil dari penelitian ini konsisten dengan penelitan yang telah dilakukan oleh Titin Herawati (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan Oktavina Tiara Sari (2013) yang menunjukan hasil bahwa dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulito (2008) dan Sudarman (2011) yang menyatakan bahwa kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat dirangkum dalam variabel sebagai beikut:
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Variabel
Hasil Uji
Keterangan
H1
0.024
H0 ditolak karena terdapat pengaruh
DAR,DPR
yang signifikan H2
DAR
0.351
H0 diterima karena tidak terdapat pengaruh terhadap nilai perusahaan.
H3
DPR
0.011
H0 ditolak karena terdapat pengaruh yang
signifikan
perusahaan
terhadap
nilai