BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima lokasi yaitu, tegakan pinus, puspa, agathis, agroforestri dan di sekitar mess. Setelah melakukan pengamatan, pengambilan dan identifikasi sampel maka jumlah species yang dapat ditemukan pada wilayah HPGW yaitu delapan belas spesies, lima genus yang dikelompokan ke dalam dua famili (Tabel 1 dan Gambar 1). Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (A. lorantifolia), pinus (P. merkusii), puspa (S. wallichii), dan spesies lainnya seperti sengon (P. falcataria), mahoni (S. macrophylla) kayu afrika (M. eminii), rasamala (A. excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp., Shorea sp., dan akasia (A. mangium). Penelitian ini hanya mengamati lima lokasi yaitu damar (A. lorantifolia), pinus (P. merkusii), puspa (S. wallichii), agroforestri dan disekitar mess (penginapan). Tabel 1 Sebaran famili, genus dan species rayap berdasarkan lokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat. No 1
Lokasi Agathis
2 3
Agroforestri Mess
4
Pinus
5
Puspa
Jumlah
Jumlah Famili Contoh 7 Rhinotermitidae Termitidae
1 Termitidae 4 Termitidae 10 Rhinotermitidae Termitidae 4 Termitidae
26
2
Genus Macrotermes Odontotermes Pricapritermes Schedorhinotermes Odontotermes Macrotermes Odontotermes Macrotermes Schedorhinotermes Odontotermes Macrotermes Nasutitermes Odontotermes 5
Species 6
1 4 6
4
21
14
Gambar 1 Peta penyebaran rayap di Hutan Pendidikan Gunung Walat
15
Hasil pengamatan pada kawasan tersebut diperoleh 2 famili yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae dan diperoleh lima genus diantaranya genus. Schedorhinotermes
merupakan
genus
dari
famili
Termitidae
sementara
Macrotermes, Nasutitermes, Odontotermes dan Pericapritermes merupakan genus-genus yang termasuk ke dalam famili Termitidae (Gambar 2). 1mm
A
B 1mm
C
1mm
D
1mm
E
Gambar 2 Morfologi genus rayap: A) genus Schedorhinotermes, B) Macrotermes, C) Pericapritermes, D)Odontotermes, E) Nasutitermes
Pada tegakan agathis diambil tujuh contoh rayap, setelah dilakukan identifikasi maka diperoleh enam spesies yaitu Macrotermes sp1. (minor), S. medioobscurus,
Schedorhinotermes
sp1.
(minor),
S.
tarakensis,
Schedorhinotermes sp1. (major), dan Pericapritermes. Agroforestri diperoleh satu spesies yaitu Odontotermes sp1. Sementara pada tegakan pinus terdapat sepuluh contoh rayap dan setelah dilakukan identifikasi maka diperoleh enam spesies yaitu Schedorhinotermes sp2. (minor), S. longirositis (minor), S. medioobscurus (minor), Macrotermes sp3., S. tarakensis (minor) dan Odontotermes sp2. Tegakan puspa diperoleh empat contoh rayap dengan hasil identifikasi empat spesies rayap diantaranya N. javanicus, M. gilvus (minor), Odontotermes sp4. dan Odontotermes sp5. Disekitar mess dilakukan pengambilan contoh rayap dan diperoleh empat contoh rayap, setelah dilakukan identifikasi maka terdapat
16
empat spesies rayap yaitu M. gilvus (minor), Macrotermes sp2 (minor), M. gilvus (major), Odontotermes sp2. Secara lengkap disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Spesies rayap yang ditemukan di tegakan agathis, puspa, pinus, agroforestri, dan mess Tegakan Agathis 1 Agathis2 Agathis3 Agathis4 Agathis5 Agathis6 Agathis7 Agroforestri Mess1 Mess2 Mess3 Mess4 Pinus1 Pinus2 Pinus3 Pinus4 Pinus5 Pinus6 Pinus7 Pinus8 Pinus9 Pinus10 Puspa1 Puspa2 Puspa3 Puspa4
Species Macrotermes sp1. (minor) Schedorhinotermes medioobscurus (minor) Schedorhinoterme sp1. (minor) S. tarakensis (minor) S. tarakensis (minor) Schedorhinotermes sp1. (major) Pericapritermes mohri Odontotermes sp1. M. gilvus (minor) Macrotermes sp2. (minor) M. gilvus (major) Odontotermes sp 2. S. longirositis (minor) S. medioobscurus (minor) S. medioobscurus (minor) Macrotermes sp3. (minor) S. tarakensis (minor) S. medioobscurus (minor) Odontotermes sp3. Schedorhinotermes sp2. (minor) S. medioobscurs (minor) S. longirositis (minor) Nasutitermes javanicus M. gilvus (minor) Odontotermes sp4. Odontotermes sp5.
Schedorhinotermes merupakan genus dari anggota Famili Rhinotermitidae yang paling sering dijumpai, dari dua puluh enam contoh yang diperoleh tiga belas
diantaranya
merupakan
spesies
rayap
dari
anggota
genus
Schedorhinotermes. Hal ini dikarenakan ordo Schedorhinotermes memiliki daya jelajah yang cukup luas. Rismayadi (1999) melaporkan bahwa luas wilayah jelajah dua koloni rayap tanah S. javanicus di sekitar Gedung Rektorat IPB masing-masing memiliki daya jelajah mencapai 295 m dan 100 m dengan jarak maksimum 118 meter dan 35 meter. Menurut Krisna dan Weesner (1970) dalam Rismayadi (1999) menyatakan bahwa rayap S. javanicus mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah di pulau Jawa terutama pada ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut sementara kondisi lingkungan HPGW terletak pada
17
ketinggian 460–715 m dpl. Daya jelajah merupakan salah satu bagian dari prilaku rayap untuk mencari sumber makanannya (Nandika et al. 2003). Wilayah jelajah adalah daerah yang selalu dikunjungi oleh suatu organisme secara tetap untuk aktivitas hidupnya baik mencari makan, istirahat, reproduksi dan berlindung (Moen 1973) dalam Rismayadi (1999). Daya jelajah suatu organisme dipengaruhi oleh sifat khas suatu organisme dan kualitas habitatnya. Apabila suatu organisme memiliki habitat wilayah yang baik maka wilayah jelajahnya cenderung sempit. Namun apabila kualitas habitat dari suatu organisme itu rendah maka organisme tersebut cenderung memperluas wilayah jelajahnya (Rismayandi 1999). Daya jelajah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ketersediaan makanan, variasi mikro klimat, kondisi fisik habitat dan resiko perjumpaan dengan predator. Schedorhinotermes merupakan spesies rayap tingkat rendah dan bila dikelompokan dalam jenis makanannya genus ini dimasukan ke dalam kelompok I yaitu kelompok spesies rayap tingkat rendah yang memakan material pohon mati, sehingga tidak salah bila rayap spesies ini mudah untuk ditemukan (Faszly et al. 2005). Rayap yang termasuk ke dalam famili Termitidae merupakan spesies rayap tingkat tinggi, kebanyakan anggota dari rayap yang termasuk ke dalam famili Temitidae bila dibedakan dalam makanannya maka masuk ke dalam grup II yaitu anggota rayap famili Termitidae memakan kayu, rumput dan lumut. Namun tidak semua dari anggota famili Termitidae masuk ke dalam grup II. Sebagai contoh pada genus Pericapritermes. Genus ini termasuk ke dalam grup III yaitu anggota rayap yang termasuk famili Termitidae memakan tanah dengan kandungan organik tinggi (Faszly et al. 2005), sehingga rayap ini sulit untuk ditemukan dikarenakan habitat yang spesifik. Penelitian ini menemukan bahwa genus Pericapritermes hanya terdapat satu sampel dan hanya ditemukan pada tegakan agathis. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa genus Macrotermes tersebar secara merata disetiap lokasi pengambilan sampel. Subekti et al. (2008) melaporkan bahwa genus Macrotermes memiliki sebaran yang luas ini terlihat dari data yang menyebutkan bahwa genus Macrotermes ditemukan pada empat tempat yang berbeda dengan ketinggian yang beragam yaitu Taman Nasional
18
Gunung Halimun Salak dengan ketinggian 600–700 m dpl dan 900–1000 m dpl, Cagar Alam Yanlappa Bogor dengan ketinggian 200–300 m dpl dan Taman Nasional Ujung Kulon dengan ketinggian 0–100 mdpl, dari data tersebut terlihat bahwa genus Macrotermes memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik. Beberapa spesies rayap pada sub famili Macrotermitidae diantarnya genus Odontotermes dan genus Macrotermes menunjukan kesukaannya terhadap jamur. Menurut Nandika et al. (2003) ini terlihat pada bagian sarang Macrotermes banyak dijumpai kebun jamur sebagai sumber makanannya. Menurut United Nations Food and Agriculture Organitation dan United Nations Environment Programme (2000) melaporkan bahwa jamur merupakan faktor penting dalam rantai makanan bagi rayap Macrotermes dan Odontotermes. Jamur berperan dalam menjaga iklim mikro. Jamur Termitomycetes ini dimakan oleh koloni yang masih muda untuk membantu dalam mencerna selulosa. Genus Nasutitermes merupakan genus yang paling sedikit ditemukan. Dalam penelitian ini genus Nasutitermes terdapat pada tegakan puspa. United Nastion Food and Agriculture Organitation dan United Nations Environment Programme (2000) melaporkan bahwa rayap ini dapat hidup di dalam semua spesies habitat hanya saja yang menjadi faktor pembatas dalam distribusinya adalah makanan. Sumber makanan rayap ini mulai dari kayu, lumut dan humus yang berasal dari daun atau sampah.
Keberadaan lumut pada tegakan puspa
sangat mungkin terjadi karena habitus pohon puspa yang memiliki kanopi yang luas menyebabkan kelembaban meningkat dan intensitas matahari rendah sehingga kondisi di bawah kanopi menjadi temperatur relatif basah dan dingin (suhu rendah) (Setyawan 2000), kondisi ini menyebabkan lumut dapat tumbuh optimal, dengan tersedianya cukup makan maka rayap dapat tumbuh dengan baik.
19
4. 2. Identifikasi Spesies Rayap yang tersebar di HPGW. Contoh
rayap
yang
telah
diperoleh
selanjutnya
dilakukan
pengidentifikasian dengan menggunakan mikroskop dan dibantu dengan buku kunci identifikasi spesies rayap berdasarkan Ahmad (1958) dan Tho (1992). Hasil untuk identifikasi rayap di HPGW disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil identifikasi rayap di HPGW No
Rayap yang ditemukan
Deskripsi berdasarkan kunci determinasi
1A
Spesies-spesies rayap dengan ukuran besar, dimorfis (mempunyai dua ukuran). Panjang tubuh dengan mandibel adalah 8–15 mm. Macrotermes (major)
1B
Warna kepala coklat merah. Panjang kepala dengan mandibel 4,8–5,48 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 3,4–3,65 mm. Lebar kepala 2,88–3.17 mm. Ruas antena 17 segmen. Macrotermes gilvus (major)
1C
Panjang kepala dengan mandibel 3.07–3.43 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 1.84–2.29 mm. Lebar kepala 1.52–1.92 mm. M. gilvus (minor)
20
Lanjutan Tabel 4 No
Rayap yang ditemukan
Deskripsi berdasarkan kunci determinasi
2A
Bentuk mandibel sangat tidak simetris, dengan mandibel kiri melengkung ditengah seperti kait. Pericapritermes
2B
Panjang kepala dengan mandibel 3,36–3,65 mm. Panjang kepala tanpa madibel 1,84–2, 18 mm. Lebar kepala 1,16–1,23 mm. P. mohri
3A
Spesies-spesies ukuran sedang. Panjang tubuh 2,17 mm. Odontotermes
3B
Panjang kepala dengan mandibel 2,89 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 2,55 mm. Lebar kepala 1,58 mm. Odontotermes sp.
21
Lanjutan Tabel 4 No
Rayap yang ditemukan
Deskripsi berdasarkan kunci determinasi
4A
Kepala berwarna kuning muda, panjang kepala dengan mandibel 1,8 mm, lebar 1,33 mm dan 16 segmen antena. Schedorhinotermes (major)
4B
Kepala berwarna kuning muda, panjang kepala dengan mandibel 1,98 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 1.44–1,54 mm. Lebar kepala 1.38–1.44 mm. 16 segmen antena. S. longirostris (major)
4C
Panjang kepala dengan mandibel 1,33–1,40 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 0,84–1,04 mm. Lebar kepala 0,72–0,80 mm. S. longirostris (minor)
4D
Panjang kepala dengan mandibel 1,22–1,35 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 0,78–0,83 mm. Ruas antena 16 segment S. medioobscurus (minor)
22
Lanjutan Tabel 4 No
Rayap yang ditemukan
Deskripsi berdasarkan kunci determinasi
4E
Panjang kepala dengan mandibel 1,17–1,18 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 0,65–0,72 mm. S. tarakensis (minor)
5A
Mandible prajurit sangat kecil dan nyaris tidak terlihat dahi (frons) menonjol ke depan berbentuk alat penusuk (nasus) Prajurit berbentuk kerucut, bagaian pangkal menebal dan agak lengkung. Anggota koloni berwarna gelap, coklat tua sampai hitam. Nasutitermes
5B
Jumlah antena 12–13 segmen. Panjang kepala dengan nasut 1,23 mm. Lebar kepala 0,72 mm. Nasutitermes javanicus
23
4.3. Potensi rayap sebagai hama di HPGW
Dari kelima genus yang berhasil ditemukan hanya dua genus yang berpotensi sebagai hama yaitu Macrotermes dan Odontotermes. Nandika (2003) melaporkan bahwa serangan Macrotermes pada tegakan kayu putih tahun 1976 di Tasikmalaya menyebabkan kematian sebesar 91%. Rahmat (1984) melaporkan terjadi kerusakan kayu di TPK Pongpok Landak yang disebabkan M. gilvus. Kayu yang diserang merupakan kayu kualitas IV, kayu yang memilik diameter 4–19 cm. Kayu-kayu tersebut tidak bisa dijual atau menimbulkan kerugian ekonomi karena bagian dalam kayu telah habis dimakan rayap. Santoso (1995) melaporkan bahwa terjadi kerusakan tanaman Shorea spp. di RPH Jasinga yang disebabkan oleh rayap M. gilvus. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan M. gilvus mulai dari ringan hingga berat. M. gilvus menimbulkan kerusakan berat pada akar tanaman S. pinanga dan menimbulkan kerusakan berat pada batang S. stenoptera. Nandika (2003) melaporkan Odontotermes menyerang tegakan kayu putih di Gunung Kidul dengan menyebabkan kematian sebesar 87,07%.