17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Secara Visual Pengamatan terhadap damar mata kucing dilakukan secara visual. Mutu damar mata kucing yang semakin tinggi umumnya memiliki warna yang semakin kuning bening dan mengilap, sebaliknya damar mata kucing
mutu rendah
memiliki warna yang semakin kecoklatan. Warna damar mata kucing diduga berhubungan dengan kotoran yang terdapat dalam bongkahan damar mata kucing. Faktor lain yang mempengaruhi warna damar mata kucing adalah
lamanya
penyimpanan. Menurut Tambunan (1975) dalam Namiroh (1998), warna damar mata kucing mudah berubah terutama jika disimpan dalam waktu yang lama tanpa sirkulasi udara yang baik. Menurut Payne (1964) dalam Setianingsih (1992), perubahan warna pada damar mata kucing dapat disebabkan oleh keberadaan ion logam yang dapat memacu terjadinya proses oksidasi sehingga dihasilkan senyawa kromofor (pembentuk warna), yaitu senyawa yang memiliki gugus >C=C< atau >C=O. Penentuan mutu damar mata kucing secara visual, selain didasarkan pada warna juga ditentukan berdasarkan ukuran bongkahan. Ukuran bongkahan damar mata kucing yang semakin besar dikelompokan ke dalam mutu yang lebih tinggi (Tabel 5). Hasil pengamatan visual damar mata kucing sejalan dengan kondisi penentuan mutu secara visual yang dilakukan di pasaran (Gambar 4). Damar mata kucing yang memiliki ukuran bongkahan lebih besar dan warna yang lebih jernih dikelompokan sebagai damar yang bermutu tinggi. Namun demikian, penentuan mutu berdasarkan warna adalah tidak mudah dan berkecenderungan bersifat subjektif. Menurut Sumadiwangsa (2000), pengelompokan damar yang masih secara manual dan bersifat subjektif menghasilkan mutu yang berbeda-beda antara pabrik yang satu dengan pabrik yang lain. Oleh karena itu, diperlukan pengujian mutu damar mata kucing dengan cara yang lebih objektif, yaitu dengan pengujian sifat fisiko-kimianya.
18
Tabel 5 Pengamatan visual damar mata kucing berbagai kelas mutu dari tiga lokasi pengambilan Mutu A B C D E Abu Mutu A B C D E Abu
Warna PT.BKG KRUI PT.WGM kuning bening kuning bening kuning bening kuning bening kuning bening kuning bening kuning bening kuning bening kuning bening kuning kecoklatan Kuning kuning bening kuning kecoklatan kuning kecoklatan kuning kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan coklat kehitaman Ukuran Bongkahan (p x l x t) cm PT.BKG KRUI PT.WGM (3,80x3,40x1,97) (3,17x2,33x1,37) (4,07x3,17x2,00) (2,43x2,03x1,23) (1,78x1,33x0,85) (2,57x1,83x1,11) (1,20x,0,97x0,50) (1,15x0,81x0,56) (1,49x1,08x0,75) (0,73x0,53x0,45) (0,41x0,33x0,16) (0,89x0,67x0,46) 40-60 Mesh 40-60 mesh (0,44x0,32x0,18) Serbuk Serbuk Serbuk
Gambar 4 Damar mata kucing berbagai mutu dari lokasi pengambilan PT.BKG (kanan), Krui (tengah), PT. WGM (kiri). 4.2 Kadar bahan tidak larut dalam toluena Pengujian bahan tidak larut dalam toluena dilakukan untuk mengetahui kadar kotoran, yaitu persentase jumlah bahan padat organik atau anorganik yang tidak larut dalam toluena, seperti pasir, lilin, mineral, kepingan kayu, dan kulit kayu dalam damar. Besarnya kadar bahan tidak larut dalam toluena damar mata
19
kucing berkisar 0,14--39,72%. Nilai N terendaah dimiliki damar d mutuu B yang beerasal dari Krui, sedangkann nilai tertinnggi dimilik ki damar mutu m Abu yyang berasal dari PT.WGM (Gambar 5). Tabel 6 Pengaruh mutu m dengaan pengelom mpokan tem mpat pengaambilan terh hadap bahan tidakk larut dalam m toluena Mutu Damar D
Bahan Takk Larut dalaam Toluenaa (%) PT. BKG KRUI PT.W WGM 0,26 0,32 0,225 0,26 0,14 0,118 0,22 0,22 0,331 4,32 6,30 0,334 15,41 8,35 2,882 14,77 8,10 39,,72
Rerata Mutu 0,28A 0,19A 0,25A 3,65AB 8,86B 20,8C
A B C D E Abbu Rerata Tempat T 5,86 3,90 Pengam mbilan 7,227 Keterangaan: 1) A, AB, A B dan C hasil uji jarak j bergaanda Duncann terhadap mutu damaar Secara statisttik mutu daamar mata kucing yaang berbedaa memiliki nilai bahan tidaak larut daalam toluenna yang berrbeda nyataa. Hasil ujii jarak berg ganda Duncan menunjukan m n bahwa muutu A, B, C, dan D saling tidakk berbeda nyata (Tabel 6).. Secara um mum damarr mata kucing mutu tinggi t mem miliki nilai bahan b tidak larutt dalam toluuena yang rendah. r Hall ini erat kaaitannya deengan banyaaknya kotoran daalam damarr. Besarnya nilai bahan n tidak larutt dalam toluuena pada damar d mata kuciing diduga mempengaaruhi nilai kadar air, kadar abu dan titik lunak. Semakin tinggi t bahaan tidak larrut dalam toluena t dalaam damar maka kadaar air,
bahan tak larut dalam bahan tak larut dalam toluena (%)
kadar abu,, dan titik luunak damar semakin meningkat. m 40.00
A
30.00
B
20.00
C
10.00
D E
0.00 PT. BKG
KRUI PTT.WGM Tempat penggambilan
Abu
Gambar 5 Pengaruh mutu denggan pengelo ompokan tem mpat pengaambilan terh hadap bahan tidaak larut dalam toluena..
20
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang damar (SNI 01-29001999) dan hasil pengujian statistik, damar mata kucing mutu A, B, dan C yang berasal dari tiga lokasi pengambilan memiliki kualitas yang hampir sama dan termasuk ke dalam kelas mutu A. Persyaratan nilai bahan tidak terlarut dalam toluena damar mata kucing mutu A menurut SNI 01-2900-1999 maksimum 0,4%. 4.3 Kadar Air Kadar air merupakan parameter yang menunjukan jumlah air dalam bongkahan damar mata kucing. Kadar air damar mata kucing yang diuji berkisar 0,65-7,02%. Kadar air tertinggi dimiliki oleh damar mata kucing mutu Abu, sedangkan yang terendah dimiliki oleh damar mata kucing mutu A. Kedua mutu damar mata kucing tersebut berasal dari PT.WGM. Tabel 7 Pengaruh mutu dengan pengelompokan tempat pengambilan terhadap kadar air Mutu Damar PT.BKG 0,70 0,84 0,81 1,44 2,11 1,93
Kadar Air (%) KRUI PT.WGM 0,84 0,65 0,78 0,77 1,01 0,75 1,90 0,87 2,14 1,37 2,10 7,02
Rerata Mutu 0,73A 0,80A 0,86A 1,40A 1,87A 3,68B
A B C D E Abu Rerata Tempat Pengambilan 1,30 1,46 1,91 Keterangan: 1) A dan B hasil uji jarak berganda Duncan pada mutu damar mata kucing. Mutu damar mata kucing yang semakin tinggi memiliki kadar air yang semakin rendah, dan sebaliknya (Gambar 6). Kadar air damar mata kucing selain disebabkan oleh keberadaan air dalam damar
juga dapat dipengaruhi oleh
keberadaan kotoran yang bersifat higroskopis, misalnya adalah berupa serpihan kayu dan kulit pohon. Berdasarkan kadar airnya, sampel yang diambil dari ketiga lokasi memiliki nilai yang sama, sehingga bisa dikatakan memiliki kualitas yang sama.
21
Haasil analisis sidik ragam m menunju ukan bahwaa mutu dam mar mata ku ucing yang berbbeda memiliki nilai kaadar air yan ng berbeda nyata. Uji jarak berg ganda Duncan menunjukkan m n bahwa muutu A, B, C, C D dan E saling tidakk berbeda nyata, n sedangkann mutu Abuu berbeda nyyata dengan n mutu yangg lainnya (Tabel 7).
8.00
Kadar Air (%)
7.00 6.00
A
5.00
B
4.00
C
3.00 2.00
D
1.00
E
0.00
Abu P PT.BKG
KRU UI
PT.WGM
Tempat Pen ngambilan
Gambar 6 Pengaruh mutu denggan pengelo ompokan tem mpat pengaambilan terh hadap kadar air. 4.4 Kadarr Abu Pengujian kaadar Abu dilakukan untuk menngetahui persentase bahan b mineral antara a lain; Ca, C Mg, Al, Na, P, dan n K yang terrtinggal sebbagai residu u pada saat pembbakaran bahan organik. Kadar abu u merupakann salah satuu parameter mutu damar maata kucing menurut SNI S 01-290 00-1999. Mutu M damarr akan sem makin rendah deengan kadarr abu yang semakin tin nggi, dan seebaliknya m mutu damar akan semakin tinggi t dengan kandunggan abu yaang semakinn rendah. N Nilai kadar abu damar matta kucing yaang diteliti berkisar 0,0 01- 6,17%. Kaadar abu damar d mataa kucing daapat dipenggaruhi olehh kadar ko otoran mineral dalam d bonggkahan dam mar. Kadar kotoran yang y semakkin tinggi dapat meningkattkan kadar abu damar mata kucin ng. Hal ini terbukti deengan sejalaannya nilai rerataa kadar abuu dengan reerata bahan tidak larut dalam d tolueena mutu A yaitu sebesar 0,,05 % dan 0,28%. Sem mentara itu u, damar muutu E mem miliki nilai rerata r kadar abuu dan bahann tidak laruut dalam to oluena yangg lebih tingggi dibandin ngkan
22
dengan mutu A, yaitu sebesar 2,20% dan 8,86%. Selain dipengaruhi jumlah kotoran, kadar abu damar juga dipengaruhi oleh jenis kotoran. Damar mata kucing yang memiliki jenis kotoran bahan organik seperti kayu, serpihan ranting, dan kulit pohon dengan jumlah relatif tinggi diduga memiliki kadar abu yang lebih tinggi. Tabel 8 Pengaruh mutu dengan pengelompokan lokasi pengambilan terhadap kadar Abu Mutu Damar
Kadar Abu (%) PT.BKG KRUI PT.WGM 0,03 0,01 0,10 0,03 0,05 0,10 0,04 0,02 0,12 0,38 0,33 0,12 4,53 1,76 0,30 7,76 2,41 6,17
Rerata Mutu 0,05A 0,06A 0,06A 0,28A 2,20B 5,45C
A B C D E Abu Rerata Tempat Pengambilan 2,13b 0,77a 1,15a Keterangan :1) A, B, C hasil uji jarak berganda Duncan terhadap mutu
2) a dan b hasil uji jarak berganda Duncan terhadap pengelompokan tempat pengambilan Secara statistik pengelompokan mutu dan lokasi pengambilan damar mata kucing memiliki nilai kadar abu yang berbeda nyata. Hasil uji jarak berganda Duncan damar mata kucing mutu A, B, C, dan D saling tidak berbeda nyata, sedangkan berdasarkan tempat pengambilan, nilai kadar abu damar mata kucing dari PT. WGM tidak berbeda nyata dengan damar mata kucing dari Krui. Berdasarkan SNI 01-2900-1999, mutu damar mata kucing yang diuji telah memenuhi standar yang dipersyaratkan, kecuali sampel damar mutu kucing mutu Abu. Persyaratan kadar abu menurut SNI bekisar 0,5-4,0%. Merujuk pada hasil analisis statistik dan persyaratan SNI 01-2900-1999, damar mata kucing mutu A, B, C, dan D memiliki kualitas yang hampir sama dan termasuk ke dalam kelompok kualitas baik. Informasi kadar abu sangat bermanfaat terutama dalam industri cat. Kadar abu yang tinggi menunjukan kandungan bahan mineral yang tinggi pada damar
23
mata kucinng. Keberaddaan bahan mineral dap pat mengakkibatkan renndahnya mu utu cat yang dihassilkan (Nam miroh 1998)).
kadar abu (%)
8.00 6.00
A
4.00
B
2.00
C
0.00
D PT.BKG
E KRUI
PT.W WGM
Abu A
Tempat penggambilan
Gambar 7 Pengaruh mutu denggan pengelo ompokan tem mpat pengaambilan terh hadap kadar Abuu. 4.5 Bilanggan Asam Billangan asam m merupakkan parametter yang menunjukan asam bebas dan tingkat keerusakan daamar karenaa hidrolisis molekul trrigliserida ((Namiroh 1998). Damar mata kucing mutu B dari Krui memiliki m bilaangan asam m yang tereendah (20,16), seedangkan bilangan asam a terting ggi (30,26) terdapat pada damar mutu abu dari PT. P WGM (Tabel ( 9). Tabel 9 Pengaruh mutu m dengaan pengelom mpokan tem mpat pengaambilan terh hadap bilangan assam Mutu Damar D
Bilangan Asam A PT.BKG KRUII PT.W WGM 20,68 27,,13 22,57 21,59 21,46 27,,26 22,25 22,89 28,,30 24,84 23,95 29,,48 23,73 23,71 29,,87 24,69 26,22 30,,26
Rerata Mutu 23,47A 23,44A 24,48AB 26,09C 25,77BC 27,06C
A B C D E Abuu Rerata Tempat T Pengam mbilan 23,26b 23,15a 28,72a Keterangaan: 1) A, AB B,B, BC, C hasil uji jarrak bergandda Duncan teerhadap mu utu 2) a, b, hasil uji u jarak berganda Duncan teerhadap teempat pengambilan
24
Mutu damar mata kucing yang tinggi umumnya memiliki nilai bilangan asam yang rendah (Gambar 8). Perbedaan bilangan asam dapat dipengaruhi oleh kadar air dalam damar mata kucing. Kadar air damar yang semakin tinggi maka bilangan asam yang dihasilkan juga semakin tinggi. Menurut Namiroh (1998), keberadaan air dalam damar dapat menyebabkan molekul trigliserida dalam damar terhidrolisis menjadi alkohol dan asam bebas yang bersifat reaktif. Selain itu bilangan asam juga dipengaruhi oleh lama penyimpanan. Damar mata kucing yang disimpan terlalu lama dapat menimbulkan adanya reaksi oksidasi, sehingga semakin banyak asam bebas yang bersifat reaktif. Hasil analisa sidik ragam pengelompokan lokasi pengambilan dan mutu damar mata kucing yang berbeda memiliki nilai bilangan asam yang berbeda nyata. Berdasarkan uji jarak berganda Duncan menunjukan bahwa bilangan asam pada damar mata kucing mutu A, B, dan C tidak berbeda nyata. Selain itu lokasi pengambilan PT. BKG dan Krui juga tidak berbeda nyata. Semua mutu damar mata kucing yang diuji telah memenuhi SNI 01-29001999, yang mensyaratkan nilai bilangan asam damar mata kucing antara 19-36. Mengacu kepada hasil statistik dan SNI, damar mata kucing mutu A, B, dan C memiliki bilangan asam yang hampir sama dan dapat dikelompokan ke dalam mutu yang baik. Dikaitkan dengan pemanfaatannya, damar mata kucing dengan bilangan asam yang rendah lebih dikehendaki dibandingkan dengan damar mata kucing yang memiliki bilangan asam yang tinggi. Bilangan asam yang rendah merupakan salah satu karakteristik resin yang penting dalam pembuatan produk dari resin. Semakin banyak asam bebas maka akan menghasilkan produk yang semakin tidak tahan lama karena bersifat korosif terutama jika produk tersebut dicampur dengan pigmen yang berunsur logam (Namiroh 1998).
25
35 5.00
Bilangan Asam
30 0.00
A B C D E Abu
25 5.00 20 0.00 15 5.00 10 0.00 5 5.00 0 0.00 P PT.BKG
KRUI Tempat Penggambilan
PT.WGM
Gambar 8 Pengaruh mutu denggan pengelo ompokan tem mpat pengaambilan terh hadap bilangan asam. a 4.6 Bilanggan Penyab bunan Billangan pennyabunan merupakan n parameteer yang diigunakan untuk u menentukaan jumlah asam a bebaas dan terik kat serta meerupakan gaambaran pan njang rantai moolekul asaam resin (Namiroh 1998). Daalam peneentuan bilaangan penyabunaan seluruh asam resiin disabunk kan dengann cara direeaksikan deengan larutan baasa disertai pemanasan p (Wiyono dan d Silitongga 2001). Beesarnya bilaangan penyabunaan berkisarr 21,27-50,335. Nilai teerendah dim miliki damaar mutu A yang berasal daari Krui, seddangkan nillai tertinggii merupakaan damar deengan mutu u Abu yang berassal dari PT.WGM (Tabbel 10) . Muutu damar mata kuccing yang tinggi um mumnya meemiliki bilaangan penyabunaan yang renndah (Gambbar 9). Men nurut Jacobbs (1986) ddalam Wiyo ono et al. (2010), bilangan penyabunan p n mempunyaai hubungann erat dengaan berat mollekul, m i berat moleekul rendahh akan mem mpunyai bilaangan dimana daamar yang mempunyai penyabunaan yang tinnggi.
26
Tabel 10 Pengaruh mutu dengan pengelompokan tempat pengambilan terhadap bilangan penyabunan Mutu Damar
Bilangan Penyabunan PT.BKG KRUI PT.WGM 25,45 21,27 34,64 28,18 24,15 34,92 29,45 24,17 36,04 37,02 34,91 37,31 37,37 33,97 44,18 38,69 38,64 50,35
Rerata Mutu 27,12A 29,08A 29,89A 36,41B 38,51C 42,56D
A B C D E Abu Rerata Tempat 29,52a 39,57b Pengambilan 31,22a Keterangan: 1) A, B, C dan D hasil uji jarak berganda Duncan terhadap mutu damar 2) a dan b hasil uji jarak berganda Duncan terhadap tempat pengambilan damar Secara statistik pengelompokan lokasi pengambilan dan mutu damar mata kucing yang berbeda menghasilkan nilai bilangan penyabunan yang berbeda nyata. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa mutu A, B, C saling tidak berbeda nyata dan menurut lokasi pengambilan, damar mata kucing dari PT. BKG tidak berbeda nyata dari Krui. Mengacu hasil statistik dapat diketahui bahwa mutu A, B, dan C memiliki nilai bilangan penyabunan yang hampir sama dan masuk ke dalam kualitas yang baik karena bilangan penyabunannya rendah. Wiyono dan Silitonga (2001) melaporkan bahwa
berkurangnya asam bebas yang terkandung dalam damar
mata kucing akan mengurangi pula bilangan penyabunannya.
27
Bilangan Penyabunan
60.0 00 50.0 00 A
40.0 00
B 30.0 00
C
20.0 00
D
10.0 00
E Ab bu
0.0 00 PT.BKG
KRUI
P PT.WGM
empat Pengam mbilan Te
Gambar 9 Pengaruh mutu denggan pengelo ompokan tem mpat pengaambilan terh hadap bilangan penyabunan p n. 4.7 Titik Lunak L Tittik lunak merupakan m suhu diman na damar mata m kucingg mulai berrubah dari wujudd padat meenjadi semi padat. Suh hu titik lunaak damar m mata kucing yang diuji berkkisar 88,00--126,00°C. Titik lunak k tertinggi dimiliki ooleh damar mata kucing muutu Abu yaang berasall dari PT.W WGM, sedaangkan titikk lunak tereendah dimiliki olleh damar mutu m A yangg juga berassal dari PT.W WGM (Tabbel 11). Beesarnya titikk lunak dappat dipengarruhi oleh kadar k kotoraan dalam daamar. Keberadaaan kotoran yang y semakkin tinggi daapat meninggkatkan titikk lunak. Ko otoran dapat mennyebabkan terbentuknnya ikatan dengan sennyawa dalaam damar mata kucing seehingga terbbentuk sennyawa baru yang mem miliki rantaai molekul lebih panjang. Namun N dem mikian dam mar mata kucing k muttu E yang memiliki kadar k kotoran tinnggi dibanddingkan denngan mutu C, ternyataa memiliki rrerata titik lunak yang lebihh rendah. Haal ini didugga erat kaitan nnya dengaan keberadaan minyak atsiri. a Menurut Wiyono W dann Silitonga (2001), sem makin tingggi kandungan minyak atsiri dalam dam mar maka titik lunaknyya semakin n rendah. Tiitik lunak yyang lebih tinggi t dapat jugga disebabkkan oleh jumlah j ikaatan rangkaap yang berkurang akibat a terjadinyaa reaksi okssidasi, sehinngga panass yang dibuutuhkan unntuk melunaakkan damar akaan lebih besar dibandinngkan dengaan damar yaang memilikki ikatan ran ngkap lebih banyyak (Larasatti 2007).
28
Tabel 11 Pengaruh mutu dengan pengelom mpokan tem mpat pengaambilan terh hadap titik lunak Mutu Damar D
L (°C) Titik Lunak PT T. BKG KRUI K PT.W WGM 9 95,25 9 90,00 88 8,25 9 97,00 9 99,50 88 8,00 9 97,75 9 99,75 91 1,75 9 96,50 1001,00 93 3,75 9 98,00 9 95,00 91 1,75 103,50 1006,75 12 26,00
Reerata M Mutu 91,17A 94,83A 96,42A 97,08A 94,92A 1122,08B
A B C D E Abuu Rerata Tempat T Pengam mbilan 9 97,79 9 98,67 96 6,58 Keterangaan: 1) A dann B hasil ujii jarak bergaanda Duncaan terhadap mutu damaar Haasil analisa sidik ragam m menunju ukan bahwaa mutu dam mar mata ku ucing yang berbbeda memiliki nilai titik t lunak yang berbeda nyata. Hasil uji jarak berganda Duncan D meenunjukan bahwa b mutu A, B, C, D dan E saling tidak berrbeda nyata, sehhingga dapat dikategoorikan ke dalam d kelom mpok kualitas yang sama. s Berdasarkkan SNI 01-2900-19999 persyaraatan titik lunak l damaar mata ku ucing nilainya anntara 95-120°C. 140.0 00
titik lunak °C
120.0 00 100.0 00
A
80.0 00
B
60.0 00
C
40.0 00
D E
20.0 00
A Abu
0.0 00 PT.. BKG
KRUI
P PT.WGM
empat pengambilan Te
Gambar 10
Penggaruh mutuu dengan pengelompokan temppat pengam mbilan
terhadap titik t lunak.
29
4.8 Pengaruh Pengelompokan Damar Mata Kucing Secara Visual Terhadap Kondisi Perdagangan. Di pasar domestik, pengelompokan damar mata kucing berdasarkan ukuran bongkahan, warna, dan kebersihan dijadikan dasar penentuan harga jual damar mata kucing. Damar yang memiliki ukuran bongkahan besar dan warna yang semakin kuning jernih berharga jual semakin mahal, dan sebaliknya damar yang memiliki ukuran bongkahan semakin kecil dan warna yang semakin gelap berharga jual semakin murah. Harga damar mata kucing mutu A di PT. WGM yaitu sebesar Rp45.0000,00/kg sedangkan mutu B dan C dijual dengan harga Rp40.000,00/kg dan Rp35.000,00/kg. Penggunaan damar mata kucing dalam industri sebetulnya tidak mementingkan ukuran bongkahan akan tetapi lebih berdasarkan pada sifat fisikokimia yang dimiliki damar mata kucing. Hal ini berdasarkan kenyataan di lapangan pada tingkat eksportir maupun industri, bahwa sebelum dilakukan pembelian biasanya konsumen akan melakukan pengujian sifat fisiko-kimia terlebih dahulu. Hasil uji fisiko-kimia merupakan cara untuk memastikan bahwa mutu damar mata kucing yang dibeli sesuai dengan permintaan pembeli. Misalnya industri cat akan lebih menyukai damar mata kucing yang memiliki bilangan asam dan kadar abu yang rendah. Hasil pengujian sifat fisiko-kimia pada penelitian ini menunjukan bahwa damar mata kucing yang memiliki ukuran bongkahan berbeda ternyata memiliki sifat-sifat yang hampir sama, terutama damar mata kucing mutu A, B, dan C. Praktek pengelompokan mutu secara visual yang masih dilakukan sampai saat ini dapat menguntungkan pembeli atau konsumen, tetapi merugikan produsen ditingkat hulu. Konsumen dapat membeli damar mata kucing dengan sifat fisikokimia yang baik dengan harga yang lebih murah, karena ukuran bongkahan yang lebih kecil. Sementara itu, produsen hulu dirugikan karena walaupun damar mata kucing dengan kualitas baik dihargai murah yang disebabkan ukuran bongkahan yang lebih kecil.