BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. 1.
Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan
Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan BUMN Malaysia yaitu Guthrie Berhard Plantation. Pada tahun 2009, Guthrie Berhard Plantation berubah menjadi Sime Darby Group sampai dengan sekarang dengan holding company PT. Minamas Gemilang yang merupakan salah satu pemain besar dalam industri kelapa sawit di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit PT. Minamas Gemilang tersebar dari Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi dengan total luas perkebunannya mencapai kurang lebih 250.000 hektare. PT. Laguna Mandiri merupakan salah satu anak perusahaan PT. Minamas Gemilang yang pengolahan kelapa sawit berada di wilayah Kalimantan Selatan terletak di Kota Baru. Rantau Factory – PT. Laguna Mandiri berada diatas tanah seluas 11000 hektare dengan daerah perkebunan seluas 9000 hektare. 2.
Jenis Usaha Jenis usaha dari PT. Minamas Gemilang yaitu perkebunan kelapa sawit.
Tandan buah segar yang diolah setiap harinya mencapai 750 Ton/Hari. Pengolahan kelapa sawit dilakukan hingga menghasilkan Minyak Kelapa Sawit dan Inti Kernel
42 http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Sawit yang kemudian akan dijual untuk kebutuhan pasar domestik dan internasional. 3.
Visi dan Misi 1) Visi Menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit dunia yang terkemuka dengan nilai tambah produk dan layanan terbaik, teknologi yang inovatif dan karyawan yang handal 2) Misi Berkomitmen untuk mengembangkan masa depan yang berkelanjutan dan mengadopsi praktek lingkungan hidup terbaik untuk menjamin kelestarian lingkungan dalam seluruh operasinya.
B.
Analisis Deskriptif Data yang yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah data hasil produksi
kelapa sawit yang dihasilkan oleh PT. Laguna Mandiri. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh PT. Laguna Mandiri selama bulan Januari sampai dengan Desember 2015 sebanyak 30.568MT. Pada Hasil produksi tersebut terdapat kecacatan mutu minyak kelapa sawit. Berikut data presentase kecacatan yang tidak sesuai dengan target perusahaan berdasarkan hasil produksi kelapa sawit bulan Januari – Desember 2015.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Tabel 4.1 Data Presentase Tingkat Asam Lemak Bebas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan berpedoman pada target perusahaan, pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa data presentase tingkat kecacatan asam lemak bebas pada produksi kelapa sawit tahun 2015 melebihi target maksimal perusahaan yaitu 3.50%. Tabel 4.2 Data Presentase Tingkat Kadar Air
Sumber: Hasil Pengolahan Data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa data presentase tingkat kecacatan kadar air pada produksi kelapa sawit tahun 2015 melebihi target maksimal perusahaan yaitu 0.20%. Tabel 4.3 Data Presentase Tingkat Kadar Kotoran
Sumber: Hasil Pengolahan Data Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa data presentase tingkat kecacatan kadar kotoran pada produksi kelapa sawit tahun 2015 melebihi target maksimal perusahaan yaitu 0.020%.
C.
Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian Berdasarkan data produksi PT. Laguna Mandiri bulan Januari – Desember
2015, terdapat kualitas produk yang tidak sesuai dengan target perusahaan. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kelangsungan bisnis di masa depan. Kualitas merupakan elemen terpenting dalam persaingan bisnis sekarang ini. Agar mempu bersaing dan bertahan maka perusahaan harus memiliki proses bisnis yang berkualitas tinggi agar mampu memenuhi keinginan pelanggan dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
tercapainya target perusahaan. Salah satu metode yang dapat meningkatkan kualitas adalah metode Six Sigma. Six Sigma merupakan konsep peningkatan kualitas yang berfokus kepada pemenuhan kritis pelanggan dengan cara mengurangi tingkat cacat. Perusahaanperusahaan kelas dunia menjadikan Six Sigma sebagai suatu standar karena kemampuannya untuk mencapai 3,4 cacat per juta peluang. Six Sigma memiliki 5 fase untuk mencapai tingkat kegagalan nol, yaitu Define-Measure-AnalyzeImprove-Control (DMAIC).
D.
Pengolahan Data Setelah semua data yang diperlukan sudah terkumpul, selanjutnya dapat
dilakukan pengolahan data. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan mendefinisikan, mengukur dan menganalisa permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Laguna Mandiri. 1.
Fase Define Tahap Define merupakan tahap identifikasi awal dalam melakukan analisa Six
Sigma, yaitu mengidentifikasi hal-hal yang dianggap penting dalam proses produksi (critiqal to quality/ CTQ). Langkah-langkah dalam fase define pada penelitian ini adalah : 1)
Menentukan proporsi per jenis kecacatan minyak kelapa sawit dengan pareto chart. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pihak Quality Control yaitu data hasil produksi bulan Januari – Desember 2015 adalah sebagai berikut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Tabel 4.4 Data Hasil Produksi Kelapa Sawit Bulan Januari – Desember 2015
Sumber : Hasil pengolahan data Untuk lebih memudahkan dalam melihat kecacatan pada mutu minyak kelapa sawit digunakan metode diagram pareto guna membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya.
Gambar 4.1 Diagram Pareto untuk Jenis Kecacatan Sumber : Hasil pengolahan data Gambar 4.1 dapat terlihat bahwa kecacatan pada asam lemak bebas memiliki persentase kecacatan paling tinggi yaitu sebesar 63,49% kemudian pada kadar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
kotoran memiliki persentase kecacatan sebesar 21,20% selanjutnya pada kadar air memiliki persentase kecacatan sebesar 15,30%. 2)
Membuat Diagram SIPOC Dalam manajemen dan perbaikan proses, SIPOC merupakan diagram yang digunakan untik menampilkan sekumpulan aktivitas fungsional dalam satu diagram tunggal sederhana, menggunakan kerangka kerja yang dapat diterapkan pada proses, serta menyajikan tampilan “sekilas” dari aliran proses. SIPOC terdiri dari Supplier (pemasok), Input (masukan), Processes (proses), Outputs (keluaran), Customers (pelanggan). Pada PT. Laguna Mandiri proses produksi dapat digambarkan sebagai berikut :
Suppliers
Inputs
Petani
Tandan Buah Segar
Kelapa Perkebun Sawit dan Kebun Inti
Processes
Outputs
Penimbangan
Minyak Kelapa Sawit & Inti Kernel Sawit
Penyortiran
Customers
Perebusan
Pemipilan
Pengepresan
Pemurnian Minyak
Pengolahan Biji
Gambar 4.2 Diagram SIPOC Produksi Kelapa Sawit Sumber : Hasil diskusi dengan Head QC
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
2.
Fase Measure Setelah dilakukan pendefinisian masalah yang akan dianalisis, pada tahap
measure ini dilakukan pengukuran terhadap kualitas produk. Pada tahap measure ini dilakukan pengukuran baseline kinerja dengan parameter DPMO dan pengukuran kapabilitas proses dalam perusahaan adalah sebagai berikut : 1)
Pengukuran Baseline Kinerja dengan Parameter DPMO dan Level SIGMA Dalam penelitian ini, pengukuran baseline kinerja perusahaan dilakukan dengan menggunakan parameter DPMO dan nilai Sigma. Hasil perhitungan DPMO dan nilai Sigma dari tiap-tiap kecacatan dapat dilihat dalam tabel 4.5, 4.6 dan 4,7 . Berikut contoh perhitungannya : Pada Asam Lemak Bebas Diketahui
Tabel 4.5 Pengukuran Defect per Million Opportunities dan Nilai Sigma dari Proses Produksi
Sumber : Hasil Pengolahan Data Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai DPMO dari proses produksi masih tinggi nilainya dan nilai sigma nya relative kecil. Hal ini menunjukan bahwa baseline kinerja perusahaan kurang baik dan perlu dilakukan perbaikan kualitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
2)
Pengukuran Kapabilitas Proses Untuk mengetahui kapabilitas proses pada produksi PT. Laguna Mandiri, terlebih dahulu dilakukan analisis proses produksi kelapa sawit dengan menggunakan diagram x-bar chart. Analisa jenis kegagalan proses produksi tersebut adalah : a)
Analisis tingkat asam lemak bebas
Berikut data hasil proses produksi kelapa sawit pada tingkat asam lemak bebas yang didapat dari Dept. Quality Control pada PT. Laguna Mandiri selama bulan Jul – Des 2015. Tabel 4.6 Data Hasil Proses Produksi pada Tingkat Asam Lemak Bebas PT. Laguna Mandiri Bulan Jul - Des 2015
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa rata-rata proses produksi kelapa sawit pada tingkat asam lemak bebas yaitu 4.22% dengan standar deviasi 0.43. Dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Dept. QC di dapat batas toleransi tingkat asam lemak bebas sebesar 3.50%. Berdasarkan data pada tabel 4.6, dapat digambarkan dalam bagan kendali xbar untuk memudahkan menganalisis tingkat asam lemak bebas tersebut sebagai berikut :
Gambar 4.3 X-Bar Chart Pada Tingkat Asam Lemak Bebas Sumber : Hasil Pengolahan Data Pada gambar 4.3 bahwa proses produksi kelapa sawit pada tingkat asam lemak bebas yang diperoleh seluruhnya berada diluar batas toleransi yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukan bahwa proses produksi kelapa sawit tidak terkendali dan PT. Laguna Mandiri memerlukan adanya perbaikan pengendalian kualitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
b)
Analisis Tingkat Kadar Air
Berikut data proses produksi pada tingkat kadar air yang didapat dari Dept. QC pada PT. Laguna Mandiri selama bulan Jul – Des 2015. Tabel 4.7 Data Hasil Proses Produksi pada Tingkat Kadar Air PT. Laguna Mandiri Bulan Jul – Des 2015
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa rata-rata proses produksi kelapa sawit pada tingkat kadar air yaitu 0.17% dengan standar deviasi 0.01%. Dari Dept. QC di dapat batas toleransi tingkat kadar air sebesar 0.20%. Berdasarkan data pada tabel 4.7, dapat digambarkan dalam bagan kendali x-bar untuk memudahkan menganalisis tingkat kadar air sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Gambar 4.4 X-Bar Chart pada Tingkat Kadar Air Sumber : Hasil Pengolahan Data Gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa proses produksi kelapa sawit pada tingkat kadar air berada dalam batas toleransi yaitu dibawah 0.20%. Berarti sudah sesuai dengan batas toleransi yang diinginkan perusahaan. Hal ini harus dipertahankan oleh PT. Laguna Mandiri. c)
Tingkat Kadar Kotoran
Berikut data proses produksi pada tingkat kadar kotoran yang didapat dari Dept. QC pada PT. Laguna Mandiri selama bulan Jul – Des 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Tabel 4.8 Data Hasil Proses Produksi pada Tingkat Kadar Kotoran PT. Laguna Mandiri Bulan Jul – Des 2015
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah kecacatan tingkat kadar kotoran yaitu 0.017% dengan standar deviasi 0.001. Dari Dept. QC di dapat batas toleransi tingkat asam lemak bebas sebesar 0.020%. Berdasarkan data pada tabel 4.8, dapat digambarkan dalam bagan kendali x-bar untuk memudahkan menganalisis tingkat kadar kotoran tersebut sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Gambar 4.5 X-Bar pada Tingkat Kadar Kotoran Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gamber 4.5 dapat disimpulkan bahwa rata-rata proses produksi kelapa sawit pada tingkat kadar kotoran berada dalam batas toleransi, yaitu dibawah 0.020%. Berarti sudah sesuai dengan batas toleransi yang diinginkan perusahaan. Hal ini harus dipertahankan oleh PT. Laguna Mandiri. Selanjutnya, dilakukan analisis kapabilitas proses produksi pada pengolahan kelapa sawit. Tujuannya adalah untuk mengetahui proses tersebut memiliki kapabilitas atau tidak. Berikut analisis tingkat asam lemak bebas, kadar air dan kotoran adalah : 1). Tingkat asam lemak bebas Batas Kendali Atas
= 3.5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Batas Kendali Bawah
=3
Rata-rata
= 4.22
Standar Deviasi
= 0.43 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠− 𝑥̅ 𝑥̅ −𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ
Maka, Cpk = Min(
,
3
3
)
3.5−4.22 4.22−3
= Min( 3(0.43) , 3(0.43)) −0.72 1.22
= Min( 1.29 , 1.29) = Min (−0.56 , 0.95) =0 Dengan Cpk = 0 < nilai kritis 1, maka proses produksi pada tingkat asam lemak bebas dinyatakan tidak kapabel. Sehingga perusahaan mencari cara untuk membuat rata-rata kegagalan mendekati nilai yang ditargetkan perusahaan. 2). Tingkat pada kadar air Batas Kendali Atas
= 0.20
Batas Kendali Bawah
= 0.15
Rata-rata
= 0.17
Standar Deviasi
= 0.01
Maka, Cpk = Min(
𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠− 𝑥̅ 𝑥̅ −𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ
,
3
0.20−0.17 0.17−0.15
= Min(
3(0.01)
,
3(0.01)
)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
)
57
0.03 0.02
= Min(0.03 , 0.03) = Min (1 , 0.66) =1 Dengan Cpk = 1, maka proses produksi pada tingkat kadar air bertepatan dengan batas ±3σ berarti proses berada antara mampu dan tidak mampu, sehingga perlu peningkatan proses agar sesuai dengan target perusahaan. 3). Jenis kecacatan pada kadar kotoran Batas Kendali Atas
= 0.020
Batas Kendali Bawah
= 0.015
Rata-rata
= 0.017
Standar Deviasi
= 0.001
Maka, Cpk = Min(
𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠− 𝑥̅ 𝑥̅ −𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ
,
3
3
)
0.020−0.017 0.017−0.015
= Min(
3(0.001)
,
3(0.001)
)
−0,003 −0.002
= Min( 0.003 , −0.003) = Min (1 , 0.66) =1 Dengan Cpk = 1, maka proses produksi pada tingkat kadar kotoran bertepatan dengan batas ±3σ berarti proses berada antara mampu dan tidak mampu, sehingga perlu peningkatan proses agar sesuai dengan target perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
3.
Fase Analyze Pada tahap analyze merupakan langkah ketiga dalam proses six sigma, tujuan
dari tahap ini adalah menganalisis sebab-sebab utama yang menyebabkan kegagalan pada proses produksi. Pada penelitian ini sebab-sebab utama permasalahan tersebut akan dianalisis menggunakan diagram sebab-akibat (fishbone chart) dan FMEA. Informasi tentang hal-hal yang menyebabkan permasalahan tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan Head Quality Control dan staf Departemen Operasional Perkebunan PT. Laguna Mandiri. 1)
Diagram sebab akibat Diagram sebab akibat dapat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi perusahaan dengan kemungkinan penyebab serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab kecacatan mutu minyak kelapa sawit secara umum adalah manusia, mesin material, metode, media/sarana.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Manusia
Mesin
Kesalahan pengaturan mesin Kurangnya pengawasan
Jenuh Tidak ada Rotasi
Perebusan dan pelumatan terlalu lama
Kurangnya pengawasan
Kurang Motivasi
Mesin tidak beroperasi maksimal
Kurang disiplin
Kurang Terampil Kurangnya Pelatihan
Belum optimalnya sistem perawatan
Posisi Pekerjaan Kurang Tepat
Buah lama menumpuk
Buah terlambat dipanen Kurangnya pengawasan
Kualitas bahan baku buruk
Jumlah armada yang belum maksimal
Buah terlambat diangkut
Infrastruktur tidak baik
Belum optimalnya sistem perawatan
Supervisi kurang konsisten
Penerapan SOP kurang konsisten
Jalan rusak
Belum optimalnya sistem perawatan
Material
Cacat Asam Lemak Bebas
Media/Sarana
Metode
Gambar 4.6 Fish Bone Chart Proses Produksi Kelapa Sawit Pada Tingkat Asam Lemak Bebas Sumber : Hasil Pengolahan Data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Manusia
Mesin
Kesalahan pengaturan mesin Kurangnya pengawasan
Jenuh Tidak ada Rotasi
Kesalahan pengaturan mesin sterilizer, oil purifier, dan vacuum dryer
Kurangnya pengawasan
Kurang Motivasi
Mesin tidak beroperasi masimal
Kurang disiplin
Kurang Terampil Kurangnya Pelatihan
Belum optimalnya sistem perawatan
Posisi Pekerjaan Kurang Tepat
Cacat Kadar Air
Buah terlambat dipanen
Buah lama menumpuk
Kurangnya pengawasan
Kualitas bahan baku buruk
Jumlah armada yang belum memadai
Material
Belum optimalnya sistem perawatan
Buah terlambat diangkut
Belum optimalnya sistem perawatan
Media/Sarana
Infrastruktur tidak baik
Supervisi kurang konsisten
Penerapan SOP kurang konsisten
Jalan rusak
Metode
Gambar 4.7 Fish Bone Chart Poses Produksi Kelapa Sawit Pada Tingkat Kadar Air Sumber : Hasil Pengolahan Data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Manusia
Mesin
Kesalahan pengaturan mesin Kurangnya pengawasan
Jenuh Tidak ada Rotasi
Kesalahan pengaturan mesin sand trap tank dan vibrating screen
Kurangnya pengawasan
Kurang Motivasi
Mesin tidak beroperasi masimal
Kurang disiplin
Kurang Terampil Kurangnya Pelatihan
Belum optimalnya sistem perawatan
Posisi Pekerjaan Kurang Tepat
Buah terlambat dipanen
Buah lama menumpuk
Kurangnya pengawasan
Kualitas bahan baku buruk
Buah terlambat diangkut
Jumlah armada yang belum memadai
Belum optimalnya sistem perawatan
Material
Media/Sarana
Cacat Kadar Kotoran Infrastruktur tidak baik Belum optimalnya sistem perawatan
Supervisi kurang konsisten
Penerapan SOP kurang konsisten
Jalan rusak
Metode
Gambar 4.8 Fish Bone Chart Proses Produksi Kelapa Sawit pada Tingkat Kadar Kotoran Sumber : Hasil Pengolahan Data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
2)
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Setelah diketahui penyebab-penyebab dari masalah proses produksi kelapa sawit PT. Laguna Mandiri, maka dilakukan analisis penyebab utama dari permasalahan tersebut. Analisis FMEA dilakukan dengan menggunakan spreadsheet FMEA. Setiap masalah dari permasalahan dicari nilai RPN-nya kemudian nilai RPN tersebut disusun dari nilai yang paling besar sampai yang paling terkecil. Penyebab yang mempunyai nilai RPN yang paling besar inilah yang merupakan penyebab utama dari permasalahan yang dihadapi. Nilai RPN merupakan hasil perkalian dari nilai severity, occurance, dan detection dari tiap-tiap penyebab masalah. Pengisian spreadsheet FMEA dilakukan dengan menggunakan brainstorming dengan pihak Quality Control Dept. dan Plantation Operation Dept. Brainstorming tersebut dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh tiap-tiap penyebab, menentukan severity, occurance, dan detection besarnya Antara 1-10, pemberian nilai ini berdasarkan pertimbangan dan acuan yang ada dalam referensi.
Tabel 4.9 Spreadsheet FMEA Pada Masalah Kecacatan Minyak Kelapa Sawit Akibat
Penyebab Cacat
Kecacatan Kurangnya pelatihan Minyak Tidak ada rotasi Kelapa Kurangnya pengawasan Sawit Belum optimalnya sistem perawatan Penerapan SOP kurang konsisten
Occ
Sevv
Det
RPN
Rank
(1-10)
(1-10)
(1-10)
6
5
3
90
4
5 10 7
4 8 6
2 6 5
40 480 210
5 1 3
8
7
4
224
2
Sumber : Hasil Pengolahan Data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Berdasarkan tabel spreadsheet tabel 4.9 diatas, diketahui bahwa penyebab yang memiliki nilai RPN yang paling tinggi dari proses produksi kelapa sawit yaitu faktor Man (karyawan), nilai occurance sebesar 10; masalahnya sering terjadi,nilai severity sebesar 8; hal tersebut masalahnya sangat berpengaruh dan kritis, nilai detection 6; masalahnya kemungkinan kecil dapat diatasi. Sehingga setelah ketiga nilai ini dikalikan (10x8x6) diperoleh nilai RPN 480. Dalam hal ini berarti bahwa penyebab cacat mutu minyak kelapa sawit adalah faktor manusia. Setelah diketahui penyebab utamanya, selanjutnya dibuat tabel action failure mode untuk menentukan tindakan yang menentukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Pengisian tabel ini juga merupakan hasil brainstorming pihak Plantation Operation. Untuk lebih jelasnya hasil brainstorming dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Table Action for Failure Mode Kecacatan Minyak Kelapa Sawit Prioritas
Perbaikan
RPN
1
Memaksimalkan pengawasan : 1. Meningkatkan pengawasan secara menyeluruh pada saat panen dan merawat tanaman 2. Melakukan pengawasan secara lebih ketat terhadap pengaturan mesin-mesin yang sedang mengolah Memberikan pemahaman dan penerapan mengenai standar kerja yang sudah ditetapkan agar aktivitas pekerja dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan Mengoptimalkan perawatan 1. Mesin : Jadwal perawatan mesin yang digunakan harus dilakukan secara rutin setiap bulan dan melakukan perencanaan yang matang untuk pembelian sparepart mesin 2. Jalan : Perawatan jalan dan jembatan dilakukan secara rutin dan kontrol lebih intens apabila musim penghujan
480
2
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
224
210
64
Prioritas 1
4 5
Perbaikan
RPN
Memaksimalkan pengawasan : 1. Meningkatkan pengawasan secara menyeluruh pada saat panen dan merawat tanaman 2. Melakukan pengawasan secara lebih ketat terhadap pengaturan mesin-mesin yang sedang mengolah Pelatihan dan refreshment dilakukan secara berkala sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawab karyawan
480
Melakukan evaluasi terhadap kinerja dan apabila diperlukan perusahaan dapat melakukan rotasi atau mutasi karyawan
40
90
Sumber : Hasil pengolahan data 4.
Fase Improve Setelah mengetahui akar penyebab untuk setiap jenis kegagalan, langkah
selanjutnya adalah menentukan usulan perbaikan untuk setiap penyebab kegagalan yang ada. Pada tahap improve ini akan dilakukan usulan perbaikan proses produksi kelapa sawit agar sesuai dengan target yang diharapkan perusahaan. Adapun usulan perbaikan tersebut dapat dilakukan analisis dengan menggunakan metode 5W+1H . Metode ini terdiri dari what (apa), why (mengapa), when (kapan), who (siapa), how (bagaimana). Berikut tahapan-tahapan metode 5W+1H untuk proses produksi kelapa sawit adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Tabel 4.11 Metode 5W+1H Untuk Proses Produksi Kelapa Sawit Jenis
5W+1H
Tujuan Utama
What (apa)
Alasan Kegunaan
Why (mengapa)
Lokasi
Where (dimana)
Sekuens When (kapan) (kegunaan) Orang
Who(siapa)
Mtode
How (bagaimana)
Deskripsi
Tindakan
Apa target utama 1. Meningkatkan pengawasan dari perbaikan pada saat kegiatan panen dan proses produksi ? merawat tanaman 2. Meningkatkan pengawasan pengaturan mesin pada saat sedang mengolah Mengapa rencana 1. Agar buah yang dipanen tindakan itu sudah memenuhi persyaratan diperlukan ? 2. Agar pengaturan mesin pengolahan sesuai dengan standar operasional prosedur yang ditetapkan Dimana rencana 1. Dilaksanakan di kebun PT. perbaikan itu Laguna Mandiri dilakukan ? 2. Dilaksanakan di pabrik PT. Laguna Mandiri Kapan rencana Rencana tindakan perbaikan tindakan itu sebaiknya dilakukan pada awal dilaksanakan ? tahun 2017 Siapa yang akan Aktivitas pengawasan kegiatan mengerjakan produksi dilakukan oleh masingaktivitas rencana masing supervisi kebun dan tindakan itu ? pabrik yang dimonitor oleh manager kebun dan pabrik Bagaimana 1. Memberikan petunjuk yang mengerjakan jelas saat lingkaran pagi aktivitas rencana mengenai kegiatan yang tindakan itu ? harus dilakukan dan memastikan bahwa peralatan yang digunakan sudah tepat. 2. Asisten pabrik harus mengawasi mesin-mesin yang sedang beroperasi maksimal dua jam sekali untuk memastikan bahwa mesin yang sedang mengolah sesuai dengan buku pedoman Engineering.
Sumber : Hasil pengolahan data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
5.
Fase Control Pada tahap Control merupakan tahapan yang terakhir dari level sigma, yang
menekankan pada pendokumentasian dan penyebarluasan dari tindakan yang harus dilakukan, walaupun tahap ini hanya sebatas pada rencana saja, meliputi : 1)
Melakukan pengawasan secara efektif agar aktivitas produksi dilakukan secara tepat sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sumber daya manusia yang terkait
2)
Memberikan pelatihan secara berkala kepada karyawan a)
Pelatihan mengenai proses kerja yang ditujukan kepada pekerja baru sebagai langkah penyesuaian terhadap bentuk aktifitas baru
b) Pelatihan dan pengembangan diri kepada karyawan lama untuk menambah wawasan dan mencegah kejenuhan dalam bekerja c)
Pelatihan atau refreshment mengenai pemahaman standar operasional prosedur (SOP) dan tata cara menggunakan sarana yang tepat dan benar
3)
Memeriksa kelayakan sarana dan prasarana yang digunakan secara berkala agar tidak menghambat jalannya proses produksi
4)
Menerapkan “reward and punishment” terhadap karyawan. Hal ini dilakukan agar karyawan memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya.
5)
Peningkatan proses produksi harus dilakukan secara terus-menerus, perusahaan dapat melakukan dengan analisis six sigma (DMAIC) dengan cara menghitung jumlah kecacatan mutu minyak kelapas sawit selama beberapa periode dan menghitung nilai sigma, kemudian mencari tingkat kapabilitas pada hasil proses produksi kelapa sawit, sebaiknya dilakukan setiap tiga bulan sekali.
http://digilib.mercubuana.ac.id/