BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Architecture Vision Pemerintah Indonesia sudah mencanangkan program untuk mewujudkan swasembada daging sapi pada tahun 2010. Pemerintah juga sudah menyusun beberapa strategi untuk mendukung program tersebut. Secara resmi Departemen Pertanian menyatakan bahwa buku Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi dan buku pelengkapnya antara lain buku Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 – 2010 yang disusun oleh Badan Litbang Departemen Pertanian sebagai acuan dan pedoman dalam implementasi Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2010 (Boediyana 2007). Salah satu strategi yang coba diusulkan melalui penelitan ini adalah membangun sebuah sistem pencatatan (registration system) dan perencanaan sederhana. Agar dapat dipotret dengan baik data-data yang ada di lapangan. Sehingga dapat dihasilkan laporan atau kesimpulan benar berdasarkan fakta yang relevan. Sistem yang diusulkan dinamakan Sistem Informasi Pencatatan dan Perencannan Stok Sapi Potong Nasional (SIPPS-Sapi). SIPPS-Sapi dirancang agar mampu mencatat dan menampung data sapi potong secara nasional serta melakukan kalkulasi perhitungan perencanaan stok sapi potong secara sederhana sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu pemerintah dalam menentukan kebijakan dan melakukan perencanaan stok sapi potong tahunan. 4.2 Analisis Business Architecture Analisis business architecture dilakukan untuk mengetahui proses bisnis di dalam bidang sapi potong di Indonesia. Analisis ini dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui studi terhadap peraturan perundang-undangan yang ada, dan diskusi serta wawancara dengan pakar bidang peternakan, khususnya sapi potong di Indonesia. Pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian, dapat melakukan semacam sensus sapi secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia. Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54 tahun 2006, bahwa pelaksanaan pembinaan, bimbingan, pengawasan, dan produksi bibit sapi potong yang baik (good breeding practice) 27
merupakan kewenangan kabupaten/kota, maka sensus sapi ini dapat dilakukan secara terdesentralisasi oleh setiap Dinas Peternakan (Disnak) kabupaten/kota. Nantinya, Pencatatan dan verifikasi pada sistem juga dilakukan oleh petugas Disnak. Selain itu, dalam pengembangan sistem, terdapat pula berbagai landasan hukum lain yang dapat dijadikan rujukan yaitu UU Nomor 6 Tahun 1967 Tentang KetentuanKetentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam UU ini tergambar proses bisnis dasar bidang peternakan di indonesia. Dirjen Peternakan, Departemen Pertanian juga sudah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Peternakan nomor: 06/kpts/pd.410/f/01.07 Tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Bibit Sapi Potong. Dalam peraturan ini, tergambarkan beberapa proses bisnis di bidang peternakan, khususnya pengawasan mutu bibit sapi potong di Indonesia. Telah diterbitkan pula dua buah Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai sapi potong, yaitu untuk bangsa sapi Bali dan Peranakan Ongole (PO). Dalam dua buah standarisasi ini terlihat syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi agar sebuah sapi dapat dinyatakan sebagai sapi bibit. Syarat-syarat ini dapat dijadikan masukan berarti dalam merancang basis data sistem. Yang
terbaru,
telah
diterbitkan
pula
UU
No.
18
Tahun
2009
Tentang Peternakan & Kesehatan Hewan. Dalam UU ini terjabarkan aspek sumberdaya yang harus tersedia dalam pengelolaan ternak. Syarat-syarat mengenai sapi potong seperti apa saja yang boleh dijual dan dipotong juga tergambarkan dalam UU ini. Semua arsitektur bisnis yang terdapat dalam berbagai macam peraturan atau undang-undang tersebut dijadikan landasan dalam tahap pengembangan prototipe sistem. Sehingga rancangan proses yang diusulkan dalam prototipe sistem sesuai dan sejalan dengan proses bisnis yang ada. Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan pakar, diketahui bahwa belum ada sistem pencatatan (registration) untuk sapi potong di Indonesia. Sehingga pengembangan sistem dalam penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan. Diketahui pula bahwa koperasi sapi potong di Indonesia sudah ada, namun kurang berjalan dengan baik, sehingga untuk mendapatkan data sesungguhnya tentang sapi adalah sulit. Selain itu, setiap daerah punya cara menandai sapi sendiri, misalnya di Sumba, ada sekitar 10 cara menandai sapi potong. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara 28
yang umum, sehingga setiap daerah memiliki cara mencatat sapi yang sama. Adapun hal yang penting dicatat dari suatu sapi potong adalah umur, berat, jenis kelamin, riwayat kesehatan, jenis atau bangsa sapi, pejantan, induk, dan asal Disnak sapi potong tersebut. 4.3 Analisis dan Definisi Kebutuhan Sistem 4.3.1 Identifikasi Kebutuhan Data dan Informasi SIPPS-Sapi dibangun sebagai alat bantu pemerintah dalam menentukan kebijakan dan melakukan perencanaan stok sapi potong tahunan. Oleh karena itu, untuk membangun SIPPS-Sapi diperlukan data-data tertentu yang terkait dengan sapi potong. Ada beberapa data sapi yang menjadi konsentrasi perhatian dalam SIPPS-Sapi ini, misalnya yaitu: 1. Data sapi yang ada atau sedang dibiakkan 2. Data sapi yang dipotong 3. Data sapi yang mati karena sakit 4. Data sapi yang diekspor secara ilegal 5. Data sapi yang diimpor Setiap satu data sapi, terdiri atas informasi umur, berat, jenis kelamin, riwayat kesehatan, jenis atau bangsa sapi, pejantan dan induk, asal disnak, dan status (verified, unverified, atau deleted by SMS). Kendala yang mungkin timbul adalah menentukan sapi manakah yang dipotong atau sapi manakah yang diekspor secara ilegal. Apakah sapi yang sedang dibiakkan, ataukah sapi yang baru saja diimpor. Apakah sapi tersebut berasal dari Jakarta atau dari Surabaya. Dalam hal ini, terlihat bahwa masalahnya adalah masalah identifikasi. Oleh karena itu diperlukan semacam ID bagi setiap sapi yang beredar di seluruh Indonesia. Sehingga proses identifikasi menjadi mudah dan jelas. Pemberian ID kepada seluruh sapi ini dapat dilakukan secara serentak sebelum SIPPS-Sapi dibuat. Nantinya, Pencatatan dan verifikasi pada sistem juga dilakukan oleh petugas Disnak. Saat sensus dilakukan, maka pada saat itu pula setiap sapi diberi ID. Format ID yang berikan untuk seluruh sapi dapat diatur sedemikian sehingga mampu menginformasikan tempat sapi tersebut berada, nomor urut sapi, dan lain sebagainya. Misalnya, untuk sapi yang berada di Jakarta diberi kode awalan JKT dan untuk sapi yang 29
berasal dari Surabaya diberi kode awalan SBY. Sapi juga dapat ditandai dengan berbagai cara untuk menunjukkan ID-nya, misalnya dengan pemberian tato nomor pada telinga (ID Telinga) atau dengan cap pada tubuhnya. Contoh penggunaan nomor pada telinga sapi adalah seperti terlihat pada Gambar 11 di bawah ini.
Gambar 11 Contoh penggunaan nomor pada telinga sapi. Setelah seluruh sapi diberi ID, maka data setiap sapi ini akan menjadi basis bagi SIPPS-Sapi yang dibuat. Tepat setelah SIPPS-Sapi dibangun, maka saat itulah seluruh Disnak kabupaten/kota memasukkan data yang sudah dihimpunnya ke dalam SIPSS Sapi. Mengingat kondisi geografis Indonesia, maka SIPPS-Sapi harus dibuat sedemikan sehingga proses pemasukkan data menjadi cepat dan mudah. Pilihan yang tepat adalah bahwa SIPPS-Sapi dibangun di atas teknologi internet, sehingga seluruh Disnak kabupaten/kota dapat memasukkan datanya dengan cepat tanpa perlu datang ke pusat. Dengan asumsi, seluruh Disnak kabupaten/kota di Indonesia sudah memiliki seperangkat komputer yang dapat terhubung ke internet. Selain petugas Disnak, masyarakat awam juga dapat terlibat aktif dalam penyediaan data SIPPS Sapi. Setiap anggota masyarakat dapat memasukkan data sapi, misalnya sapi yang baru lahir, untuk selanjutnya diverifikasi oleh petugas Disnak. Jika daerahnya masih terpencil dan belum terjangkau teknologi internet, maka teknologi Short Message Service (SMS) dapat digunakan. Ilustrasi langkah-langkah pemanfaatan teknologi SMS oleh anggota masyarakat dalam hal peran sertanya untuk menyediakan data SIPPS Sapi adalah sebagai berikut: 1. Seorang anggota masyarakat, sebutlah bernama X, mengetahui bahwa seekor sapi Y baru saja lahir di Surabaya. 30
2. X akan memasukkan data sapi Y itu dengan cara menuliskan SMS dalam format tertentu, lalu mengirimkannya kepada SIPPS-Sapi. 3. SIPPS-Sapi akan mencatat data sapi Y tersebut, dan menuliskan statusnya sebagai unverified. 4. Seluruh pengguna SIPPS-Sapi dapat membuka dan melihat data sapi Y, hanya saja statusnya masih unverified. 5. Secara simultan, SIPPS-Sapi juga akan mengirimkan SMS kepada petugas Disnak Surabaya bahwa sebuah data sapi Y baru saja masuk ke dalam sistem. 6. Petugas Disnak Surabaya akan melakukan verifikasi mengenai data sapi Y. Verifikasi dapat dilakukan dengan cara menelpon si pengirim data, datang ke lokasi, atau dengan cara lainnya. 7. Jika setelah diverifikasi data sapi Y itu benar adanya, maka petugas Disnak dapat segera mengubah data sapi Y dari semula unverified, menjadi verified. Serta melakukan beberapa perubahan yang diperlukan. Langkah-langkah di atas juga dilakukan jika anggota masyarakat memasukkan datanya melalui internet. Hanya saja, pada Langkah 2, anggota masyarakat memasukkan data sapi Y dengan cara mengetikkannya langsung di dalam SIPPS-Sapi. Agar masyarakat atau instansi tertentu, misalnya Rumah Potong Hewan (RPH) atau Balai Penelitian Ternak Unggul (BPTU), dapat memasukkan banyak data sapi secara sekaligus, maka disediakan pula fasilitas upload file melalui sistem. Dalam hal ini, masyarakat atau instansi tersebut cukuplah memasukkan data-data sapi ke dalam file teks berformat .csv, kemudian mengirimkan file tersebut ke petugas disnak atau ke pusat. Selanjutnya, petugas disnak atau petugas di pusat dapat meng-upload file tersebut melalui sistem. Jika masyarakat atau instansi tertentu memasukkan data sapi yang sama baik melalui SMS atau melalui upload file, maka kegiatan tersebut akan dianggap sebagai pengubahan data sapi. Setiap proses pengubahan data sapi dapat di-forward kepada petugas disnak yang terkait jika diperlukan. Jika masyarakat atau instansi tertentu menghapus data sapi melalui SMS, maka data sapi tersebut akan diberi status deleted by SMS. Petugas Disnak harus melakukan
31
verifikasi ke lapangan mengenai kebenaran penghapusan data ini untuk selanjutnya diupdate dalam sistem. Jika data yang dimasukkan belum memiliki ID Telinga, maka sistem harus dapat membangkitkan sembarang ID Telinga sementara bagi data sapi tersebut. Petugas disnak harus segera melakukan verifikasi ke lapangan menganai data sapi baru ini, agar dapat segera di-update dalam sistem. Setelah seluruh data sapi terisi dalam SIPPS-Sapi, maka seiring berjalannya waktu sistem akan melakukan beberapa perhitungan otomatis. Misalnya: 1. Selama tidak ada perubahan, sistem secara otomatis akan menambah berat sapi perhari. Hal ini merujuk kepada apa yang diungkapkan oleh Sudarmono & Sugeng (2008), bahwa berat atau bobot sapi akan bertambah setiap harinya melalui persentasi tertentu. Secara umum pertambahan bobot sapi mengikuti kurva sigmoid. Contohnya seperti terlihat dalam Gambar 12 yang menggambarkan kurva pertumbuhan sapi bali.
Gambar 12 Grafik pertumbuhan bobot sapi bali (Sudarmono & Sugeng 2008). Namun, untuk kemudahan perhitungan sistem, diambil nilai gradian dari garis singgung terhadap titik tengah kurva tersebut. misalnya seperti yang terlihat dalam Tabel 4. Tabel 4 Contoh Pertambahan Bobot Sapi perhari Bangsa Sapi Murni Tropis (lokal)
Pertambahan Bobot (kg/hari)
Ongole
0.81
Bali
0.35
32
Sebagai catatan, karena umumnya pertumbuhan sapi tropis berhenti setelah berumur 4 tahun (Sudarmono & Sugeng 2008), maka sistem tidak akan melakukan penambahan berat lagi setelah 4 tahun. Sistem akan mengubah status sapi menjadi unverified agar pihak administrator tingkat Disnak melakukan verifikasi ke lapangan untuk memeriksa status sapi tersebut. 2. Sistem secara otomatis akan menghitung persentase karkas dari setiap sapi. Perhitungan ini didasarkan pada sebuah tabel acuan, misalnya seperti Tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Contoh Persentase Berat Karkas per Sapi Bangsa Sapi Tropis (lokal)
Persentase Karkas (per berat sapi)
Bali
57%
Madura
48%
Perhitungan persentase karkas diperlukan untuk menduga berat bagian daging yang bisa dikonsumsi. Sehinga sistem dapat melaporkan dugaan total berat daging atau jeroan yang siap dikonsumsi di seluruh Indonesia
3. Sistem secara otomatis akan menghitung persentase daging dari karkas setiap sapi. Perhitungan ini didasarkan pada sebuah tabel acuan, misalnya seperti Tabel 6 berikut ini: Tabel 6 Contoh Persentase Daging Per Berat Karkas Bangsa Sapi Tropis (lokal)
Persentase Daging (per berat karkas)
Bali
50%
Madura
48%
SIPPS-Sapi harus dapat menyajikan berbagai macam informasi yang berguna untuk mendukung pengambilan keputusan pemerintah pusat. Informasi yang disajikan dapat berbentuk laporan (report) yang mudah dipahami. Secara umum, informasi minimal yang harus dapat disajikan oleh SIPPS-Sapi adalah: 1. Total sapi yang ada atau sedang dibiakkan di seluruh Indonesia. Laporan dapat ditampilkan berdasarkan kriteria tertentu, baik berupa tabular maupun grafik. 33
2. Total sapi yang ada atau sedang dibiakkan di Disnak tertentu. Laporan dapat ditampilkan berdasarkan riteria tertentu, baik berupa tabular maupun grafik. Laporan dapat disajikan dalam bentuk detail ataupun dalam bentuk ringkasan (summary). Laporan dalam bentuk detail umumnya ditujukan untuk keperluan operasional. Sedangkan laporan dalam bentuk ringkasan digunakan untuk pengambilan keputusan manejerial atau strategis. Ada dua jenis grafik yang akan disajikan dalam laporan, yaitu grafik pie dan grafik batang. Grafik pie menyajikan persentase jumlah sapi berdasarkan kriteria tertentu (misalnya berdasakan bangsa sapi). Sedangkan grafik batang menyajikan total sapi berdasarkan kriteria tertentu. Selain mencatat dan menyajikan laporan, SIPPS-Sapi juga diharapkan mampu menghitung dan menyajikan semacam saran mengenai perencanaan neraca stok sapi potong nasional. Saran dari sistem ini dihitung berdasarkan data-data yang berhasil tercatat di dalam sistem, serta data-data yang dimasukkan dari luar sistem. Kalkulasi yang dilakukan dalam neraca sapi untuk penentuan saran yang diberikan didasarkan kepada hasil diskusi dengan pakar. Ada 5 (lima) variabel yang terlibat di dalam kalkulasi, yaitu: 1. Total ketersedian daging sapi di seluruh indonesia (diambil dari hasil pencatatan sistem) 2. Total populasi penduduk Indonesia (dimasukkan dari luar sistem). 3. Bobot daging sapi yang semestinya dikonsumsi per penduduk (dimasukkan dari luar sistem). 4. Correction Factor (dimasukkan dari luar sistem). Faktor koreksi ini diperlukan mengingat ada beberapa masyarakat yang tidak memakan daging (vegetarian) atau memang tidak menyukai daging sapi. Rumus yang digunakan dalam kalkulasi ini adalah sebagai berikut: Misalkan, x = Total ketersedian daging sapi di seluruh indonesia y = Total populasi penduduk Indonesia a = Bobot daging sapi yang semestinya dikonsumsi per penduduk b= correction factor 34
maka jumlah stok = x – ((a*y) - ( a *y* b)) Jika jumlah stok < 0, maka sistem akan munjukkan nilai negatif dan disarankan untuk segera menambah stok sapi potong nasional. Variabel total populasi penduduk Indonesia dan bobot daging sapi yang semestinya dikonsumsi per penduduk juga sebaiknya dapat diisi melalui pembacaan langsung pada sistem informasi lain. Sehingga, pengguna tidak perlu memasukkan lagi secara manual.
4.3.2 Identifikasi Sumber Data dan Informasi Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa data awal yang menjadi basis SIPPSSapi bersumber dari data hasil sensus sapi yang dilakukan oleh Disnak kabupaten/kota. Selanjutnya dapat tersebut dapat ditambah, diubah atau dihapus sesuai kebutuhan. Seluruh Disnak kabupaten/kota setiap tahunnya harus melakukan survey langsung terhadap daerahnya untuk mengidentifikasi perubahan data sapi yang terjadi. Segala perubahan dicatat, untuk selanjutnya ditambahkan, dihapus atau diubah di dalam SIPSS Sapi. Segala sapi baru yang muncul di kabupaten/kota tersebut tentu saja harus diberi ID yang baru, kecuali untuk sapi hasil impor. Ketika survey, petugas Disnak kabupaten/kota mencatat sapi baru yang lahir, sapi yang dipotong, sapi yang mati karena sakit dan sapi yang diekspor secara legal. Jika ternyata ada sapi yang sebelumnya ada, namun faktanya saat survey tidak ada, padahal sapi tersebut tidak dipotong dan tidak mati karena sakit dan tidak juga diekspor secara legal, maka harus diasumsikan dan dicatat bahwa sapi tersebut telah diekspor secara ilegal. Namun jika sapi tersebut hanya dipindahkan ke kota lain, maka sapi tersebut dihapus dari SIPPS-Sapi oleh petugas Disnak kabuputen/kota asal, dan ditambahkan ke dalam SIPPS-Sapi oleh petugas Disnak kabupaten/kota tujuan. Oleh karena itu, harus diasumsikan pula, setiap perpindahan sapi antar kabupaten/kota diketahui dan tercatat oleh Disnak kabupaten/kota asal dan tujuan. Ketika pemerintah pusat melakukan impor sapi, maka seluruh sapi impor tersebut dicatat dan diberi ID khusus kemudian ditambahkan ke dalam SIPPS-Sapi sesuai wilayah kabupaten/kota yang akan menerima jatah sapi hasil impor itu. Dalam hal ini, 35
diasumsikan tidak ada perpindahan sapi impor dari suatu kabupaten/kota ke kabupaten/kota lainya. Segala perubahan yang terjadi dapat dilihat informasinya oleh pemerintah pusat dan Disnak kabupaten/kota melalui SIPPS-Sapi. Selain pemerintah pusat dan Disnak kabupaten/kota, seluruh masyarakat indonesia juga dapat menggunakan SIPPS-Sapi untuk sekedar melihat-lihat berbagai informasi yang ada atau menambahkan data sapi baru tanpa kemampuan mengubahnya.
4.3.3 Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi kebutuhan serta sumber data dan informasi maka dianalisis fungsi-fungsi apa saja yang semestinya tersedia di dalam sistem agar kebutuhan serta sumber dari data dan informasi dapat terpenuhi. Proses analisis ini juga melibatkan pakar bidang peternakan, sehingga fungsi-fungsi yang diusulkan betul-betul sesuai dengan kebutuhan. Fungsi-fungsi
yang
diusulkan
dirancang
sedemikian
sehingga
mampu
mewujudkan sebuah sistem informasi yang bermanfaat. Seperti apa yang dikemukakan oleh O’Brien (2005) bahwa sistem informasi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasional, mendukung pengambilan keputusan pada tingkat manejerial serta keputusan yang sifatnya strategis. Setiap fungsi yang diusulkan diberi kode sehingga mempermudah identifikasi saat implementasi dan penyusunan dokumen. Daftar fungsi-fungsi apa saja yang diusulkan dapat dilihat dalam Tabel 7. Tabel 7 Daftar kebutuhan fungsional sistem No 1
Kode SIPPS001
Nama Fungsi Login
2
SIPPS002
Lihat data sapi
3
SIPSS003
Lihat data sapi yang dihapus
4
SIPPS004
Ubah detail Disnak
Deskripsi Mendapatkan hak akses Melihat daftar sapi seluruh wilayah yang teregistrasi di dalam sistem Melihat daftar sapi yang telah dihapus. Mengubah detail data administrator tingkat Disnak.
36
No
Kode
5
SIPPS005
Lihat dan Ubah data Master
6
SIPPS006
Buat Laporan
Nama Fungsi
Deskripsi Melihat dan memanipulasi data pendukung utama (data master), misalnya: a. Propinsi b. Disnak c. User d. Jenis Sapi e. Jenis Penyakit f. Alasan menghapus data Membuat laporan dalam berbagai kriteria Manipulasi seluruh data sapi.
7
8
9
10
11
SIPPS007
SIPPS008
SIPPS009
SIPPS010
SIPPS011
Manipulasi data sapi
Masuk SMS
Ubah SMS
Mengubah data sapi secara otomatis berdasarkan SMS dengan status unverified
Ubah Otomatis
Mengubah data sapi secara otomatis berdasarkan data pendukung utama
Hapus SMS
Menghapus data sapi secara otomatis berdasarkan SMS dengan status deleted by SMS
12
SIPPS012
Forward
13
SIPPS013
Forward Setting
14
SIPPS014
Memasukkan data melalui SMS dengan status unverified
Upload data
Mem-forward informasi penambahan dan pengubahan data sapi ke administrator tingkat Disnak Mengaktifkan atau menonaktifkan fasilitas forward Meng-upload banyak data sapi sekaligus dari sebuah file .csv
37
No
Kode
15
SIPPS015
Nama Fungsi Perencanaan
Deskripsi Melakukan kalkulasi neraca stok sapi potong nasional dan menyajikan saran berdasarkan hasil perhitungan
Dengan mengamati fungsi-fungsi yang diusulkan, dapat dikatakan bahwa SIPPSSapi mempu mengakomodasi hingga tiga jenis kategori sistem informasi yang diisyaratkan oleh Kendall KE & Kendall JE (1999), yaitu:
Transaction Processing Systems (TPS) Dalam SIPPS-Sapi terdapat fungsi untuk mencatat, mengubah dan menghapus data sapi. Selain itu, juga ada proses penerimaan dan forward SMS yang menunjukkan adanya transaksi data di dalam sistem.
Management Information Systems (MIS) SIPPS-Sapi juga mampu menyajikan berbagai laporan menurut kriteria tertentu. Laporan yang disajikan dapat berupa laporan detail dan ringkasan yang mendukung pengambilan keputusan manejerial. Sistem juga menampilkan status verified dan unverified sehingga memungkinkan level manajerial untuk melakukan verifikasi terhadap data yang dimasukkan. SIPPS-Sapi memiliki fungsi perencaaan yang melakukan kalkulasi necara sapi potong nasional. Saran yang dihasilkan dari fungsi ini dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya strategis.
4.3.4 Analisis Pengguna dan Kebutuhan Pengguna Sistem Ada tiga tingkatan pengguna sistem, yaitu: 1. Pengguna biasa 2. Administrator tingkat Disnak 3. Administrator Pusat Pengguna biasa hanya dapat membuka sistem dan melihat-lihat data yang tersedia dalam sistem. Yang dimaksud pengguna biasa juga adalah RPH dan BPTU. Pengguna biasa juga dapat menambahkan data dengan cara mengirimkannya melalui email ke administrator tingkat Disnak. Administrator tingkat Disnak selain melihat juga dapat
38
memodifikasi dan bertanggung jawab terhadap data di wilayahnya. Administrator pusat dapat melihat, memodifikasi seluruh data serta dapat menambahkan atau menghapus Disnak, Penjelasan lebih detail mengenai hak akses setiap pengguna sistem dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8 Hak akses pengguna sistem No 1. 2 3
Nama Pengguna Pengguna Biasa Administrator tingkat Disnak
Hak Akses SIPPS002, SIPPS008, SIPPS010 dan SIPPS011 Semua fungsi (kecuali SIPPS014) tetapi terbatas hanya untuk Disnak-nya saja
Administrator Pusat
Semua fungsi
4.3.5 Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Brainware) Kebutuhan sumber daya manusia dalam SIPPS-Sapi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: kebutuhan sumber daya manusia ketika proses pembuatan SIPPS-Sapi dan kebutuhan sumber daya manusia setelah SIPPS-Sapi dibuat. Sumberdaya manusia yang harus tersedia dalam proses pengembangan SIPSS Sapi adalah sebagai berikut: 1. Team Leader/Ahli Sistem Informasi 2. System Analyst 3. Ahli basis data 4. Programmer 5. Ahli peternakan 6. Network Specialist 7. Hardware Specialist 8. Tenaga sensus dari Disnak kabupaten/kota 9. Seorang admin di setiap Disnak kabupaten/kota yang akan meng-entry data hasil sensus Setelah SIPPS-Sapi selesai dibuat, maka sumberdaya manusia yang diperlukan untuk menggunakan dan merawat SIPPS-Sapi adalah: 1. Seorang admin di pemerintah pusat 2. Seorang admin di setiap Disnak kabupaten/kota 3. Tenaga survey di setiap Disnak kabupaten/kota 39
4.4 Desain Sistem dan Perangkat Lunak 4.4.1 Perancangan Basis Data Perancangan basis data berguna dalam membangun sebuah sistem yang efisien dalam penyimpanan, serta untuk mempemudah pengelompokan data di dalam tabel. Perancangan basis data juga digunakan untuk menghindari pengulangan (redudansi) data. Perancangan basis data mempunyai 3 tahapan perancangan yang terdiri dari perancangan konseptual, perancangan logika dan perancangan fisik. 4.4.1.1 Perancangan Konseptual Perancangan konseptual merupakan upaya untuk membentuk model yang bersifat konsep. Perancangan konseptual terdiri dari identifikasi entitas, identifikasi relationship, identifikasi atribut dan diagram ER. 4.4.1.1.1 Identifikasi Entitas Ada 7 entitas yang teridentifikasi dalam perancangan basis data sistem ini. Ketujuh entitas tersebut dijabarkan dalam Tabel 9. Tabel 9 Identifikasi Entitas SIPSS Sapi No Nama Entitas 1 Sapi 2 Disnak 3 User 4
Jenis Penyakit
5
Alasan Hapus
6 7
Propinsi Jenis Sapi
Kegunaan Menyimpan data sapi Menyimpan data Disnak Menyimpan data administrator setiap Disnak Menyimpan data jenis-jenis penyakit pada sapi Menyimpan data alasan menghapus sebuah data sapi Menyimpan data propinsi Menyimpan data jenis sapi beserta data pertambahan bobot perhari, persentase karkas dan persentase daging
4.4.1.1.2 Identifikasi Relationship Dari hasil identifikasi deskripsi entitas maka dapat dibuat hubungan (relationship) antar entitas pada basis data. Deskripsi lengkap untuk hubungan antar entitas disajikan pada Gambar 13 di bawah ini.
40
Disnak
1
Propinsi
1
Sapi
M
Sapi
M
Sapi
M
Disnak
1
memiliki
memiliki
memiliki
memiliki
memiliki
M
Sapi
M
Disnak
1
Jenis Sapi
1
Jenis Penyakit
1
Alasan Hapus
M
memiliki
User
Gambar 13 Identifikasi relationship pada basis data SIPPS-Sapi.
4.4.1.1.2 Identifikasi Atribut Setelah melakukan identifikasi relationship, maka selanjutnya adalah melakukan identifikasi atribut dari masing-masing entitas basis data. Untuk identifikasi atribut masing-masing entitas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Identifikasi atribut pada masing-masing entitas No
Entitas
Atribut • Id_telinga • Id_telinga_pejantan
1
Sapi
• Id_telinga_induk • Jk • Bangsa
41
No
Entitas
Atribut • Bobot_masuk • Umur_masuk • Riwayat_penyakit • Status • Id_jenis_sapi • Id_disnak • Status_hapus • Beranak • Id_disnak • Nama_disnak
2
Disnak
• Id_propinsi • No_telp • Forward • Id_user • Username • Password
3
User
• Id_disnak • Nama • Tipe • id_penyakit
4
Jenis Penyakit
• Nama_penyakit • Forward • id_alasan
5
Alasan Hapus
6
Propinsi
• Alasan • id_propinsi 42
No
Entitas
Atribut • Nama_propinsi • id_jenis_sapi • nama_jenis • persentase_pertumbuhan
7
Jenis Sapi
• pertambahan_bobot_harian • max_usia • pdaging
4.4.1.1.3 Entity Relationship Diagram (ERD) Pada tahap ini dibuat Entity Relation Diagram (ERD) dari basis data yang sedang dirancang. Dalam ERD akan ditampilkan nama relasi antar entitas. Berikut adalah ERD dari rancangan basis data yang diusulkan seperti terlihat dalam Gambar 14.
Gambar 14 ERD untuk SIPPS-Sapi. 4.4.1.2 Perancangan Logika Perancangan logika dipresentasikan dengan pemetaan entitas dan relationship ke relasi. Perancangan logika terdiri atas tahap transformasi model ERD ke model relasional dan tahap normalisasi. 4.4.1.2.1 Transformasi model ERD ke model relasional 1. Disnak --- memiliki --- Sapi 43
•
Disnak(Id_disnak, Nama_disnak, Id_propinsi, No_telp, Forward)
•
Sapi(Id_telinga, Id_telinga_pejantan,
Id_telinga_induk,
Jk,
Bangsa,
Bobot_masuk, Umur_masuk, Riwayat_penyakit, Status, Id_jenis_sapi, Id_disnak, Status_hapus, Beranak)
2. Propinsi --- memiliki --- Disnak •
Propinsi (id_propinsi, Nama_propinsi)
•
Disnak(Id_disnak, Nama_disnak, Id_propinsi, No_telp, Forward)
3. Sapi --- memiliki --- Jenis Sapi •
Sapi (Id_telinga,Id_telinga_pejantan,
Id_telinga_induk,
Jk,
Bangsa,
Bobot_masuk, Umur_masuk, Riwayat_penyakit, Status, Id_jenis_sapi, Id_disnak, Status_hapus, Beranak) •
Jenis
Sapi(id_jenis_sapi,
nama_jenis,
persentase_pertumbuhan,
pertambahan_bobot_harian, max_usia, pdaging)
4. Sapi --- memiliki --- Jenis Penyakit •
Sapi (Id_telinga,Id_telinga_pejantan,
Id_telinga_induk,
Jk,
Bangsa,
Bobot_masuk, Umur_masuk, Riwayat_penyakit, Status, Id_jenis_sapi, Id_disnak, Status_hapus, Beranak) •
Jenis Penyakit (id_penyakit, Nama_penyakit, Forward)
5. Sapi --- memiliki --- Alasan Hapus •
Sapi (Id_telinga,Id_telinga_pejantan,
Id_telinga_induk,
Jk,
Bangsa,
Bobot_masuk, Umur_masuk, Riwayat_penyakit, Status, Id_jenis_sapi, Id_disnak, Status_hapus, Beranak) •
Alasan Hapus (id_alasan, Alasan)
6. Disnak --- memiliki --- User •
Disnak(Id_disnak, Nama_disnak, Id_propinsi, No_telp, Forward)
•
User (Id_user, Username, Password, Id_disnak, Nama, Tipe) 44
4.4.1.2.2 Normalisasi Beberapa relasi yang sudah dirancang mampu memenuhi normalisasi hingga bentuk ketiga (3NF). Namun, ada juga beberapa relasi yang masih dalam bentuk normal kedua (2NF) dan (1NF). Sesungguhnya relasi-relasi yang belum dalam bentuk 3NF dapat dinormalisasi lagi sehingga menjadi 3NF. Namun, akan sangat menyulitkan saat implementasi basis data dan saat pemrograman nantinya. Oleh karena itu, bentuk normalisasi yang ada tetap dipertahankan untuk kemudahan implementasi. Hasil analisis normalisasi pada tiap relasi yang ada dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11 Bentuk normal setiap relasi/entitas No
Nama Relasi/Entitas
Tingkatan Bentuk Normal
1
Sapi
1NF
2
Disnak
3NF
3
User
3NF
4
Jenis Penyakit
3NF
5
Alasan Hapus
3NF
6
Propinsi
3NF
7
Jenis Sapi
2NF
4.4.1.3 Perancangan Fisik Perancangan fisik meliputi perancangan kamus data dari semua relasi yang akan ada di dalam basis data yang sedang dirancang. Di dalam kamus data ditentukan tipe data bagi setiap atribut dalam masing-masing relasi. Karena SIPPS-Sapi diusulkan agar berbasis web, maka diusulkan pula agar basis data diimplentasikan menggunakan perangkat lunak sistem manajemen basis data yang dikhususkan untuk pengembangan web. MySQL adalah salah satu jenis perangkat lunak sistem basis data yang banyak digunakan dalam pengembangan web, dan diusulkan untuk digunakan dalam pengembangan SIPPS-Sapi ini. Oleh karena itu, tipe data yang 45
digunakan dalam perancangan kamus data adalah tipe data yang tersedia di dalam MySQL. Kamus data yang diusulkan dapat dilihat dalam Lampiran 1. 4.4.2 Perancangan Masukan Pada tahap ini dirancang halaman masukan apa saja yang sebaiknya ada di dalam SIPPS-Sapi. Halaman masukan ini akan digunakan untuk menerima masukan dari pengguna. Halaman masukan yang diusulkan disesuaikan dengan kebutuhan fungsional sistem yang sudah dijabarkan sebelumnya. Daftar halaman masukan apa saja yang diusulkan dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12 Halaman masukan yang diusulkan ada di dalam SIPPS-Sapi No 1
Halaman Masukan Halaman login
2
Halaman tambah atau ubah user
3
Halaman tambah atau ubah propinsi Halaman tambah atau ubah Disnak Halaman tambah atau ubah Jenis Sapi Halaman tambah atau ubah Jenis Penyakit Halaman tambah atau ubah Alasan Menghapus Data Halaman forward setting
4 5 6 7 8
9 10
Halaman tambah atau ubah data Sapi Halaman upload data
Deskripsi Halaman untuk memasukkan username dan password bagai administrator tingkat Disnak atau administrator pusat Halaman untuk menambah atau mengubah pengguna sistem (yang dimaksud pengguna sistem di sini adalah administrator tingkat Disnak) Halaman untuk menambah atau mengubah data propinsi Halaman untuk menambah atau mengubah data Disnak Halaman untuk menambah atau mengubah data Jenis Sapi Halaman untuk menambah atau mengubah data Jenis Penyakit Halaman untuk menambah atau mengubah data Alasan Menghapus Data Halaman untuk menentukan perubahan data seperti apa saja yang perlu diforward melalui SMS Halaman untuk menambah atau mengubah data Sapi Halaman untuk upload data melalui file .csv
4.4.3 Perancangan Proses Proses spesifik dari SIPPS-Sapi dideskripsikan pada perancangan proses yang mempunyai keterhubungan antara kebutuhan fungsional dalam hubungannya dengan
46
proses-proses yang akan terjadi. Perancangan proses digambarkan dalam bentuk digaram konteks dan Data Flow Diagram (DFD). 4.4.3.1 Diagram konteks Berdasarkan paparan sebelumnya, terlihat bahwa ada tiga entitas yang terlibat langsung terhadap SIPPS-Sapi, yaitu pengguna biasa yang hanya dapat melihat-lihat, serta administrator tingkat Disnak dan administrator pusat. Dalam hal ini, administrator pusat atau administrator tingkat Disnak. Administrator pusat memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan administrator tingkat Disnak, karena administrator pusat memiliki kemampuan untuk mengubah User ID dan password setiap administrator tingkat Disnak. Sehingga diagram konteks SIPPS-Sapi dapat digambarkan dalam Gambar 15.
Gambar 15 Diagram konteks SIPPS-Sapi.
47
4.4.3.2 Data Flow Diagram (DFD) Alur kerja SIPPS-Sapi dapat dilihat lebih jelas dengan memperhatikan beberapa DFD di bawah ini yang merupakan gambaran lebih detail dari diagram konteks sebelumnya (Gambar 16).
Gambar 16 DFD Level 1 SIPPS-Sapi. 48
4.4.4 Perancangan Keluaran Keluaran dari SIPPS-Sapi adalah berupa laporan baik dalam bentuk tabular maupun grafik. Laporan dalam bentuk tabular dapat disajikan dalam berbagai bentuk sesuai kriteria tertentu. Laporan dalam bentuk grafik dapat berupa grafik pie atau grafik batang. Selain berupa laporan, keluaran dari sistem adalah berupa hasil kalkulasi sederhana mengenai perencanaan stok sapi potong nasional.
4.4.5 Perancangan Kebutuhan Sumber Daya Perangkat Lunak (Software) Kebutuhan sumber daya perangkat lunak dalam SIPPS-Sapi dibagi menjadi dua bagian, yaitu perangkat lunak yang dibutuhkan saat proses pembuatan SIPPS-Sapi, dan perangkat lunak yang dibutuhkan saat menggunakan SIPPS-Sapi. SIPPS-Sapi akan dibuat menggunakan perangkat lunak yang sifatnya open source, sehingga tidak perlu ada biaya tambahan untuk lisensi. Karena SIPPS-Sapi berjalan di atas teknologi internet, maka SIPPS-Sapi dibuat berbasis web. Oleh karena itu diperlukan sebuah web server dan sebuah database server serta bahasa pemrograman yang berbasis web. Perangkat lunak yang dibutuhkan saat pembuatan SIPPS-Sapi adalah: 1. Sistem operasi 2. web server Apache 3. Bahasa pemrograman PHP 4. Sistem manajemen basis data MySQL sebagai database server 5. Web browser yang berjalan di sistem operasi LINUX, misalnya Mozilla Firefox. Setelah SIPPS-Sapi selesai dibuat, selanjutnya SIPPS-Sapi dapat digunakan dengan kebutuhan perangkat lunak sebagai berikut: 1. Sembarang sistem operasi 2. Sembarang web browser yang berjalan di sistem operasi yang digunakan
4.4.6 Perancangan Sumber Daya Jaringan (Netware) Karena SIPPS-Sapi direncanakan akan dibangun dan berjalan di atas teknologi Internet, maka harus tersedia koneksi internet bagi seluruh Disnak kabupaten/kota dan pemerintah pusat. SIPPS-Sapi akan dipasang/di-install di kantor pemerintah pusat, 49
kemudian seluruh Disnak kabupaten/kota dapat mengakses dan menggunakan SIPPSSapi melalui internet. Agar terkoneksi dengan Internet, seluruh Disnak kabupaten/kota dapat menggunakan berbagai cara, misalnya menggunakan cara dial-up, menggunakan koneksi ADSL atau menggunakan suatu dedicated line. Cara yang paling umum dan mudah adalah cara dial-up. Jika menggunakan dial-up, maka harus terpasang saluran/jaringan telepon di kantor Disnak kabupaten/kota tersebut. Khusus untuk pemerintah pusat, maka koneksi ke Internet akan dibangun menggunakan dedicated line dengan bandwidth yang lebar, karena kemungkinan tingginya akses ke pemerintah pusat yang dilakukan oleh seluruh Disnak kabupaten/kota di Indonesia. Selain itu, diperlukan juga saluran komunikasi antara web server dan database server di kantor pemerintah pusat. Umumnya saluran komunikasi ini diwujudkan menggunakan sebuah kabel tunggal yang menghubungkan keduanya secara langsung. Dalam hal penggunaan teknologi SMS, harus diasumsikan bahwa setiap daerah sudah terjangkau sinyal operator seluler. Diasumsikan pula, biaya pulsa dan verifikasi tidak menjadi kendala dalam menjalakan sistem ini.
4.4.7 Perancangan Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware) Dengan mempertimbangkan bahwa SIPPS-Sapi dibuat berbasis web dan berjalan di atas teknologi Internet maka perangkat keras yang minimal diperlukan untuk menjalankan SIPPS-Sapi adalah: 1. Komputer yang bertindak selaku web server di kantor pemerintah pusat 2. Komputer yang bertindak selaku database server di kantor pemerintah pusat 3. Kabel untuk menghubungkan web server dan database server 4. Kabel fiber optic yang membentuk dedicated line antara kantor pemerintah pusat dengan ISP penyedia jasa internet. 5. Komputer untuk admin di kantor pemerintah pusat 6. Komputer di setiap Disnak kabupaten/kota 7. Telepon, saluran telepon, modem standar, kabel dan konektor RJ-11 bagi Disnak kabupaten/kota yang menggunakan cara dial-up untuk koneksi ke internet. 50
8. SMS gateway untuk menerima SMS dari anggota masyarakat dan mengirimkan SMS kepada setiap petugas Disnak.
4.4.8 Perancangan Arsitektur global SIPPS-Sapi Dengan mempertimbangkan bahwa SIPPS-Sapi di buat berbasis web, berjalan di atas teknologi Internet dan teknologi SMS, serta banyaknya Diknas kabupaten/kota yang terdapat di seluruh Indonesia, maka arsitektur SIPPS-Sapi dapat digambarkan secara umum seperti Gambar 17 berikut:
Gambar 17 Arsitektur global SIPPS-Sapi.
4.5 Implementasi Yang dimaksud implementasi dalam hal ini adalah implementasi prototipe sistem. Implementasi dibagi menjadi 4 (empat), yaitu implementasi basis data, implementasi
51
masukan, implementasi proses, implementasi keluaran, dan implementasi pengolahan data melalui SMS. 4.5.1 Implementasi Basis Data Basis data diimplementasikan menggunakan perangkat lunak sistem manajemen basis data MySQL. Basis data disimpan dengan nama db_sapi. Nama setiap tabel di dalam basis data disesuaikan dengan nama relasi yang dirancang dengan diberi awalan t_. Tipe data setiap field dalam masing-masing tabel yang diimplementasikan, disesuaikan dengan kamus data yang sudah dirancang. Hasil implementasi basis data dapat dilihat dalam Lampiran 2.
4.5.2 Implementasi Masukan Implementasi halaman masukan dibuat berdasarkan hasil perancangan masukan pada bahasan sebelumnya. Data yang dimasukkan ke dalam sistem harus lengkap dan tidak boleh ada elemen data yang kosong. Adapun beberapa contoh hasil implementasi masukan dapat dilihat pada Gambar 18 sampai dengan Gambar 20 di bawah ini:
Gambar 18 Implementasi masukan tambah data sapi. 52
Gambar 19 Implementasi masukan forward setting.
Gambar 20 Implementasi masukan upload data.
4.5.3 Implementasi Proses Setiap proses yang sudah dirancang diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman berbasis web, yaitu PHP. Spesifikasi detail dalam proses implementasi SIPPS-Sapi dapat dijelaskan sebagai berikut: Perangkat keras (hardware) yang digunakan: 53
1. Processor Intel Core Duo Processor T2400. 2. Kartu grafis ATI Mobility Radeon X1600 3. Memory DDR2 1024 MB. 4. Harddisk 80 GB 5400 rpm SATA. 5. Monitor. 6. Keybord dan mouse. 7. WAVECOM Fastrack Supreme for GSM/GPRS sebagai SMS Gateway
Perangkat lunak (software) yang digunakan: 1. Sistem Operasi Microsoft® Windows XP. 2. Macromedia Dreamweaver 8 untuk membuat desain dan kode program website 3. Adobe Photoshop untuk desain antarmuka dan mengolah gambar-gambar yang akan digunakan. 4. Bahasa Pemrograman menggunakan PHP dan Javascript. 5. MySQL sebagai manajemen basis data. 6. Internet Explore 8.0, Opera 9.0 dan Mozilla Firefox 3.0 sebagai web browser. 7. Apache sebagai web server. Selain spesifikasi dalam proses pembuatan, dibutuhkan pula spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak minimum agar SIPPS-Sapi ini dapat dijalankan dengan baik. Perangkat keras (hardware) yang digunakan: 1. Satu buah Personal Computer (PC). 2. Monitor dengan resolusi standar 1024 x 768. 3. Keybord dan mouse. 4. Telepon genggam untuk memasukkan, mengubah atau menghapus data sapi melalui SMS.
Perangkat lunak (software) yang digunakan: 1. Sembarang sistem operasi. 2. Sembarang web browser, misalnya Internet Explorer, Opera dan Mozilla Firefox. 3. Adobe Acrobat Reader untuk membuka laporan yang berupa file PDF. 4. Microsoft Excel untuk membuka laporan yang berupa file berformat .xls. 54
4.5.4 Implementasi Keluaran Keluaran dari SIPPS-Sapi yang paling utama adalah berupa laporan. Laporan dapat berupa tabular ataupun grafik. Untuk laporan tabular dapat disimpan dalam bentuk file PDF atau file berformat .xls. Sedangkan laporan yang berupa grafik hanya dapat disimpan dalam bentuk file PDF. Beberapa contoh keluaran yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 21 hingga Gambar 25 di bawah ini:
Gambar 21 Laporan data sapi di Disnak Bogor dalam format PDF.
Gambar 22 Laporan data sapi di Disnak Bogor dalam format .xls. 55
Gambar 23 Laporan data sapi yang dihapus di Disnak Bogor dalam format PDF.
Gambar 24 Laporan data sapi yang dihapus di Disnak Bogor dalam format .xls.
56
Gambar 25 Laporan data sapi di Disnak Bogor berdasarkan bangsa sapi berbentuk grafik.
Selain berupa laporan, keluaran dari sistem adalah berupa hasil kalkulasi sederhana mengenai perencanaan stok sapi potong nasional seperti terlihat pada Gambar 26 di bawah ini :
Gambar 26 Fungsi kalkulasi perencanaan stok sapi potong nasional pada SIPPS-Sapi. 57
4.5.5 Implementasi Pengolahan Data Melalui Teknologi SMS Dalam hal pengolahan data melalui teknologi SMS, SIPPS-Sapi memanfaatkan sebuah SMS Gateway bernama WAVECOM Fastrack Supreme for GSM/GPRS. SMS Gateway ini berperan selayaknya sebuah telepon genggam yang mampu menerima SMS dan mengirimkan SMS. Setiap SMS yang diterima melalui SMS Gateway akan ditangkap oleh SIPPSSapi untuk selanjutnya disimpan dalam basis data. Jika diperlukan, beberapa SMS tertentu di-forward ke Disnak yang terkait. Pengaturan SMS seperti apa saja yang harus di-forward diatur dalam fungsi forward setting pada SIPPS-Sapi. Ada beberapa hal pengolahan data yang dapat dilakukan melalui teknologi SMS yaitu : memasukkan data sapi baru, mengubah data sapi, dan menghapus data sapi. 4.5.5.1 Memasukkan Data Sapi Baru Melalui Teknologi SMS Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan pengguna untuk memasukkan data sapi baru melalui teknologi SMS : 1. Tulis sebuah SMS dengan format penulisan seperti berikut : id_disnak[spasi]id_telinga[spasi]jk[spasi]jenis[spasi]bangsa[spasi]umur[spasi]pej antan[spasi]induk[spasi]bobot[spasi]riwayat[spasi]beranak contoh : BGR[spasi]BGR0005[spasi]L[spasi]1[spasi]INDONESIA[spasi]10[spasi]BGR22 91[spasi]BGR2928[spasi]39.4[spasi]2,3,4,5[spasi]0 2. Kirimkan SMS tersebut ke nomor SIPPS-Sapi, misalnya ke nomor 087870785077 3. SMS Gateway akan menerima data yang dimasukkan. 4. Jika diperlukan, SMS Gateway akan mengirimkan (mem-forward) informasi penambahan data ini ke Disnak terkait (dalam hal ini Disnak Bogor). 5. SIPPS-Sapi akan menyimpan data yang diterima SMS Gateway ke dalam basis data 6. SIPPS-Sapi akan menampilkan informasi data yang dimasukkan tersebut dengan status unverified seperti terlihat pada Gambar 27 di bawah ini :
58
Gambar 27 Data berhasil dimasukkan ke dalam SIPPS-Sapi. Berikut adalah gambar ilustrasi memasukkan data melalui teknologi SMS (Gambar 28) :
Gambar 28 Ilustrasi memasukkan data melalui teknologi SMS.
4.5.5.2 Mengubah Data Sapi Melalui Teknologi SMS Langkah-langkah untuk mengubah data sapi melalui teknologi SMS adalah sama dengan langkah-langkah untuk memasukkan data baru melalui teknologi SMS. Hanya saja, ID Telinga yang digunakan dalam pengiriman SMS haruslah ID Telinga yang sudah ada di dalam SIPPS-Sapi. Dalam hal ini, berarti data sapi dengan ID Telinga tersebut akan diubah. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan pengguna untuk mengubah data sapi melalui teknologi SMS : 1. Tulis sebuah SMS dengan format penulisan seperti berikut :
59
id_disnak[spasi]id_telinga[spasi]jk[spasi]jenis[spasi]bangsa[spasi]umur[spasi]pej antan[spasi]induk[spasi]bobot[spasi]riwayat[spasi]beranak contoh : BGR[spasi]BGR0005[spasi]L[spasi]1[spasi]BELANDA[spasi]10[spasi]BGR2 291[spasi]BGR2928[spasi]39.4[spasi]2,3,4,5[spasi]0 2. Kirimkan SMS tersebut ke nomor SIPPS-Sapi, misalnya ke nomor 087870785077 3. SMS Gateway akan menerima data yang dimasukkan. 4. SMS Gateway akan mengirimkan (mem-forward) informasi perubahan data ini ke Disnak terkait (dalam hal ini Disnak Bogor) dengan catatan, dalam forward setting diaktifkan.
4.5.5.3 Menghapus Data Sapi Melalui Teknologi SMS Setiap pengguna dapat menghapus data melalui teknologi SMS, hanya saja data tidak terhapus tetapi hanya statusnya saja yang berubah menjadi Deleted by SMS. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan pengguna untuk menghapus data sapai melalui teknologi SMS : 1. Tulis sebuah SMS dengan format penulisan seperti berikut : HAPUS[spasi]ID_KUPING_SAPI[spasi]Kode_Alasan contoh : HAPUS[spasi]CIA00236[spasi]5 2. Kirimkan SMS tersebut ke nomor SIPPS-Sapi, misalnya ke nomor 087870785077 3. SMS Gateway akan menerima data yang dimasukkan. 4. SIPPS-Sapi akan mengubah status data sapi tersebut menjadi Deleted by SMS seperti terlihat pada Gambar 29 di bawah ini :
Gambar 29 Menghapus data sapi melalui teknologi SMS. 60
4.6 Pengujian Pengujian yang dimaksud dalam hal ini adalah pengujian terhadap prototipe sistem. Pengujian dilakukan dengan metode black-box seperti apa yang diungkapkan dalam Pressman (2001). Data hasil pengujian dapat dilihat dalam Lampiran 3.
4.7 Pengunaan SIPPS-Sapi untuk Perencanaan Sapi Potong di Indonesia Pemerintah dapat melakukan berbagai perencanaan melalui SIPPS-Sapi. Ada dua fasilitas utama yang dapat digunakan untuk melakukan perencanaan, yaitu fasilitas perencanaan dan fasilitas laporan. Melalui fasilitas perencanaan, pemerintah dapat mengetahui stok sapi potong nasional saat ini, apakah stoknya mencukupi atau kurang. Fasilitas perencanaan akan melakukan kalkulasi sederhana berdasarkan data-data sapi yang berhasil terhimpun dan menggunakan rumus yang sudah ditentukan sebelumnya. Jika hasil kalkulasinya negatif artinya stok sapi potong adalah kurang dan harus segera ditambah, misalnya melalui impor atau melalui cara yang lain. Dari data-data sapi yang sudah tercatat, akan dihitung banyaknya daging yang tersedia di dalam sistem. Pengguna dapat menentukan apakah yang dihitung semua daging sapi yang statusnya verified saja, unverified saja, atau kedua-duanya. Kemudian pengguna memasukkan data-data yang diperlukan, lalu menekan tombol Hitung. Perhatikan contohnya dalam Gambar 30 seperti di bawah ini :
61
Gambar 30 Menggunakan fasilitas perencanaan. Ilustrasi penggunaan fasilitas perencanaan dapat dilihat dalam Gambar 31 seperti di bawah ini :
Gambar 31 Ilustrasi menggunakan fasilitas perencanaan.
Fasilitas laporan dalam SIPPS-Sapi, mampu menghasilkan berbagai macam laporan. Laporan dapat disajikan dalam bentuk detail dan summary. Laporan dapat 62
ditampilkan dalam bentuk tabular ataupun grafik dalam berbagai kriteria pemilihan data yang digunakan. Misalkan pemerintah ingin merencanakan, apakah di Disnak Bogor berpotensi untuk dijadikan sumber bibit sapi unggul, maka pemerintah dapat menggunakan fasilitas laporan. Pemerintah dapat memilih laporan dalam bentuk grafik dengan kriteria pemilihan data Disnak Bogor dan Grafik berdasarkan Bobot. Sistem akan mengambil data bobot seluruh sapi yang ada di Bogor dan membaginya menjadi lima rentang bobot. Kemudian sistem akan menampilkan grafik yang menunjukan persentase bobot seluruh sapi yang ada di Bogor berdasarkan lima rentang bobot yang sudah dihitung. Akan diketahui berapa persen sapi yang memiliki bobot pada rentang nilai tertinggi. Jika persentase sapi yang termasuk dalam rentang nilai tertinggi adalah besar, maka berarti Disnak Bogor berpotensi sebagai sumber bibit sapi unggul. Perhatikan contoh penggunaan menu laporan untuk perencanaan ini seperti terlihat dalam Gambar 32 di bawah ini :
Gambar 32 Menggunakan fasilitas laporan untuk membantu perencanaan.
63
Contoh laporan yang disajikan dengan kriteria bobot pada Disnak Bogor dapat dilihat dalam Gambar 33 seperti di bawah ini :
Gambar 33 Laporan berdasarkan kriteria bobot pada Disnak Bogor.
Berdasarkan grafik pada Gambar 33, terlihat bahwa hanya 10% sapi yang bobotnya di atas rata-rata bobot sapi. Dapat disimpulkan Disnak tersebut belum layak untuk dijadikan sumber bibit. Perhatikan contoh bentuk grafik lainnya pada Gambar 34 seperti di bawah ini :
64
Gambar 34 Laporan berdasarkan kriteria bobot pada Disnak Ciawi.
Berdasarkan grafik pada Gambar 34, terlihat bahwa ada 33% sapi yang bobotnya di atas rata-rata bobot sapi. Dapat disimpulkan Disnak tersebut layak untuk dijadikan sumber bibit. Pemerintah dapat merencanakan untuk memilih beberapa sapi dari Disnak tersebut untuk dijadikan bibit sapi unggul. Ilustrasi penggunaan fasilitas laporan untuk membantu perencanaan mengenai suatu daerah yang dapat dijadikan sumber bibit sapi unggul dapat dilihat dalam Gambar 35 seperti di bawah ini :
65
Gambar 35 Menggunakan fasilitas laporan untuk menentukan suatu daerah yang dapat dijadikan sumber bibit sapi unggul.
4.8 Saran Implikasi Manejerial Jika SIPPS-Sapi diterapkan di Indonesia, maka pemerintah harus menyediakan tata pamong (governance) yang menjamin keberlangsungan SIPPS-Sapi, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat Disnak. Sebagai contoh, diperlukan divisi atau staf IT khusus di setiap Disnak. Diperlukan semacam bagian khusus atau organisasi khusus di dalam Dirjen Peternakan yang menangani sistem ini, misalnya bernama Bagian Komunikasi dan Sistem Informasi. Diperlukan perangkat peraturan yang khusus dibuat terkait dengan SIPPS-Sapi. Misalnya peraturan perundang-undangan yang mewajibkan agar seluruh peternak atau Rumah Potong Hewan (RPH) melakukan pencatatan terhadap sapi. Diperlukan peraturan yang menjabarkan sistem reward dan punishment jika sapi yang lahir dan yang dipotong tidak dicatat. Harus tersedia peraturan mengenai tata kelola pencatatan sapi yang mewajibkan agar hasil pencatatan juga dimasukkan ke dalam SIPPS-Sapi. Serta berbagai macam peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam penerapan SIPPS-Sapi, juga harus dilakukan penyuluhan atau pelatihan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam SIPPS-Sapi. Terutama kepada pengguna di pedesaan dan kawasan terpencil, perlu diberi pemahaman tentang pentingnya melakukan pencatatan ke dalam SIPPS-Sapi.
66