BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berfungsi sebagai penganalisa data yang telah dikumpulkan tanpa penggeneralisasian untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai minimum, maximum, mean dan standar deviasi dari perhitungan variabel Nilai Perusahaan, Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit. Dalam penelitian ini objek penelitian dipilih dengan metode purposive sampling dengan menggunakan krtiteria yang telah ditentukan. Objek penelitian yang dipilih untuk penelitian adalah perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Kompas 100 pada tahun 2011-2013. Dari 100 perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Kompas 100, 31 perusahaan yang masuk kriteria sampel penelitian dengan periode penelitian 3 tahun. Hasil uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS 21 disajikan dalam tabel sebagai berikut:
62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
NP
93
.81
8.76
3.0999
1.50180
KI
93
-.09
.36
.1496
.08630
KP
93
.21
6.07
1.9965
1.88679
KD
93
.05
.85
.4161
.15424
KIN
93
.07
.88
.5882
.16067
KA Valid N (listwise)
93 93
3.00
8.00
3.8280
1.29903
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016) Nilai Perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan diukur dengan rasio PBV, semakin tinggi nilai PBV akan membuat pasar percaya, tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa depan sehingga perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang lebih baik. Berdasarkan output data diatas menunjukan bahwa nilai perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia masih terdapat perusahaan yang memiliki nilai perusahaan dibawah 1 (satu) dengan nilai minimum 0,81 yaitu PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk pada tahun 2013. Hal ini menunjukan bahwa masih ada perusahaan yang belum mampu memberi pengembalian yang menguntungkan secara maksimal guna memakmurkan para pemilik perusahaan. Di sisi lain PT. Kalbe Farma Tbk pada tahun 2012 memiliki nilai perusahaan yang tertinggi dengan niali maksimal 8,76,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
yang menggambarkan bahwa perusahaan tersebut mampu memenuhi ekspetasi investor yaitu menghasilkan pengembalian keuntungan secara maksimal bagi para pemegang saham serta dapat memberi persepsi positif terhadap investor. Rata-rata nilai perusahaan adalah 3,0999 yang menunjukan bahwa secara keseluruhan nilai perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia mampu memberikan gambaran yang baik terhadap persepsi para investor dalam memakmurkan dan mensejahterhakan para pemegang saham. Di lihat dari standar deviasi dengan nilai 1,50180 yang memiliki nilai lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukan bahwa data terdistribusi atau tersebar secara normal dan cukup mewakili populasi yang menjadikan sampel ini baik untuk dilakukan analisis data berikutnya. Keputusan Investasi sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki dengan pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan net value yang positif. Keputusan investasi menunjukan tingkat aktivitas yang tinggi akan mencerminkan nilai perusahaan yang tinggi. Dalam penelitian ini keputusan investasi diukur dengan rasio CPA/BVA. Berdasarkan output data diatas menunjukan bahwa keputusan investasi yang terdaftar pada Indeks Saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia masih terdapat nilai keputusan investasi dibawah 0,1 dengan nilai minum -0,09 yaitu pada PT. Tamabang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk di tahun 2013. Hal ini menggambarkan bahwa masih ada perusahaan yang memiliki tingkat aktivitas perusahaan yang masih rendah sehingga akan memberikan sinyal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
negatif untuk para investor terhadap prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Sedangkan PT. United Tractors Tbk pada tahun 2011 memiliki nilai keputusan investasi tertinggi dengan nilai maksimum 0,36 atau 36%. Berarti memberikan sinyal positif untuk para investor karena memiliki pertumbuhan aktiva yang cukup tinggi sehingga memiliki prospek yang baik bagi perusahaan dimasa yang akan datang dan akan berpengaruh dengan nilai perusahaan. Rata-rata nilai keputusan investasi yaitu 0,1496 perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia memiliki pertumbuhan perusahaan yang cukup tinggi dimasa yang akan datang. Serta memiliki standar deviasi sebesar 0,08630 yang lebih rendah dari nilai rata-rata yang menunjukan bahwa sampel ini layak untuk dilakukan analisis data berikutnya. Keputusan Pendanaan dalam perusahaan adalah menentukan sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Dalam penelitian ini keputusan pendanaan diukur dengan rasio DER. Berdasarkan output diatas menunjukan bahwa keputusan pendanaan yang terdaftar pada Indeks Saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia masih terdapat nilai keputusan pendanaan dibawah 1 (satu) dengan nilai minum 0,21 yaitu pada PT. Astra Agro Lestari Tbk pada tahun 2011. Berarti menunjukan bahwa total ekuitas yang dimiliki lebih besar daripada total hutang, hal ini biasa terjadi pada perusahaan manufaktur. DER yang terlalu tinggi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
mempunyai dampak yang buruk terhadap nilai perusahaan karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Sehingga para investor beranggapan bahwa menggunakan pendanaan melalui ekuitas lebih banyak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Di sisi lain PT. Bank Central Asia Tbk pada tahun 2013 memiliki nilai keputusan pendanaan tertinggi dengan nilai maksimum sebesar 6,07. Hal ini biasa terjadi di perusahaan perbankan karena sebagaian besar sumber pendanaan berasal dari pihak eksternal. Peningkatan utang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dimasa yang akan datang atau adanya resiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon positif oleh pasar. Rata-rata nilai keputusan pendanaan yaitu 1,9965 perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia menunjukan bahwa terjadi variasi data nilai keputusan pendanaan karena pada indeks ini terjadi kesenjangan nilai antara perusahaan manufaktur dengan perbankan, tetapi nilai keputusan pendanaan pada penelitian ini cukup baik dalam menunjang aktivitas perusahaan. Di lihat dari standar deviasi dengan nilai 1,88679 yang memiliki nilai lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukan bahwa data terdistribusi atau tersebar secara normal dan cukup mewakili populasi yang menjadikan sampel ini baik untuk dilakukan analisis data berikutnya. Kebijakan Dividen diukur dengan rasio DPR, DPR merupakan presentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
bentuk kas. Berdasarkan output data diatas menunjukan bahwa kebijakan dividen perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Kompas 100 masih ada yang memiliki nilai minimum sebesar 0,05 yaitu pada PT. Pakuwon Jati Tbk ditahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan hanya membagikan 5% dividen secara kas kepada investor dan sisanya sebagai laba ditahan untuk kepentingan operasional perusahaan. Sedangkan PT. Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2012 memiliki nilai DPR tertinggi dengan nilai maksimum sebesar 0,85 atau 85%. Keadaan seperti ini akan memberikan respon positif kepada para investor karena perusahaan dapat melakukan pengembalian yang menguntungkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham yang akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Rata-rata nilai kebijakan dividen yaitu 0,4161 atau 41,61 % yang menunjukan bahwa perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Kompa 100 di Bursa Efek Indonesia memiliki kemampuan pengembalian dividen yang cukup tinggi untuk memakmurkan dan mensejahterahkan pemilik perusahaan. Serta memiliki standar deviasi sebesar 0,15424 yang lebih rendah dari nilai rata-rata yang menunjukan bahwa sampel ini layak untuk dilakukan analisis data berikutnya. Kepemilikan Institusional adalah saham yang dimiliki oleh institusi atau lembaga, dengan adanya kepemilikan institusional dalam perusahaan diharapkan dapat bertindak dalam mengawasi dan mencegah pemborosan yang dilakukan oleh manajemen sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional diukur dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
presentase kepemilikan saham institusional. Berdasarkan output diatas menunjukan bahwa perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Kompas 100 masih terdapat perusahaan yang memiliki presentase kepemilikan institusional yang rendah dengan nilai minimum sebesar 7% yaitu pada PT. Ciputra Development Tbk di tahun 2012. Sedangkan PT. Summarecon Agung Tbk pada tahun 2013 memiliki presentase kepemilikan intituisonal yang tinggi dengan nilai maksimum sebesar 88%. Rata-rata prensentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang terdfatr di Indeks Saham Kompas 100 sebesar 58,82% yang menunjukan bahwa hampir setengah kepemilikan saham dari perusahaan dimiliki oleh institusi atau lembaga. Di lihat dari standar deviasi dengan nilai 0,16067 yang memiliki nilai lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukan bahwa data terdistribusi atau tersebar secara merata dan cukup mewakili populasi yang menjadikan sampel ini baik untuk dilakukan analisis data berikutnya. Dari data Komite Audit tersebut dapat dilihat bahwa data yang paling tinggi adalah 8 orang yang berada pada PT. Bank Rakyat Indonesia di tahun 2012 dan 2013. Sedangkan data terendah adalah 3 orang yang terdapat hampir dalam seluruh sampel perusahaan. Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata sebesar 3,8280 dengan standar deviasi sebesar 1,29903. Dilihat dari nilai rata-rata membuktikan bahwa hampir seluruh perusahaan telah memenuhi persyaratan BAPEPAM yang menyebutkan bahwa komite audit yang dimliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah model regresi, variabel independen dan dependen keduanya mempunyai distribusi yang normal. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
analisis
statistik
non-parametrik
One
Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, grafik histogram dan grafik normal probability plot. Pada uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis : H0 : Data residual berdistribusi normal apabila Sig. (2-tailed) > 0,05 HA : Data residual tidak berdistribusi normal apabila Sig. (2-tailed) < 0,05 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
93 Mean Std. Deviation
.0000000 1.38404330
Absolute
.102
Positive
.102
Negative
-.064
Kolmogorov-Smirnov Z
.987
Asymp. Sig. (2-tailed)
.284
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Dari tabel hasil uji Kolmogorov-Smirnov diatas menunjukan bahwa (asym.sig.2-tailed) Unstandarlized Residual sebesar 0,284 yang berarti nilainya lebih besar dari 0,05 dengan nilai kolmogorov-smirnov sebesar 0,987 , maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada uji kolmogorov-smirnov menghasilkan hipotesis H0 yang artinya data residual terdistirbusi dengan normal. Oleh karena itu data ini telah memenuhi asumsi normalitas dan dapat dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis regresi. 2. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
.876
1.038
KI
4.973
1.930
KP
-.045
.094
KD
2.543
1.197
KIN
1.646
KA
-.119
(Constant)
1
Unstandardized Coefficients B Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.843
.401
.286
2.577
.012
.794
1.259
-.057
-.480
.633
.704
1.421
.261
2.125
.036
.646
1.547
.991
.176
1.661
.100
.869
1.151
.121
-.103
-.985
.327
.893
1.120
a. Dependent Variable: NP
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
Hasil perhitungan dari tabel 4.4 menunjukan nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10. Oleh karna itu dapat disimpulkan bahwa variabel indpenden yang digunakan dalam model regresi penelitian ini adalah tidak terjadi multikolineritas. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficient Correlationsa Model
KA
Correlations
KI
KP
KIN
KD
KA
1.000
.068
-.246
-.127
.045
KI
.068
1.000
.070
.252
.324
KP
-.246
.070
1.000
.016
.465
KIN
-.127
.252
.016
1.000
-.115
KD
.045
.324
.465
-.115
1.000
KA
.015
.016
-.003
-.015
.006
KI
.016
3.723
.013
.482
.747
KP
-.003
.013
.009
.001
.052
KIN
-.015
.482
.001
.981
-.136
KD
.006
.747
.052
-.136
1.432
1
Covariances
a. Dependent Variable: NP
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016) Melihat dari hasil yang diatas, besaran korelasi antar variabel independen bahwa hanya variabel Keputusan Pendanaan yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel Kebijakan Dividen dengan tingkat korelasi sebesar 0,465 atau sekitar 46,5 % . Karena korelasi ini masih dibawah 95% maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolineritas yang serius.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
3. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah model regersi tidak terjadi kesamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini menggunakan cara dengan pengujian statistik yang dapat digunakan mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas pengujian yang dilakukan adalah menggunakan uji glejser. Dengan menggunakan uji glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dinyatakan bahwa model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Tabel 4.5 Uji Glejser Coefficientsa Model
T
Sig.
1.326
.188
KI
.349
.728
KP
-.077
.939
KD
1.151
.253
KIN
-.738
.462
KA
.323
.747
(Constant)
1
a. Dependent Variable: RES_2
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional dan komite Audit diatas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
dari nilai signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam penelitian ini. 4. Uji Autokorelasi Uji Autokrelasi untuk mengetahui adanya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson yang bisa dilihat dari hasil uji regresi berganda. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi linear ada korelasi anatara nilai residual yang dipengaruhi data sebelumnya. Tabel 4.6 Uji Durbin Watson Model Summaryb Model
1
R
R Square
.388a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.151
.102
1.42326
Durbin-Watson
.833
a. Predictors: (Constant), KA, KI, KP, KIN, KD b. Dependent Variable: NP
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016) Hasil uji autokorelasi dari tabel diatas diketahui nilai DW sebesar 0,833 , nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel menggunakan signikansi 5% jumlah sampel 93 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka didalam tabel Durbin Watson didapatkan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,55 . Hasil uji Durbin Watson Statistic didapatkan sebesar 0 < d < dl ( 0 < 0,833 < 1,55 ) keputusan uji autokorelasi ditolak . Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi pada model regresi yang digunakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada diantar 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi vairasi variabel dependen. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kofisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model
1
R
R Square
a
.388
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.151
.102
1.42326
a. Predictors: (Constant), KA, KI, KP, KIN, KD b. Dependent Variable: NP
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016) Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa besarnya koefisien (R) = 0,388 yang menunjukan bahwa derajat hubungan korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 38,8 % artinya Nilai Perusahaan mempunyai hubungan dengan variabel independen yaitu Keputusan Investasi, Kpeutusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit. Kemudian besarnya adjusted R2 diperoleh sebesar 0,102. Hal ini berarti 10,2 % ats variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
independen
yaitu
Keputusan
Investasi,
Kpeutusan
Pendanaan,
Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen cukup rendah, sehingga sisanya 89,8% (100% - 10,2%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model regresi. 2. Uji Simultan atau F-test Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F dalam penelitian ini untuk mengethaui pengaruh Keputusan Invesatsi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan secara simultan dihitung dengan menggunakan Uji F-test. Tabel 4.8 Hasil Uji F ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
31.265
5
6.253
Residual
176.233
87
2.026
Total
207.498
92
F 3.087
a. Dependent Variable: NP b. Predictors: (Constant), KA, KI, KP, KIN, KD
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016) Dari tabel Uji F-test diatas diperoleh nilai signifkinansinya sebesar 0,013 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sig. b
.013
76
Institusional dan Komite Audit secara bersama-sama berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. 3. Uji Parsial atau t-test Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan menentukan tingkat signifikansi (α) yaitu sebesar 5%. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan jika nilai prbabilitas < 0,05 maka H0 ditolak. Tabel 4.9 Hasil Uji t-test Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
Beta
Error .876
1.038
.843
.401
KI
4.973
1.930
.286
2.577
.012
KP
-.045
.094
-.057
-.480
.633
KD
2.543
1.197
.261
2.125
.036
KIN
1.646
.991
.176
1.661
.100
KA
-.119
.121
-.103
-.985
.327
(Constant)
1
a. Dependent Variable: NP
Sumber : Data sekunder yang diolah (2016) a. Hipotesis pertama menguji pengaruh variabel Keputusan Investasi (CPA/BVA) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Hasil pengujian Uji ttest pada tabel diatas menunjukan bahwa H1 < 0,05 yaitu 0,012 <
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
0,05 dengan memiliki nilai t 2,577. Hal ini dapat diartikan bahwa Keputusan Investasi berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Semakin tinggi tingkat Keputusan Investasi semakin meningkat Nilai Perusahaan, maka hipotesis pertama (H1) diterima. b. Hipotesis kedua menguji pengaruh variabel Keputusan Pendanaan (DER) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Hasil pengujian t-test pada tabel diatas menunjukan bahwa H2 > 0,05 yaitu 0,633 > 0,05 dengan memiliki nilai t -4,80 . Hal ini dapat diartikan bahwa Keputusan Pendanaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan, sehingga naik atau turunnya tingkat Keputusan Pendanaan tidak mempengaruhi Nilai Perusahaan, maka hipotesis kedua (H2) ditolak. c. Hipotesis ketiga menguji pengaruh variabel Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Hasil pengujian t-test pada tabel diatas menunjukan bahwa H3 < 0,05 yaitu 0,036 < 0,05 dengan memiliki nilai t 2,125. Hal ini dapat diartikan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh positif secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan, dengan demikian hipotesis ketiga (H3) diterima. d. Hipotesis keempat
menguji pengaruh variabel Kepemilikan
Instituisonal (Presentase kepemilikan institusional) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Hasil pengujian t-test pada tabel diatas menunjukan bahwa H4 > 0,05 yaitu 0,100 > 0,05 dengan memiliki nilai t 1,661. Hal ini dapat diartikan bahwa Kepemilikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
Institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sehingga tinggi atau rendahnya tingkat Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh dengan meningkatnya Nilai Perusahaan, maka hipotesis keempat (H4) ditolak. e. Hipotesis kelima menguji pengaruh variabel Komite Audit (Jumlah anggota komite audit) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Hasil pengujian t-test pada tabel diatas menunjukan bahwa H5 > 0,05 yaitu 0,327 > 0,05 dengan nilai t -0,985. Hal ini dapat diartikan bahwa Komite Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan, dengan demikian hipotesis kelima (H5) ditolak. 4. Analisa Regresi Linear Berganda Pengujian dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, yaitu suatu metode statistik yang umum digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan variabel independen. Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diperoleh persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut : Y = 0,876 + 4,973KI – 0,045KP + 2,543KD + 1,646KIN – 0,119KA a. Constant = 0,876 hal ini berarti konstanta (a) adalah 0,876 artinya jika KI (Keputusan Investasi), KP (Keputusan Pendanaan), KD (Kebijakan Dividen), KIN (Kepemilikan Institusional) dan KA (Komite Audit) bernilai nol maka nilai perusahaan akan bernilai 0,876. Pernyataan tersebut artinya apabila tingkat KI,KD dan KIN
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
tinggi serta KP dan KA rendah maka Nilai Perusahaan suatu perusahaan baik. b. Nilai
koefisien
regresi
Keputusan
Investasi sebesar
4,973
mengandung arti bahwa pada variabel Keputusan Investasi terdapat hubungan dengan Nilai Perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan Keputusan Investasi akan menyebabkan kenaikan Nilai Perusahaan sebesar 4,973 c. Nilai koefisien regresi Keputusan Pendanaan sebesar -0,045 artinya pada variabel Keputusan Pendanaan terdapat hubungan negatif dengan Nilai Perusahaan. Hal ini menunjukan setiap kenaikan 1 persen dari Keputusan Pendanaan akan menurunkan Nilai Perusahaan yang diterima sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0,045. d. Nilai koefisien Kebijakan Dividen sebesar 2,543 mengandung arti bahwa pada variabel Kebijakan Dividen terdapat hubungan dengan Nilai Perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan Kebijakan Dividen akan menyebabkan kenaikan Nilai Perusahaan sebesar 2,543 sesuai dengan nilai koefesien regresinya. e. Nilai koefisien Kepemilikan Institusional sebesar 1,646 artinya pada variabel Kepemilikan Intitusional terdapat hubungan positif dengan Nilai Perusahaan. Hal ini menunjukan setiap kenaikan 1 persen dari Kepimilikan Institusional akan menaikan Nilai Perusahaan yang diterima sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 1,646.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
f. Nilai koefisien Komite Audit sebesar -0,119 mengandung arti bahwa pada variabel Komite Audit terdapat hubungan negative dengan Nilai Perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan Komite Audit akan menyebabkan penurunan Nilai Perusahaan sebesar -0,119 sesuai dengan nilai koefesien regresinya. D. Pembahasan Penelitian ini menguji pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013. Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Pengaruh Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan Hasil analisa data menunjukan bahwa Keputusan Investasi (KI) yang diukur dengan (CPA/BVA) berpengaruh positif secara signifkan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,012. Sejalan dengan hasil penelitian Fenandar dan Raharja (2012), bahwa keputusan investasi yang diproksikan melalui (CPA/BVA) berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Implikasi kesimpulan tersebut bahwa Investment Opportunity Set merupakan bentuk investasi yang dilakukan perusahaan sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan dimasa datang dan dinilai oleh investor. Implikasi bagi investor adalah investor akan menginvestasikan dananya pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
perusahaan yang mampu menghasilkan laba optimal. Tetapi hasil ini tidak sejalan dengan penelitian (Setiani,2013) yang menyatakan bahwa Keputusan Investasi negative dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hal
tersebut
membuktikan
bahwa
signaling
theory
mempengaruhi keputusan investasi terhadap nilai perusahaan dengan memberikan sinyal positif kepada para investor yang menggambarkan tentang pertumbuhan pendapatan perusahaan dimasa yang akan datang dan mampu meningkatkan nilai pasar perusahaan. 2. Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan Hasil analisa data diatas menunjukan bahwa Keputusan Pendanaan (KP) yang diukur dengan (DER) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05 yaitu sebesar 0,633. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Prapaksa dan Mutmainah (2012) yang menyatakan keputusan pendanaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada penelitian ini keputusan pendanaan yang diproksikan melalui DER tidak berpengaruh signifikan dengan alasan ada perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi dan juga memiliki laba yang tinggi mencerminkan nilai perusahaan yang tinggi, akan tetapi ada juga yang memiliki hutang yang tinggi ternyata memiliki nilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
perusahaan
yang
rendah.
Secara
teori,
untuk
menunjang
kelangsungan hidup perusahaan diperlukan pendanaan dan struktur modal. Struktur modal merupakan pendanaan yang bersumber sari eksternal dan internal. Pada penelitian ini keputusan pendanaan bersifat negatif, sebab hutang yang terlalu tinggi pada struktur modal akan berdampak
pada
kurangnya
kepercayaan
publik
terhadap
perusahaan. Dengan asumsi apabila perusahaan menghasilkan laba, prioritas utama adalah membayar hutang daripada pembagian dividen untuk kemakmuran pemegang saham, sehingga nilai perusahaan akan menurun. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya Afzal dan Rohman (2012). 3. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Hasil analisa data diatas menunjukan bahwa Kebijakan Dividen (KD) yang dikukur dengan (DPR) berpengaruh positif secara signifkan terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signiifkansi lebih rendah dari 0,05 yaitu sebesar 0,036. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Afzal dan Rohman (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Terdapat beberapa pendapat tentang kebijakan dividen yaitu pendapat pertama menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang disebut irrelevansi dividen. Pendapat kedua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, yang disebut Bird in The Hand Theory. dan yang ketiga menyatakan
bahwa
informasi tentang cash
dividend
yang
dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan dimasa yang akan datang disebut Dividend Signaling Theory. Jika dilihat dari hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kebijakan dividen bersifat Bird in The Hand Theory dan Dividend Signaling Theory hal tersebut dapat membuktikan bahwa signaling theory mempengaruhi kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh (Prapaksa dan Mutmainah, 2012). 4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Hasil analisa data diatas menunjukan bahwa Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh positif tidak signifkan terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,100. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian
(Sukirini,
2012)
yang
menyatakan
bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sesuai dengan teori agensi bahwa ada perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manager sehingga peran dari kepemilikan institusional
diharapkan
dapat
mengawasi
dan
mencegah
pemborosan yang dilakukan oleh manajemen sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wahyuni et al (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Investor institutional merupakan investor mayoritas karena presentase kepemilikannya atas saham perusahaan relatif besar.
Hal
ini
mengindikasikan
bahwa
semakin
besarnya
kepemelikan institusional akan menimbulkan konflik antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas dimana manajer akan cenderung bertindak sesuai dengan desakan mayoritas. Namun dalam hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh jumlah kepemilikan institusional yang relatif stabil dan tidak berfluktuaktif sehingga tidak mempengaruhi nilai perusahaan secara signifikan. 5. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan Hasil analisa diatas menunjukan bahwa Komite Audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,327. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rustiarini (2010) dan Herawaty (2008) yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi sejalan dengan hasil penelitian Sari dan Riduwan (2013). Sesuai dengan agensi teori bahwa ada perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manager sehingga pemegang saham mengutus komite audit secara profesonal dan independen sebagai pengawas atas proses pelaporan keuangan. Banyaknya jumlah anggota komite
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
audit bukan merupakan jaminan bahwa kinerja suatu perusahaan akan membaik, sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit
bukanlah
faktor
yang
mereka pertimbangkan dalam
mengapresiasi nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/