BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil
4.1.1 Ikatan Pembuluh Bambu Foto makroskopis ruas bambu tali disajikan pada Gambar 7 dan bukunya disajikan pada Gambar 8. Foto makroskopis ruas bambu betung disajikan pada Gambar 9 dan bukunya disajikan pada Gambar 10. Kemudian foto makroskopis ruas bambu andong disajikan pada Gambar 11 dan bukunya disajikan pada Gambar 12.
Pangkal
Tengah
4,0062x2,2430 mm2
4,1125x2,9097 mm2
Ujung
Luar
4,0438x2,0872 mm2
Pusat
4,0062x2,9969 mm2
Dalam
4,0000x2,9969 mm2
4,0062x2,9969 mm2
4,0062x2,6667 mm2
Gambar 7 Foto makroskopis pada ruas bambu tali.
Ruas bambu tali didominasi oleh tipe ikatan pembuluh III, sedangkan pangkal bagian pusat dan dalam memiliki tipe ikatan pembuluh IV.
18
Pangkal
Tengah
Ujung
4,0062x2,9907 mm2
4,0125x2,2804 mm2
Luar
4,0438x2,0872 mm2
Pusat
4,0062x2,9969 mm2
4,0000x2,9969 mm2
Dalam
4,0062x2,9969 mm2
4,0125x2,9969 mm2
4,0125x2,9969 mm2
Gambar 8 Foto makroskopis pada buku bambu tali. Pada buku bambu tali, tipe ikatan pembuluh III lebih mendominasi daripada tipe ikatan pembuluh IV, kecuali pada bagian tengah yang lebih didominasi oleh tipe ikatan pembuluh IV. Foto makroskopis bagian pusat pada ruas bagian tengah dan ujung bambu tali tidak ada karena dimensi tebal bambu yang sangat tipis, sehingga beberapa bagian pusat menyatu dengan bagian luar dan dalam. Begitu juga dengan bagian tengah pada buku bambu tali, foto makroskopis yang dihasilkan hanya cukup untuk bagian luar dan dalam yang masing-masing terdapat beberapa bagian pusat. Ikatan pembuluh pada ruas maupun bukunya semakin banyak dari bagian dalam ke luar tetapi ukurannya semakin kecil. Proporsi luas ikatan pembuluh pada ruas dan buku bambu tali paling tinggi di bagian tengah, sedangkan di bagian ujung paling rendah. Proporsi luas ikatan pembuluh lebih besar pada ruas daripada bukunya. Ringkasan jumlah dan luas ikatan pembuluh pada ruas dan buku bambu tali disajikan pada Tabel 1 dan 2.
19
Tabel 1 Ringkasan jumlah dan luas ikatan pembuluh pada ruas bambu tali Parameter
Pangkal
Tengah
Ujung
Foto
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Dalam
Luar
Dalam
Luas penampang foto (mm2)
8,99
12,01
11,99
11,97
12,01
10,26
10,68
Jumlah ikatan pembuluh
24
15
11
51
12
29
14
Jumlah ikatan pembuluh/mm2
2,67
1,25
0,92
4,26
1,00
2,83
1,31
Diameter min. (mm)
0,37
0,47
0,68
0,39
0,78
0,41
0,74
Diameter max. (mm)
0,68
1,05
1,05
0,61
0,88
0,63
0,77
Luas rata-rata (mm2) Luas total (mm2)
0,22
0,46
0,59
0,21
0,54
0,23
0,45
5,36
5,84
6,44
10,88
6,54
6,69
6,32
Proporsi luas (%)
59,61
56,96
53,70
90,90
54,46
65,22
59,20
Proporsi luas rata-rata (%)
56,76
72,68
62,21
Tabel 2 Ringkasan jumlah dan luas ikatan pembuluh pada buku bambu tali Parameter
Pangkal
Tengah
Ujung
Foto
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Dalam
Luar
Pusat
Dalam
Luas penampang foto (mm2)
8,44
12,01
12,01
11,98
12,03
9,15
11,99
12,03
Jumlah ikatan pembuluh
31
19
9
33
9
43
15
5
Jumlah ikatan pembuluh/mm2
3,67
1,58
0,75
2,75
0,75
4,70
1,25
0,42
Diameter min. (mm)
0,39
0,56
0,58
0,41
0,59
0,34
0,54
0,50
Diameter max. (mm)
0,51
0,75
0,99
0,58
1,24
0,43
1,07
1,32
Luas rata-rata (mm2)
0,17
0,34
0,49
0,21
0,66
0,13
0,51
0,65
Luas total (mm2)
5,21
6,40
4,37
6,85
5,91
5,57
7,68
3,25
Proporsi luas (%)
61,70
53,33
36,40
57,21
49,15
60,89
64,08
27,05
Proporsi luas rata-rata (%)
50,47
53,18
50,67
20
Pangkal
Tengah
Ujung
Luar
4,0062x2,8349 mm2
4,0062x2,7290 mm2
4,0312x2,7414 mm2
Pusat
4,0062x2,9969 mm2
4,0000x2,9907 mm2
Dalam
4,0000x2,9844 mm2
4,0000x2,9969 mm2
4,0062x2,9969 mm2
Gambar 9 Foto makroskopis pada ruas bambu betung.
Ruas pangkal bambu betung pada bagian pusat didominasi oleh tipe ikatan pembuluh IV tetapi sebagian kecil juga terdapat ikatan pembuluh tipe III. Pada pangkal bagian dalam terdapat tipe ikatan pembuluh III ataupun IV. Ruas bambu betung bagian luar memiliki tipe ikatan pembuluh III baik pada pangkal, tengah maupun ujung. Pada ujung bagian dalam juga memiliki tipe ikatan pembuluh III. Bagian tengah dalam dan bagian ujung pusat memiliki tipe ikatan pembuluh III dan IV tetapi didominasi oleh tipe ikatan pembuluh III.
21
Pangkal
Tengah
Ujung
Luar
4,0188x3,0093 mm2
4,0312x2,6978 mm2
4,0062x2,3053 mm2
Pusat
4,0125x2,9969 mm2
4,5500x3,2274 mm2
Dalam
4,0000x2,9907 mm2
4,0500x3,1028 mm2
4,0438x3,1776 mm2
Gambar 10 Foto makroskopis pada buku bambu betung.
Ikatan pembuluh pada buku bambu betung sama seperti ruasnya, yaitu memiliki tipe III dan IV, tetapi pada bagian tersebut lebih didominasi oleh tipe ikatan pembuluh IV. Semakin ke arah dalam, ikatan pembuluh semakin sedikit dan ukurannya semakin besar baik pada ruas maupun bukunya. Distribusi ikatan pembuluh dari semua foto makroskopis bambu betung diringkas dalam Tabel 3 dan 4. Pada ruas, proporsi luas ikatan pembuluh bagian tengah mempunyai nilai yang paling tinggi sedangkan bagian ujung paling kecil. Pada buku, proporsi luas paling besar terdapat di bagian ujung dan yang paling kecil di bagian pangkal. Ruas bambu betung memiliki proporsi luas ikatan pembuluh lebih besar daripada bukunya.
22
Tabel 3 Ringkasan jumlah dan luas ikatan pembuluh pada ruas bambu betung Parameter
Pangkal
Tengah
Ujung
Foto
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Dalam
Luar
Pusat
Dalam
Luas penampang foto (mm2)
11,36
12,01
11,94
10,93
11,99
11,05
11,96
12,01
Jumlah ikatan pembuluh
52
11
7
60
8
41
12
11
Jumlah ikatan pembuluh/mm2
4,58
0,92
0,59
5,49
0,67
3,71
1,00
0,92
Diameter min. (mm)
0,32
0,61
0,73
0,37
0,84
0,37
0,71
0,96
Diameter max. (mm)
0,71
1,41
1,25
0,59
1,04
0,66
1,00
0,78
0,23
0,80
0,81
0,20
0,70
0,23
0,58
0,60
Luas total (mm )
12,06
9,60
5,64
12,24
5,57
9,48
6,90
6,55
Proporsi luas (%)
106,17
79,97
47,25
111,98
46,44
85,77
57,72
54,57
2
Luas rata-rata (mm ) 2
Proporsi luas ratarata (%)
77,80
79,21
66,02
Tabel 4 Ringkasan jumlah dan luas ikatan pembuluh pada buku bambu betung Parameter
Pangkal
Tengah
Ujung
Foto
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Dalam
Luas penampang foto (mm2)
12,09
12,03
11,96
10,94
14,68
12,57
9,24
12,85
Jumlah ikatan pembuluh
61
12
7
49
13
7
42
12
Jumlah ikatan pembuluh/mm2
5,04
1,00
0,59
4,48
0,89
0,56
4,55
0,93
Diameter min. (mm)
0,35
0,54
0,55
0,39
0,47
0,61
0,38
0,55
Diameter max. (mm)
0,44
0,96
1,21
0,63
1,19
1,22
0,53
1,08
0,14
0,44
0,61
0,23
0,55
0,66
0,17
0,53
Luas total (mm )
8,79
5,33
4,26
11,12
7,12
4,60
7,23
6,31
Proporsi luas (%)
72,66
44,33
35,57
101,65
48,50
36,58
78,33
49,12
2
Luas rata-rata (mm ) 2
Proporsi luas rata-rata (%)
50,85
62,24
63,73
23
Pangkal
Tengah
Ujung
Luar
4,2000x3,2025 mm2
4,2562x2,6542 mm2
4,5812x4,0810 mm2
Pusat
4,0000x2,9907 mm2
4,0062x2,9969 mm2
Dalam
4,0250x3,0156 mm2
4,0062x2,9969 mm2
4,2000x3,0841 mm2
Gambar 11 Foto makroskopis pada ruas bambu andong.
24
Pangkal
Tengah
Ujung
Luar
4,3000x3,0841 mm2
4,2125x2,8910 mm2
4,5750x3,1713 mm2
4,6250x3,2648 mm2
4,2438x3,1028 mm2
4,0062x2,9969 mm2
4,0875x3,1526 mm2
Pusat
4,0250x3,0343 mm2
Dalam
4,3312x3,0966 mm2
Gambar 12 Foto makroskopis pada buku bambu andong.
Ikatan pembuluh pada ruas bambu andong memiliki tipe III, kecuali pada bagian pangkal pusat dan dalam yang memiliki tipe ikatan pembuluh III dan IV. Ikatan pembuluh pada buku didominasi oleh tipe IV, hanya pada pangkal bagian luar saja yang memiliki tipe ikatan pembuluh III. Ringkasan distribusi ikatan pembuluh bambu andong dari semua foto pengamatan disajikan pada Tabel 5 dan 6. Ruas bambu andong memiliki proporsi luas ikatan pembuluh yang lebih besar daripada bukunya. Pada ruas, bagian tengah memiliki proporsi luas paling tinggi, sedangkan proporsi luas pada buku bagian pangkal nilainya paling tinggi di antara buku bambu andong lainnya. Proporsi luas terendah dimiliki oleh bagian ujung pada ruas dan bagian tengah pada buku. Ikatan serabut yang terletak di sebelah dalam ikatan pembuluh pusat pada ruas ukurannya lebih besar daripada bukunya.
25
Tabel 5 Ringkasan jumlah dan luas ikatan pembuluh pada ruas bambu andong Parameter
Pangkal
Tengah
Ujung
Foto
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Dalam
Luas penampang foto (mm2)
13,45
11,96
12,14
11,30
12,01
12,01
18,70
12,95
Jumlah ikatan pembuluh
68
16
9
45
13
11
55
16
Jumlah ikatan pembuluh/mm2
5,06
1,34
1,35
3,98
1,08
0,92
2,94
1,24
Diameter min. (mm)
0,28
0,45
0,53
0,29
0,61
0,66
0,34
0,74
Diameter max. (mm)
0,59
1,16
1,19
0,73
1,19
1,01
0,67
0,81
0,17
0,52
0,60
0,23
0,64
0,58
0,23
0,48
Luas total (mm2)
11,64
8,28
5,41
10,21
8,35
6,33
12,49
7,67
Proporsi luas (%)
86,54
69,22
44,53
90,31
69,53
52,68
66,80
59,20
Luas rata-rata (mm2)
Proporsi luas ratarata (%)
66,76
70,84
63,00
Tabel 6 Ringkasan jumlah dan luas ikatan pembuluh pada buku bambu andong Parameter
Pangkal
Tengah
Ujung
Foto
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Pusat
Dalam
Luar
Pusat
Dalam
Luas penampang foto (mm2)
17,11
12,21
13,41
12,18
15,10
12,01
14,51
13,17
12,89
56
16
8
44
12
9
39
13
9
Jumlah ikatan pembuluh /mm2
3,27
1,31
0,60
3,61
0,79
0,75
2,69
0,99
0,70
Diameter min. (mm)
0,26
0,41
0,53
0,26
0,43
0,47
0,31
0,42
0,66
Diameter max. (mm)
0,62
1,20
1,19
0,68
1,09
1,22
0,73
1,17
1,03
Luas rata-rata (mm2)
0,16
0,51
0,60
0,19
0,45
0,58
0,23
0,50
0,62
Luas total (mm2)
9,14
8,17
4,81
8,36
5,45
5,19
9,00
6,50
5,55
Proporsi luas (%)
53,40
66,91
35,83
68,67
36,08
43,20
62,03
49,38
43,06
Jumlah ikatan pembuluh
Proporsi luas rata-rata (%)
52,04
49,32
51,49
26
Proporsi luas rata-rata ikatan pembuluh pada ketiga jenis bambu diringkas pada Tabel 7. Proporsi luas ikatan pembuluh tertinggi dimiliki oleh ruas bambu betung bagian tengah dan proporsi luas terendah dimiliki oleh buku bambu andong bagian tengah. Proporsi luas terendah pada ruas terdapat pada bambu tali bagian pangkal sedangkan proporsi luas tertinggi di bagian buku terdapat pada bambu betung bagian ujung. Tabel 7 Ringkasan persentase ikatan pembuluh bambu yg diteliti Jenis
Pangkal
Tengah
Ujung
bambu
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Tali
56,76
50,47
72,68
53,18
62,21
50,67
Betung
77,80
50,85
79,21
62,24
66,02
63,73
Andong
66,76
52,04
70,84
49,32
63,00
51,49
4.1.2 Sifat Fisis Bambu Pengujian sifat fisis bambu terdiri atas kadar air, kerapatan, dan berat jenis. Semua pengujian menggunakan dua sampel untuk masing-masing jenis dan bagian. Data yang diperoleh dirangkum dalam 3 tabel: Tabel 8 untuk bambu tali, Tabel 9 untuk bambu betung, dan Tabel 10 untuk bambu andong. Tabel 8 Ringkasan kadar air, kerapatan, dan berat jenis bambu tali Bagian
KA (%)
Kerapatan (g/cm3)
Berat Jenis
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Pangkal
10,90
10,81
0,65
0,62
0,58
0,56
Tengah
10,95
10,93
0,67
0,63
0,61
0,57
Ujung
12,27
10,98
0,58
0,56
0,51
0,50
Ruas bagian ujung bambu tali memiliki kadar air paling tinggi, sedangkan kerapatan dan berat jenisnya paling rendah. Bagian tengah memiliki kerapatan dan berat jenis paling tinggi, baik pada ruas maupun bukunya. Semua data menunjukkan bahwa ruas memiliki kadar air, kerapatan, dan berat jenis yang lebih tinggi daripada bukunya.
27
Tabel 9 Ringkasan kadar air, kerapatan, dan berat jenis bambu betung Bagian
KA (%)
Kerapatan (g/cm3)
Berat Jenis
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Pangkal
9,82
10,31
0,66
0,65
0,60
0,59
Tengah
10,40
10,24
0,66
0,66
0,60
0,59
Ujung
10,73
10,55
0,64
0,73
0,57
0,66
Bagian ujung bambu betung memiliki kadar air paling besar, baik pada ruas maupun bukunya. Kadar air paling kecil terdapat di bagian ruas pangkal dan buku tengah. Pada buku, kerapatan dan berat jenis paling tinggi dimiliki oleh bagian ujung sedangkan ruas sebaliknya. Pada ruas, bagian pangkal dan tengah samasama memiliki kerapatan dan berat jenis paling besar. Ruas bambu betung memiliki kadar air yang lebih banyak dibandingkan bukunya, kecuali pada bagian pangkal. Kerapatan dan berat jenis juga lebih besar pada ruas daripada buku, meskipun nilainya tidak berbeda jauh. Hanya pada bagian ujung, buku bambu betung memiliki kerapatan dan berat jenis yang lebih tinggi daripada ruas.
Tabel 10 Ringkasan kadar air, kerapatan, dan berat jenis bambu andong Bagian
KA (%)
Kerapatan (g/cm3)
Berat Jenis
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Pangkal
11,54
10,84
0,66
0,63
0,57
0,54
Tengah
10,91
10,87
0,73
0,68
0,66
0,61
Ujung
10,62
10,74
0,70
0,70
0,64
0,64
Pada bambu andong, bagian pangkal memiliki kadar air paling banyak pada ruasnya dan bagian tengah pada buku. Kadar air di bagian ujung paling sedikit baik pada ruas maupun bukunya. Kerapatan dan berat jenis di bagian pangkal bambu andong memiliki nilai paling rendah, sedangkan pada ruas bagian tengah paling besar. Kerapatan dan berat jenis pada buku paling tinggi nilainya pada bagian ujung. Antara ruas dengan buku, ruas memiliki kadar air, kerapatan dan berat jenis yang lebih besar daripada buku, kecuali pada bagian ujung yang
28
bukunya memiliki kadar air lebih besar serta kerapatan dan berat jenis yang sama besarnya dengan ruas.
4.1.3 Sifat Mekanis Bambu Dalam penelitian ini masing-masing bambu hanya dilakukan uji tarik dan uji lentur. Hasil pengujian tarik disajikan pada Tabel 11 sampai Tabel 14. Pada Tabel 11 pengujian tarik dilakukan pada sampel bilah, sedangkan Tabel 12 sampai 14 pengujian tarik dilakukan pada bagian horizontal (luar, pusat, dalam). Hasil uji tarik dinyatakan oleh besarnya tegangan maksimum (σ
. ).
Pengujian kekuatan lentur disajikan pada Tabel 15 sampai Tabel 20. Pada Tabel 15, 16, dan 17 pengujian lentur dilakukan pada sampel bilah sedangkan Tabel 18, 19, dan 20 pengujian lentur dilakukan pada bambu laminasi. Bambu laminasi LL adalah laminasi yang direkatkan pada bidang luar dengan luar, sedangkan DD dan LD adalah laminasi yang direkatkan pada bidang dalam dengan dalam dan luar dengan dalam. Pada bambu laminasi LD, bagian yang terkena beban adalah bagian luarnya (tepi). Kekuatan lentur yang diperoleh dinyatakan dalam MOE dan MOR. Tabel 11 Ringkasan uji tarik bilah bambu tali, betung, dan andong
Ruas
Buku
(kg/cm2) Betung Ruas Buku
Pangkal
2.596
1.353
3.804
2.251
2.980
1.518
Tengah
2.715
1.215
3.496
1.977
3.172
1.666
Ujung
2.767
789
4.238
872
3.403
2.737
σ Bagian
Tali
.
Andong Ruas Buku
Tegangan maksimum pada ruas bambu tali bagian ujung memiliki nilai tertinggi, sedangkan pada buku bambu tali bagian ujung paling terendah. Di antara ruas bambu tali, bagian pangkal memiliki tegangan maksimum paling kecil dan di antara bukunya, bagian pangkal bambu tali memiliki tegangan maksimum paling besar. Sama halnya dengan bambu tali, ruas bambu betung bagian ujung memiliki tegangan maksimum tertinggi sedangkan pada buku bagian ujung terendah. Nilai tegangan maksimum paling kecil di antara ruas dimiliki oleh
29
bagian tengah sedangkan tegangan maksimum paling besar di antara buku dimiliki oleh bagian pangkal. Tegangan maksimum tertinggi pada bambu andong terdapat di bagian ujung dan terendah terdapat di bagian pangkal, baik pada ruas maupun bukunya. Ruas memiliki tegangan maksimum yang lebih besar daripada buku. Rata-rata tegangan maksimum terbesar terdapat pada ruas bagian ujung dan tegangan maksimum terkecil terdapat pada buku bagian pangkal. Hanya buku bambu andong yang tegangan maksimum terkecilnya terdapat pada bagian pangkal. Tabel 12 Ringkasan uji tarik sejajar serat jenis bambu tali
σmaks. (kg/cm2)
Bagian Pangkal
Luar 2.026
Pusat 1.672
Dalam 1.229
Tengah
2.229
1.649
1.377
Ujung
1.938
1.501
787
Tabel 13 Ringkasan uji tarik sejajar serat jenis bambu betung
σmaks. (kg/cm2)
Bagian Pangkal
Luar 2.601
Pusat 2.010
Dalam 1.616
Tengah
3.690
1.673
1.689
Ujung
1.771
1.578
1.394
Tabel 14 Ringkasan uji tarik sejajar serat jenis bambu andong
σmaks. (kg/cm2)
Bagian Pangkal
Luar 2.540
Pusat 1.482
Dalam 1.348
Tengah
2.057
2.197
1.809
Ujung
2.016
1.542
1.757
Bagian luar ternyata memiliki kekuatan tarik yang paling besar, baik itu pada bambu tali, betung, maupun bambu andong. Hanya pada bambu andong bagian tengah yang kekuatan tarik terbesarnya dimiliki oleh bagian pusat. Pada bambu tali dan bambu betung nilai tegangan maksimum terbesar dimiliki oleh bagian tengah luar, sedangkan pada bambu andong nilai tegangan makimum
30
terbesar dimiliki oleh bagian pangkal luar. Tegangan maksimum terkecil pada bambu tali dan betung terdapat pada bagian ujung dalam, sedangkan pada bambu andong terdapat pada bagian pangkal dalam.
Tabel 15 Ringkasan uji lentur bilah bambu tali Bagian
MOE rata-rata (kg/cm2)
MOR rata-rata (kg/cm2)
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Pangkal
139.996
49.240
1.107
635
Tengah
159.364
72.046
1.296
796
Ujung
136.998
56.087
1.067
660
Bambu tali bagian tengah memiliki nilai MOE dan MOR tertinggi, sedangkan MOE dan MOR terendah terdapat pada ruas ujung dan buku pangkal. Ruas bambu tali memiliki nilai MOE dan MOR lebih besar dibandingkan bukunya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruas tengah bambu tali paling kuat dan paling kaku, sedangkan buku bagian pangkal paling lemah dan paling mudah berubah bentuk akibat adanya beban.
Tabel 16 Ringkasan uji lentur bilah bambu betung Bagian
MOE rata-rata (kg/cm2)
MOR rata-rata (kg/cm2)
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Pangkal
187.823
92.176
1.497
983
Tengah
169.495
75.917
1.437
932
Ujung
159.968
87.409
1.354
1.066
Ruas bagian pangkal bambu betung paling kaku dan paling kuat dibandingkan dengan bagian lainnya karena memiliki MOE dan MOR paling tinggi, sedangkan bagian tengah pada buku kekuatannya paling lemah dan bentuknya mudah berubah akibat adanya beban. Hal tersebut dikarenakan MOE dan MOR-nya paling rendah. MOE dan MOR pada bagian ujung memiliki nilai terendah diantara ruas pangkal dan tengah, sedangkan diantara buku bagian pangkal memiliki nilai MOE tertinggi dan buku bagian ujung memiliki MOR
31
tertinggi. Berdasarkan keseluruhan data yang terdapat pada Tabel 16, ruas bambu betung paling kuat dan paling kaku daripada bukunya dikarenakan MOE dan MOR yang dimiliki ruas lebih besar daripada buku.
Tabel 17 Ringkasan uji lentur bilah bambu andong MOE rata-rata (kg/cm2)
Bagian
MOR rata-rata (kg/cm2)
Ruas
Buku
Ruas
Buku
Pangkal
123.807
65.305
1.002
736
Tengah
178.338
69.974
1.281
846
Ujung
178.199
71.961
1.464
849
Pada ruas bambu andong, bagian tengah memiliki nilai MOE paling tinggi dan bagian ujung memiliki nilai MOR tertinggi. MOE dan MOR paling rendah pada ruas terdapat di bagian pangkal. Pada bagian buku, nilai MOE dan MOR paling besar terdapat di bagian ujungnya dan paling kecil terdapat di bagian pangkal. Kekuatan dan kekakuan pada ruas lebih besar dibandingkan bukunya, baik pada bambu tali, betung, ataupun andong.
Tabel 18 Ringkasan uji lentur lamina bambu tali MOE (kg/cm2)
Bagian
MOR (kg/cm2)
LL
DD
LD
LL
DD
LD
Pangkal
145.487
102.969
140.825
1.087
581
904
Tengah
149.736
141.776
141.803
989
717
1.253
Ujung
108.779
118.816
140.931
771
662
819
Keterangan: LL = Luar-Luar; DD = Dalam-Dalam; LD = Luar-Dalam.
Lamina bambu tali LL bagian tengah memiliki nilai MOE paling besar dan lamina LD bagian tengah memiliki nilai MOR paling besar. MOE dan MOR terendah dimiliki oleh lamina DD bagian pangkal. Lamina DD pada bambu tali rata-rata lebih kecil nilai MOE dan MOR-nya dibandingkan lamina LL dan LD, maka lamina DD lebih mudah berubah bentuk dan mengalami kerusakan (patah). Lamina LL bagian tengah lebih kaku daripada lamina bambu tali lainnya karena
32
memiliki nilai MOE paling tinggi, sehingga paling sulit untuk berubah bentuk ketika diberikan beban. Nilai MOR pada lamina LD bagian tengah paling tinggi sehingga lebih kuat dari lamina bambu tali yang lain. Jadi ketika diberi beban, lamina ini lebih sulit mengalami kerusakan (patah).
Tabel 19 Ringkasan uji lentur lamina jenis bambu betung MOE (kg/cm2)
Bagian
MOR (kg/cm2)
LL
DD
LD
LL
DD
LD
Pangkal
159.647
100.340
153.114
657
1.149
837
Tengah
158.461
138.844
191.616
553
679
665
Ujung
140.649
124.616
129.013
556
455
434
Berdasarkan Tabel 19, lamina LD bagian tengah bambu betung memiliki MOE tertinggi sedangkan lamina DD bagian pangkal memiliki nilai MOR paling tinggi dan MOE paling rendah. MOR terendah dimiliki oleh lamina LD bagian ujung. Jadi lamina LD bagian tengah lebih sulit berubah bentuk ketika diberi beban, sedangkan lamina DD bagian pangkal sebaliknya. Walaupun lamina DD bagian pangkal lebih mudah untuk berubah bentuk, tetapi lamina ini paling kuat sehingga tidak mudah patah. Lamina LD bagian ujung lebih cenderung mudah patah ketika diberikan beban.
Tabel 20 Ringkasan uji lentur lamina jenis bambu andong MOE (kg/cm2)
Bagian
MOR (kg/cm2)
LL
DD
LD
LL
DD
LD
Pangkal
163.691
98.326
115.922
1.134
666
819
Tengah
222.834
148.544
185.253
1.333
652
1.060
Ujung
196.093
151.767
137.830
1.339
797
782
Pada Tabel 20, bambu andong bagian tengah pada lamina LL memiliki nilai MOE paling tinggi dan nilai MOR paling tinggi dimiliki oleh lamina LL bagian ujung. Lamina LL bagian tengah lebih kaku dan bagian ujungnya lebih kuat daripada lamina bambu andong bagian lain, sedangkan pada bagian pangkal
33
lamina DD mempunyai MOE paling rendah dan MOR paling rendah dimiliki oleh lamina DD bagian tengah. Lamina DD bagian pangkal bambu andong ini paling mudah berubah bentuk dan bagian ujungnya paling mudah patah.
4.1
Pembahasan
4.2.1 Distribusi Ikatan Pembuluh Bambu Berdasarkan Gambar 7 sampai Gambar 12, distribusi ikatan pembuluh pada ketiga jenis bambu tersebut semakin sedikit dari bagian tepi ke bagian dalam tetapi ukurannya semakin besar. Hal ini didukung oleh penelitian Nuriyatin (2000) yang mengatakan bahwa secara umum penyebaran ikatan pembuluh mempunyai pola yang tidak merata pada setiap bagian penampang melintang. Distribusi ikatan akan semakin rapat ke arah luar dengan ukuran yang semakin kecil. Proporsi luas ikatan pembuluh pada ruas dan buku bambu disajikan pada Gambar 13. Proporsi luas ikatan pembuluh lebih besar pada ruas daripada bukunya, baik pada bambu tali, betung, ataupun andong. Proporsi luas ikatan pembuluh yang paling tinggi terdapat pada bambu betung, baik pada ruas maupun bukunya. Proporsi luas ikatan pembuluh terendah diantara ruas terdapat pada bambu tali dan diantara buku terdapat pada bambu andong. Proporsi luas ikatan pembuluh pada bilah rata-rata ketiga jenis bambu adalah 67,83% dengan kisaran 63,88% - 74,34% pada ruas dan 53,78% dengan kisaran 50,95% - 58,94% pada
(%)
buku. 100 80 60 40 20 0
Tali
Betung
Andong
Ruas
63,88
74,34
65,26
Buku
51,44
58,94
50,95
Gambar 13 Proporsi luas ikatan pembuluh 3 jenis bambu ruas dan buku.
34
Kemudian proporsi luas ikatan pembuluh tertinggi pada ruas bambu terdapat di bagian tengah. Proporsi luas ikatan pembuluh terendah pada bambu tali dan betung terdapat di bagian pangkal sedangkan pada bambu andong terdapat di bagian ujung. Pada pangkal, proporsi luas rata-rata ikatan pembuluh pada bilah ketiga jenis bambu adalah 59,11% dengan kisaran 53,62% - 64,33% dan pada bagian tengah mempunyai proporsi luas rata-rata sebesar 64,58% dengan kisaran 60,08% - 70,73%, sedangkan proporsi luas ikatan pembuluh pada bagian ujung berkisar antara 56,44% - 64,88% dengan rata-rata 59,52%. Proporsi tersebut
(%)
disajikan pada Gambar 14. 100 80 60 40 20 0
Tali
Betung
Andong
Pangkal
53,62
64,33
59,40
Tengah
62,93
70,73
60,08
Ujung
56,44
64,88
57,25
Gambar 14 Proporsi luas ikatan pembuluh 3 jenis bambu pada arah vertikal.
Berdasarkan hasil pengamatan ikatan pembuluh, bambu tali, bambu betung, dan bambu andong memiliki ikatan pembuluh tipe III dan IV. Menurut Nuriyatin (2000), Ikatan pembuluh pada bambu andong adalah tipe III/IV, bambu tali tipe III, dan bambu betung tipe IV/III. Begitu juga menurut Kusumah (2009) yang mengatakan bahwa tipe ikatan pembuluh pada bambu betung dan bambu andong adalah tipe III dan IV, sedangkan bambu tali hanya memiliki ikatan pembuluh tipe III. Ikatan Pembuluh tipe III dan IV dapat ditemukan pada famili Bambusa, Dendrocalamus, dan Gigantochloa (Liese 1980).
4.2.2 Sifat Fisis Bambu Semua kadar air bambu yang diuji adalah kadar air kering udara, yaitu sebesar ± 12%. Bambu tali memiliki kadar air tertinggi sedangkan bambu andong terendah. Kadar air rata-rata ketiga jenis bambu berkisar antara 10,34% - 11,14% dengan rata-rata 10,80%. Kadar air ketiga jenis bambu dapat dilihat pada Gambar
35
15. Nuriyatin (2000) menyebutkan bahwa kadar air pada ketiga jenis bambu
(%)
tersebut tidak ada perbedaan yang cukup signifikan. 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 9,50 9,00
Kadar air
Tali
Betung
Andong
11,14
10,34
10,92
Gambar 15 Kadar air 3 jenis bambu.
Bambu andong memiliki kerapatan dan BJ (berat jenis) tertinggi sedangkan bambu tali terendah. Kerapatan rata-rata ketiga jenis bambu adalah 0,66 g/cm3 dengan kisaran 0,62 - 0,68 g/cm3 dan BJ rata-rata sebesar 0,59 dengan kisaran 0,56 - 0,61. Semakin besar kerapatan, maka semakin besar pula berat jenisnya. Kerapatan dan BJ ketiga jenis bambu disajikan pada Gambar 16. Menurut Nuriyatin (2012), jenis bambu, posisi vertikal dan pola ikatan pembuluh tidak memberikan pengaruh terhadap berat jenis. 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
Tali
Betung
Andong
ρ (g/cm³)
0,62
0,67
0,68
BJ
0,56
0,60
0,61
Gambar 16 Kerapatan dan BJ 3 jenis bambu.
4.2.3 Sifat Mekanis Bambu a. Kekuatan Tarik Besar tegangan tarik maksimum (σ
.)
masing-masing bambu pada ruas
dan buku disajikan pada Gambar 17. Tegangan tarik maksimum rata-rata pada ruas adalah 3.241 kg/cm2 dengan kisaran 2.693 - 3.846 kg/cm2 sedangkan pada buku berkisar antara 1.119 – 1.974 kg/cm2 dengan rata-rata 1.598 kg/cm2. Data
36
menunjukkan bahwa baik pada bambu tali, bambu betung, dan bambu andong, nilai σ
.
lebih besar pada ruas daripada bukunya. Hal ini didukung oleh
penelitian Idris et al. (1994) yang menunjukkan bahwa nilai keteguhan tarik bambu tali, bambu betung, dan bambu andong lebih besar nilainya pada ruas daripada buku. Kekuatan tarik yang lebih besar pada ruas daripada buku dikarenakan proporsi luas ikatan pembuluh pada ruas juga lebih besar daripada buku. Janssen (1981) mengatakan bahwa kekuatan tarik tergantung pada persentase sklerenkim (serabut) yang dimiliki bambu. Telah dketahui bahwa penyusun ikatan pembuluh terdiri atas ikatan serabut (1 atau 2 ikatan) dan rongga (xilem dan phloem) dan faktor penyusun ini akan memberikan kontribusi terhadap persentase serabut
(kg/cm2)
setiap jenis bambu (Nuriyatin 2000). 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
Tali
Betung
Andong
Ruas
2.693
3.846
3.185
Buku
1.119
1.700
1.974
Gambar 17 Tegangan tarik maksimum 3 jenis bambu pada ruas dan buku.
Pada penelitian Idris et al. (1994) disebutkan bahwa keteguhan tarik bambu tali adalah 2.859 kg/cm2 pada ruas dan 1.231 kg/cm2 pada buku. Pada bambu betung, 2.358 kg/cm2 pada ruas dan 2.258 kg/cm2 pada buku. Kemudian bambu andong memiliki keteguhan tarik sebesar 2.837 kg/cm2 pada ruas dan 1.252 kg/cm2 pada buku. Terlihat perbedaan pada penelitian Idris et al. (1994) yang menunjukkan bahwa ruas bambu tali memiliki σ
.
tertinggi dan bambu betung
terendah di antara ruas bambu lainnya. Pada penelitian ini justru ruas bambu betung memiliki nilai σ Walaupun begitu, σ
.
.
tertinggi sedangkan ruas bambu tali terendah.
ruas bambu betung pada penelitian ini nilainya jauh
lebih besar daripada nilai σ
.
ruas bambu tali pada penelitian Idris et al.
(1994). Kemudian pada buku, bambu tali juga memiliki σ
.
terendah
37
sedangkan bambu andong tertinggi. Hal ini juga sama dengan penelitian Idris et al. (1994) yang menyatakan bahwa buku bambu tali memiliki nilai σ
.
terendah tetapi berbeda dengan buku bambu betung yang memiliki σ
.
tertinggi. Pada arah horizontal, bambu bagian luar memiliki σ
tertinggi dan
.
bagian dalam terendah. Diantara bambu tali, bambu betung, dan bambu andong, nilai σ
.
tertinggi terdapat pada bambu betung dan yang terendah dimiliki oleh
bambu tali. Tegangan tarik maksimum rata-rata ketiga jenis bambu pada bagian luar adalah 2.319 kg/cm2 dengan kisaran 2.064 – 2.687 kg/cm2. Pada bagian pusat, σ
.
berkisar antara 1.607 – 1.753 kg/cm2 dengan rata-rata 1.700 kg/cm2
dan bagian dalam 1.131 – 1.638 kg/cm2 dengan rata-rata 1.445 kg/cm2. Nilai σ
.
ruas bambu tali, bambu betung, dan bambu andong pada arah horizontal
(kg/cm2)
dapat dilihat pada Gambar 18. 4.000 3.000 2.000 1.000 0
Tali
Betung
Andong
Luar
2.064
2.687
2.204
Pusat
1.607
1.753
1.740
Dalam
1.131
1.566
1.638
Gambar 18 Tegangan tarik maksimum ruas 3 jenis bambu pada arah horizontal.
Pada arah vertikal bambu tali dan andong memiliki σ
yang semakin
.
tinggi dari pangkal ke ujung, sedangkan bambu betung memiliki σ pada ujung dan terendah pada bagian tengah. Pada pangkal, σ
.
.
tertinggi
berkisar antara
2.596 – 3.804 kg/cm2 dengan rata-rata 3.127 kg/cm2 sedangkan pada tengah nilai σ
.
rata-rata sebesar 3.128 kg/cm2 dengan kisaran 2.715 – 3.496 kg/cm2.
Tegangan tarik maksimum pada ujung berkisar antara 2.767 – 4.238 kg/cm2 dengan rata-rata 3.469 kg/cm2. Nilai σ disajikan pada Gambar 19.
.
3 jenis bambu pada arah vertikal
38
Perbedaan kekuatan tarik yang berbeda-beda dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kadar air, umur bambu, dan lokasi tempat tumbuh. Semakin tinggi kadar air maka kekuatan suatu bahan akan menurun (Haris 2008). Berdasarkan analisis korelasi kerapatan, berat jenis, dan jumlah ikatan pembuluh/mm2 tidak berhubungan erat dengan kekuatan tarik sedangkan proporsi luas ikatan pembuluh, MOE dan MOR mempunyai hubungan erat dengan
(kg/cm2)
kekuatan tarik. 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
Tali
Betung
Andong
Pangkal
2.596
3.804
2.980
Tengah
2.715
3.496
3.172
Ujung
2.767
4.238
3.403
Gambar 19 Tegangan tarik maksimum 3 jenis bambu pada arah vertikal.
b. Kekakuan (Modulus of Elasticity) Kekakuan dinyatakan dalam besarnya MOE. Nilai MOE ketiga jenis bambu yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 20. Nilai MOE pada ruas lebih besar daripada MOE pada buku. Bambu betung memiliki MOE tertinggi sedangkan bambu tali terendah, baik pada ruas maupun bukunya. MOE rata-rata bilah ketiga bambu adalah 159.332 kg/cm2 dengan kisaran 145.453 – 172.429 kg/cm2 pada ruas dan 71.124 kg/cm2 dengan kisaran 59.124 – 85.167 kg/cm2 pada buku. Dalam penelitian Idris (1994), urutan MOE dari yang terbesar ke yang terkecil baik pada ruas ataupun bukunya adalah bambu betung, bambu andong, dan bambu tali. Dari ketiga jenis bambu tersebut, ruas juga memiliki nilai MOE yang lebih besar daripada buku. Pada bambu tali, nilai MOE yang dimiliki adalah 121.334 kg/cm2 pada ruas dan 57.515 kg/cm2 pada buku. Pada bambu betung, ruasnya mempunyai MOE sebesar 216.577 kg/cm2 dan bukunya 103.289 kg/cm2. Kemudian bambu andong memiliki MOE sebesar 121.395 kg/cm2 pada ruas dan 96.616 kg/cm2 pada buku.
39
Ruas mempunyai MOE yang lebih besar daripada buku karena proporsi luas ikatan pembuluh yang juga lebih besar dibandingkan buku. Nilai MOE dapat dipengaruhi oleh persentase sklerenkim (Janssen 1981) dan sklerenkim terdapat di dalam ikatan pembuluh. Bambu yang memiliki proporsi luas ikatan pembuluh terbesar atau terkecil belum tentu nilai MOE-nya terbesar atau terkecil juga. Adanya perbedaan nilai MOE diduga karena perbedaan dimensi tebal sampel masing-masing bambu. Jenis bambu, pola ikatan pembuluh dan berat jenis tidak berpengaruh pada nilai MOE (Nuriyatin 2012). Berdasarkan analisis korelasi juga
x100 (kg/cm2)
menunjukkan hasil bahwa berat jenis tidak berhubungan erat dengan nilai MOE. 2.000 1.000 0
Tali
Betung
Andong
Ruas
1.455
1.724
1.601
Buku
591
852
691
Gambar 20 Nilai MOE 3 jenis bambu pada ruas dan buku.
Seperti yang disajikan pada Gambar 21, pangkal bambu betung memiliki MOE paling tinggi. Bambu tali dan bambu andong memiliki MOE terendah pada bagian pangkal. Bagian tengah pada bambu tali memiliki MOE tertinggi sedangkan pada bambu betung terendah. Pada bambu andong, bagian ujung memiliki nilai MOE tertinggi. Terlihat bahwa nilai MOE tertinggi ataupun terendah tidak menentu pada posisi vertikal, Nuriyatin (2012) mengemukakan bahwa nilai MOE juga tidak dipengaruhi oleh posisi vertikal. MOE rata-rata pada pangkal yaitu 150.542 kg/cm2 dengan kisaran 123.807 – 187.823 kg/cm2, pada bagian tengah 169.066 kg/cm2 dengan kisaran 159.364 – 178.338 kg/cm2 dan bagian ujung 158.388 kg/cm2 dengan kisaran 136.998 – 178.199 kg/cm2.
x100 (kg/cm2)
40
3.000 2.000 1.000 0
Tali
Betung
Andong
Pangkal
1.400
1.878
1.238
Tengah
1.594
1.695
1.783
Ujung
1.370
1.600
1.782
Gambar 21 Nilai MOE 3 jenis bambu pada arah vertikal.
c. Keteguhan Patah (Modulus of Rupture) Keteguhan patah (MOR) merupakan ukuran kekuatan suatu bahan pada saat menerima beban maksimum yang menyebabkan terjadinya kerusakan (Haris 2008). Bambu tali memiliki MOR terendah dan bambu betung tertinggi, baik pada ruas maupun bukunya. MOR pada ruas lebih besar daripada MOR pada buku. Besarnya MOR pada ketiga jenis bambu tersebut ternyata berbanding lurus dengan nilai MOE. Pada ruas, MOR berkisar antara 1.157 – 1.429 kg/cm2 dengan rata-rata 1.278 kg/cm2 dan pada buku 697 – 994 kg/cm2 dengan rata-rata 834 kg/cm2. Nilai MOR ketiga jenis bambu yang diuji disajikan pada Gambar 22. (kg/cm2)
2.000 1.000 -
Tali
Betung
Andong
Ruas
1.157
1.429
1.249
Buku
697
994
810
Gambar 22 Nilai MOR 3 jenis bambu pada ruas dan buku.
Pada penelitian Idris et al. (1994) menunjukkan bahwa MOR pada buku lebih kecil daripada MOR pada ruas, kemudian MOR tertinggi dimiliki oleh bambu betung dan bambu tali memiliki MOR terendah. Pada penelitiannya MOR yang dihasilkan lebih besar dari penelitian ini, yaitu 1.240,3 kg/cm2 dan 502,3 kg/cm2 pada ruas dan buku bambu tali; 2.065,3 kg/cm2 dan 1.236,39 kg/cm2 pada
41
ruas dan buku bambu betung; 1.835,6 kg/cm2 dan 1.032,6 kg/cm2 pada ruas dan buku bambu andong. Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur bambu, kadar air, dan lokasi tempat tumbuh. Pada arah vertikal, posisi nilai MOR yang terendah dan tertinggi hampir sama dengan posisi nilai MOE-nya. Dari pangkal ke ujung, bambu andong memiliki MOR yang semakin meningkat sedangkan pada bambu betung sebaliknya. Pada bambu tali, bagian ujungnya memiliki MOR terendah dan bagian tengahnya memiliki MOR tertinggi. Bambu betung memiliki nilai MOR paling tinggi diantara bambu tali dan andong pada bagian pangkal dan tengah sedangkan pada bagian ujung, bambu andong memiliki nilai MOR tertinggi diantara bambu tali dan bambu betung. Berdasarkan analisis korelasi, MOE mempunyai hubungan erat dengan MOR. Nuriyatin (2000) menyatakan bahwa beberapa penelitian mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara nilai MOE dan MOR sehingga pendugaan MOR dengan MOE dapat dilakukan. Pada pangkal MOR berkisar antara 1.002 – 1.497 kg/cm2 dengan rata-rata 1.202 kg/cm2, pada tengah 1.281 – 1.437 kg/cm2 dengan rata-rata 1.338 kg/cm2 dan pada ujung 1.067 – 1.464 kg/cm2 dengan ratarata 1.295 kg/cm2. Nilai MOR 3 jenis bambu yang diteliti pada arah vertikal disajikan pada Gambar 23. (kg/cm2)
3.000 2.000 1.000 -
Tali
Betung
Andong
Pangkal
1.107
1.497
1.002
Tengah
1.296
1.437
1.281
Ujung
1.067
1.354
1.464
Gambar 23 Nilai MOR 3 jenis bambu pada arah vertikal.
4.2.4 Susunan Bambu Laminasi Dua Lapis Bambu laminasi yang telah diuji menghasilkan nilai MOE dan MOR pada masing-masing susunan lamina. Nilai MOE dan MOR disajikan pada Gambar 24
42
dan 25. Lamina LD (laminasi yang dibuat dengan susunan bagian luar dengan bagian dalam) pada bambu tali dan bambu betung memiliki MOE yang lebih tinggi daripada lamina LL (laminasi luar-luar) dan lamina DD (laminasi dalamdalam). Sedangkan pada bambu andong, lamina LL memiliki MOE paling tinggi diantara lamina DD dan lamina LD. Lamina DD pada bambu tali, betung, dan
x100 (kg/cm2)
andong memiliki nilai MOE paling rendah diantara lamina LL dan lamina LD. 3.000 2.000 1.000 -
Tali
Betung
Andong
LL
1.347
1.529
1.942
DD
1.212
1.213
1.329
LD
1.412
1.579
1.463
Gambar 24 Nilai MOE bambu laminasi pada 3 jenis bambu.
(kg/cm2)
2.000
1.000
-
Tali
Betung
Andong
LL
949
589
1.268
DD
654
761
705
LD
992
645
887
Gambar 25 Nilai MOR bambu laminasi pada 3 jenis bambu.
Berbeda dengan MOE, nilai MOR tertinggi pada bambu tali dimiliki oleh lamina LD dan MOR terendah dimiliki oleh lamina DD. Pada bambu betung, lamina DD mempunyai MOR tertinggi dan lamina LL mempunyai MOR terendah. Sedangkan lamina bambu andong yang mempunyai MOR tertinggi adalah lamina LL dan MOR terendah adalah lamina DD. Laminasi bambu tali memiliki MOE dan MOR rata-rata sebesar 132.342 kg/cm2 dengan kisaran
43
121.187 – 141.186 kg/cm2 dan 865 kg/cm2 dengan kisaran 654 – 992 kgcm2. MOE dan MOR laminasi bambu betung berkisar antara 121.267 – 157.914 kg/cm2 dengan rata-rata 144.033 kg/cm2 dan 589 – 761 kg/cm2 dengan rata-rata 665 kg/cm2, sedangkan bambu andong 132.879 – 194.206 kg/cm2 dengan rata-rata 157.807 kg/cm2 dan 705 – 1.268 kg/cm2 dengan rata-rata 953 kg/cm2. Laminasi bambu betung seharusnya memiliki MOE dan MOR yang lebih tinggi dari bambu tali dan andong karena pengujian pada sampel bilah, bambu betung mempunyai nilai MOE dan MOR paling tinggi, begitu juga dengan hasil penelitian lainnya. Ketidaksesuaian ini diduga karena saat pengujian bambu betung pertama bagian ujung telah terjadi kerusakan sebelum adanya penurunan grafik yang terlihat di layar komputer, jadi pengujian dihentikan pada saat itu dan beban maksimumnya pun sangat kecil dibandingkan yang lainnya. Hasil rata-rata nilai MOE dan MOR bambu laminasi dua lapis dari ketiga jenis bambu disajikan pada Gambar 26. Nilai MOE dan MOR rata-rata pada lamina LL yaitu 1.606 kg/cm2 dan 935 kg/cm2, pada lamina DD 1.251 kg/cm2 dan 707 kg/cm2, sedangkan pada lamina LD 1.485 kg/cm2 dan 841 kg/cm2. Lamina LL memiliki nilai MOE dan MOR tertinggi sedangkan lamina DD memiliki MOE dan MOR terendah. Hal ini diduga karena adanya pengaruh dari distribusi ikatan pembuluh yang paling banyak terdapat di bagian luar sedangkan paling sedikit di bagian dalam. (kg/cm2)
3.000 2.000 1.000 MOE (x100) MOR
LL
DD
LD
1.606
1.251
1.485
935
707
841
Gambar 26 MOE dan MOR pada susunan bambu laminasi dua lapis.