64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskripsif Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data informasi keuangan berupa laporan audit dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Variabel dependen yang digunakan adalah lamanya proses audit yang dihitung dari tanggal tutup buku hingga diterbitkannya laporan audit (audit delay). Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (UK) yang dinyatakan dalam total aset yang dimiliki perusahaan, Opini Audit (OA) untuk unqualified opinion diberi kode (0) dan selain unqualified opiniΓ³n diberi kode (1), sedangkan laba dan rugi perusahaan (LR) untuk perusahaan yang mengalami rugi diberi kode (1) dan perusahaan yang mengalami laba diberi kode (0). Tabel 4.1 Deskripsi Data Audit Delay Tahun 2010-2012 Descriptive Statistics N AUDIT DELAY
153
Minimum 12
UKURAN PERUSAHAAN
153
5,34
Valid N (listwise)
153
Maximum 136
Mean 72,9
Std. Deviation 17,147
12,11
7,963
1,35288
Sumber : hasil olah SPSS
Berdasarkan deskripsi data yang dihasilkan lamanya audit yang terjadi pada perusahaan go publik di Indonesia tahun 2010-2012 rata-rata yang diperoleh pada variabel dependen Audit Delay sebesar 72.90 hari,
65
dengan nilai maximum 136 hari, nilai minimum 12 hari dan standar deviasi 17.14 hari. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh pada variabel independen Ukuran Perusahaan sebesar 7,963, dengan nilai maximum sebesar 12,11 dan nilai minimum sebesar 5,34 dengan standar deviasi sebesar 1,35288. B. Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot Sumber : hasil olah SPSS
66
Berdasarkan gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa titik penyebaran data mendekat mengikuti arah garis horizontal. Hal ini berarti bahwa model ini dianggap linier atau memenuhi asumsi normalitas. 2. Hasil Uji Heterokedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot Sumber : hasil olah SPSS Gambar 4.2 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu serta tersebar diatas dan dibawah angka 0
67
(nol) pada sumbu Y. Ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi audit delay berdasarkan masukan atas variabel ukuran perusahaan, opini audit dan laba/rugi perusahaan. 3. Hasil Uji Multikolinieritas Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Nilai VIF (variance inflation faktor) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics 1
Model (Constant)
Tolerance
VIF
UKURAN PERUSAHAAN
,374
2,671
OPINI AUDIT
,377
2,652
LABA RUGI
,951
1,051
Sumber : hasil olah SPSS Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan sbb: 1) Nilai VIF variabel Ukuran Perusahaan adalah 2,671 < 10 dan nilai Tolerance adalah 0,374 > 0,1, maka model regresi linier berganda ini tidak mengandung multikolinieritas.
68
2) Nilai VIF variabel Opini Audit adalah 2,652 < 10 dan nilai Tolerance adalah 0,377 > 0,1, maka model regresi linier berganda ini tidak mengandung multikolinieritas. 3) Nilai VIF Variabel Laba/Rugi adalah 1,051 < 10 dan nilai Tolerance adalah 0,951 > 0,1 maka model regresi linier berganda ini tidak mengandung multikolinieritas. 4. Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: -
Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka
hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. -
Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima,
yang berarti tidak ada autokorelasi. -
Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL),
maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
69
Pada saat anda melakukan deteksi Autokorelasi, anda tidak akan terlepas dengan tabel Durbin Watson. Tabel tersebut menjadi alat pembanding terhadap nilai Durbin Watson hitung. Dari Tabel 4.3 dibawah ini terlihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,819. Untuk mendapatkan nilai dl dan du dapat dilihat dari tabel statistic Durbin-Watson, dengan jumlah n sebanyak 153, dan variabel independen (k) sebanyak 3 variabel maka diperoleh nilai dl= 1,695 dan nilai du= 1,775. Jadi diperoleh hasilnya 1,775 < 1,819 < 2.225 ( 4,0 β 1,775) jadi
hipotesis Ho diterima. Dapat disimpulkan tidak terjadi
autokorelasi pada model regresi. Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R .483a
R Square ,233
Adjusted R Square ,218
Std. Error of the Estimate 15,167
DurbinWatson 1,819
a. Predictors: (Constant), UKURAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT, LABA RUGI b. Dependent Variable: AUDIT DELAY
Sumber : hasil olah SPSS C. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu: 1.
Hasil Uji Koefisien Determinasi Uji Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen.
70
Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model 1
R .483a
R Square ,233
Adjusted R Square ,218
Std. Error of the Estimate 15,167
DurbinWatson 1,819
a. Predictors: (Constant), UKURAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT, LABA RUGI b. Dependent Variable: AUDIT DELAY
Sumber : hasil olah SPSS Berdasarakan table 4.4 dapat disimpulkan bahwa : Nilai koefisien korelasi
kekuatan hubungan antara variabel Ukuran
Perusahaan (X1), variabel Opini Audit (X2), dan variabel Laba/Rugi (X3) terhadap variabel Audit Delay (Y) adalah sebesar 0,233 Hal ini berarti bahwa kekuatan hubungan antara variabel Ukuran Perusahaan (X1), variabel Opini Audit (X2), dan variabel Laba/Rugi (X3) terhadap variabel Audit Delay (Y) adalah lemah. 2. Hasil Uji Statistik t Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.5, jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
71
Hasil Tabel 4.5 Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
B 1
Std. Error
(Constant)
84,873
11,421
UKURAN PERUSAHAAN
-1,296
1,486
-16,455 2,519
OPINI AUDIT LABA RUGI
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
7,431
,000
-,102
-,872
,385
5,095
-,377
-3,23
,002
2,548
,073
,988
,325
a. Dependent Variable: AUDIT DELAY Sumber : hasil olah SPSS
Berdasarkan hasil pengolahan regresi linier, maka persamaan regresipun dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = 84,873 - 1,296X1 - 16,455X2 + 2,519 X3 1. Nilai konstanta sebesar 84,873 artinya apabila Ukuran Perusahaan, Opini Audit, Laba Rugi Perusahaan dan faktor lain nilainya dianggap nol, maka Audit Delay memiliki nilai persepsi sebesar 84,873. Dan setiap variabel memiliki kontribusi terhadap peningkatan Audit Delay. 2. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan sebesar -1,296, artinya kontribusi variabel ukuran perusahaan terhadap audit delay sebesar -1,296. Jika ukuran perusahaan mengalami kenaikan satu satuan, maka audit delay akan mengalami penurunan. 3. Nilai koefisien regresi variabel opini audit sebesar -16,455, artinya kontribusi variabel opini audit terhadap audit delay sebesar -16,455. Jika opini audit mengalami kenaikan satu satuan, maka audit delay akan mengalami penurunan.
72
4. Nilai koefisien regresi variabel laba rugi sebesar 2,519, artinya kontribusi variabel laba rugi terhadap audit delay sebesar 2,519. Jika laba rugi mengalami kenaikan satu satuan, maka audit delay akan mengalami peningkatan.
Hipotesis 1: Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay Hasil
pengujian
terhadap
variabel
ukuran
perusahaan
menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,872 dengan nilai t tabel sebesar 0,6761 dengan signifikansi sebesar 0,385 > 0,05. Dengan kata lain t hitung < t tabel dan ini menunjukkan bahwa π»0 diterima dan π»π ditolak, artinya ukuran perusahaan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Arah koefisien regresi bertanda negatif berarti semakin besarnya ukuran perusahaan maka akan membuat audit delay yang dilaporkan semakin kecil. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) di Indonesia menunjukkan bahwa total aset mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Semakin besar total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin kecil audit delay-nya. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyer dan Mc Hugh dalam penelitian Subekti dan Widiyanti (2004). Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan
73
pemerintah sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan auditan lebih awal. Hipotesis 2: Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Delay Hasil pengujian terhadap variabel opini audit menunjukkan nilai t hitung sebesar -3,230 dengan nilai t tabel sebesar 0.6761 dengan signifikansi sebesar 0,02 > 0,05. Dengan kata lain t hitung < t tabel dan ini menunjukkan bahwa π»0 ditolak dan π»π diterima, artinya opini audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Arah koefisien regresi bertanda negatif berarti pendapat yang dikeluarkan oleh auditor terhadap laporan keuangan yang dimiliki oleh suatu perusahaan ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) menunjukkan bahwa opini auditor independen mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) mempunyai waktu audit yang lebih cepat dibandingkan
perusahaan
yang
menerima
opini
wajar
dengan
pengecualian (qualified opinion). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soetedjo (2006). Perusahaan yang tidak menerima opini audit standar unqualified opinion diperkirakan mengalami audit delay yang lebih panjang. Hal ini dikarenakan perusahaan
tersebut
memandang
memperlambat proses audit.
sebagai
bad
news
dan
akan
74
Hipotesis 3: Pengaruh Laba/Rugi Perusahaan terhadap Audit Delay Hasil pengujian terhadap variabel laba rugi menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,988 dengan nilai t tabel sebesar 0.6761 dengan signifikansi sebesar 0,325 > 0,05. Dengan kata lain t hitung > t tabel dan ini menunjukkan bahwa π»0 diterima dan π»π ditolak, artinya laba rugi perusahaan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Arah koefisien regresi bertanda positif berarti perusahaan yang mengalami rugi maka akan mengalami audit delay yang semakin besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2006) dan Sejati (2007) juga memberikan hasil yang sama bahwa perusahaan yang mengalami rugi akan mengalami audit delay yang lebih besar. Beberapa faktor yang mengkaitkan pelaporan rugi dengan audit delay adalah : pertama, ketika rugi terjadi perusahaan akan cenderung menunda berita buruk. Sebuah perusahaan yang mengalami rugi akan meminta auditor untuk menjadual audit lebih dari biasanya misalnya terlambat memulai proses audit atau memperlama proses audit. Kedua, seorang auditor akan lebih berhatihati dalam melakukan proses audit pada perusahaan yang rugi jika auditor
meyakini
bahwa
kerugian
perusahaan
kemungkinan
disebabkan karena kegagalan keuangan atau kecurangan manajemen.
75
3. Hasil Uji Statistik F Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.11, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik F ANOVAb
Model 1 Regression
Sum of Squares 10415,789
Df 3
Mean Square 3471,930 230,052
Residual
34277,740
149
Total
44693,529
152
F 15,092
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), UKURAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT, LABA RUGI b. Dependent Variable: AUDIT DELAY
Sumber : hasil olah SPSS Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.11 nilai F diperoleh sebesar 15.092 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa Ukuran Perusahaan, Opini Audit dan Laba/rugi Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Audit delay. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara jenis industri, opini audit, reputasi audit dan profitabilitas terhadap audit delay dan Utami (2006) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara jenis ukuran perusahaan, opini auditor, reputasi auditor, leverage dan laba/rugi perusahaan terhadap audit delay.