48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Karakteristik Responden 4.1.1. Umur Pengrajin Tenun Ikat Dayak Umur pengrajin merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penenun dalam mengelola usaha kerajinan tenun ikat dayak. Hal ini berkaitan dengan tingkat keterampilan dan nilai seni yang terkandung dalam setiap motif tenun ikat dayak yang dihasilkan. Dalam menjalankan usaha kerajinan tenun ikat dayak, ada hubungan antara umur pengrajin dengan kemampuan berproduksi yang menjelaskan bahwa terdapat kecenderungan semakin tua umur seorang pengrajin maka semakin banyak produk Tenun Ikat Dayak yang dihasilkan serta semakin tinggi tingkat kemampuannya dalam membuat motif-motif yang memiliki nilai seni budaya yang tinggi serta terampil dalam menenun. Adapun umur pengrajin tenun ikat Dayak berkisar antara 25 – 51 tahun (Tabel 8).
48
49
Tabel – 8. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Distribusi Pengrajin Tenun Ikat Dayak Menurut Kelompok Umur Serta Jumlah Produksi Tenun Ikat Yang Dihasilkan di Desa Ensaid Panjang
Kelompok Umur ( tahun ) 25 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 > 50 Jumlah
Jumlah Pengrajin ( orang ) 5 8 10 4 2 1 30
Persentase Jumlah Pengrajin (%) 16,66 26,66 33,33 13,33 6,66 3,33 100
Jumlah Rata-Rata Produksi (Jenis/Thn) 3 3 3 3 4 3 19
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Kelompok umur pengrajin antara 46 – 50 tahun memproduksi produk Tenun Ikat Dayak rata-rata sebanyak 4 jenis per tahun. Produk yang dihasilkan beranekaragam seperti : Syal, Puak Kumbu, Selendang serta Kain Kebat. Rata-rata jumlah produksi keseluruhan penenun di Desa Ensaid Panjang sebanyak 3 jenis dengan rata-rata jangka waktu pengerjaannya antara 2 sampai 4 bulan untuk 1 jenis produk yang dihasilkan. Pada kelompok umur pengrajin antara 46 – 50 tahun menunjukkan bahwa produktivitas untuk menghasilkan berbagai macam produk tenun Ikat Dayak lebih banyak dikarenakan pada kelompok umur tersebut memiliki kesempatan waktu yang cukup banyak untuk menenun yang ditunjang dengan kemampuan fisik yang baik. Jika dilihat dalam konsep usia kerja produktif ILO ( International Labour of Organization ) yaitu umur 14 – 64 tahun, maka para pengrajin tenun ikat dayak seluruhnya berada pada usia kerja produktif.
50
4.1.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pengrajin tenun ikat Dayak adalah lamanya pengrajin tenun ikat Dayak dalam menempuh pendidikan formal, yang dapat dikelompokkan menjadi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Perguruan Tinggi. Tingkat adopsi terhadap teknologi baru dalam mengelola usaha kerajinan tenun ikat Dayak diantaranya dipengaruhi oleh pengalaman kerja serta tingkat pendidikan yang ditempuh pengrajin. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin cepat menerima dan menerapkan teknologi baru tersebut, baik yang diinformasikan oleh Penyuluh, LSM terkait (Kobus Center, PRCF, Dekranasda) dan Desperindagkop maupun dari media informasi lainnya yang diupayakan melalui kegiatan pelatihan atau kursus-kursus. Lamanya pengrajin tenun ikat Dayak dalam menempuh pendidikan formal dapat dilihat pada (Tabel 9). Tabel – 9. No. 1. 2. 3. 4.
Distribusi Pengrajin Tenun Ikat Dayak Menurut Tingkat Pendidikan Dan Produktivitas Tenun Ikat Yang Dihasilkan di Desa Ensaid Panjang
Tingkat Pendidikan SD SMP SMU PT Jumlah
Jumlah Pengrajin ( orang ) 21 7 1 1 30
Persentase Jumlah Pengrajin (%) 70,00 23,33 3,33 3,33 100
Rata – Rata Produktivitas (Jenis/Thn) 3 2 4 3 12
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa produktivitas pengrajin yang menempuh pendidikan formal Sekolah Menengah Atas
51
(SMA) berjumlah 1 orang dengan produktivitas rata-rata sebanyak 4 jenis dari jumlah keseluruhan jenis produk tenun ikat Dayak yang dihasilkan. Hal ini disebabkan pengrajin yang menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola usahanya serta adanya kegiatan pelatihan yang diberikan berbagai LSM dalam meningkatkan keterampilan menenun tenun ikat Dayak turut berperan dalam meningkatkan produktivitas hasil. 4.1.3. Mata Pencaharian Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada umumnya mata pencaharian pengrajin di desa Ensaid Panjang adalah bertani (99%) disamping mata pencaharian lainnya seperti: PNS serta Pedagang Keliling. Kegiatan menenun kerajinan tenun ikat Dayak merupakan usaha sampingan penduduk di desa Ensaid Panjang. Jadi selain memiliki penghasilan dari pekerjaan pokok, usaha menenun tenun ikat Dayak ini juga sebagai usaha untuk meningkatkan pendapatan. Adapun distribusi mata pencaharian utama para pengrajin tenun ikat Dayak (Tabel 10). Tabel – 10. Distribusi Pengrajin Tenun Ikat Dayak Pencaharian Di Desa Ensaid Panjang No.
Mata Pencaharian
Jumlah Pengrajin ( orang )
1. 2.
Petani Pegawai Negeri Jumlah
29 1 30
Persentase Jumlah Pengrajin (%) 96,66 3,33 100
Menurut Mata Rata – Rata Produksi (Jenis/Thn) 3 3 6
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Tabel diatas menunjukkan bahwa para pengrajin tenun ikat Dayak yang melakukan usaha menenun sebagai mata pencaharian sampingan
52
bermata pencaharian utama sebagai petani adalah sebanyak 29 orang atau 96,7 % dengan produksi rata-rata produk tenun ikat dayak yang dihasilkan sebanyak 3 jenis dan cenderung tidak berbeda tingkat produktivitas tenun ikat Dayak yang dihasilkan jika dibandingkan dengan pengrajin yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 1 orang dengan produksi yang dihasilkan sebanyak 3 jenis produk. Hal ini berarti
aktivitas menenun yang
dilakukan oleh pengrajin yang bermata pencaharian bertani memiliki intensitas yang kurang lebih sama dibandingkan dengan pengrajin yang bermata pencaharian sebagai PNS. Produktivitas yang cenderung kurang lebih sama disebabkan juga para penenun tergabung dalam sebuah kelompok pengrajin tenun ikat Dayak yang memiliki latar belakang pekerjaan yang beragam sehingga tidak terdapat pembatas atau perbedaan produktivitas hasil yang mencolok. Disamping itu, keinginan untuk melestarikan budaya leluhur yang lebih kuat, etos kerja yang lebih tinggi serta orientasi kerja yang kuat di dalam kegiatan usaha dimiliki pada pengrajin bermata pencaharian bertani dan juga pengrajin yang bermata pencaharian sebagai PNS. 4.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Tenun Ikat Dayak Jumlah anggota keluarga pengrajin tenun ikat Dayak
yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami dan anak (Tabel 11).
53
Tabel – 11. No. 1. 2. 3.
Distribusi Pengrajin Tenun Ikat Dayak Menurut Jumlah Anggota Keluarga Dan Produksi Tenun Ikat Dayak Yang Dihasilkan Di Desa Ensaid Panjang
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 1–2 3–4 5–6 Jumlah
Jumlah Pengrajin ( orang ) 7 21 2 30
Persentase Jumlah Pengrajin (%) 23,33 70,00 6,66 100
Rata – Rata Produksi (Jenis/Thn) 3 3 3 9
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Tabel diatas menunjukkan bahwa, rata-rata pengrajin menghasilkan produk kerajinan tenun ikat Dayak sebanyak 3 jenis dalam setiap kali produksi. Hal ini menunjukkan bahwa anggota keluarga memiliki peran yang cukup penting dalam proses produksi produk kerajinan tenun ikat Dayak disebabkan adanya pola pergiliran pengerjaan proses produksi yang melibatkan orang tua, anak dan suami serta anggota keluarga lain yang memiliki peran masing-masing dalam pembagian kerja yang sangat mendukung efisiensi dalam seluruh proses kegiatan produksi. 4.1.5. Pengalaman Usaha dan Masa Kerja Pengrajin Tenun Ikat Dayak Pengalaman usaha pengrajin tenun ikat Dayak adalah lamanya pengrajin dalam berusaha menenun kerajinan tenun ikat Dayak yang dinyatakan dalam (tahun). Pengalaman usaha pengrajin dipengaruhi oleh umur. Umumnya makin bertambah umur seseorang makin banyak pula pengalaman yang didapatkannya dan ditularkan kepada anak-cucu atau generasi muda. Namun demikian, tidak berarti bahwa semakin lama pengalaman berusaha menenun tenun ikat Dayak akan semakin besar jumlah produksi kerajinan tenun ikat Dayak yang dihasilkan (Tabel 12).
54
Tabel – 12. Distribusi Pengrajin Tenun Ikat Dayak Menurut Pengalaman Dalam Berusaha Dan Produksi Tenun Ikat Dayak Yang Dihasilkan Di Desa Ensaid Panjang No.
Pengalaman Usaha ( tahun )
Jumlah Pengrajin ( orang )
1. 2. 3.
1 – 10 11 – 20 21 – 30 Jumlah
Rata – Rata Produksi (Jenis/Thn)
22 6 2
Persentase Jumlah Pengrajin (%) 73,33 20,00 6,66
30
100
8
3 2 3
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Tabel diatas menunjukkan bahwa pengalaman pengrajin tenun ikat Dayak dalam berusaha antara 1 – 10 tahun berjumlah 22 orang atau 73,33% dengan produktivitas rata-rata sebanyak 3 jenis produk, pengalaman berusaha antara 11 – 20 tahun berjumlah 6 orang atau 20,00 % dengan produktivitas rata-rata sebanyak 2 jenis produk sedangkan pengrajin yang memiliki pengalaman usaha antara 21 – 30 tahun berjumlah 2 orang atau 6,66 % dengan produktivitas rata-rata sebanyak 3 jenis produk. Lamanya pengalaman berusaha antara 11 – 20 tahun memiliki produktivitas yang cenderung rendah jika dibandingkan dengan kelompok lamanya pengalaman berusaha tenun ikat Dayak lainnya. Hal ini disebabkan pada kelompok pengalaman berusaha tersebut pengrajin dalam masa peralihan dari proses pembelajaran kearah profesionalisme/keahlian dalam menenun tenun ikat Dayak sehingga para pengrajin membutuhkan intensitas pendampingan yang intensif dari Lembaga Swadaya Masyarakat terkait serta Lembaga Pemerintahan dalam hal memberikan motivasi (dorongan) yang tinggi dalam berusaha dan keinginan untuk menjadikan usaha kerajinan tenun ikat Dayak
55
sebagai
usaha
untuk
meningkatkan penghasilan
keluarga
serta
meningkatkan upaya pengembangan kerajinan tenun ikat Dayak dalam berbagai program pelatihan yang turut mendukung peningkatan produksi bagi pengrajin yang belum lama berusaha kerajinan tenun ikat Dayak.
4.2. Analisis SWOT Menurut Rangkuti (2004 : 18) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor – faktor internal kekuatan (Strenghts) dan kelemahan (Weaknesses). Dalam peneltian ini, diidentifikasi berbagai variabel kekuatan (Strenghts) seperti : Produk memiliki nilai seni dan budaya, Keragaman motif, Ketahanan produk, Variasi harga dan ukuran, Pameran seni dan budaya, Kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Jarak tempuh dengan lembaga pemasaran (Koperasi JMM) serta Rantai pemasaran. Variabel Kelemahan (Weaknesses) seperti: Keterbatasan variasi produk, Penggunaan produk, Waktu pengerjaan produk, Penetapan harga, Peran pengrajin dalam kegiatan promosi, adanya Lembaga resmi pemasaran produk dalam jumlah besar.
56
Variabel Peluang (Opportunities) seperti : Permintaan tenun ikat, Penggolongan harga, Promosi produk melalui media internet, Kunjungan kerja dari berbagai instansi daerah, Galeri mini koperasi JMM, Faslitas – fasilitas pendukung promosi serta kemajuan dalam bidang teknologi, informasi dan komunikasi. Variabel Ancaman (Threaths) seperti : Kesamaan motif dari pengrajin lain, Belum adanya merek produk, kenaikan harga bahan baku serta Belum adanya standar harga beli. 4.2.1. Analisis Faktor Internal Usaha Kerajinan Tenun Ikat Dayak 4.2.1.1. Faktor Kekuatan ( Strengths ), yaitu menganalisa variabel – variabel kekuatan yang dimiliki oleh pengrajin dalam pemasaran produk tenun ikat Dayak. Adapun variabel kekuatan tersebut adalah : a. Produk Memiliki Nilai Seni dan Budaya Produk kerajinan tenun ikat Dayak memiliki unsur-unsur nilai seni dan budaya yang terkandung dalam setiap corak/motif yang dihasilkan. Nilai seni dan budaya yang ada memiliki makna / arti yang sangat mendalam dan hanya terdapat didalam produk kerajinan tenun ikat Dayak. Tingkatan nilai seni dan budaya suatu produk tenun ikat Dayak dapat dilihat dari tingkat kerumitan pembuatannya dengan melalui beberapa kriteria khusus seperti : tingkat kehalusan produk, motif yang dihasilkan serta bahan baku yang digunakan.
57
Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,086 (Lampiran 2) dan ratingnya 3 (Tabel 13), artinya adalah berbagai produk tenun ikat Dayak yang dihasilkan sebanyak 76,67% memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi. Akan tetapi, lebih terkonsentrasi pada kategori Cukup Tinggi. Hal itu disebabkan produk yang dihasilkan memiliki tingkat kehalusan Cukup Halus, motif yang dihasilkan dalam satu jenis produk terdiri dari 3 jenis motif serta bahan baku yang digunakan 50% berasal dari Bahan Alami dan 50% berasal dari Bahan Kimia (Lampiran 8). Oleh karena itu, variabel ini diperlukan dalam memberikan keuntungan bagi pengrajin tenun ikat Dayak dikarenakan produk yang dihasilkan banyak digemari terutama para kolektor – kolektor seni dan budaya. Sehingga bentuk upaya pemasaran yang harus dilakukan adalah dengan mempertahankan keaslian produk (originalitas) tenun ikat Dayak. Tabel – 13.
Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kekuatan Produk Memiliki Nilai Seni dan Budaya No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Rendah 0 0 2. 2 Agak Rendah 7 23,33 3. 3 Cukup Tinggi 12 40,00 4. 4 Tinggi 4 13,33 5. 5 Sangat Tinggi 7 23,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009
58
b. Keragaman Motif Secara umum, motif yang biasanya digunakan oleh para pengrajin terdiri dari 4 macam yaitu : motif tumbuh-tumbuhan (pakis, dan batang padi), motif binatang (cicak sarawak, ikan, lintah serta tangga tupai), motif objek alam (jari muli, sisik langit dan tiang betang) serta motif manusia. Setiap jenis produk tenun ikat Dayak memiliki lebih dari satu jenis motif yang dihasilkan. Motif dapat dikatakan sangat beragam jika dalam satu jenis produk memiliki lebih banyak kombinasi motif yang dihasilkan seperti : Motif
Sisik Langit, Pucuk Pakis, Cicak Sarawak,
Lintah, Tangga Tupai dan lain sebagainya. Setiap motif memiliki makna /pesan moral tersendiri dan hanya pengrajin tertentu saja yang dapat menjelaskan arti/pesan moral yang terkandung dari setiap motif tersebut. Hasil penelitian diperoleh bahwa hanya motif manusia yang jarang
digunakan
pengrajin
dikarenakan
adanya
suatu
kepercayaan bahwa jika pengrajin membuat motif yang bergambarkan manusia akan menderita sakit kepala dan bermimpi buruk. Motif manusia dapat digunakan dalam produk tenun ikat dayak dengan syarat pengrajin tua telah memulai terlebih dahulu membuat motif manusia dan pengrajin muda tinggal melanjutkannya saja atau dengan kata lain tidak semua pengrajin dapat membuat motif manusia.
59
Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,075 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 14) , artinya motif tenun ikat Dayak yang dihasilkan oleh pengrajin di desa Ensaid Panjang 66,67% sudah beragam, akan tetapi lebih terkonsentrasi pada kategori Beragam. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan lebih dari satu jenis motif untuk setiap produk tenun ikat Dayak seperti : Sisik langit, Cecak Serawak, Tiang Betang, dan Batang Kayu (Lampiran 8). Motif–motif yang dihasilkan dapat diselaraskan dengan
keinginan dan
kebutuhan (selera pasar), serta dapat mengikuti Trend Mode seperti : motif gitar, bunga – bunga, ikan hias (louhan, arwana), kaligrafi serta aneka motif kotemporer lainnya. Tabel – 14.
Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kekuatan Keragaman Motif No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Tidak Beragam 3 10,00 2. 2 Kurang Beragam 7 23,33 3. 3 Cukup Beragam 9 30 4. 4 Beragam 10 33,33 5. 5 Paling Beragam 1 3,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009
c. Ketahanan Produk Kualitas dari produk kerajinan tenun ikat Dayak diukur dengan lamanya ketahanan produk tersebut jika digunakan atau disimpan selama bertahun-tahun. Lamanya ketahanan produk dilihat dari jangka waktu yang berkisar antara 10 – 50 tahun.
60
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan produk tenun ikat Dayak lebih disebabkan karena bahan baku yang digunakan berasal dari alam (zat pewarna dan benang kapas). Beberapa kriteria penilaian lain mengenai lamanya ketahanan produk tenun ikat Dayak adalah apabila dilakukan proses penjemuran dalam intensitas panas yang tinggi produk tidak mudah rusak, jika dilakukan proses pencucian berulang-ulang dengan menggunakan detergen, warna yang dihasilkan tidak cepat pudar serta tahan terhadap penggunaan secara berulangulang dalam setiap acara-acara tertentu (ritual adat). Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,082 (Lampiran 2) dan ratingnya 5 (Tabel 15), artinya adalah ketahanan produk yang dihasilkan pengrajin sebesar 70,00% berada pada kategori awet. Akan tetapi, lebih terkonsentasi pada kategori Paling Awet atau berkisar ≤ 50 tahun (Lampiran 8). Produk tenun ikat Dayak merupakan produk yang berbeda dibandingkan produk tenun ikat sejenis sehingga perlu dilakukan perlakuan khusus untuk menjaga mutu produk agar tidak mudah rusak serta tahan lama.
61
Tabel – 15. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kekuatan Ketahanan Produk No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Cepat Memudar 1 3,33 2. 2 Agak Cepat 8 26,66 Memudar 3. 3 Awet 6 20,00 4. 4 Sangat Awet 2 6,66 5. 5 Paling Awet 13 43,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 d. Variasi Harga dan Ukuran Harga beli khususnya dari Koperasi JMM ditentukan dari berbagai ukuran produk yang terbagai kedalam 2 jenis yaitu ukuran maksimum dan minimum. Untuk ukuran maksimum untuk jenis produk kumbu (107 x 188 Cm) dengan harga Rp. 500.000, kain kebat (64 x 137 Cm) dengan harga Rp. 200.000, pasmina (49 x 182 Cm), selendang (27 x 190 Cm) dengan harga Rp. 85.000 serta taplak meja (121 x 202 Cm). Ukuran minimum untuk jenis produk kumbu (52 x 146 Cm) dengan harga Rp. 70.000, kain kebat (42 x 144 Cm) dengan harga Rp. 40.000, pasmina (40 x 180 Cm) dengan harga Rp. 40.000, selendang (20 x 120 Cm) dengan harga Rp. 30.000 serta taplak meja (30 x 118 Cm) dengan harga Rp. 25.000. Penetapan harga jual ke konsumen dilihat juga dari jenis zat pewarna yang digunakan. Berbagai macam produk yang menggunakan zat pewarna alam memiliki harga tertinggi antara
62
Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 untuk jenis produk selimut dan harga terendah antara Rp. 20.000 – Rp. 50.000 untuk jenis produk syal. Sedangkan produk yang menggunakan zat pewarna kimia dengan harga tertinggi antara Rp. 500.000 – Rp. 750.000 untuk jenis produk selimut dan harga terendah antara Rp. 20.000 – Rp. 50.000 untuk jenis produk syal. Berbagai kriteria untuk menentukan tingkat variasi harga dan ukuran ditetapkan berdasarkan ukuran produk (Luas), zat pewarna (alami atau kimia), serta ragam warna yang dihasilkan. Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,087 (Lampiran 2) dan ratingnya 2 (Tabel 16), artinya adalah variasi harga dan ukuran yang ada, 46,67% masih dikategorikan masih rendah dan terkonsentrasi pada kategori Cukup Rendah, hal ini disebabkan ukuran produk (Maksimum), menggunakan zat pewarna yang digunakan berasal dari pewarna kimia dan hanya menghasilkan dua warna yaitu: hitam dan merah kecoklatan (Lampiran 8). Oleh karena itu, dalam meningkatkan variasi tingkat harga dan ukuran dapat dilakukan dengan cara: 1). Menghasilkan
produk
yang
memiliki
luasan
besar,
2).
Menggunakan bahan pewarna alami, 3). Variasi corak warna, selain hitam dan merah kecoklatan.
63
Tabel – 16. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kekuatan Adanya Variasi Harga dan Ukuran No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 2. 3. 4. 5.
1 2 3 4 5
Rendah Cukup Rendah Tinggi Sangat Tinggi Paling Tinggi Jumlah Sumber : Analisis Data Primer, 2009
2 12 2 8 6 30
6,66 40,00 6,66 26,66 20,00 100
e. Pameran Seni dan Budaya Kegiatan pameran seni dan budaya diperlukan sebagai media promosi produk kerajinan tenun ikat Dayak dan juga sebagai sarana untuk saling bertukar informasi diantara sesama pengrajin. Para penenun di desa Ensaid Panjang diantaranya pernah mengikuti kegiatan pameran seni dan budaya yang diselenggarakan baik pada tingkat lokal maupun nasional serta mengikuti pelatihan-pelatihan diluar daerah (seperti Jepara) dan diperoleh informasi bahwa salah seorang responden penelitian akan mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan pameran di Negara Kanada pada tahun 2009. Intensitas kegiatan pameran seni dan budaya dapat dikatakan paling intensif apabila dilakukan 10 kali dalam lima tahun terakhir yang difasilitasi oleh pihak pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,092 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 17), artinya
64
adalah intesitas kegiatan pameran yang diikuti oleh pengrajin 86,6% dikategorikan intensif. Akan tetapi, lebih terkonsentrasi pada kategori Sangat Intensif dikarenakan diselenggarakan dalam kurun waktu 8 kali dalam lima tahun terakhir (Lampiran 8). Kegiatan pameran seni dan budaya diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sintang pada saat acara Gawai Dayak yang diadakan setiap tahun dan dihadiri oleh seluruh pengrajin tenun ikat yang ada di Kabupaten Sintang. Kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada pengrajin untuk mempromosikan produk yang dihasilkan sekaligus mengadakan transaksi jual-beli produk kepada masyarakat umum. Tabel – 17. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kekuatan Pameran Seni dan Budaya No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Kurang Intensif 0 0 2. 2 Cukup Intensif 4 13,33 3. 3 Intensif 6 20 4. 4 Sangat Intensif 16 53,33 5. 5 Paling Intensif 4 13,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 f. Kerjasama Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Adanya kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat akan
sangat
membantu
bagi
para
penenun
dalam
mengembangkan usaha yang dikelolanya. Berbagai bentuk kerjasama tersebut dapat berupa pemberian pelatihan-pelatihan atau seminar tentang usaha pengembangan usaha kerajinan tenun
65
ikat Dayak serta membantu para penenun dalam memasarkan produk-produk tenun ikat Dayak. Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat yang berperan dalam upaya pengembangan kerajinan tenun ikat Dayak seperti : 1). Dekranasda berperan sebagai motivator dan bantuan alat tenun bukan mesin, 2). PRCF berperan sebagai koordiator program dan pelatihan teknis, promosi, pemasaran serta pengelolaan data base 3). YSDK berperan sebagai penguatan kelembagaan sosial ekonomi serta 4). Kobus Center berperan sebagai pemasok benang dan cat, pelatihan teknis dan memasarkan hasil tenun. Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,086 (Lampiran 2) dan ratingnya 5 (Tabel 18), artinya adalah hubungan kerjasama terjalin antara pengrajin dengan LSM memiliki intensitas yang tinggi dan lebih terkonsentrasi pada kategori Paling Tinggi intensitasnya yang dapat dilihat dari bentuk komunikasi yang terarah, berbagai program pelatihan yang diberikan, pengaadaan bahan baku, permodalan serta akses kelembagaan (Lampiran 8 ). Berbagai bentuk kerjasama tersebut pada akhirnya akan memberikan kemudahan bagi pengrajin tenun
ikat
Dayak
dalam
memperoleh
informasi
pasar,
memasarkan produk yang dihasilkan, meningkatkan skala usaha,
66
memudahkan penyediaan bahan baku serta meningkatkan keterampilan (Skill) yang dimiliki. Tabel – 18. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kekuatan Kerjasama Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Rendah 2 6,66 2. 2 Cukup Rendah 5 16,66 3. 3 Tinggi 10 33,33 4. 4 Sangat Tinggi 2 6,66 5. 5 Paling Tinggi 11 36,66 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 g. Jarak Tempuh Dengan Lembaga Pemasaran (Koperasi JMM) Kemudahan dalam mengakses tempat untuk memasarkan suatu produk serta dekatnya dengan lembaga pemasaran akan sangat
memberikan
kemudahan
kepada
pengrajin
untuk
memperlancar proses pemasaran produk tenun ikat Dayak yang dihasilkan. Rata-rata jarak yang ditempuh oleh pengrajin dari desa Ensaid Panjang ke Koperasi JMM sebagai lembaga pemasaran kurang lebih 1 jam perjalanan. Alat
transportasi
yang
digunakan
dalam
kegiatan
pemasaran adalah sepeda motor dan biasanya para suami atau anak-anak dari pengrajin yang membantu memasarkan produk tenun ikat ke Koperasi JMM. Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,079 (Lampiran 2) dan ratingnya 5 (Tabel 19), artinya adalah jarak tempuh antara
67
pengrajin dari desa Ensaid Panjang sebesar 50,00% dikategorikan dekat. Akan tetapi, lebih dikonsentrasikan pada kategori Dekat, kurang lebih 1 jam perjalanan (Lampiran 8), yang disertai dengan akses jalan yang baik dan lancar serta dapat membantu mengurangi biaya transportasi yang dikeluarkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya suatu keterkaitan antara jarak tempuh dan lembaga pemasaran yang terlibat dengan jumlah produk yang dapat dipasarkan. Tabel – 19. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kekuatan Jarak Tempuh Dengan Lembaga Pemasaran (Koperasi JMM) No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Sangat Jauh 2 6,66 2. 2 Cukup Jauh 4 13,33 3. 3 Jauh 9 30,00 4. 4 Agak Dekat 3 10,00 5. 5 Dekat 12 40,00 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 h. Rantai Pemasaran Saluran distribusi yang biasanya dilalui oleh para pengrajin dalam memasarkan hasil produksinya yaitu terdiri dari tiga macam, yaitu : 1. Pengrajin dapat langsung menjual hasil produk tenun ikat Dayak kepada para konsumen yang kebanyakan berasal dari wisatawan asing dan domestik serta secara segaja berwisata kedaerah Ensaid Panjang antara bulan Juli – Agustus atau menjelang hari liburan. Selain itu, para pengrajin juga
68
menerima pesanan dari konsumen untuk jenis dan motif tertentu sesuai dengan selera konsumen dan menjualnya kepada konsumen atau konsumen langsung mendatangi pengrajin. Akan tetapi, jenis saluran distribusi ini jarang dilakukan oleh pengrajin. 2. Pengrajin menjual hasil produk tenun ikat Dayak kepada Koperasi JMM sebagai lembaga pemasaran yang dianggap efektif
dan
efisien
dan
kemudian
Koperasi
JMM
menyampaikan kepada konsumen akhir. Jenis saluran distribusi ini paling sering dilakukan oleh pengrajin. 3. Pengrajin menjual hasil produk tenun ikat Dayak kepada Desperindagkop
dan
kemudian
Desperindagkop
menyampaikan kepada konsumen akhir dengan harga yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan pengrajin menjual langsung kepada konsumen. Sama seperti jenis saluran distribusi yang pertama, jenis saluran distribusi ini jarang dilakukan oleh pengrajin. Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,047 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 20), artinya adalah rantai pemasaran yang dilalui oleh pengrajin sebesar 100% dikategorikan variatif. Akan tetapi, terkonsentrasi pada kategori Variatif (Lampiran 8), dikarenakan hanya melibatkan lembaga pemasaran yaitu Koperasi JMM yang langsung
69
memasarkan produk tenun ikat kepada konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui dipengaruhi oleh jarak antara pengrajin (produsen) ke konsumen. Tabel – 20. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kekuatan Rantai Pemasaran No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Tidak Variatif 0 0 2. 2 Kurang Variatif 0 0 3. 3 Cukup Variatif 9 30,00 4. 4 Variatif 53,33 16 5 5. Sangat Variatif 5 16,66 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 4.2.1.2. Faktor Kelemahan ( Weaknesses ), yaitu menganalisa variabel – variabel kelemahan yang mempengaruhi pengrajin dalam pemasaran produk kerajinan tenun ikat Dayak. Adapun variabel kelemahan tersebut yaitu: a. Keterbatasan Variasi Produk Variasi produk diperlukan untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen dipasaran sehingga dengan adanya variasi produk yang bermacam-macam, konsumen dapat memiliki berbagai preferensi (pilihan) terhadap produk kerajinan tenun ikat Dayak yang dihasilkan. Adanya variasi produk yang beragam menghasilkan segmentasi pasar untuk produk tenun ikat Dayak tertentu. Pada umumya terdapat 5 jenis produk tenun ikat Dayak yaitu : Kain kebat, Syal, Selimut, Selendang dan Pasmina yang
70
kesemuanya merupakan barang setengah jadi (BSJ). Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,061 (Lampiran 2) dan ratingnya 1 (Tabel 21), artinya adalah produk yang dihasilkan para pengrajin di Desa Ensaid Panjang Kurang Bervariasi dengan hanya memproduksi rata-rata 3 macam jenis produk seperti : Pua Kumbu, Syal serta Selendang (Lampiran 8). Berbagai macam jenis produk yang dihasilkan masih dapat dikembangkan lagi menjadi barang jadi atau ditingkatkan variasinya berupa jas/kemeja kantoran, sejadah, pakaian anakanak atau remaja, kerudung, kopiah dan lain sebagainya. Tabel – 21. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kelemahan Keterbatasan Variasi Produk No. Rating Kriteria Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 5 Sangat Bervariasi 0 0 2. 4 Agak Bervariasi 5 16,66 3. 3 Bervariasi 5 16,66 4. 2 Cukup Bervariasi 5 16,66 5. 1 Kurang Bervariasi 15 50,00 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 b. Penggunaan Produk Secara umum, produk kerajinan tenun ikat Dayak merupakan barang setengah jadi dan harus diproses lebih lanjut untuk dikembangkan menjadi barang jadi. Dalam hal penggunaannya, tenun ikat Dayak dibagi kedalam dua bagian yaitu : 1. Untuk keperluan adat/ritual masyarakat Dayak. Misalnya untuk keperluan Gawai Dayak, Upacara Turun Sungai (bagi
71
bayi), pesta perkawinan, busana tarian adat, serta asesoris yang berkaitan dengan keperluan yang telah disebutkan. 2. Berbentuk barang-barang “komoditi perdagangan” pada umumnya, yang dalam hal ini merupakan barang-barang di luar kebutuhan ritual/adat, seperti baju (pada umumnya), hiasan dinding, taplak meja, syal (asesoris “fashion style” anak-anak muda), dan gordyn. Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,021 (Lampiran 2) dan ratingnya 1 (Tabel 22), artinya adalah dalam tingkat penggunaan berbagai macam produk tenun ikat Dayak 100% dikategorikan rendah dan terkonsentrasi pada kategori Paling Rendah (lampiran 8), dikarenakan hanya digunakan oleh Masyarakat setempat (dalam upacara-upacara adat, perkawinan, turun sungai, busana tarian adat dan lain sebagainya). Oleh karena itu, berbagai upaya untuk meningkatkan kegiatan promosi dan menciptakan produk yang bersifat fungsional, lebih diutamakan agar produk-produk tenun ikat Dayak yang dihasilkan dikenal oleh masyarakat umum dan bukan hanya kalangan tertentu saja sehingga pangsa pasar untuk produk kerajinan tenun ikat Dayak menjadi lebih luas.
72
Tabel – 22. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kelemahan Penggunaan Produk Jumlah Pengrajin Persentase No. Rating Kategori ( orang ) (%) 1. 5 Tinggi 0 0 2. 4 Cukup Rendah 4 13,33 3. 3 Rendah 7 23,33 4. 2 Sangat Rendah 9 30,33 5. 1 Paling Rendah 10 33,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 c. Waktu Pengerjaan Produk Lamanya pengerjaan untuk satu jenis produk tenun ikat Dayak rata-rata membutuhkan waktu yang relatif lama. Lamanya pengerjaan
tergantung
kepada
kesibukan
masing-masing
pengrajin, jenis produk yang dihasilkan serta kerumitan pengerjaanya. Sebagai contoh, untuk menghasilkan satu jenis Kain Kebat membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan. Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,069 (Lampiran 2) dan ratingnya 2 (Tabel 23), artinya adalah lamanya pengerjaan untuk berbagai jenis produk tenun ikat Dayak, 76,67% rata-rata membutuhkan waktu lama atau terkonsentrasi pada kategori Sangat Lama (kurang lebih selama 3 bulan) mulai dari mencelupkan pewarna pada benang katun sampai pada pada proses menenun (Lampiran 8). Lamanya waktu pengerjaan akan menghambat proses produktivitas produk yang akan dihasilkan. Oleh karena itu, berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi produksi produk tenun
73
ikat Dayak adalah dengan cara mengubah teknik tenun tradisional menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) atau Alat Tenun Mesin (ATM) dengan tetap mempertahankan unsur-unsur nilai seni dan budaya. Tabel – 23. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kelemahan Waktu Pengerjaan Produk No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 5 Cepat 0 0 2. 4 Cukup Lama 10,00 3 3. 3 Lama 20,00 6 4. 2 Sangat Lama 46,66 14 5. 1 Paling Lama 23,33 7 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 d. Penetapan Harga Perhitungan Harga Pokok Produksi sangat diperlukan dalam menentukan harga untuk 1 jenis produk tenun ikat Dayak. Dengan adanya perhitungan HPP, maka pengrajin akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli ke konsumen. Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,083 (Lampiran 2) dan ratingnya 1 (Tabel 24), artinya adalah penetapan harga jual untuk setiap produk tenun ikat sebesar 83,32% masih dikategorikan rendah atau pada konsentrasi kategori Sangat Rendah. Hal
ini
disebabkan
harga
yang
ditetapkan
hanya
berdasarkan pada biaya benang dan zat pewarna serta tidak memperhitungkan biaya yang lainnya (Lampiran 8). Penetapan
74
harga jual tertinggi dan terendah sering didasarkan pada tingkat kerumitan pengerjaannya, cita rasa seni serta motif yang dihasilkan. Disamping itu, faktor-faktor lain yang menjadi dasar untuk menetapkan harga jual seperti : ukuran maksimum dan minimum suatu produk serta pewarna yang digunakan. Tabel – 24. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kelemahan Penetapan Harga No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 5 Tinggi 3 10,00 2. 4 Agak Tinggi 2 6,66 3. 3 Cukup Rendah 4 13,33 4. 2 Rendah 8 26,66 1 5. Sangat Rendah 13 43,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 e. Peran Pengrajin Dalam Kegiatan Promosi Produk-produk kerajinan tenun ikat Dayak merupakan produk kerajinan lokal yang ada di Kabupaten Sintang khususnya di Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai. Dalam perkembangannya produk tenun ikat Dayak masih belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,046 (Lampiran 2) dan ratingnya 3 (Tabel 25), artinya adalah peran para pengrajin di Desa Ensaid Panjang sebesar 63,33% atau terkonsentrasi pada kategori Cukup Berperan dalam mempromosikan produk tenun ikat Dayak (Lampiran 8). Sehingga peran tersebut lebih ditingkatkan dengan cara
75
menggunakan produk dalam kehidupan sehari-hari (hiasan rumah), membagikan brosur kepada pengunjung/wisatawan yang datang, pembuatan katalog untuk berbagai jenis produk atau motif yang akan ditawarkan serta turut memasarkan produk tenun ikat Dayak melalui berbagai lembaga pemasaran yang ada. Tabel – 25. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kelemahan Peran Pengrajin Dalam Kegiatan Promosi No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 5 Berperan 0 0 2. 4 Agak Berperan 4 13,33 3. 3 Cukup Berperan 15 50,00 4. 2 Kurang Berperan 8 26,66 1 5. Tidak Berperan 3 10,00 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 f. Lembaga Resmi Pemasaran Produk Dalam Jumlah Besar Faktor lain yang menjadi kelemahan dalam memasarkan produk tenun ikat Dayak adalah belum adanya lembaga resmi yang menaungi pemasaran produk dalam jumlah besar. Keterlibatan lembaga resmi tersebut diupayakan berasal dari pihak instansi pemerintahan terkait atau Disperindagkop atau pihak – pihak lain seperti : Koperasi, Investor Asing, LSM, serta Swasta. Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,080 (Lampiran 2) dan ratingnya 2 (Tabel 26), artinya adalah beberapa lembaga resmi pemasaran dari Lembaga
76
Swadaya Masyarakat (LSM) sebesar 73,33% atau terkonsentrasi pada kategori Kurang Terlibat dalam membantu pemasaran produk tenun ikat Dayak dalam jumlah besar. Tabel – 26.
Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Kelemahan Lembaga Resmi Pemasaran Produk Dalam Jumlah Besar No. Rating Kriteria Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 5 Sangat Terlibat 5 16,66 2. 4 Terlibat 3 10,00 3. 3 Cukup Terlibat 3 10,00 4. 2 Kurang Terlibat 12 40,00 5. 1 Tidak Terlibat 7 23,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009
4.2.2. Analisis Faktor Eksternal Usaha Kerajinan Tenun Ikat Dayak 4.2.2.1. Faktor Peluang ( Opportunities ), yaitu menganalisa variabel – variabel peluang yang dimiliki oleh pengrajin dalam pemasaran produk kerajinan tenun ikat Dayak. Adapun variabel peluang tersebut adalah : a. Permintaan Tenun Ikat Adapun hasil penelitian pada variabel ini adalah nilai bobot sebesar 0,105 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 27), artinya adalah permintaan tenun ikat Dayak sebesar 59,99% bervariasi atau terkonsentrasi pada kategori Sangat Bervariasi (Lampiran 8) dan diminati oleh para kolektor-kolektor seni, terutama untuk jenis produk selendang, syal, kumbu, kain kebat, pasmina, serta taplak meja. Beragamnya jenis produk yang diminati oleh para
77
kolektor seni dikarenakan adanya pencitraan seni yang terkandung dalam setiap produk dan motif yang dihasilkan. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada pengrajin yang mampu untuk mencitrakan suatu nilai seni yang tinggi kedalam produk atau motif tenun ikat Dayak yang dapat ditawarkan kepada kolektor seni dengan harga yang relatif tinggi. Tabel – 27. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Peluang Permintaan Tenun Ikat No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Tidak Bervariasi 6 20,00 2. 2 Kurang Bervariasi 3 10,00 3. 3 Bervariasi 5 16,66 4. 4 Sangat Bervariasi 9 30,00 5. 5 Paling Bervariasi 7 23,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 b. Penggolongan Harga Adanya penggolongan harga berdasarkan tingkat kehalusan produk,
cita
rasa
seni
serta
kerumitan
pembuatannya
dimaksudkan untuk menentukan kualitas produk tenun ikat Dayak yang dihasilkan. Tingkat kehalusan produk berkaitan dengan benang yang digunakan untuk menenun (benang katun), cita rasa seni ditunjukkan dengan motif/corak yang dihasilkan yang memiliki arti/makna tersendiri.
Sedangkan kerumitan
pembuatannya berkenaan dengan lamanya waktu untuk proses menenun serta tingkat kesulitan untuk menentukan motif yang
78
akan dihasilkan dan dilakukan secara spontan atau tanpa didahuli pembuatan contoh motif sebelumnya. Adapun hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,101 (Lampiran 2) dan ratingnya 2 (Tabel 28), artinya adalah adanya penggolongan harga berdasarkan kriteria cita rasa seni sebesar 56,65% tergolong tinggi atau terkonsentrasi pada kategori Cukup Tinggi. Hal ini dapat memberikan
keuntungan
pada
pengrajin
untuk
dapat
menghasilkan produk yang memiliki cita rasa seni yang tinggi dalam proses pembuatannya. Dikarenakan tidak semua pengrajin tenun ikat memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai seni yang tinggi. Tabel – 28. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Peluang Adanya Penggolongan Harga No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Rendah 3 10,00 2. 2 Cukup Tinggi 10 33,33 3. 3 Tinggi 2 6,66 4. 4 Sangat Tinggi 7 23,33 5. 5 Paling Tinggi 8 26,66 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 c. Promosi Produk Melalui Media Internet Dengan adanya upaya dari Lembaga Swadaya Masyarakat dalam mempromosikan produk kerajinan tenun ikat Dayak melalui media internet, akan sangat membantu bagi kelancaran akses informasi mengenai keberadaan produk-produk tenun ikat
79
Dayak yang dihasilkan. Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,099 (Lampiran 2) dan ratingnya 5 (Tabel 29), artinya adalah adanya promosi melalui media internet sebesar 99,98% atau terkonsentrasi pada kategori Paling Efektif dalam menarik konsumen potensial terutama yang berasal dari luar negeri (Lampiran 8). Bentuk promosi melalui media internet adalah membuat situs di internet yang menggambarkan secara umum usaha tenun ikat Dayak dan menampilkan produk serta motif yang dihasilkan disertai adanya transaksi jual-beli dalam bentuk pemesanan langsung. Adanya media informasi internet juga memberikan kesempatan bagi pengrajin untuk mempromosikan produk tenun ikat sekaligus memasarkan produk pada pasar yang lebih luas dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Tabel – 29. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Peluang Promosi Produk Melalui Media Internet No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Tidak Efektif 0 0 2. 2 Cukup Efektif 8 26,66 3. 3 Efektif 7 23,33 4. 4 Sangat Efektif 5 16,66 5. 5 Paling Efektif 10 33,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009
80
d. Kunjungan Kerja Dari Berbagai Instansi Daerah Adanya kunjungan kerja dari berbagai instansi daerah akan memberikan kesempatan untuk mengenalkan produk khas daerah Kab. Sintang (tenun ikat Dayak) kepada pihak luar. Kunjungan kerja yang dilakukan oleh berbagai instansi daerah berupa : kegiatan
studi
banding,
kegiatan
gawai
adat/keagamaan,
kunjungan kerja kepala daerah serta lain sebagainya. Upayaupaya yang dilakukan adalah dengan memberikan cinderamata berupa produk yang bermotifkan tenun ikat Dayak. Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,094 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 30), artinya adalah kunjungan kerja instansi
pemerintahan baik ditingkat
daerah maupun diluar daerah sebesar 79,99% dilakukan secara intensif atau lebih terkonsentrasi pada kategori Sangat Intensif, yaitu dilakukan 9 kali dalam 1 tahun (Lampiran 8). Hal ini dapat dijadikan sebagai media promosi untuk mengenalkan produk asli kebudayaan daerah sehingga mudah dikenal serta menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah lain.
81
Tabel – 30. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Peluang Kunjungan Kerja Dari Berbagai Instansi Daerah No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Kurang Intensif 1 3,33 2. 2 Cukup Intensif 5 16,66 3. 3 Intensif 7 23,33 4. 4 Sangat Intensif 15 50,00 5. 5 Paling Intensif 2 6,66 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 e. Galeri Mini Koperasi JMM Upaya untuk mempromosikan keberadaan kerajinan tenun ikat Dayak salah satunya dengan mendirikan galeri-galeri atau tempat yang menyajikan berbagai hal yang berkaitan dengan kerajinan tenun ikat Dayak. Koperasi JMM sebagai salah satu lembaga yang turut memegang peranan penting dalam hal mengenalkan kerajinan tenun ikat Dayak kepada masyarakat luas, mendirikan galeri mini yang bertujuan untuk memberikan informasi berbagai produk-produk yang berkaitan dengan kerajinan tersebut. Galeri mini milik koperasi JMM juga dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan koleksi barang-barang kerajinan suku Dayak yang lain seperti : Takin, Anyaman Tikar Rotan, Bubut, berbagai
dokementasi hasil produk suku Dayak dan lain
sebagainya. Disamping itu, fungsi koperasi JMM secara umum yaitu membantu pengrajin untuk memasarkan produk tenun ikat Dayak, menyediakan bahan baku penunjang (zat pewarna kimia
82
dan benang katun) serta sebagai media informasi dan komunikasi apabila akan diselenggarakannya kegiatan pameran seni budaya. Pada variabel ini diperoleh nilai bobot sebesar 0,087 (Lampiran 2) dan ratingnya 5 (Tabel 31), artinya adalah adanya galeri mini milik Koperasi JMM sebesar 93,33% atau terkonsentrasi pada kategori Paling Berperan (Lampiran 8), berdasarkan fungsi, keberadaan dan kepentinganya dalam memberikan wawasan tentang seni dan kebudayaan khususnya kerajinan - kerajinan suku Dayak serta dalam upaya untuk mengkomunikasikan keberadaan berbagai produk kerajinan tenun ikat Dayak agar lebih dikenal masyarakat luas. Tabel – 31. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Peluang Galeri Mini Milik Koperasi JMM No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Kurang Berperan 2 6,66 2. 2 Cukup Berperan 6 20,00 3. 3 Berperan 3 10,00 4. 4 Sangat Berperan 7 23,33 5. 5 Paling Berperan 12 40,00 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 f. Fasilitas – Fasilitas Pendukung Promosi Terdapatnya fasilitas-fasilitas seperti ruang tunggu di kantor pemerintahan dan tempat pameran seni dan budaya, dapat dijadikan
sebagai
outlet/counter
dalam
mempromosikan
sekaligus memasarkan produk kerajinan tenun ikat Dayak. Pada variabel ini diperoleh nilai bobot sebesar 0,103 (Lampiran 2)
83
dan ratingnya 5 (Tabel 32), artinya adalah sebesar 93,33% fasilitas pendukung promosi tersedia atau terkonsentrasi pada kategori Paling Tersedia yang dapat dijadikan outlet/counter sebagai media promosi seperti : pusat perbelanjaan, pusat kerajinan tangan, stand pameran, ruang tunggu perkantoran serta galeri mini Koperasi JMM (Lampiran 8). Adanya fasilitas – fasilitas pendukung tersebut, memberikan kemudahan bagi para pengajin untuk mempromosikan serta memasarkan produk yang dihasilkan pada ruang atau tempat yang lebih luas. Tabel – 32. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Peluang Fasilitas-Fasilitas Pendukung Promosi No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Terbatas 2 6,66 2. 2 Cukup Tersedia 6 20,00 3. 3 Tersedia 3 10,00 4. 4 Sangat Tersedia 7 23,33 5. 5 Paling Tersedia 12 40,00 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 g. Kemajuan Dalam Bidang Teknologi, Informasi, Transportasi Dan Komunikasi Berkembangnya kemajuan di segala bidang baik teknologi, informasi, transportasi dan komunikasi dirasakan oleh pengrajin dapat mempermudah dan memperlancar usaha terutama dalam pemasaran produk kerajinan tenun ikat Dayak. Kemajuan dalam bidang teknologi dapat berupa ditemukannya alat tenun bukan mesin (ATBM) untuk mempelancar efisiensi proses produksi.
84
Akan tetapi, penggunaan alat ini belum dapat diadopsi oleh pengrajin disebabkan adanya pengaruh kebudayaan setempat serta perbedaan kualitas produk yang dihasilkan. Kemajuan dalam bidang transportasi terutama akses jalan yang baik memberikan kemudahan dalam memasarkan produk tenun
ikat
Dayak.
Sedangkan
kemajuan
dalam
bidang
komunikasi yaitu digunakannya telepon atau handphone serta media internet dalam membantu serta mempelancar kegiatan pemasaran secara tidak langsung melalui kegiatan pemesanan. Dari hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,080 (Lampiran 2) dan ratingnya 5 (Tabel 33), artinya adalah berbagai kemajuan dalam berbagai bidang komunikasi, transportasi dan teknologi sebesar 93,31% atau terkonsentrasi pada kategori Paling Baik (Lampiran 8), dalam upaya mempelancar kegiatan pemasaran produk tenun ikat Dayak. Hal itu ditunjukkan dengan semakin baiknya kondisi jalan, komunikasi menggunakan jaringan telepon atau handphone serta ditemukannya Alat Tenun Mesin (ATM) berkapasitas industri.
Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan pasar
akan produk tenun ikat Dayak dalam bentuk barang jadi maka peran teknologi, informasi dan komunikasi sangat diperlukan untuk menghasilkan produk yang memiliki efisiensi tinggi dan sesuai dengan selera atau kebutuhan pasar.
85
Tabel – 33. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Peluang Kemajuan Dalam Bidang Teknologi, Informasi, Transportasi dan Komunikasi No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 1 Kurang Baik 2 6,66 2. 2 Cukup Baik 2 6,66 3. 3 Baik 5 16,66 4. 4 Sangat Baik 7 23,33 5. 5 Paling Baik 14 46,66 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009
4.2.2.2. Faktor Ancaman ( Threats ), yaitu menganalisa variabel – variabel ancaman yang dimiliki oleh pengrajin dalam pemasaran produk kerajinan tenun ikat Dayak. Adapun variabel ancaman tersebut adalah : a. Kesamaan Motif Dari Pengrajin Lain Motif / Corak pada dasarnya menggambarkan suatu imajinasi dari pengrajin dan mencitrakannya kedalam bentuk kain tenun ikat Dayak. Motif juga menggambarkan ekspresi perasaan dari pengrajin yang terjadi saat melakukan kegiatan menenun. Pada umumnya motif-motif yang dihasilkan dapat dengan mudah dijiplak atau ditiru oleh pengrajin lain, yang membedakannya
adalah
mengartikan
setiap
motif
yang
terkandung dalam berbagai produk tenun ikat. Adapun hasil penelitian, variabel ini memiliki nilai bobot sebesar 0,047 (Lampiran 2) dan ratingnya sebesar 1 (Tabel 34), artinya adalah sebesar 56,66% produk yang dihasilkan sama atau
86
berada pada konsentrasi kategori Kurang Berbeda atau Sama (Lampiran 8). Hal ini dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh pengrajin dalam usahanya disebabkan adanya motif yang sejenis yang ada dipasaran akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk, apalagi jika harga yang ditawarkan lebih murah dari produk asli tenun ikat. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalkan usaha untuk meniru suatu produk orang lain dengan cara menghasilkan produk dengan motif yang sangat rumit serta memberikan hak paten terhadap motif tenun ikat Dayak yang ada. Tabel – 34. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Ancaman Kesamaan Motif Dari Pengrajin Lain No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 5 Sangat Berbeda 5 16,66 2. 4 Berbeda 3 10,00 3. 3 Cukup Berbeda 5 16,66 4. 2 Kurang Berbeda 8 26,66 5. 1 Tidak Berbeda 9 30,00 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 b. Belum Adanya Merek Produk Pemberian
merek
pada
produk
bertujuan
untuk
memperkenalkan suatu produk agar mudah diingat dan dikenal masyarakat sehingga akan menimbulkan ketertarikan pada produk tersebut. Sampai pada saat ini, produk tenun ikat Dayak belum memiliki merek tersendiri dan hanya dikenal dari daerah asal pengrajin.
87
Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,079 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 35), artinya adalah peran merek dalam setiap produk tenun ikat sebesar 96,66% atau terkonsentrasi pada kategori Sangat Penting berdasarkan fungsinya sebagai daya tarik konsumen, pembeda dengan produk lain, meningkatkan nilai jual serta sebagai Brand Image suatu produk (Lampiran 8). Dengan tidak adanya merek akan menyulitkan konsumen dalam mengenal produk kerajinan tenun ikat Dayak serta akan mudah diklaim sebagai produk asli dari para pesaing. Oleh karena itu, pemberian merek dagang pada berbagai produk tenun ikat Dayak cukup diperlukan sehingga produk memiliki karakteristik/ciri khas tersendiri. Tabel – 35. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Ancaman Belum Adanya Merek Produk No. Rating Kriteria Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 5 Paling Penting 3 10,00 2. 4 Sangat Penting 12 40,00 3. 3 Penting 6 20,00 4. 2 Cukup Penting 8 26,66 5. 1 Kurang Penting 1 3,33 Jumlah 30 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2009 c. Kenaikan Harga Bahan Baku Kenaikan harga bahan baku akan mempengaruhi jumlah produksi kain tenun ikat yang dapat diproduksi oleh pengrajin pada jangka waktu tertentu. Bahan-baku tersebut berupa zat pewarna (alami dan kimia) serta benang katun. Zat pewarna
88
terutama dari bahan kimia dan benang katun merupakan bahan baku utama dalam proses produksi tenun ikat dayak yang sebagian besar dibeli dari Koperasi JMM. Jenis zat pewarna untuk warna kuning, merah dan hitam rata - rata dibeli dengan harga Rp.38.000 per botol sedangkan benang katun rata – rata dibeli dengan harga Rp. 100.000 per gulung. Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,092 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 36), artinya adalah harga bahan baku yang digunakan untuk berbagai macam produk tenun ikat yang akan dihasilkan, sebesar 56,66% atau terkonsentrasi pada kategori Cukup Mahal (Lampiran 8), sehingga akan berdampak pada biaya produksi tenun ikat Dayak. Hal itu disebabkan, sebagian besar bahan baku dapat diperoleh dari lokasi setempat, dari tempat lain, dari luar negeri serta Koperasi JMM. Akan tetapi, kebanyakan para pengrajin masih tergantung kepada koperasi JMM dalam menyediakan semua bahan baku tersebut. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan
untuk
mengatasi
hal
tersebut
adalah
dengan
menyelaraskan kegiatan untuk menyediakan bahan baku yang cukup antara pengrajin dan koperasi JMM dalam bentuk kerjasama yang intensif.
89
Tabel – 36. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Ancaman Kenaikan Harga Bahan Baku No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 2. 3. 4. 5.
5 4 3 2 1
Murah 0 Cukup Mahal 10 Mahal 8 Sangat Mahal 9 Paling Mahal 3 Jumlah 30 Sumber : Analisis Data Primer, 2009
0 33,33 26,66 30,00 10,00 100
d. Belum Adanya Standar Harga Beli Variabel ini merupakan salah satu faktor ancaman bagi pengrajin dalam mendapatkan harga yang layak dari produk kerajinan tenun ikat Dayak yang dipasarkan. Pada umumnya, terdapat perbedaan harga beli dari pengrajin langsung kepada konsumen dengan atau tanpa melalui lembaga pemasaran (Koperasi JMM serta Desperindagkop). Hal itu dikarenakan belum adanya standar harga beli yang baku sehingga baik pengrajin maupun lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran kesulitan untuk menetapkan harga yang cocok. Jika dilihat dari kepentingan pengrajin/produsen, standar harga beli akan memberikan keuntungan paling tinggi apabila konsumen membeli produk yang dihasilkan diatas harga produksi per unit. Hasil penelitian pada variabel ini memiliki nilai bobot sebesar 0,098 (Lampiran 2) dan ratingnya 2 (Tabel 37), artinya adalah dengan tidak adanya standar harga beli untuk berbagai jenis produk tenun ikat dayak akan membuat pengrajin
90
mendapatkan harga beli sebesar 99% atau terkonsentrasi pada kategori Sangat Rendah (Lampiran 8). Adanya monopoli harga dan lemahnya posisi nilai tawar – menawar pengrajin khususnya terhadap Koperasi JMM menyebabkan kecenderungan penurunan produktivitas produk kerajinan tenun Ikat Dayak. Oleh karena itu, diperlukan penetapan standar harga beli yang bertujuan agar harga yang ditawarkan diupayakan dapat memberikan keuntungan yang lebih kepada pengrajin. Tabel – 37. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Ancaman Tidak Adanya Standar Harga Beli No. Rating Kriteria Jumlah Pengrajin Persentase ( orang ) (%) 1. 2. 3. 4. 5.
5 4 3 2 1
Tinggi Rendah Cukup Rendah Sangat Rendah Paling Rendah Jumlah Sumber : Analisis Data Primer, 2009
0 6 6 10 8 30
0 20,00 20,00 33,33 26,66 100
4.3. Matrik SWOT Alat yang dipakai untuk menyusun faktor – faktor strategis internal dan eksternal usaha kerajinan tenun ikat Dayak adalah Matrik SWOT. Didalam Matrik SWOT dapat digambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pengrajin tenun ikat Dayak agar dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh pengrajin tenun ikat Dayak. Didalam Matrik SWOT terdapat empat set kemungkinan alternatif strategi, yaitu : SO (Strengths – Opportunities), Strategi ST (Strengths –
91
Threats), Strategi WO (Weaknesses – Opportunities), dan Strategi WT (Weaknesses – Threats ). Hasil analisis matrik SWOT
menunjukkan faktor strategi internal
eksternal (lampiran – 5) yang diperoleh, diketahui bahwa nilai strategi SO adalah 5,416; strategi WO dengan nilai 4,452; Strategi ST dengan nilai 3,45 dan strategi WT dengan nilai 2,468. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa strategi pemasaran produk kerajinan tenun ikat Dayak yang dapat digunakan oleh pengrajin di Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang dari nilai tertinggi (5,416) adalah strategi SO atau strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Kekuatan yang terdiri dari produk yang ada memiliki nilai seni dan budaya; keragaman motif; ketahanan produk; variasi harga dan ukuran; pameran seni dan budaya; kerjasama dengan LSM; jarak tempuh dengan lembaga pemasaran (Koperasi JMM); rantai pemasaran. Sedangkan peluang terdiri dari kolektor – kolektor seni; penggolongan harga; promosi produk melalui media internet; kunjungan kerja dari berbagai instansi; galeri mini Koperasi JMM; kemajuan dalam bidang teknologi, transportasi dan komunikasi. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis SWOT, strategi yang
digunakan dalam meningkatkan pemasaran kerajinan tenun ikat Dayak merupakan strategi agresif (Gambar 6).
92
O KUADRAN II
KUADRAN I Strategi Agresif
1,966
W
S
0,964
KUADRAN III
KUADRAN IV
T Gambar 6. Analisis SWOT, 2009 Sehubungan dengan itu, maka peneliti merekomendasikan strategi agresif dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (SO) sebagai alternatif yang baik untuk upaya pemasaran kerajinan tenun ikat Dayak di Desa Ensaid Panjang Kabupaten Sintang. Adapun alternatif utama strategi pemasaran strategi SO yaitu: 1. Mempertahankan orginalitas ( keaslian ) produk Nilai keaslian ( Orginalitas ) suatu produk tenun ikat Dayak dapat dilihat dari penggunaan bahan baku dan zat pewarna yang digunakan. Mempertahankan nilai keaslian produk tenun ikat dayak dengan cara menggunakan kapas produksi lokal yang dipintal sendiri oleh pengrajin, bahan pewarna alami dengan memanfaatkan tumbuh – tumbuhan alam disekitar lingkungan tempat tinggal para pengrajin serta motif-motif
93
klasik. Upaya – upaya tersebut bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar khususnya para kolektor seni, pemerhati budaya dan untuk keperluan ritual budaya. 2. Mengoptimalkan berbagai alat/media mempromosikan produk tenun ikat dayak.
promosi
dalam
Strategi ini bermanfaat untuk memanfaatkan berbagai macam media promosi untuk mempromosikan produk sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas. Media promosi yang dapat digunakan adalah dengan mengikutsertakan para pengrajin dalam setiap kegiatan pameran seni dan budaya yang diselenggarakan baik tingkat lokal, nasional serta mancanegara. Selain bertujuan untuk mempromosikan produk tenun ikat Dayak kegiatan pameran juga sebagai media komunikasi antar pengrajin untuk memperoleh pengetahuan tentang upaya pengembangan usaha yang dilakukan. Selain kegiatan pameran, media promosi yang dapat digunakan adalah media internet. Media internet dapat dengan mudah mempromosikan produk tenun ikat Dayak melalui pembuatan situs atau alamat e-mail sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses dalam mendapatkan informasi mengenai kerajinan tenun ikat Dayak. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan promosi melalui media internet dan dapat membuat situs yang memberikan kemudahan kepada konsumen dalam transaksi jual-beli produk tenun ikat Dayak. Alat promosi lain yang dapat digunakan adalah dengan memberikan paket
94
harga kepada konsumen dengan penghematan dari harga biasa suatu produk. Paket harga dapat berbentuk paket pengurangan harga, misalnya beli satu produk tenun ikat Dayak dapat dua atau paket ikatan. 3. Meningkatkan hubungan kerjasama dari berbagai lembaga yang berkaitan dengan upaya pemasaran produk kerajinan tenun ikat Dayak. Strategi ini bermanfaat untuk meningkatkan pola hubungan kerjasama yang intensif dan akan memberikan dampak yang baik dalam pengembangan dan pemasaran produk tenun ikat Dayak. Lembaga pemasaran dalam hal ini Koperasi JMM memberikan peran yang penting dalam memasarkan produk tenun ikat dan sebagai media promosi kerajinan tenun ikat Dayak. Hal ini dibuktikan dengan adanya galeri mini milik koperasi JMM yang dapat memudahkan kepada para pengunjung untuk melihat koleksi-koleksi produk kerajinan yang khususnya tenun ikat Dayak. Selain dalam upaya pemasaran, lembaga-lembaga swadaya masyarakat seperti PRCF, Kobus Center, Dekranasda, Desperindagkop Kabupaten Sintang serta lembaga – lembaga lainnya turut berperan penting dalam memberikan pelatihan-pelatihan kepada pengrajin dalam bentuk kerjasama yang baik serta saling mendukung. 4. Memanfaatkan kemajuan komunikasi dalam memperoleh informasi. Strategi ini bermanfaat dalam proses pemasaran produk tenun ikat Dayak sehingga pengrajin dapat mengetahui informasi untuk pemasaran produk. Pemesanan langsung produk dapat menghubungi pengrajin
95
melalui telepon atau handphone jika ingin memesan produk tenun ikat Dayak yang diinginkan atau dapat langsung menghubungi koperasi JMM jika menginginkan produk dalam jumlah yang cukup besar. 5. Mengoptimalkan fasilitas-fasilitas pojok promosi (outlet/counter) di berbagai tempat. Strategi ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk kerajinan tenun ikat Dayak dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada seperti ruang tunggu di instansi-instansi pemerintah dengan cara memajang hasil produk tenun ikat Dayak agar dapat dilihat oleh pengunjung atau tamu yang datang. Selain itu, adanya kerjasama dengan berbagai kios-kios yang menyediakan berbagai produk kerajinan memberikan peluang untuk memperluas jaringan pasar serta kegiatan promosi yang dilakukan. Alternatif strategi
kedua yang direkomendasikan adalah strategi
Weaknesses – Opportunities (WO) dengan nilai sebesar 4,452 : 1. Merintis hubungan kerjasama (kemitraan) dengan berbagai pihak yang terkait dalam memperluas pangsa pasar produk tenun ikat Strategi ini bertujuan untuk mengembangkan pola kemitraan dengan berbagai lembaga yang terkait dengan pemasaran produk kerajinan tenun ikat Dayak. Selama ini lembaga yang berperan penting dalam memasarkan produk tenun ikat Dayak adalah koperasi JMM sehingga diperlukan adanya peran lembaga lain selain koperasi JMM dalam memasarkan produk kerajinan tenun ikat Dayak dari para pengrajin.
96
2. Memanfaatkan informasi pasar untuk menghasilkan berbagai jenis produk yang sesuai dengan selera pasar Strategi ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi selera pasar. Selama ini para pengrajin memproduksi produk dalam beberapa jenis dan bentuk yang kurang bervariasi. Dengan adanya informasi pasar yang dapat diakses melalui koperasi JMM, Lembaga Swadaya Masyarakat, Instansi Pemerintah serta media cetak dan elektronik (Koran, Majalah, Internet dan Televisi) pengrajin dapat dengan mudah menyesuaikan produk tenun ikat Dayak yang akan dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Informasi pasar yang diperoleh bertujuan juga untuk pencegahan sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi dalam pemasaran produk tenun ikat Dayak. 3. Memberikan pelatihan-pelatihan media komunikasi pemasaran kepada para pengrajin Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pengrajin untuk memanfaatkan berbagai media komunikasi pemasaran seperti: periklanan produk melalui berbagai media cetak maupun media elektronik sehingga dapat memudahkan pengrajin dalam mengakses permintaan pasar lebih luas serta sebagai media promosi yang efektif. Kegiatan pelatihan media komunikasi pemasaran dapat dilakukan melalui seminar – seminar maupun lokakarya yang difasiltasi oleh pemda dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
97
4. Merintis peningkatan usaha perorangan kerajinan tenun ikat dayak menjadi usaha industri Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan skala usaha pengrajin yang selama ini kurang terkoordinir dan cenderung bersifat individu (perorangan). Upaya untuk menjadikan usaha kerajinan tenun ikat Dayak menjadi usaha industri membutuhkan bantuan dari semua pihak terutama dari pihak pemerintah daerah dalam memberikan pendampingan dan bantuan modal kepada para pengrajin secara berkesinambungan. Upaya ini juga diarahkan untuk memperluas pangsa pasar produk tenun ikat Dayak dalam bentuk barang jadi. 5. Menciptakan inovasi variasi produk yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan pemerhati seni dan budaya Strategi ini bertujuan untuk menghasilkan suatu keragaman produk tenun ikat Dayak yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan pemerhati seni dan budaya baik dalam tingkat harga maupun selera yang diinginkan yang dapat dilihat dari motif serta bentuk yang dihasilkan. Para pengrajin memerlukan pola pendampingan yang menyeluruh dari berbagai pihak yang terkait dalam menciptakan suatu inovasi variasi produk yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Alternatif strategi ketiga yang dapat dilakukan adalah strategi Strenghts – Threats (ST) dengan nilai sebesar 3,45 :
98
1. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai LSM dalam memperoleh bahan baku Strategi ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku selama proses produksi tenun ikat Dayak berlangsung. Selama ini para pengrajin memperoleh bahan baku dengan membeli di koperasi JMM berupa zat pewarna dan benang katun. Penggunaan bahan pewarna kimia lebih sering digunakan pengrajin dikarenakan lebih praktis dan mudah dalam mendapatkannya. Akan tetapi, zat pewarna kimia masih relatif mahal dan harus dipesan terlebih dahulu dari luar negeri. Oleh karena itu, bentuk peningkatan kerjasama dengan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat diarahkan dalam upaya pengembangan tanaman zat pewarna alami disekitar tempat tinggal penenun dan mencoba mencari alternative dari bahan baku lain. Hal tersebut mutlak dilakukan untuk menjaga ketersediaan
bahan
baku
sehingga
proses
produksi
tetap
dapat
berlangsung. 2. Menetapkan standar harga yang kompetitif dengan para pesaing produk sejenis Strategi ini bertujuan untuk menetapkan harga yang bersaing diantara produk tenun ikat dipasaran. Penetapan standar harga untuk berbagai jenis produk tenun ikat Dayak dapat dilihat dari tingkat kehalusan, kerumitan pembuatannya dan citra rasa seni yang dimiliki. Selain itu juga dengan memperhatikan kondisi harga pasar agar harga produk yang dijual tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah dari harga pasar yang berlaku. Alternatif lain dari penetapan harga adalah dengan
99
cara penetapan harga psikologis (Odd Pricing), penetapan harga Price Linning serta potongan harga. 3. Memanfaatkan bahan baku dari alam agar produk yang dihasilkan relatif tahan lama Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk tenun ikat Dayak. Ketahanan produk tenun ikat Dayak relative lama apabila bahan baku yang digunakan kesemuanya bersifat alami, walaupun warnanya tidak terlalu cerah jika dibandingkan dengan pewarna kimia. Selain itu juga kolektor – kolektor seni lebih tertarik pada produk tenun ikat Dayak yang kesemua bahan bakunya berasal dari alam . Alternatif strategi keempat yang dapat dilakukan adalah strategi Weaknesses – Threats (WT) dengan nilai sebesar 2,486 : 1. Memperkuat citra produk dengan pemberian merek untuk produkproduk tenun ikat Strategi ini bertujuan untuk memudahakan konsumen dalam mengenal produk kerajinan tenun ikat Dayak yang akan ditawarkan. Adanya pemberian merek dari setiap jenis produk yang dihasilkan akan memberikan nilai jual tersendiri karena dianggap memiliki daya saing jika dibandingkan dengan produk – produk sejenis di pasaran. Konsumen cenderung lebih tertarik pada produk yang sudah memiliki merek dan cukup dikenal oleh masyarakat luas. 2. Memperhitungkan biaya produksi untuk setiap jenis produk tenun ikat Dayak Strategi ini bertujuan untuk menetapkan standar harga jual antara pengrajin dan lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat. Harga jual
100
yang ditetapkan kurang memperhatikan keseluruhan komponen biaya – biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi sehingga para pengrajin mengalami kerugian untuk beberapa jenis produk tenun ikat tertentu, hal itu dikarenakan tidak adanya standar harga jual yang jelas. Komponen – komponen biaya yang seharusnya diperhitungkan dalam setiap proses produksi tenun ikat Dayak seperti : Upah per unit, Biaya benang yang digunakan serta Biaya pewarna. 3. Membuat brosur/catalog produk tenun ikat Dayak sebagai bagian dari kegiatan promosi Strategi ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan promosi produk tenun ikat Dayak pada masyarakat luas agar lebih dikenal. Adanya media promosi dalam bentuk katalog/brosur produk disertai penjelasan yang rinci mengenai karakteristik produk tenun ikat akan memberikan gambaran yang jelas mengenai produk tenun ikat yang ditawarkan sehingga masyarakat / konsumen menjadi tertarik untuk membelinya. 4. Membuat hak cipta tenun ikat yang difasilitasi oleh pemda Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan keberadaan tenun ikat Dayak sebagai produk unggulan asli daerah Kabupaten Sintang sehingga hak ciptanya tidak diakui oleh pihak lain. Belum adanya pemberian hak cipta produk tenun ikat Dayak akan menyulitkan dalam proses produksi massal sehingga diperlukan peran Pemerintah Daerah dalam memegang kendali hak cipta tersebut.