BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Letak dan Keadaan Geografis Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo terdiri dari empat (4) Dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV. Daerah ini dipilih karena sebagian lahan digunakan untuk pertanian hortikultura dan penduduknya sebagian didominasi oleh petani yang mengusahakan tanaman hortikultura, khususnya tanaman tomat. Desa Hulawa terletak di Kecamatan Telaga dengan jarak 2,2 km dari Ibukota Kecamatan Telaga. Desa ini memiliki luas wilayah 205.5 Ha. Desa Hulawa, Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo berbatasan dengan : -
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Dulohupa
-
Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Balango
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bulila
-
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Luhu
4.2 Pola Penggunaan Lahan Penggunaan lahan yang dimanfaatkan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 2.
Lahan Kering 95 47%
Lahan Sawah Lahan Sawah 109 53%
Lahan Kering
Gambar 2. Pola Penggunaan Lahan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
31
Berdasarkan Gambar 2, diketahui luas lahan di Desa Hulawa mencapai 204 Ha, dimana lahan tersebut paling banyak digunakan untuk lahan sawah yaitu mencapai 53% dari 204 Ha atau sebesar 109 Ha, sedangkan untuk lahan kering hanya mencapai 47% dari 204 Ha atau sebesar 95 Ha.
4.3 Jumlah Penduduk Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo mempunyai jumlah penduduk 3.675 orang yang terbagi atas jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 1.881 jiwa dan perempuan 1.794 jiwa. Keadaan penduduk berdasarkan jumlah keluarga sebesar 1.102 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 3 orang. Keadaan penduduk di Desa Hulawa berdasarkan tingkat pendidikan, dan lapangan usaha, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Belum Pernah Sekolah/ Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Diploma I /Diploma 2 Diploma 3 Sarjana Jumlah
Jumlah (Orang) 1652
Persentase 44,95
1044 431 453 20 18 57 3675
28,41 11,73 12,33 0,54 0,49 1,55 100
Sumber :BPS Kabupaten Gorontalo, 2011
Kesadaran penduduk tentang pentingnya pendidikan ternyata masih kurang, hal ini dapat dilihat dari Tabel 1. Dari tabel tersebut diketahui, bahwa jumlah penduduk yang belum pernah sekolah/tidak tamat SD menduduki posisi pertama dengan jumlah terbanyak yaitu mencapai 44,95% dari 3675 orang atau sebesar 1.652 orang. Tingkat pendidikan SD menduduki posisi kedua dengan jumlah 1044 orang atau mencapai 28,41% dari 3675 orang, dan tingkat pendidikan Diploma merupakan tingkat pendidikan yang memiliki persentase paling sedikit hanya mencapai 0,49% dari 3675 orang atau sebanyak 18 orang.
32
Tabel 2. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan/Penggalian Kontruksi Perdagangan Transportasi Keuangan TNI/Polri Pegawai Negeri Pegawai Swasta Jasa Lainnya Jumlah
Jumlah (Orang) 496 12 25 134 46 3 11 80 58 69 934
Persentase 53,10 1,28 2,68 14,35 4,93 0,32 1,18 8,56 6,21 7,39
Sumber :BPS Kabupaten Gorontalo, 2011
Berdasarkan Tabel 2, bahwa lapangan usaha yang paling dominan di Desa Hulawa adalah pertanian, jumlahnya mencapai 53,10% dari 934 orang atau sebanyak 496 orang. Sedangkan untuk lapangan usaha keuangan adalah yang paling sedikit, dimana jumlah penduduk yang bekerja pada bidang tersebut hanya mencapai 0,32% dari 934 orang atau sebanyak 3 orang.
4.4 Keadaan Pertanian Sebagian besar petani yang ada di Desa Hulawa memanfaatkan lahan pertanian dengan menanam beberapa komoditas, dan salah satunya adalah komoditas hortikultura. Komoditas hortikultura yang sering di usahakan petani adalah tomat dan ketimun, karena tanaman ini mempunyai potensi produksi yang cukup besar yang dapat meningkatkan taraf hidup petani. Untuk menunjang kegiatan usahatani di Desa Hulawa, pemerintah memberikan bantuan berupa alatalat pertanian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
33
Tabel 3.
No 1 2 3 4 5 6
Banyaknya Alat-Alat Pertanian di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Jenis Alat Traktor Roda Dua Handsprayer Perontok Padi Gilingan Padi Pompa Air Penggilinggan jagung Jumlah
Jumlah (Unit) 9 15 11 4 1 1 41
Persentase 21,95 36,58 26,83 9,76 2,44 2,44 100
Sumber :BPS Kabupaten Gorontalo, 2011
Dengan adanya alat-alat pertanian ini, yang merupakan bantuan dari pemerintah, diharapkan dapat membantu petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Dari Tabel 3, diketahui bantuan alat pertanian yang terbanyak adalah handsprayer dimana mencapai 36,58% dari 41 unit atau sebanyak 15 unit. Dan yang paling sedikit adalah pompa air dan pengilingan jagung dimana masingmasing alat pertanian hanya mencapai 2,44% atau sebanyak 1 unit.
34
4.5 Identitas Petani Sampel Identitas petani sampel meliputi umur, pendidikan, pengalamanberusahatani dan jumlah tanggungan keluarga.Identitas petani sampel yang ditunjukkan pada Tabel 4 yang meliputi umur, pendidikan, pengalamanberusahatani dan jumlah tanggungan keluarga. Tabel 4.
No
Kisaran dan Rata-rata Umur, Tingkat Pendidikan dan Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di DesaHulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, 2012. Uraian
1. 2.
Umur Pendidikan
3.
Pengalaman Berusahatani Jumlah Tanggungan Keluarga
4.
Satuan Tahun Tahun
Rata-rata 46,96 7,14
Tahun
Kisaran 22 – 75 0 – 15 (SD-PT) 2 – 10
Orang
0–7
2,92
3,82
Sumber : Data Diolah, 2012
Pada Tabel 4, terlihat umur petani sampel rata-rata 46,96 tahun, ini menunujukkan petani yang ada di Desa Hulawa rata-rata telah produktif dalam meningkatkan usahataninya. Rat-rata tingkat pendidikan petani sampel di Desa Hulawa hanya sampai pada tingkat pendidikan SD dengan nilai rata-rata 7,14 tahun dengan kisaran lembaga pendidikan yang diikuti dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pengalaman berusaha tani secara umum rata-rata 3,82 tahun, sedangkan jumlah tanggungan keluarga rata-rata 3 orang.
35
4.5.1
Umur Petani Umur petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kemampuan petani dalam mengelola usahatani tomat.Selain itu juga bila ditinjau dari segi fisik, umur merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan produktivitas. Kisaran umur Petani sampel dapat dilihat pada Gambar 3. < 15 0 0%
> 60 11 22%
< 15 15-60 15-60 39 78%
> 60
Gambar3. Jumlah Petani Sampel Menurut Kelompok Umur di Desa Hulawa Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, 2012. Berdasarkan Gambar 3, umur petani dibagi atas 3 (tiga) kelompok yaitu : petani kurang dari 15 tahun, pada umur ini petani belum produktif dan masih dalam kisaran umur wajib sekolah, karena pada umur ini kemampuan fisik petani belum maksimal. Petani yang memiliki umur 15-60 tahun berjumlah 39 orang atau sebesar 78 %, pada umur ini petani telah produktif, karena pada umur ini kemampuan fisik petani sangat besar, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan produktivitas usahataninya. Sedangkan petani yang berumur lebih dari 60 tahun atau non produktif berjumlah 11 orang dengan presentase sebesar 22%. 4.5.2 Pendidikan Petani Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan menggambarkan daya pikir petani dalam mengelola usahataniya, sehingga tingkat pendidikan petani sampel juga merupakan salah 36
satu variabel yang perlu diperhatikan. Gambaran tingkat pendidikan petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dapat disajikan pada Gambar4. PT 1 2% SMP 2 4%
SMU 9 18%
SD SMP SMU SD 38 76%
PT
Gambar 4. Jumlah Petani Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012. Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel ratarata umumnya tamat SD mencapai 76% dari 50 orang atau sebanyak 38 orang. Tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki presentase yang paling kecil yaitu hanya sebesar 2% dari 50 orang atau sebanyak 1 orang. Tingkat pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani selain didukung oleh pengalaman dalam berusahatani. 4.5.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga adalah semua orang yang ditanggung biaya hidupnya oleh petani sampel. Adapun banyaknya tanggungan keluarga petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, dapat dilihat pada Gambar 5.
37
4-7 16 32%
0-3 0-3 34 68%
4-7
Gambar 5. Jumlah Petani Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Hulawa Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, 2012 Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa petani sampel yang memiliki tanggunggan 0-3orang yang memiliki persentase terbesar mencapai68% dari 50 orang atau sebanyak 34 orang. Sedangkan yang memiliki tanggunggan 4-7orang memiliki jumlah 16 orang atau mencapai 32%. 4.5.4 Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan usahatani.Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin banyak memiliki kemampuan dalam mengelola usahataninya. Pengalaman berusahatani petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan TelagaKabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 6.
5-10 12 24%
<5 <5 38 76%
5-10
Gambar 6.Jumlah Petani Sampel Menurut Pengalaman Berusahatani di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
38
Gambar 6 menunjukkan, bahwa lama pengalaman usahatani petani sampel kisaran kurang dari 5 tahun memiliki persentase yang paling besar yaitu mencapai 76% dari 50 orang atau sebanyak 38 orang. Lama pengalaman berusahatani menggambarkan kemampuan petani dalam mengelola usahatani tanaman tomat. 4.6
Deskripsi Usahatani Petani Sampel Usahatani dari petani sampel dilakukan pada hamparan lahan kering.
Luasan lahan tersebut ditanami berbagai komoditi, antara lain tomat, ketimun, kacang panjang, cabe rawit dan jagung. Dalam melakukaan usahatani petani tidak hanya menitikberatkan pada satu jenis usahatani saja, hal ini dilakukan petani dengan dasar pemikiran bahwa jika salah satu usahatani yang diusahakan gagal dan tidak berhasil, maka masih ada usahatani lainnya yang bisa diharapkan untuk melangsungkan kebutuhan hidup petani. Lahan yang dikelola oleh petani sampel sebagian besar merupakan lahan garap, dengan rata-rata luas lahan 27,2 are atau 0,272 ha. Masalah yang dihadapi petani khususnya dalam menjalankan usahatani tomat, pertama adalah pengangkutan hasil panen dari lokasi lahan, dimana petani harus menyewa kendaraan atau mengangkut sendiri hasil panennya, dikarenakan petani belum memiliki alat pengangkutan. Kedua, adalah masuknya produksi tomat dari daerah Manado dan daerah Palu di Gorontalo, sehingga ini akan berdampak langsung pada penghasilan yang diterima oleh petani sampel, karena harga tomat lokal menurun. Dalam ketersediaan sarana produksi seperti halnya pupuk dan obat-obatan, petani dihadapi dengan adanya keterbatasan modal, akan tetapi hal ini tidak menjadi kendala bagi petani, mereka tetap berusaha untuk menyediakannya, hal ini dilakukan agar supaya usahatani yang dijalankannya dapat memberikan hasil yang maksimal. Dalam mengelola usahataninya petani menggunakan berbagai jenis peralatan, mulai dari pengolahan tanah sampai pada saat panen dan pembersihan lahan. Adapun jenis peralatan yang dimiliki oleh petani sampel adalah cangkul, parang, bajak, handsprayer dan tembilang. Selain jenis peralatan,
39
salah satu faktor produksi yang terpenting adalah ketersediaan tenaga kerja, karena tanpa tenaga kerja siapa yang akan melakukan usahatani. Petani sampel dalam pengelolaan usahataninya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja tersebut digunakan untuk melakukan proses produksi dimana untuk pengolahan tanah dan panen petani banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga yang dibayar dengan upah tertentu. Sedangkan untuk penanaman, pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama penyakit, petani rata-rata menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Sesama petani saling bekerjasama dalam mengelola usahataninya, misalnya jika ada seorang petani akan melakukan penanaman, maka sesama anggota kelompok tani tersebut akan saling membantu atau yang di kenal dengan sistem “Huyula” yang artinya gotong royong. Pengolahan tanah pada dasarnya dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama, adalah dengan membalikkan tanah sehingga tanah yang berada pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan bajak yang ditarik oleh tenaga hewan. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama satu minggu. Setelah itu dilakukan pengolahan tanah tahap kedua. Tanah digemburkan dengan cara dicangkul. Tanah hasil pengolahan kedua dibiarkan selama satu minggu, setelah itu baru dilakukan tahap ketiga, bersamaan dengan pengolahan tanah tahap ketiga, dilakukan pemupukan dasar dengan memberikan pupuk kandang. Pada tahap ketiga, tanah yang telah diberikan pupuk kandang dicangkul dan diratakan kemudian dibuat bedeng-bedeng, disetiap sela bedeng, dibuat parit-parit atau selokan. Penanaman bibit tomat di lokasi lahan dilakukan pada pagi hari dan sore hari, pada umumnya petani melakukan penanaman bibit pada sore hari di mulai antara pukul 14.30 atau pukul 15.00 dan berakhir pada pukul 17.00, pada saat ini cuaca sudah tidak terlalu panas, sehingga tanaman tidak mudah layu. Tanaman tomat ini ditanam pada jarak tanam yang bervariasi yaitu 40 x 50 cm, 30 x 30 cm, dan 50 x 60 cm. Jarak tanam yang dilakukan oleh petani sampel tergantung juga dari ketersediaan bibit yang ada.
40
Plastik hitam perak sebagai mulsa untuk menutupi tanah telah dipergunakan oleh petani, namun di Desa Hulawa dari 50 petani sampel, hanya satu orang yang menggunakan mulsa. Penggunaan mulsa ini dilakukan untuk menjaga kondisi tanah tetap gembur dan mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu atau gulma, misalnya rumput. Mulsa palstik ini dipasang sesuai dengan ukuran bedeng, kemudian dipaku dengan belahan bambu atau kayu di keempat sisi mulsa plsatik tersebut. Pada umur tiga minggu sejak dari penanaman, biasanya petani memberi penunjang atau penopang pada tanaman tomat untuk menopang tegaknya tanaman agar tidak roboh, karena tanaman ini memiliki batang yang tidak terlalu kuat dan tumbuh menjalar. Alat penopang atau penunjang ini dinamakan ajir. Ajir dibuat dari bambu yang dibelah-belah dengan ukuran 2 cm atau 3 cm, dan panjang 1,75 m. Bagian bawah ajir dibuat runcing agar mudah penancapannya. Konstruksi ajir dibentuk palang segitiga, yaitu posisi ajir pada setiap tanaman dipasang miring sehingga ujung ajir nantinya dapat disatukan dengan ujung ajir yang berada didepan atau disebelahnya (Firmanto, 2011). Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan atau memberantas gulma atau rumput-rumput dan jenis tanaman lain yang akan mengganggu tanaman yang dibudidayakan. Pembubunan adalah meninggikan tanah disekitar tanaman. Penyiangan dan pembubunan ini biasanya dilakukan sendiri oleh petani sampel dibantu oleh satu atau dua orang sesama petani, tergantung dari kondisi luas lahan. Penyiangan dan pembubunan ini dapat dilakukan secara bersamaan. Bagi petani yang menggunakan plastik hitam perak sebagai mulsa, tidak perlu lagi melakukan penyiangan dan pembubunan, karena tanaman tercegah dari gangguan gulma dan kegemburan tanah tetap terjaga. Dalam pemupukan, petani melakukan tiga kali pemupukan. Adapun jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk ponska, pupuk ZA, pupuk urea dan pupuk cair primatan dan supratan. Pemberian pupuk disesuaikan dengan jenis
pupuk yang digunakan, pertumbuhan tanaman dan
proses budidaya.
41
Pengairan merupakan faktor penting dalam melakukan teknik budidaya. Lokasi lahan dekat dengan sumber pengairan, dimana sistem pengairan menggunakan sistem irigasi teknis, yaitu dengan pembuatan dam-dam untuk penampungan air dan pembuatan selokan-selokan untuk menyalurkan air ke areal pertanaman. Selain irigasi teknis, sumber pengairan berasal dari sumur bor dan sumur dangkal. Penyiraman tanaman dilakukan pada pagi dan sore hari. Pemberantasan hama penyakit merupakan tindakan yang dilakukan petani terhadap perlindungan tanaman dari ancaman kerusakan. Usaha yang dilakukan oleh petani tergantung dari gejala dan serangan hama penyakit, sebab setiap hama dan penyakit yang menyerang tanaman akan menimbulkan gejala yang spesifik. Pemberantasan dilakukan dengan cara menyemprot dengan menggunakan obatobatan. Dalam penggunaannya, terdapat berbagai jenis obat-obatan yang digunakan oleh petani diantaranya sidametri, klensect, sidazet, trivia, cozene. Sidametri untuk membasmi hama pada tanaman umur satu minggu sampai dengan panen, klensect untuk membasmi hama (serangan ulat) pada tanaman umur tiga minggu sampai dengan panen, dan sidazet diberikan pada saat tanaman berumur 40 hari yang berfungsi selain untuk mengendalikan ulat pada buah, juga berfungsi untuk mengkilatkan buah. Produksi merupakan hasil akhir dari usahatani yang diusahakan oleh petani. Produksi yang yang diterima oleh petani tergantung dari pemberian masukan (input) dan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani. Produksi yang dihasilkan akan berdampak langsung pada penerimaan dan keuntungan yang akan diterima oleh petani, penerimaan dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh dan harga jual. Harga jual berkisar antara Rp.5000 s.d Rp.10.000/kg. Dalam memasarkan hasil produksinya, petani sampel membawa langsung ke pasar terdekat.
42
4.7 Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Analisis fungsi produksi Cobb-douglass dapat menentukan pengaruh penggunaan faktor produksi (input), skala ekonomi usaha, dan efisiensi penggunaan input. 4.7.1
Pengaruh Penggunaan Input
Pengaruh penggunaan faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organik, dan pupuk anorganik pada usahatani tomat dapat diketahui melalui analisis fungsi produksi Cobb Douglas. Dengan analisis fungsi tersebut, melalui nilai koefisien regresi (elastisitas) dapat dilihat seberapa besar pengaruh input yang diberikan terhadap jumlah produksi (output) yang dihasilkan. Nilai elastaisitas dan pengaruh penggunaan input dan jenis input dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Elastisitas dan Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi (Input) pada Usahatani Tomat di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012. Uraian F-hitung Faktor-faktor Produksi (input) 53.043 Jenis Input (Xi) t-hitung 1. Luas lahan (X1) 2.319 2. Tenaga Kerja (X2) 1.252 3. Benih (X3) 0.829 4. Pupuk Organik(X4) 0.646 5. Pupuk Anorganik (X5) 2.384 Jumlah Koefisien Korelasi (R) = 0.92 Koefisien Determinasi (R2) = 0.85 Nilai a = 53.57
Sig. 0.000a Sig. 0.025 0.217 0.412 0.522 0.022
Nilai Elastisitas (bi) 0.480 0.153 0.097 0.093 0.283 1.106
Sumber : Data Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat hasil signifikan uji F menerangkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi atau input secara bersama-sama berpengaruh terhadap total produksi usahatani tomat. Ini berarti, bahwa penggunaan faktor-faktor produksi memberikan dampak terhadap jumlah
43
produksi. Dari Tabel 5, diperoleh persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas yang menunjukkaan hasil sebagai berikut : Y = 53,57. X10.480.X20.153 .X30.097 .X40.0938 .X50.283 Selanjutnya dari tabel tersebut, diperoleh koefisien determinasi (R2) = 0,85 yang berarti koefisien determinasi sebesar 85 persen. Artinya produksi usahatani tomat (Y) sebesar 85% secara bersama-sama dipengaruhi oleh luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organik dan pupuk anorganik, sedangkan sisanya sebesar 15% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hubungan antara produksi dan faktor produksi dapat diketahui melalui koefisien korelasi (R) yang bernilai 0,92 yang berarti memiliki hubungan yang kuat. Selanjutnya pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi dapat di ketahui dengan menggunakan uji t. Pengaruh penggunaan dari masing-masing faktor-faktor produksi adalah sebagai berikut : a.
Luas Lahan Hasil signifikan uji t menunjukkan bahwa penggunaan luas lahan
berpengaruh nyata, karena nilai sig lebih kecil dari nilai 0.05. Besaran elastisitasnya (b1) menunjukkan bahwa penambahan satu are luas lahan tanaman tomatakan memberikan tambahan produksi sebesar 0.480kilogram. b.
Tenaga Kerja Hasil
signifikan
uji
t
menunjukkan
bahwa
penggunaan
tenaga
kerjaberpengaruh tidak nyata, karena nilai sig lebih besar dari nilai 0.05.Besaran elastisitasnya (b2) menunjukkan bahwa penambahan satu HKSPakanmemberikan tambahan produksi sebesar 0.153kilogram. c.
Benih Berdasarkan hasil signifikan uji t menunjukkan bahwa penggunaan
benihberpengaruh tidak nyata, karena nilai sig lebih besar dari nilai 0.05.Besaran elastisitasnya
(b3)
menunjukkan
bahwa
penambahan
satu
benihakanmemberikan tambahan produksi sebesar 0.097 kilogram.
44
kilogram
d.
Pupuk Organik Hasil
signifikan
uji
t
menunjukkan
bahwa
penggunaan
pupuk
organikberpengaruh tidak nyata, karena nilai sig lebih besar dari nilai 0.05, Besaran elastisitasnya (b4) menunjukkan bahwa penambahan satu kilogram pupuk organikakanmemberikan tambahan produksi sebesar 0.093kilogram. e.
Pupuk Anorganik Hasil signifikan uji t menunjukkan bahwa penggunaan pupuk anorganik
berpengaruh nyata, karena nilai sig lebih kecil dari nilai 0.05. Besaran elastisitasnya (b5) menunjukkan bahwa penambahan satu kilogram pupuk anorganikakanmemberikan tambahan produksi sebesar 0.283kilogram. 4.7.2
Skala Ekonomi Usaha Berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas pada usahatanitomattersebut,
maka skala ekonomi usaha petani sampel pada usahatani tomatdapat ditentukan dengan menjumlahkan nilai elastisitas (b1 + b2 + b3 + b4 + b5). Tabel 5, menunjukkan bahwa nilai dari besaran elastisitas (b = 1,106), yang berarti nilai tersebut lebih besar dari satu. Dengan demikian skala ekonomi usaha petani sampel pada usahatani tomat diHulawa berada pada skala “Increasing Return To Scale” (kenaikan hasil yang semakin bertambah). Artinya bahwa setiap penambahan satu satuan input akan memberikan tambahan produksi sebesar 1,106 kilogram tomat. Lebih jelasnya, kisaran daerah dan skala produksi tomat petani sampel di Desa Hulawa dapat dilihat pada Gambar 7.
45
Y TP Produksi Tomat
Daerah III
Daerah I
Daerah II
X (Faktor Produksi) Increasing Return to Scale
Decreasing Return to Scale
Produksi Tomat
Negatife Return to Scale PM = AP
AP
0 < EP < 1
EP > 11.106
EP = 1
PM = 0
EP<0
X (Faktor Produksi) PM
Gambar 7. Kisaran Daerah dan Skala Produksi Tomat Petani Sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga 4.7.3 Efisiensi Penggunaan Input Efisiensi penggunaan faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organik,dan pupuk anorganik responden pada usahatani tomat di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 6.
46
Tabel 6. Perhitungan Efisiensi Ekonomi Usahatani Tomat di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Faktor Produksi Luas Lahan (X1) Tenaga Kerja (X2) Benih (X3) Pupuk Organik (X3) Pupuk Anorganik (X5) Produksi (Y) 2.907 Harga Tomat (Py) 7.000
RataRata Input
Koefisien Regresi (bi)
Harga Input (Pxi)
PMxi (Produk Marginal)
27,2 32,14 44 96,8 45
0,480 0,153 0,097 0,093 0,283
148.000 50.000 18.500 2.500 2.300
21,75 5,86 3,40 2,72 10,78
NPMxi (Nilai Produk Marginal 152.250 41.020 23.800 19.040 75.460
NPMxi/Pxi 1,02 0,82 1,28 7,62 32,81
Sumber : Data Diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 6, hasil perhitungan rasio NPMxi dan Pxi pada masingmasing faktor produksi tidak ada yang sama dengan satu, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi belum mencapai efisien. Hasil perhitungan nilai optimumnya dapat di lihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Optimum Faktor Produksi Usahatani Tomat di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Faktor Produksi
Nilai Optimum
Luas Lahan (X1) 27,744 Tenaga Kerja (X2) 26,37 Benih (X3) 56,32 Pupuk Organik (X3) 737,62 Pupuk Anorganik (X5) 1476,45 Produksi (Y) 2.907 Harga Tomat (Py) 7.000
Koefisien Regresi (bi)
Harga Input (Pxi)
PMxi (Produk Marginal)
0,480 0,153 0,097 0,093 0,283
148.000 50.000 18.500 2.500 2.300
21,25 7,14 2,64 0,36 0,33
NPMxi (Nilai Produk Marginal 148.000 50.000 18.500 2.500 2.300
NPMxi /Pxi 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Sumber : Data Diolah, 2012.
Tabel 7 merupakan tabel yang menunjukkan nilai optimum faktor produksi yang dapat mencapai efisiensi. Efisiensi dari penggunaan masing-masing faktor produksi dapat dilihat pada penjelasan berikut ini : a.
Luas Lahan Rata-rata luas lahan yang digunakan untuk usahatani tomat di Desa Hulawa
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo hanya 27,2 Are sehingga diperoleh nilai
47
efisiensi 1,02. Nilai efisiensi yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi luas lahan belum efisien, sehingga penggunaannya perlu ditambah. Daniel (2006), mengatakan dalam usahatani, pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usahatani yang dijalankan. Sebaliknya semakin luas lahan yang diusahakan semakin besar produksi yang didapatkan. Berdasarkan Tabel 7, hasil penelitian menunjukkan nilai optimum luas lahan yang dapat mencapai efisiensi adalah sebesar 27,744 Are, dengan luas lahan tersebut akan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. b.
Tenaga Kerja Rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani tomat di Desa
Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo adalah 32,14 HKSP (Hari Kerja Setara Pria) sehingga diperoleh nilai efisiensi 0,82. Nilai efisiensi yang lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja tidak efisien, penggunaan tenaga kerja dalam usahatani tomat terlalu banyak, sehingga penggunaannya perlu dikurangi. Analisis hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 7, menunjukkan nilai optimum tenaga kerja yang dapat mencapai efisiensi adalah sebesar 26,37 HKSP. c.
Benih Firmanto (2011), dalam usahatani penggunaan benih unggul sangat
menunjang keberhasilan produksi dan keberhasilan dalam perolehan pendapatan, sebab dengan menanam benih yang unggul akan diperoleh hasil yang tinggi, baik bobot buahnya maupun kualitasnya. Banyaknya bibit yang digunakan dipengaruhi oleh jarak tanam. Rata-rata jumlah bibit yang digunakan petani pada usahatani tomat Di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo adalah 44 gram sehingga diperoleh nilai efisiensi 1,28. Nilai efisiensi yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi benih belum efisien, sehingga penggunaannya perlu ditambah. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 7, menunjukkan nilai optimum benih yang dapat mencapai efisiensi sebesar 56,32 gram.
48
d.
Pupuk Organik Pupuk organik sangat baik diberikan sebagai pupuk dasar karena dapat
memperbaiki sifat tanah, sifat kimia tanah, sifat biologis tanah. Jumlah pupuk organik yang digunakan bervariasi, rata-rata pupuk organik yang digunakan petani pada usahatani tomat di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo adalah 96,8 kilogram dengan nilai efisiensi adalah sebesar 7,62. Nilai efisiensi yang lebih besar menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa pupuk organik belum efisien, sehingga penggunaannya perlu ditambah. Berdasarkan Tabel 7, diketahui nilai optimum untuk pupuk organik yang dapat mencapai efisiensi sebesar 737,62 kilogram. e.
Pupuk Anorganik Pupuk ini berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah
melalui proses produksi, sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman (Anonim, 2007). Pupuk anorganik yang digunakan terdiri dari tiga jenis pupuk yaitu pupuk ponska, pupuk ZA, dan pupuk urea. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui petani banyak menggunakan pupuk ponska dengan ratarata penggunaan pupuk ponska sebesar 45 kilogram dengan nilai efisiensi 32,81. Petani sampel walaupun mengalami kendala pada keterbatasan biaya, mereka tetap berusaha untuk menyediakan saprodi demi kelangsungan hidup tanaman, agar diperoleh hasil yang maksimal. Nilaiefisiensi menunjukkan bahwa penggunaan pupuk ponska belum efisien, sehingga penggunaannya perlu ditambah. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 7, menunjukkan nilai optimum untuk pupuk anorganik yang dapat mencapai efisiensi sebesar 1476,45 kilogram.
4.8 Analisis Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Analisis biaya digunakan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani, biaya usahatani tomat meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi dengan harga komoditi, sedangkan pendapatan bersih (keuntungan) berasal dari selisih antara penerimaan dan total biaya produksi yang dikeluarkan.
49
4.8.1 Biaya Usahatani Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses usahataninya pada satu masa produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani tomat terdiri atas duajenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit (Soekartawi, 1995). Dalam penelitian ini yang termasuk dalam biaya tetap adalah penyusutan alat, pajak lahan, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Secara lengkap biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi usahatani tomat dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya TetapUsahatani TomatDalam Satu Masa Produksi di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012. No
Jenis Biaya Tetap
1. 2. 3.
Penyusutan Alat Pajak Lahan Upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Total Biaya Tetap
Nilai Biaya (Rp) 57.358,76 14.510
Nilai Biaya/ha (Rp) 210.877,79 53.345,59
1.417.850 1.489.718,76
5.212.683,82 5.476.907,28
Pers. (%) 3,85 0,99 95,16 100
Sumber : Data Diolah, 2012
Hasil analisis data menunjukkan total dari biaya tetap petani sampel adalah sebesar Rp.1.489.718,76/musim tanam atau sebesar Rp.5.476.907,28/ha/musim tanam. Berdasarkan Tabel 8, nilai biaya yang paling besar dalam biaya tetap adalah upah tenaga kerja dalam keluarga dengan nilai sebesar Rp.1.417.850 atau mencapai 95,16% dari total biaya tetap sebesar Rp.1.490.018,76. Upah tenaga kerja dalam keluarga diperoleh dari hasil perkalian antara upah minimum regional dengan jumlah HKSP. Upah minimum adalah Rp. 50.000 per hari.Dalam mengelola usahataninya, petani banyak menggunakan jenis tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja tersebut digunakan untuk kegiatan
pengolahan tanah,
penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberatasan hama penyakit dan panen. Tenaga kerja tersebut rata-rata terdiri dari priadimana tenaga kerja pria dalam satu hari dinyatakan dalam 1 HKSP (Hari Kerja Setara Pria).
50
Dalam mengelola usahataninya, petani menggunakan peralatan selama proses produksi mulai dari pengolahan tanah, penyiangan, pemupukan, penyemprotan sampai saat panen. Nilai penyusutan merupakan nilai baru yang dikurangi nilai sekarang dibagi dengan lama pemakaian. Dari Tabel 8, nilai biaya penyusutan alat mencapai 3,85% dari total biaya tetap atau sebesar Rp.57.358,76. Dan untuk pajak lahan mempunyai nilai biaya sebesar Rp.14.510 atau mencapai 0,99% dari total biaya tetap sebesar Rp.1.490.018,76. Biaya untuk pembelian benih, pupuk organik, pupuk ponska, pupuk ZA, pupuk urea, jenis obat-obatan yang terdiri dari sidametri dan klensect,biaya ajir, biaya mulsa serta upah tenaga kerja luar keluarga dan upah panenmerupakan jenis biaya yang termasuk dalam biaya variabel. Besarnya biaya variabel secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya VariabelUsahatani TomatDalam Satu Masa Produksi di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012. No
Jenis Biaya
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Benih Pupuk Organik Pupuk Ponska Pupuk ZA Pupuk Urea Primatan Supratan Sidametri Klensect Sidazeb Tripia Cozene Biaya Ajir Biaya Mulsa Tenaga Kerja upah Upah 1 Panen Total Biaya Variabel
Nilai Biaya (Rp) 814.000 242.000 103.500 36.900 19.200 6.000 32.900 79.275 121.444 112.230 122.400 46.200 1.150.600 13.000 376.900 1.030.700 4.307.249
Nilai Biaya/ha (Rp) 2.992.647,06 889.705,88 380.514,71 135.661,76 70.588,24 22.058,82 120.955,88 291.452,21 446.485,29 412.610,29 450.000,00 169.852,94 4.230.147,06 47.794,12 1.385.661,76 3.789.338,24 1 15.835.474,26
Pers. (%) 18,90 5,62 2,40 0,86 0,45 0,14 0,76 1,84 2,82 2,61 2,84 1,07 26,71 0,30 8,75 23,93 100
Sumber : Data Diolah, 2012
Dari Tabel 9, menunjukkan total biaya keseluruhan untuk biaya variabel dalam satu masa produksi adalah sebesar Rp.4.307.249/musim tanam atau sebesar Rp.15.835.474,26/ha/musim tanam. Biaya untuk pembelian benih yang dikeluarkan
51
oleh petani rata-rata sebesar Rp.814.000 atau mencapai 18,90% dari total biaya. Setiap petani mengeluarkan biaya sebesar Rp.18.500/gram untuk setiap pembelian benih, varietas benih yang digunakan adalah varietas timoti. Menurut Firmanto (2011), pupuk organik sangat baik diberikan sebagai pupuk dasar karena dapat memperbaiki sifat tanah, sifat kimia tanah, sifat biologis tanah, dan dapat menambah kandungan unsur hara makro dan unsur hara mikro. Pupuk organik yang digunakan oleh petnai responden adalah pupuk kandang. Dalam penggunaan pupuk organik petani mengeluarkan biaya sebesar Rp.2.500/kilogram. Dari Tabel 9, biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian pupuk organik sebesar Rp.242.000 atau mencapai 5,62% dari total biaya. Jenis pupuk anorganik yang digunakan oleh petani terdiri dari pupuk ponska, pupuk ZA, dan pupuk Urea. Dari ketiga jenis pupuk anorganik ini yang paling banyak digunakan oleh petani sampel adalah pupuk ponska. Setiap pembelian pupuk ponska, petani mengeluarkan biaya sebesar Rp.2.300/kilogram. Besaran biaya pupuk ponska yang ditunjukkan pada Tabel 13, rata-rata mencapai 2,40% dari biaya total atau sebesar Rp. 103.500. Penggunaan pupuk ZA, setiap petani sampel mengeluarkan biaya sebesar Rp.1.800/kilogram, sehingga biaya rata-rata mencapai 0,86% dari biaya total atau sebesar Rp.36.900, dan untuk penggunaan
pupuk
urea
petani
sampel
mengeluarkan
biaya
sebesar
Rp.1.600/kilogram, sehingga besaran biaya rata-rata mencapai 0,45% dari total biaya atau sebesar Rp.19.200. Dan untuk penggunaan pupuk cair, petani menggunakan dua jenis pupuk cair yaitu primatan, dimana jenis pupuk ini dari 50 responden hanya satu orang petani sampel yang menggunakan dengan nilai biaya mencapai 0,14% atau sebesar Rp. 6.000 dari total biaya. Dan untuk petani sampel sebanyak 49 orang rata-rata menggunakan jenis pupuk cair supratan, hal ini dikarenakan biaya pupuk terhitung murah, setiap pembelian petani mengeluarkan biaya sebesar Rp.25.000/liter, sehingga biaya rata-rata mencapai 0,76% dari total biaya atau sebesar Rp. 32.900. Disamping pemberian pupuk, petani juga menggunakan berbagai jenis obatobatan untuk pengendalian hama dan penyakit. Dalam penggunaan sidametri petani mengeluarkan biaya sebesar Rp.35.000/liter, sehingga besaran biaya untuk
52
pembelian sidametri rata-rata mencapai 1,84% dari total biaya atau sebesar Rp.79.275.
Penggunaan
klensect,
petani
mengeluarkan
biaya
sebesar
Rp.97.000/liter, sehingga nilai besaran biaya untuk pembelian jenis obat ini ratarata mencapai 2,82% dari total biaya atau sebesar Rp.121.444. Dalam penggunaan sidazeb, setiap petani mengeluarkan biaya sebesar Rp.87.000/kg, sehingga biaya rata-rata mencapai 2,61% atau sebesar Rp.112.230 dari total biaya. Selanjutnya untuk penggunaan jenis obat tripia, setiap pembelian obat-obatan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 600/gram dan Rp.600.000/kg sehingga nilai besaran biaya mencapai 2,84% atau sebesar Rp.122.400 dai total biaya. Dan untuk penggunaan jenis obat cozene, setiap pembelian obat-obatan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 200/gram dan Rp.200.000/kg sehingga nilai besaran biaya mencapai 1,07% atau sebesar Rp.46.200 dari total biaya. Dari Tabel 9, pembelian mulsa rata-rata mencapai 0,30% atau sebesar Rp.13.000 dari total biaya, dari 50 orang petani sampel hanya satu orang yang menggunakan mulsa. Mulsa ini merupakan plastik hitam perak yang digunakan sebagai penutup tanah yang bermanfaat untuk melindungi tanah dari teriknya cahaya matahari sehingga dapat mengurangi penguapan air tanah dan untuk menjaga kelembapan dan suhu tanah. Dari biaya variabel, biaya untuk pembelian ajir merupakan biaya yang paling besar, di mana nilai besaran biaya mencapai 26,71% dari total biaya atau sebesar Rp.1.150.600. Setiap pembelian, petani mengeluarkan biaya Rp.200/ajir. Besar kecilnya biaya ajir yang dikeluarkan oleh petani tergantung dari keadaan luas lahan dan jumlah populasi tanaman. Selain tenaga kerja dalam keluarga, biasanya petani juga dalam usahataninya memerlukan tenaga kerja tambahan, tenaga kerja tambahan ini dinamakan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga ini dibayar dengan upah tertentu. Tenaga kerja luar keluarga ini paling banyak digunakan pada proses pengolahan tanah, karena petani yang ada di Desa Hulawa tidak memiliki alat pengolahan tanah, sehingga petani harus menyewa tenaga kerja luar keluarga. Dari Tabel 9, menunjukkan rata-rata biaya upah tenaga kerja luar keluarga mecapai 8,75% dari atau sebesar Rp. 376.900 dari total biaya. Panen merupakan hasil akhir dari usahatani, pada saat panen petani juga memerlukan tenaga kerja tambahan yang
53
dibayar dengan upah tertentu.Upah panen rata-rata mencapai 23,93% dari total biaya atau sebesar Rp.1.030.700 dari total biaya. Berdasarkan perhitungan dari masing-masing biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel, maka dapat dihitung total biaya secara keseluruhan yang dikeluarkan oleh petani sampel selama satu proses produksi, yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya TotalUsahatani TomatDalam Satu Masa Produksi di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012. No
Jenis Biaya
1. 2.
Biaya tetap Biaya variabel Total Biaya
Nilai Biaya (Rp)
Nilai Biaya/ha (Rp)
Pers. (%)
1.489.718,764. 307.249 5.796.967,76
5.476.907,2115. 835.474,26
25,70 74,30 100
21.312.381,47
Sumber : Data Diolah, 2012
DariTabel 10 diatas, menunjukkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh
petani
sampel
adalah
Rp.1.489.718,76/musim
tanam
atau
Rp.5.476.907,21/ha/musim tanam dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani sampel
adalah
sebesar
Rp.4.307.249/musim
tanam
atau
sebesar
Rp.15.835.474,26/ha/musim tanam, sehingga diperoleh biaya total yang dikeluarkan petani sampel rata-rata Rp.5.796.967,76/musim tanam atau sebesar Rp. 21.312.381,47/ha/musim tanam. 4.8.2 Penerimaan Dan Pendapatan Usahatani Penerimaan merupakan nilai uang yang diperoleh dari hasil produksi dikalikan dengan harga komoditi, sedangkan pendapatan merupakan hasil pengurangan antara penerimaan kotor yang diterima oleh petani dengan biayabiaya produksi yang dikeluarkan selama proses usahatani. Penerimaan yang diterima oleh petani tomatsangat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga yang didapatkan oleh petani. Dari hasil penelitian, rata-rata produksi tomat yang dihasilkan petani sampel selama ± 3 bulan mencapai 2.907/kg/musim tanam dengan harga rata-rata
54
Rp.7.000/kg dengan kisaran harga Rp. 5.000 sampai dengan 10.000/kilogram. Nilai penerimaan dan pendapatan bersih dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Rata-rata dari Usahatani Tomat Petani sampel Di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012. No 1 2
Uraian Penerimaan Biaya 1 Total Pendapatan Bersih (1-2)
Nilai (Rp) 20.824.000,00 5.796.967,761 15.027.032,24
Nilai/Ha (Rp) 76.558.823,52 21.312.381,47 55.245.339,11
Sumber : Data Diolah, 2012
Pada umumnya, tujuan akhir dari usahatani adalah untuk memperoleh pendapatan dan tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya. Semangat petani untuk meningkatkan hasilnya atau kualitas produksinya akan terjadi selama harga produk berada diatas biaya produksi. Berdasarkan Tabel 11, diketahui rata-rata penerimaan total usahatani adalah Rp.20.824.000/musim tanam atau sebesar Rp.76.558.823,52/ha/musim tanam, sedangkan pendapatan bersih atau keuntungan dari usahatani tomat yang diperoleh petani sampel adalah Rp.15.026.732,24/musim tanam atau sebesar Rp.55.245.339,11/ha/musim tanam. 4.8.2
R/C Ratio Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan R/C Ratio. R/C
Ratio ini untuk mengetahui apakah usahatani tomat petani sampel menguntungkan atau tidak. Adapun analisis keuntungan petani sampel adalah sebagai berikut : R/C RATIO = =
TR TC
20.824.000 5.796.967,76
R/C RATIO= 3,59 Berdasarkan perhitungan R/C Ratio dengan nilai 3,59 dapat disimpulkan bahwa usahatani tomat di Desa Hulawa berada pada posisi menguntungkan, karena nilai R/C Ratio yang diperoleh lebih besar dari 1, artinya bahwa setiap pengeluaran 1 rupiah dapat memberikan penerimaan sebesar 3,59 rupiah.
55