BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah
organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme awal saat penebaran yang dinyatakan dalam bentuk persen dimana semakin besar nilai persentase
menunjukkan makin banyak organisme
yang
hidup selama
pemeliharaan (Effendi 1997).Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan organisme budidaya untuk hidup. 100
83,33a
Kelangsungan Hidup (%)
90 80
88,33a
81,67a
71,67a
70 60 50 40 30 20 10 0 0
2.5 5 Konsentrasi Probiotik (mg/L)
7.5
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BergandaDuncan pada taraf 5 %
Gambar 8. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Udang Galah Selama Penelitian Hasil analisis statistik kelangsungan hidup udang galah (Gambar 8 dan Lampiran 3) menunjukkan bahwa antara perlakuan kontrol (tanpa penambahan probiotik) dengan perlakuan yang diberi tambahan probiotik tidak berbeda nyata pada taraf 5% terhadap kelangsungan hidup udang galah. Hal ini diduga akibat rendahnya padat penebaran udang galah selama penelitian, sehingga udang memiliki ruang gerak yang luas dan persaingan yang sedikit. Dengan tingginya padat penebaran maka persaingan oksigen akan meningkat sehingga dapat
22
23
mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dari udang galah. Pada setiap perlakuan parameter kualitas air seperti suhu (23-25°C), derajat keasaman (6,7757,525), oksigen terlarut (4,3-6,175 mg/L) dan amonia (0,003-0,0825 mg/L) memiliki rentang nilai pada kisaran yang masih layak untuk pemeliharaan udang galah. Selain itu pemberian pakan disesuaikan dengan proporsi yang telah ditentukan dengan kandungan protein 38% pada setiap perlakuan sehingga nutrisi untuk udang galah tercukupi dan sesuai SNI. Hal tersebut memberikan nilai nutrisi yang layak pada pemeliharaan udang galah serta dapat membantu kelangsungan hidup udang galah sehingga tidak ada perbedaan antar perlakuan. Berdasarkan hasil pengamatan, kelangsungan hidup udang galah pada media pemeliharaan yang diberi perlakuan kontrol dan probiotik memiliki nilai persentase yang berbeda-beda. Dapat dilihat bahwa pada perlakuan A (kontrol) tanpa penambahan probiotik pada media pemeliharaan menghasilkan persentase kelangsungan terendah dibandingkan dengan perlakuan media pemeliharaan yang diberi tambahan probiotik yaitu 71,67%±8,39. Perlakuan C (5 mg/L) dengan penambahan probiotik pada media pemeliharaan menghasilkan persentase kelangsungan hidup paling tinggi dan nilai deviasi terkecil yaitu 88,33%±3,33 sehingga dapat dikatakan perlakuan yang paling maksimal dibandingkan perlakuan B (2,5 mg/L) dan D (7,5 mg/L) yaitu 83,33%±8,61 dan 81,67%±11,38. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasanudin (2011) bahwa penambahan probiotik tepung 5 mg/L pada petak pendederan post larva udang windu menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi yaitu 63,40%. Salah
satu
faktor
yang
dapat
menyebabkan
penurunan tingkat
kelangsungan hidup udang galah yaitu faktor lingkungan. Udang galah sangat rentan terhadap kualitas media pemeliharaan yang kurang baik. Diduga pada perlakuan C (5 mg/L), bakteri yang terkandung dalam probiotik tersebut dapat bekerja secara optimal dalam mengurai amonia sehingga kualitas air dapat tetap terjaga. Penggunaan bakteri probiotik ke dalam media pemeliharaan dapat mengubah komposisi bakteri di dalam air dan sedimen sehingga dapat memperbaiki beberapa parameter kualitas air dan meningkatkan kelangsungan hidup ikan dan udang (Iskandar 2010).
24
4.2
Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, berupa panjang atau berat
dalam waktu tertentu. Menurut Effendi (1997) pertumbuhan terjadi karena adanya kelebihan input energi dan protein yang berasal dari pakan. Kelebihan input energi tersebut digunakan oleh tubuh untuk metabolisme, gerak, reproduksi, dan menggantikkan sel-sel yang rusak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik pada media pemeliharaan udang galah memberikan respon baik pada pertumbuhan udang galah terlihat dari peningkatan bobot rata-rata udang galah seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan (Gambar 9). 4
Laju Pertumbuhan (%)
3.5 3 2.5
A (Kontrol)
2
B (2,5 mg/L) C (5 mg/L)
1.5
D (7,5 mg/L)
1 0.5 0 0
2
4 Minggu Ke-
6
8
Gambar 9. Grafik Laju Pertumbuhan Udang Galah Selama Penelitian Berdasarkan grafik diatas pada minggu ke-1 dan ke-2 belum mengalami perbedaan, hal ini diduga udang galah masih dalam kondisi penyesuaian atau aklimatisasi dan bakteri probiotik belum bekerja secara optimal. Padaminggu ke-3 hingga minggu ke-6, bobot rata-rata udang galah mengalami peningkatan seiring lamanya waktu pemeliharaan. Hal ini diduga bakteri yang terkandung dalam probiotik meningkatkan kecernaan bahan makanan dalam tubuh udang sehingga pakan dan probiotik yang diberikan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada grafik terlihat perlakuan A (kontrol) tanpa penambahan bakteri probiotik memiliki
25
nilai persentase paling rendah, sedangkan perlakuan C (penambahan probiotik 5 mg/L) memiliki nilai persentase paling tinggi. Hasil analisis (Gambar 10) menunjukkan perbedaan nyata (α < 0,5) pada media pemeliharaan tanpa penambahan probiotik (kontrol) dengan media pemeliharaan yang ditambahkan probiotik. Namun, tidak berbeda nyata (α> 0,5) antar perlakuan yang diberi penambahan probiotik 2,5mg/L, 5mg/L dan 7,5 mg/L. Rentang nilai laju pertumbuhan harian udang galah antar perlakuan selama penelitian berkisar 1,08%-1,75%. 2
1,75b
Laju Pertumbuhan (%)
1.8
1,55b
1,59b
1.6 1.4 1.2
1,08a
1 0.8
0.6 0.4 0.2 0 0
2.5 5 7.5 Konsentrasi Probiotik (mg/L) Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Berganda Duncan pada taraf 5 %
Gambar 10. Grafik Laju Pertumbuhan Udang Galah Selama Penelitian Pada perlakuan A (kontrol), nilai persentase laju pertumbuhan paling rendah yaitu 1,08%±0,28. Hal ini diduga tidak adanya penambahan bakteri probiotik yang masuk dan hidup didalam saluran pencernaan yang mampu menyeimbangkan bakteri menguntungkan dan bakteri patogen dalam proses penyerapan makanan sehingga banyak nutrisi yang terbuang menjadi feses. Oleh karena itu nutrisi pakan tersebut kurang mencukupi untuk meningkatkan pertumbuhan udang galah. Dengan demikian energi yang diperlukan untuk proses metabolisme cukup tinggi karena tidak adanya bantuan bakteri probiotik yang mampu menghasilkan enzim protease dalam menghidrolisis protein sehingga pertumbuhan udang galah tidak maksimal. Kandungan amonia pada perlakuan
26
kontrol memiliki nilai tinggi yang berakibat pada nafsu makan udang galah yang terganggu akibatnya nutrisi yang diperlukan udang galah tidak terpenuhi sehingga pertumbuhan udang kurang maksimal. Pada perlakuan B (2,5 mg/L), perlakuan C (5 mg/L) dan perlakuan D (7,5 mg/L) tidak berbeda nyata, namun perlakuan C (5 mg/L) memiliki nilai persentase tertinggi yaitu 1,76%±0,38 sesuai dengan hasil penelitian Hasanudin (2011) bahwa penambahan probiotik tepung 5 mg/L pada petak pendederan post larva udang windu menghasilkan pertumbuhan tertinggi yaitu 0,0438 g. Hal tersebut diduga karena adanya bakteri Bacillus sp. yang masuk dan hidup dalam saluran pencernaan yang meningkat sejalan dengan probiotik yang diberikan. Bakteri tersebut dapat menghasilkan enzim protease yang dapat menghidrolisis protein pakan menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu asam amino dan mudah dicerna oleh tubuh udang galah. Asam amino ini digunakan untuk memperbanyak diri. Protein sangat dibutuhkan oleh udang untuk pertumbuhan dan sebagai sumber energi(Irianto 2003). Energi yang dipergunakan untuk proses metabolisme rendah karena adanya bantuan bakteri probiotik yang mampu menghasilkan enzim protease dalam mengurai protein sehingga penyerapan nutrisi maksimal. Dengan demikian sisa energi akan dimanfaatkan oleh udang galah untuk pertumbuhannya sehingga pertumbuhan udang galah yang diberi tambahan probiotik dapat tumbuh cepat dan maksimal. Peningkatan penyerapan protein pakan serta aktivitas enzim yang dihasilkan bakteri probiotik yang maksimum dalam tubuh akan menghasilkan pertumbuhan baik yang ditunjukkan dengan penambahan bobot dari udang galah. Irianto (2003), menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan produk probiotik dalam meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan yaitu keberadaan bakteri probiotik pada saluran pencernaan ikan.Selain itu, bakteri tersebut dapat mendominasi di saluran pencernaan ikan dan bakteri-bakteri patogen akan berkurang keberadaannya sehingga ikan akan memanfaatkan bakteri baik tersebut untuk tumbuh dan ikan menjadi sehat.
27
bagian tubuh
Gambar 11. Proses Pergantian Kulit (Moulting) Udang Galah Pertumbuhan pada udang terlihat dari proses pergantian kulit atau moulting. Pada saat penelitian terjadi proses pergantian kulit seperti pada Gambar 11. Proses pergantian kulit terjadi setiap udang galah mengalami perkembangan tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniasih (2008) bahwa untuk meningkatkan ukuran dan bobot tubuh udang, diperlukan proses pergantian kulit (moulting) secara periodik. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan udang galah yang optimal yaitu lingkungan seperti parameter kualitas air media pemeliharaannya. Selama penelitian suhu air cukup stabil (23-25°C) kisaran ini memenuhi persyaratan untuk pemeliharaan udang galah yang baik. Derajat keasaman (pH) berkisar (6,775-7,525) kisaran ini masih dalam kisaran optimal. Oksigen Terlarut (DO) berkisar antara 4,3–6,175 mg/L, kisaran ini masih memenuhi persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan udang galah yaitu minimal 4 mg/l air (Khairuman dan Amri 2004). Konsentrasi amonia (0,003-0,006 mg/L) yang terkandung memiliki nilai terendah sehingga kualitas air berada pada kondisi yang baik, dengan demikian akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan udang galah sehingga pakan dapat dioptimalkan sesuai dengan proporsi yang diberikan dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan udang galah.
28
Laju Pertumbuhan (%)
2.50 y = -0.025x2 + 0.261x + 1.069 R² = 0.537
2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
0
2 4 6 Konsentrasi Probiotik (mg/L)
8
Gambar 12. Grafik Regresi Laju Pertumbuhan Udang Galah Berdasarkan hasil analisis regresi (Lampiran 6),menghasilkan kurva kuadratik dengan persamaan y=-0,0257x2+0,2619x+1,0696. Dengan nilai determinasi R²=0,5372 dan R (korelasi) 0,7329 artinya pengaruh penambahan probiotik carrier zeolit terhadap laju pertumbuhan harian udang galah sebesar 73,3%.Nilai optimum penambahan probiotikcarrier zeolityaitu Xopt = 5,038 mg/L tidak jauh berbeda dengan prlakuan C (5 mg/L) yang menghasilkan laju pertumbuhan sebesar 1,75%.
29
4.3
Efisiensi Pemberian Pakan Efisiensi pemberian pakan adalah perbandingan antara bobot tubuh yang
dihasilkan dengan jumlah pakan yang diberikan selama penelitian. Efisiensi pemberian pakan berbanding lurus dengan pertambahan bobot tubuh, sehingga makin tinggi nilai efisiensi pemberian pakan berarti semakin efisien ikan memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk pertumbuhan (Djadjasewaka 1985). Hasil analisis (Gambar 13) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (α < 0,5) pada media pemeliharaan tanpa penambahan probiotik (kontrol) dengan media pemeliharaan yang ditambahkan probiotik, namun tidak berbeda nyata (α > 0,5) antar perlakuan yang diberi penambahan probiotik 2,5 mg/L; 5 mg/L; dan 7,5 mg/L.
Efisiensi Pemberian Pakan (%)
45
38,86b
40
32,93b
33,55b
35 30 25
21,79a
20 15 10 5 0 0
2.5 5 Konsentrasi Probiotik (mg/L)
7.5
Keterangan :Nilai yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Berganda Duncan pada taraf 5 %
Gambar 13. Grafik Efisiensi Pemberian Pakan Udang Galah Selama Penelitian Perlakuan A (kontrol) tanpa penambahan probiotik berbeda nyata dengan perlakuan lain dan memiliki nilai EPP paling rendah 21,79%±5,88. Hal ini diduga karena tidak adanya penambahan bakteri probiotik yang dapat membantu penguraian nutrisi yang terkandung pada pakan yang diberikan sehingga penyerapan nutrisi oleh tubuh udang galah terhadap pakan kurang baik, nutrisi pakan tersebut akan ikut terbuang menjadi feses yang berdampak pada kualitas air yang menurun sehingga amonia meningkat. Peningkatan amonia akan
30
berpengaruh terhadap nafsu makan udang galah yang terganggu sehingga pakan yang diberikan tidak dimanfaatkan dengan optimal dan kecernaan terhadap makanan akan menurun. Pada perlakuan yang ditambahkan probiotik menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Namun, perlakuan C (5 mg/L) memiliki nilai EPP yang paling tinggi 38,86% dibandingkan perlakuan B (2,5 mg/L) dan perlakuan D (7,5 mg/L). Hal tersebut diduga bakteri Bacillus sp. yang terkandung dalam probiotik mampu menghasilkan enzim protease yang dapat meningkatkan pemanfaatan protein pakan, karena enzim protease mampu menghidrolisis protein menjadi asam amino dan meningkatkan penyerapan protein, sehingga tingkat efisien pemberian pakan meningkat.Menurut Ochoa dan Olmos (2010), bakteri dari golongan Bacillus sp. memiliki enzim protease yang tinggi dan mampu memanfaatkan protein yang terdapat pada pakan tambahan pada pemeliharaan udang. Probiotik masuk ke dalam usus ikan kemudian membantu proses pencernaan sehingga kencernaan meningkat. Kecernaan terhadap pakan meningkat selanjutnya pakan akan lebih efisien dimanfaatkan oleh ikan karena nutrisi pakan akan mudah terserap oleh tubuh yang selanjutnya retensi protein akan meningkat akibat dari penyerapan nutrisi pakan (Setiawati J.E dkk 2013).Peningkatan daya cerna bermakna pula pada semakin tingginya nutrien yang tersedia untuk diserap tubuh, sehingga protein tubuh dan pertumbuhan meningkat.NRC (1993) menyatakan bahwa perubahan kualitas bahan yang disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba, mengakibatkan perubahan kimia dari senyawa yang bersifat kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif terhadap nilai kecernaan pada ikan. Faktor lain yang berpengaruh yaitu lingkungan, selama penelitian kualitas air memenuhi persyaratan pemeliharaan udang galah yang optimal sehingga berpengaruh terhadap efisiensi pakan yang meningkat seiring bertambahnya waktu pemeliharaan.
31
Efisiensi Pemberian Pakan (%)
60 y = -0.657x2 + 6.583x + 21.48 R² = 0.536
50 40 30 20
10 0 0
2 4 6 Konsentrasi Probiotik (mg/L)
8
Gambar 14. Grafik Regresi Efisiensi Pemberian Pakan Udang Galah Berdasarkan hasil Analisis Regresi (Lampiran 9),menghasilkan kurva kuadratik dengan persamaan y = -0,6579x2+6,5831x+21,489. Dengan nilai determinasi R² = 0,5368dan R (korelasi) 0,7326 artinya pengaruh penambahan probiotik carrier zeolit terhadap efisiensi pemberian pakan udang galah sebesar 73,3%. Nilai optimum penambahan probiotik carrier zeolit yaitu Xopt = 5,003 mg/Ltidak jauh berbeda dengan penambahan probiotik 5 mg/L dengan pemberian pakan 5% dari bobot biomass yang menghasilkan efisiensi pemberian pakan sebesar 38,86%.
32
4.4
Kualitas Air Kualitas air adalah kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan
dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya dinyatakan dalam kisaran nilai tertentu(Boyd 1990). Air merupakan media hidup bagi udang dan juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam kegiatan budidaya perikanan. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup ikan (Effendi1997).Kualitas air dapat diketahui dari beberapa parameter untuk budidaya seperti karakteristik fisik dan kimia air yang meliputi suhu, oksigen, pH dan amonia. Tabel 3. Data Kualitas Air Selama Penelitian Probiotik carrier zeolit (mg/L) 0 2,5 5 7,5 Standar
Amonia (mg/L)
pH
Suhu (°C)
DO (mg/L)
0,003-0,0825 0,003-0,0675 0,003-0,06 0,003-0,0825 >0,1*
6,875-7,95 6,8-7,8 6,77-7,7 6,87-7,825 6,5-8,5**
23-25 23-25 23-25 23-25 21-32***
4,32-5,02 4,45-5,40 4,85-6,17 4,30-5,57 <4*
Keterangan :*) Khairuman dan Amri 2004 **) SNI 01-6486.3-2000 ***) Hadie dan Hadie 2001
4.4.1 Derajat Keasaman (pH) Kisaran rata-rata pH yang terukur selama penelitian adalah 6,775-7,5. Kisaran ini masih aman dan layak untuk pemeliharaan udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Sesuai dengan SNI 01-6486.3-2000 kisaran pH optimal pada stadia tokolan berkisar antara 6,5–8,5. Berdasarkan grafik dibawah nilai pH tertinggi
adalah 7,95 pada perlakuan A (kontrol) tanpa adanya
penambahan probiotik yang terjadi pada minggu ke-4. Sedangkan nilai pH terendah adalah 6,775 pada perlakuan C (5 mg/L) dengan penambahan probiotik sebanyak 5 mg/L pada minggu ke-1. Kisaran pH tiap minggu mengalami penurunan dan kenaikan, namun kisaran pH tersebut masih dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan udang galah (Macrobrachium rosenbergii).
33
8.2 8
pH
7.8 7.6
B (2,5 mg/L)
7.4
C (5 mg/L)
7.2
D (7,5 mg/L)
7
A (Kontrol)
6.8 6.6 0
2
4
6
8
Minggu Ke-
Gambar 15. Grafik Derajat Keasaman (pH) Selama Penelitian 4.4.2 Amonia (NH3) Amonia (NH3) pada media budidaya merupakan hasil dari sekresi dan metabolisme serta pembusukan sisa-sisa makanan oleh bakteri. Amonia merupakan salah satu senyawa beracun di dalam air yang berbahaya bagi kehidupan udang galah (Khairuman dan Amri 2004). Amonia merupakan senyawa toksik bagi udang galah pada konsentrasi tertentu. Konsentrasi amonia hasil pengukuran selama penelitian berkisar 0,003–0,0825 mg/L.
Konsentrasi Amonia (mg/L)
0.09 0.08 A (Kontrol)
0.07 0.06
B (2,5 mg/L)
0.05 0.04
C (5 mg/L)
0.03 0.02
D (7,5 mg/L)
0.01 0 0
2
4 Minggu Ke-
6
8
Gambar 16. Grafik Konsentrasi Amonia Selama Penelitian
34
Berdasarkan grafik diatas konsentrasi amonia pada minggu pertama cenderung tidak berbeda/sama, hal ini disebabkan belum adanya pengaruh dari penambahan probiotik pada media pemeliharaan. Namun pada minggu selanjutnya konsentrasi amonia semakin meningkat, hal ini diakibatkan dari sisa pakan dan sisa metabolisme yang menumpuk dan tidak terdekomposisi seluruhnya oleh bakteri pengurai. Pada media pemeliharaan (perlakuan B dan C) konsentrasi amonia lebih rendah dibandingkan media pemeliharaan (perlakuan A dan D). Pada perlakuan A konsentrasi amonia paling tinggi berkisar antara 0,0030,0825 hal ini dikarenakan kurangnya bakteri yang dapat mengurai sisa pakan dan metabolisme pada media pemeliharaan sehingga berpengaruh pada kelangsungan hidup udang galah yang memiliki persentase paling rendah yaitu 71,67% persentase laju pertumbuhan harian 1,08% dan efisiensi pakan 21,79%. Dampak yang ditimbulkan dengan tingginya konsentrasi amonia di air mengakibatkan kondisi kualitas air yang menurun sehingga nafsu makan ikan berkurang, pakan yang diberikan sesuai dengan proporsinya tidak dapat dioptimalkan dengan baik dan mengendap didasar media pemeliharaan menjadi racun bagi kehidupan udang galah. Diantara perlakuan yang ditambahkan probiotik, perlakuan C (5 mg/L) memiliki konsentrasi amonia paling rendah dibandingkan dengan perlakuan B dan D sesuai dengan hasil penelitian Hasanudin (2011) penambahan probiotik tepung pada petak pendederan udang menghasilkan nilai konsentrasi amonia terendah yaitu 0,00063-0,00315. Hal ini diduga jumlah bakteri probiotik pada perlakuan C (5 mg/L) dapat mendekomposisi hasil metabolisme dan sisa pakan lebih baik serta dapat meningkatkan nafsu makan udang galah dengan kondisi air yang baik dibandingkan perlakuan B dan D, sehingga berpengaruh terhadap persentase kelangsungan hidup sebesar 88,33%, laju pertumbuhan harian sebesar 1,76% dan tingkat efisiensi pemberian pakan sebesar 38,86%. Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi diantara perlakuan lainnya. Tingginya konsentrasi amonia pada perlakuan D dikarenakan terlalu banyaknya bakteri probiotik sehingga mengakibatkan
terjadinya
persaingan
dalam
pengambilan
nutrisi
untuk
35
pertumbuhan bakteri dan menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian, dengan demikian peranan bakteri probiotik sebagai dekomposer menjadi kurang optimal dan berpengaruh terhadap kualitas air yang menurun. Namun, konsentrasi amonia hasil pengukuran selama penelitian pada perlakuan A (kontrol) berkisar 0,003–0,0825 mg/L, perlakuan B (2,5 mg/L) 0,003-0,675 mg/L, perlakuan C (5 mg/L) 0,003-0,006 dan perlakuan D (7,5 mg/L) 0,003-0,0825 mg/L. Kisaran ini masih layak untuk menjamin kelangsungan hidup udang galah (Macrobrachium rosenbergii).Khairuman(2004) menyatakan bahwa batas toleransi kandungan amonia yang dapat membunuh udang galah adalah> 0,1 Mg/L.
4.4.3 Oksigen Terlarut (DO) Oksigen sangat diperlukan ikan untuk bernafas dan metabolisme dalam tubuh yang akan menghasilkan aktivitas gerak, tumbuh dan reproduksi. Oksigen yang dibutuhkan oleh udang adalah oksigen yang terlarut dalam air. Hasil pengamatan oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,3–6,175 mg/L. 8 7
DO (mg/L)
6 5
A (Kontrol)
4
B (2,5 mg/L)
3
C (5 mg/L)
D (7,5 mg/L)
2 1 0 0
1
2
3 4 Minggu Ke-
5
6
7
Gambar 17. Grafik Dissolved Oxygen (DO) Selama Penelitian
36
Berdasarkan grafik diatas kisaran oksigen terlarut cukup stabil, hal ini dikarenakan pada setiap media pemeliharaan dipasang aerator sebagai penyuplai oksigen. Pada perlakuan C (5 mg/L) yang ditambahkan probiotik dengan carrier zeolit kandungan DO lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain, hal ini diduga zeolit yang terkandung dalam probiotik bekerja dengan optimal. Seperti yang telah diketahui bahwa zeolit berfungsi meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO) dalam air. Hasil pengamatan oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,3-6,175 mg/L. Kisaran ini masih memenuhi persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan udang galah yaitu minimal 4 mg/l air (Khairuman dan Amri 2004).
4.4.4 Suhu Suhu adalah salah satu faktor penting yaitu sebagai faktor pengontrol yang dapat mempengaruhi aktivitas fisiologis dan kimiawi organisme perairan(Boyd 1990). Hasil pengukuran suhu media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara 23–250C. Nilai suhu pada media pemeliharaan setiap perlakuan tidak berbeda/sama meskipun pada saat penelitian tidak dipasang water heater. Hal ini dikarenakan suhu di hatchery Ciparanje cukup stabil tanpa adanya alat bantu seperti water heater. Kisaran suhu ini masih memenuhi persyaratan suhu pemeliharaan udang galah yaitu 21-32°C (Hadie dan Hadie 2001). Tabel 4. Kisaran Suhu Selama Penelitian (°C) Konsentrasi Probiotik (mg/L) A (0) B (2,5) C (5) D (7,5)
0 24 24 24 24
I 23 23 23 23
II 24 24 24 24
Minggu KeIII 24 24 24 24
IV 25 25 25 25
V 25 25 25 25
VI 24 24 24 24