17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Karawang International Industrial City dan Telaga Desa
4.1.1
Karawang International Industrial City Karawang International Industrial City (KIIC) adalah salah satu kawasan
industri terbesar di Karawang. Kawasan industri ini didirikan pada tahun 1993 dengan total pengembangan ± 1200 ha (Gambar 4). PT Maligi Permata Industrial Estate dan PT Hab & Sons merupakan pengembang dan pengelola kawasan industri ini. Kawasan Industri KIIC mempunyai misi untuk mengembangkan kawasan industri dengan mengutamakan mutu atau pelayanan, peduli akan lingkungan dan menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar. Kawasan ini telah memperoleh sertifikat ISO 9001: 2000 (Quality Management System) dan kawasan industri pertama yang mendapat sertifikat ISO I4001: 2004 (Environmental Management System) pada 2003. Kegiatan industri yang berlangsung di Kawasan Industri KIIC didominasi oleh industri manufaktur. Saat ini perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah beroperasi antara lain PT Toyota Motor Mfg. Indonesia, PT HM Sampoerna Tbk, PT Yamaha Motor Wst Java Mfg. Indonesia, PT Astra Daihatsu Motor, PT Panasonic Semiconductor Indonesia, dan PT Sharp Semiconductor Indonesia. Sebagai kawasan industri yang besar, Kawasan Industri KIIC telah dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur untuk mendukung pelayanan kepada perusahaan-perusahaan industri yang menyewa lahan di kawasan ini. Infrastruktur utama terdiri dari aksesibilitas, listrik, pasokan gas, jaringan telekomunikasi, unit kebakaran, dan keamanan. Sedangkan fasilitas pendukung antara lain Apartemen Puri KIIC, lapangan golf, Graha KIIC (kantor manajemen), bank, rumah makan, balai KIIC, SPBU, dan pusat olahraga (Gambar 5).
18
Gambar 5 Fasilitas di Kawasan Industri KIIC
19
20
4.1.2
Telaga Desa Telaga Desa adalah salah satu ruang terbuka hijau di tengah Kawasan
Industri KIIC. Kawasan ini dibangun pada 2007 sebagai titik tolak program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkelanjutan dengan berbasis pada pertanian dan pelestarian lingkungan. Telaga Desa merupakan agroenviro education park yang didedikasikan untuk pusat penelitian, pelatihan/pendidikan, kepedulian di bidang pertanian, pelestarian lingkungan, dan ekowisata. Kegiatan produktif dilakukan dengan memberikan contoh usaha pertanian dalam arti luas, saat ini meliputi tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Dibangun di atas lahan seluas ± 3 ha, Telaga Desa berfungsi sebagai sekolah terbuka bagi seluruh masyarakat desa sekitar kawasan dan karyawan yang bekerja di dalam Kawasan Industri KIIC. Telaga Desa dapat menjadi tujuan belajar sambil berekreasi bagi anak-anak. Untuk mendukung fungsinya tersebut, Telaga Desa dilengkapi dengan fasilitas diantaranya akses jalan masuk dari dalam Kawasan Industri KIIC, ruang informasi dan pelatihan, taman persahabatan dengan koleksi tanaman langka, nurseri, kolam lele portabel, area produksi kompos, dan rumah kaca (Gambar 7). Area yang direncanakan sebagai tapak untuk pembuatan model pekarangan adalah area pinggir danau (Gambar 8). Berdasarkan Peta Rencana Telaga Desa (Gambar 6), kawasan pinggir danau ini akan dijadikan area untuk petani menanam sayur atau tanaman hortikultura lainnya. Area pinggir danau ini memiliki luasan ± 5800 m² dengan peruntukkan lahan saat ini sebagai sawah, hutan akasia, bedeng sayur, dan beberapa lahan kosong yang belum termanfaatkan (Gambar 8). Lahan kosong yang belum termanfaatkan ini yang dijadikan sebagai tapak untuk membuat empat model pekarangan. Batas-batas peruntukkan lahan telah ditetapkan sebelumnya oleh Pihak Telaga Desa.
21
Gambar 7 Fasilitas di Telaga Desa
22
23
24
4.2
Analisis Situasional
4.2.1
Polutan di KIIC Masalah umum yang terjadi dalam suatu kawasan industri adalah
pemandangan yang kurang menyenangkan karena didominasi bentang perkerasan, suasana tidak nyaman dan panas, serta gangguan debu dan kebisingan (Tandy 1975 , disitasi oleh Nugroho 2009). Oleh karena itu, pihak Kawasan Industri KIIC melakukan pengukuran rutin terhadap udara termasuk air limbah. Polutan cair dan padat diukur setiap satu bulan sekali, sedangkan polutan udara diukur setiap tiga bulan sekali pada tiga titik berbeda. Dalam pembuatan model pekarangan di area pinggir danau Telaga Desa, polutan udara dan polusi suara seperti debu dan kebisingan menjadi salah satu masalah penting yang harus dikurangi. Masalah kebisingan terjadi karena Telaga Desa berada di tengah-tengah Kawasan Industri KIIC dan dekat dengan pabrikpabrik baru yang akan segera dibangun. Oleh karena itu, elemen di dalam model pekarangan, khususnya tanaman dipilih selain untuk fungsi konservasi keanekaragaman hayati juga untuk mereduksi kebisingan atau polutan udara lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Karawang pada Maret (2011), kadar debu rata-rata di sekitar Telaga Desa sebesar 91,60 µg/m³. Nilai ini masih berada di bawah nilai ambang batas (NAB) yaitu 230 µg/m³ yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No: Kep50/MENKLH/II/1996 tentang Pedoman Baku Tingkat Kebauan. Kebisingan yang terjadi di sekitar Telaga Desa juga masih berada di bawah NAB (NAB = 70 dB pada siang hari berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep48/MNKLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan), yaitu 53,2 dB. Kegiatan yang menyumbangkan kebisingan terbesar adalah pada saat dilakukan pembangunan perusahaan industri baru. Selain mengukur debu dan kebisingan, parameter lain yang diukur oleh pihak KIIC yaitu SO2, NO2, CO, H2S, dan NH3 (Tabel 3).
25
Tabel 3 Tingkat Kebisingan, Debu, dan Gas di sekitar Telaga Desa KIIC Parameter Kebisingan SO2 NO2 CO Debu H2S NH3
Waktu Pengukuran Siang 1 jam 1 jam 1 jam 24 jam 1 jam 1 jam
Satuan dB µg/m³ µg/m³ µg/m³ µg/m³ ppm ppm
Baku Mutu 70 900 400 30000 230 0,02 2,0
Hasil 57,200 31,20 36,48 166,520 91,600 < 0,001 0,005
Sumber : KIIC (2011) Secara umum, pencemaran udara keseluruhan area Kawasan Industri KIIC tidak melebihi NAB. Namun langkah-langkah untuk mengurangi dampak dari pencemaran udara tetap harus dilakukan karena pencemaran udara dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk mengurangi pencemaran udara, baik oleh kebisingan, debu atau gas-gas tertentu dapat digunakan pohon-pohon yang efektif untuk menyerap debu dan gas. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan melakukan kombinasi tanaman seperti pohon, semak, dan tanaman penutup tanah. Tanaman semak atau pohon lebar beraneka ragam dapat mengurangi debu dengan jumlah tinggi karena dapat diendap dalam tanaman serta meredam kebisingan (Frick dan Suskiyatno 1998, disitasi oleh Jahara 2002). Dahlan (1992) disitasi oleh Jahara (2002) menambahkan tanaman penahan dan penyaring partikel padat dari udara memiliki permukaan daun berbulu atau bertrikoma. Tanaman yang dapat digunakan di dalam pekarangan antara lain bunga kupu-kupu, cempaka, dan kenangan (Gandasari 1994, disitasi Jahara 2002). Sedangkan tanaman yang dapat menjerap gas mempunyai stomata yang banyak, ketahanan yang tinggi terhadap gas tertentu, dan tahan terhadap serangan angin. Contoh tanaman ini antara lain puring, akalipa, nusa indah, soka, dan kembang sepatu dari kelompok perdu serta ketapang, mahoni, asam kranji, dan dadap kuning dari kelompok pepohonan. Untuk tanaman peredam kebisingan dapat dipilih dari tanaman yang mempunyai tajuk yang rapat, kerapatan daun yang tinggi dan padat dari permukaan tanah sampai ke atas, atau berdaun jarum. Jenis tanaman ini antara lain bambu, beringin, dan tanjung (Jahara 2002).
26
4.2.2 Topografi dan Tanah Dalam pembuatan model pekarangan, topografi berpengaruh terhadap aliran permukaan atau erosi yang dapat terjadi di tapak. Lereng yang curam dapat meningkatkan kecepatan aliran permukaan yang mengakibatkan bertambah besarnya kekuatan angkut air (Arsyad 1985). Telaga Desa memiliki bentuk tapak yang berbukit-bukit meskipun telah dilakukan beberapa rekayasa lanskap misal untuk sirkulasi dan bangunan tertentu (Gambar 9). Untuk tapak penelitian, area pinggir danau Telaga Desa memiliki ketinggian 35-40 m dpl dan kemiringan 0-25%. Berdasarkan peta kontur (Gambar 10), tapak ini memiliki kemiringan lahan yang bervariasi dari landai hingga agak curam. Pada tapak yang agak curam diperlukan teknik untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan. Salah satunya secara vegetatif dengan menanam pohon atau tanaman tahunan sebagai lapisan pertama untuk menahan air hujan sebelum jatuh ke tanah yang kemudian dilanjutkan oleh semak hingga rumput. Tanaman yang tersebar merata dan menutupi permukaan tanah dengan baik dapat mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan atau erosi (Deptan 2007). Pada tapak yang landai terdapat ancaman berupa genangan air sehingga diperlukan sistem drainase yang memadai untuk mengalirkan kelebihan air. 2006
2007 2007
2008
Sumber: KIIC Gambar 9 Rekaya Lanskap Telaga Desa
28
29
4.2.3 Iklim Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga berbeda (Aak 1993). Berdasarkan pengukuran pihak Kawasan Industri KIIC, suhu harian ratarata di kawasan ini cukup tinggi, yaitu 33,1ºC dengan kelembaban udara 60,3% , curah hujan 1.100–3.200 mm/tahun, dan arah angin barat-timur dengan kecepatan angin antara 3,96–10,80 km/jam. Berdasarkan perhitungan Thermal Humadity Index (THI), dengan suhu tersebut tersebut dapat digambarkan secara umum bahwa kondisi iklim Karawang panas dan kurang nyaman untuk manusia. Modifikasi iklim mikro sangat dibutuhkan dalam suatu kawasan industri untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna tapak, khususnya masyarakat sekitar KIIC. Hal ini dapat dilakukan menggunakan vegetasi. Pohon, semak, dan rumput dapat memperbaiki suhu udara lingkungan melalui kontrol terhadap radiasi matahari. Tanaman juga dapat mengarahkan angin dan menciptakan naungan. Hal ini dipengaruhi bentuk dan kerapatan tajuk tanaman serta penempatan tanaman (Grey dan Deneke 1978, disitasi oleh Jahara 2002). Berdasarkan kondisi iklim setempat tanaman yang cocok untuk ditanam di pekarangan adalah tanaman yang toleran terhadap keadaan terbuka atau mendapat sinar matahari langsung, contohnya berbagai pohon peneduh dan penahan angin, bugenvil, lidah buaya, atau berbagai tanaman penutup tanah (Sulistyantara 1992). Untuk tanaman yang berada di bawah pohon dipilih tanaman yang tahan terhadap naungan seperti talas-talasan, poh-pohan, empon-emponan (jahe, kunyit, atau kencur).
30
4.2.4 Hidrologi Sumber air yang dugunakan di Telaga Desa khususnya untuk tanaman berasal dari air danau Telaga Desa dengan kualitas visual dan kuantitas air yang sangat baik. Kondisi ini berdampak pada kelancaran pengairan untuk pertanian dan juga untuk keperluan di Telaga Desa sehari-hari. Danau ini adalah danau alami. Salah satu sumber air untuk danau ini adalah dari hujan, vegetasi sekitar danau, dan resepan air tanah. Air ini juga dimanfaatkan untuk kolam terpal yang ada di Telaga Desa. Dalam pembuatan model pekarangan, danau ini dapat menjadi sumber air dalam pekarangan, misal untuk penyiraman tanaman dan sumber air untuk kolam. Saat terjadi kelebihan air, maka air dari danau ini akan mengalir ke pond/danau buatan yang berada tidak jauh dari area Telaga Desa.
4.2.5
Vegetasi dan Satwa Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang
Tahun 2009, lahan di Kabupaten Karawang terdiri dari lahan sawah seluas ± 97.529 ha dan lahan kering/darat sekitar 77.798 ha. Lahan sawah yang luas menjadikan tanaman padi menjadi komoditas utama Karawang. Sedangkan pada lahan kering/darat, tanaman lebih bervariasi, namun tetap didominasi tanaman pertanian, seperti sayur-sayuran. Sementara itu, untuk Kawasan Industri KIIC, khususnya di Telaga Desa vegetasi yang ada cukup bervariasi jenis, fungsi, dan ukuran (Tabel 4) mulai dari pohon, semak, perdu/herba, hingga rumput dan tanaman penutup tanah lainnya (Gambar 11). Di dalam Telaga Desa juga telah dilakukan pembibitan untuk tanaman hutan seperti mahoni dan akasia serta tanaman buah seperti nangka, sirsak, dan mangga. Tanaman-tanaman yang telah tumbuh dengan baik di dalam Telaga Desa dapat menjadi rekomendasi tanaman yang digunakan dalam pembuatan model pekarangan.
31
Tabel 4 Daftar Tanaman dan Satwa di Karawang Tanaman Pati Singkong, Jagung Sayur Kacang Hijau, Kacang Panjang, Terong, Mentimun, Sawi, Kangkung, Bayam, Kubis Buah Mangga, Jambu Biji, Jambu Air, Nangka, Papaya, Pisang, Sawo, Belimbing, Nanas, Manggis, Sirsak Bumbu Cabai, Sereh, Jahe, Kencur, Temulawak Obat Tapak Dara, Mangkok, Kumis Kucing, Gingseng, Temu Putih, Lidah Buaya, Rasamala Hias Adam Hawa, Bayam-Bayaman, Lolipop, Teh-Tehan, Kembang Sepatu, Soka, Palem Raja, Walisongo Industri Jati, Akasia, Flamboyan, Kelapa, Sengon, Ulin, Gaharu, Meranti Merah, Merbau, Keruing, Manglid, Suren, Mahoni, Akasia, Pulai, Gahari, Eboni Satwa Ternak Domba, Sapi, Kambing, Kerbau, Ayam Buras, Ayam Pedaging, Itik Ikan Mas, Nila, Lele, Mujair
a
d
c
b
e
f
Gambar 11 Beragam Tanaman di Telaga Desa: (a) Kelompok Tanaman Buah (b) Kelompok Tanaman Hias (c) Cabai Rawit (d) Kangkung (e) Kacang Panjang (f) Kelompok Tanaman Industri 4.3
Konsep Pekarangan Pekarangan sebagai bentuk taman keanekaragaman hayati (Taman Kehati)
khususnya untuk mengkonservasi keanekaragaman hayati pertanian termasuk perikanan dan peternakan secara ex-situ dapat diwujudkan dengan membuat pekarangan yang berbasis praktik agroforestri. Pekarangan dengan struktur agroforestri memiliki struktur tanaman dengan keragaman jenis yang tinggi sehingga membentuk tajuk berlapis-lapis dengan pengelolaan pekarangan yang tidak intensif. Dalam membuat model pekarangan sebagai bentuk Taman Kehati
32
terdapat indikator utama yang diperhatikan, yaitu ukuran pekarangan, tinggi tanaman, dan fungsi tanaman.
4.3.1
Ukuran dan Pola Ruang Pekarangan Berdasarkan luasannya, pekarangan dapat diklasifikasikan menjadi empat,
yaitu pekarangan sempit dengan luas kurang dari 120 m², pekarangan sedang dengan luas antara 120-400 m², pekarangan besar dengan luas antara 400-1000 m², dan pekarangan sangat besar dengan luas lebih dari 1000 m² (Arifin 1998). Pada setiap pekarangan dikembangkan bentuk agroforestri, baik agroforestri, agsrosilvopastura, atau agrosilvofisheri yang sesuai berdasarkan hasil analisis situasional Kawasan Industri KIIC. Pola ruang dalam model pekarangan didasarkan pada pembagian ruang dalam pekarangan. Pola ruang tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu pekarangan depan, samping (kiri dan kanan), dan belakang (Arifin 1998). Untuk model pekarangan di area pinggir danau Telaga Desa, orientasi rumah menghadap ke arah danau (Gambar 12). Pada umumnya, suatu hunian hampir selalu berorientasi kepada daerah yang penting. Berdasarkan pengamatan terhadap bangunan rumah di sekitar Kawasan Industri KIIC dan yang berada dekat Saluran Induk Tarum Barat, rumah umumnya berorientasi ke arah air, sedangkan bangunan rumah yang jauh dari bantaran sungai, memiliki orientasi ke arah jalan.
Sumber: Arifin (1998) Gambar 12 Pola Orientasi Rumah dan Pekarangan Bentuk tapak yang memanjang dan mengikuti bentukan danau membuat rumah hampir tidak memiliki pekarangan belakang atau pekarangan depan tetapi memiliki pekarangan samping yang cukup lebar sehingga pemanfaatan
33
pekarangan lebih banyak dilakukan di pekarangan samping. Oleh karena itu, untuk mensiasati masalah ruang ini, pola rumah dalam model pekarangan dibuat memanjang atau melebar ke samping.
4.3.2
Tanaman dalam Pekarangan Setiap ukuran pekarangan, baik pekarangan sempit, pekarangan sedang,
pekarangan besar, ataupun pekarangan sangat besar akan menunjukkan profil pekarangan yang menciptakan keragaman tanaman, baik secara vertikal maupun horizontal. Keragaman vertikal terlihat dari perbedaan lima strata tanaman, yaitu strata I (<1 m), strata II (1-2 m), strata III (2-5 m), strata IV (5-10 m), dan strata V (>10 m). Sedangkan keragaman horizontal terbentuk sesuai dengan fungsinya, yaitu tanaman hias, tanaman obat, tanaman sayuran, tanaman bumbu, tanaman obat, tanaman penghasil pati, tanaman industri, dan tanaman-tanaman lain seperti penghasil pakan, kayu bakar, bahan kerajinan tangan dan peneduh (Arifin 1998). Model pekarangan yang bertujuan mengkonservasi keanekaragaman hayati pertanian secara ex-situ ditunjang dengan memilih tanaman atau hewan asli atau lokal (indigenous species) khas Karawang atau Jawa Barat. Spesies lokal yang dimaksud
adalah
spesies
asli
Indonesia
yang
berasal
dari
daerah/wilayah/ekosistem tertentu dan telah banyak diusahakan dan dikonsumsi, termasuk spesies introduksi dari wilayah geografis lain namun telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah Indonesia. Pemilihan tanaman ini untuk mempermudah adaptasi tanaman dan mempermudah pemeliharaan pekarangan. Untuk kawasan industri, pemilihan tanaman juga harus memperhatikan kondisi lingkungan kawasan industri. Selain sebagai sumber pangan atau untuk mendukung kebutuhan keluarga lainnya, tanaman juga diharapkan mampu mampu menyerap polutan sekaligus dapat menjadi habitat satwa sehingga dapat memperbaiki kualitas lingkungan sekitar kawasan industri. Jenis tanaman yang direkomendasikan untuk model pekarangan ini tersaji di Tabel 5. Penataan tanaman dalam pekarangan perlu diperhatikan. Tanaman kecil maupun tanaman besar diatur sedemikian rupa agar semua tanaman mendapatkan sinar matahari sesuai kebutuhannya. Tanaman-tanaman yang berukuran kecil dapat ditempatkan di bagian timur dan tanaman yang berukuran besar seperti
34
buah-buahan di bagian barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menaungi atau menghalangi sinar matahari terhadap tanaman yang kecil. Untuk tanaman pada daerah berlereng atau berkontur, tanaman sebaiknya ditanam searah kontur. Keuntungan utama pengolahan menurut kontur adalah dapat menghambat aliran permukaan yang meningkatkan penyerapan air oleh tanah dan menghindari pengangkutan tanah.
4.3.3
Ternak dalam Pekarangan Berdasarkan penelitian Arifin, Munandar, Mugnisjah, Budiarti, Arifin-
Nurhayati, Pramukanto (2007), ayam kampung, kambing, domba, dan sapi adalah ternak yang umumnya dipelihara di lahan pekarangan. Jenis hewan yang direkomendasikan untuk model pekarangan ini tersaji di Tabel 5. Selain hewanhewan tersebut, ikan dan itik juga sering ditemui di dalam pekarangan. Untuk mengembangkan perikanan dengan lokasi yang jauh dari sumber air dapat dikembangkan kolam portabel/kolam terpal. Sedangkan untuk yang dekat dengan sumber air dengan lahan pekarangan yang cukup luas dapat dibuat kolam tanah atau jika pekarangan sempit dan tidak memungkinkan untuk membuat kolam dapat dibuat keramba apung. Ikan yang dapat dikembangkan di area sekitar Telaga Desa dan KIIC antara lain ikan nila, ikan mujair, ikan lele, dan ikan gurame. Tabel 5 Rekomendasi Tanaman dan Hewan untuk Model Pekarangan di Telaga Desa KIIC Nama Lokal
Nama Latin
Tanaman Buah Tinggi Tanaman 1-2 m Nanas Ananas comosus Tinggi Tanaman 2-5 m Pepaya Carica papaya Tinggi Tanaman 5-10 m Jeruk Keprok Citrus nobilis Jambu Air Eugenia aquea Burm Pisang Musa paradisiaca Jambu Biji Psidium guajava Tinggi Tanaman >10 m Sawo Achras zapota Sirsak Annona muricata Buni Antidesmabunius Sukun Artocarpus communis
Jarak Tanam
Pekarangan 1 2 3 4
1,5 m x 1,5 m
√
√
√
√
3mx3m
√
√
√
√
5mx5m 8mx8m 3mx3m 7mx7m
√
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
12 m x 12 m 12 m x 12 m 8mx8m 10 m x 10 m
√
35
Lanjutan Tabel 5 Nama Lokal
Nama Latin
Tinggi Tanaman >10 m Nangka Artocarpus heterophyllus Belimbing Averrhoa carambola Gandaria Bouea macrophylla Griff. Durian Durio zibethinus Manggis Garcinia mangostana Duku Lansium domesticum Mangga Mangifera indica Rambutan Nephelium lappaceum Kacapi/Sentul Sandoricum koetjape Kedondong Spondias dulcis Forst. Tanaman Bumbu Tinggi Tanaman >1 m Bawang merah Allium ascalonicum Bawang daun Allium fistulosum Sereh Cymbopogon nardus Kencur Kaempferia galanga Tinggi Tanaman 1-2 m Cabai Capsicum annuum Kunyit Curcuma domestica Temulawak Curcuma xanthorrhiza Pandan Wangi Pandanus amaryllifolius Jahe Zingiber officinale Tinggi Tanaman 2-5 m Lengkuas Alpinia galanga Kapulaga Amomum compactum Jeruk Nipis Citrus aurantifolia Jeruk Purut Citrus hystrix Tinggi Tanaman >10 m Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi Syzigium polyanthum (Wight) Salam Walp. Tanaman Hias Tinggi Tanaman >1 m Sri Rezeki Aglaonema sp. Jawer Kotok Coleus blumei Simbang Darah Irisine herbstii Adam Hawa Rhoeo discolor Ruellia Ruellia malacosperma Lidah Mertua Sansevieria trifasciata Tanaman Hias Tinggi Tanaman 1-2 m Teh-tehan Acalypha macrophylla Pangkas Kuning Duranta repens Kaca Piring Gardenia jasminoides Soka Ixora javanica Walisongo Schefflera grandiflora Tinggi Tanaman 2-5 m Bugenvil Bougainvillea sp. Puring Codiaeum variegatum
Jarak Tanam
Pekarangan 1 2 3 4
9mx9m 6mx6m 10 m x 10 m 10 m x 10 m 10 m x 10 m 8mx8m 10 m x 10 m 12 m x 12 m 6mx6m 7,5 m x 7,5 m
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
20 cm x 20 cm 20 cm x 30 cm 50 cm x 100 cm 25 cm x 25 cm
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
50 cm x 90 cm 50 cm x 50 cm 75 cm x 100 cm 1mx1m 40 cm x 60 cm
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
1mx1m 2mx2m 4mx4m 4mx4m
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√
√
√
√
√
6mx6m 8mx8m
50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
1mx1m 1mx1m 1mx1m 1mx1m 1mx1m
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
1mx1m 1,5 m x 1,5 m
√ √
√ √
√ √
√ √
36
Lanjutan Tabel 5 Nama Lokal
Nama Latin
Tanaman Hias Tinggi Tanaman 2-5 m Hanjuang Hijau Cordyline fruticosa Hanjuang Merah Cordyline terminalis Pisang Hias Heliconia sp. Kembang Sepatu Hibiscus rosasinencis Nusa Indah Mussaenda philippica Lolipop Pachystachys lutea Suji Pleomele angustifolia Palem Wregu Rhapis excelsa Tinggi Tanaman 5-10 m Palem Merah Cyrtostachis renda Palem Kipas Livistona rutundifolia Daun Saputangan Maniltoa grandiflora Scheff. Palem Hijau Ptychosperma macarthutii Tinggi Tanaman >10 m Beringin Karet Ficus elastica Biola Cantik Ficus lyrata Ketapang Terminalia catappa Tanaman Industri Tinggi Tanaman 2-5 m Tebu Sacharum officinarum Kakao Theobroma cacao Tinggi Tanaman >10 m Sengon Albazia falcataria Kelapa Cocus nucifera Mindi Melia azedarach Jati Tectona grandis Tanaman Lain Tinggi Tanaman >1 m Lantana Lantana camara Tinggi Tanaman 1-2 m Alamanda Allamanda cathartica Tinggi Tanaman 2-5 m Kesumba Bixa arborea Tinggi Tanaman 5-10 m Bambu Bambusa sp. Turi Sesbania grandiflora Tinggi Tanaman >10 m Lamtoro Leucaena leucocephala Tanjung Mimusoph elengi Mahoni Swietenia macrophylla Tanaman Obat Tinggi Tanaman >1 m Sambang Colok Aerva sanguinolenta Sambiloto Andrographis paniculata Jengger Ayam Celosia spicata Pacing Costus Speciosus Patah Tulang Pedilanthus tithymaloides Beluntas Pluchea indica Tapak Dara Vinca rosea
Jarak Tanam
Pekarangan 1 2 3 4
1mx1m 1mx1m 1mx1m 2mx2m 4mx4m 1mx1m 20 cm x 20 cm 2mx2m
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
2mx2m 4mx4m 4mx4m 2mx2m
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
8mx8m 8mx8m 10 m x 10 m
2mx2m 3mx3m
√ √
√ √
√ √
√ √
3mx3m 3mx3m 5mx5m 3mx3m
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
50 cm x 50 cm
√
√
√
√
1mx1m
√
√
√
√
4mx4m
√
√
√
√
rumpun 2 m x 2m
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
4mx4m 5mx5m 3mx3m
50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm 1mx1m 50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm
√ √ √ √ √ √ √
37
Lanjutan Tabel 5 Nama Lokal
Nama Latin
Tanaman Obat Tinggi Tanaman 1-2 m Sambang Darah Excoecaria chochinensis Mangkok Nothopanax scutellarium Kumis Kucing Orthosiphon aristatus Tinggi Tanaman 2-5 m Mengkudu Morinda citrifolia Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa Tinggi Tanaman 5-10 m Kenanga Cananga odorata Tinggi Tanaman >10 m Pinang Areca catechu Tanaman Pati Tinggi Tanaman 1-2 m Garut Maranta arundinacea Tinggi Tanaman 2-5 m Ganyong Canna edulis Talas Colocasia esculenta Ubi Jalar Ipomoea batatas Singkong Manihot esculenta Sente Xanthosoma sagittifolium Jagung Zea mays Tanaman Sayur Tinggi Tanaman >1 m Bayam Tahunan Amaranthus dubius Bayam Cabut Amaranthus tricolor Sawi Brassica juncea Kangkung Darat Ipomoea reptans Selada Lactuca sativa Poh-pohan Pilea trinervia Tinggi Tanaman 1-2 m Mentimun Cucumis sativus Gambas / Oyong Luffa acutangla Kemangi Ocimum canum Kecipir Psophocarpus tetragonolobus Katuk Sauropus androgynus Tomat Solanum lycopersicum Terong Solanum melongena Leunca Solanum nigrum Kacang Panjang Vigna unguilata Tinggi Tanaman 2-5 m Pare Momordica charantia Labu Siam Sechium edule Tanaman Sayur Tinggi Tanaman 2-5 m Melinjo Gnetum gnemon Petai Parkia speciosa Jengkol Pithecellobium jiringa
Jarak Tanam
Pekarangan 1 2 3 4
1mx1m 1,5 m x 1,5 m 50 cm x 50 cm
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
5mx5m 3mx3m
√ √
√ √
√ √
√ √
5mx5m
√
√
√
√
3mx3m
√
√
√
√
50 cm x 50 cm
√
√
√
√
1mx1m 75 cm x 75 cm 30 cm x 100 cm 1mx1m 1mx1m 25 cm x 75 cm
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm 30 cm x 40 cm 20 cm x 20 cm 20 cm x 25 cm 30 cm x 30 cm
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
50 cm x 100 cm 60 cm x 200 cm 60 cm x 60 cm 35 cm x 35 cm 30 cm x 30 cm 70 cm x 80 cm 60 cm x 80 cm 70 cm x 80 cm 30 cm x 75 cm
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
1 m x 1m 4mx4m
√
√ √
√ √
√ √
√
√ √ √
√ √ √
6mx6m 8mx8m 10 m x 10 m
38
Lanjutan Tabel 5 Nama Lokal
Nama Latin
Itik
Anas domesticus
Sapi Kerbau Kambing Ayam Kampung Kelinci Domba Priangan Ikan
Ukuran Kandang
Ternak 6 -7 ekor/m² jantan : 1,8 m x 2 m / ekor Bos taurus betina : 1,5 m x 2 m/ekor Bubalus bubalis 1,5 m x 2m / ekor jantan : 1,2 m x 1,4 m / ekor Capra aegagrus betina : 1 m x 1,5 m / ekor hircus biasa : 1 ekor/m² Gallus gallus 6 ekor/m² domesticus Lepus negricollis 6 -7 ekor/m² jantan : 2 m x 1,5 m/ ekor Ovis aries betina : 1 m x 1,5 m / ekor biasa : 1 ekor/m² Jika tersedia kolam dalam pekarangan
Keterangan : 1: Pekarangan Sempit 2: Pekarangan Sedang √: Dapat di Tanam di Pekarangan
Pekarangan 1 2 3 4 √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√
√
√
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
3: Pekarangan Besar 4: Pekarangan Sangat Besar
4.4
Rekomendasi Model Pekarangan
4.4.1
Model Pekarangan Sempit Model pekarangan sempit diterapkan pada sebuah tapak kosong yang
bergelombang dengan luasan 136, 37 m² (Gambar 13). Ruang dalam tapak dibagi menjadi dua, yaitu ruang untuk rumah dan untuk pekarangan. Berdasarkan Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat, kebutuhan ruang manusia minimal 7 m²/jiwa. Jika diasumsikan rumah ini akan diisi tiga orang (ayah, ibu, dan satu anak), minimal dibutuhkan luasan bangunan 21 m² sehingga sisa lahan untuk pekarangan sekitar 115, 37 m². Sesuai dengan luasan yang ada, tapak ini dapat mengakomodasi luasan minimal pekarangan kecil yaitu kurang dari 120 m². Lahan yang sempit membuat kegiatan di pekarangan menjadi terbatas. Oleh karena itu, pekarangan harus diusahakan secara efektif dan intensif. Untuk pekarangan yang sempit, diperlukan suatu sistem bertanam tertentu sehingga meskipun sempit, pekarangan tetap dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan hasil yang optimal. Salah satu cara adalah dengan memanfaatkan ruang secara vertikal, baik untuk penanaman maupun untuk rumah.
39
Untuk bangunan rumah pada model pekarangan sempit, dapat dipilih rumah panggung yang terbuat dari kayu, bilik, atau bambu. Pada umumnya, bentuk rumah dengan kolong di bagian bawah dibuat untuk menghindari binatang buas dan banjir saat hujan datang. Akan tetapi, pada model pekarangan sempit ini, bagian bawah rumah panggung digunakan untuk memelihara ternak berukuran kecil seperti ayam dan bebek dengan tetap mempertimbangkan aspek kesehatan rumah dan pemiliknya. Untuk pola ruang pekarangan, pada model pekarangan sempit terdiri dari pekarangan depan, pekarangan samping kiri, pekarangan samping kanan, dan pekarangan belakang. Bentuk luar tapak yang hampir menyerupai persegi ini memungkinkan pemanfaatan pekarangan depan, pekarangan belakang, dan pekarangan samping (kiri dan kanan) secara seimbang (Gambar 15). Pekarangan depan dapat ditanami dengan tanaman hias yang tingginya kurang dari 0,5-1 m dengan tujuan agar pekarangan yang sempit ini tidak terlihat semakin sempit jika ditanami dengan tanaman yang tinggi dan lebar. Tanamantanaman tersebut dapat ditanam berjejer secara massal sehingga menjadi pagar hidup bagi pekarangan rumah tersebut. Sisa lahan yang masih ada di pekarangan dapat digunakan untuk menanam tanaman lain yang juga dibutuhkan, seperti
40
tanaman empon-emponan (jahe, kunyit, lengkuas) atau tanaman pati seperti singkong atau ubi-ubian (Gambar 16). Meskipun telah ditanam beragam tanaman, pekarangan depan ini juga tetap dapat dijadikan tempat untuk anak bermain. Sementara itu, pada tapak bagian belakang (orientasi rumah ke arah danau) telah terdapat pohon kelapa dan dua buah pohon sengon. Keberadaan pohon ini tetap dipertahankan karena kedua jenis pohon ini masih sesuai dengan konsep pekarangan, yaitu sebagai tanaman dengan fungsi industri. Sengon dan kelapa tumbuh baik pada tapak ini. Kedua pohon ini juga dapat mewakili tanaman dengan strata V (lebih dari 10 m) yang dapat ditanam di pekarangan sempit. Selain ditanami sengon dan kelapa, pekarangan belakang pun dimanfaatkan sebagai tempat menjemur pakaian. Jemuran dapat mengganggu pemandangan jika diletakan di bagian depan sehingga lebih baik diletakan di bagian belakang rumah (Gambar 15). Pada pekarangan samping dapat dibuat petakan untuk menanam tanaman tertentu dalam jumlah banyak. Petakan ini dapat digunakan untuk menanam tanaman sayur, tanaman obat, atau tanaman bumbu dalam bentuk bedeng atau tanam tunggal. Menurut Harjadi (1989), jika luas pekarangan sempit dan tidak mungkin memelihara ikan atau ternak, pekarangan dapat dimanfaatkan untuk menanam sayuran hijau yang bernilai gizi tinggi dalam bentuk bedeng. Dalam model pekarangan ini, dapat dibuat petakan dengan ukuran 3 m x 3 m (Gambar 16). Dengan luas lahan yang sempit, pola tanam yang dianjurkan adalah tumpang sari, yaitu penanaman lebih dari satu jenis tanaman dalam petakan yang sama dalam waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan sehingga fungsi lahan dapat dimaksimalkan. Sebagai contoh, dalam petakan 3 m x 3 m dapat ditanam terong secara monokultur dengan jarak 70 cm (antarbarisan) x 60 cm (dalam barisan). Dengan ukuran dan jarak tanam tersebut dapat ditanam minimal 20 tanaman terong. Jika ditanam secara tumpang sari dengan bayam, petakan ini dapat menanam minimal 16 tanaman terong dengan jarak tanam terong 80 cm (antarbarisan) x 70 cm (dalam barisan) dan 3 baris tanaman bayam yang memiliki jarak tanam 20 cm x 20 cm (Gambar 14).
41
Pada umumnya, jarak tanam yang digunakan pada sistem tanam tumpangsari jauh lebih lebar dari jarak tanam tanaman ukuran normal. Dalam tumpang sari diatur agar tanaman yang berakar besar mempunyai wilayah tanam yang lebih besar dan yang berakar kecil menempati wilayah tanam yang lebih kecil (Nazaruddin 2003). Jenis tanaman yang ditumpangsarikan memiliki banyak variasi. Setelah panen pertama, petakan yang sama dapat digunakan kembali untuk menanam tanaman dengan jenis yang berbeda atau menanam tanaman yang memiliki sifat dan karakteristik yang hampir sama dengan tanaman yang telah dipanen. Dalam contoh ini, tanaman terong dapat diganti dengan mentimun, tomat, kecipir, atau cabai sedangkan bayam dapat diganti dengan kangkung atau sawi.
Gambar 14 Pola Penanaman pada Petakan 3 m x 3 m Penanaman pada model pekarangan sempit dapat dilakukan secara vertikal, yaitu dengan memanfaatkan dimensi tinggi (vertikal). Salah satunya dengan menggunakan tanaman merambat. Tanaman merambat ini dapat dirambatkan pada batang bambu atau kawat atau memanfaatkan dinding rumah sehingga lebih efisien dalam memanfaatkan ruang. Tanaman merambat dapat dipilih dari jenis tanaman sayur seperti paria, oyong, kecipir, timun, dan kacang panjang, serta dari kelompok tanaman hias seperti alamanda dan bugenvil. Cara lain dapat dilakukan dengan vertikultur, yaitu bertanam dengan media selain tanah pada bak tanaman yang diatur dengan struktur tertentu atau dalam pot-pot gantung.
42
Pada model pekarangan sempit, pekarangan tidak ditanami tanaman dengan tajuk lebar karena tanaman ini dapat menaungi tanaman strata di bawahnya sehingga tanaman yang ternaungi tidak dapat tumbuh optimal (Gambar 16). Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi persaingan antartanaman dalam memperoleh cahaya matahari atau mengambil air dan zat hara dari dalam tanah. Selain itu, dengan luasan yang kecil, jumlah pohon tinggi yang ditanam pun terbatas sehingga ruang pekarangan masih dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman lain (Tabel 6). Kolam ikan tanah ataupun keramba apung di danau tidak dimungkinkan untuk dibuat. Bentuk tapak yang bergelombang dan luasan yang sempit menjadi penghambat untuk membuat kolam tanah sedangkan kedalaman air danau pada bagian tapak ini kurang memenuhi untuk membuat keramba apung di dalamnya. Tabel 6 Daftar Tanaman pada Model Pekarangan Sempit Nama Lokal Pisang Lengkuas Kapulaga Jeruk Nipis Kunyit Jahe Jawer Kotok Hanjuang Simbang Darah Sengon Kelapa Kesumba Lantana Kumis Kucing Tapak Dara Singkong Kemangi
Nama Latin Tanaman Buah Musa paradisiaca Tanaman Bumbu Alpinia galanga Amomum compactum Citrus aurantifolia Curcuma domestica Zingiber officinale Tanaman Hias Coleus blumei Cordyline fruticosa Irisine herbstii Tanaman Industri Albazia falcataria Cocus nucifera Tanaman Lain Bixa arborea Lantana camara Tanaman Obat Orthosiphon aristatus Vinca rosea Tanaman Pati Manihot esculenta Tanaman Sayur Ocimum canum
Jarak Tanam
Jumlah
3mx3m
2
1mx1m 2mx2m 4mx4m 50 cm x 50 cm 40 cm x 60 cm
4 2 1 4 3
50 cm x 50 cm 1mx1m 50 cm x 50 cm
6 4 6
3mx3m 3mx3m
2 1
4mx4m 50 cm x 50 cm
1 6
50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm
5 5
1mx1m
21
60 cm x 60 cm
5
43
44
45
46
4.4.2
Model Pekarangan Sedang Luas ruang pekarangan dalam tapak untuk model pekarangan sedang ini
adalah 232,08 m². Seperti model pekarangan sempit, ruang pekarangan juga dibagi menjadi pekarangan depan, pekarangan samping (kiri dan kanan), dan pekarangan belakang. Namun, berbeda dengan tapak untuk model pekarangan sempit, tapak ini memiliki bentukan yang memanjang mengikuti bentukan danau (Gambar 18). Bentuk tapak seperti ini disiasati dengan membentuk model bangunan rumah yang juga memanjang sehingga pekarangan tetap memiliki ruang untuk pekarangan depan, pekarangan belakangan, dan pekarangan samping meskipun pemanfaatan pekarangan lebih banyak di pekarangan samping. Selain itu, tapak ini juga memiliki kemiringan yang agak curam pada bagian barat (Gambar 18) sehingga pada bagian ini penanaman pohon yang lebih diutamakan untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan air.
Pada bagian pekarangan belakang, telah terdapat deretan mahoni dengan deretan alamanda di bawahnya. Kedua tanaman ini tetap dipertahankan keberadaannya di dalam tapak (Gambar 18). Mahoni dapat berfungsi sebagai tanaman industri yang diambil kayunya. Selain itu, mahoni termasuk pohon yang dapat mengurangi polusi udara sekitar 47-69 %. Meskipun tanaman ini adalah
47
tanaman eksotik tetapi di Telaga Desa tanaman ini sudah dapat tumbuh dengan baik sehingga tanaman ini dapat digunakan di dalam pekarangan. Alamanda dipertahankan dengan fungsi sebagai pagar hidup untuk pekarangan. Pekarangan samping yang cukup luas dapat dimanfaatkan untuk menanam beragam pohon tinggi atau bertajuk lebar. Pada tapak pekarangan sedang mulai dapat ditanam satu atau dua pohon tinggi dengan tajuk yang lebar, misal tanaman berdiameter sekitar 7-8 m (Gambar 20). Kemudian sisa lahan yang ada digunakan untuk menanam beberapa pohon rendah atau perdu dan semak sehingga pekarangan dapat membentuk strata vertikal (Gambar 21). Dengan ukuran yang lebih luas dari model pekarangan sempit, petakan untuk bedeng tanaman menjadi lebih luas sehingga tanaman yang ditanam dapat lebih beragam. Dalam model ini, petakan di letakan di pekarangan samping pada bagian timur yang lebih landai dan pekarangan samping bagian barat lebih digunakan untuk menanam pepohonan karena kondisi tapak yang berlereng (Gambar 20). Untuk penanaman sayur, dengan kondisi tapak seperti ini disarankan bedeng sayur dibuat mengikuti arah kontur sehingga dapat mengurangi kecepatan aliran permukaan atau erosi. Untuk ternak, pada model pekarangan sedang mulai dapat diusahakan kandang yang terpisah dari rumah. Akan tetapi, meskipun dekat dengan danau, kolam ikan cukup sulit dibuat karena kondisi tapak yang berlereng dan menurun ke arah danau. Dalam model pekarangan sedang ini, kandang tidak diletakkan di pekarangan belakang, tetapi pada area yang lebih rendah dan landai di pekarangan depan sehingga jika hujan yang turun sewaktu-waktu tidak membawa kotoran hewan ternak yang dapat masuk ke danau. Di sekitar kandang ditanam tanaman yang dapat menjadi pakan alami bagi ternak. Untuk pekarangan sedang, dengan ukuran kandang 1 m x 1,5 m dapat dimungkinkan memelihara ternak yang berukuran kecil seperti kelinci, ayam atau unggas lainnya (Gambar 20). Seperti model pekarangan sempit, model pekarangan sedang (Gambar 19) juga menggunakan tanaman sebagai pagar hidup. Selain untuk memperindah pekarangan, penggunaan tanaman sebagai pagar hidup juga untuk meningkatkan keragaman jenis tanaman. Tanaman yang dapat digunakan antara lain pangkas kuning, kumis kucing, teh-tehan, puring, hanjuang, atau soka (Tabel 7).
48
Penggunaan tanaman pagar ini juga mempunyai tujuan mencegah ternak tidak berkeliaran di luar pekarangan. Selain tanaman hias tersebut tanaman lain yang dapat menjadi tanaman pinggir yang menarik antara lain cabai rawit, pandan, atau tomat yang ditanam merambat pada bilah kayu atau bambu. Tabel 7 Daftar Tanaman pada Model Pekarangan Sedang Nama Lokal Pepaya Jambu Air Pisang Lengkuas Cabai Kunyit Sereh Pandan Wangi Jahe Teh-tehan Puring Pangkas Kuning Pisang Hias Ruellia Tebu Kakao Alamanda Mahoni Sambang Colok Kenanga Kumis Kucing Patah Tulang Tapak Dara Ganyong Ubi Jalar Singkong Katuk Tomat Terong Leunca
Nama Latin Jarak Tanam Tanaman Buah Carica papaya 3mx3m Eugenia aquea Burm 8mx8m Musa paradisiaca 3mx3m Tanaman Bumbu Alpinia galanga 1mx1m Capsicum annuum 50 cm x 90 cm Curcuma domestica 50 cm x 50 cm Cymbopogon nardus 50 cm x 100 cm Pandanus amaryllifolius 1mx1m Zingiber officinale 40 cm x 60 cm Tanaman Hias Acalypha macrophylla 1mx1m Codiaeum variegatum 1,5 m x 1,5 m Duranta repens 1mx1m Heliconia sp. 1mx1m Ruellia malacosperma 50 cm x 50 cm Tanaman Industri Sacharum officinarum 2mx2m Theobroma cacao 3mx3m Tanaman Lain Allamanda cathartica 1mx1m Swietenia macrophylla 3mx3m Tanaman Obat Aerva sanguinolenta 1mx1m Cananga odorata 5mx5m Orthosiphon aristatus 50 cm x 50 cm Pedilanthus tithymaloides 1 m x 1 m Vinca rosea 50 cm x 50 cm Tanaman Pati Canna edulis 1mx1m Ipomoea batatas 30 cm x 100 cm Manihot esculenta 1mx1m Tanaman Sayur Sauropus androgynus 30 cm x 30 cm Solanum lycopersicum 70 cm x 80 cm Solanum melongena 60 cm x 80 cm Solanum nigrum 70 cm x 80 cm
Jumlah 3 1 3 2 4 2 2 3 2 21 7 16 4 8 2 1 35 4 6 1 17 9 4 2 3 4 6 2 2 1
49
50
51
52
4.4.3
Model Pekarangan Besar Topografi tapak untuk model pekarangan besar ini landai dengan luas
tapak sekitar sekitar 558,31 m² . Pada tapak ini telah terdapat deretan jati yang di bawahnya ditanam massal alamanda (Gambar 22). Seperti pohon mahoni, keberadaan pohon jati pun tetap dipertahankan sebagai salah satu jenis tanaman industri di dalam pekarangan.
Pada model pekarangan besar (Gambar 23) mulai dapat ditanam lebih banyak pohon tinggi dengan tajuk yang lebar dan beberapa pohon rendah atau perdu tinggi. Sebagai contoh, dapat ditanam mangga, pisang, dan belimbing wuluh atau pohon lain yang lebih tinggi dengan tajuk yang lebar. Pekarangan juga dapat ditanami tanaman sayur yang tergolong pohon seperti petai. Dengan ukuran tapak yang lebih luas dan topografi yang landai, pada model pekarangan besar tidak hanya tersedia lahan untuk menanam tetapi juga dibuat beberapa fasilitas untuk mendukung fungsi pekarangan, seperti tempat menjemur hasil pertanian. Pada pekarangan umumnya, tempat menjemur hasil pertanian berada di pekarangan depan. Namun karena pekarangan depan yang tidak begitu luas, tempat menjemur hasil pertanian diletakkan di pekarangan samping. Selain itu, terdapat juga tempat pembibitan. Tempat ini disediakan untuk penyemaian
53
tanaman sebelum ditanam langsung ke tanah. Letaknya diletakkan dekat dengan petakan untuk budidaya tanaman. Semakin luas pekarangan, semakin luas juga lahan yang disediakan untuk menanam beragam jenis tanaman yang diinginkan. Tetapi tidak hanya tanaman, hewan yang dapat dipelihara pun semakin beragam. Di dalam pekarangan yang besar dapat dibangun kandang domba atau hewan ternak lainnya, seperti sapi, ayam, dan kelinci dengan ukuran kandang luas sehingga hewan yang diternakkan dapat lebih banyak jumlahnya. Kondisi topografi yang cukup landai juga memungkinkan untuk membuat kolam ikan tanah. Karena lokasinya yang berdekatan dengan danau, maka danau dapat menjadi sumber air untuk kolam. Kolam pun diletakkan di bagian depan agar dekat dengan danau sehingga proses irigasi air danau ke kolam berjalan lebih mudah. Berikut daftar tanaman yang digunakan dalam model pekarangan besar (Tabel 8). Tabel 8 Daftar Tanaman pada Model Pekarangan Besar Nama Lokal Pepaya Mangga Pisang Jambu Biji Lengkuas Kapulaga Belimbing Wuluh Cabai Kunyit Sereh Jahe Teh-tehan Sri Rezeki Bugenvil Euphorbia Kaca Piring Pisang Hias Kembang Sepatu Soka Lolipop Suji
Nama Latin Tanaman Buah Carica papaya Mangifera indica Musa paradisiaca Psidium guajava Tanaman Bumbu Alpinia galanga Amomum compactum Averrhoa bilimbi Capsicum annuum Curcuma domestica Cymbopogon nardus Zingiber officinale Tanaman Hias Acalypha macrophylla Aglaonema sp. Bougainvillea sp. Euphorbia sp. Gardenia jasminoides Heliconia sp. Hibiscus rosasinencis Ixora javanica Pachystachys lutea Pleomele angustifolia
Jarak Tanam
Jumlah
3mx3m 10 m x 10 m 3mx3m 7mx7m
3 1 9 1
1mx1m 2mx2m 6mx6m 50 cm x 90 cm 50 cm x 50 cm 50 cm x 100 cm 40 cm x 60 cm
2 3 1 3 3 2 3
1mx1m 50 cm x 50 cm 1mx1m 1mx1m 1mx1m 1mx1m 2mx2m 1mx1m 1mx1m 20 cm x 20 cm
12 4 8 5 22 4 1 10 20 2
54
Lanjutan Tabel 8 Nama Lokal Tebu Kakao Alamanda Turi Mahoni Sambiloto Mangkok Ganyong Sente Jagung Kemangi Petai Katuk Terong
Nama Latin Jarak Tanam Tanaman Industri Sacharum officinarum 2mx2m Theobroma cacao 3mx3m Tanaman Lain Allamanda cathartica 1mx1m Sesbania grandiflora 2 m x 2m Swietenia macrophylla 3mx3m Tanaman Obat Andrographis paniculata 50 cm x 50 cm Nothopanax scutellarium 1,5 m x 1,5 m Tanaman Pati Canna edulis 1mx1m Xanthosoma sagittifolium 1mx1m Zea mays 25 cm x 75 cm Tanaman Sayur Ocimum canum 60 cm x 60 cm Parkia speciosa 8mx8m Sauropus androgynus 30 cm x 30 cm Solanum melongena 60 cm x 80 cm
Jumlah 3 1 43 1 9 3 2 3 2 6 3 1 4 2
55
56
57
58
4.3.4
Model Pekarangan Sangat Besar Tapak ini adalah tapak terluas dan tapak dengan topografi yang datar
sehingga tapak ini berpotensi untuk dilakukan berbagai aktivitas dan penggunaan fasilitas aatau elemen pekarangan yang beragam. Luas tapak pekarangan ini sekitar 1128,96 m². Sama seperti tapak untuk model pekarangan sedang dan besar, bentukan tapak ini pun memanjang mengikuti bentukan danau (Gambar 26).
Pada tapak pekarangan yang sangat besar, dapat dilaksanakan pekarangan yang lengkap. Keanekaragaman hayati pun meningkat seiring bertambahnya jumlah dan jenis tanaman dalam pekarangan. Semakin luas pekarangan, makin besar jumlah jenis tanaman tanaman yang ada di pekarangan. Selain itu, pekarangan tidak hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi dapat juga dijadikan sumber pendapatan dan sumber keindahan. Untuk model pekarangan sangat besar (Gambar 27), pohon besar atau pohon tinggi yang dapat ditanam dapat lebih dari satu dengan beragam kombinasi strata tanaman. Seperti tipe model lainnya, pemanfaatan pekarangan pun lebih banyak dilakukan di samping rumah. Tanaman-tanaman besar dan tinggi ditanam di samping rumah dan di bawah pohon ditanam tanaman dengan strata yang lebih rendah baik perdu, semak, ataupun tanaman herba lainnya (Gambar 29).
59
Tanaman semak atau penutup tanah yang digunakan di dalam model pekarangan sangat besar lebih beragam jenis dan fungsinya dibandingkan model pekarangan lainnnya (Tabel 9). Elemen lain seperti kandang atau kolam juga dibuat dengan ukuran yang lebih besar. Hewan yang diternakkan pun lebih dari satu jenis, misal unggas dan ikan atau hewan ternak yang lebih besar seperti kerbau, sapi, dan domba. Tabel 9 Daftar Tanaman pada Model Pekarangan Sangat Besar Nama Lokal Nanas Sukun Nangka Pepaya Manggis Pisang Rambutan Jambu Biji Lengkuas Kapulaga Cabai Jeruk Nipis Kunyit Temulawak Sereh Pandan Wangi Jahe Kucai Puring Jawer Kotok Hanjuang Pangkas Kuning Euphorbia Kaca Piring Soka Nusa Indah Suji Ruellia Walisongo Bunga Kertas Mindi Pala Tebu Jati
Nama Latin Tanaman Buah Ananas comosus Artocarpus communis Artocarpus heterophyllus Carica papaya Garcinia mangostana Musa paradisiaca Nephelium lappaceum Psidium guajava Tanaman Bumbu Alpinia galanga Amomum compactum Capsicum annuum Citrus aurantifolia Curcuma domestica Curcuma xanthorrhiza Cymbopogon nardus Pandanus amaryllifolius Zingiber officinale Tanaman Hias Carex morrowii Codiaeum variegatum Coleus blumei Cordyline fruticosa Duranta repens Euphorbia sp. Gardenia jasminoides Ixora javanica Mussaenda philippica Pleomele angustifolia Ruellia malacosperma Schefflera grandiflora Zinnia elegans Tanaman Industri Melia azedarach Myristica fragrans Sacharum officinarum Tectona grandis
Jarak Tanam
Jumlah
1,5 m x 1,5 m 10 m x 10 m 9mx9m 3mx3m 10 m x 10 m 3mx3m 12 m x 12 m 7mx7m
3 1 1 4 1 6 1 1
1mx1m 2mx2m 50 cm x 90 cm 4mx4m 50 cm x 50 cm 75 cm x 100 cm 50 cm x 100 cm 1mx1m 40 cm x 60 cm
4 3 4 1 4 5 4 6 4
20 cm x 20 cm 1,5 m x 1,5 m 50 cm x 50 cm 1mx1m 1mx1m 50 cm x 50 cm 1mx1m 1mx1m 4mx4m 20 cm x 20 cm 50 cm x 50 cm 1mx1m 50 cm x 50 cm
12 8 5 9 25 5 18 22 1 4 4 2 15
5mx5m 10 m x 10 m 2mx2m 3mx3m
1 1 2 10
60
Lanjutan Tabel 9 Nama Lokal Alamanda Bambu Lantana Lamtoro Turi Jengger Ayam Pacing Mengkudu Mangkok Mahkota Dewa Beluntas Ganyong Talas Singkong Sente Melinjo Kemangi Poh-pohan Jengkol Kecipir Katuk Tomat Kacang Panjang
Nama Latin Tanaman Lain Allamanda cathartica Bambusa sp. Lantana camara Leucaena leucocephala Sesbania grandiflora Tanaman Obat Celosia spicata Costus speciosus Morinda citrifolia Nothopanax scutellarium Phaleria macrocarpa Pluchea indica Tanaman Pati Canna edulis Colocasia esculenta Manihot esculenta Xanthosoma sagittifolium Tanaman Sayur Gnetum gnemon Ocimum canum Pilea trinervia Pithecellobium jiringa Psophocarpus tetragonolobus Sauropus androgynus Solanum lycopersicum Vigna unguilata
Jarak Tanam
Jumlah
1mx1m rumpun 50 cm x 50 cm 4mx4m 2 m x 2m
57 6 19 1 1
50 cm x 50 cm 50 cm x 50 cm 5mx5m 1,5 m x 1,5 m 3mx3m 50 cm x 50 cm
5 6 1 3 1 5
1mx1m 75 cm x 75 cm 1mx1m 1mx1m
4 4 12 4
6mx6m 60 cm x 60 cm 30 cm x 30 cm 10 m x 10 m 35 cm x 35 cm 30 cm x 30 cm 70 cm x 80 cm 30 cm x 75 cm
1 6 5 1 2 6 2 3
Untuk mengoptimalkan fungsi lahan pekarangan, sisa lahan yang ada dimanfaatkan untuk menambahkan fasilitas yang mendukung fungsi pekarangan. Sebagai contoh, pada model pekarangan ini dibuat gazebo atau saung untuk tempat berkumpul atau istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan di sekitar pekarangan. Tempat ini juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk pemilik rumah bersosialisasi dengan tetangganya. Selain gazebo, terdapat fasilitas pendukung lainnya seperti gudang sebagai tempat menyimpan alat berkebun atau menyimpan hasil pertanian atau berkebun, tempat pembibitan tanaman, dan tempat pengomposan. Fasilitas-fasilitas ini untuk mendukung kegiatan bertanam di pekarangan dan diletakan di dekat tempat bertanam sehingga proses bertanam lebih efesien.
61
62
63