BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran lokasi penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan Kedungmundu, Kecamatan Tembalang. Penelitian ini bertujuan
untuk
menggambarkan
pelaksanakan
partograf
untuk
pertolongan persalinan di Bidan Praktik Mandiri yang ada di wilayah Puskesmas Kedungmundu dengan jumlah 28 BPM. Penelitian ini dilaksanaka pada bulan Agustus 2014.
2. Gambaran karakteristik responden Karakteristik responden berdasarkan umur rata-ratanya adalah 35,07 ± 5,01 tahun. Umur termuda adalah 24 tahun dan umur tertua adalah 43 tahun. Pendidikan responden sebagian besar adalah D3 kebidanan yaitu sebanyak 15 orang (53,6%), dan yang berpendidikan D4 kebidanan sebanyak 13 orang (46,4%).
B. Penggunaan partograf pada bidan Jumlah penggunaan partograf sama dengan jumlah persalinan yang ditangani oleh responden. Jumlah rata-rata persalinan yang ditangani responden dalam Bulan Agustus selama penelitian ini berlangsung adalah 3 kali, dengan jumlah persalinan terbanyak 5 kali dan yang paling sedikit 1 kali. Penggunaan partograf sebagian besar baik walaupun terdapat beberapa poin yang kurang atau tidak terisi lengkap. Penggunaan partograf terdiri dari 26 daftar isian, meliputi :
25
26
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Daftar Isian Format Partograf untuk Pertolongan Persalinan No 1. 2. 3. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Pernyataan Nama dan umur ibu Nama dan umur suami Gravida, para, abortus Umur kehamilan Jam dan tanggal masuk Alamat Waktu pecahnya ketuban dan waktunya mulainya ibu merasa mules-mules Denyut Jantung Janin setiap 30 menit Air ketuban disertai lambang Pemyusupan kepala bayi Pembukaan servik Penurunan kepala Pencatatan jam (waktu) Pencatatan kontraksi (his) Pencatatan nadi Pencatatan tekanan darah Pencatatn suhu Pencatatn urin Makan dan minum terakhir Tanda tangan penolong Catatan persalinan Kala I Kala II Kala III Keadaan bayi baru lahir Kala IV
Diisi
Tidak diisi
n
%
n
%
28 23 28 20 20 14
100 82,1 100 71,4 71,4 50,0
0 5 0 8 8 14
0 17,9 0 28,6 28,6 50,0
24
85,7
4
14,3
28 26 28 28 28 23 23 26 26 17 15 20 19 25 26 26 26 24 16
100 92,9 100 100 100 82,1 82,1 92,9 92,9 60,7 53,6 71,4 67,9 89,3 92,9 92,9 92,9 85,7 57,1
0 2 0 0 0 5 5 2 2 11 13 8 9 3 2 2 2 4 12
0 7,1 0 0 0 17,9 17,9 7,1 7,1 39,3 46,4 28,6 32,1 10,7 7,1 7,1 7,1 14,3 42,9
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa format partograf yang banyak diisi oleh responden nama dan umur ibu (100%), gravida, para, abortus (100%), denyut jantung janin setiap 30 menit (100%), penyusupan kepala bayi (100%), pembukaan servik (100%), dan penurunan kepala (100%). Sedangkan pencatatan format isian yang banyak tidak dilakukan dalam partograf adalah alamat (50%), pencatatn urin (46,4%), pencatatan suhu (39,3%), kala IV (42,9%), tanda tangan penolong (32,1%) serta makan dan minum terakhir (28,6%). Berdasarkan pengisian format partograf tersebut maka penggunaan partograf untuk pertolongan persalinan oleh Bidan Praktik Mandiri di wilayah
27
Puskesmas Kedung Mundu Kecamatan Tembalang Semarang
dapat
digolongka sebagai berikut. Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Penggunaan partograf untuk pertolongan persalinan Penggunaan partograf
n
%
Tidak lulus Lulus
2 26
7,1 92,9
Jumlah
28
100
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam lulus dalam penggunaan partograf untuk pertolongan persalinan yaitu sebanyak 26 orang (92,9%), dan yang tidak lulus sebanyak 2 orang (7,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden lulus dalam pencatatan partogram untuk penolong persalinan yaitu sebanyak 92,9% orang. Hasil ini sekaligus juga menunjukkan bahwa ada kepatuhan dalam diri bidan praktik mandiri dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pengisian partogram untuk pertolongan persalinan. Kesadaran bidan dalam mengisi partograf ini karena memahami bahwa partograf merupakan salah satu dokumentasi kebidanan. Sebagai dokumentasi kebidanan milik bidan, kalau memang diperlukan maka dokumentasi kebidanan ini dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti yang sah jika terjadi sengketa medis. Partograf juga merupakan bagian terpenting dalam proses pencatatan selama persalinan. Partograf dibuat hanya untuk persalinan normal saja untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu selama proses persalinan dan keberadaan partograf dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang memang harus ada. Dalam proses pertolongan persalinan, partograf seharusnya dibuat selama proses persalinan, namun manakala terjadi keadaan yang mendesak, pembuatan partograf dapat dilakukan setelah proses pertolongan selesai. Selesainya proses pertolongan persalinan dengan selamat juga merupakan salah satu alasan terlupakannya partograf dibuat secara lengkap.
28
Kewajiban membuat partograf sebagai kebutuhan atau merupakan satu paket dalam proses pertolongan persalinan. Keberadaan partograf itu wajib dibuat sebagai salah satu kebutuhan yang harus ada dalam proses pertolongan persalinan terlepas itu ada sanksi atau tidak. Selesainya proses persalinan dengan selamat kemudian membuat beberapa responden lupa untuk melengkapi partigraf sebagai dikumentasi kebidanan. Ketidaklengkapan pengisian partograf tersebut terutama berkaitan dengan pencatatan Alamat (50%), hal ini dikhawatirkan jika terjadi sesuatu tidak dapat mencari pasien karena alamatnya tidak terdata. Pencatatn urin (46,4%), jika tidak tilakukan maka dikhawatirkan akan terjadi eklamsi, Pencatatn suhu (39,3%), yang jika tidak dilakukan dikhawatikan jika terjadi kenaikan suhu tidak dapat diketahui dan pada Kala IV (42,9%), jika tidak dilakukan dikhawatirkan terjadi perdarahan hebat yang membutuhkan penanganan cepat. Tanda tangan penolong (32,1%) dan Makan dan minum terakhir (28,6%). Kesibukan ketika menangani persalinan dengan upaya menyelamatkan ibu dan bayi membuat bidan yang menjadi responden seringkali mengesampingkan pengisian partograf da beranggapan pengisian partograf dapat dilaksanakan setelah proses persalinan selesai. Permasalahan yang seringkali muncul adalah ketika persalinan selesai, bidan yang bersangkutan justru sering lupa untuk mengisi partograf kembali. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar responden melakukan pengisian partograf dengan baik. Kelengkapan pengisian partograf tersebit terutama berkaitan dengan nama dan umur ibu (100%), gravida, para, abortus (100%), denyut jantung janin setiap 30 menit (100%), penyusupan kepala bayi (100%), pembukaan servik (100%), dan penurunan kepala (100%). Temuan-temuan yang ada selama proses persalinan harus dicatat dalam partograf. Partograf adalah alat untuk mencatat dan menilai kemajuan persalinan, dan kondisi ibu dengan janin. Penggunaan partograf diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis dan deteksi dini komplikasi dalam pertolongan persalinan, seperti misalnya partus lama. Partograf juga
29
merupakan grafik kejadian-kejadian sewaktu berlangsungnya persalinan menurut satuan jam. Terdiri dari 3 komponen yaitu : catatan janin, catatan kemajuan persalinan dan catatan ibu dan dapat dianggap sebagai "sistim peringatan awal", yang akan membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dirujuk, dipercepat atau diakhiri persalinannya (Sulistyaningsih, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gustiawati (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan partograf oleh bidan di Kabupaten Tanjung Jabong Barat menemukan bahwa ada bidan yang tidak menggunakan partograf untuk memantau persalinan (46,8%) dengan menyatakan penggunaan partograf hanya digunakan untuk mengklaim jampersal, hanya 64,6% bidan yang mempunyai peralatan lengkap dan hanya 62% bidan yang mempunyai keterampilan baik tentang partograf.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian makadapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Jumlah persalinan yang ditangani responden dalam Bulan Agustus selama proses penelitian berlangsung adalah 3 kali, dengan jumlah persalinan terbanyak 5 kali dan yang paling sedikit 1 kali. Penggunaan partograf sebagian besar baik walaupun terdapat beberapa poin yang kurang atau tidak terisi lengkap. 2. Bidan dalam penggunaan partograf untuk pertolongan persalinan sebagian besar lulus yaitu sebanyak 92,9%, dan yang tidak lulus sebanyak 7,1%.
B. Saran 1. Bidan Praktik Mandiri Bidan praktik mandiri diharapkan dapat mematuhi dan melengkapi format isian partograf untuk penolong persalinan sebagai salah satu bentuk dokumentasi selama pertolongan persalinan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yang tepat selama memberi pertolongan presalinan. Bidan diharapkan dapat menggunakan format partograf terbaru dalam mendokumentasikan pertolongan persalinan yang dilakukan. 2. Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan diharapkan dapat memberikan pengawasan yang ketat saat melakukan supervisi terhadap Bidan Praktik Mandiri khususnya serta diharapkan memperhatikan kembali tentang kelengkapan partograf. 3. Institusi Pendidikan Institusi pendidikan kebidanan diharapkan dapat melakukan pemantapan saat materi persalinan normal terutama tentang partograf.
33