66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Singkat Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana. Fakultas Psikologi UKSW berdiri sejak tahun 1999. lokasinya terletak di Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, Jawa Tengah. Fakultas Psikologi
memiliki
misi
untuk
mengembangkan
psikologi
yang
mengintegrasikan tubuh (body), jiwa (mind) dan spiritual secara teoritis maupun praktis; berkomitmen untuk menciptakan atmosfer pembelajaran berbasis penelitian, dengan berpusat pada mahasiswa (student centered learning); serta mengembangkan Laboratorium Psikologi Terapan sebagai salah satu sarana bagi mahasiswa untuk berlatih mengaplikasikan psikologi.
B.
Deskripsi Responden Penelitian
1.
Karakteristik responden berdasarkan registrasi skripsi Responden dalam penelitian ni adalah mahasiswa fakultas psikologi
yang menulis skripsi lebih dari 1 semester. Adapun data yang diperoleh dari bagian administrasi Universitas Kristen Satya Wacana adalah sebagai berikut Tabel 4.1. Data registrasi mahasiswa fakultas psikologi yang mengambil skripsi >1 semester No 1 2 3 4 4
Angkatan 2004 2005 2006 2007 Readmisi Total
Jumlah Mahasiswa 1 12 26 25 9 73
67
C.
Deskripsi Pengukuran Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tentang variabel
orientasi pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri dan prokrastinasi skripsi. Agar mudah dipahami, data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, dideskripsikan dalam bentuk tabulasi yaitu penyajian data yang sudah diklasifikasikan/dikategorikan ke dalam bentuk tabel atau diagram, sehingga dapat memberikan gambaran deskriptif tentang orientasi pada kesempurnaan (perfectionism), efikasi diri dan prokrastinasi skripsi mahasiswa.
1.
Variabel prokrastinasi skripsi Skala atau angket prokrastinasi skripsi digunakan untuk mengukur
prokrastinasi skripsi berdasarkan persepsi dari mahasiswa sebagai responden. Artinya responden diminta untuk memberikan penilaian atau tanggapan yang menunjukkan tingkat prokrastinasi skripsi responden di dalam mengerjakan skripsi. Skala prokrastinasi skripsi ini terdiri dari 28 item pernyataan dengan menggunakan 4 option yaitu skor 4 untuk sangat sesuai, 3 untuk sesuai, 2 untuk tidak sesuai, dan 1 untuk sangat tidak sesuai. 4 option ini berlaku untuk pernyataan yang bersifat positif, dan sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif. Semakin tinggi skor total menunujukkan prokrastinasi skripsi yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total menunjukkan prokrastinasi skripsi yang semakin rendah. Skor total prokrastinasi skripsi yang diperoleh masing-masing responden, diklasifikasikan dalam 4 kategori yakni sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.
68
Cara membuat kategori :
Jumlah item yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi skripsi 27 item valid, maka secara teoritik skor minimum yang mungkin diperoleh adalah 27 dan skor maksimum yang mungkin diperoleh adalah 108 (27 x 4)
Menentukan panjang kelas interval dengan cara : Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah Jumlah Jenjang = 108 - 27 4 = 81 4 = 20,25
Dengan demikian, gambaran tinggi rendahnya prokrastinasi skripsi mahasiswa dikategorikan pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Deskripsi pengukuran variabel prokrastinasi skripsi Skor 87,75≤ x < 108 67,5≤ x < 87,75 47,25 ≤ x < 67,5 27 ≤ x < 47,25
Kategori Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah
Frekuensi 1 27 29 5
% 1,61% 43.55% 46,77% 8,06%
Mean
Stdev
64,48
10,49
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa rata-rata skor prokrastinasi skripsi mahasiswa di fakultas psikologi UKSW Salatiga adalah
64,48, dengan
standar deviasi 10,49. Adapun gambaran sebaran prokrastinasi skripsi mahasiswa adalah sebesar 8,06% mahasiswa berada pada kategori tingkat prokrastinasi skripsi yang sangat rendah, 46,77% berada pada kategori
69
tingkat prokrastinasi skripsi rendah, 43,55% berada pada kategori tingkat prokrastinasi skripsi
tinggi dan 1,61% berada pada kategori tingkat
prokrastinasi skripsi sangat tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prokrastinasi skripsi mahasiswa di Fakultas Psikologi UKSW Salatiga, berada pada tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. 2.
Variabel orientasi pada kesempurnaan (perfectionism) Skala atau angket orientasi pada kesempurnaan digunakan untuk
mengukur orientasi pada kesempurnaan berdasarkan persepsi dari mahasiswa sebagai responden. Artinya responden diminta untuk memberikan penilaian atau tanggapan yang menunjukkan tingkat orientasi pada kesempurnaan di dalam mengerjakan skripsi. Skala orientasi pada kesempurnaan ini terdiri dari 29 item pernyataan dengan menggunakan 4 option yaitu skor 4 untuk sangat sesuai, 3 untuk sesuai, 2 untuk tidak sesuai, dan 1 untuk sangat tidak sesuai. 4 option ini berlaku untuk pernyataan yang bersifat positif, dan sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif. Semakin tinggi skor total menunujukkan orientasi pada kesempurnaan yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total menunjukkan orientasi pada kesempurnaan yang semakin rendah. Skor total orientasi pada kesempurnaan yang diperoleh masingmasing responden, diklasifikasikan dalam 4 kategori yakni sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.
Cara membuat kategori :
Jumlah item yang digunakan untuk mengukur orientasi pada kesempurnaan 29 item valid, maka secara teoritik skor minimum yang mungkin diperoleh adalah 29 dan skor maksimum yang mungkin diperoleh adalah 140 (29 x 4)
70
Menentukan panjang kelas interval dengan cara : Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah Jumlah Jenjang = 116 -29 4 = 87 4 = 21,75
Dengan demikian, gambaran tinggi rendahnya orientasi pada kesempurnaan mahasiswa dikategorikan pada tabel 4.3 Tabel 4.3. Deskripsi pengukuran orientasi pada kesempurnaan Skor 94,25≤ x < 116 72,5≤ x < 94,25 50,75 ≤ x < 72,5 29 ≤ x < 50,75
Kategori Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah
Frekuensi 1 24 33 4
% 1,61% 38,71% 53,22% 6,45%
Mean
Stdev
69,01
10,65
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa rata-rata skor orientasi pada kesempurnaan mahasiswa di fakultas psikologi UKSW Salatiga adalah 69,01, dengan standar deviasi 10,65. Adapun gambaran sebaran orientasi pada kesempurnaan mahasiswa adalah sebesar 6,45% mahasiswa berada pada kategori tingkat orientasi pada kesempurnaan yang sangat rendah, 53,22% berada pada kategori tingkat orientasi pada kesempurnaan rendah, 38,71% berada pada kategori tingkat orientasi pada kesempurnaan tinggi dan 1,61% pada kategori tingkat orientasi pada kesempurnaan sangat tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orientasi pada kesempurnaan mahasiswa di fakultas psikologi UKSW Salatiga, berada pada tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
71
3.
Variabel efikasi diri Skala atau angket efikasi diri digunakan untuk mengukur efikasi diri
berdasarkan persepsi dari mahasiswa sebagai responden. Artinya responden diminta untuk memberikan penilaian atau tanggapan yang menunjukkan tingkat efikasi diri di dalam mengerjakan skripsi. Skala efikasi diri ini terdiri dari 25 item pernyataan dengan menggunakan 4 option yaitu skor 4 untuk sangat sesuai, 3 untuk sesuai, 2 untuk tidak sesuai, dan 1 untuk sangat tidak sesuai. 4 option ini berlaku untuk pernyataan yang bersifat positif, dan sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif. Semakin tinggi skor total menunujukkan tingkat efikasi diri yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total menunjukkan tingkat efikasi diri yang semakin rendah. Skor total efikasi diri yang diperoleh masing-masing responden, diklasifikasikan dalam 4 kategori yakni sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.
Cara membuat kategori :
Jumlah item yang digunakan untuk mengukur efikasi diri 25 item valid, maka secara teoritik skor minimum yang mungkin diperoleh adalah 25 dan skor maksimum yang mungkin diperoleh adalah 100 (25 x 4)
Menentukan panjang kelas interval dengan cara : Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah Jumlah Jenjang = 100-25 4 = 75 4 = 18,75
72
Dengan demikian, gambaran tinggi rendahnya efikasi diri mahasiswa dikategorikan pada tabel 4.4 Tabel 4.4. Deskripsi pengukuran efikasi diri Skor 81,25≤ x < 116 62,5≤ x < 81,25 43,75 ≤ x < 62,5 25 ≤ x < 43,75
Kategori Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah
Frekuensi 11 46 5
% 17,74% 74,19% 8,06%
Mean
Stdev
73,9
7,57
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa rata-rata skor efikasi diri mahasiswa di fakultas psikologi UKSW Salatiga adalah 73,9, dengan standar deviasi 7,57. Adapun gambaran sebaran efikasi diri mahasiswa adalah sebesar 8,06% mahasiswa berada pada kategori tingkat efikasi diri yang rendah, 74,19% berada pada kategori tingkat efikasi diri tinggi, dan 17,74% berada pada kategori tingkat efikasi diri sangat tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa efikasi diri mahasiswa di Fakultas Psikologi UKSW Salatiga, berada pada tingkat sedang, tinggi, dan sangat tinggi. D.
Pengujian Persyaratan Analisis (Uji Asumsi) Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan linearitas.
1.
Uji normalitas Pengujian normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan analisa
grafik histogram, grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual, dan uji One Sample Kolmogorov Smirnov.
73
Pada analisa grafik, normalitas dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2009).
Gambar 4.1. Histogram Tampilan histogram di atas menunjukkan pola distribusi normal. Sebab memperlihatkan grafik mengikuti sebaran kurva normal, dimana
kurva
berbentuk lonceng / bell shaped curve yang tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.
74
Gambar 4.2. Grafik P-P Plot Test Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual di atas menunjukkan bahwa sebaran data (berupa titik-titik) berada di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal tersebut, sehingga asumsi normalitas dapat dipenuhi. Uji normalitas data dapat pula dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi secara normal, bila nilai signifikansi pada output kolmogorov-smirnov di atas nilai alpha (p>0,05). Adapun hasil uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov ditunjukkan pada tabel 4.5.
75
Tabel 4.5. Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
62 a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
.0000000 9.15585969 .068
Positive
.068
Negative
-.065
Kolmogorov-Smirnov Z
.532
Asymp. Sig. (2-tailed)
.940
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi diatas 0,05. Secara residual nilai Z sebesar 0,532 dengan p=0.940 (p > 0.05) yang berarti bahwa data seluruh variabel terdistribusi normal. Secara keseluruhan, dengan menggunakan metode grafik histogram, grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual, dan One Sample Kolmogorov-Smirnov dapat dinyatakan bahwa data penelitian ini memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak digunakan.
2.
Uji heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut
homokedastisitas (Gujarati,
76
1995). Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Pengujian asumsi ini dilakukan dengan analisis grafik scatterplot dengan kinerja sebagai variabel dependennya. Dasar pengambilan keputusan adalah jika titik-titik pada output tersebut membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heterokedastisitas. Bentuk grafik scatterplot yang dihasilkan dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.3. Scatterplot Scatterplot di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola-pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel prokrastinasi skripsi berdasarkan orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri.
77
3.
Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji ada tidaknya
hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas (independen) dalam model regressi. Asumsi klasik yang digunakan pada model regresi berganda adalah bahwa tidak adanya masalah multikolinearitas dalam hal ini tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Dalam penelitian ini pengujian akan dilakukan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥ 10 (Priyatno, 2009).
Tabel 4.6. Tabel hasil uji multikolinearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) orientasi_pada_kesempurn aan
1.000
1.000
self_efficacy
1.000
1.000
a. Dependent Variable: prokratinasi_skripsi
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang digunakan memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada variabel yang digunakan.
78
4.
Uji linearitas
a.
Uji linieritas variabel orientasi pada kesempurnaan dan prokrastinasi skripsi Berdasarkan hasil uji linearitas variabel orientasi pada kesempurnaan
dan prokrastinasi skripsi, dapat diketahui bahwa nilai F pada deviation from linierity adalah 1,424 dengan signifikansi 0.167 (p>0.05), maka disimpulkan bahwa terdapat linearitas hubungan antara orientasi pada kesempurnaan dengan prokrastinasi skripsi. Hasil pengujian linearitas pada variabel orientasi pada kesempurnaan terhadap prokrastinasi skripsi, dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7. Uji linearitas orientasi pada kesempurnaan dan prokrastinasi skripsi ANOVA Table Sum of Squares prokratinas Between i_skripsi * Groups orientasi_p ada_kese mpurnaan
b.
(Combined)
df
Mean Square
F
Sig.
3727.984
29
128.551
1.375
.190
.067
1
.067
.001
.979
3727.917
28
133.140
1.424
.167
Within Groups
2991.500
32
93.484
Total
6719.484
61
Linearity Deviation from Linearity
Uji linieritas variabel efikasi diri dan prokrastinasi skripsi Berdasarkan uji linearitas pada variabel efikasi diri dan prokrastinasi
skripsi, dapat diketahui bahwa nilai F pada deviation from linierity adalah 1,034 dengan signifikansi 0.455 (p>0.05), maka disimpulkan bahwa terdapat linearitas hubungan antara efikasi diri dengan prokrastinasi skripsi. Hasil uji coba linearitas pada variabel efikasi diri terhadap prokrastinasi skripsi, dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut ini:
79
Tabel 4.8. Uji linearitas efikasi diri dan prokrastinasi skripsi ANOVA Table Sum of Squares prokratinasi_ Between (Combined) skripsi * Groups Linearity self_efficacy Deviation from Linearity
Mean Square
df
F
Sig.
3691.927
25
147.677
1.756 .060
1605.663
1
1605.663
19.093 .000
2086.264
24
86.928
1.034 .455
Within Groups
3027.557
36
84.099
Total
6719.484
61
Secara keseluruhan hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian karena memenuhi beberapa persyaratan analisis yaitu data terdistribusi secara normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, seluruh variabel independen tidak terdapat problem multikolinearitas, dan adanya hubungan linear antar variabel independen terhadap variabel dependen.
5.
Uji hipotesis Hipotesis : orientasi pada kesempurnaan (perfectionism) dan efikasi
diri secara simultan dan signifikan memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi skripsi mahasiswa fakultas psikologi UKSW. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda dua variabel. Dua variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dua variabel independen, yakni orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
80
Tabel 4.9. Hasil uji regresi berganda signifikansi nilai F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1605.868
2
802.934
Residual
5113.616
59
86.671
Total
6719.484
61
F
Sig.
9.264
.000
a
a. Predictors: (Constant), self_efficacy, orientasi_pada_kesempurnaan b. Dependent Variable: prokratinasi_skripsi
Tabel 4.9 menunjukkan hasil analisas uji F, yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel ANOVA di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 9,264 dengan signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05) yang berarti ada pengaruh signifikan orientasi pada kesempurnan dan efikasi diri terhadap prokrastinasi skripsi.
Tabel 4.10. Hasil uji regresi berganda nilai koefisien beta dan nilai t variabel independen terhadap variabel dependen Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model
B
1
114.908
14.039
orientasi_pada_kesemp urnaan
-.005
.112
self_efficacy
-.677
.157
(Constant)
Std. Error
a. Dependent Variable: prokratinasi_skripsi
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
8.185
.000
-.006
-.049
.961
-.489
-4.304
.000
81
Melalui analisa uji t (tabel 4.10), dapat diketahui pengaruh variabel orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri secara parsial terhadap prokrastinasi skripsi. Untuk variabel orientasi pada kesempurnaan mempunyai nilai t
hitung
sebesar - 0,049 dengan signifikansi 0,981 (p>0,05), yang berarti orientasi pada
kesempurnaan
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
prokrastinasi skripsi. Variabel efikasi diri mempunyai nilai t
hitung
terhadap sebesar -
4,304 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05), yang berarti efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi skripsi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara parsial orientasi pada kesempurnaan tidak memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi skripsi, sedangkan efikasi diri memiliki pengaruh terhadap prokrastinsi skripsi. Untuk mengetahui sumbangan efektif dari variabel independen yang signifikan memperngaruhi variabel dependen dapat digunakan rumus sebagai berikut: SE Xn = Nilai βn x koefisien Korelasi XY x 100% Nilai β yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai yang sudah distandarisasi, untuk dapat membandingkan besarnya pengaruh dari variabelvariabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.11. Sumbangan efektif varibel independen terhadap variabel dependen β Koefisien (Standardize Sumbang Variabel korelasi X d an efektif dan Y coefficients) X2 (efikasi diri) - 0,489 - 0,489 23,912%
Keterangan
Signifikan (p<0,05)
82
Tabel 4.11 memaparkan besarnya sumbangan pengaruh yang diberikan oleh variabel independen yang secara parsial dan signifikan memberikan pengaruh terhadap variabel dependen, dimana efikasi diri memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 23,912 % (β=-0,489 dan koefisien korelasi - 0,489 ). Sedangkan variabel orientasi pada kesempurnaan tidak berpengaruh secara signifikan (p = 0,961) Berdasarkan
tabel 4.10, juga dapat diperoleh persamaan regresi
linear sebagai berikut: Rumus persamaan Regresinya: Y = a0+a1X1+a2X2
Y = 114,908 + (- 0,005) X1 + (- 0,677) X2 Keterangan: 1. Konstanta (a) sebesar 114,908 berarti bahwa jika semua variabel independen (orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri) bernilai 0, maka nilai prokrastinasi skripsi sebesar 114,908. 2. Koefisien regresi orientasi pada kesempurnaan bernilai negatif yaitu sebesar - 0,005, yang berarti bahwa terdapat pengaruh negatif orientasi pada kesempurnaan terhadap prokrastinasi skripsi, dalam hal ini setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan orientasi pada kesempurnaan akan berdampak menurunnyanya prokrastinasi skripsi sebesar 0,005 dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain dari model regresi adalah tetap. Akan tetapi nilai ini tidak signifikan, karena nilai p>0.05 3. Koefisien regresi efikasi diri bernilai negatif yaitu - 0,677, yang berarti bahwa terdapat pengaruh negatif efikasi diri terhadap prokrastinasi skripsi, dalam hal ini setiap penambahan satu satuan
83
atau tingkat efikasi diri
akan berdampak pada menurunnya
prokrastinasi sebesar 0, 677, dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain dari model regresi adalah tetap. Tabel 4.12. Hasil uji korelasi regresi orientasi pada kesempurnaan (perfectionism) dan efikasi diri terhadap prokrastinasi skripsi b
Model Summary Model 1
R .489
R Square a
Adjusted R Square
.239
.213
Std. Error of the Estimate 9.30975
Durbin-Watson 1.803
a. Predictors: (Constant), self_efficacy, orientasi_pada_kesempurnaan b. Dependent Variable: prokratinasi_skripsi
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa Nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,489, menggambarkan bahwa korelasi antara orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri (secara simultan) terhadap prokrastinasi
skripsi cukup erat.
Koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0,239, menggambarkan bahwa besarnya sumbangan pengaruh variabel orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri terhadap variabel prokrastinasi skripsi sebesar 23,9%, sedangkan sisanya 76,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa variabel orientasi pada kesempurnaan
dan efikasi diri dapat digunakan sebagai prediktor
terhadap prokrastinasi skripsi mahasiswa.
84
E.
Pembahasan Hasil pengukuran di atas membuktikan bahwa hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa orientasi pada kesempurnaan (perfectionism) dan efikasi diri secara simultan
dan signifikan memiliki pengaruh terhadap
prokrastinasi skripsi mahasiswa fakultas psikologi UKSW dapat diterima. Hal ini nampak dari nilai F sebesar 9,624 (p<0,05). Pembuktian lainnya adalah kedua variabel yang digunakan sebagai variabel independen yaitu orientasi pada kesempurnaan (perfectionism) dan efikasi diri dapat menjelaskan / menerangkan variasi variabel dependen yaitu prokrastinasi skripsi sebesar 23,9% dan sisanya sebesar 76,1% diterangkan oleh variabel lain. Ini berarti bahwa orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri secara bersama-sama memberi pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi skripsi mahasiswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yao (2008) yang menyimpulkan bahwa variabel orientasi pada kesempurnaan dan variabel efikasi diri secara bersama-sama atau serentak berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi. Variabel orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri dapat digabungkan/dipadukan
untuk
memprediksi
prokrastinasi
skripsi
sebagaimana yang dimaksud dalam penelitian ini. Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuanya untuk menyelesaikan tugas (Bandura, dalam Thakkar, 2009), dan sebagai keyakinan dasar yang memimpin seseorang untuk mencapai kesuksesan atau keberhasilan (Ames, dalam Balkis, 2011). Ketika seseorang merasa bahwa kemampuannya dapat diandalkan untuk menyelesaikan suatu tugas, mungkin hal ini akan memicu seseorang untuk mencapai penyelesaian tugas sesuai harapan mereka, termasuk harapan dengan standar yang tinggi atau mendukung orientasi pada kesempurnaan (perfectionism) yang dimiliki seorang mahasiswa untuk
85
terwujud. Seperti yang dikatakan Bandura (dalam LoCicero, dkk., 2000) bahwa keyakinan akan kemampuan seorang pelajar merupakan prediktor penting di dalam mencapai harapan mereka. Yang dimaksud harapan dalam penelitian ini adalah harapan yang berorientasi pada kesempurnaan atau harapan yang berstandar tinggi di dalam mengerjakan skripsi. Begitu pula sebaliknya, orientasi pada kesesempurnaan (perfectionism) yang dimiliki seseorang akan memicu munculnya efikasi diri. Seperti yang dikatakan Bandura (dalam LoCicero, dkk., 2000), bahwa harapan yang tinggi atau harapan akan kesempurnaan akan meningkatkan performa, yang memicu munculnya tingkat efikasi diri yang tinggi pula. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Stoeber, Jutchfield, and Wood (dalam Yao, 2008) yang menyimpulkan bahwa individu yang perfeksionis atau bekerja keras untuk mencapai hasil sempurna yang diharapkan, memiliki keyakinan diri yang tinggi akan kemampuannya, memiliki aspirasi yang tinggi terhadap tugas yang akan datang, dan aspirasi tersebut akan meningkat ketika menemui atau memilih tugas yang lebih sulit dari tugas yang sebelumnya. Pada dasarnya orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri dapat mendorong mahasiswa untuk segera mengerjakan skripsinya, dan meminimalisir prokrastinasi skripsi. Dalam artian bahwa ketika seseorang menetapkan standar tinggi dalam dirinya, hal tersebut cenderung memicu munculnya efikasi diri, begitupula sebaliknya, ketika seseorang memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya akan memicu munculnya harapan yang lebih tinggi dari harapan sebelumnya. Ketika kedua variabel ini dipadukan, akan memberikan pengaruh terhadap rendahnya prokrastinasi skripsi pada mahasiswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat prokrastinasi skripsi pada mahasiswa disebabkan karena adanya keterkaitan dengan
86
orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri yang secara serentak memberi kontribusi signifikan. Secara teori prokrastinasi dipengaruhi oleh rasa takut akan kegagalan. Dalam bidang akademik, rasa takut akan kegagalan didefinisikan sebagai rasa takut tidak mampu menunjukkan performa yang baik sehingga tidak dapat mencapai harapan yang diingikan individu dan orang lain (Sokolowska, 2009). Ternyata Frost, dkk,. (dalam Flett, 1992) menemukan rasa takut akan kegagalan juga memiliki hubungan dengan orientasi pada kesempurnaan. Karena standar tinggi yang mereka ciptakan sendiri, seorang perfeksionis yang takut gagal akan enggan mengerjakan tugasnya dan cenderung menunda mengerjakannya (Gunawinata, dkk,.2008). Akan tetapi, penulis menduga efikasi diri yang dimiliki mahasiswa mampu mengalahkan rasa takut akan kegagalan mereka di dalam mengerjakan skripsinya, karena efikasi diri mampu memotivasinya untuk mencapai standar yang diharapkan. Seperti yang dikatakan Wolters (dalam Seo, 2008) bahwa efikasi diri membawa dampak pada motivasi dan perilaku untuk mencapai suatu prestasi atau tujuan yang diharapkan. Di sisi lain, orientasi pada kesempurnaan sendiri juga mampu
memunculkan energi atau dorongan kepada seseorang untuk selalu memberikan yang terbaik di dalam mencapai hal yang dinginkannya. Seperti pendapat Roedell (dalam Kaur & Kaur, 2011) bahwa orientasi pada kesempurnaan dapat memberikan energi kepada seseorang untuk mencapai prestasi terbaik yang diinginkannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi pada kesempurnaan dan efikasi diri yang dimiliki mahasiswa mampu menghindarkan mereka dari rasa takut akan kegagalan, dan dengan demikian ketika kedua variabel ini dipadukan akan membawa dampak pada rendahnya prokrastinasi skripsi pada mahasiswa.
Akan
tetapi
ketika
variabel
orientasi
pada
kesempurnaan
(perfectionism) dan self- efficacy diuji pengaruhnya secara parsial terhadap
87
prokrastinasi skripsi menunjukan hasil yang berbeda. Variabel efikasi diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi skripsi, sedangkan variabel orientasi pada kesempurnaan tidak berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi skripsi. Ini dapat dilihat pada tabel 4.10, bahwa orientasi pada kesempurnaan menunjukan tingkat signifikansi di atas 0,05 yaitu 0,961, sedangkan efikasi diri memiliki signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Variabel efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi skripsi (p = <0,05). Efikasi diri memiliki sumbangan efektif terhadap prokrastinsi skripsi sebesar 23,91% (β= -0,489) yang memberi pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan efikasi diri akan berdampak pada menurunnya prokrastinasi skripsi sebesar 0,489 satuan, sehingga temuan dalam penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Sirin (2011) yang menyatakan bahwa efikasi diri tidak memiliki hubungan dengan prokrastinasi, dan efikasi diri bukan merupakan prediktor bagi prokrastinasi. Akan tetapi, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Klassen dan Kuzucu (2009), yang menunjukan hasil bahwa efikasi diri memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap prokrastinasi. Hal ini mengindikasikan bahwa efikasi diri merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan oleh mahasiswa yang sedang menulis skripsi ataupun suatu lembaga pendidikan, karena dengan efikasi diri yang kuat akan kemampuan yang dimiliki maka indiviidu akan berusaha untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi, dalam konteks penelitian ini adalah menyelesaikan skripsi. Menurut Matlin (dalam Sulistyawati, 2010), seseorang yang memiliki efikasi diri yang kuat, mampu mengatur kehidupan mereka untuk lebih berhasil. Ames (dalam Balkis, 2011) mengungkapkan pendapat yang sama bahwa efikasi diri merupakan keyakinan dasar yang memimpin seseorang untuk mencapai kesuksesan atau keberhasilan. Efikasi
88
diri kemungkinan yang mendorong mahasiswa untuk tidak melakukan penundaan di dalam mengerjakan skripsi, sehingga pada akhirnya mereka dapat memperoleh keberhasilan yaitu menyelesaikan skripsi mereka dengan tepat waktu. Adanya pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap prokrastinasi skripsi kemungkinan disebabkan keyakinan mahasiswa akan kamampuannya ini mendorongnya untuk mencoba berbagai tindakan atau usaha untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi mahasiswa di dalam mengerjakan skripsi. Hal ini sangat berpotensi membuat mahasiswa segera mengerjakan skripsinya tanpa menundanya lagi. Menurut Bandura (dalam Seo, 2008) Biasanya, pelajar dengan tingkat lebih tinggi efikasi diri lebih mungkin untuk terlibat dalam tugas-tugas akademik, dan menggunakan strategi yang lebih baik dalam mengerjakan tugs – tugas akademik, daripada pelajar yang kurang percaya diri akan kemampuan mereka untuk berhasil. Bandura ( dalam Yao, 2009 ) juga menjelaskan bahwa individu yang kurang percaya diri akan kemampuanya untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas akan lebih mungkin untuk menghindari tugas – tugas tersebut daripada mencoba untuk mengerjakanya. Bandura (dalam, Haycock, dkk., 1998) menambahkan bahwa efikasi diri yang kuat akan mendororong kepada inisiatif dan ketekunan pada tugas yang lebih besar. Dengan demikian, individu dengan efikasi diri yang rendah akan lebih mungkin untuk menunda mengerjakan tugas. Begitu pula sebaliknya, individu dengan efikasi diri yang tinggi cenderung tidak menunda mengerjakan tugas – tugasnya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan efikasi diri merupakan variabel yang sangat menentukan prokrastinasi skripsi pada mahasisawa. Seperti yang dikatakan Thakkar (2009) bahwa efikasi diri merupakan salah satu kunci untuk mengerti prokrastinasi.
89
Variabel orientasi pada kesempurnaan (perfectionism) setelah diuji secara parsial ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi skripsi. Mengapa tidak ada pengaruh yang signifikan antara orientasi pada kesempurnaan dan prokrastinasi skripsi? Festinger (dalam Timo, 2012) mengatakan bahwa dalam diri setiap individu ada unsur kognitif, yaitu setiap pengetahuan, opini atau apa yang dipercayai orang mengenai lingkungan, diri sendiri atau mengenai perilakunya. Kognisi-kognisi itu meliputi segala sesuatu yang diketahui mengenai kepercayaan, sikap dan perilakunya. Unsur kognitif ini umumnya dapat hadir secara konsisten, tetapi kadang-kadang terjadi konflik di antara mereka sehingga menjadi inkonsisten. Ketika konflik itulah maka disonansi terjadi. Disonansi kognitif itu sendiri mempunyai arti keadaan psikologis yang tidak menyenangnkan yang timbul ketika dalam diri manusia terjadi konflik antara dua kognisi. Disonansi kognitif akan menimbulkan ketidakenakan dan ketegangan psikologis. Keadaan ini akan menyebabkan individu melakukan evaluatif untuk menentukan pilihan suka atau tidak suka, memiliki sikap negatif atau positif terhadap objek sikap. Kemungkinan disonansi kognitif terjadi pada beberapa mahasiswa psikologi yang sedang menulis skripsi, terkhusus pada mahasiswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Pada awalnya mungkin standar tinggi mereka terapkan pada skripsi yang mereka kerjakan. Akan tetapi, ketika mereka merasa sudah terlalu lama menulis skripsi dan masa kuliah mereka sudah terlalu lama pula (>5 tahun), kondisi ini menimbulkan konflik dalam diri yang mengakibatkan ketidak-enakkan dan ketegangan psikologis, saat inilah terjadi disonansi kognitif. Sebagaimana dinyatakan Festinger (dalam Timo, 2012) bahwa disonansi kognitif terjadi ketika dalam diri manusia terjadi konflik antara dua kognisi. Untuk itu saat ini mereka sudah tidak lagi
90
memikirkan standar yang tinggi di dalam skripsinya. Akan tetapi, mereka lebih mengutamakan kelulusan, tanpa mementingkan standar tinggi lagi. Hal ini didukung pula dari hasil wawancara dengan beberapa subjek yang menyatakan bahwa mereka sudah tidak mementingkan kualitas skripsinya lagi, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana caranya mereka memproleh kelulusan. Dari hasil analisi regresi yang dilakukan, variabel orientasi pada kesempurnaan menjadi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi skripsi ketika variabel ini digabungkan dengan variabel efikasi diri. Ini sejalan dengan pendapat Sokolowska (2009), yang mengatakan bahwa secara umum prokrastinasi bukanlah sebuah hal yang “monolithic” dan tersusun secara homogen, namun merupakan sebuah fenomena yang memiliki banyak sisi yang dinamis dan tergantung dari tugas yang dihadapi, situasi dan kerakteristik individu dari pelaku prokrastinasi. Sehingga sangatlah wajar ketika satu variabel dipasangkan dengan prokrastinasi tidak memiliki pengaruh, tetapi ketika digabungkan dengan variabel lain, variabel tersebut menjadi memiliki peran terhadap tinggi rendahnya tingkat prokrastinasi.seseorang.