BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 – Juli 2015 di Universitas Mercu Buana. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2013. Daftar perusahaan makanan dan minuman berikut laporan keuangan dan annual report tahun 2009-2013 di download dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Selain itu, penulis juga memperoleh ICMD dari Pojok Bursa Universitas Mercu Buana. Alasan dipilihnya perusahaan makanan dan minuman sebagai objek penelitian adalah ingin melihat seberapa besar profitabilitas yang diperoleh perusahaan makanan dan minuman di Indonesia. Ada 12 perusahaan makanan dan minuman dengan jumlah populasi sebanyak 60 data. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan.
B. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistic deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskriptif menggunakan SPSS 20, berdasarkan table 4.1, diketahui jumlah sampel
42
43
(N) 60 data perusahaan, variabel yang diteliti adalah Perputaran Aktiva Tetap, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas (ROA). Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PerpAktivaTetapX1
60
.99880
1.16650
1.0777750
.03703319
PerpPiutangX2
60
1.77890
4.66850
3.0349750
.71458348
PerpPersediaanX3
60
1.07660
5.80140
2.4475983
1.01945365
ROA
60
.97140
.99690
.9813217
.00576783
Valid N (listwise)
60
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 20
Perputaran Aktiva Tetap digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan asset tetap yang dimiliki perusahaan.
Efisiensi
pengelolaan
aktiva
tetap
diharapkan
akan
menghasilkan laba bersih yang semakin meningkat, sehingga dengan demikian profitabilitas perusahaan pun dapat dikatakan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan profitabilitas adalah dengan meningkatkan perputaran aktiva tetap, karena semakin tinggi perputaran aktiva tetap, maka profitabilitas yang didapatkan perusahaan akan semakin besar. Yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan oleh hal lain yaitu investasi pada aktiva
44
tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai otput yang akan diperoleh. Pada tabel 4.1 tersebut diketahui, pada perputaran aktiva tetap memperoleh nilai
minimum 0,99980, dan nilai maksimum 1,16650. Nilai rata-rata perputaran aktiva tetap lebih besar dari standar deviasi (0,03703319), maka nilai rata-rata untuk perputaran aktiva tetap adalah sebesar 1,0777750. Perputaran piutang merupakan suatu indikator untuk melihat kelancaran piutang dari suatu perusahaan. Piutang yang merupakan efek dari penjualan secara kredit penting untuk mengetahui berapa kali perusahaan melakukan penagihan terhadap piutangnya dan berapa kali perusahaan mengumpulkan piutangnya dalam satu periode tertentu. Rasio perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya, jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai. Pada tabel 4.1 tersebut diketahui, pada perputaran piutang memperoleh nilai minimum 1,77890 dan nilai maksimum 4,66850. Nilai rata-rata perputaran piutang lebih besar dari standar deviasi (0,71458348), maka nilai rata-rata untuk perputaran piutang adalah sebesar 3,0349750.
45
Perputaran Persediaan digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada diubah menjadi penjualan. Dengan mengetahui rasio ini, dapat diketahui likuiditas dari persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rasio perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada. Sebaliknya,
rasio
perputaran
persediaan
yang
habis
sehingga
mengakibatkan ketidakpuasan. Pada tabel 4.1 tersebut diketahui, pada perputaran persediaan memperoleh nilai minimum 1,07660, dan nilai maksimum 5,80140 . Nilai rata-rata perputaran persediaan lebih besar dari standar deviasi (1,01945365), maka nilai rata-rata untuk untuk perputaran persediaan adalah sebesar 2,4475983. ROA (Return on Assets) digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi, jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Pada tabel 4.1 tersebut
46
diketahui, pada ROA memperoleh nilai minimum 0,97140 dan nilai maksimum 0,99690. Nilai rata-rata Return on Assets lebih besar dari standar deviasi (0,00576783), maka nilai rata-rata untuk Return on Assets adalah sebesar 0,9813217. C. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas residual dalam penelitian menggunakan metode uji statistik One-Sampel Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian normalitas data ini dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
60 Mean a,b
Normal Parameters
Std. Deviation
Most Extreme Differences
0E-7 .00537969
Absolute
.118
Positive
.118
Negative
-.063
Kolmogorov-Smirnov Z
.914
Asymp. Sig. (2-tailed)
.374
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 20
Berdasarkan tabel 4.2, hasil pengolahan data diperoleh bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal, dimana keempat variabel memiliki asymp.sig (2-tailed) yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,374.
47
Maka dapat disimpulkan bahwa data residual pada model regresi ini terdistribusi secara normal. 2. Hasil Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan dalam penelitian untuk menguji model regresi apakah mengandung korelasi antar variabel independen dengan variabel independen lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dengan membandingkan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai Tolerance < 0,10 atau nilai VIF 10. Hasil uji multikolinieritas ditunjukan dalam tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model
1
a.
Tolerance
VIF
PerpAktivaTetapX1
.882
1.133
PerpPiutangX2
.911
1.098
PerpPersediaanX3
.905
1.105
Dependent Variable: ROA
Sumber: Data hasil pengolahan SPSS 20
Hasil perhitungan pada table 4.3 menunjukan variabel Perputaran Aktiva Tetap, Perputran Piutang, dan Perputaran Persediaan memiliki nilai tolerance diatas dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel independen. Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan rasio yang sama, tidak ada satu variabel
48
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik scatterplot apabila titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji regresi pada penelitian ini grafik scatterplot pada model penelitian menggambarkan titik-titik yang menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil penelitian sebagai berikut :
49
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 20
Data grafik scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y.
Hal
ini
dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi
heteroskedastisitas pada regresi yang digunakan. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t, dan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
50
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
.361
a
.130
Std. Error of the Durbin-Watson Estimate
.083
.00552191
.708
a. Predictors: (Constant), PerpPersediaanX3, PerpPiutangX2, PerpAktivaTetapX1 b .Dependent Variable: ROA
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 20
Dari tabel statistik diatas diperoleh nilai statistik Durbin-Watson (D-W) = 0,708. Karena nilai tersebut berada diantara -2 dan +2, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi. Sehingga model regresi ini dikatakan baik karena regresi bebas dari autokorelasi (Singgih, 2012) D. Uji Kelayakan Model 1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R²) ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai determinasi dengan R, R square, Adjusted R square, dan Standard Error of the Estimate (SEE). Nilai R² adalah antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 maka nilainya semakin baik yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
51
Tabel 4.5 Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
1
.361a
R Square
Adjusted R Square
.130
Std. Error of the Estimate
.083
.00552191
a. Predictors: (Constant), PerpPersediaanX3, PerpPiutangX2, PerpAktivaTetapX1 b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 20
Hasil pengujian koefisien determinasi di atas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 8,3% artinya besarnya presentase variasi dari variabel dependen yaitu ROA yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu perputaran aktiva tetap, perputaran piutang, dan perputaran persediaan adalah 8,3%. Sisanya sebesar 91,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi dalam penelitian ini. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Hasil uji statistik F pada penelitian ini ditunjukkan pada table di bawah ini : Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model (F-Test) ANOVAa Model
B 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.000
3
.000
Residual
.002
56
.000
.002
59
e Total
F 2.791
a. Dependent Variable: ROA
r
b. Predictors: (Constant), PerpPersediaanX3, PerpPiutangX2, PerpAktivaTetapX1
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 20
Sig. .049b
52
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil uji signifikan untuk variabel independen (X) dapat mempengaruhi variabel dependen (Y) secara signifikan. Untuk model uji ANOVA atau F test didapat nilai F sebesar 2,791 dengan signifikansi 0,049. Signifikansi < 0,05 maka model regresi dapat dikatakan bahwa variabel independen Perputaran Aktiva Tetap, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan secara bersamasama secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA). E. Uji Hipotesis 1. Uji Regresi Parsial (Uji t) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk memeriksa lebih lanjut manakah di antara variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil penelitian ini, dari variabel independen yang dimasukan dalam model dengan signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa, variabel hasil pengujian terhadap nilai uji t dan hasil signifikansi pengujian sebagai berikut :
53
Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients Model
1
B (Constant)
.932
.022
PerpAktivaTetapX1
.047
.021
-.002 .002
PerpPiutangX2 PerpPersediaanX3
a.
Std. Error
Beta 42.000
.000
.302
2.272
.027
.001
-.212
-1.626
.110
.001
.280
2.139
.037
Dependent Variable: ROA
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 20
Hasil uji t pada tabel 4.7 menjelaskan persamaan regresi dalam model penelitian sebagai berikut: a) Perputaran Aktiva Tetap terhadap Profitabilitas (ROA) Hasil uji t menunjukkan variabel Perputaran Aktiva Tetap memiliki nilai t hitung sebesar 2,272 dan nilai signifikansi sebesar 0,027 di bawah nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini, maka Ha dapat diterima, artinya Perputaran Aktiva Tetap berpengaruh signifikan terhadap ROA. b) Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas (ROA) Hasil uji t menunjukkan variabel Perputaran Piutang memiliki nilai t hitung sebesar -1,626 dan nilai signifikansi sebesar 0,110 di atas nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini, maka Ha tidak dapat diterima, artinya Perputaran Piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
54
c) Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas (ROA) Hasil uji t menunjukkan variabel Perputaran Persediaan memiliki nilai t hitung sebesar 2,139 dan nilai signifikansi sebesar 0,037 di bawah nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini, maka Ha dapat diterima, artinya Perputaran Persediaan berpengaruh signifikan terhadap ROA. 2. Uji Analisis Regresi Berganda Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negative dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Hasil analisis regresi berganda dengan software SPSS 20 disajikan dalam tabel berikut ini: Berdasarkan output hasil perhitungan SPSS Statistik tabel 4.7, maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = α + β1χ1 + β2χ2 + β3χ3 + e Y = 0,932 + 0,047X1 – 0,002X2 + 0,002X3 + e a. Konstanta sebesar 0,932 artinya, jika Perputaran Aktiva Tetap (X1), Perputaran Piutang (X2), Perputaran Persediaan (X3) nilainya adalah 0, maka nilai ROA (Y) adalah 0,932%. b. Koefisien regresi variabel Perputaran Aktiva Tetap (X1) sebesar 0,047 artinya, jika variabel independen lain nilainya tetap dan
55
Perputaran Aktiva Tetap mengalami kenaikan 1% maka ROA (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,047%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi terjadi hubungan positif antara Perputaran Aktiva Tetap dengan ROA. c. Koefisien regresi variabel Perputaran Piutang (X2) sebesar 0,002 artinya, jika variabel independen lain nilainya tetap dan Perputaran Piutang mengalami kenaikan 1% maka ROA (Y) akan mengalami peningkatan sebesar -0,002%. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara Perputaran Piutang dengan ROA. d. Koefisien regresi variabel Perputaran Persediaan (X3) sebesar 0,002 artinya, jika variabel independen lain nilainya tetap dan Perputaran Persediaan mengalami kenaikan 1% maka ROA (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,002%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Perputaran Persediaan dengan ROA.
F. Pembahasan Penelitian Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Uji t, ditemukan 2 variabel (Perputaran Aktiva Tetap & Perputaran Persediaan) yang berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan, untuk variabel Perputaran Piutang tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
56
periode 2009-2013. Secara garis besar, hasil analisis diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Kode H1 H2 H3
Uji Hipotesis Perputaran Aktiva Tetap berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) Perputaran Piutang berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA)
Kesimpulan Diterima Ditolak Diterima
Sumber : Data yang diolah
1. Pengaruh Perputaran Aktiva Tetap terhadap Profitabilitas (ROA) Perusahaan dapat melakukan berbagai cara untuk meningkatkan laba/profitabilitas, yaitu dengan menggunakan aktiva tetap yang ada pada perusahaan secara efektif dan efisien dengan cara melakukan perawatan yang sangat maksimal terhadap aktiva tetap yang ada pada perusahaan. Hal ini menandakan bahwa semakin besar perputaran aktiva tetap maka semakin besar profitabilitas perusahaan. Hasil pengujian terhadap H1 menunjukkan bahwa Perputaran Aktiva Tetap berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA). Hasil penelitian ini, konsisten dengan Hormaingat Damanik (2013) yang menyatakan bahwa perputaran aktiva tetap menunjukkan hubungan yang searah dengan profitabilitas dimana setiap kenaikan perputaran aktiva tetap akan
menyebabkan kenaikan profitabiltas.
Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Ari Bramasto
57
(2007) yang menyatakan bahwa perputaran aktiva tetap tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). 2. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas (ROA) Perusahaan dapat meningkatkan perputaran piutang dengan cara melakukan peningkatan penjualan. Penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan merupakan salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan. Semakin besar piutang, semakin besar pula kebutuhan dana yang ditanamkan pada piutang. Dan semakin besar piutang, semakin besar pula resiko yang timbul. Selain itu, juga akan memperbesar profitabilitas. Untuk mengubah piutang menjadi kas memerlukan waktu yang lebih pendek. Semakin lambat
dalam
melakukan
penagihan
piutang,
maka
dapat
mempengaruhi perputaran piutang yang akan dapat memperkecil cash ratio perusahaan dan akan dapat memperlambat perusahaan dalam memenuhi jangka pendeknya. Hasil pengujian terhadap H2 menunjukkan bahwa Perputaran Piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Hal ini dikarenakan piutang merupakan excess dari penjualan yang dilakukan secara kredit. Karena penjualan bukan hanya dari penjualan secara kredit, tetapi juga dari penjualan secara tunai. Hasil penelitian ini konsisten dengan Yohanes Gabriel (2012), Ari Bramasto (2007), M. Rizal Nur Irawan (2014), Luh Komang Suarnami (2014) yang menyatakan bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan
58
terhadap profitabilitas. Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Erik Pebrin Naibaho (2013), Julita (2010), Nina Sufiana (2013), Yohanes Gabriel (2012), Mohammad Tejo Suminar (2014), yang menyatakan bahwa perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas. 3. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas (ROA) Perputaran persediaan merupakan cara untuk mengetahui berapa kali dalam suatu periode tertentu sebuah perusahaan menjual persediaannya. Perusahaan menggunakan perputaran persediaan untuk menilai
kemampuan
mereka
dalam
menghadapi
persaingan,
merencanakan laba usaha, dan secara umum mengetahui seberapa baiknya mereka menjalankan kegiatan perusahaan mereka. Kecepatan dari pergantian persediaan, dimana semakin tinggi pergantian persediaan, maka semakin tinggi biaya yang dapat dihemat sehingga laba perusahaan naik. Pada dasarnya, suatu perusahaan yang baik adalah apabila persediaan barang yang dijual atau diproduksi cepat berganti sehingga biaya penyimpanan serta tingkat kerusakan barang semakin rendah. Maka dapat menyebabkan kenaikan laba perusahaan. Suatu tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat menunjukkan adanya investasi yang terlalu besar dalam suatu persediaan barang. Sebaliknya, tingkat perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan makin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan barang dalam suatu periode tertentu.
59
Hasil pengujian terhadap H3 menunjukkan bahwa Perputaran Persediaan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Hal ini menandakan bahwa, semakin besar perputaran persediaan maka akan semakin besar pula profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan Erik Pebrin Naibaho (2013), Julita (2010), Nina Sufiana (2013), Mohammad Tejo Suminar (2014) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas. Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan M. Rizal Nur Irawan (2014) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.