BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang (RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang) yang beralamat di Jl. Brigjend Sudiarto Nomor 347 Semarang pada awalnya milik Pemerintah Pusat dengan SK Menkes Nomor 135 tahun 1974. Setelah adanya desentralisasi, RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang menjadi rumah sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dengan Tipe Kelas A, dan bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Tengah. RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang memiliki 16 ruang rawat inap dan khusus untuk anak dan remaja terbagi menjadi dua ruangan yaitu Ruang Arimbi dan Ruang Dewa Ruci. Rumah sakit ini juga memberikan pelayanan pada pasien umum dengan 5 poli yaitu anak dan remaja, psikogeriatri, spesialis jiwa, spesialis syaraf dan spesialis rehab medis. Sampel penelitian diambil dari Ruang Arimbi sebanyak 14 responden, Ruang Dewa Ruci sebanyak 17 responden, UPIP sebanyak 9 responden, dan NKL sebanyak 7 responden. 2. Gambaran Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur responden rata-rata adalah 36,08 ± 4,12 tahun, dengan media 36 tahun. Umur termuda adalah 28 tahun dan umur tertua adalah 43 tahun. Karakteristik responden menurut umur dapat diketahui pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur
f
%
Dewasa Awal Dewasa Akhir
18 29
38,3 61,7
Jumlah
47
100
29
30
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok umur dewasa awal yaitu sebanyak 18 orang (38,3%) dan dewasa akhir sebanyak 29 orang (61,7%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan Dan Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan 1
2
3
Karakteristik Jenis kelamin Laki-laki
f
%
21
44,7
Perempuan Pendidikan SMP
26
55,3
11
23,4
SMA
35
74.5
Pendidikan Tinggi Pekerjaan Tidak Bekerja
1
2,1
13
27,7
Swasta
31
66,0
Wiraswasta
3
6,4
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 26 orang (55,3%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 orang (44,7%). Pendidikan responden adalah SMA yaitu sebanyak 35 orang (74,5%), SMP sebanyak 11 orang (23,4%) dan pendidikan tinggi sebanyak 1 orang (2,1%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 31 orang (66,0%), tidak bekerja sebanyak 13 orang (27,7%), dan wiraswasta sebanyak 3 orang (6,4%).
31
B. Hasil Penelitian Hasil penelitian mendapatkan bahwa skor rata-rata koping responden adalah 18,45 dengan skor median 24. Skor koping terendah adalah 6 dan skor koping tertinggi adalah 29 dengan standar deviasi sebesar 8,78. Kategori koping dapat dijelaskan pada Tabel 4.3 : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mekanisme Koping di RSJD Dr.Amino Gondohutomo 2014 Pengetahuan
f
%
Maladaptif Adaptif
23 24
48,9 51,1
Jumlah
47
100
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa koping responden dalam kategori adaptif yaitu sebanyak 24 orang (51,1%), dan yang kopingnya maladaptif sebanyak 23 orang (48,9%). Koping responden secara garis besar terdiri dari adaptif dan maladaptif, hasil jawaban responden selengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Koping Adaptif Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Koping Adaptif No A B C D E F G
Ya
Pernyataan Aspek berbicara dengan orang lain Aspek mencari informasi Aspek berdoa Aspek latihan fisik Spek membuat berbagai tindakan alternatif Aspek merasa yakin semua akan kembali stabil Aspek mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu
Tidak
f
%
f
%
20 23 21 23
42,6 48,9 44,7 48,9
27 24 26 24
57,4 51,1 55,3 51,1
21
44,7
26
55,3
24
51,1
23
48,9
31
66,0
16
34,0
Berdasarkan koping adaptif aspek yang paling tinggi dilakukan adalah mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu, merasa yakin semua akan kembali stabil, mencari informasi dan latihan fisik.
32
2. Koping Maladaptif Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Koping Maladaptif No a b c d e f
Ya
Pernyataan Aspek perilaku agresi (menyerang) terhadap sasaran atau objek Aspek perilaku pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain Aspek perilaku apatis Aspek perilaku pendiam Aspek perilaku munculnya perasaan tidak berminat yang menetap Aspek perilaku beralih pada aktivitas lain
Tidak
f
%
f
%
28
59,6
19
40,4
16
34,0
31
66,0
20 25
42,6 53,2
27 22
57,4 46,8
35
74,5
12
25,5
26
55,3
21
44,7
Berdasarkan koping maladaptif yang paling banyak dilakukan adalah aspek perilaku agresi terhadap sasaran atau objek, perilaku pendiam, munculnya perasaan tidak berminat yang menetap dan lebih beralih pada aktivitas lain.
C. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa koping orang tua dalam menghadapi anak yang pertama kali dirawat di RSJD Dr.Amino Gondohutomo adalah dalam kategori adaptif yaitu sebanyak 51,1%, namun masih banyak juga ditemukan responden yang kopingnya maladaptif yaitu sebanyak 48,9%. Koping adaptif lebih banyak ditemukan pada aspek mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu, merasa yakin semua akan kembali stabil, mencari informasi dan latihan fisik. Berdasarkan jawaban pada pertanyaan kuesioner, koping adaptif terdapat pada pernyataan saya berdoa untuk kesembuhan penyakit anak saya, dan saat anak saya bingung atau berbicara sendiri saya selalu sabar. Koping maladaptif berdasarkan hasil jawaban responden pada kuesioner penelitian ditemukan pada pernyataan setiap kali anak sakit responden melupakan masalahnya dengan obat-obatan, dan saat
33
merasa jengkel pada perilaku anak maka ditinggalkan dengan mencari tempat yang sepi. Penelitian yang dilakukan oleh Masnidar dan Siregar (2010) menemukan bahwa terdapat berbagai faktor yang menjadi stressor bagi orang tua selama anaknya dirawat inap di rumah sakit yaitu ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping. Rendahnya mekanisme koping dapat menyebabkan orang tua menjadi tidak berdaya sehingga kopingnya memiliki kecenderungan negatif atau maladaptif. Hasil penelitian Ririn (2012) menemukan bahwa orang tua yang menunggu anaknya sedang dirawat di rumah sakit maka menyebabkan kondisi stress yang akhirnya mempengaruhi tingkat kecemasannya. Semakin tinggi kecemasan yang dirasakan oleh orang tua menyebabkan mekanisme koping yang dilakukan semakin maladaptif, dan sebaliknya semakin rendah tingkat kecemasan kopingnya menjadi semakin adaptif. Koping maladaptif banyak ditemukan pada aspek perilaku agresi terhadap sasaran atau objek, perilaku pendiam, munculnya perasaan tidak berminat yang menetap dan lebih beralih pada aktivitas lain. Koping orang tua yang maladaptif dapat disebabkan karena orang tua tidak tahu cara merawat penyakit anak sehingga lebih mudah stress karena bila terjadi sesuatu perubahan pada anak misalnya anak gelisah dan demam, keluarga yang tidak tahu merawat cenderung panik dan langsung memanggil petugas kesehatan untuk melihat kondisi anak tanpa melakukan apapun kepada anak. Banyaknya tekanan dan pikiran orang tua yang tercurah terhadap proses perawatan anaknya maka menyebabkan kondisi fisik dan psikologis menjadi terganggu. Pada saat menunggu anak yang sedang dirawat ini maka seharusnya kesehatan fisik orang tua penting untuk diperhatikan karena hal ini akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menggunakan mekanisme koping yang positif atau negatif. Hal yang dapat dilihat pada orang tua yang menggunakan mekanisme koping yang negatif adalah kesehatan fisik orang tua yang semakin menurun, memiliki keyakinan atau pandangan yang negatif seperti penyakit anaknya tidak akan sembuh, merasa asing dengan lingkungan
34
rumah sakit, merasa pengalaman perawatan sebelumnya menimbulkan trauma, belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat pengobatan/perawatan, dan adanya perasaan bahwa tidak ada yang peduli pada penyakit anaknya. Penggunaan koping adaptif membantu individu dalam beradaptasi untuk menghadapi keseimbangan. Kegunaan koping adaptif membuat individu untuk mencapai keadaan yang seimbang antara tingkat fungsi dalam memelihara dan memperkuat kesehatan fisik dan psikologi. Kompromi merupakan tindakan adaptif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah. Mekanisme koping adaptif yang lain adalah berbicara dengan orang lain tentang masalah yang sedang dihadapi, mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi, berdoa, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu. Strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (Mu’tadin, 2002).
D. Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini menggunakan studi desktriptif kuantitatif, namun jumlah responden masih terlalu kecil. Menurut peneliti hasil penelitian akan lebih baik dan akurat apabila sampel lebih besar dengan cara memperluas area penelitian. 2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran koping orang tua yang anaknya dirawat dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya hasil yang didapatkan, sebaiknya dilakukan dengan teknik observasi pada setiap responden untuk mendapatkan hasil yang akurat.
35
3. Tidak ada jaminan responden menjawab pernyataan dalam kuesioner dengan jujur.
E. Implikasi Keperawatan Hasil penelitian ini memberikan tambahan informasi dan mendukung penelitian dan teori yang sudah ada yaitu gambaran mekanisme koping orang tua dalam menghadapi anak yang pertama kali dirawat. Bila dikaitkan dengan pelayanan keperawatan, maka diharapkan perawat jiwa dapat memberikan penyuluhan terhadap masyarakat yaitu orang tua secara langsung berkaitan dengan mekanisme koping selama proses perawatan anak di rumah sakit sehingga tidak menyebabkan orang tua yang menunggu proses perawatan anak di rumah sakit tidak menjadi lebih stress.