BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT DEF Indonesia 1. Sekilas Tentang PT DEF Indonesia PT DEF Indonesia merupakan salah satu dari perusahaan energi terpadu terbesar yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. PT DEF Indonesia adalah anak perusahaan dari PT. DEF yang berpusat salah satu bagian di Eropa dan beroperasi lebih dari 80 negara dengan jumlah karyawan sekitar 82,000 orang pada tahun 2014. PT DEF Indonesia merupakan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dengan pemerintah Indonesia yang artinya konsep kontrak tergantung penemuan minyak dan gas dalam jumlah komersial dalam suatu periode tertentu, meskipun pada umumnya periode ini dapat diperpanjang melalui perjanjian antara kontraktor dan pemerintah Indonesia. PT DEF Indonesia mengelola 13 wilayah kerja (WK) yang tersebar di wilayah
Indoneisa
timur
dalam
menjalankan
kegiatan
eksplorasi,
pengembangan dan produksi minyak dan gas bumi. Dari 13 wilayah kerja, baru 1 wilayah yang akan memasuki tahap produksi pada pertengahan tahun 2017 dan selebihnya masih dalam tahap eksplorasi serta pengembangan studi dari 12 wilayah kerja yang tersebar di wilayah Indonesia. PT DEF Indonesia merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas bumi asing di industri hulu Indonesia dan sangat aktif dalam eksplorasi daerah
46 http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
lepas pantai. Dalam kegiatan bisnisnya PT DEF Indonesia melakukan eksplorasi, mengembangkan dan memproduksi minyak dan gas bumi. Salah satu tujuan utama adalah untuk memperkuat kemampuan operasional dengan meningkatkan
budaya
manajerial
dan
keterampilan
teknologi
serta
mempromosikan kesehatan, keselamatan dan lingkungan dengan standar tertinggi. Sebagai perusahaan yang mengedepankan model pertumbuhan yang menggabungkan keuntungan dan inovasi dengan pertimbangan terhadap dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari kegiatan yang dilakukan serta berkomitmen untuk berkontribusi terhadap kesejahteraan dan pertumbuhan secara keseluruhan untuk prospek masyarakat daerah di mana lokasi perusahaan beroperasi. Komitmen
PT
DEF
Indonesia
terhadap
pembangunan
yang
berkelanjutan mempunyai arti bahwa PT DEF Indonesia menghargai karyawan, memberikan kontribusi bagi pengembangan dan kesejahteraan masyarakat di daerah PT DEF Indonesia beroperasi, menjaga lingkungan dan berinvestasi di inovasi teknologi dan efisiensi energi, serta mengurangi resiko perubahan iklim. 2. Nilai-Nilai Perusahaan Dalam nilai perusahaan tindakan dan upaya yang dilakukan bertujuan untuk menjaga dan mempromosikan hak asasi manusia, menghormati standar kerja yang aman dalam mengelolaa kegiatan perushaan di seluruh wilayah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
operasi, melindungi lingkungan dan melawan korupsi. Serta diinspirasi oleh prinsip-prinsip kesungguhan, keterbukaan, kejujuran, dan integritas. Adapun nilai-nilai perusahaan yang dimiliki oleh PT DEF Indonesia sebagai berikut: a. Kesinambungan: sebagai penggerak dalam proses perbaikan yang terus menerus dalam menjamin tercapainya hasil dalam jangka panjang yang baik dalam mendukung masyarakat dan menciptakan nilai dari waktu ke waktu. Perusahaan melakukan dengan penuh tanggung jawab secara sosial, menjamin keselamatan dan menjaga lingkungan. b. Budaya: perusahaan mendorong budaya yang mencakup nilai-nilai integritas dan kebijakan kesempatan yang sama. Perusahaan mendukung inisiatif yang meningkatkan keragaman dan jalan untuk pengembangan professional guna mencapai tujuan dari organisasi. c. Kemitraan: perusahaan tidak dapat melakukan segala kegiatan yang sedang dan akan berlangsung tanpa berkolaborasi dengan pihak terkait dan negara-negara produksi. Keberhasilan perusahaan tidak hanya karena kegiatan eksplorasi yang efektif, teknologi yang canggih dan karyawan yang berkualitas, namun juga dikarenakan perusahaan sudah menjalin hubungan dan memperoleh jaringan bisnis dengan baik. Sehingga bisa mendapatkan tanggapantanggapan yang konkrit terhadap tuntutan pengembangan energi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
d. Efisiensi: sumber energi yang kita miliki harus digunakan secara bijaksana. Karena dengan cara inilah perushaan dapat memperoleh hasil dalam jangka panjang. Sumber daya energi dan manusia perlu dikerahkan bersama dengan cara yang terbaik. 3. Profil Operation Traine PT DEF Indonesia Mengenai profil dan objektif dari operation trainee PT DEF Indonesia dapat diinformasikan dimana PT DEF Indonesia menyiapkan tenaga kerja muda yang siap dan handal untuk mengoperasikan unit produksi di lapangan lepas pantai pada tahun 2017 serta PT DEF Indonesia merekrut sumber daya lokal dari daerah operasi di Indonesia bagian timur dan menjaga hubungan baik
dengan
lembaga
pemerintah
dalam
mendukung
kesejahteraan
sumberdaya manusia. Adapun tujuan dari program operation trainee sebagai berikut: a. Merekrut
tenaga
kerja
nasional
berbasis
“Production
and
Maintenance”. b. Menyediakan pelatihan terstruktur selama kurang lebih 2 tahun untuk membentuk pemimpin masa depan yang dinamis, berdedikasi tinggi, dan professional di bidang minyak dan gas. c. Membentuk
Sumber
Daya
Manusia
yang
kompeten
untuk
mengoperasikan salah satu proyek PT DEF Indonesia. Berikut ini adalah informasi mengenai profil dari operation trainee di PT DEF Indonesia:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
a. Peserta pelatihan terdiri dari 30 orang dari Balikpapan, Samarinda, Samboja, Bontang, Tenggarong, Sanga-sanga, Penajam. b. Lulusan dari Universitas lokal di Kalimantan (STT Migas, Politeknik Samarinda, dan Politeknik Balikpapan). c. Latar belakang pendidikan, yaitu Teknik Perminyakan, Instrumen, Mekanikal, dan Listrik. d. Dua tahun program trainee Januari 2015 – Januari 2017. e. Direncanakan untuk mengisi 4 (empat) bidang, yaitu Operator produksi, Instrumen, Mekanikal, dan Listrik. PT DEF Indonesia telah memberikan program-program pelatihan kepada operation trainee untuk menambah pengetahuan dan kemapuan peserta dalam mempersiapkan tenaga yang handal dan kompeten sesuai standar nasional dan Internasional. Daftar program pelatihan yang telah diberikan dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut: TABEL 4.1 PROGRAM PELATIHAN OPERATION TRAINEE YANG TELAH DILAKUKAN Daftar Program Pelatihan
Penyelenggara
Induction Training Intensive English Course Basic Operation and Maintenance / Technical Development On The Job Training with Partner Company at Operations Area Process Training : Piping and Instrumentation Diagram Training Process Unit Training
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Durasi
Internal Eksternal
4 Hari 10 Hari
Eksternal
7 Minggu
Eksternal
3 Bulan
Internal Internal
15 Hari 10 Hari
51
Daftar Program Pelatihan
Penyelenggara
Durasi
Internal
3 Hari
Internal Internal
2 Hari 3 Hari
Eksternal
3 Hari
Eksternal Eksternal Eksternal
3 Hari 2 Hari 2 Hari
Internal
7 Hari
Internal
4 Hari
Internal Internal
5 Hari 5 Hari
HSE Mandatory Training: Process Safety Management (PSM) & Safety Case Control of Works and Certificates Safe Work Practice (SWP) HSE Certification : Tropical Basic Offshore Safety Induction and Emergency Training (T-BOSIET) Advance Fire Fighting Confined Space Entrant / Attendant (CSEA) Confined Space Entrant / Rescue (CSER) SOP Training : Standard of Procedure (SOP) - Operation Standard of Procedure (SOP) - Health Safety and Environment (HSE) Standard of Procedure (SOP) - Maintenance Standard of Procedure (SOP) - Marine
Sumber: Data Diolah Peneliti dari PT DEF Indonesia (2016)
B. Pembahasan dan Analisis Karakteristik Responden Pembahasan akan diawali dengan membahas karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama bekerja dan posisi saat ini. 1. Berdasarkan Jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin digunakan untuk mengetahui jumlah responden pria dan wanita operation trainee di PT DEF Indonesia yang dijadikan sebagai responden. Distribusi frekuensi pada Tabel dibawah ini akan menggambarkan jumlah tersebut sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
TABEL 4.2 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN Jenis Kelamin
Jumlah
Pria 30 Wanita 0 Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 30 responden (100%) merupakan operation trainee berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada yang berjenis kelamin wanita. 2. Berdasarkan Usia Usia merupakan salah satu karakteristik responden yang akan dilihat, dimana kita dapat melihat rata-rata usia operation trainee sebagai responden dalam penelitian ini. Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden dapat dilihat dalam Tabel berikut ini: TABEL 4.3 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN USIA Jumlah Usia Responden 18 - 22 Tahun 7 23 – 27 Tahun 22 28 – 32 Tahun 1 Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel penelitian mayoritas berada pada kisaran usia 23 – 27 tahun yaitu sebanyak 22 orang (73,3%). Sedangkan kisaran usia 18 – 22 tahun yaitu sebanyak 7 orang (23,3%) dan untuk yang berusia kisaran 28 – 32 tahun hanya ada 1 orang (3,3%).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
3. Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan merupakan faktor penting yang harus diketahui karena dengan melihat pendidikan responden, dapat dilihat latar belakang pendidikannya dan pengetahuan yang telah dimiliki. Karakteristik pendidikan terakhir merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden. Peneliti membagi jenjang pendidikan menjadi empat tingkatan mulai dari SMA, D3, S1 dan S2. Berikut adalah gambaran grafik jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh: 30
25
25 20 15 10
5
5 0
SMA
D3
S1
S2
GAMBAR 4.1 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKAN TERAKHIR Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Berdasarkan gambar grafik di atas menunjukkan bahwa operation trainee mayoritas adalah lulusan D3 yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Sedangkan untuk lulusan S1 sebanyak 5 orang (16,7%). Dapat diketahui juga bahwa ternyata tidak ada responden dengan pendidikan terakhirnya SMA dan S2.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
4. Berdasarkan Lama Bekerja Durasi lama bekerja merupakan salah satu karakteristik responden yang akan dilihat, dimana kita dapat melihat rata-rata durasi lama bekerja operation trainee sebagai responden dalam penelitian ini. Distribusi frekuensi berdasarkan lama bekerja responden dapat dilihat dalam Tabel berikut: TABEL 4.4 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN LAMA BEKERJA Lama Bekerja
Jumlah Responden
1-2 Tahun 30 3-4 Tahun > 5 Tahun Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh sampel penelitian berada pada kisaran lama bekerja 1 – 2 tahun yaitu sebanyak 30 orang (100%) dan tidak ada responden dengan durasi lama bekerja 3-4 tahun bahkan hingga lebih dari 5 tahun. 5. Berdasarkan Posisi Posisi merupakan salah satu karakteristik responden yang akan dilihat, dimana kita dapat melihat rata-rata posisi sekarang operation trainee sebagai responden dalam penelitian ini. Berikut adalah gambaran grafik berdasarkan posisi responden sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
14
13
12 10 8 6
5
6
6
Instrument Technician
Mechanical Technician
4 2 0
Electrical Technician
Field Operator
GAMBAR 4.2 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN POSISI SEKARANG Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Berdasarkan gambar grafik di atas menunjukkan bahwa operation trainee mayoritas adalah posisi field operator yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Sedangkan pada posisi instrument technician dan mechanical technician yaitu sebanyak masing-masing 6 orang (20%). Serta yang paling sedikit diposisi electrical technician yaitu sebanyak 5 orang (16,7%).
C. Pembahasan dan Analisis Dengan Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan uji reliabilitas merupakan uji instrumental yang pertama dilakukan ketika akan mengolah data. Hal tersebut bertujuan agar setiap indikator
atau
pertanyaan
yang
digunakan
dalam
kuesioner
dapat
dipertanggungjawabkan. Pada penelitian ini jumlah yang digunakan sebanyak 30 responden.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Uji validitas bermaksud untuk melihat valid atau tidaknya setiap indicator yang digunakan untuk instrument penelitian. Pengukuran validitas dilakukan dengan melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of Sampling Adequacy dan Bartlett’s Test of Sphericity. Nilai KMO dianggap valid apabila ≥ 0,500. Sedangkan Bartlett’s Test of Sphericity menunjukkan hubungan signifikan apabila ≤ 0,05. Berikut adalah hasil uji validitas setiap level dilihat dari nilai KMO Measure of Sampling Adequacy dan Bartlett’s Test of Sphericity: TABEL 4.5 PENGUKURAN K-M-O MEASURE OF SAMPLING ADEQUACY DAN BARTLETT’S TEST OF SPHERICITY PADA LEVEL REAKSI DAN PEMBELAJARAN K-M-O Measure Approx. Chi Sig. No.
Level
of Sampling
Square
Bartlett's
Adequacy (>.500)
Bartlett's Test
Test of
of Sphericity
Sphericity (≤.050)
1.
Reaction (Reaksi)
0,638
422.870
0,000
2.
Learning (Pembelajaran)
0,641
41.919
0,000
Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Tabel di atas menunjukkan hasil analisis setiap level penelitian yang diperoleh dari nilai Kaiser-Meyer-Olkin of Sampling Adequacy pada kotak KMO and Bartlett’s Test adalah sebesar 0,638 pada level reaction (reaksi) dan 0,641 pada level learning (pembelajaran). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa instrumen pada penelitian ini valid karena nilai KMO telah melebihi 0,500. Selain itu, jika dilihat dari nilai Bartlett’s Test menunjukkan nilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
422.870 pada level reaction (reaksi) dengan signifikansi 0,000 dan 41.919 pada level learning (pembelajaran) dengan signifikansi 0,000. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi syarat valid. Nilai Anti-Image Covariance menjabarkan validitas per indikator. Sebuah indikator akan dinyatakan valid jika memiliki nilai Anti-Image Covariance di atas 0,500. Berikut adalah Tabel yang menunjukkan validitas indikator level reaksi terhadap instruktur pelatihan: TABEL 4.6 VALIDITAS INDIKATOR PENELITIAN LEVEL REAKSI TERHADAP INSTRUKTUR PELATIHAN Nilai AntiNo. Indikator Image Keterangan Covariance 1 Menguasai materi dengan baik 0,529 Valid 2 3 4
Menyampaikan materi secara jelas Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya Menjawab pertanyaan peserta dengan jelas
Memberikan motivasi kepada peserta Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) 5
0,584
Valid
0,711
Valid
0,797
Valid
0,785
Valid
Dari Tabel di atas terlihat bahwa semua indikator yang terdapat pada level reaksi terhadap instruktur pelatihan dinyatakan valid. Nilai validitas dari masing-masing indikator dapat diketahui dari nilai Anti-Image Covariance di atas 0,500. Oleh karena itu, ke lima indikator untuk menilai instruktur pelatihan dalam level reaksi ini dapat diikutsertakan pada perhitungan selanjutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Nilai Anti-Image Covariance level reaksi selanjutnya yaitu dari indikator-indikator yang menilai reaksi peserta pelatiha terhadap materi pelatihan dan dapat hasilnya dilihat pada Tabel berikut: TABEL 4.7 VALIDITAS INDIKATOR PENELITIAN LEVEL REAKSI TERHADAP MATERI PELATIHAN Nilai AntiNo. Indikator Image Keterangan Covariance Sesuai dengan tugas yang akan 1 0,684 Valid dilakukan dalam pekerjaan Mengetahui ruang lingkup perusahaan minyak dan gas bumi Memahami pentingnya keselamatan 3 dan kesehatan kerja Memahami standar operasional 4 prosedur yang akan dilakukan dalam pekerjaan Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) 2
0,818
Valid
0,349
Tidak Valid
0,855
Valid
Ke empat indikator di atas merupakan indikator yang digunakan untuk melihat reaksi peserta pelatihan terhadap materi yang diberikan. Seperti yang dapat dilihat bahwa tidak semua nilai validitasnya di atas 0,500. Ada satu dari empat indikator yang memiliki nilai anti image covariance di bawah 0,500 yaitu indikator ketiga “Memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja yang menghasilkan nilai validitas 0,349. Nilai tersebut menunjukkan bahwa indikator tersebut tidak valid, sehingga nantinya tidak akan diikutsertakan pada perhitungan selanjutnya. Uji validitas selanjutnya untuk indikator-indikator dalam level reaksi terhadap metode pelatihan dan hasilnya ditampilkan pada Tabel berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
TABEL 4.8 VALIDITAS INDIKATOR PENELITIAN LEVEL REAKSI TERHADAP METODE PELATIHAN Nilai AntiNo. Indikator Image Keterangan Covariance Diberikan contoh studi kasus dalam 1 0,867 Valid memahami materi 2
Pelatihan diawali dengan penyampaian teori oleh instruktur
Diadakannya praktek membantu peserta dalam memahami materi Dengan diberikannya contoh studi 4 kasus membantu peserta dalam memahami materi Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) 3
0,679
Valid
0,537
Valid
0,480
Tidak Valid
Level reaksi terhadap metode pelatihan memiliki empat indikator dan nilai validitasnya dapat dilihat pada Tabel di atas. Seperti yang sudah diketahui bahwa indikator dinyatakan valid jika nilai Anti-Image Covariance di atas 0,500. Dari Tabel di atas terlihat bahwa terdapat satu indikator yang menunjukkan bahwa indikator tersebut tidak valid karena memiliki nilai AntiImage Covariance di bawah 0,500. Indikator tersebut adalah indikator keempat “Dengan diberikannya contoh studi kasus membantu peserta dalam memahami materi” dengan nilai Anti-Image Covariance 0,480. Indikator tersebut dinyatakan tidak valid dan tidak akan diikutsertakan pada perhitungan selanjutnya. Uji validitas untuk indikator-indikator level reaksi terhadap fasilitas pelatihan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
TABEL 4.9 VALIDITAS INDIKATOR PENELITIAN LEVEL REAKSI TERHADAP FASILITAS PELATIHAN Nilai AntiNo. Indikator Image Keterangan Covariance Kondisi ruang kelas mendukung untuk 1 0,693 Valid proses belajar 2
Perlengkapan kebutuhan pelatihan seperti LCD, Komputer dan lainnya dalam kondisi yang baik
Persediaan dan kualitas makanan serta minuman cukup dan higienis Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) 3
0,413
Tidak Valid
0,412
Tidak Valid
Dari hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa terdapat dua indikator yang menunjukkan bahwa indikator tersebut tidak valid karena memiliki nilai anti image covariance di bawah 0,500. Kedua indikator tersebut adalah yaitu indikator kedua “Perlengkapan kebutuhan pelatihan seperti LCD, Komputer dan lainnya dalam kondisi yang baik” dengan nilai Anti-Image Covariance 0,413. Indikator selanjutnya yaitu indikator ketiga “Persediaan dan kualitas makanan serta minuman cukup dan higienis” dengan nilai Anti-Image Covariance 0,412. Kedua indikator tersebut dinyatakan tidak valid dan tidak akan diikutsertakan pada perhitungan selanjutnya. Uji validitas selanjutnya untuk indikator-indikator dalam level reaksi terhadap penyelenggara pelatihan dan hasilnya ditampilkan pada Tabel berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
TABEL 4.10 VALIDITAS INDIKATOR PENELITIAN LEVEL REAKSI TERHADAP PENYELENGGARA PELATIHAN Nilai AntiNo. Indikator Image Keterangan Covariance Memberikan informasi dan safety 1 briefing kepada peserta sebelum 0,623 Valid pelatihan dilaksanakan Penyelenggara sudah menyediakan modul materi dan mempersiapkan 2 0,508 Valid fasilitas di ruang kelas sebelum pelatihan dimulai Penyelenggara selalu siap membantu peserta selama pelatihan 3 0,895 Valid berlangsung dalam hal pemenuhan fasilitas Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Level reaksi terhadap penyelenggara pelatihan memiliki tiga indikator dan nilai validitasnya dapat dilihat pada Tabel di atas. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa semua nilai anti image covariace masing-masing indikator di atas 0,500. Jadi, dapat dinyatakan bahwa indikator yang digunakan dalam level reaksi terhadap materi pelatihan adalah valid, sehingga dapat diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya. Level kedua yaitu learning (pembelajaran) dengan empat indikator untuk mengetahui hasil penilaian terhadap peningkatan kemampuan, keterampilan, kreatifitas, dan perubahan kepribadian menjadi lebih baik. Tabel dibawah ini akan menampilkan hasil uji validitas untuk masing-masing indikator, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
TABEL 4.11 VALIDITAS INDIKATOR PENELITIAN LEVEL PEMBELAJARAN Nilai AntiNo. Indikator Image Keterangan Covariance 1 Pelatihan meningkatkan pengetahuan 0,646 Valid 2 Pelatihan meningkatkan keterampilan 0,607 Valid 3 Pelatihan meningkatkan kreatifitas 0,665 Valid Pelatihan memberikan perubahan 4 0,668 Valid kepribadian menjadi lebih baik Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Dari Tabel di atas terlihat bahwa keempat indikator yang terdapat pada level learning memiliki nilai Anti-Image Covariance di atas 0,500 dan nilainya cukup tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keempat indikator tersebut dinyatakan valid dan akan diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya. Dalam penelitian ini untuk uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha, yaitu untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak. Dari hasil reliabilitas dengan menggunakan metode tersebut didapatkan nilai Cronbach’s Alpha untuk setiap level penelitian seperti dalam Tabel berikut: TABEL 4.12 KISARAN NILAI CRONBACH’S ALPHA HASIL UJI RELIABILITAS Cronbach's No. Level Penelitian Alpha Kategori (> 0,600) 1 Reaction (Reaksi) 0,930 Sangat Reliabel 2 Learning (Pembelajaran) 0,795 Reliabel Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Dari hasil uji reliabel yang didapatkan dari nilai Cronbach’s Alpha tersebut, terdapat satu level penelitian yang terdapat pada kisaran 0,81-1,00 yang berarti sangat reliabel. Kategori tersebut terdapat dalam level reaction (reaksi) yaitu 0,930. Untuk level yang kedua yaitu learning (pembelajaran)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
sebesar 0,795. Hasil tersebut mengartikan bahwa pertanyaan yang digunakan dalam instrumen penelitian ini dapat disimpulkan reliable.
D. Hasil Evaluasi Statistik Deskriptif Pada Level Reaksi (Reaction Level) Dalam mengukur efektivitas suatu pelatihan, evaluasi terhadap reaksi peserta sangat penting karena peserta merupakan subjek pelatihan tersebut. Evaluasi reaksi peserta pelatihan dilihat dari respon peserta terhadap instruktur pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, fasilitas, dan penyelenggara pelatihan. Level reaksi terdiri dari 19 pertanyaan untuk mengetahui bagaimana respon peserta terhadap pelatihan. Penilaian-penilaian responden kemudian dianalisis melalui analisis deskriptif berdasarkan nilai mean dari indikatorindikator yang telah ada. Berikut Tabel pembagian kelas nilai mean untuk mengkategorikan setiap indikator: TABEL 4.13 PEMBAGIAN KELAS ANALISIS NILAI MEAN Kategori Jawaban
Nilai
Pelatihan Sangat Tidak Efektif
1
Pelatihan Tidak Efektif
2
Pelatihan Cukup Efektif
3
Pelatihan Efektif
4
Pelatihan Sangat Efektif 5 Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Penilaian responden terhadap level reaksi disajikan dalam Tabel 4.14 berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
TABEL 4.14 NILAI MEAN LEVEL REAKSI No.
Indikator
1 2
Menguasai materi dengan baik Menyampaikan materi secara jelas
3 4 5
Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya Menjawab pertanyaan peserta dengan jelas Memberikan motivasi kepada peserta
Instruktur Sesuai dengan tugas yang akan dilakukan dalam 6 pekerjaan Mengetahui ruang lingkup perusahaan minyak dan gas 7 bumi 8 Memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja 9
Memahami standar operasional prosedur yang akan dilakukan dalam pekerjaan
Materi Pelatihan 10 Diberikan contoh studi kasus dalam memahami materi Pelatihan diawali dengan penyampaian teori oleh 11 instruktur Diadakannya praktek membantu peserta dalam 12 memahami materi 13
Dengan diberikannya contoh studi kasus membantu peserta dalam memahami materi
Nilai Mean 4,33 4,37 4,57 4,37 4,37 4,43 4,40 4,77
4,49 4,43 4,47 4,40
Perlengkapan kebutuhan pelatihan seperti LCD, Komputer dan lainnya dalam kondisi yang baik
4,37
16
Persediaan dan kualitas makanan serta minuman cukup & higienis
4,43
19
Efektif
4,57
15
18
Efektif
4,37
4,47 4,10
17
Efektif
4,40
Metode Pelatihan 14 Kondisi ruang kelas mendukung untuk proses belajar
Fasilitas
Kategori
Efektif 4,30
Memberikan informasi dan safety briefing kepada peserta sebelum pelatihan dilaksanakan Penyelenggara sudah menyediakan modul materi dan mempersiapkan fasilitas di ruang kelas sebelum pelatihan dimulai Penyelenggara selalu siap membantu peserta selama pelatihan berlangsung dalam hal pemenuhan fasilitas
Penyelenggara Pelatihan Level Reaksi
Sumber: Data Diolah Peneliti (2016)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4,43 4,30
Efektif
4,27 4,33 4,43
Efektif
65
Berdasarkan Tabel di atas yang menunjukkan nilai mean per indikator dari level reaksi, terlihat bahwa responden menilai program pelatihan operation trainee yang mereka ikuti berada pada kategori sudah efektif dengan nilai rata-rata pada level reaksi 4,43 yang terdiri dari 19 indikator. Dari hasil diatas menempati nilai mean tertinggi yaitu indikator “Materi Pelatihan Memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja” dengan nilai mean yaitu 4,77. Dalam level ini indikator yang mempunya nilai mean terendah adalah indikator “Fasilitas - Kondisi ruang kelas mendukung untuk proses belajar” dengan nilai mean 4,10. Untuk mengetauhi hasil penilaian responden pada level reaksi dapat dilihat pada Tabel frekuensi 4.15 berikut ini: TABEL 4.15 HASIL PENILAIAN RESPONDEN PADA LEVEL REAKSI Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat Setuju
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Indikator 1
20
10
30
Indikator 2
19
11
30
Indikator 3
13
17
30
Indikator 4
19
11
30
13
14
30
Indikator 6
17
13
30
Indikator 7
18
12
30
Indikator
Indikator 5
3
Jumlah Responden
Indikator 8
1
5
24
30
Indikator 9
2
15
13
30
Indikator 10
1
15
14
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat Setuju
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Indikator 11
1
14
15
30
Indikator 12
1
16
13
30
13
17
30
Indikator
Indikator 13
Jumlah Responden
Indikator 14
2
23
5
30
Indikator 15
1
17
12
30
17
13
30
Indikator 16 Indikator 17
1
15
14
30
Indikator 18
2
17
11
30
Indikator 19
2
18
10
30
Sumber: Data Diolah Peneliti (2016)
E. Hasil Evaluasi Statistik Deskriptif Pada Level Pembelajaran (Learning Level) Dalam kriteria pembelajaran proses pemahaman peserta merupakan tujuan dari tahap ini, yaitu dengan melihat, mengamati, dan mengikuti pelatihan tersebut. Suatu pembelajaran dalam pelatihan dilihat dari bagaimana pelatihan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, skill, dan sikap peserta setelah mengikuti pelatihan. Level learning terdiri dari empat indikator yang telah dijawab oleh responden menurut persepsi mereka masing-masing. Keempat indikator tersebut yaitu, pelatihan meningkatkan pengetahuan, pelatihan meningkatkan keterampilan, pelatihan meningkatkan kreativitas, dan pelatihan merubah kepribadian menjadi lebih baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Penilaian-penilaian responden kemudian dianalisis melalui analisis deskriptif berdasarkan nilai mean dari indikator-indikator yang telah ada. Penilaian responden terhadap level pembelajaran dapat disajikan dalam Tabel 4.16 berikut ini: TABEL 4.16 NILAI MEAN PADA LEVEL PEMBELAJARAN No.
Indikator
Nilai Mean
1
Pelatihan meningkatkan pengetahuan
4,80
2 3
Pelatihan meningkatkan keterampilan Pelatihan meningkatkan kreatifitas Pelatihan memberikan perubahan kepribadian menjadi lebih baik
4,63 4,50
4
Level Pembelajaran
4,67
Kategori
Efektif
4,65
Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) Berdasarkan nilai mean level pembelajaran dari Tabel di atas, terlihat bahwa penilaian responden mayoritas pada kategori pelatihan sudah sangat efektif. Keempat indikator tersebut berada pada kategori pelatihan sudah efektif dengan nilai mean pada level pembelajaran sebesar 4,65. Penjabaran nilai mean setiap indikator yaitu pelatihan meningkatkan pengetahuan dengan nilai mean (4,80), pelatihan meningkatkan keterampilan dengan nilai mean (4,63), pelatihan meningkatkan kreatifitas dengan nilai mean (4,50), dan yang terakhir pelatihan memberikan perubahan kepribadian menjadi lebih baik dengan nilai mean (4,67). Program pelatihan yang telah diikuti oleh operation trainee dirasakan sebagai motivasi mereka untuk terus belajar. Untuk mempersiapkan persaingan yang semakin ketat di masa mendatang, masing-masing individu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
harus menjadi insan yang semakin berkualitas. Keinginan untuk belajar meningkatkan kompetensi mereka menjadi modal utama karyawan. Dengan pelatihan ini, perusahaan berhasil meningkatkan kepribadian yang lebih baik, pengetahuan yang semakin luas, keterampilan, dan kreativitas guna menciptakan inovasi baru bagi perusahaan. Keempat indikator yang berada pada kategori pelatihan sudah baik tentunya didapatkan dari sebaran jawaban responden yang mengarah pada setuju. Hasil penilaian responden pada level pembelajaran dapat dilihat pada Tabel frekuensi berikut ini: TABEL 4.17 HASIL PENILAIAN RESPONDEN PADA LEVEL PEMBELAJARAN Sangat Tidak Tidak Cukup Sangat Jumlah Indikator Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Responden (1) (2) (3) (4) (5) 6 24 30 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Sumber: Data Diolah Peneliti (2016)
1
11 13 10
19 16 20
30 30 30
F. Hasil Uji Hipotesis Pada pembahasan ini peneliti telah menentukan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut: 1. Ha1: Diduga bahwa evaluasi pada level reaksi peserta merasa puas terhadap program pelatihan operation trainee di PT DEF Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
2. Ha2: Diduga bahwa hasil evaluasi pada level pembelajaran peserta memperoleh peningkatan terhadap program pelatihan operation trainee di PT DEF Indonesia. Untuk mengetahui hasil uji hipotesis one-sample statistic dan onesampel test dari responden dapat dilihat pada Tabel berikut ini: TABEL 4.18 HASIL ONE-SAMPEL STATISTIC PADA LEVEL REAKSI DAN PEMBELAJARAN Std. Std. Variabel N Mean Error Deviation Mean Reaction (Reaksi) 30 4,41 0,539 0,098 Learning (Pembelajaran) 30 4,65 0,487 0,089 Sumber: Data Diolah Peneliti (2016) TABEL 4.19 HASIL ONE-SAMPEL TEST PADA LEVEL REAKSI DAN PEMBELAJARAN Test Value = 4 Variabel t 4,182
df 29
Reaction (Reaksi) Learning 7,562 29 (Pembelajaran) Sumber: Data Diolah Peneliti (2016)
Sig. (2tailed) 0,002
Mean Difference 0,407
0,000
0,650
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 0,206 0,608 0,468
0,832
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa nilai mean dari level reaksi menunjukkan ≥ 4 pada one-sample statistic dengan nilai 4,41 dan hasil dari nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 pada one-sampel test, maka hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa evaluasi pada level reaksi peserta merasa puas terhadap program pelatihan operation trainee di PT DEF Indonesia dan sudah dilaksanakan dengan efektif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Sedangkan pada level pembelajaran, terlihat juga bahwa nilai mean menunjukkan ≥ 4 pada one-sample statistic dengan nilai 4,65 dan hasil dari nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 pada one-sampel test, sehingga hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi pada level pembelajaran peserta memperoleh peningkatan terhadap program pelatihan operation trainee di PT DEF Indonesia dan sudah dilaksanakan dengan efektif. Maka dari itu, dari hasil kedua hipotesis yang diuji peneliti dinyatakan bahwa Ha diterima untuk level reaksi dan level pembelajaran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/