BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran pelaksanaan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku remaja yang menikah muda meliputi pengetahuan dan sikapnya tentang kesehatan reproduksi di Desa Cangak, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan data dimulai bulan November hingga bulan Desember 2013, dimana data diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti menjumpai beberapa faktor penghambat, dan faktor pendukung. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Faktor penghambat a) Waktu pelaksanaan wawancara mendalam ( indept interview ) terhadap informan. Hambatannya adalah kebanyakan informan berpendidikan rendah, dan informan malu-malu untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan sehingga peneliti melakukan pendekatan secara informal terlebih dahulu supaya
informan mau membantu
memberikan jawaban secara terbuka kepada peneliti. Peneliti adalah seorang laki-laki, sedangkan informan dalam penelitian ini adalah perempuan, sehingga muncul beban psikologis. Untuk mengatasi hal tersebut
peneliti
dengan
mengajak
bercanda
informan
untuk
mempermudah dalam pelaksanaan pengambilan data.
32
b) Sebelum pelaksanaan wawancara, peneliti sedikit kesulitan dalam meminta ijin kepada suami informan, karena kebanyakan suami informan bekerja di luar kota atau bekerja seharian penuh. Meskipun demikian peneliti berusaha mendekati dan membujuk orang tua informan atau saudara informan untuk ikut mendampingi dalam pelaksanaan wawancara. Awalnya orang tua atau saudara informan tidak mau juga mendampingi, namun akhirnya mereka bersedia setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan wawancara. c) Pada saat peneliti meminta data di Kantor Urusan Agama (KUA) mengenai
remaja yang menikah usia muda, pihak KUA tidak
memperbolehkan dikarenakan dokumen tersebut merupakan dokumen penting Negara. Oleh karena itu peneliti tidak mendapatkan data tersebut. 2. Faktor pendukung a) Responden yang diteliti mau terbuka saat dilaksanakan wawancara. b) Orang tua dan saudara responden serta suami informan bersifat kooperatif saat dilaksanakan wawancara mendalam. 3. Kelemahan a) Pada saat peneliti melakukan pengolahan data, mulai dari pengumpulan data hingga pengambilan kesimpulan, masih terdapat subjektifitas peneliti, namun demiikian secara maksimal peneliti berusaha bekerja seobyektif mungkin berdasarkan fakta.
33
b) Dalam melakukan wawancara pada informan masing-masing hanya satu kali, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu. c) Jarak waktu antara seminar proposal dengan pengambilan data sampai pengolahan data cukup lama, lebih kurang lima belas bulan. B. Karakteristik Informan Berikut ini akan disajikan karakteristik informan penelitian, yakni : 1) Informan yang menikah muda 1 (DW), berusia 17 tahun pendidikan terakhir SD, mempunyai 1 anak laki-laki berusia 2 tahun, sebagai ibu rumah tangga, tinggal di lingkungan Desa Cangak di kawasan industri rumah tangga konveksi, dan suami bekerja di Jakarta sebagai kuli bangunan. 2) Informan yang menikah muda 2 ( FT ) berusia 17 tahun pendidikan terakhir SD, sebagai ibu rumah tangga, tinggal di lingkungan Desa Cangak di kawasan industri penambangan pasir, dan suami bekerja sebagai buruh. 3) Informan yang menikah muda 3 ( TN ) berusia 18 tahun, pendidikan terakhir SD, mempunyai 1 anak perempuan berusia 2,5 tahun, sebagai ibu rumah tangga, tinggal di lingkungan Desa Cangak di kawasan industri penambangan pasir, dan suami bekerja sebagai buruh di Jakarta. 4) Informan yang belum menikah (DH) berusia 17 tahun siswa SLTA tinggal di lingkungan Desa Cangak di kawasan industri rumah tangga konveksi, dan orang tua bekerja wiraswasta.
34
5) Informan bidan Desa (M) berusia 28 tahun pendidikan terakhir Diploma tiga (D3), mempunyai anak 1 laki-laki berusia 3 tahun, bekerja sebagai bidan Desa sudah 6 tahun tinggal di lingkungan Desa Cangak di kawasan industri penambangan pasir, dan suami bekerja sebagai wiraswasta. 6) Informan pembantu pegawai pencatat nikah (S) berusia 41 tahun pendidikan terakhir SMP mempunyai anak 4, 2 perempuan dan 2 lakilaki bekerja sebagai Perangkat Desa tinggal di lingkungan Desa Cangak di kawasan penambangan pasir. Adapun tabel karakteristik informan data utama dan informan data pendukung terlampir . ( Tabel 4.1 ) C. Deskripsi Hasil dan Pembahasan Deskripsi wawancara mendalam ini meliputi pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap informan yang menikah muda. Wawancara mendalam ini dilakukan kepada tiga orang yang menikah muda, satu remaja yang seusia tetapi belum menikah, satu Bidan Desa dan satu orang Pembantu Pegawai Pencatat Nikah / Perangkat Desa. 1. Pengetahuan a) Pengetahuan tentang usia menikah Dari hasil wawancara mendalam pada beberapa informan yang menikah muda di Desa Cangak, diperoleh informasi bahwa usia menikah pada seorang perempuan adalah dimulai dari usia 16 tahun sampai 25 tahun. Namun para informan tidak bisa menolak ketika mereka harus menikah pada usia 14 tahun atau usia 15 tahun. Hal ini 35
tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh informan seusia yang belum menikah. Informan yang belum menikah mengatakan usia menikah pada perempuan adalah berkisar 18 tahun sampai 25 tahun karena fisik dan mental sudah siap. (Kotak 1) Kotak 1 “,,menurut saya umur 18 – 25 tahun mas, iya secara fisik kan sudah siap dan mentalpun sudah siap untuk melahirkan..” DH.17 th
Baik informan yang menikah muda maupun informan seusia yang belum menikah tidak mampu memberikan penjelasan lebih detil mengenai mengapa terdapat dasar atau peraturan yang mengatur tentang batasan usia menikah bagi seorang perempuan. Mereka hanya tahu bahwa terjadinya pernikahan pada usia muda semata-mata hanya mengikuti adat atau kebiasaan yang dianut di lingkungan masyarakatnya. Di Desa Cangak pernikahan pada usia muda kebanyakan terjadi pada mereka yang secara ekonomi orang tuanya kurang mampu. Sedangkan pada masyarakat yang mampu kebanyakan anaknya masih di sekolahkan kejenjang lebih tinggi. Seringkali bagi orang tua yang kondisi perekonomiannya kurang mampu hanya menyekolahkan sampai lulus SD atau SMP setelah itu para anak diminta oleh orangtuanya bekerja dan menikah. Kebiasaan ini secara turun temurun masih dilaksanakan oleh sebagaian masyarakat di Desa.9
36
Dalam hubungan dengan hukum menurut UU Perkawinan, usia minimal untuk suatu perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7 UU No. 1/1974 tentang perkawinan). Jelas bahwa UU tersebut menganggap orang di atas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehingga mereka sudah boleh menikah. Batasan usia ini dimaksud untuk mencegah perkawinan terlalu dini. Namun demikian selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun masih diperlukan izin orang tua untuk menikahkan anaknya. Setelah berusia di atas 21 tahun, boleh menikah tanpa izin orang tua (Pasal 6 ayat 2 UU No. 1/1974). Tampaklah di sini bahwa walaupun UU tidak menganggap mereka yang di atas usia16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria bukan anak-anak lagi, tetapi belum dianggap dewasa penuh. Sehingga masih perlu izin untuk mengawinkan mereka. Ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut.21 b) Pengetahuan tentang usia hamil Sebagian besar informan mengatakan bahwa usia yang baik untuk hamil adalah 20 tahun sampai 25 tahun, karena pada usia tersebut kandungannya sudah kuat. Hal tersebut tidak jauh berbeda 37
dengan yang diungkapkan bidan Desa. Menurut bidan usia yang baik untuk hamil yaitu usia 20 tahun karena persiapan rahim sudah matang. (Kotak 2) Kotak 2 “...sebaiknya usia hamil itu umur bagusnya 20 tahun persiapan rahimnyakan sudah matang, kalau dibawah 20 tahun kan masih sangat muda tapikan sesuai peraturan nikah umur 16 tahun sudah boleh menikah brarti sudah bisa hamil karena dibuahi ..” M.28 th
Namun demikian sebagian kecil informan mengatakan bahwa usia hamil adalah 16 tahun sampai 17 tahun, karena sudah memiliki suami. Berdasarkan hasil wawancara mendalam diperoleh data sebagian besar informan baik informan yang menikah muda maupun belum menikah hanya mampu menyebutkan batasan usia kehamilan bagi seorang wanita. Menurut BKKBN usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/ emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.22 38
Kehamilan pada wanita yang menikah masih muda merupakan salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi yang dikandungnya. Secara psikis seorang wanita yang masih muda belum siap untuk merawat anak karena mereka masih ingin bermain seperti layaknya teman-teman sebayanya. Sedangkan secara fisik perkembangan organ reproduksi belum matang sehingga memacu hormon adrenalin yang sering meyebabkan timbulnya stress pada remaja yang menikah muda.7 c) Pengetahuan tentang risiko menikah muda Hasil dari wawancara kepada informan, informan mengatakan bahwa menikah muda bisa mengakibatkan masalah pada kandungan atau bayinya cacat, kandungan menjadi lemah, bahkan bisa mengakibatkan kematian ibu dan bayi yang dikandung saat hamil. Informan tidak bisa menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi. Informan
mengetahui
informasi
itu
dari
bidan
Desa
saat
memeriksakan kehamilannya, dan juga mendapatkan informasi dari orang
lain
yang
lebih
tahu
bahwa
menikah
muda
akan
mengakibatkan gangguan kandungan bahkan pada ibu yang mengandung.
Berbeda
dengan
Bidan
Desa
seperti
yang
diungkapkan. (Kotak 3)
39
Kotak 3 “...ya pada saat melahirkan terjadi pendarahan, pada waktu setelah punya anak juga bisa cepat kena kanker rahim soalnya persiapan rahim belum cukup matang…..” M.28 th “...ya berisikonya bisa mengakibatkan kematian pada ibu dan bayinya, karena umur yang muda rahimnya belum cukup kuat juga bisa tidak berisiko karena ada yang tidak apa-apa walau menikah di usia muda.,” S.41 th
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kebanyakan dari informan tidak begitu mengetahui dan mengerti risiko menikah muda bagi kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara mendalam terhadap informan baik yang menikah muda maupun yang tidak, dimana mereka hanya mengetahui bahwa menikah muda bisa membahayakan kesehatan dan dapat menimbulkan risiko baik bagi bayi yang dikandung maupun bagi ibunya, seperti yang mereka dengar dari ibu bidan dalam kegiatan di posyandu. Kekurangtahuan dan ketidaktahuan informasi tersebut dikarenakan hampir semua informan mendapatkan informasi tentang risiko menikah muda bagi kesehatan terutama bahayanya terhadap ibu dan anak yang dikandungnya
hanya
dari
bidan
Desa
saat
memeriksakan
kehamilannya. Sedangkan orang tua dan pihak sekolah tidak pernah memberikan informasi yang jelas. Hal inilah yang memungkinkan mereka tidak bisa menolak jika terjadi pada mereka. Secara fisiologis alat reproduksi masih belum siap untuk menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi 40
dan kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Secara psikologis masih belum matang dalam menghadapi masalah dan dapat mengakibatkan perceraian.3 d) Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Dari hasil wawancara mendalam kepada informan data utama bahwa sebagian besar informan mengatakan tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi selain itu ada informan yang sedikit mengetahuinya, itupun sebatas pengetahuan yang minim seperti yang diungkapkan dalam wawancara mendalam. ( kotak 4 ) Kotak 4 “......menurut saya dimana alat kelamin agar terhindar dari kuman penyakit....” TN.18 th
Sedangkan hasil wawancara dengan Bidan Desa berbeda, bahwa Bidan Desa
mengatakan kesehatan reproduksi itu adalah
kesehatan yang berkaitan dengan sistem alat produksi seperti yang diungkapnya.(Kotak 5) Kotak 5 “.... kesehatan reproduksi secara singkat pengertiannya adalah kesehatan yang berkaitan dengan sistem dan alat-alat reproduksi dari mulai organ dan fungsi, manfaat dan permasalahannya yang ada .... “ M.28 th
41
Kesehatan reproduksi adalah kondisi sehat menyangkut sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki . Sehat tidak sematamata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan, melainkan juga sehat secara mental, sosial dan cultural. Perlu Memahami Kesehatan Reproduksi, agar: 1) Mengenal tubuhnya dan organ-organ reproduksinya 2) Memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksi secara benar 3) Memahami perubahan fisik dan psikisnya. 4) Melindungi diri dari berbagai risiko yang mengancam kesehatan dan keselamatannya. 5) Mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah 6) Mengembangkan sikap dan perilaku bertanggungjawab mengenai proses reproduksi keadaan bersih. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organitation (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang
berhubungan
dengan
sistem
reproduksi,
fungsi
serta
prosesnya.12 Pengetahuan kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi bahwa petugas kesehatan dalam hal ini yaitu bidan sering memberikan penyuluhan akan tetapi belum
bisa
merubah
perilaku
pengetahuan
seseorang
atau 42
masyarakat itu karena memerlukan proses yang lama.15
Para
informan yang menikah muda belum mengetahui dengan baik tentang kesehatan reproduksi. e) Pengetahuan tentang cara merawat organ reproduksi Berdasarkan hasil wawancara mendalam, diperoleh info bahwa informan kebanyakan masih kurang mengetahui tentang cara merawat organ reproduksinya, dan kebanyakan informan hanya mengetahui cara yang biasa dilakukan perempuan pada umumnya di Desa, yaitu dengan menggunakan pembersih sabun sirih. (Kotak 6) Kotak 6 “......ya sedikit tahu, kalau mandi dibersihin pake sabun sirih atau apalah paling penting dibersihnlah mas setelah buang air kecil....” T. 18 th
Sedangkan bidan mengatakan bahwa banyak hal yang harus dilakukan untuk merawat organ reproduksi remaja seperti yang diungkapkan dalam wawancara mendalam, yaitu makan makanan yang sehat, tidak merokok, tidak minum kopi dan menjaga kebersihan diri. (Kotak 7) Kotak 7 “..ya dengan makan-makanan yang sehat, jangan merokok, jangan minum kopi, yang penting slalu menjaga kebersihan personal higien juga kaya mengganti celana dalam setiap kali basah untuk menjaga kelembaban..” M.28 th
43
Adanya sosialisasi pengetahuan tentang reproduksi remaja ternyata tidak mendukung secara signifikan terhadap terjadinya pernikahan di usia muda. Kondisi ini dimungkinkan karena bagi mereka membicarakan masalah organ reproduksi dianggap masih tabu di lingkungan mereka. Fenomena remaja yang menikah atau kawin muda sering terjadi dan mendapat perhatian yang cukup besar dikalangan
para
pemerhati
anak
dan
remaja.18 Pentingnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, remaja perlu mendapat informasi yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindari.16 Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus. Hasil dari jawaban-jawaban informan yang sebagian besar tidak mengetahui cara merawat alat reproduksi, tetapi hanya tahu secara umum yang dilakukan di kehidupan sehari-hari di lingkungannya, hal ini dimungkinkan karena belum adanya penyuluhan yang intensif tentang hal itu. 2. Sikap a) Sikap terhadap usia menikah 44
Dari hasil wawancara dengan para informan yang menikah muda mengatakan bahwa usia menikah sebaiknya diatas 17 tahun, tetapi informan sendiri menikah dibawah usia 16 tahun. Sebenarnya selama ini informan tidak setuju dengan usia pernikahan tersebut. Namun informan mengatakan bahwa pernikahan diusia muda sudah tradisi di Desanya sejak dari dahulu. (Kotak 8) Kotak 8 “,sebenarnya sih nggak setuju karena masih kecil, kan kalau masih kecil belum boleh menikah, tapi gimana lagi mas sudah tradisi disini gitu hee ya manut saja..” FT.17 tahun
Sebagian besar informan baik yang menikah muda maupun yang tidak, mengatakan tidak setuju jika remaja menikah diusia muda. Pernyataan ini juga diperkuat Bidan Desa. Beliau mengatakan tidak setuju jika remaja menikah diusia muda. Demikian juga dengan Perangkat Desa/Pembantu Pegawai Pencatat Nikah tidak setuju jika anak-anak harus menikah di usia muda. Walaupun informan yang menikah muda mengatakan tidak setuju atau menolak jika remaja harus menikah muda, pernyataan ini sangat bertolak belakang dengan perilaku mereka yang ternyata menikah muda. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak berdaya untuk menolak ketika dinikahkan diusia muda dan sudah merupakan tradisi di Desanya.
45
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menggariskan bahwa batas usia minimal menikah untuk perempuan adalah 16 tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun.1 Adapun menurut para ahli kesehatan bahwa umur ideal menikah yaitu 21 tahun bagi laki-laki atau perempuan, sebab usia 21 tahun merupakan batas awal kedewasaan manusia. b) Sikap terhadap kehamilan diusia muda Dari hasil wawancara, semua informan baik yang menikah muda maupun tidak sebenarnya kurang setuju dengan kehamilan diusia muda karena hamil diusia muda banyak risiko yang mungkin bisa terjadi pada ibu ataupun pada bayi yang akan dilahirkan, dan informan
mengatakan sebaiknya usia kehamilan mulai umur 20
tahun. ( Kotak 9 ) Kotak 9 “..sebenarnya kurang setuju mas, tapi karena umur 14 tahun sudah menikah ya jadi langsung hamil..” DW.17 th
Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak.11 Sebagian besar informan baik yang menikah muda maupun yang tidak mengatakan tidak setuju jika remaja hamil diusia muda. Mereka mengatakan tidak setuju jika remaja hamil diusia muda. Walaupun informan yang menikah muda mengatakan tidak setuju atau menolak jika remaja harus hamil diusia muda, pernyataan ini sangat bertolak belakang dengan perilaku mereka yang ternyata hamil diusia muda. 46
Pernyataan ini juga diperkuat Bidan Desa. Hal tersebut juga searah dengan pernyataan Perangkat Desa/Pembantu Pegawai Pencatat Nikah yang menyatakan tidak setuju jika remaja harus mempunyai anak diusia yang masih muda, namun mereka tidak bisa mencegah agar tidak terjadi hal tersebut.(Kotak 10) Kotak 10 “,,kalau saya sendiri tidak setuju umur dibawah 16 tahun sudah hamil, tetapi gimana lagi ya mas karena menikahnya aja umur segitu ya langsung hamil karna dibuahi,,” M.28 th
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.14 c) Sikap terhadap risiko menikah muda Sebagian besar informan setuju bahwa menikah muda akan menimbulkan risiko tinggi dan bahkan kematian pada ibu dan bayi yang dikandungnya. Informan juga tahu bahwa kandungan akan lemah, bahkan bayi yang dikandung bisa mengalami kecacatan tetapi 47
sebagian besar informan tidak bisa berbuat banyak dan harus bagaimana lagi karena orang tua menghendaki dan sudah menjadi tradisi di Desanya. (Kotak 11) Kotak 11 “...saya tahu dan setuju akan bisa mengakibatkan risiko tinggi tapi gimana lagi ya saya takut melawan orang tua ...” DW.17 th
Sebagian besar informan yang menikah muda mengatakan setuju atau menerima jika remaja yang menikah diusia muda akan berisiko terhadap kesehatannya. Pernyataan ini juga diperkuat Bidan Desa. Bidan Desa setuju bahwa pernikahan diusia muda banyak mengandung risiko terhadap kesehatan karena persiapan organ reproduksi yang belum cukup matang. Orang lain disekitar individu merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikapnya. Seseorang yang
dianggap
penting,
yaitu
seseorang
yang
diharapkan
persetujuannya bagi pendapat dan tindakannya yang tidak ingin dikecewakan banyak mempengaruhi pembentukan sikap.14 Risiko menikah muda menurut Anna Vida Vindari (2011) secara fisiologis alat reproduksinya belum siap untuk menerima kehamilan
sehingga
dapat
menimbulkan
berbagai
bentuk
komplikasi, misalnya kematian bagi bayi maupun bagi ibunya. Sedangkan secara psikologis, keadaan psikologisnya belum matang
48
sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinannya seperti perceraian.3 d) Sikap terhadap informasi kesehatan reproduksi Semua informan setuju adanya informasi tentang kesehatan reproduksi karena saat ini sangat diperlukan untuk memberikan bekal khususnya pada anak-anak yang sekarang sudah menginjak dewasa atau baligh. pernyataan tersebut sesuai dengan informan yang belum menikah yaitu informan setuju karena bisa menambah pengetahuan cara menjaga kesehatan reproduksinya.( Kotak 12 ) Kotak 12 “ ..setuju, karena dengan adanya informasi kesehatan reproduksi kita akan tahu bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi kita dengan baik dan aman,,” DH.17 th
Hasil dari wawancara mendalam dengan Bidan Desa, bahwa bidan Desa juga setuju dengan adanya pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi kepada masyarakat terutama pada remaja agar bisa menjaga dan merawat kesehatan reproduksinya sendiri. e) Sikap terhadap cara merawat organ reproduksi Sebagian besar informan setuju untuk merawat organ reproduksinya setiap hari walaupun informan kurang begitu mengetahui cara merawat organ reproduksi. Para informan melakukan perawatan organ reproduksi hanya yang sudah biasa
49
informan lakukan di Desa seperti minum jamu dan dibersihkan pakai sabun sirih ketika mandi dan setelah buang air kecil.(Kotak 13) Kotak 13 “.saya setuju untuk merawat organ reproduksi.,dengan minum jamu trus dibersihin kalau mandi..” FT.17 th
Hasil wawancara dengan bidan juga menyatakan setuju untuk merawat organ reproduksi karena agar terhindar dari segala bentuk penyakit yang bisa menyerang organ reproduksi terutama pada remaja perempuan. (Kotak 14) Kotak 14 “,,setuju, karena agar terhindar dari segala bentuk serangan penyakit yang bisa menyerang organ reproduksi terutama pada organ intim wanita..” M. 28 th
Semua informan menyatakan setuju untuk merawat organ reproduksinya agar terhindar dari serangan penyakit terutama yang disebabkan karena kurangnya perawatan organ reproduksi. Para informan yang menikah muda maupun tidak mereka sebisa mungkin selalu menjaga dan merawat kebersihan organ reproduksinya untuk memperkecil risiko yang dapat terjadi. 3. Perilaku Perilaku yang mempengaruhi seseorang untuk menikah muda merupakan fungsi dari lingkungan sosial dan individu, artinya perilaku 50
menikah muda selain dari faktor diri sendiri juga dipengaruhi faktor lingkungan.12 a) Usia menikah Sebagian besar Informan mengaku mulai menikah pada saat usianya 14 tahun dan 15 tahun. Para informan beralasan melakukan tersebut karena kehendak orang tuanya. Mereka juga merasa kasihan dengan kehidupan orang tuanya yang pas-pasan, sehingga mereka tidak menolak untuk menikah. Informan juga mengaku bahwa perempuan seusianya di Desa sudah pantas untuk menikah. ( Kotak 15 ) Kotak 15 “...14 tahun. Untuk membantu meringankan beban keluarga..” DW.17 th
Dari hasil wawancara dengan Bidan Desa tidak jauh berbeda dengan dengan para informan yang menikah muda. Beliau menyatakan bahwa pernikahan muda sudah merupakan adat di Desa, dan jika menikah diusia 20 tahun keatas dikatakan perawan tua. (Kotak 16) Kotak 16 “..soale sudah adat, kalau nikah umur 20 tahun keatas dianggap perawan tua..” M. 28 th
Perilaku seseorang untuk melakukan pernikahan muda tidak hanya ditentukan oleh pengetahuannya. Hal ini dikarenakan 51
pengetahuan bukanlah faktor satu-satunya faktor yang membentuk perilaku seseorang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menikah muda di Desa Cangak yang menonjol adalah (Reinforcing factor) yaitu perilaku orang tua yang juga menikah muda didukung (Predisposing factor) yaitu tradisi di Desa Cangak dan (Enabling factor) yaitu peraturan undang-undang no.1 tahun 1947 pasal 7 ayat 1 bahwa pernikahan diizinkan apabila laki-laki berusia 19 tahun dan perempuan berusia 16 tahun.15 Menurut penelitian Juspin Landung bahwa lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam tahapan seseorang melaksanakan pernikahan muda, dalam
penelitian itu juga
disebutkan bahwa sebagian besar remaja yang menikah muda karena pengaruh lingkungan dan keluarganya. Selain lingkungan, orang tua juga memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya pernikahan muda.23 b) Usia kehamilan Dari hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar informan berpendapat, berkaitan dengan usia yang aman utuk melahirkan yaitu antara 20 – 25 tahun karena masa-masa tersebut dikatakan masa produktif dan masa dimana alat-alat reproduksinya sudah kuat. Namun pernyataan itu bertolak belakang dengan kenyataan yang ada, karena pada kenyataannya sebagian besar informan hamil pada usia 15 tahun dan 16 tahun karena pada usia 52
kurang dari 15 tahun informan sudah menikah dan dibuahi sehingga informan hamil diusia muda atau hamil lebih awal. (Kotak 17) Kotak 17 “..sebaiknya usia hamil 20 tahun tapi karna menikahnya saja masih dibawah 17 tahun ya langsung hamil karna dibuahi..” TN.18 th
Berkaitan dengan masalah yang terjadi, bidan Desa tetap memberikan konseling atau penyuluhan pengetahuan tentang risiko hamil diusia muda walaupun kenyataannya masih banyak remaja yang hamil diusia muda. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun. Kesiapan mental dan sosial juga biasanya sudah terjadi pada usia 20 tahun, karena biasanya pada usia 20 tahun seorang perempuan sudah mendapat tingkat pendidikan yang cukup dan sudah mempunyai pekerjaan/berkarir.22 Jika seorang perempuan hamil atau melahirkan di atas usia 30 tahun juga akan memiliki risiko yang lebih besar mengalami komplikasi kehamilan/melahirkan disamping itu kulatitas janin juga akan menurun. Hal ini karena pada usia diatas 30 tahun organ reproduksi sudah mengalami penuaan. 53
c) Risiko menikah muda Sebagian besar informan mengaku sering memeriksakan kandungannya ke bidan Desa untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan meskipun sering ditegur oleh ibu bidan karena kehamilannya diusia yang masih sangat muda. (Kotak 18) Kotak 18 “...tahu sih, makanya saya sering periksa di ibu bidan meskipun sering ditegur...” DW.17 th
Dari hasil wawancara dengan bidan Desa, bahwa remaja yang hamil dusia muda maupun tidak setiap bulan sekali mereka melakukan pemeriksaan kehamilannya, dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan bayi yang dikandung. Beliau juga mengatakan sering memberikan penyuluhan tentang risiko menikah diusia muda. Menurut Sugiri, pernikahan terlalu muda meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi karena ketidaksiapan organ reproduksi perempuan. Risiko kematian ibu meningkat seiring berulangnya persalinan. Sebaliknya, pernikahan cukup usia menurunkan angka kematian ibu.24 Menurut Rosehan Adhani, selain berisiko terhadap kesehatan, menikah terlalu dini juga membuat pasangan kerap mengalami kesulitan ekonomi. Akhirnya, banyak anak pasangan yang menikah
54
dini tidak mendapat asupan gizi yang memadai, bahkan pola asuh anak juga kerap tidak diperhatikan.25 d) Merawat organ reproduksi. Sebagian besar informan hanya melakukan perawatan organ reproduksi sesuai dengan yang sudah sering mereka lakukan di Desa dalam merawat organ reproduksinya, informan menganggap suatu kebersihan organ reproduksi itu tidaklah penting karena bagi para informan malu untuk membecirakan hal itu. Informan hanya membersihkan alat organ reproduksinya dengan menggunakan sabun sirih setelah membuang air kecil maupun besar. (Kotak 19) Kotak 19 “..minimal pakai daun sirih kalau mandi mas..” DH.17 th
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Ada beberapa cara untuk menjaga alat kesehatan alat reproduksi, antara lain:22 1) Menggunakan produk pembersih yang disesuaikan dengan keasaman alat kelamin agar tidak membahayakan kesehatan alat reproduksi. Perhatikan label dari kemasan apakah kandungan yang terdapat di dalamnya mengandung bahan yang berbahaya atau tidak.
55
2) Gunakan pakaian dalam yang bersih yang terbuat dari bahan sintetis yang dapat menyerap keringat dengan mudah. Hindari memakai celana dalam yang sangat ketat agar tidak terjadi iritasi. 3) Bersihkan alat kelamin dengan mencukur rambut kemaluan secara rutin. Gunakan alat cukur yang tajam sehingga tidak menimbulkan rasa nyeri. 4) Selalu menjaga gaya hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan sehat, buah-buahan dan minum air putih setiap hari. 5) Hindari melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. 6) Manfaatkan perawatan secara tradisional dengan menggunakan penguapan yang dikhususkan untuk vagina. D. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini
Jarak waktu antara seminar proposal dengan
pengambilan data sampai pengolahan data sangat lama. Data yang dikumpulkan melalui wawancara kepada informan kurang dilakukan probing/penggalian data kurang dalam, data yang dihasilkan hanya sedikit.
56