BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Perusahaan PT. PERTAMINA (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pengusahaan pertambangan minyak dan gas (migas) di Indonesia. PT. PERTAMINA (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No 20, tanggal 17 September 2003 dan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No. C24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Sebagai lokomotif perekonomian bangsa, Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalanakan kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat berdaya saing yang tinggi di dalam era globalisasi. Dengan pengalaman lebih dari 57 tahun, Pertamina semakin percaya diri untuk berkomitmen menjalankan kegiatan bisnisnya secara profesional dan penguasaan teknis yang tinggi mulai dari kegiatan hulu sampai hilir. Berorientasi pada kepentingan pelanggan juga merupakan suatu hal yang menjadi komitmen Pertamina, agar dapat berperan dalam memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Upaya perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah satu komitmen Pertamina dalam setiap kiprahnya menjalankan peran strategis
dalam
perekonomian
nasional.
Semangat
terbarukan
yang
dicanangkan saat ini merupakan salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dengan inisiatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina bergerak maju dengan mantap untuk mewujudkan visi perusahaan, Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas. Sedangkn untuk sektor Hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak tanah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas, petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan. Untuk produk yang dihasilkan meliputi Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya.
Sebagai upaya agar lebih fokus dalam menjalankan bisnis pelumas, PT. Pertamina (Persero) mendirikan sebuah anak perusahaan yaitu PT. Pertamina Lubricants. Anak perusahaan ini didirikan pada 23 September 2013, dan menerima pemisahan (spin-off) Unit Bisnis Pelumas PT Pertamina (Persero) pada tanggal 30 Oktober 2013. PT Pertamina Lubricants dibentuk dengan tujuan meningkatkan kekuatan bisnis Perseroan di bidang usaha pelumas pada masa mendatang. Cakupan bisnis Perusahaan meliputi dalam dan luar negeri, dengan target pada masa mendatang mencapai posisi sebagai World Lubricants Company. 4.1.1. Visi:
Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan
Menjadi Perusahaan Pelumas Kelas Dunia
Misi: Memasarkan pelumas , grease , speciality product , dan base oil di pasar domestik dan internasional dengan menambahkan value untuk customer dan stakeholders menjadi profit maker untuk Pertamina. Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan baik PT. Pertamina (persero) maupun anak perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai perusahaan Pertamina adalah sebagai berikut: CLEAN (BERSIH) Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
COMPETITIVE (KOMPETITIF) Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. CONFIDENT (PERCAYA DIRI) Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. CUSTOMER FOCUSED (FOKUS PADA PELANGGAN) Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. COMMERCIAL (KOMERSIAL) Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. CAPABLE (BERKEMAMPUAN) Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta serta penguasaan teknis, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
4.1.2. Kegiatan Usaha dan Pemasaran
Gambar 4.1 Wilayah Pemasaran PT. Pertamina Lubricants Sumber: Data Internal Perusahaaan (2016)
Untuk mendukung kegiatan operasinya di Indonesia, Pertamina mengoperasikan tiga pabrik pelumas yakni di Jakarta, Cilacap dan Gresik serta mengelola penjualan yang terbagi ke dalam tujuh (7) area pemasaran. Dalam gambar 4.1 dapat ditunjukkan bahwa area pemasaran tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Wilayah pemasaran atau sering disebut dengan Sales Region terdiri dari: a. Sales Region 1 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Sumatra Bagian Utara. b. Sales Region 2 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Sumatra Bagian Selatan.
c. Sales Region 3 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. d. Sales Region 4 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Jawa Tengah. e. Sales Region 5 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Jawa Timur. f. Sales Region 6 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Kalimantan. g. Sales Region 6 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah timur Indonesia. Dalam segi kegiatan usaha PT. Pertamina Lubricants meliputi beberapa hal, antara lain: 1) Melaksanakan kegiatan produksi dan pengolahan pelumas, grease, specialties product, dan base oil serta bahan baku pelumas, grease, specialties product dan base oil dalam arti kata seluas-luasnya termasuk penyediaan prasarananya. 2) Melaksanakan kegiatan perdagangan ekspor maupun impor pelumas, grease, specialties product dan base oil serta bahan baku pelumas, grease, specialties product dan base oil. 3) Melaksanakan kegiatan pengangkutan, penyimpanan, penyaluran, distribusi dan pemasaran pelumas, grease, specialties product dan
base oil serta bahan baku pelumas, grease, specialties product dan base oil dalam arti kata seluas-luasnya termasuk penyediaan prasarananya. 4) Melaksanakan kegiatan jasa produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, penyaluran, distribusi dan pemasaran pelumas, grease, specialties product dan base oil serta bahan baku pelumas, grease, specialties product dan base oil. Menyelenggarakan kegiatan usaha lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung terkait atau menunjang kegiatan usaha dari keempat point diatas. 4.2.Pelumas Pertamina Fastron a) Pelumas Fastron Platinum
Gambar 4.2 Pelumas Fastron Platinum Sumber: Data Internl Perusahaan (2016)
Pelumas Fastron Platinum direkomendasikan untuk kendaraan sport, motosport, dan racing atau kendaraan modern yang telah dilengkapi teknologi mesin generasi terbaru. Cocok untuk mobil sport, super car dan racing car (jenis mobil >2000 cc) dan produksi diatas tahun 2010. Untuk tipenya dibedakan menjadi dua (2) sesuai dengan Society of Automotive Engineers (SAE) yaitu SAE 0W-40 dan SAE 10W-60. b) Pelumas Fastron Gold
Gambar 4.3 Pelumas Fastron Gold Sumber: Data Internal Perusahaan (2016) Pelumas Fastron Gold direkomendasikan untuk kendaraan generasi terbaru dari pabrikan kendaraan terkemuka yang beroperasi pada kondisi ekstrim, khususnya mesin bensin yang dilengkapi dengan exhaust after treatment devices. Cocok untuk mobil modern produksi buatan Eropa, AS, Jepang, Korea (jenis mobil >2000cc) dan produksi diatas tahun 2010. Untuk
jenisnya terbagi menjadi tiga yaitu SAE 0W-20, SAE 5W-30 dan SAE 5W40. c) Pelumas Fastron Techno
Gambar 4.4 Pelumas Fastron Techno Sumber: Data Internal Perusahaan (2016) Pelumas Fastron Techno direkomendasikan untuk kendaraan generasi terbaru dari pabrikan kendaraan terkemuka seperti Jepang, Korea, US dan Eropa. Sangat cocok untuk penggunaan sehari-hari khususnya dalam kondisi Stop ad Go untuk semua jenis mobil (1000-2500cc) dan produksi diatas tahun 2006. Untuk tipenya terbagi menjadi tiga yaitu SAE 15W-50, SAE 10W-40 dan SAE 10W-30.
d) Pelumas Fastron Diesel
Gambar 4.5 Pelumas Fastron Diesel Sumber: Data Internal Perusahaan (2016) Pelumas Fastron Diesel direkomendasikan untuk kendaraan mesin diesel modern putaran tinggi khususnya untuk mesin diesel system direct injection dengan teknologi gas buang yang rendah emisi. Cocok untuk mobil diesel penumpang yang telah dilengkapi teknologi Common Rail dan EGR. Untuk tipenya hanya ada satu jenis yaitu SAE 15W-40. 4.3.Karakteristik Responden Responden yang ditentukan dalam penelitian ini adalah pengguna produk pelumas Fastron yang berdomisili di Kota Semarang sebanyak 100 orang. Terdapat karakteristik responden yang ditentukan dalam penelitian, yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia dan pekerjaan. Berikut gambar pengelompokkan responden berdasarkan dari jenis kelamin:
Jenis Kelamin 17% Laki - laki
83%
Perempuan
Gambar 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, 2016) Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa responden terdiri dari 83 orang atau 83% berjenis kelamin laki-laki dan 17 orang atau 17% berjenis kelamin perempuan. Berikut pengelompokkan responde berdasarkan dari usia:
Usia 9% 41%
18%
17-23 Tahun 24-30 Tahun
32%
31-37 Tahun > 37 Tahun
Gambar 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, 2016)
Dari gambar di atas, dapat ditunjukkan bahwa responden yang berumur diatas 37 tahun merupakan populasi yang paling banyak yaitu terdiri dari 41 orang atau 41% ,disusul dengan populasi yang berumur diantara 31-37 tahun sebanyak 32 orang atau 32% dan yang paling sedikit adalah responden yang berumur 17-23 tahun yang berjumlah sebanyak 9 orang atau 9%. Dan sisanya sebanyak 18 orang atau 18% berumur antara 24-30 tahun. Berikut pengelompokkan responden berdasarkan dari pekerjaan:
9%
4%
Pekerjaan 39%
14%
PNS/TNI/Polri Pegawai Swasta
34%
Wiraswasta Pelajar Lainnya
Gambar 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Kuesioner, 2016) Dari gambar 4.8 dapat dijelaskan bahwa responden yang paling dominan adalah pegawai PNS yang terdiri dari 39 orang atau 39% ,diikuti dengan pegawai swasta yang terdiri dari 34 orang atau 34%, kemudian wiraswasta sebanyak 14 orang atau 14% dan pelajar sebanyak 9 orang atau 9%. Dan lainnya berjumlah 4 orang atau 4%.
4.4.Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval Dikemukakan oleh Rangkuti (2006:90) bahwa seluruh data yang diperoleh dengan menggunakan skala Likert merupakan sebuah data ordinal. Dan jika sebuah data yang diperoleh merupakan data dengan skala ukur ordinal, maka data tersebut harus ditransformasikan menjadi data berskala interval. Mentransformasikan data ordinal menjadi data interval berguna untuk memenuhi syarat analisis jalur (path analysis) yang lazimnya menggunakan data berskala interval. Menurut Ridwan dan Kuncoro (2008:30) salah satu langkah transformasi data sederhana adalah dengan menggunakan Software Method Succesive Interval (MSI) atau dengan cara perhitungan manual. Berikut contoh hasil output MSI untuk pertanyaan 4: Col Pertanyaan 4
Categor y
Freq
Prop
Cum
Densit y
1.000
1.000
0.010
0.010
0.027
2.000
6.000
0.060
0.070
0.134
3.000
34.000
0.340
0.410
4.000
46.000
0.460
5.000
13.000
0.130
Scale
0.389
Z 2.326 1.476 0.228
0.870
0.212
1.126
4.050
1.000
0.000
1.000 1.872 2.917 5.292
Gambar 4.9 Output hasil MSI untuk pertanyaan 4 Sumber: Hasil output MSI (2016) Keterangan: Col : Nama item pertanyaan yang akan di MSI adalah pertanyaan 4. Category : Kategori skor jawaban responden dalam Skala Ordinal (Likert) berkisar nilainya antara 1 – 5.
Freq
: Frekuensi atau jumlah masing-masing skor jawaban dalam skala
ordinal 1- 5. Frekuensi skor jawaban 1 = 1 Frekuensi skor jawaban 2 = 6 Frekuensi skor jawaban 3 = 34 Frekuensi skor jawaban 4 = 46 Frekuensi skor jawaban 5 = 13 Prop
P
: Nilai proporsi untuk setiap frekuensi skor dengan rumus
frequency n
Cum
: Hasil penjumlahan proporsi secara berurutan untuk setiap respon,
sehingga diperoleh nilai proporsi kumulatif. Z : Nilai Z untuk setiap kategori, dengan asumsi bahwa proporsi kumulatif dianggap mengikuti distribusi normal baku. Nilai Z diperoleh dari Nilai Tabel Distribusi Normal Baku. Density
: Nilai densitas dari nilai Z yang diperoleh dengan cara memasukkan
nilai Z tersebut ke dalam fungsi densitas normal baku sebagai berikut:
f ( z)
1 exp z 2 2 2 1
Scale
SV
: Nilai SV (Scale Value) yang dihitung menggunakan rumus
density at lower limit - density at upper limit area under offer limit - under lower limit
4.5.Uji Validitas Dan Reliabilitas Setelah dilakukan transformasi data ordinal menjadi data interval, langkah selanjutnya adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap tiap butir pertanyaan dalam instrumen yang digunakan sebagai alat ukur penelitian. 4.5.1. Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% sehingga nilai α sebesar 5% atau 0,05. Degree of Freedom (df) dirumuskan dengan df = n-2. Jumlah data (n) yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 100, sehingga nilai df yang diperoleh adalah 98. Berdasarkan nilai tersebut maka didapatkan nilai r tabel nya senilai 0,195 (Tabel Z, 2016). Berikut hasil rekap uji validitas untuk variabel mix promotion: Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Mix Promotion Pertanyaan
R Hitung
R Tabel
Keterangan
1
0,701
0,195
Valid
2
0,674
0,195
Valid
3
0,675
0,195
Valid
4
0,679
0,195
Valid
5
0,698
0,195
Valid
6
0,679
0,195
Valid
7
0,714
0,195
Valid
0,690
8
0,195
Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa keseluruhan butir pertanyaan dalam variabel mix promotion terbukti valid. Dilihat dari nilai R hitung > nilai R Tabel yaitu 0,195 sehingga data dapat digunakan untuk proses analisa selanjutnya. Berikut rekap hasil uji validitas untuk variabel kualitas produk: Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk Pertanyaan
R Hitung
R Tabel
Keterangan
9
0,624
0,195
Valid
10
0,632
0,195
Valid
11
0,637
0,195
Valid
12
0,683
0,195
Valid
13
0,682
0,195
Valid
14
0,591
0,195
Valid
15
0,662
0,195
Valid
16
0,657
0,195
Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa keseluruhan pertanyaan dalam variabel kualitas produk terbukti valid karena nilai R Hitung > nilai R Tabel yaitu 0,195 sehingga data dapat digunakan untuk proses analisis selanjutnya. Berikut hasil rekap uji validitas terhadap variabel Brand Image:
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Brand Image Pertanyaan
R Hitung
R Tabel
Keterangan
17
0,620
0,195
Valid
18
0,618
0,195
Valid
19
0,588
0,195
Valid
20
0,583
0,195
Valid
21
0,565
0,195
Valid
22
0,557
0,195
Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Melalui tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa keseluruhan butir pertanyaan dalam variabel brand image terbukti valid karena nilai R Hitung > nilai R Tabel yaitu 0,195. Sehingga data ini dapat digunakan untuk proses analisa selanjutnya. Untuk data uji validitas variabel kepuasan konsumen dapat dilihat dalam tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Konsumen Pertanyaan
R Hitung
R Tabel
Keterangan
23
0,619
0,195
Valid
24
0,592
0,195
Valid
25
0,636
0,195
Valid
26
0,570
0,195
Valid
27
0,625
0,195
Valid
28
0,594
0,195
Valid
29
0,624
0,195
Valid
0,621
30
0,195
Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Dalam tabel diatas terlihat bahwa nilai R Hitung > nilai R Tabel sebesar 0,195 sehingga keseluruhan pertanyaan dalam variabel kepuasan konsumen dikatakan valid dan dapat digunakan untuk proses analisa selanjutnya. Selanjutnya untuk rekap validitas loyalitas konsumen dapat dilihat dalam tabel 4.5 dibawah ini: Tabel 4.5 Hasil Uji Validasi Variabel Loyalitas Konsumen Pertanyaan
R Hitung
R Tabel
Keterangan
31
0,765
0,195
Valid
32
0,705
0,195
Valid
33
0,761
0,195
Valid
34
0,772
0,195
Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Dari pemaparan tabel diatas terlihat bahwa keseluruhan pertanyaan dalam variabel kepuasan konsumen terbukti valid karena diperoleh nilai R Hitung > Nilai R Tabel yaitu 0,195. Sehingga data ini dapat digunakan dalam proses analisa selanjutnya. 4.5.2. Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas akan dinyatakan reliabel jika nilai koefisien Cronbach Alpha ≥ 0,60. Hasil Uji Reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach Alpha
Keterangan
Mix Promotion
0,717
Reliabel
Kualitas Produk
0,677
Reliabel
Brand Image
0,633
Reliabel
Kepuasan Konsumen
0,642
Reliabel
Loyalitas Konsumen
0,802
Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pertanyaan dalam keseluruhan variabel terbukti reliabel. Dilihat dari nilai koefisien Cronbach Alpha melebihi angka 0,60. Sehingga disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang handal dan mampu digunakan untuk proses analisa selanjutnya. 4.6.Uji Asumsi Klasik 4.6.1. Uji Normalitas Sebuah model regresi yang baik adalah sebuah model yang dapat memberikan nilai residual yang memenuhi asumsi normalitas yaitu nilai sig > α (taraf sig= 0,05). Berikut hasil output uji normalitas terhadap seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 4.7 Uji Normalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Berdasarkan hasil uji SPSS dapat diketahui bahwa seluruh seluruh variabel menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 dilihat dari kolom asymp. Sig (2tailed). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh data sampel yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas juga dapat dilihat melalui titik sebaran Q-Q Plot dari masing-masing variabel. Sebaran dapat dikatakan baik bila sebaran titik plot dominan berada pada suatu garis lurus. Berikut gambar 4.10 yang merupakan grafik Q-Q Plot dari variabel mix promotion:
Gambar 4.10 Grafik Normal Q-Q Plot Mix Promotion Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016) Berikut gambar 4.11 yang merupakan grafik Q-Q Plot dari variabel kualitas produk:
Gambar 4.11 Grafik Normal Q-Q Plot Kualitas Produk Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016)
Gambar 4.12 Grafik Normal Q-Q Plot Brand Image Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016) Dilanjutkan dengan grafik Q-Q Plot dari variabel kepuasan konsumen yang dijelaskan melalui gambar 4.13:
Gambar 4.13 Grafik Normal Q-Q Plot Kepuasan Konsumen Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016)
Berikut gambar 4.14 yang merupakan grafik Q-Q Plot dari variabel loyalitas konsumen:
Gambar 4.14 Grafik Normal Q-Q Plot Loyalitas Konsumen Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016) 4.6.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan sebagai alat penguji apakah terdapat korelasi antara variabel bebas dari model penelitian. Sebuah model yang baik merupakan model yang tidak terdapat korelasi antara variabel bebasnya. Dan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dengan melihat nilai toleransi dan Variance Inflaction Factor (VIF). Apabila nilai toleransi > 0,1 dan VIF < 10 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel
multikolinearitas:
tersebut
bebas
multikolinearitas.
Berikut
hasil
dari
uji
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016) Dari tabel uji diatas terlihat setiap variabel bebas memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas dalam penelitian ini bebas multikolineritas. 4.7.Analisis Korelasi Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Maka digunakanlah analisis korelasi sebagai alat untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tersebut. Berikut tabel pedoman interpretasi koefisien nilai r menurut Sugiyono, 2007 : Tabel 4.9 Interpretasi Koefisien Nilai r Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2007) Untuk hasil korelasi masing-masing variabel ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Hasil Korelasi Masing-masing Variabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Berdasarkan hasil yang ditunjukkan dalam tabel 4.9 maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Korelasi antara mix promotion dengan kualitas produk Dari hasil perhitungan diperoleh angka korelasi antara mix promotion dan kualitas produk sebesar 0,432. Korelasi sebesar 0,423 memiliki makna bahwa hubungan antara variabel mix promotion dan kualitas produk sedang dan searah (karena hasilnya positif). Searah diartikan jika mix promotion tinggi maka kualitas
produk jug tinggi. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka sig yang dihasilkan sebesar 0,000 < 0,05. 2. Korelasi antara mix promotion dengan brand image Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka korelasi antara mix promotion dan brand image sebesar 0,230. Korelasi ini mempunyai makna bahwa hubungan antara mix promotion dan brand image rendah dan searah. Dan korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka sig yang dihasilkan sebesar 0,002 < 0,05. 3. Korelasi antara mix promotion dengan kepuasan konsumen Dari hasil nilai perhitungan diperoleh angka korelasi antara mix promotion dan kepuasan konsumen sebesar 0,302. Korelasi ini mempunyai makna bahwa hubungan antara mix promotion dan brand image rendah dan searah. Dan korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka sig yang dihasilkan sebesar 0,021 < 0,05. 4. Korelasi antara kualitas produk dengan brand image Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka korelasi antara kualitas produk dan brand image sebesar 0,591. Korelasi ini mempunyai makna bahwa hubungan antara kualitas produk dan brand image sedang dan searah. Dan korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka sig yang dihasilkan sebesar 0,000 < 0,05. 5. Korelasi antara kualitas produk dengan kepuasan konsumen Dari hasil nilai perhitungan diperoleh angka korelasi antara kualitas produk dengan kepuasan konsumen sebesar 0,407. Korelasi ini mempunyai makna bahwa hubungan antara kualitas produk dan kepuasan konsumen sedang dan searah. Dan
korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka sig yang dihasilkan sebesar 0,000 < 0,05. 6. Korelasi antara brand image dengan kepuasan konsumen Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka korelasi antara brand image dan kepuasan konsumen 0,396. Korelasi ini mempunyai makna bahwa hubungan antara brand image dan kepuasan konsumen rendah dan searah. Dan korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka sig yang dihasilkan sebesar 0,000 < 0,05. Tabel 4.10 Hasil Rekap Analisis Korelasi Tiap Variabel Hubungan Variabel
Nilai Korelasi
Sifat Hubungan
X1 dengan X2
0,423
Sedang
X1 dengan X3
0,302
Rendah
X1 dengan Y
0,230
Rendah
X2 dengan X3
0,591
Sedang
X2 dengan Y
0,407
Rendah
X3 dengan Y
0,396
Sedang
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) 4.8.Pengujian Hipotesis 4.8.1. Pengujian dan Analisa Sub Struktur I (Pengaruh Mix Promotion (X1), Kualitas Produk (X2), Brand Image (X3) Terhadap Kepuasan Konsumen (Y) ) a) Analisis Koefisisen Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besarnya kontribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya.
Menurut Imam Ghozali dalam Dyah Ayu Annisa (2012:58) bila jumlah variabel independen yang diteliti lebih dari dua (2), maka koefisisen determinasi yang digunakan adalah nilai Adjusted R Square. Dengan menggunakan nilai Adjusted R Square juga dapat meminimalisir bias yang terjadi terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Berikut dijelaskan melalui tabel 4.11 mengenai koefisien determinasi: Tabel 4.11 Hasil Koefisien Determinasi Sub Struktur I
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 16 (2016) Dari hasil perhitungan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (Adjusted R Square) yang diperoleh sebesar 0,180 = 18%. Hal ini dapat diartikan bahwa 18% kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh variabel mix promotion, kualitas produk, brand image sedangkan sisanya 82% (100% - 18%) kepuasan konsumen dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. b) Uji F (Uji Serempak) Uji F digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel eksogen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel endogen. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh atau tidaknya secara bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikatnya maka digunakan probability sebesar 5% (α = 0,05) dan dengan dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut: 1. Jika nilai asymp. Sig ≥ α (0,05) maka menerima H0 dan menolak Ha. 2. Jika nilai asymp. Sig ≤ α (0,05) maka menerima Ha dan menolak H0. Dan hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Mix Promotion, Kualitas Produk, Brand Image tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kepuasan Konsumen. Ha: Mix Promotion, Kualitas Produk, Brand Image berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kepuasan Konsumen. Tabel 4.12 Hasil Uji F Mix Promotion, Kualitas Produk, Brand Image terhadap Kepuasan Konsumen.
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel eksogen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel endogen. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 8.266 > dari nilai F Tabel dengan nilai df (numerator = 3 dan denumerator = 98) yaitu sebesar 2.70 dan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi (sig) dibawah ketetapan nilai yaitu 0,05 dapat diartikan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan
konsumen atau dapat dikatakan bahwa variabel mix promotion, kualitas produk dan brand image secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Sehingga hipotesis yang hendak diuji bahwa variabel mix promotion, kualitas produk dan brand image secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen dapat diterima. c) Uji T (Uji Parsial) Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing atau secara parsial variabel eksogen terhadap variabel endogen. Untuk nilai T tabel yang digunakan adalah 1,660 berdasarkan nilai df sebesar 98 dan α = 0,05. Dasar pengambilan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel endogen adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai asymp. Sig ≥ α (0,05) maka menerima H0 dan menolak Ha. 2. Jika nilai asymp. Sig ≤ α (0,05) maka menerima Ha dan menolak H0. Tabel 4.13 Hasil Uji T Mix Promotion, Kualitas Produk dan Brand Image terhadap Kepuasan Konsumen.
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016) Hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Mix Promotion tidak berpengaruh terhadap peningkatan Kepuasan Konsumen.
Ha: Mix Promotion berpengaruh terhadap peningkatan Kepuasan Konsumen. Berdasarkan pada hasil perhitungan, diperoleh nilai Standardized Coefficient Beta hanya sebesar 0,055. Sehingga dapat diartikan bahwa faktor mix promotion tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen (H1 ditolak). Jika melihat t hitung yang diperoleh sebesar 0,549 < 1,660 juga dapat menggambarkan bahwa tidak adanya hubungan linear antara mix promotion terhadap kepuasan konsumen. Hal ini tercermin pula pada angka signifikansi sebesar 0,584 yang lebih besar dari ketetapan alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima atau tidak adanya pengaruh mix promotion terhadap kepuasan konsumen. Hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Kualitas Produk tidak berpengaruh terhadap peningkatan Kepuasan Konsumen. Ha: Kualitas Produk berpengaruh terhadap peningkatan Kepuasan Konsumen. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, nilai Sstandardized Coefficient Beta yang diperoleh sebesar 0,246. Kemudian nilai t tabelnya sebesar 2,065 > 1,660 dan nilai signifikansi sebesar 0,042 lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas produk terhadap kepuasan konsumen (H2 Diterima).
Hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Brand Image tidak berpengaruh terhadap peningkatan Kepuasan Konsumen. Ha:
Brand
Image
berpengaruh
terhadap
peningkatan
Kepuasan
Konsumen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Standardized Coefficient Beta sebesar 0,234 kemudian nilai t tabel sebesar 2,068 > 1,660 serta nilai signifikansi yang juga menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 sebesar 0,041. Sehingga dapat diartikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel brand image terhadap kepuasan konsumen (H3 Diterima). Sehingga persamaan struktur I dapat disusun menjadi: Y= 0,055X1 + 0,246X2 + 0,234X3 + €1 Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa terdapat koefisien jalur yang tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen yaitu variabel mix promotion (X1). Maka diperlukan model sub-struktur yang diperbaiki melalui metode trimming untuk menguji tingkat validitas dari setiap koefisien jalur yang telah dihitung. Berikut hasil trimming jalur koefisien struktur I:
Tabel 4.14 Hasil Output Trimming Struktur I
Sumber : Pengolahan Data SPSS 17 (2016) Dalam tabel hasil tersebut dapat diketahui bahwa variabel yang masuk kedalam pengujian adalah variabel kualitas produk dan brand image. Sehingga nilai Adjusted R Square yang diperoleh mengalami perubahan menjadi 0,186. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel kualitas produk dan brand image berpengaruh langsung terhadap kepuasan konsumen sebesar 18,6% dan sisanya sebesar 81,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari model ini. Dalam pengujian
serempak, nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat diartikan pula bahwa variabel kualitas produk dan brand image berpengaruh secara keseluruhan terhadap kepuasan konsumen. Dan besarnya nilai kontribusi variabel kualitas produk terhadap kepuasan konsumen secara langsung adalah 0,266. Sedangkan nilai kontribusi variabel brand image terhadap kepuasan konsumen sebesar 0,238. Nilai signifikansi untuk variabel kualitas produk sebesar 0,020 dan variabel brand image sebesar 0,037, dimana nilai tersebut lebih kecil dari ketetapan alpha 0,05 sehingga variabel kualitas produk dan brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen.. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui perbaikan kualitas produk dan pembentukan brand image yang baik di mata konsumen menjadi salah satu faktor untuk mencapai kepuasan dari konsumen. Maka persamaan struktur I setelah trimming menjadi: Y= 0,266 X2 + 0,238X3 + €1 KUALITAS PRODUK (X2) KEPUASAN KONSUMEN (Y) BRAND IMAGE (X3)
Gambar 4.15 Model I Jalur Path Trimming Sumber: Hasil Olah Data SPSS 17 (2016)
4.8.1. Analisis dan Pengujian Struktur II (Pengaruh Mix Promotion (X1), Kualitas Produk (X2), Brand Image (X3) Kepuasan Konsumen (Y) Terhadap Loyalitas Konsumen (Z) ) a) Analisis Koefisien Determinasi (R2) Sama halnya seperti pada struktur I, dalam pengujian struktur II akan diukur seberapa besarnya kontribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat nilai Adjusted R Square. Berikut dijelaskan melalui tabel 4.18 mengenai koefisien determinasi struktur II: Tabel 4.15 Tabel Koefisien Determinasi Struktur II
Sumber: Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016) Dengan melihat angka Adjusted R Square yang diperoleh sebesar 0,286 dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh mix promotion, kualitas produk, brand image dan kepuasan konsumen secara simultan terhadap loyalitas konsumen sebesar 28,6%. Adapun sisanya sebesar 71,4% (100%-28,6%) dipengaruhi oleh variabelvariabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Atau dengan kata lain variabel loyalitas konsumen dapat diterangkan oleh variabel mix promotion, kualitas produk, brand image dan kepuasan konsumen sebesar 28,6% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain sebesar 71,4%.
b) Uji F (Uji Serempak) Dilanjutkan dengan Uji F untuk mengetahui bagaimana variabel eksogen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel endogen. Dalam penelitian ini digunakan probability sebesar 5% (α = 0,05) dan dengan dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut: 1. Jika nilai asymp. Sig ≥ α (0,05) maka menerima H0 dan menolak Ha. 2. Jika nilai asymp. Sig ≤ α (0,05) maka menerima Ha dan menolak H0. Dan hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Mix Promotion, Kualitas Produk, Brand Image, Kepuasan Konsumen tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Loyalitas Konsumen. Ha: Mix Promotion, Kualitas Produk, Brand Image dan Kepuasan Konsumen berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Loyalitas Konsumen. Berikut tabel 4.19 yang menunjukkan hasil uji statistik F struktur II dari data yang diolah: Tabel 4.16 Hasil Uji F Mix Promotion, Kualitas Produk, Brand Image dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen.
Sumber: Pengolahan Data dengan SPSS 17 (2016)
Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel eksogen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel endogen. Ditinjau dari nilai F Hitung yang diperoleh sebesar 10.908 > dari nilai F Tabel dengan nilai df (numerator = 4 dan denumerator = 98) yaitu sebesar 2.46. Dikuatkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari ketetapan alpha 0,05. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa variabel mix promotion, kualitas produk, brand image dan kepuasan konsumen berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap loyalitas konsumen dapat diterima. c) Uji T (Uji Parsial) Untuk mengetahui seberapa pengaruh tiap variabel eksogen terhadap variabel endogen. Nilai T tabel yang digunakan adalah 1,660 berdasarkan nilai df sebesar 98 dan α = 0,05. Dasar pengambilan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel endogen adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai asymp. Sig ≥ α (0,05) maka menerima H0 dan menolak Ha. 2. Jika nilai asymp. Sig ≤ α (0,05) maka menerima Ha dan menolak H0. Tabel 4.17 Hasil Uji T Struktur II
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 (2016)
Hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Mix Promotion tidak berpengaruh terhadap peningkatan Loyalitas Konsumen. Ha: Mix Promotion berpengaruh terhadap peningkatan Loyalitas Konsumen. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai Standardized Coefficient Beta sebesar -0,094. Dengan nilai minus yang diperoleh dapat diartikan bahwa faktor mix promotion tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Jika melihat t hitung yang diperoleh sebesar -0,999 < 0,1660 juga dapat menggambarkan bahwa tidak adanya hubungan linear antara mix promotion terhadap loyalitas konsumen. Hal ini tercermin pula pada angka signifikansi sebesar 0,320 yang lebih besar dari ketetapan alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima atau tidak adanya pengaruh langsung mix promotion terhadap loyalitas konsumen (H4 Ditolak). Hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Kualitas Produk tidak berpengaruh terhadap peningkatan Loyalitas Konsumen. Ha: Kualitas Produk berpengaruh terhadap peningkatan Loyalitas Konsumen. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, nilai Standardized Coefficient Beta yang diperoleh sebesar 0,411. Sedangkan nilai t tabel sebesar 3,622 > 1,660 dan nilai sig signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak
dan Ha diterima. Maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas produk terhadap loyalitas konsumen (H5 Diterima). Hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Brand Image tidak berpengaruh terhadap peningkatan Loyalitas Konsumen. Ha: Brand Image berpengaruh terhadap peningkatan Loyalitas Konsumen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Standardized Coefficient Beta dari variabel brand image sebesar 0,104. Kemudian nilai t tabel sebesar 0,968 < 1,660 serta nilai signifikansi yang juga menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 sebesar 0,335. Sehingga dapat diartikan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima atau tidak terdapat pengaruh antara variabel brand image terhadap loyalitas konsumen (H6 Ditolak). Hipotesis yang hendak diuji ialah: H0: Kepuasan Konsumen tidak berpengaruh terhadap peningkatan Loyalitas Konsumen. Ha: Kepuasan Konsumen berpengaruh terhadap peningkatan Loyalitas Konsumen. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai Standardized Coefficient Beta variabel kepuasan konsumen sebesar 0,199. Sedangkan nilai t tabel sebesar 2,087 > 1,660 dan nilai sig signifikansi sebesar 0,40 lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang langsung positif dan signifikan antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen (H7 Diterima).
Dari hasil analisis diatas maka disusunlah persamaan struktur II sebagai berikut: Z = (-0,094) X1 + 0,411X2 + 0,104X3 + 0,199Y + €2 Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak signifikan terhadap loyalitas konsumen yaitu mix promotion (X1) dan brand image (X3). Maka diperlukan perbaikan model sub struktur melalui metode trimming sebagai dasar pengujian tingkat validitas dari setiap koefisien jalur yang telah dihitung. Berikut hasil trimming jalur koefisien struktur II: Tabel 4.18 Tabel Hasil Output Trimming Struktur II
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016)
Dari hasil output diatas dapat diketahui bahwa hanya variabel kualitas produk dan kepuasan konsumen yang dimasukkan ke dalam pengujian. Sehingga nilai Adjusted R Square yang diperoleh mengalami perubahan menjadi 0,287. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel kualitas produk dan kepuasan konsumen berpengaruh langsung terhadap loyalitas konsumen sebesar 28,7% dan sisanya sebesar 71,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari model ini. Dan besarnya nilai signifikansi yaitu sebesar 0,000 < 0,05 sehingga variabel kualitas produk dan kepuasan konsumen secara bersama-sama berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Kemudian dilanjutkan dengan hasil uji parsial, didapatkan nilai kontribusi variabel kualitas produk terhadap loyalitas konsumen secara langsung adalah 0,428. Sedangkan nilai kontribusi variabel kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen sebesar 0,212. Untuk besarnya nilai signifikansi variabel kualitas produk sebesar 0,000 dan variabel kepuasan konsumen sebesar 0,025, dimana nilai tersebut lebih kecil dari ketetapan alpha 0,05. Sehingga variabel kualitas produk dan kepuasan konsumen secara parsial berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah melalui perbaikan kualitas produk dan peningkatan kepuasan konsumen merupakan hal yang dapat diupayakan dalam pencapaian loyalitas dari konsumen. Maka dapat disusun struktur II setelah trimming sebagai berikut: Z= 0,428 X2 + 0,212 Y + €2
KUALITAS PRODUK (X2) LOYALITAS KONSUMEN (Z) KEPUASAN KONSUMEN (Y)
Gambar 4.16 Model II Jalur Path Trimming Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 (2016) 4.9 Analisis Jalur Dalam penelitian ini, analisis regresi dilakukan sebanyak dua kali. Analisis regresi yang pertama untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel mediasi (intervening). Lalu analisis regresi yang kedua untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. 4.9.1. Interpretasi Analisis Jalur Berdasarkan dari hasil uji T pada tabel 4.14 diperoleh nilai Standardized Coefficient Beta pada variabel kualitas produk sebesar 0,266. Nilai Standardized Coefficient Beta sebesar 0,266 merupakan nilai path atau jalur P1. Kemudian nilai Standardized Coefficient Beta pada variabel brand image sebesar 0,238. Nilai Standardized Coefficient Beta sebesar 0,238 menjadi nilai path atau jalur P2. Selanjutnya berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.18 diperoleh nilai Standardized Coefficient Beta pada variabel kualitas produk sebesar 0,428. Nilai Standardized Coefficient Beta sebesar 0,428 merupakan nilai path atau jalur P3. Dan nilai Standardized Coefficient Beta pada variabel kepuasan konsumen adalah
sebesar 0,212. Nilai Standardized Coefficient Beta sebesar 0,212 merupakan nilai path atau jalur P4. Berdasarkan Uji R2 pada tabel 4.14 maka dapat dihitung nilai residual €1 = 𝟏 − 𝑹𝟐 =
𝟏 − 𝟎, 𝟐𝟎𝟑 = 0.892. Sehingga pengaruh kausal empiris antara
kualitas produk (X2) dan brand image (X3) terhadap kepuasan konsumen (Y) dapat digambarkan melalui persamaan struktural I yaitu: Kepuasan konsumen = (0,266) Kualitas Produk + (0,238) Brand Image + 0,892€1 Berdasarkan Uji R2 pada tabel 4.18 maka dapat dihitung nilai residual €2 = 𝟏 − 𝑹𝟐 = 𝟏 − 𝟎, 𝟑𝟎𝟐 = 0.835. Sehingga pengaruh kausal empiris antara kualitas produk (X2) dan kepuasan konsumen (Y) terhadap loyalitas konsumen (Z) dapat digambarkan melalui persamaan struktural II yaitu: Loyalitas Konsumen = (0,428) Kualitas Produk + (0,212) Kepuasan Konsumen + 0,835€2 Maka interpretasi dari hasil analisis jalur dapat dilihat pada gambar 4.17 berikut:
0,892e1 0,892 €I
KUALITAS PRODUK (X2)
0,835e2 0,835€II P3 X22ZZ ==0,353 0,428 P3 X
P1 X2Y = 0,248
P1 X2Y = 0,266
BRAND IMAGE (X3)
KEPUASAN KONSUMEN (Y)
P4YZ P4 YZ==0,188 0,212
LOYALITAS KONSUMEN (Z)
P2 P2XX3Y3Y= =0,283 0,238
Gambar 4.17 Diagram Alur Sumber: Hasil Olah Data SPSS 17 (2016) 4.9.2. Perhitungan Pengaruh Pada model jalur, penelitian ini akan menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Untuk perhitungannya digunakan formula sebagai berikut: 1. Pengaruh variabel kualitas produk terhadap loyalitas konsumen
Pengaruh langsung (X2 ke Z) = 0,428
Pengaruh tidak langsung (melalui kepuasan) = X2*Y = (0,266)*(0,212) = 0,0566
2. Pengaruh variabel brand image terhadap loyalitas konsumen
Pengaruh tidak langsung (melalui kepuasan) = X3*Y = (0,238)*(0,212) = 0,050
3. Pengaruh variabel kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen
Pengaruh langsung (Y ke Z) = 0,212
4.10. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) 4.10.1. Faktor Internal dan Faktor Eksternal Dari hasil uji terhadap beberapa variabel eksogen yang mempengaruhi variabel endogen dapat diketahui beberapa faktor internal dan faktor eksternal berdasarkan dari nilai konstribusi dari tiap variabelnya. Beberapa faktor internal dan eksternal dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Faktor Internal a) Kekuatan (Strength)
Sebagai Official Technical Partner dari Lamborghini
Memiliki varian produk yang beragam (Fastron Platinum, Fastron Gold, Fastron Techno dan Fastron Diesel)
Memiliki jaringan pemasaran yang cukup luas (Outlet umum, Own Channel, Modern Market, SPBU dan lainnya)
Telah resmi mendapatkan sertifikasi dari API Service yang paling tinggi (API Service SN)
b) Kelemahan (Weakness)
Ketersediaan produk di outlet belum merata
Volume penjualan belum tinggi
Brand Awareness di kalangan konsumen masih rendah
Harga produk sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan competitor yang sekelas
2) Faktor Eksternal a. Peluang (Opprtunities)
Memiliki sales team (Salessman Speed Up) yang massive sehingga dapat membantu proses pendistribusian produk
Merupakan poduk asli dalam negeri
Merupakan produk yang di produksi oleh perusahaan (produsen) yang memiliki jenis produk lain sehingga memungkinkan kesempatan untuk melakukan join promotion
Terteranya brand Lamborghini dalam produk meningkatkan eksklusifitas produk Fastron
b. Ancaman (Threats)
Keberadaan kompetitor di outlet jauh lebih merata dibandingkan dengan produk Fastron
Brand Awareness dari para kompetitor lebih baik dibandingkan dengan Fastron
Volume
produk
dari
kompetitor
di
outlet
lebih
unggul
dibandingkan dengan Fastron
Mindset konsumen yang lebih yakin untuk menggunakan produk pelumas luas negeri (import)
Tabel 4.19 Faktor Internal dan Eksternal Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (Strength)
Peluang (Opportunities)
Menjadi Official Technical Partner dari
Mempunyai sales team yang massive
Lamborghini
sehingga dapat membantu proses pendistribusian barang
Memiliki beragam varian produk (Fastron
Merupakan salah satu produk dalam negeri
Platinum, Gold, Techno dan Diesel) Memiliki jaringan pemasaran yang cukup
Diproduksi oleh produsen yang memiliki
luas (outlet umum, own channel, SPBU)
produk jual lainnya sehingga memungkinkan untuk melakukan join promotion
Memiliki sertifikasi tertinggi yaitu API SN
Terteranya brand Lamborghini pada produk meingkatkan ke eksklusifan dari produk Fastron
Kelemahan (Weakness)
Ancaman (Threats)
Ketersediaan produk di outlet belum Keberadaan kompetitor di outlet yang merata
lebih merata dibandingkan dengan Fastron
Volume penjualan yang belum tinggi
Brand Awareness kompetitor di kalangan masyarakat lebih tinggi
Brand Awareness di kalangan masyarakat
Volume produk competitor di outlet lebih
rendah
banyak
dibandingkan
dengan
produk
Fastron Harga
sedikit
lebih
mahal
bila Mindset konsumen yang lebih yakin
dibandingkan dengan kompetitor yang
menggunakan produk luar negeri (import)
sekelas
Sumber : Internal Data Perusahaan (2016)
4.10.2. Perhitungan Penentuan Pembobotan Skor SWOT Dalam pemetaan SWOT dibutuhkan bobot dan rating untuk setiap butir faktor yang telah ditetapkan sebagai faktor internal dan eksternal. Dimana acuan dari pemberian bobot dan rating yang dikemukakan oleh Husein Umar (2005:250) adalah sebagai berikut: Tabel 4.20 Penentuan Bobot dan Rating Bobot
Keterangan
Rating
Keterangan
0,20
Sangat Kuat
4
Major Strength
0,15
Di atas rata-rata
3
Minor Strength
0,10
Rata-rata
2
Minor Weakness
0,05
Di bawah rata-rata
1
Major Weakness
Sumber: Husein Umar (2005:250) 4.10.3. Penentuan Strategi Bersaing Dalam Mempertahankan Loyalitas Konsumen Setelah mengelompokkan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut, dalam upaya pengembangan dapat pula disusun Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) untuk dapat menentukan strategi bersaing yang akan digunakan. Adapun hasil perhitungan IFAS tergambar pada tabel 4.21 sebagai berikut:
Tabel 4.21 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Faktor-faktor Internal
Bobot
Rating
Nilai Skor
Keterangan
Strengths (S) Menjadi Official Technical Partner dari Lamborghini
Memiliki beragam varian produk (Fastron Platinum, Gold, Techno dan Diesel) Memiliki jaringan pemasaran yang cukup luas (Outlet umum, Own Channel, SPBU) Telah memiliki sertifikasi APISN
Sub Total
0,15
4
0,60
0,10
1
0,10
0,20
3
0,60
0,05
0,50
2
0,1
1,40
Karena Brand Lambroghini merupakan salah satu brand eksklusif dan tidak adanya kompetitor lain yang menandingi. Varian produk yang lengkap sehingga dapat memenuhi spesifikasi pelumas yang dipersyaratkan oleh mesin Karena SPBU merupakan channel eksklusif yang tidak dimiliki oleh kompetitor lain Hanya produk fastron yang memiliki sertifikasi API Service SN dan merupakan yang tertinggi di dunia
Weakness(W) Ketersediaan produk di outlet belum merata
Volume penjualan yang belum tinggi
Brand Awareness di kalangan masyarakat rendah
Harga sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan kompetitor
0,10
3
0,30
0,05
1
0,05
0,20
2
0,40
0,15
3
0,45
Walaupun produk Fastron sudah ada sejak tahun 2005 namun prosentase ketersediannya di Kota Semarang hanya sekitar 24% dari keseluruhan outlet yang ada Karena volume penjualan merupakan cerminan dari likeness konsumen terhadap produk Fastron Karena jika produk fastron sudah dikenali dan mendapatkan awareness yang baik di konsumen, maka penjualan fastron juga akan meningkat Karena harga sangat berpengaruh terhadap minat pemilik outlet untuk menjual
produk fastron di outletnya.
yang sekelas Sub Total
0,50
1,20
Total
1,00
2,60
Sumber: Hasil Analisa Dengan Perusahaan (2016) Sedangkan hasil perhitungan EFAS dapat dijelaskan pada tabel 4.22 sebagai berikut: Tabel 4.22 Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) Faktor-faktor Eksternal
Bobot
Rating
Nilai Skor
Keterangan
Opportunities (O) Mempunyai
Karena dengan
sales team yang
adanya tim sales memungkinkan
massive sehingga dapat
0,20
4
0,80
ketersediaan
membantu
produk
fastron
proses
menjadi
pendistribusian
meningkat
lebih
barang Karena dengan
Merupakan salah satu
0,10
1
0,10
menggunakan
produk dalam
komponen
negeri
dalam
negeri,
maka persyaratan TKDN
yang
disyaratkan oleh pemerintah dapat terpenuhi
Diproduksi
Karena dengan
oleh produsen
kesempatan ini
yang memiliki
peluang fastron
produk jual
untuk 0,15
lainnya
3
0,45
melakukan join
sehingga
promo
memungkinkan
dengan
untuk
Pertamax,
melakukan join
Pertalite
promotion
terbuka lebar
Terteranya
Karena
brand
diharapkan
Lamborghini
dengan 0,05
pada produk
2
0,10
misal
jadi
terteranya brand
meingkatkan
Lamborghini
ke eksklusifan
akan
dari produk
meningkatkan
Fastron
penjualan
dari
produk Fastron Total
0,50
1,45 Threats (T) Karena peluang
Keberadaan kompetitor outlet lebih
bagi kompetitor
di
untuk
yang merata
0,10
2
0,20
dipilih
oleh konsumen
dibandingkan
akan
leih
dengan Fastron
banyak
bila
jumlah ketersediannya lebih merata Brand
Hal
ini
Awareness
memungkinkan
kompetitor
konsumen akan
di
kalangan
0,15
3
0,45
terbiasa mencari
masyarakat
barang
lebih tinggi
sudah
yang mereka
kenal dibandingkan dengan produk yang
belum
mereka kenal Volume produk
Hal
competitor
memungkinkan
outlet
di
akan
konsumen
lebih 0,05
banyak
ini
1
0,05
membeli produk
dibandingkan
yang
dengan produk
banyak laku dari
Fastron
segi volume.
Mindset
Karena
konsumen yang
menurunkan ke
lebih
produk
akan
eksklusifan dari
yakin
menggunakan
lebih
0,20
2
0,40
produk dan
luar
fastron akan
memposisikan
negeri (import)
fastron sebagai produk biasa Sub Total
0,50
0,90
Total
1,00
2,35
Sumber: Hasil Analisa Dengan Perusahaan (2016)
lokal
Dalam tabel 4.26 dapat dijelaskan bahwa nilai skor yang diperoleh dari faktor kekuatan (Strength) sebesar 1,40 sedangkan untuk faktor kelemahan (Weakness) diperoleh nilai sebesar 1,20. Hal tersebut membuktikan bahwa PT. Pertamina Lubricants mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor kelemahan dalam menentukan strategi bersaing dalam mempertahankan loyalitas para konsumennya. Selanjutnya dalam tabel 4.27 diatas, nilai skor yang diperoleh oleh faktor peluang (Opprtunities) sebesar 1,45 dan nilai skor untuk faktor ancaman (Threats) sebesar 0,90. Sehingga dalam upaya menentukan strategi bersaingnya PT. Pertamina Lubricants mempunyai peluang yang lebih besar dibandingkan dengan ancaman yang akan timbul. Dari hasil tersebut dapat disusun rangkaian nilai skor seagai berikut: 1. Kekuatan (Strenghts / S)
= 1,40
2. Kelemahan (Weakness / W )
= 1,20
3. Peluang (Opportunities / O)
= 1,45
4. Ancaman (Threats / T)
= 0,90
Berdasarkan nilai diatas, dapat disusun pula suatu rekap tabel Skor IFAS dan EFAS sebagai berikut: Tabel 4.23 Tabel Rekap Skor IFAS dan EFAS Skor Internal
Skor Eksternal
Pilihan Strategi
S > W (+)
O > T (+)
GROWTH
1,40 > 1,20
1,45 > 0,90
S < W (-)
O < T (-)
SURVIVAL
S > W (+)
O < T (-)
DIVERSIFICATION
S < W (-)
O > T (+)
STABILITY
Sumber: Kinnear dan Taylor (1998) Langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai kedalam pilihan strategi. Dan berdasarkan dari hasil yang diperoleh, nilai skor mengarah pada pilihan strategi Growth dan untuk menentukan pilihan strategi yang lebih spesifik nilai akan ditransformasikan ke dalam kuadran strategi growth yang lebih spesifik. Berikut hasil gambar matriks dan tabel pilihan strategi yang lebih spesifik berdasarkan dari nilai skor yang menunjukkan bahwa nilai kekuatan (Strengths / S) kurang dari peluang (Opportunities). O Stability
S
IIA
Growth
IB
IIB
IA
W
S IIIA
IVB
IIIB
IVA
Survival
Diversification T
Gambar 4.18 Hasil Kuadran Strategi Sumber: Perhitungan Analisis SWOT
Tabel 4.24 Pilihan Strategi Teknis Strategis
Skor
Kuadran
Pilihan Strategi
Growth
S>O
IA
Rapid Growth
S
IB
Stable Growth
W>T
IIIA
Turn Around
W
IIIB
Guerilla
S>T
IVB
Conglomerate
S
IVA
Concentric
O>W
IIA
Aggressive
1,40 < 1,45 Survival
Diversification
Stability
Maintanance O<W
IIB
Selective Maintanance
Sumber: Kinnear dan Taylor (1998) Dari hasil yang didasarkan pada perhitungan SWOT, PT. Pertamina Lubricants Sales Region IV Semarang memperoleh nilai S
Hunger dan Weelen (dalam Amila Khusnita, 2011:92) menjelaskan bahwa strategi pertumbuhan (Growth Strategy) merupakan salah satu strategi yang paling dicari oleh perusahaan yang sedang melakukan bisnis di dalam sebuah lingkungan yang dinamis dan menekankan untuk harus terus tumbuh, berkembang dan bertahan. Strategi pertumbuhan menjadi strategi yang sangat diinginkan perusahaan karena dua alasan prinsip berikut ini: 1. Perusahaan yang sedang tumbuh dapat menutupi kesalahan dan ketidakefisienan dengan mudah bila dibandingkan dengan perusahaan yang stabil. Aliran pendapatan yang terus berkembang ke dalam perusahaan besar dapat menciptakan sumber daya yang tidak terpakai sehingga dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah dan pertentangan antar departemen atau divisi dengan cepat. Pertumbuhan juga memberi penahan apabila perusahaan melakukan kesalahan strategis. Perusahaan besar juga memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil dan lebih memungkinkan untuk memperoleh dukungan dari serikat kerja dan masyarakat lokal bila terjadi kebangkrutan. 2. Perusahaan yang sedang berkembang menawarkan banyak peluang bagi kemajuan, promosi, dan pekerjaan-pekerjaan menarik. Pertumbuhan itu sendiri merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi CEO/Owner.Itu karena perusahaan yang sedang berkembang cenderung dipandang sebagai pemenang oleh pasar dan investor potensial. Kompensasi bagi eksekutif cenderung akan mengalami kenaikan secara bersamaan dengan semakin
besarnya ukuran organisasi. Perusahaan besar lebih sulit diakuisisi dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga pekerjaan-pekerjaan para eksekutif akan lebih mudah dan aman. Hunger dan Wheelen (2003:216) menyebutkan bahwa kategori stable growth strategy merupakan strategi perusahaan yang ditandai dengan suksesnya perusahaan tersebut dalam beroperasi pada industri dengan daya tarik yang terhitung sedang-sedang saja. Daya tarik industri tersebut dinilai sedang karena dua faktor kemungkinan. Yang pertama karena industri tersebut mengalami pertumbuhan yang biasa saja dan tidak signifikan atau yang kedua, kekuatankekuatan utama dalam lingkungan tersebut berubah dan masa depannya yang tidak pasti. Strategi stabilitas sangat berguna namun hanya dalam jangka pendek, dan akan menimbulkan resiko bila diikuti terlalu lama. Beberapa strategi stabilitas yang popular adalah dengan menerapkan strategi berhenti sejenak, berlanjut dengan penuh kewaspadaan, tidak melakukan perubahan yang signifikan dan tetap memperhitungkan laba yang ingin dicapai. Dan dari hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai faktor internal dan eksternal yang positif, sehingga dapat diartikan bahwa kekuatan PT. Pertamina Lubricants Sales Region IV relatif lebih unggul dibandingkan dengan kelemahannya serta peluang faktor lingkungan
yang sedang dihadapi saat ini jauh lebih besar
dibandingkan dengan acaman yang mungkin akan timbul. Kemudian bila melihat nilai faktor internal yang lebih besar dari nilai faktor eksternal, maka dapat dijelaskan bahwa PT. Pertamina Lubricants Sales Region IV memiliki kemampuan untuk merubah potensi yang dimiliki menjadi sebuah
prestasi dan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Didukung dengan keunggulan produk yang memang telah diakui kehandalannya di kalangan konsumennya. Sehingga arah kebijakan yang tepat untuk dilaksanakan adalah dengan meningkatkan dan memperbesar peranan dari PT. Pertamina Lubricants khususnya pada Kantor Sales Region IV dalam berbagai kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sekaligus untuk memperluas peran serta memanfaatkan berbagai peluang yang telah ada. Arah kebijakan tersebut merupakan dasar dari kebijakan dalam kondisi growth strategy dan dengan melihat posisi kuadran yang menempatkan PT. Pertamina Lubricats Sales Region IV pada stable growth strategy dimana dalam pengembanggannya perusahaan dapat menggunakan strategi pertumbuhan peran namun dilakukan secara bertahap berdasarkan skala prioritas. Dan strategi tersebut didukung dengan adanya alternative peluang untuk menarik konsumen yang lebih banyak dengan melakukan pengembangan produk dan layanan bengkel yang langsung dirasakan oleh konsumen. Meningkatkan sarana dan fasilitas bengkel sehingga menambah kenyamanan konsumen, menggiatkan kegiatan promosi agar konsumen menjadi lebih mengenal produk fastron serta mengurangi mindset para konsumen untuk lebih yakin menggunakan pelumas luar negeri (import).